You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) menggambarkan bahwa sungai atau air

adalah faktor penting dalam pengelolaan DAS, karena air merupakan penunjang
kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Permasalahan pada DAS berhubungan
dengan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) air. Air sungai menjadi berkurang
(kekeringan) atau menjadi terlalu banyak (banjir) menggambarkan jumlah air.
Sungai merupakan jaringan pada permukaan bumi yang menampung dan
menyalurkan aliran air secara alamiah serta membawa material dari hulu ke hilir,
daerah pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan bermuara ke laut (Soewarno,
1991:20). Daerah pengaliran dapat dikatakan daerah tangkapan sebagai suatu unit
kesatuan wilayah tempat air hujan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai
atau biasa disebut dengan daerah aliran sungai (DAS).
Pengelolaan daerah aliran sungai tidak terlepas terhadap berbagai
permasalahan, antara lain masalah penurunan sumber daya alam, polusi dari
berbagai sumber, serta penyalahgunaan lahan di sekitar daerah aliran sungai. Saat
ini kondisi DAS di sebagian besar wilayah di Indonesia cenderung menurun.
Salah satu sungai yang kondisinya memprihatinkan adalah kali Belik. Kali Belik
telah mengalami perubahan secara signifikan. Sub-DAS Belik ini memikul beban
berat dengan semakin meningkatnya kepadatan penduduk di sekitar sub-DAS dan
meningkatnya pemanfaatan atau eksploitasi sumber daya alam secara intensif
sehingga kondisi sub-DAS mengalami penurunan. Di kawasan DAS urban
terdapat pemukiman, fasilitas umum dan beberapa kegiatan usaha rumah tangga
yang menggunakan aliran air kali Belik sebagai tempat pembuangan limbahnya
dalam keperluan sehari-hari.
Sub-DAS Belik merupakan salah satu Daerah Tampungan Air (DTA) yang
berada di daerah perkotaan kabupaten Sleman dan kota Yogyakarta. Alih fungsi
lahan pertanian ke lahan pemukiman padat menyebabkan semakin berkurangnya

daerah resapan air hujan. Kurangnya daerah resapan air hujan menyebabkan
kapasitas saluran drainase pada sub-DAS Belik ketika hujan tidak mampu
menampung air sehingga mengakibatkan banjir di sekitar saluran drainase. Upaya
mencegah genangan banjir di perkotaan yang kurang memiliki ruang terbuka hijau
dan daerah resapan air hujan terus dilakukan, salah satunya dengan membuat
kolam penampung air di daerah Langensari dan upaya restorasi kali Belik
kawasan lembah di depan Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada menambah
keberadaan kolam penampung air melengkapi waduk Universitas Gadjah Mada
yang telah ada sebelumnya.
Dalam pendayagunaan aliran sungai, maka daerah aliran sungai dapat
dipandang sebagai suatu kesatuan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya. Mempelajari
suatu DAS tak lepas terhadap istilah morfologi dan morfometri, kedua istilah
tersebut adalah penentu parameter fisik DAS. Parameter fisik DAS dapat berupa
informasi geografis yang terdapat pada DAS tersebut. Ketersediaan data dan
informasi hidrologi yang memadai, akurat, tepat waktu dan berkesinambungan
adalah tuntutan untuk diwujudkan, sebagaimana yang tertera dalam UndangUndang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004. Data dan informasi hidrologi berupa
data curah hujan, klimatologi, data duga muka air permukaan dan tanah, kualitas
air, dan informasi geografis DAS yang didalamnya mencakup parameter fisik
DAS.
Penentuan parameter fisik DAS urban dan kualitas air di sub-DAS Belik
bagian hulu membutuhkan survei lapangan mengenai kuantitas dan kualitas
parameter fisik. Sehingga survei di lapangan lebih terarah dan data yang
digunakan akurat. Data-data yang didapatkan dari survei lapangan kemudian
dibandingkan dengan teknologi penginderaan jauh (satelit).
1.2.

Identifikasi Masalah
Dibalik potensi yang tersimpan, sungai mempunyai permasalahan yang

cukup kompleks. Masalah banjir, kekeringan dan erosi diyakini sebagai dampak

dari sistem tata air di wilayah DAS yang buruk. Hal tersebut berkaitan dengan
kondisi hutan di bagian hulu DAS tersebut. Ekosistem DAS hulu merupakan
bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh
bagian DAS yaitu dari segi fungsi tata air. Sehingga aktivitas perubahan tata guna
lahan yang dilaksanakan di daerah hulu DAS tidak hanya akan berpengaruh
dimana kegiatan tersebut berlangsung, tetapi juga akan menimbulkan dampak di
daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta
material terlarut dalam sistem aliran air lainnya. Apalagi jika sungai tersebut
mengalir membelah kawasan perkotaan. Potensi tersebut adalah potensi yang bisa
jadi sumber permasalahan atau bencana, jika sungai tidak diperhatikan dengan
serius.
Kali Belik atau lebih dikenal kali Mambu berinduk di utara PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) Padukuhan Kocoran, Karanggayam, dan
Karangwuni, Desa Caturtunggal, kecamatan Depok, kabupaten Sleman, provinsi
D.I. Yogyakarta adalah contohnya. Permasalahan dapat dijumpai tepatnya di
bagian hulu kali Belik sampai tepi lapangan parkir Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada. Dinamika kali Belik selain dipengaruhi oleh kondisi
fisik wilayah, juga dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya buruk masyarakat
sekitar sungai. Tata guna lahan di sekitar kali Belik telah didominasi oleh
permukiman padat. Jarak antara rumah dan badan sungai terbilang sangat dekat
sehingga sebagian besar rumah warga berada di kawasan rawan. Alih fungsi lahan
yang semakin meningkat menyebabkan semakin berkurangnya Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan berkurangnya area resapan air khususnya di daerah perkotaan.
Hal ini disebabkan oleh pesatnya peningkatan jumlah penduduk di perkotaan yang
mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan ruang dan sumberdaya.
Berkurangnya area resapan air akan mempercepat terjadinya aliran permukaan
(runoff) dan memicu terjadinya banjir (Kodoatie, 2002).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kali Belik mengalami
penyempitan akibat semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menetap di
bantaran kali Belik. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar sub-DAS

bukan merupakan penduduk asli melainkan pendatang yang berasal dari luar
Yogyakarta. Kondisi ini semakin diperparah dengan limbah rumah tangga dari
rumah di sekitar bantaran kali yang langsung dialirkan ke kali Belik. Hal ini
mengakibatkan kali Belik mengeluarkan bau tidak sedap di sepanjang aliran
sungainya. Sedimentasi di sepanjang sungai juga menjadi penyebab aliran air di
kali Belik tidak dapat berjalan secara maksimal. Pencemaran air sungai yang tidak
terkendali mengakibatkan air di kali Belik tidak layak konsumsi layaknya sumber
mata air pada umumnya. Kondisi tersebut semakin buruk sejak kehadiran PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) di daerah hulu sungai. Menurut warga sekitar,
perusahaan tersebut membuang limbahnya di kali Belik setiap satu minggu sekali.
Bahkan kali Belik selalu mengalami banjir setiap musim penghujan tiba. Hal ini
dikarenakan kapasitas kali Belik yang tidak dapat menampung volume air hujan
yang turun akibat semakin menyempitnya lebar kali Belik.
Penelitian ini memberikan manfaat supaya di waktu mendatang dapat
dipertimbangkan kebijakan untuk meminimalisir risiko terjadinya dampak buruk.
Melalui penentuan parameter fisik DAS urban mencakup: luas, panjang serta
lebar, kemiringan, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai serta
pemeriksaan kualitas air meggunakan metode pemeriksaan suspense dan
kandungan lumpur dapat menjadi salah satu pertimbangan sebagai acuan dalam
pengambilan kebijakan yang efektif untuk diterapkan dalam pengelolaan subDAS hulu Belik.
1.3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas dan agar

pembahasan lebih terarah serta sesuai dengan tujuannya, maka permasalahan


dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana morfologi sub-DAS hulu Belik dari hasil pemantauan
langsung lokasi serta pemetaan menggunakan peta?
2. Bagaimana morfometri sub-DAS hulu Belik dari hasil pemantauan
langsung lokasi maupun analisis perhitungan?

3. Berdasarkan persyaratan SK KEP-02/MENKLH/1/1988 tentang sumber


air menurut kegunaannya, sebagai bagian dari aspek morfologi, bagaimana
kualitas air pada sub-DAS hulu Belik?
1.4 .

Maksud dan Tujuan


Studi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui permasalahan di sub-DAS hulu Belik.
2. Menentukan parameter fisik sub-DAS hulu Belik.
3. Mengetahui kualitas air sub-DAS hulu Belik melalui pengujian sampel air
di laboratorium menggunakan metode pemeriksaan suspensi dan
kandungan lumpur, memenuhi syarat SK KEP 02/MENKLH/1/1988
tentang sumber air menurut kegunaannya atau tidak memenuhi.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak terkait
mengenai upaya pengelolaan sub-DAS Belik secara terpadu.

1.5.

Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditinjau dalam penulisan ini adalah:
1. Menganalisis parameter fisik DAS berupa morfologi dan morfometri pada
studi kasus sub-DAS hulu Belik.
2. Menganalisis kualitas air sub-DAS hulu Belik sebagai bagian dari aspek
morfologi sungai menggunakan metode pemeriksaan suspensi dan
kandungan lumpur. berdasarkan syarat SK KEP-02/MENKLH/1/1988
tentang sumber air menurut kegunaannya.
3. Penentuan debit aliran dilakukan pada tahapan pengambilan sampel air.
4. Penelitian tidak menyangkut atau terkait dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).

1.6.

Sistematika Studi
Batasan masalah yang ditinjau dalam penulisan ini adalah:
1. Bab I, pendahuluan
Bab I meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,
maksud dan tujuan, batasan masalah, sistematika studi.

2. BAB II, tinjauan pustaka


Bab II menguraikan dasar teori morfologi sungai, morfometri, dan
penentuan kualitas air sungai berdasarkan sumber-sumber meliputi, buku,
jurnal, laporan terdahul dan lain-lain.
3. BAB III, metode kajian
Bab III menguraikan gambaran umum kondisi lapangan, permasalahan di
daerah studi, data-data yang digunakan, alat dan bahan penelitian.
4. BAB IV, hasil dan pembahasan
Bab IV menerangkan cara mengolah data maupun proses aplikasi. Dalam
Bab IV, hasil data yang telah diolah menghasilkan informasi meliputi
ukuran kuantitas serta kualitas air pada studi kasus di hulu sub-DAS Belik.
5. BAB V, penutup
Bab V berisi kesimpulan terkait peninjauan di lapangan berupa plot hasil
olah data maupun hasil pengujian di laboratorium, serta saran terhadap
pelaksanaan pekerjaan struktur balok.
6. Daftar Pustaka
Berisi tentang kumpulan atau daftar referensi yang digunakan dalam
penyusunan laporan tugas akhir pada studi kasus di hulu sub-DAS Belik.
7. Lampiran
Mencantumkan lampiranlampiran yang diperlukan dalam penyusunan
laporan tugas akhir pada studi kasus di hulu sub-DAS Belik. Lampiran
dapat berupa peta ataupun tabel dari lembaga terkait tugas akhir.

You might also like