Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Yuliyani (5415129034)
2. Inayah Rohmaniyah (5415117403)
3. Muhammad Kartiko (5415117412)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini pun dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah teori belajar dan pembelajaran.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kesalahan
disana sini baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut
akan penulis terima dengan senang hati.
Terima Kasih
Penulis
DAFTAR ISI
2
COVER...
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah..
1.3
Metode Penulisan...
1.4
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
6
7
8
8
2.2
10
10
11
12
13
18
19
3.1
Kesimpulan.
19
3.2
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA.
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah yang perlu di bahas adalah :
A. Pendekatan Integrated Learning
1) Apa itu pendekatan Integrated Learning ?
2) Apa sajakah langkah langkah penyusunan pembelajaran Integrated Learning ?
3) Bagaimana teknik pendekatan Integrated Learning ?
4) Apa sajakah model model pendekatan Integrated Learning?
5) Apa sajakah keunggulan dan kelemahan Integrated Learning?
B. Pendekatan Cooperative Learning
1) Apa itu pendekatan Cooperative Learning ?
2) Apa sajakah langkah langkah penyusunan pembelajaran Cooperative Learning ?
3) Bagaimana teknik pendekatan Cooperative Learning ?
4) Apa sajakah model model pendekatan Cooperative Learning?
5) Apa sajakah keunggulan dan kelemahan Cooperative Learning?
1.3
Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka di perpustakaan wilayah
Tujuan Penulisan
Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, tujuan penulisan ini adalah agar
pembaca yang membaca makalah ini mempunyai wawasan dan pengetahuan akan pendekatan
integrated learning dan cooperative learning beserta penerapannya dalam pembelajaran
secara lebih rinci.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
berbagai mata pelajaran yang relevan dalam suatu bidang studi atau antar bidang studi
(Dakir, 2004).
Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa definisi pendekatan terintegrasi
adalah sebuah pendekatan yang dapat menyiapkan anak-anak untuk menjadi pembelajar
sejati. Banyak yang mendukung bahwa pembelajaran holistik dengan pendekatan
integrated learning adalah sebuah proses untuk mengembangkan kemampuan yang
diperlukan untuk kehidupan.
Integrated learning meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk tema, dengan tujuan pembulatan mata pelajaran
diharapkan dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia
yang sesuai dan selaras dengan lingkungannya (Nasution, 1994).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Integrated learning
merupakan suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian
pembelajaran. Inti dari pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang
lainnya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi pribadi-pribadi integrated
yaitu manusia yang selaras dengan lingkungannya.
Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa ada tiga karakteristik dalam
pembelajaran holistik dengan pendekatan integrated learning yaitu:
a. Ada keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan. Ini
berbeda dengan kurikulum tradisional yang mengotak-ngotakan setiap mata pelajaran
sehingga hubungan antar mata pelajaran tidak terlihat.
b. Menekankan pada aktivitas kongkrit.
c. Memberikan
peluang bagi siswa untuk bekerja
dalam
kelompok.
a. Memilih pusat kendali. Guru mengawali kegiatan dengan memilih pusat kendali yang
berfungsi sebagai pusat pandang bagi pengembangan materi pelajaran.
b. Menentukan hubungan Guru menentukan mata rantai penghubung yang tertuju pada
tema dalam bentuk pertanyaan topik, ide, orang atau benda yang kesemuanya cukup
pendek yang tertuju pada tema.
c. Menentukan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Untuk menguatkan keterkaitan antar
materi pelajaran dapat juga dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan umum
sampai pertanyaan pokok yang terkait dengan tema dan materi pelajaran.
d. Menuliskan kegiatan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran. Terkait dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan, sebaiknya tema dipilih sesuai dengan lingkungan
dan kondisi yang ada sehingga memudahkan dalam menentukan kegiatan-kegiatan
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2.1.3 Teknik Pendekatan Integrated Learning
Maryato (1994) mengatakan bahwa ada empat prinsip yang menjadi teknik dalam
pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik yaitu:
a. Kritik berlaku dalam pembelajaran
b. Spontanitas dan jawaban yang di luar dugaan akan membentuk daya cipta
c. Sejumlah ide akan terungkap dan penilaian akan dilakukan setelah ide
terungkap habis
d. Panggabungan antara ide selalu dicari untuk menentukan ide yang lebih baik dan
menyempurnakannya.
2.1.4 Model Model Pendekatan Integrated Learning
Beberapa tahapan model pendekatan integrated learning melalui pembelajaran
holistik yaitu:
a. Menentukan kompetensi dasar, hasil yang akan dicapai serta indikator sebagai bahan
evaluasi.
b. Menentukan tema dan judul.
c. Menentukan sebuah tema yang dapat mempersatukan berbagai mata pelajaran dengan
berbagai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
d. Memilih sebuah judul yang menarik, nyata dan dekat dengan kehidupan anak.
e. Membuat bagan keterjalaan melalui tema dari berbagai mata pelajaran yang dapat
dikaitkan satu sama lain, sesuai dengan tema yang dipilih.
f. Kompentensi-kompentensi ini kemudian diintegrasikan dengan menggunakan model
web (keterjalanan).
7
g. Menyusun kegiatan belajar yang menarik bagi anak dan efektif dalam pencapaian
kompetensi.
h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan konsep Student Active
Learning, Contectual Learning, dan mencakup kecerdasan majemuk yang dimiliki
anak.
i. Mengkondisikan kegiatan belajar yang merupakan kombinasi dari kegiatan individu
dan kelompok. Kegiatan kelompok dapat menumbuhkan dan meningkatkan aspek
sosial anak, komunikasi, penggunaan bahasa dan juga menumbuhkan motivasi anak
untuk belajar.
2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan Integrated Learning
a. Keunggulan Pendekatan Belajar Terintegrasi
Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan
mudah memahami sekaligus melakukannya.
Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk
terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak
terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran
terpadu akan sulit terwujud.
yang
relatif
baik,
baik
dalam
kemampuan
akademik
maupun
fasilitas
internet.
Semua
ini
akan
menunjang,
memperkaya,
dan
2.2
Cooperative berarti bekerja sama dan learning berarti belajar, jadi belajar melalui
kegiatan bersama. Namun tidak semua belajar bersama adalah cooperative learning, dalam
hal ini belajar bersama melalui teknik teknik tertentu. Cooperative learning merupakan
suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil yang bekerja sama.
Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota
kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok.
Menurut Slavin dalam (Isjoni, 2007 : 12), cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya 4 -6 orang, dengan struktur kelompok heterogen.
Pendekatan belajar kooperatif sangat dikenal pada tahun 1990-an (Duffy &
Cunningham, 1996). Oxford Dictionary (1992) mendefinisikan kooperasi (cooperation)
sebagai bersedia untuk membantu (to be of assistance or be willing to assist). Kooperatif
juga berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Cooperative learning ini sangat menyentuh hakikat manusia sebagai makhluk sosial,
yang selalu berinteraksi, saling membantu kearah yang baik secara bersama getting better
together. Dalam proses belajar disini betul-betul diutamakan saling membantu di antara
anggota kelompok.
Pengelompokan siswa merupakan salah satu strategi yang dianjurkan sebagai cara
siswa untuk saling berbagi pendapat, beragumentasi dan mengembangkan berbagai
alternative pandangan dalam upaya konstruksi pengetahuan. Tiga konsep yang melandasi
metode kooperatif, sebagai berikut :
a. Team reward ; Tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kreteria tertentu yang
diterapkan.
b. Individual accountability ; keberhasilan tim tergantung dari hasil belajar individual
dari semua anggota tim. Pertanggungjawaban berpusat pada kegiatan anggota tim
dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap
untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c. Equal opportunities for success ; setiap siswa memberikan kontribusi kepada timnya
dengan cara memperbaiki hasil belajarnya terdahulu. Kontribusi dari semua kelompok
di nilai.
2.2.2 Langkah Langkah Penyusunan Pembelajaran Cooperative Learning
10
11
Dalam silang Tanya jawab, guru memberikan penguatan dalam dialog tersebut.
b. Jigsaw
Prosedur permodelan ini adalah sebagai berikut :
Siswa secara individual maupun kelompok (hoterogen) mengkaji bahan ajar.
Dibentuk kelompok ahli (homogen) untuk diskusi pendalaman materi bahan ajar
yang dibaca.
Kembali ke kelompok asal (heterogen), siswa menjadi peer-tutor terhadap satu
sama lain. Terjadi pembentukan pengetahuan secara berkelompok ( social
contruction of knowledge).
Tes / kuis untuk mengukur kemampuan siswa secara individual.
Diskusi terbuka, sementara guru memberikan penguatan.
c. Group Investigation (GI)
Permodelan GI hampir mirip dengan permodelan TGT (Teams Games Turnament),
prosedur permodelan keduanya adalah :
Dalam identifikasi masalah, siswa dan guru mencoba mengajukan masalah atau
kasus yang berkaitan dengan materi atau konsep yang sudah dipelajari dalam
pertemuan sebelumnya, atau melalui tugas membaca di rumah.
Masalah dipecahkan bersama dalam kelompok. Kelompok dibentuk oleh siswa
(boleh pilih-pilih teman).
Hasil pemecahan masalah disajikan dalam bentuk turnamen, ada kompetesi untuk
penyajian atau pemecahan masalah yang terbaik. Untuk memecahkan masalah siswa
bisa mencari data di dalam kelas atau di luar kelas. Kemudian pada waktunya
mereka harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan. Guru
dan beberapa siswa berperan sebagai penilai atau juri.
Untuk mengukur kemampuan siswa dilakukan kuis.
d. Rotating Trio Exchage
Prosedur permodelan ini antara lain :
Dibentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang siswa, yang diberi nomor 0,1,2.
Setiap siswa diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
Masalah dipecahkan dalam kelompok. Setelah itu anggota kelompok dirotasi.
No. nol di tempat sedang No. 1 pindah searah jarum jam dan No. 2 pindah kearah
sebaliknya. Sehingga membentuk trio yang baru / bercampur dengan anggota
kelompok lain.
Kemudian di beri permasalah yang baru lagi dengan persoalan yang lebih sulit.
Untuk mengukur kemampuan siswa dilakukan kuis.
e. Group Resume
13
Dalam hal ini di bentuk kelompok yang di beri resume atau rangkuman dari materi
pelajaran, kemudian melaporkan hasil resumenya.
James
Bell
(http//www.cdti.nus.edu.sq/cdtlhome/pubs.htm)
menulis
tentang
menjawab
pertanyaan
kelompok.
Siswa
belajar
berpikir
dan
14
persoalan yang sedang dibicarakan dan semua dicatat oleh penulis. Jawaban siswa
dikumpulkan secara tertulis dan dibacakan secara lisan.
j. Brainstorming : kelas dibagi atas kelompok kecil dengan penulis. Masing-masing
siswa diminta untuk mengeluarkan ide. Ide yang bagus digunakan untuk
meningkatkan kreatifitas terutama dalam problem solving.
k. Case studies : kelas dibagi atas kelompok kecil diangkat ketua dan penulis. Kelompok
diberi cerita, kasus, peristiwa, situasi dan setiap siswa memikirkan pemecahan dengan
thinking skills.
l. Group retellings : di sini dibentuk kelompok dengan 2 atau 3 anggota. Mereka
membaca bagian yang berbeda dari topik atau pokok bahasan yang sama. Kemudian
masing-masing siswa menceritakan apa yang sudah mereka baca kepada
kelompoknya.
m. Cooperative learning pair : dalam hal ini siswa belajar dalam bentuk berpasangan.
Salah satu dari mereka menceritakan apa yang sudah dipelajari sedangkan yang lain
mengkoreksi, mengklarifikasi dan membantu partnernya agar lebih mengelaborasi.
Kemudian untuk materi selanjutnya pasangan ini bergantian peran.
n. Research grouping : kelompok beranggotakan 4 atau 5 siswa yang diberi tugas untuk
melakukan suatu penelitian dari topic tertentu.
o. Cooperative teaching : siswa belajar berpasangan. Setiap siswa mempelajari topik
atau pokok bahasan yang berbeda. Kemudian mereka saling memberitahu atau
mengajarkan apa yang sudah mereka pelajari kepada pasangan masing-masing.
p. Jigsaw : penjelasan dan prosedur sudah dijelaskan di atas.
q. Numbered heads : setiap siswa diberi nomor urut dari nomor 1 sampai 4. Mereka
diberi pertanyaan lalu dipikirkan jawabannya dalam kelompok. Kemudian guru
memanggil nomor siswa, yang harus menyampaikan jawaban.
r. Interview : dibentuk kelompok dengan 4 anggota, diberi pertanyaan, dan mereka
boleh member jawaban yang berbeda. Kemudian A melaporkan jawaban ke B, dan C
ke D. kemudian B ke A dan D ke C. kemudia masing-masing siswa melaporkan apa
yang ia terima dari partnernya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
lingkungannya.
Disini dituntut keprofesionalan seorang guru dalam mengaitkan beberapa materi
dalam satu pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru
sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengaitkan antar
3.2
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam penerapan
DAFTAR PUSTAKA
Eveline Siregar,. Dkk. (2011), Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor : Ghalia
Indonesia.
Prof. Dr. H. Buchari Alma,. Dkk. (2010), Guru Profesional Menguasai Metode dan
Terampil Mengajar, Bandung : CV Alfabeta.
Wina Sanjaya (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Made Wena (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Yuliani Nurani,. Dkk. (2003), Strategi Pembelajaran : Materi Pokok Akta 8820,
Jakarta : Universitas Terbuka.
Paulina Pannen,. Dkk. (2001), Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Jakarta : PAU
PPAI Dirjen Dikti Depdikbud.
http//www.cdti.nus.edu.sq/cdtlhome/pubs.htm.
http://fatonipgsd071644221.wordpress.com/2010/04/26/kelebihan-dan-kekuranganpembelajaran-terpadu/
http://galery-pendidikan.blogspot.com/2012/02/ptk-pembelajaran-integratedlearning.html
18