Professional Documents
Culture Documents
APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi
Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan
ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. Dengan kata lain AsiaPacific Economic Cooperation, atau APEC, adalah forum utama untuk memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik. APEC
adalah satu-satunya pemerintahan antar kelompok di dunia yang beroperasi atas dasar
komitmen yang tidak mengikat, dialog terbuka dan sama menghormati pandangan dari semua
peserta. Tidak seperti WTO atau badan-badan perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak
memiliki kewajiban perjanjian yang diperlukan dari peserta. Keputusan yang dibuat dalam
APEC yang dicapai dengan konsensus dan komitmen yang dilakukan secara sukarela. APEC
memiliki 21 anggota disebut sebagai Member Ekonomi yang menyumbang sekitar
40,5% 1 dari populasi dunia, sekitar 54,2% 1 dari GDP dunia dan sekitar 43,7% 2 dari
perdagangan dunia.
Maksud dan Tujuan
APEC didirikan pada tahun 1989 untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran untuk wilayah dan untuk memperkuat komunitas Asia-Pasifik. Sejak awal,
APEC telah bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah AsiaPasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan
ekspor. Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut sebagai Tujuan Bogor
yang bebas dan terbuka perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2010
untuk ekonomi industri hingga 2020 untuk mengembangkan ekonomi.. Tujuan ini diadopsi
oleh 1994 mereka Para pemimpin di pertemuan di Bogor, Indonesia.Bebas dan terbuka
membantu perdagangan dan investasi ekonomi untuk tumbuh, menciptakan lapangan kerja
dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk perdagangan internasional dan
investasiSebaliknya, proteksi harga tetap tinggi dan mendorong inefisiensi dalam industriindustri tertentu. erdagangan bebas dan terbuka membantu menurunkan biaya produksi dan
dengan demikian mengurangi harga barang dan jasa manfaat langsung bagi semua. APEC
juga bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan efisien pergerakan barang, jasa
dan orang di seluruh di wilayah perbatasan melalui kebijakan ekonomi dan kesejajaran dan
kerjasama teknis.
jasa, investasi secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan standar hidup serta pendidikan yang
lebih baik, serta pertumbuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c.Asian Pasific Economic Cooperation (APEC)
APEC dibentuk di Canbera, Australia ,1989.
APEC merupakan kerjasama ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Anggota
1. Dari Benua Amerika adalah: Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Chili.
2. Dari Benua Asia adalah: China,Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan
Rusia.
3. Dari Benua Australia adalah: Australia Selandia Baru, dan Papua Nugini.
4. Dari ASEAN adalah: Indonesia, Malaysia,Thailand, Singapura, Filipina, Brunei
Darussalam, dan Vietnam.
Tujuan APEC
adalah membentuk kerja sama perdagangan, investasi, pariwisata, dan
peningkatan SDM yang saling menguntungkan.
APEC ingin membentuk perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik.
Dengan menyatukan sumber daya, negara-negara anggota dapat berbagi informasi dan
meningkatkan kemakmuran bisnis dan individu.
APEC memberi manfaat bagi warga negara anggota dengan menciptakan lebih banyak
kesempatan di tempat kerja, harga barang dan jasa yang lebih murah, dan meningkatkan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam pasar internasional.
Ada tiga bidang utama fokus APEC yaitu:
1. Liberalisasi Perdagangan dan Investasi
Di bidang ini, APEC bekerja untuk mengurangi tarif dan menghapus hambatan lain untuk
mewujudkan perdagangan bebas.
2. Fasilitasi Bisnis
APEC bertujuan memfasilitasi interaksi bisnis antara negara-negara anggota dengan
mengurangi biaya bisnis, berbagi informasi perdagangan, dan meningkatkan hubungan
importir dan eksportir.
3. Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH)
Program ini mencakup memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk
meningkatkan pelatihan dan pendidikan dalam perdagangan internasional.
Anggota APEC rutin bertemu setiap tahun sejak tahun 1993. Tuan rumah pertemuan digilir
bergantian setiap tahunnya.
Di samping isu utama, APEC juga membahas berbagai isu aktual seperti perempuan di
APEC, terorisme, standar transparansi, serta korupsi yang berpotensi mempengaruhi
perdagangan.
APEC didanai oleh iuran tahunan dari setiap negara anggota dengan total nilai sekitar 3,38
juta Dolar AS per tahun.
Dana ini digunakan untuk mendanai program APEC serta membiayai Sekretariat yang
terletak di Singapura.
Kepemimpinan dalam Sekretariat dijabat secara bergilir tergantung pada negara yang menjadi
tuan rumah pertemuan.
Direktur Eksekutif dijabat oleh negara tuan rumah tahun itu, sedangkan Wakil Direktur
Eksekutif berasal dari perwakilan negara tuan rumah tahun depan.
I.
Keanggotaan APEC
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah forum kerja sama antar 21 Ekonomi di
lingkar Samudera Pasifik yang berdiri tahun 1989. Saat ini terdapat 21 Ekonomi yang
menjadi anggota APEC, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong
Kong-China, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, the
Philippines, Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, the United States, dan
Viet Nam. Kerja sama di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan
keanggotaan Hong Kong-China dan Chinese Taipei. Anggota APEC disebut Ekonomi
mengingat setiap anggota saling berinteraksi sebagai entitas ekonomi, dan bukan sebagai
negara.
APEC memiliki tiga pengamat (observer), yaitu ASEAN Secretariat, Pacific Economic
Cooperation Council (PECC), dan Pacific Islands Forum (PIF) Secretariat.
yang beragam kapasitasnya, untuk berimprovisasi, melakukan uji coba, dan mengembangkan
pelatihan bersama secara bertahap hingga memenuhi kesepakatan yang diinginkan.
Mekanisme kerja APEC bermuara pada para Pemimpin Ekonomi APEC yang melakukan
pertemuan setahun sekali dalam APEC Economic Leaders Meeting (AELM). Sebelumnya,
para Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan APEC menghadiri pertemuan bersama
dalam APEC Ministerial Meeting (AMM). Hasil kesepakatan para Pemimpin Ekonomi dan
Menteri APEC tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh para Pejabat Tinggi (Senior Officials)
APEC yang bertemu lazimnya 3 (tiga) kali dalam setahun. Pada tingkatan teknis, hasil-hasil
pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) akan dilaksanakan oleh Komite, Working Groups,
Fora dan Subfora.
Seiring dengan semakin kompleksnya isu-isu perdagangan dan investasi di kawasan, kerja
sama sektoral di APEC juga semakin luas dan kompleks. Tidak kurang dari 34 kelompok
kerja, fora dan subfora yang menyelenggarakan pertemuan secara rutin. Dalam periode
keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia di APEC pada tahun 2013, telah diselenggarkan
sebanyak 182 pertemuan untuk berbagai tingkatan.
Kementerian/Lembaga focal point APEC di Indonesia
Koordinator nasional Indonesia untuk APEC berada di bawah tanggung jawab Kementerian
Luar Negeri. Selain itu, guna mendukung partisipasi aktif Indonesia di berbagai fora dan
subfora APEC dimaksud, berbagai Kementerian/Lembaga nasional terlibat aktif dan
berkontribusi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, seperti Kementerian
Perdagangan di Committee on Trade and Investment (CTI), Kementerian Koordinator bidang
Perekonomian di Economic Committee (EC), dan Kementerian PPN/Bappenas di SOM
Steering Committee on Economic and Technical Cooperation (SCE).
anggota Anindya Bakrie dan Karen Agustiawan, dengan anggota pengganti adalah Gatot
Suwondo, Arief Yahya, dan Erwin Aksa.
Sarana untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia, melalui proyekproyek pelatihan teknis dan capacity building serta sharing of best practices.
Sarana untuk memastikan bahwa pasar Asia-Pasifik tetap terbuka bagi produk ekspor
unggulan Indonesia. Terjadi peningkatan total perdagangan Indonesia dengan
Ekonomi APEC lainnya, yaitu sebesar US$ 276,589.1 Milyar pada tahun 2013
dibandingkan US$ 29,9 Milyar pada tahun 19891 pada saat Indonesia turut
mendirikan APEC
Sarana peningkatan investasi. Pada tahun 2012 tercatat total investasi portofolio yang
masuk ke Indonesia dari anggota APEC lainnya adalah sebesar US$ 245,200.5 Milyar
dibandingkan US$ 45,7. Milyar pada tahun 2001.
Sarana pembahasan isu-isu behind the border dan across the border terkait
perdagangan dan investasi, maupun isu-isu yang kerap menjadi ancaman
perekonomian seperti kesiaptanggapan bencana, ancaman terorisme,
Mempermudah dan memfasilitasi dunia usaha antara lain melalui skema APEC
Business Travel Card (ABTC).
Pada tahun 2013, Indonesia kembali menjadi ketua dan tuan rumah KTT ke-21 APEC,
setelah sebelumnya menjadi ketua di tahun 1994. Tema APEC Indonesia 2013 adalah
Resilient Asia-Pacific, Engine of Global Growth. Kepemimpinan Indonesia telah
dimanfaatkan untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang lebih tangguh, berketahanan,
dan cepat pulih di tengah krisis ekonomi, sehingga dapat berperan sebagai lokomotif
pertumbuhan ekonomi dunia.
Guna mendukung pencapaian tema tersebut, Indonesia mengusung tiga prioritas utama, yaitu
1. mendorong upaya pencapaian Bogor Goals (Attaining the Bogor Goals) dan
penguatan integrasi ekonomi regional, melalui kerjasama perdagangan dan investasi,
dan dukungan pada sistem perdagangan multilateral.
2. mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang merata (Achieving Sustainable Growth
with Equity), termasuk didalamnya penguatan peran UMKM dan wanita dalam
perekonomian, membahas masalah ketahanan pangan, serta mengarusutamakan isuisu kelautan di APEC.
3. serta meningkatkan konektivitas kawasan (Promoting Connectivity), khususnya
penguatan infrastruktur fisik, institusional, dan hubungan antar perseorangan di
kawasan, diantaranya melalui peningkatan kerja sama pengembangan dan investasi
infrastruktur, kerja sama lintas batas sektor pendidikan, kerja sama fasilitasi tanggap
darurat bencana alam, serta kerja sama fasilitasi pariwisata di kawasan Asia Pasifik.
APEC China 2014, dengan tema Shaping the Future thorough Asia Pacific Partnership,
telah mengusung tiga prioritas utama, yaitu i) advancing regional economic integration; ii)
promoting innovative development, economic reform and growth; dan iii) strengthening
comprehensive connectivity and infrastructure development.
Melalui forum APEC CEO Summit, ABAC Dialogue with Leaders dan Indonesia-Tiongkok,
Presiden RI telah menyampaikan program kerja pemerintah untuk lima tahun ke depan
khususnya dalam pengembangan infrastruktur, konektivitas dan industri dalam negeri dan
mengundang para pengusaha untuk berpartisipasi pada pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
Hasil KTT APEC 2014 tersebut juga memuat beberapa inisiatif Indonesia yang perlu terus
ditindklanjuti di tahun mendatang, seperti:
a. APEC Connectivity Blueprint, yaitu kelanjutan inisiatif Indonesia pada APEC 2013 di
Bali, yang memastikan bahwa kerja sama konektivitas dan infrastruktur menjadi visi
APEC hingga 2025. Dalam kaitan ini, APEC bermanfaat dalam menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan infrastruktur dan konektivitas Indonesia.
b. Dukungan tenaga ahli APEC pada pendirian Pusat Kemitraan Pemerintah-Swasta
(PPP Center) di Kementerian Keuangan RI agar berstandar internasional dan
penyusunan suatu Guidebook on PPP Framework inisiatif Indonesia, yang
mengidentifikasi praktek-praktek Kemitraan Pemerintah-Swasta yang baik di
kawasan.
c. Upaya Indonesia untuk mendorong peningkatan kerja sama kelautan yang
komprehensif dan penunjukan Indonesia selaku koordinator isu kelautan di APEC.
Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong kerja sama kelautan di APEC
agar selaras dengan gagasan Poros Maritim.
d. Upaya Indonesia untuk melanjutkan studi tentang development products, yang
bertujuan memperjuangkan komoditas seperti minyak sawit, karet alam, kertas, rotan,
dan produk perikanan yang kerap melibatkan petani kecil dan dapat mendukung
pembangunan pedesaan. Upaya ini diharapkan dapat membuka peluang dan
menghilangkan hambatan perdagangan bagi komoditas unggulan tersebut, termasuk
keringanan tarif.
e.
Melanjutkan gagasan Indonesia untuk meningkatkan sinergi antara APEC dengan berbagai organisasi/forum regional dan
internasional, sehingga berbagai tantangan yang menghambat pertumbuhan perekonomian di kawasan dapat dihadapi oleh
berbagai forum sekaligus. Terdapat 3 cara yang diusulkan yaitu dengan mendorong penyelesaian suatu masalah secara
komprehensif, membentuk kerja sama antar organisasi/forum, dan memperkuat arsitektur kerja sama perdagangan dan investasi
di kawasan.
1 http://statistics.apec.org/index.php/bilateral_linkage/bld_result/28
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik memiliki 21 Anggota yang perhitungan untuk sekitar
40.5% dari populasi dunia, sekitar 54.2% dari dunia Produk domestik bruto dan
sekitar 43,7% dari perdagangan dunia
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC, adalah forum utama untuk memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia - Pasifik.
Kawasan Asia - Pasifik secara konsisten wilayah paling dinamis di dunia. Sejak awal APEC
pada tahun 1989, total perdagangan APEC telah tumbuh 395%, jauh melampaui seluruh
dunia.
21 ekonomi anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik APEC adalah: Australia, Brunei
Darussalam, Kanada, Chili, Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Republik Korea,
Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Taipei
(Taiwan), Thailand, Amerika Serikat, Vietnam.
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik memiliki tiga pengamat resmi: Asosiasi dari Asia Tenggara
Bangsa Sekretariat, Ekonomi Pasifik Kerjasama Dewan dan Forum Kepulauan Pasifik
Sekretariat.
Sejak awal, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) telah bekerja untuk mengurangi Tarif
dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia - Pasifik, menciptakan ekonomi domestik
yang efisien dan ekspor secara dramatis meningkat.
Kunci untuk mencapai visi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik adalah apa yang disebut
sebagai asaran Bogor' perdagangan bebas dan terbuka dan investasi di Asia - Pasifik pada
2010 untuk negara maju dan 2020 untuk ekonomi berkembang. Tujuan ini diadopsi oleh
Pemimpin pada tahun 1994 pertemuan mereka di Bogor, Indonesia.
Dikenal sebagai Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik Tiga Pilar', APEC berfokus pada tiga
bidang utama:
- Liberalisasi Perdagangan dan Investasi
- Fasilitasi Perdagangan
- Kerja Sama Ekonomi dan Teknik
Akibatnya, intra-APEC perdagangan barang (ekspor dan impor) telah berkembang dari Dolar
1,7 triliun pada 1989 menjadi Dolar 844.000.000.0.000 - meningkat rata 8,5% per tahun, dan
perdagangan barang di kawasan ini menyumbang 67% dari Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC) Total perdagangan barang. Lebih dari 30 perjanjian perdagangan bebas timbal balik
telah dibuat antara Kerja Sama Ekonomi Anggota Asia Pasifik.
Sebagai hasil dari APEC Fasilitasi Perdagangan Rencana Aksi (TFAP saya) biaya transaksi
bisnis di seluruh wilayah berkurang sebesar 5% antara 2002 dan 2011.
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Vietnam yang merupakan dua kekuatan ekonomi
dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) termasuk aktif melaksanakan
program-program kerja sama perdagangan dan investasi, dan juga liberalisasi perdagangan
forum itu.
Didirikan tahun 1989, APEC beranggota Australia, Amerika Serikat, Brunei, Kanada, Chile,
Filipina, Republik Rakyat Tiongkok, China Hongkong, China Taipei, Indonesia, Jepang,
Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Rusia, Singapura, Korea Selatan,
Thailand, dan Vietnam.
Filipina akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT APEC pada 18-19 November 2015
setelah RRT tahun lalu. Terakhir kali Filipina menjadi tuan rumah pada 1996.
Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT APEC pada 1994 dan tahun 2013, dan Vietnam
tuan rumah KTT APEC tahun 2006 dan akan mendapat giliran lagi pada tahun 2017.
Presiden Vietnam, Truong Tan Sang, akan menghadiri KTT APEC di Manila dan juga Wakil
Presiden M. Jusuf Kalla mewakili Indonesia.
Indonesia berperan dalam pembentukan APEC dan hadir pada konferensi tingkat menteri di
Canberra tahun 1989. Setelah pertemuan APEC di Blake Island Seattle, Amerika Serikat,
pada tahun 1993 Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC tahun 1994 di Bogor.
Perjuangan kepentingan nasional di sejumlah forum APEC terus dilakukan baik pada tataran
konsultasi, penyusunan maupun pelaksanaan atau implementasi kesepakatan.
Prof. Firmanzah PhD dalam sebuah tulisannya mengatakan posisi Indonesia dalam kancah
internasional akan semakin strategis. Hal ini tentunya didasarkan pada perjuangan
kepentingan nasional dalam forum tersebut. Posisi Indonesia sebagai salah satu di antara
sembilan negara APEC yang masuk G-20 sangat strategis dalam menjaga stabilitas kawasan
sekaligus sebagai motor penggerak ekonomi kawasan.
Sebagai tetangga misalnya Indonesia dan Vietnam yang membuka hubungan diplomatik 60
tahun lalu dan telah menjalin kerja sama di berbagai bidang. Sebagai sesama anggota
ASEAN, APEC dan organisasi-organisasi regional dan multilateral lain, kedua negara ini
"berlayar mengarungi samudera" menuju masa depan yang lebih cerah untuk mencapai
keberhasilan khususnya bagi keuntungan rakyatnya.
Kedua negara ini, yang menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kemitraan Strategis
pada 2013 dan Rencana Aksi Kemitraan Strategis 2012-2015 pada tahun 2011, juga telah
menetapkan target perdagangan bilateral sebesar 5 miliar dolar AS.
Para pemimpin Vietnam dan Indonesia kemudian sepakat mempercepat implementasi rencana
aksi mereka untuk meningkatkan Kemitraan Strategis Vietnam-Indonesia pada periode 20142018 dan juga menempa hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi.
Target di sektor perdagangan keduanya telah dibuat. Angka yang telah dipatok sebesar 10
miliar dolar AS pada 2018 bukan perkara mudah untuk mencapainya mengingat nilai
perdagangan kedua negara itu tercatat 5,4 miliar dolar tahun 2014. Penetapan target tersebut
tentu saja mempertimbangkan lingkungan keamanan dan strategis regional yang berubah dan
bergerak cepat.
Di tengah-tengah ekonomi dunia yang mengalami pemulihan lambat, selama lima bulan
pertama tahun 2015 pemerintah Vietnam mengeluarkan keputusan-keputusan penting yang
menjadi panduan bagi para menteri hingga ke jajaran di level bawah dan para pimpinan di
daerah.
Prestasi-prestasinya antara lain stabilitas makroekonomi dijaga, pertumbuhan lebih tinggi dari
yang diperkirakan, GDP kuartal pertama tahun 2015 mencapai 6,03 persen, melampaui
perkiraan dan lebih tinggi 5,06 persen dari yang dicapai pada 2014, inflasi terendah selama
bertahun-tahun (0,04 persen dalam empat bulan pertama tahun 2015); pertumbuhan ekspor
yang memuaskan dengan mencapai 50,1 miliar dolar AS (naik 8,2 persen).
Apa yang dicapai oleh Vietnam selama kurun waktu itu mendapat pujian atau apresiasi dari
pakar dan berbagai institusi seperti Bank Dunia, IMF, ADB dan HSBC dan menumbuhkan
kepercayaan terhadap prospek cerah ekonomi negara itu di masa depan. WB, IMF, ADB dan
HSBC memperkirakan pertumbuhan GDP Vietnam pada tahun 2015 mencapai enam persen,
pada tahun 2016 (6,2 persen) dan pada tahun 2017 (6,5 persen).
APEC di mana Indonesia dan Vietnam termasuk berperan aktif telah mencatat prestasiprestasi penting termasuk pengurangan pajak tiga kali, peningkatan perdagangan internal 300
persen, dan memfasilitasi perjalanan antarindividu dan bisnis.
Vietnam bergabung ke dalam APEC pada tahun 1998. Bergabungnya ke dalam kelompok itu
merupakan langkah penting dalam kebijakan luar negeri Vietnam untuk menunjukkan
keterbukaan, diversifikasi, multilateralisasi, dan integrasi internasional.
APEC telah terbukti menjadi mekanisme kerja sama yang menguntungkan bagi Vietnam, kata
Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Nguyen Cam Tu.
Sebagai suatu forum ekonomi terbuka, APEC telah membawa persetujuan-persetujuan yang
No
Bentuk
Kerja
Sama
ASEAN
Kepanjangan
Keterangan
AFTA
ADB
APEC
EU
EFTA
lembaga pengembangan
keuangan internasional yang
melaksanakan penyaluran dana,
menyokong investasi, dan
memberikan kerja sama teknis
(technical assistance) kepada
negara-negara berkembang yang
menjadi anggotanya.
Asia-Pacific Economic
Cooperation
European Union
Nama
Lembaga
ASEAN
Anggota
Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand, Vietnam
2
AFTA
ADB
APEC
EU
EFTA
Australia,Brunei,Kanada,Indonesia,Jepang,Kor-sel.
Austria,Belgia,Bulgaria,Kroasia
Austria, Finlandia, Islandia, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss
Kerja sama ekonomi ASEAN antara lain berupa membuka pusat promosi ASEAN
untuk kegiatan perdagangan, investasi dan pariwisata di Tokyo; menyediakan
cadangan keamanan pangan ASEAN, terutama beras untuk keperluan darurat;
menyelenggarakan pembangunan proyek-proyek industri, pabrik urea di
Malaysia, industri tembaga di Fhilipina, Pusri di Palembang-Indonesia, serta
membentuk kerja sama pengelolaan barang sejenis, seperti karet alam dan
kopra. Tujuan utama ASEAN:
b. APEC
APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) atau kerja sama ekonomi kawasan Asia Pasifik.
Kerja sama ini pertama kali dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke.
Kerja sama ekonomi ini adalah forum kerja sama ekonomi terbuka, informal, tidak mengikat,
dan tetap berjalan searah dengan aturan WTO (World Trade Organization) serta berbagai
perjanjian internasional.
Pertemuan pertama diadakan pada bulan Januari 1989 di Canberra, Australia yang dihadiri
oleh 12 negara, yaitu enam negara anggota ASEAN, Kanada, Australia, Selandia Baru,
Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, yang secara resmi menyepakati pendirian APEC.
Pada waktu pertemuan tersebut telah disetujui beberapa hal, antara lain:
Kerja sama ini akan terpusat pada hal-hal praktis yang bertujuan
menguatkan saling ketergantungan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.
Pertemuan kedua pada bulan Juni 1990 di Singapura, ke-12 negara APEC sepakat
membentuk tujuh kelompok kerja yang bertugas mengumpulkan data tentang perkembangan
terakhir perekonomian negara anggota, antara lain bidang jasa, investasi, pengalihan
teknologi, perkembangan sumber daya manusia, kerja sama energi, sumber daya laut, dan
telekomunikasi. Program kerja sama lain yang turut digarap adalah pariwisata, transportasi,
dan pengembangan usaha perikanan.
Pertemuan ketiga pada bulan November 1991 di Seoul, Korea Selatan, menghasilkan
kesepakatan masuknya Cina, Hongkong dan Taiwan sebagai anggota baru APEC.
Pertemuan keempat pada bulan September 1992 di Bangkok, Thailand. anggota APEC
sepakat membentuk sekretariat APEC yang bermarkas di Singapura.
Pada KTT-APEC pertama di Seattle, Amerika Serikat pada bulan November 1993 disepakati
penambahan anggota baru, yaitu Mexico, Papua Nugini dan Cile. Dalam KTT-APEC yang
pertama ini juga dinyatakan tentang visi APEC, yaitu untuk mewujudkan komunitas ekonomi
Asia Pasifik yang berdasarkan semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerja sama
untuk menghadapi tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas,
pertumbuhan ekonomi yang luas serta standar kehidupan dan pendidikan yang jauh lebih
tinggi, dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan memperhatikan aspek-aspek
lingkungan.
AFTA atau kawasan perdagangan bebas ASEAN adalah forum kerja sama
antarnegara ASEAN yang bertujuan menciptakan wilayah perdagangan bebas di
seluruh kawasan ASEAN.
3 ) APEC ( Asia Pacific Economic Cooperation Cooperation)
APEC merupakan forum kerja sama negara di kawasan Asia Pasifik untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara
sesama negara anggota.
4 ) EU ( European Union Union)
European Union atau Uni Eropa adalah organisasi kerja sama regional di bidang
ekonomi dan politik negara di Eropa. Anggota Uni Eropa terdiri atas 27 negara,
yaitu Irlandia, Inggris, Prancis, Portugal, dll.
5 ) EFTA ( European Free Trade Area Area)
EFTA didirikan pada tahun 1959 sebagai lembaga kerja sama ekonomi antara
negara-negara Eropa yang tidak termasuk MEE. Negara anggota EFTA terdiri
atas Austria, Swiss, Denmark, Norwegia, dan Portugal.
6 ) ADB ( Asian Development Bank Bank)
ADB atau Bank Pembangunan Asia, berpusat di Manila, Filipina. Tujuan
didirikan ADB adalah untuk membantu negara-negara Asia yang sedang
membangun dengan cara memberikan pinjaman lunak
b . Badan Kerja Sama Ekonomi Multilateral.
Organisasi multilateral yang paling besar adalah Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB. Berikut ini organisasi khusus PBB yang berada di bawah ECOSOC
maupun yang ada kaitannya dengan dewan tersebut.
1 ) IMF ( International Monetary Found)
IMF atau Dana Moneter Internasional adalah lembaga keuangan internasional
yang didirikan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan internasional
2 ) IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development )
IBRD disebut juga World Bank atau Bank Dunia. IBRD merupakan organisasi
pemberi kredit kepada negara-negara anggota untuk tujuan pembangunan.
3 ) WTO ( World Trade Organization )
WTO atau organisasi perdagangan dunia adalah organisasi internasional yang
bertugas untuk menata dan memfasilitasi lalu lintas perdagangan antarnegara
serta mengatasi perselisihan perdagangan antarnegara.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
APEC dewasa ini mencakup tiga program kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Program yang berkaitan dengan upaya liberalisasi perdagangan (trade liberalization).
2. Program yang memberikan perhatian terhadapupaya untuk memperlancar kegiatan
perdagangan dan investasi (trade and investment facilitation program).
3. Program kerja sama pembangunan(development cooperation program) di antaranya
termasuk program bantuan teknik.
Itulah 3 program kegiatan utama APEC.
Tantangan-tantangan Yang Dihadapi Oleh APEC Saat Ini
Sejak berdirinya APEC, badan kerjasama ekonomi ini telah menghadapi berbagai
macam tantangan. Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah masalah
dominasi AS dalam APEC, pergeseran misi APEC dan perpecahan dalam APEC.
AS dengan kebijakan politik luar negerinya yang mengedepankan power selalu berusaha
menjadi controller dalam berbagai forum kerjasama internasional, termasuk dalam APEC.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2003 di Bangkok, Thailand, pada tanggal 20
Oktober, 2003, isu nuklir Korea Utara, terorisme, dan kegagalan pembahasan sistem
perdagangan dunia mendominasi hari pertama. Fakta ini membuktikan dominasi Amerika
Serikat atas penyusunan topik yang dibahas di APEC.
Bahkan sebelum pelaksanaan KTT tersebut, AS sudah mengambil langkah-langkah awal
untuk memantapkan dominasinya di APEC. Dalam tur Asia sebelumnya, Presiden Amerika
Serikat (AS) George Walker Bush telah mencanangkan penekanan isu terorisme di forum
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Sebelum tiba di Bangkok, Bush mendarat di
Tokyo, kemudian di Filipina, dengan tujuan menggalang dukungan Asia untuk membasmi
terorisme. Misi Bush yang lain adalah meraih dukungan soal rekonstruksi di Irak. Bush juga
sudah menekankan bahwa dalam pertemuan puncak APEC dia akan menekankan "dunia ini
masih berbahaya".
Tentu saja banyak pihak merasa keberatan dengan sikap AS dan agenda politiknya dalam
KTT APEC. Namun demikian, untuk mengurangi kritikan bahwa APEC telah didominasi
oleh AS melalui pemaksaan pembahasan isu-isu non ekonomi, pihak AS mencoba
memberikan argumentasi soal itu. Pada rangkaian pertemuan menteri perdagangan dan
menteri luar negeri APEC di Thailand pada minggu pertama bulan Oktober 2003, AS lewat
forum APEC memberikan sinyal bahwa buruknya keamanan akan bisa merusak
perekonomian anggota APEC yang merupakan tempat bagi 60 persen kegiatan perekonomian
dunia. Pihak AS lebih lanjut menegaskan bahwa keamanan dan ekonomi tidak terpisahkan.1
[7]
Dominasi AS juga nampak sekali dalam usulan mereka untuk membahas masalah nilai tukar
Yuan (mata uang Cina). Dalam pertemuan bilateral selama masa KTT APEC 2003, Bush dan
Presiden Cina Hu Jintao setuju untuk menunjuk para ahli membentuk panel. Tujuannya,
menjajaki tentang bagaimana Beijing bisa membuat nilai yuan dapat mendekati nilai pasar.
Sampai saat pelaksanaan KTT tersebut Cina masih mengontrol dan mematok nilai yuan.
Usulan AS ini berawal dari keluhan para pebisnis AS yang mengeluh bahwa yuan memiliki
nilai yang terlalu rendah (vastly undervalued). Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor
Cina menjadi murah dan menyerbu pasaran AS. Hal itu telah pula menyebabkan
tergerogotinya sejumlah kesempatan kerja di AS. Faktor tersebut telah membuat AS berusaha
keras untuk menekan Cina supaya mengambil kebijakan dalam bidang keuangan yang tidak
merugikan kepentingan pelaku-pelaku bisnis AS.
b. Pergeseran Misi APEC
1
Dalam KTT-KTT APEC akhir-akhir ini, pembahasan APEC tidak lagi terfokus pada masalahmasalah ekonomi, akan tetapi justru berkisar pada isu-isu non-ekonomi. Ini merupakan bukti
nyata bahwa karena dominasi AS di APEC maka misi APEC telah mengalami pergeseran.
Anggota-anggota APEC sendiri banyak yang telah menyadari pergeseran misi APEC tersebut
di atas. Menanggapi pergeseran misi ini, sejumlah anggota forum APEC merasa keberatan
karena persoalan keamanan telah mengurangi penekanan APEC terhadap perekonomian dan
isu perdagangan. Topik non-ekonomi juga mengurangi fokus pembahasan pada penghidupan
kembali sistem perdagangan multilateral yang gagal pada pertemuan di Cancun, Meksiko,
awal September 2003.
Mahathir Mohamad, yang pada tahun 2003 masih menjabat sebagai Perdana Menteri
Malaysia mengatakan, bahwa APEC dibentuk sebagai satu kelompok kerja sama ekonomi.
Itulah sebabnya Malaysia dan beberapa anggota APEC tidak setuju pengabaian isu ekonomi
dengan mengutamakan isu keamanan, militer, atau politik yang bukan merupakan misi
APEC. Untuk menjaga supaya APEC kembali pada misi awalnya, beberapa pemimpin negara
anggota APEC mencoba mendesakkan pembahasan isu ekonomi dalam pertemuan-pertemuan
APEC. Mereka menekankan pentingnya menciptakan peraturan global perdagangan untuk
menghasilkan pertumbuhan yang berimbang. Mereka meminta agar agenda pembahasan
perdagangan didorong, termasuk oleh APEC.
c. Perpecahan Dalam APEC
Perpecahan dalam tubuh APEC semakin kelihatan nyata. Pada KTT APEC 2003 saja
terdapat dua hal penting yang mengindikasikan adanya perseteruan dan perpecahan dalam
tubuh APEC. Seperti biasanya, di sela pertemuan APEC 2003, Amerika Serikat mengeluarkan
pernyataan-pernyataan diplomatic yang dapat membahayakan kesatuan anggota-anggota
APEC. Dalam KTT APEC 2003, lewat Condoleezza Rice, yang waktu itu menjabat sebagai
Penasihat Keamanan Nasional Bush, AS mengecam PM Malaysia. Kecaman ini dilontarkan
AS sehubungan dengan pernyataan Mahathir pada KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI)
bahwa Yahudi mengatur dunia secara tidak langsung. AS mengatakan, pernyataan Mahathir
seperti itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi sudah beberapa kali dan AS tidak dapat
mentolerir pernyataan racist semacam itu. Tentu saja pernyataan AS ini menciptakan suatu
perseteruan diplomatic antara AS dan Malaysia. Bila hal ini dibiarkan saja, besar
kemungkinan bahwa keharmonisan antar anggota APEC dapat terganggu. Bukan hanya
menyerang Malaysia, AS juga menyerang junta militer di Myanmar dalam KTT APEC 2003.
AS mengecam keras penahanan pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan
kegagalan Myanmar memperkenalkan demokrasi. Kecaman ini sudah pasti membuat pihak
Myanmar berang dan makin menjaga jarak dengan AS.
Ketika pertemuan para pemimpin APEC berlangsung di Santiago, para pebisnis dan ekonom
di Asia Pasifik mengkritik APEC sebagai suatu forum kerjasama yang tidak mengalami
kemajuan yang berarti terutama dalam enam tahun terakhir. Bahkan dalam usianya yang
sudah 19 tahun, APEC dinilai terancam pecah. Niat APEC untuk mengurangi hambatan pada
aliran perdagangan dan investasi tidak memperlihatkan gerakan. Menurut ekonom terpandang
AS, APEC sedang berubah ke sistem perdagangan global yang terbagi tiga (tripolar global
trading system). Hal itu menjadi ancaman bagi kesatuan APEC dan bertentangan dengan
semangat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Potensi keterpecahan APEC itu diutarakan ekonom AS, Dr Fred C Bergsten. Pada awal 1990an, Bergsten merupakan bagian kelompok terkemuka (eminent persons group/EPG), yang
membidani perkembangan APEC. Dia mengatakan, APEC kini tampaknya lebih tumpul.
Liberalisasi Sukarela Sektoral Secara Dini (The Early Voluntary Sectoral Liberalization)diprakarsai oleh AS untuk membuat APEC segera mengurangi hambatan perdagangan dan
investasi di sektor tertentu-gagal terrealisasi karena penolakan Jepang.
Rencana-rencana Aksi Individu (The Individual Action Plans/IAP), yang diharapkan sebagai
cetak biru bagi anggota untuk mempercepat liberalisasi perdagangan, hanya berakhir tak
lebih dari sekadar laporan nasional. APEC didasarkan pada asas sukarela atas inisiatif sendiri.
Anggota APEC punya rencana sendiri-sendiri (IAP) soal percepatan liberalisasi itu.
Namun, penurunan tarif global berjalan lambat-termasuk di APEC, yang dipicu oleh
kegagalan WTO-mempercepat liberalisasi perdagangan. Sejumlah anggota APEC mulai
menciptakan kesepakatan perjanjian perdagangan bilateral sendiri atau dengan beberapa
negara di kawasan.
Padahal, rencana APEC adalah untuk membentuk satu kawasan perdagangan bebas tahun
2010 bagi anggotanya yang lebih maju dan tahun 2020 bagi anggota yang masih berkembang.
Selain ada sejumlah perjanjian perdagangan bebas yang sudah terbentuk, sejumlah perjanjian
baru dalam proses perundingan. Dan semua itu bukan dalam semangat tema APEC Cile 2004
"One Community, Our Future".
Di Asia misalnya, 10 negara anggota ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan, dan India
sedang mengarah pada pembentukan kelompok perdagangan tersendiri mencakup 3 miliar
penduduk.
Perundingan untuk formulasi Kawasan Perdagangan Bebas Amerika (Free Trade Area of the
Americans) juga sedang berlangsung. "Perjanjian seperti itu berkembang pesat dan
membentuk pengelompokan di APEC sendiri. Muncul peraturan perdagangan yang saling
tumpang tindih dan perjanjian perdagangan itu berkualitas rendah," kata Fred C Bergsten.2[8]
Ekonom dari Korea Selatan, Kim Kih-wan, juga mengingatkan bahwa kesepakatan itu
bersifat diskriminatif dan akan mengalihkan arus perdagangan di APEC menjadi
antarkelompok sendiri. Kim mengatakan, kesepakatan perdagangan di APEC telah terpecah
menjadi kelompok Asia dan Amerika, padahal Asia Pasifik memiliki APEC.
Hal itu bertentangan dengan semangat WTO yang meminta agar perjanjian perdagangan
bersifat umum, berlaku bagi semua negara untuk mencapai efisiensi pada perekonomian
global. "Pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti itu akan menciptakan hostility
(tindakan bermusuhan) dalam konteks perdagangan," kata Kim, yang menjabat sebagai Ketua
Dewan Kerja Sama Ekonomi Pasifik (Pacific Economic Cooperation Council), think tank
2
berpengaruh di APEC. "Hal itu mengingatkan saya pada situasi sebelum Perang Dunia II
ketika terjadi polarisasi perdagangan global ke dalam tiga kelompok," kata Kim.3[9]