You are on page 1of 28

- ASIA-PASIFIC ECONIMIC COOPERATION(APEC)

APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi
Asia Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan
ekonomi dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik. Dengan kata lain AsiaPacific Economic Cooperation, atau APEC, adalah forum utama untuk memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik. APEC
adalah satu-satunya pemerintahan antar kelompok di dunia yang beroperasi atas dasar
komitmen yang tidak mengikat, dialog terbuka dan sama menghormati pandangan dari semua
peserta. Tidak seperti WTO atau badan-badan perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak
memiliki kewajiban perjanjian yang diperlukan dari peserta. Keputusan yang dibuat dalam
APEC yang dicapai dengan konsensus dan komitmen yang dilakukan secara sukarela. APEC
memiliki 21 anggota disebut sebagai Member Ekonomi yang menyumbang sekitar
40,5% 1 dari populasi dunia, sekitar 54,2% 1 dari GDP dunia dan sekitar 43,7% 2 dari
perdagangan dunia.
Maksud dan Tujuan
APEC didirikan pada tahun 1989 untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran untuk wilayah dan untuk memperkuat komunitas Asia-Pasifik. Sejak awal,
APEC telah bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah AsiaPasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan
ekspor. Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut sebagai Tujuan Bogor
yang bebas dan terbuka perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2010
untuk ekonomi industri hingga 2020 untuk mengembangkan ekonomi.. Tujuan ini diadopsi
oleh 1994 mereka Para pemimpin di pertemuan di Bogor, Indonesia.Bebas dan terbuka
membantu perdagangan dan investasi ekonomi untuk tumbuh, menciptakan lapangan kerja
dan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk perdagangan internasional dan
investasiSebaliknya, proteksi harga tetap tinggi dan mendorong inefisiensi dalam industriindustri tertentu. erdagangan bebas dan terbuka membantu menurunkan biaya produksi dan
dengan demikian mengurangi harga barang dan jasa manfaat langsung bagi semua. APEC
juga bekerja untuk menciptakan lingkungan yang aman dan efisien pergerakan barang, jasa
dan orang di seluruh di wilayah perbatasan melalui kebijakan ekonomi dan kesejajaran dan
kerjasama teknis.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC


KTT APEC diadakan setiap tahun di negara-negara anggota. Pertemuan pertama organisasi
APEC diadakan di Canberra, Australia pada tahun 1989.APEC menghasilkan Deklarasi
Bogor pada KTT 1994 di Bogor yang bertujuan untuk menurunkan bea cuka hingga nol dan
lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk negara maju paling lambat tahun 2010 dan
untuk negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020.Pada tahun 1997, KTT APEC
diadakan di Vancouver, Kanada. Kontroversi timbul ketika kepolisian setempat menggunakan
bubuk merica untuk meredakan aksi para pengunjuk rasa yang memprotes kehadiran
Soeharto yang menjabat sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Pada tahun 2003, kepala
organisasi Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin alias Hambali berencana melancarkan
serangan pada KTT APEC di Bangkok, Thailand. Hambali ditangkap di kota Ayutthaya oleh
kepolisian setempat sebelum ia dapat melaksanakan serangan itu.Pada tahun 2004, Chili
menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah KTT APEC.
Peran Serta Indonesia Dalam APEC
Pada bulan Agustus 2005, Departemen Luar Negeri (Deplu) bekerja sama dengan CSIS
mengadakan workshop dengan tema APEC dan Indonesia di Persimpangan Jalan.
Workshop ini, yang dihadiri kalangan swasta, akademisi, LSM, dan pemerintah, dibagi
menjadi dua sesi. Sesi Pertama membahas tema Mid-Term Stocktake: Kemajuan dan
Tantangan dalam Bidang Liberalisasi dan Fasilitasi Menuju Bogor Goals. Fokus sesi ini
adalah mengidentifikasi sejauh mana liberalisasi perdagangan dan investasi dalam forum
APEC telah dicapai. Berbagai hambatan pada bidang-bidang yang belum mencapai kemajuan
juga dibahas dalam sesi ini.
Tema Sesi Kedua adalah APEC dan Indonesia: Relevansi APEC dalam Membahas Isu-Isu di
luar Isu-Isu Ekonomi. Sesi ini membahas prioritas jangka panjang Indonesia di APEC dan
relevansi APEC sebagai forum untuk membahas isu-isu non-ekonomi, seperti isu sosial dan
keamanan. Seminar diawali oleh laporan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika, Deplu dan
dilanjutkan oleh pidato pembukaan Menteri Luar Negeri serta keynote speech Menteri
Perdagangan. Menteri Luar Negeri menekankan bahwa, sebagai salah satu pendiri kerjasama
ini, Indonesia memainkan peran yang sangat menentukan untuk merumuskan visi APEC dan
telah berperan aktif dalam mencetuskan Bogor Goals, yaitu mewujudkan kawasan
perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka tahun 2010 untuk ekonomi maju serta
2020 untuk ekonomi berkembang. Menlu menggarisbawahi agar Indonesia dapat kembali
memainkan peran kepemimpinan dalam proses APEC.

Menteri Perdagangan dalam sambutannya, menekankan bahwa APEC merupakan forum


kerjasama yang penting bagi Indonesia. APEC dapat bermanfaat bagi Indonesia khususnya
dalam hal peningkatan fasilitas perdagangan dan investasi serta Economic and Technical
Cooperation (ECOTECH). Menteri Perdagangan menggarisbawahi bahwa kerjasama APEC
tetap relevan mengingat anggotanya dapat mendiskusikan isu-isu perdagangan dan investasi
tanpa harus bernegosiasi, suatu hal yang tidak dapat dilakukan di World Trade Organization
(WTO). Para pembicara yang tampil pada Sesi Pertama adalah Mahendra Siregar, Deputi
Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Menko Perekonomian, Pos M. Hutabarat, Staf Ahli
Depdag, dan David Parsons, APEC Business Advisory Council (ABAC), sedangkan para
pembahas adalah Wisber Loeis, Mantan Dirjen HELN Deplu, dan Alexander Chandra,
Institute for Global Justice. Direktur Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Deplu
bertindak sebagai moderator pada sesi ini. Para pembicara pada Sesi Kedua adalah Ali Alatas,
Mantan Menlu RI, dan Hadi Soesastro, Centre for Strategic and International Studies (CSIS),
sedangkan yang bertindak sebagai pembahas adalah Lepi Tarmidi, Universitas Indonesia
(UI), dan Abdullah Hehamahua, Penasehat KPK. Direktur Kerjasama Intra Kawasan Asia
Pasifik dan Afrika, Deplu bertindak sebagai moderator .
Latar Belakang Pembentukan APEC
Konperensi negara-negara kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia
pada bulan November 1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian
dikenal dengan nama Asia Pacific Ekonomic Cooperation atau disingkat APEC. Latar
belakang berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat
globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan ekonomi
dunia sejak pertengahan tahun 1980-an. Kemajuan teknologi di bidang transportasi dan
telekomunikasi semakin mendorong percepatan perdagangan global yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan yang cepat pada pasar uang, arus modal, dan meningkatnya
kompetisi untuk memperoleh modal, tenaga kerja terampil, bahan baku, maupun pasar secara
global. Globalisasi perdagangan ini mendorong meningkatnya kerja sama ekonomi di antara
negara-negara seka-wasan seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan
sistem pasar tunggal untuk Eropa; North American Free Trade Area (NAFTA) di kawasan
Amerika Utara; ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara; dan Closer
Economic Relations (CER) yang merupakan kerja sama ekonomi antara Australia dan
Selandia Baru. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dekade 80-an juga ditandai oleh
berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dan diikuti dengan

berkurangnya persaingan persen-jataan. Forum-forum internasional yang seringkali


didominasi dengan pembahasan masalah pertahanan dan keamanan, mulai digantikan dengan
pembahasan masalah-masalah ekonomi dan perdagang-an. Sejalan dengan perubahan
tersebut, timbul pemikiran untuk mengalihkan dana yang semula digunakan untuk
perlombaan senjata ke arah kegiatan yang dapat menunjang kerja sama ekonomi antar negara.
Kerja sama APEC dibentuk dengan pemikiran bahwa dinamika perkembangan Asia Pasifik
menjadi semakin kompleks dan di antaranya diwarnai oleh perubahan besar pada pola
perdagangan dan investasi, arus keuangan dan teknologi, serta perbedaan keunggulan
komparatif, sehingga diperlukan konsultasi dan kerja sama intra-regional. Anggota ekonomi
APEC memiliki keragam-an wilayah, kekayaan alam serta tingkat pembangunan ekonomi,
sehingga pada tahun-tahun per-tama, kegiatan APEC difokuskan secara luas pada pertukaran
pandangan (exchange of views) dan pelaksanaan proyek-proyek yang didasarkan pada
inisiatif-inisiatif dan kesepakatan para anggotanya.
Tujuan Pendirian APEC
Pada Konperensi Tingkat Menteri (KTM) I APEC di Canberra tahun 1989, telah disepakati
bahwa APEC merupakan forum konsultasi yang longgar tanpa memberikan Mandatory
Consequences kepada para anggota-nya. Dari kesepakatan yang diperoleh dalam pertemuan
tersebut dapat disimpulkan bahwa APEC memiliki dua tujuan utama:
1. Mengupayakan terciptanya liberalisasi perdagangan dunia melalui pembentukan sistem
perdagangan multilateral yang sesuai dengan kerangka GATT dalam rangka memajukan
proses kerja sama ekonomi Asia Pasifik dan perampungan yang positif atas perundingan
Putaran Uruguay.
2. Membangun kerja sama praktis dalam program-program kerja yang difokuskan pada
kegiatan-kegiatan yang menyangkut penyelenggaraan kajian-kajian ekonomi, liberalisasi
perdagangan, investasi, alih teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia. Sesuai
kepentingannya, APEC telah mengembangkan suatu forum yang lebih besar substansinya
dengan tujuan yang lebih tinggi, yaitu membangun masyarakat Asia Pasifik dengan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang merata melalui kerja sama perdagangan dan
ekonomi. Pada pertemuan informal yang pertama para pemimpin APEC di Blake Island,
Seattle, Amerika Serikat tahun 1993, ditetapkan suatu visi mengenai masyarakat ekonomi
Asia Pasifik yang didasarkan pada semangat keterbukaan dan kemitraan; usaha kerja sama
untuk menyelesaikan tantangan-tantangan dari perubahan-perubahan; pertukaran barang,

jasa, investasi secara bebas; pertumbuhan ekonomi dan standar hidup serta pendidikan yang
lebih baik, serta pertumbuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c.Asian Pasific Economic Cooperation (APEC)
APEC dibentuk di Canbera, Australia ,1989.
APEC merupakan kerjasama ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Anggota
1. Dari Benua Amerika adalah: Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Chili.
2. Dari Benua Asia adalah: China,Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan
Rusia.
3. Dari Benua Australia adalah: Australia Selandia Baru, dan Papua Nugini.
4. Dari ASEAN adalah: Indonesia, Malaysia,Thailand, Singapura, Filipina, Brunei
Darussalam, dan Vietnam.
Tujuan APEC
adalah membentuk kerja sama perdagangan, investasi, pariwisata, dan
peningkatan SDM yang saling menguntungkan.
APEC ingin membentuk perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik.

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) merupakan upaya kerjasama dari 21 negara


dengan tujuan meningkatkan perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik.
APEC pertama kali didirikan pada tahun 1989 di Canberra, Australia, dengan anggota awal
sebanyak 12 negara.
Pada dekade pertama setelah pendiriannya, perekonomian negara-negara anggota
menyumbang 70% pertumbuhan ekonomi global.
Menurut abjad, anggota APEC adalah Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Cina,
Hong Kong, Cina, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru,
Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Cina Taipei, Thailand, Amerika Serikat, dan
Vietnam.
21 anggota APEC mewakili 41% populasi global, 49% perdagangan internasional, dan 56%
Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Tidak ada perjanjian yang harus ditandatangani karena APEC diikat melalui konsensus dan
kerjasama yang mengacu pada Bogor Goals yang disepakati pada tahun 1994 di Bogor,
Indonesia.
Bogor Goals bertujuan menciptakan perdagangan bebas dan terbuka serta meningkatkan
investasi asing di negara anggota pada tahun 2010 untuk negara ekonomi maju, dan pada
tahun 2020 untuk negara ekonomi berkembang.
APEC bekerja untuk membangun kebijakan anti-proteksionis di negara-negara anggota
dengan mengurangi tarif dan menghilangkan penghalang bagi perdagangan bebas.

Dengan menyatukan sumber daya, negara-negara anggota dapat berbagi informasi dan
meningkatkan kemakmuran bisnis dan individu.
APEC memberi manfaat bagi warga negara anggota dengan menciptakan lebih banyak
kesempatan di tempat kerja, harga barang dan jasa yang lebih murah, dan meningkatkan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam pasar internasional.
Ada tiga bidang utama fokus APEC yaitu:
1. Liberalisasi Perdagangan dan Investasi
Di bidang ini, APEC bekerja untuk mengurangi tarif dan menghapus hambatan lain untuk
mewujudkan perdagangan bebas.
2. Fasilitasi Bisnis
APEC bertujuan memfasilitasi interaksi bisnis antara negara-negara anggota dengan
mengurangi biaya bisnis, berbagi informasi perdagangan, dan meningkatkan hubungan
importir dan eksportir.
3. Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH)
Program ini mencakup memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk
meningkatkan pelatihan dan pendidikan dalam perdagangan internasional.
Anggota APEC rutin bertemu setiap tahun sejak tahun 1993. Tuan rumah pertemuan digilir
bergantian setiap tahunnya.
Di samping isu utama, APEC juga membahas berbagai isu aktual seperti perempuan di
APEC, terorisme, standar transparansi, serta korupsi yang berpotensi mempengaruhi
perdagangan.
APEC didanai oleh iuran tahunan dari setiap negara anggota dengan total nilai sekitar 3,38
juta Dolar AS per tahun.
Dana ini digunakan untuk mendanai program APEC serta membiayai Sekretariat yang
terletak di Singapura.
Kepemimpinan dalam Sekretariat dijabat secara bergilir tergantung pada negara yang menjadi
tuan rumah pertemuan.
Direktur Eksekutif dijabat oleh negara tuan rumah tahun itu, sedangkan Wakil Direktur
Eksekutif berasal dari perwakilan negara tuan rumah tahun depan.

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

I.

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

Keanggotaan APEC

Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) adalah forum kerja sama antar 21 Ekonomi di
lingkar Samudera Pasifik yang berdiri tahun 1989. Saat ini terdapat 21 Ekonomi yang
menjadi anggota APEC, yaitu Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong
Kong-China, Indonesia, Japan, South Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, the
Philippines, Peru, PNG, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, the United States, dan
Viet Nam. Kerja sama di APEC merupakan kerja sama non-politis, ditandai dengan
keanggotaan Hong Kong-China dan Chinese Taipei. Anggota APEC disebut Ekonomi
mengingat setiap anggota saling berinteraksi sebagai entitas ekonomi, dan bukan sebagai
negara.

APEC memiliki tiga pengamat (observer), yaitu ASEAN Secretariat, Pacific Economic
Cooperation Council (PECC), dan Pacific Islands Forum (PIF) Secretariat.

Prinsip Kerja Sama APEC


Kerja sama di APEC dibangun berdasarkan beberapa prinsip yaitu:
1. Consensus, yang berarti bahwa semua keputusan di APEC harus disepakati oleh dan
bermanfaat bagi 21 Ekonomi Anggota.
2. Voluntary and non-binding yang berarti semua kesepakatan dalam forum APEC
dilakukan secara sukarela dan tidak mengikat.
3. Concerted unilateralism, yang berarti pelaksanaan keputusan dilakukan secara
bersama-sama sesuai dengan kemampuan tiap Ekonomi, tanpa syarat resiprositas.
4. Differentiated time frame yaitu bahwa setiap Ekonomi maju diharapkan melakukan
liberalisasi terlebih dahulu

Prinsip-prinsip tersebut terbukti telah membuat anggota APEC melaksanakan komitmen


secara lebih efektif. Fleksibilitas yang diberikan memberikan ruang kepada anggota APEC

yang beragam kapasitasnya, untuk berimprovisasi, melakukan uji coba, dan mengembangkan
pelatihan bersama secara bertahap hingga memenuhi kesepakatan yang diinginkan.

Tujuan utama APEC


Tujuan utama APEC adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan di Asia Pasifik. Hal ini dilakukan dengan mendorong dan memfasilitasi
perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka di kawasan, serta meningkatkan
kerja sama pengembangan kapasitas Ekonomi anggota. Untuk itu, telah ditetapkan suatu
target the Bogor Goals, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi APEC di
Bogor pada tahun 1994 dengan komitmen sebagai berikut:
with the industrialized economies achieving the goal of free and open trade and
investment no later than the year 2010 and developing economies no later than the year
2020.

Pilar Kerja Sama APEC


Untuk mencapai Bogor Goals, kerjasama APEC didasarkan pada tiga pilar, yaitu:

1. Perdagangan dan Investasi yang lebih terbuka


Perdagangan dan investasi yang lebih terbuka, diharapkan akan menurunkan dan, dalam
jangka panjang, menghilangkan hambatan tarif dan non-tarif bagi perdagangan dan investasi,
membuka pasar (khususnya bagi produk-produk Indonesia), meningkatkan perdagangan dan
investasi antar Ekonomi anggota APEC, mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
Ekonomi anggota APEC, serta meningkatkan standar hidup diseluruh kawasan Asia Pasifik.

2. Fasilitasi Perdagangan dan Investasi


Fasilitasi perdagangan dan investasi difokuskan pada pengurangan biaya transaksi,
peningkatan akses terhadap informasi perdagangan, kemudahan administrasi pelabuhan, serta
penyelarasan kebijakan. Upaya ini juga didukung oleh masing-masing Ekonomi anggota
APEC dengan menjalankan reformasi struktural di dalam negeri. Seluruh upaya dimaksud
bertujuan untuk mengurangi besarnya biaya produksi sehingga dapat meningkatkan
perdagangan, menurunkan harga barang dan jasa, serta meningkatkan kesempatan kerja
sebagai akibat efisiennya ekonomi.

3. Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH)

ECOTECH difokuskan pada penyediaan pelatihan dan kerjasama di bidang pembangunan


kapasitas guna membantu Ekonomi anggota APEC mengambil manfaat dari perdagangan
global dan untuk mengembangkan kapasitas institusional dan personil sesuai dengan potensi
Ekonomi masing-masing. Diharapkan upaya tersebut dapat mengatasi tantangan-tantangan
baru di bidang ekonomi antara lain, kesenjangan digital, terorisme, ketahanan pangan,
bencana alam, serta penyakit menular.

Siklus Pertemuan di APEC

Mekanisme kerja APEC bermuara pada para Pemimpin Ekonomi APEC yang melakukan
pertemuan setahun sekali dalam APEC Economic Leaders Meeting (AELM). Sebelumnya,
para Menteri Luar Negeri dan Menteri Perdagangan APEC menghadiri pertemuan bersama
dalam APEC Ministerial Meeting (AMM). Hasil kesepakatan para Pemimpin Ekonomi dan
Menteri APEC tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh para Pejabat Tinggi (Senior Officials)
APEC yang bertemu lazimnya 3 (tiga) kali dalam setahun. Pada tingkatan teknis, hasil-hasil
pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) akan dilaksanakan oleh Komite, Working Groups,
Fora dan Subfora.

Seiring dengan semakin kompleksnya isu-isu perdagangan dan investasi di kawasan, kerja
sama sektoral di APEC juga semakin luas dan kompleks. Tidak kurang dari 34 kelompok
kerja, fora dan subfora yang menyelenggarakan pertemuan secara rutin. Dalam periode
keketuaan dan ketuanrumahan Indonesia di APEC pada tahun 2013, telah diselenggarkan
sebanyak 182 pertemuan untuk berbagai tingkatan.
Kementerian/Lembaga focal point APEC di Indonesia
Koordinator nasional Indonesia untuk APEC berada di bawah tanggung jawab Kementerian
Luar Negeri. Selain itu, guna mendukung partisipasi aktif Indonesia di berbagai fora dan
subfora APEC dimaksud, berbagai Kementerian/Lembaga nasional terlibat aktif dan
berkontribusi sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, seperti Kementerian
Perdagangan di Committee on Trade and Investment (CTI), Kementerian Koordinator bidang
Perekonomian di Economic Committee (EC), dan Kementerian PPN/Bappenas di SOM
Steering Committee on Economic and Technical Cooperation (SCE).

Peran Sektor Swasta di APEC


Sektor swasta, melalui APEC Business Advisory Council (ABAC), juga memegang peran
penting di APEC. Setiap Pemimpin Ekonomi APEC menunjuk dan mengirimkan tiga orang
pengusaha terkemuka sebagai anggota ABAC, guna menyuarakan kepentingan dunia usaha di
masing-masing Ekonomi. Ketua ABAC Indonesia saat ini adalah Wishnu Wardhana dengan

anggota Anindya Bakrie dan Karen Agustiawan, dengan anggota pengganti adalah Gatot
Suwondo, Arief Yahya, dan Erwin Aksa.

Peranan APEC bagi Indonesia dan Kawasan

1. Manfaat APEC bagi Indonesia:

Sarana untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang saling menguntungkan


dengan Negara/Ekonomi mitra strategis Indonesia di kawasan.

Sarana untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Indonesia, melalui proyekproyek pelatihan teknis dan capacity building serta sharing of best practices.

Sarana untuk memastikan bahwa pasar Asia-Pasifik tetap terbuka bagi produk ekspor
unggulan Indonesia. Terjadi peningkatan total perdagangan Indonesia dengan
Ekonomi APEC lainnya, yaitu sebesar US$ 276,589.1 Milyar pada tahun 2013
dibandingkan US$ 29,9 Milyar pada tahun 19891 pada saat Indonesia turut
mendirikan APEC

Sarana peningkatan investasi. Pada tahun 2012 tercatat total investasi portofolio yang
masuk ke Indonesia dari anggota APEC lainnya adalah sebesar US$ 245,200.5 Milyar
dibandingkan US$ 45,7. Milyar pada tahun 2001.

1. Manfaat APEC bagi Kawasan:

Turut menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi di kawasan melalui pertukaran


informasi kebijakan. Sebagaimana tercantum dalam laporan World Bank 2013:
kawasan Asia Pasifik tetap merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi global di
tengah ketidakpastian ekonomi dunia akibat krisis Eropa, hal ini terlihat dari estimasi
tingkat pertumbuhan di APEC yang lebih tinggi dari dunia:
o APEC: 4,2% (2013); 4,7% (2014)
o Dunia: 3,1% (2013); 3,8% (2014)

Menciptakan kondisi yang mendukung peningkatan perdagangan kawasan:


o Tarif rata-rata turun dari 16,9% tahun 1989 menjadi 6,6% tahun 2008, dan
5,8% tahun 2010 serta turun tipis menjadi 5.7% pada tahun 2012.

Sarana pembahasan isu-isu behind the border dan across the border terkait
perdagangan dan investasi, maupun isu-isu yang kerap menjadi ancaman
perekonomian seperti kesiaptanggapan bencana, ancaman terorisme,

Mendorong paradigma pertumbuhan yang berkualitas melalui five growth strategy:


balance, inclusive, sustainable, innovative, dan secure.

Mempermudah dan memfasilitasi dunia usaha antara lain melalui skema APEC
Business Travel Card (ABTC).

APEC Indonesia 2013

Pada tahun 2013, Indonesia kembali menjadi ketua dan tuan rumah KTT ke-21 APEC,
setelah sebelumnya menjadi ketua di tahun 1994. Tema APEC Indonesia 2013 adalah
Resilient Asia-Pacific, Engine of Global Growth. Kepemimpinan Indonesia telah
dimanfaatkan untuk mewujudkan kawasan Asia Pasifik yang lebih tangguh, berketahanan,
dan cepat pulih di tengah krisis ekonomi, sehingga dapat berperan sebagai lokomotif
pertumbuhan ekonomi dunia.

Guna mendukung pencapaian tema tersebut, Indonesia mengusung tiga prioritas utama, yaitu
1. mendorong upaya pencapaian Bogor Goals (Attaining the Bogor Goals) dan
penguatan integrasi ekonomi regional, melalui kerjasama perdagangan dan investasi,
dan dukungan pada sistem perdagangan multilateral.
2. mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang merata (Achieving Sustainable Growth
with Equity), termasuk didalamnya penguatan peran UMKM dan wanita dalam
perekonomian, membahas masalah ketahanan pangan, serta mengarusutamakan isuisu kelautan di APEC.
3. serta meningkatkan konektivitas kawasan (Promoting Connectivity), khususnya
penguatan infrastruktur fisik, institusional, dan hubungan antar perseorangan di
kawasan, diantaranya melalui peningkatan kerja sama pengembangan dan investasi
infrastruktur, kerja sama lintas batas sektor pendidikan, kerja sama fasilitasi tanggap
darurat bencana alam, serta kerja sama fasilitasi pariwisata di kawasan Asia Pasifik.

APEC China 2014 dan Peran Indonesia

APEC China 2014, dengan tema Shaping the Future thorough Asia Pacific Partnership,
telah mengusung tiga prioritas utama, yaitu i) advancing regional economic integration; ii)
promoting innovative development, economic reform and growth; dan iii) strengthening
comprehensive connectivity and infrastructure development.

Melalui forum APEC CEO Summit, ABAC Dialogue with Leaders dan Indonesia-Tiongkok,
Presiden RI telah menyampaikan program kerja pemerintah untuk lima tahun ke depan
khususnya dalam pengembangan infrastruktur, konektivitas dan industri dalam negeri dan
mengundang para pengusaha untuk berpartisipasi pada pembangunan infrastruktur di
Indonesia.

Hasil KTT APEC 2014 tersebut juga memuat beberapa inisiatif Indonesia yang perlu terus
ditindklanjuti di tahun mendatang, seperti:

a. APEC Connectivity Blueprint, yaitu kelanjutan inisiatif Indonesia pada APEC 2013 di
Bali, yang memastikan bahwa kerja sama konektivitas dan infrastruktur menjadi visi
APEC hingga 2025. Dalam kaitan ini, APEC bermanfaat dalam menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan infrastruktur dan konektivitas Indonesia.
b. Dukungan tenaga ahli APEC pada pendirian Pusat Kemitraan Pemerintah-Swasta
(PPP Center) di Kementerian Keuangan RI agar berstandar internasional dan
penyusunan suatu Guidebook on PPP Framework inisiatif Indonesia, yang
mengidentifikasi praktek-praktek Kemitraan Pemerintah-Swasta yang baik di
kawasan.
c. Upaya Indonesia untuk mendorong peningkatan kerja sama kelautan yang
komprehensif dan penunjukan Indonesia selaku koordinator isu kelautan di APEC.
Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong kerja sama kelautan di APEC
agar selaras dengan gagasan Poros Maritim.
d. Upaya Indonesia untuk melanjutkan studi tentang development products, yang
bertujuan memperjuangkan komoditas seperti minyak sawit, karet alam, kertas, rotan,
dan produk perikanan yang kerap melibatkan petani kecil dan dapat mendukung
pembangunan pedesaan. Upaya ini diharapkan dapat membuka peluang dan
menghilangkan hambatan perdagangan bagi komoditas unggulan tersebut, termasuk
keringanan tarif.
e.

Melanjutkan gagasan Indonesia untuk meningkatkan sinergi antara APEC dengan berbagai organisasi/forum regional dan
internasional, sehingga berbagai tantangan yang menghambat pertumbuhan perekonomian di kawasan dapat dihadapi oleh
berbagai forum sekaligus. Terdapat 3 cara yang diusulkan yaitu dengan mendorong penyelesaian suatu masalah secara
komprehensif, membentuk kerja sama antar organisasi/forum, dan memperkuat arsitektur kerja sama perdagangan dan investasi
di kawasan.

1 http://statistics.apec.org/index.php/bilateral_linkage/bld_result/28

Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik memiliki 21 Anggota yang perhitungan untuk sekitar
40.5% dari populasi dunia, sekitar 54.2% dari dunia Produk domestik bruto dan
sekitar 43,7% dari perdagangan dunia
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC, adalah forum utama untuk memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi, kerjasama, perdagangan dan investasi di kawasan Asia - Pasifik.
Kawasan Asia - Pasifik secara konsisten wilayah paling dinamis di dunia. Sejak awal APEC
pada tahun 1989, total perdagangan APEC telah tumbuh 395%, jauh melampaui seluruh
dunia.
21 ekonomi anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik APEC adalah: Australia, Brunei
Darussalam, Kanada, Chili, Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Republik Korea,
Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Taipei
(Taiwan), Thailand, Amerika Serikat, Vietnam.
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik memiliki tiga pengamat resmi: Asosiasi dari Asia Tenggara
Bangsa Sekretariat, Ekonomi Pasifik Kerjasama Dewan dan Forum Kepulauan Pasifik
Sekretariat.
Sejak awal, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) telah bekerja untuk mengurangi Tarif
dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia - Pasifik, menciptakan ekonomi domestik
yang efisien dan ekspor secara dramatis meningkat.
Kunci untuk mencapai visi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik adalah apa yang disebut
sebagai asaran Bogor' perdagangan bebas dan terbuka dan investasi di Asia - Pasifik pada
2010 untuk negara maju dan 2020 untuk ekonomi berkembang. Tujuan ini diadopsi oleh
Pemimpin pada tahun 1994 pertemuan mereka di Bogor, Indonesia.
Dikenal sebagai Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik Tiga Pilar', APEC berfokus pada tiga
bidang utama:
- Liberalisasi Perdagangan dan Investasi
- Fasilitasi Perdagangan
- Kerja Sama Ekonomi dan Teknik
Akibatnya, intra-APEC perdagangan barang (ekspor dan impor) telah berkembang dari Dolar
1,7 triliun pada 1989 menjadi Dolar 844.000.000.0.000 - meningkat rata 8,5% per tahun, dan
perdagangan barang di kawasan ini menyumbang 67% dari Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC) Total perdagangan barang. Lebih dari 30 perjanjian perdagangan bebas timbal balik
telah dibuat antara Kerja Sama Ekonomi Anggota Asia Pasifik.
Sebagai hasil dari APEC Fasilitasi Perdagangan Rencana Aksi (TFAP saya) biaya transaksi
bisnis di seluruh wilayah berkurang sebesar 5% antara 2002 dan 2011.

Ekonomi Asia Pasifik Kerjasama APEC Sekretariat berbasis di Singapura dan


beroperasi sebagai mekanisme dukungan inti untuk APEC proses. Ini
menyediakan koordinasi, dukungan teknis dan konsultasi serta manajemen
informasi, komunikasi dan jangkauan pelayanan publik.
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik APEC adalah pengelompokan antar
pemerintah hanya dalam operasi dunia atas dasar komitmen yang tidak
mengikat, dialog terbuka dan rasa hormat yang sama bagi pandangan dari
semua peserta. Tidak seperti Organisasi Perdagangan Dunia atau badan
perdagangan lebih-pihak, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) memiliki
kewajiban perjanjian tidak diperlukan dari peserta. Keputusan yang dibuat dalam
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik dicapai dengan konsensus dan komitmen yang
dilakukan atas dasar sukarela.

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Vietnam yang merupakan dua kekuatan ekonomi
dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) termasuk aktif melaksanakan
program-program kerja sama perdagangan dan investasi, dan juga liberalisasi perdagangan
forum itu.
Didirikan tahun 1989, APEC beranggota Australia, Amerika Serikat, Brunei, Kanada, Chile,
Filipina, Republik Rakyat Tiongkok, China Hongkong, China Taipei, Indonesia, Jepang,
Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Rusia, Singapura, Korea Selatan,
Thailand, dan Vietnam.
Filipina akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT APEC pada 18-19 November 2015
setelah RRT tahun lalu. Terakhir kali Filipina menjadi tuan rumah pada 1996.
Indonesia pernah menjadi tuan rumah KTT APEC pada 1994 dan tahun 2013, dan Vietnam
tuan rumah KTT APEC tahun 2006 dan akan mendapat giliran lagi pada tahun 2017.

Presiden Vietnam, Truong Tan Sang, akan menghadiri KTT APEC di Manila dan juga Wakil
Presiden M. Jusuf Kalla mewakili Indonesia.
Indonesia berperan dalam pembentukan APEC dan hadir pada konferensi tingkat menteri di
Canberra tahun 1989. Setelah pertemuan APEC di Blake Island Seattle, Amerika Serikat,
pada tahun 1993 Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC tahun 1994 di Bogor.
Perjuangan kepentingan nasional di sejumlah forum APEC terus dilakukan baik pada tataran
konsultasi, penyusunan maupun pelaksanaan atau implementasi kesepakatan.
Prof. Firmanzah PhD dalam sebuah tulisannya mengatakan posisi Indonesia dalam kancah
internasional akan semakin strategis. Hal ini tentunya didasarkan pada perjuangan
kepentingan nasional dalam forum tersebut. Posisi Indonesia sebagai salah satu di antara
sembilan negara APEC yang masuk G-20 sangat strategis dalam menjaga stabilitas kawasan
sekaligus sebagai motor penggerak ekonomi kawasan.

Sebagai tetangga misalnya Indonesia dan Vietnam yang membuka hubungan diplomatik 60
tahun lalu dan telah menjalin kerja sama di berbagai bidang. Sebagai sesama anggota
ASEAN, APEC dan organisasi-organisasi regional dan multilateral lain, kedua negara ini
"berlayar mengarungi samudera" menuju masa depan yang lebih cerah untuk mencapai
keberhasilan khususnya bagi keuntungan rakyatnya.
Kedua negara ini, yang menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kemitraan Strategis
pada 2013 dan Rencana Aksi Kemitraan Strategis 2012-2015 pada tahun 2011, juga telah
menetapkan target perdagangan bilateral sebesar 5 miliar dolar AS.
Para pemimpin Vietnam dan Indonesia kemudian sepakat mempercepat implementasi rencana
aksi mereka untuk meningkatkan Kemitraan Strategis Vietnam-Indonesia pada periode 20142018 dan juga menempa hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi.
Target di sektor perdagangan keduanya telah dibuat. Angka yang telah dipatok sebesar 10
miliar dolar AS pada 2018 bukan perkara mudah untuk mencapainya mengingat nilai
perdagangan kedua negara itu tercatat 5,4 miliar dolar tahun 2014. Penetapan target tersebut
tentu saja mempertimbangkan lingkungan keamanan dan strategis regional yang berubah dan
bergerak cepat.
Di tengah-tengah ekonomi dunia yang mengalami pemulihan lambat, selama lima bulan
pertama tahun 2015 pemerintah Vietnam mengeluarkan keputusan-keputusan penting yang
menjadi panduan bagi para menteri hingga ke jajaran di level bawah dan para pimpinan di
daerah.
Prestasi-prestasinya antara lain stabilitas makroekonomi dijaga, pertumbuhan lebih tinggi dari
yang diperkirakan, GDP kuartal pertama tahun 2015 mencapai 6,03 persen, melampaui
perkiraan dan lebih tinggi 5,06 persen dari yang dicapai pada 2014, inflasi terendah selama
bertahun-tahun (0,04 persen dalam empat bulan pertama tahun 2015); pertumbuhan ekspor
yang memuaskan dengan mencapai 50,1 miliar dolar AS (naik 8,2 persen).
Apa yang dicapai oleh Vietnam selama kurun waktu itu mendapat pujian atau apresiasi dari
pakar dan berbagai institusi seperti Bank Dunia, IMF, ADB dan HSBC dan menumbuhkan
kepercayaan terhadap prospek cerah ekonomi negara itu di masa depan. WB, IMF, ADB dan
HSBC memperkirakan pertumbuhan GDP Vietnam pada tahun 2015 mencapai enam persen,
pada tahun 2016 (6,2 persen) dan pada tahun 2017 (6,5 persen).
APEC di mana Indonesia dan Vietnam termasuk berperan aktif telah mencatat prestasiprestasi penting termasuk pengurangan pajak tiga kali, peningkatan perdagangan internal 300
persen, dan memfasilitasi perjalanan antarindividu dan bisnis.
Vietnam bergabung ke dalam APEC pada tahun 1998. Bergabungnya ke dalam kelompok itu
merupakan langkah penting dalam kebijakan luar negeri Vietnam untuk menunjukkan
keterbukaan, diversifikasi, multilateralisasi, dan integrasi internasional.
APEC telah terbukti menjadi mekanisme kerja sama yang menguntungkan bagi Vietnam, kata
Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Nguyen Cam Tu.
Sebagai suatu forum ekonomi terbuka, APEC telah membawa persetujuan-persetujuan yang

menguntungkan, non kompromi ke negara-negara dengan level perkembangan yang rendah


seperti Vietnam. APEC memiliki mekanisme dialog terbuka dan kebijakan-kebijakan
perdagangan, yang akan membantu negara-negara seperti Vietnam menyesuaikan diri dengan
institusi-institusi global dan perdagangan domestik.
Pejabat senior itu juga mengatakan APEC telah memiliki program spesifik untuk
pengembangan pedagangan sebagai contoh sebuah program untuk mengurangi biaya
transaksi dan waktu antara 2010 dan 2015. Kartu Perjalanan Bisnis APEC telah dikeluarkan
untuk memberikan akses pasar regional bagi pebisnis tanpa perlu visa.
Forum ini juga telah mengembangkan database statistik perdagangan dan institusi dari
seluruh anggotanya, menghemat waktu bisnis dan memanfaatkan dana untuk riset pasar.
Dalam fase pengembangan strategi baru, kawasan Asia-Pasifik dan APEC telah menjadi
bertambah penting bagi Vietnam dalam kaitan dengan ekonomi, diplomasi, keamanan dan
pembangunan.
Deputi Menteri Luar Negeri Bui Thanh Son mengatakan sebanyak 65 persen investasi yang
ditanam di Vietnam berasal dari mitra-mitra di APEC, 60 persen dari produk-produk ekspor
Vietnam dipasarkan ke mereka, 70 persen warga negara asing yang tiba di negara itu berasal
dari anggota-anggota APEC.
Vietnam juga telah mengadakan kemitraan strategis dan komprehensif dengan banyak
negara-negara APEC termasuk Indonesia.
Keberhasilan Vietnam menjadi penyelenggara KTT APEC ke-16 merupakan bukti dari
kontribusi masif negara itu kepada kawasan Asia-Pasifik dan memberikan indikasi
kapasitasnya dan posisinya yang membaik dalam arena internasional.
Berbicara dalam suatu seminar internasional mengenai organisasi APEC yang diadakan barubaru ini di Hanoi, Deputi Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh mengatakan
menjadi tuan rumah KTT APEC pada 2017 merupakan fokus urusan luar negeri Vietnam
hingga tahun 2020, dengan memperlihatkan tekad negaranya dalam mendorong integrasi
internasional dan kebijakan luar negeri multnam untuk multilateral.
Dia juga mengatakan inilah peluang bagi Vietnam meraih dukungan lagi, kerja sama dan
sumber daya dari kekuatan-kekuatan ekonomi APEC untuk memajukan pembangunan
nasional.
bentuk kerja sama ASEAN AFTA ADB APEC EU DAN EFTA dan anggota
lembaganya

No

Bentuk
Kerja
Sama

ASEAN

Kepanjangan

Keterangan

Association Of South East


Asian Nations

Organisasi yang bertujuan


mengukuhkan kerja sama regional

negara-negara di Asia Tenggara

AFTA

ADB

APEC

EU

EFTA

ASEA Free Tread Area

bertujuan meningkatkan daya


saing ASEAN sebagai basis
produksi dalam pasar dunia
melalui penghapusan bea dan
halangan non-bea dalam ASEAN,
dan menarik investasi asing
langsung ke ASEAN

Asian Development Bank

lembaga pengembangan
keuangan internasional yang
melaksanakan penyaluran dana,
menyokong investasi, dan
memberikan kerja sama teknis
(technical assistance) kepada
negara-negara berkembang yang
menjadi anggotanya.

Asia-Pacific Economic
Cooperation

forum utama untuk memfasilitasi


pertumbuhan ekonomi, kerjasama,
perdagangan dan investasi di
kawasan Asia-Pasifik

European Union

rganisasi antar-pemerintahan dan


supra-nasional, yang
beranggotakan negara-negara
Eropa

European Free Trade


Association

untuk mengadakan perdagangan


bebas antar negara anggota dan
mendorong perdagangan bebas
sebagai sarana untuk mencapai
pertumbuhan dan kemakmuran di
antara negara-negara anggotanya

ANGGOTA LEMBAGA LEMBAGA KERJA SAMA

Nama

Lembaga

ASEAN

Anggota
Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand, Vietnam
2

AFTA

ADB

Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand


Afganistan, Australia, kamboja, Fiji, China, india, Jepang, Indonesia,
malaysia, singapura, papua nugini, filiphina

APEC

EU

EFTA

Australia,Brunei,Kanada,Indonesia,Jepang,Kor-sel.
Austria,Belgia,Bulgaria,Kroasia
Austria, Finlandia, Islandia, Norwegia, Portugal, Swedia, Swiss

Diposkan oleh Mahda Leni di 21.52


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
Full Materi e-Ducation

Just another WordPress.com weblog

Bentuk-Bentuk Kerja Sama Internasional


with 2 comments
Layaknya kita di sekolah, kerjasama begitu sangat dibutuhkan dalam menjamin kekompakan
antar siswa ataupun sekolah untuk ruang definisi yang lebih luas. Begitu pun Negara,
perkembangan dan masa depan negara akan menjadi lebih sulit bila tanpa menutup dirinya
untuk tidak mengadakan kontak kerja sama dengan negara lain. Itu sudah kodratnya, tidak
ada satu pun negara yang akan sanggup menjamin eksistensinya ke depan bila dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi dengan sendirian, mereka butuh kerja sama (Cooperate), terutama di bidang Ekonomi.
Pada awalnya, kerjasama ekonomi hanya sebatas pada kegiatan ekspor dan impor saja. Tetapi
dengan makin luasnya pengaruh globalisasi ekonomi, semakin dirasakan dampaknya
terhadap aktivitas pembangunan suatu negara. Bentuk kerja sama antar negara yang akan kita
bahas saat ini, tentunya tidak hanya terpaku pada sektor trading (perdagangan) saja, tetapi
bisa meluas sampai pada usaha untuk ikut aktif dalam aktivitas pembangunan seperti
investasi atau pendirian cabang usaha baru di negara lain. Agar kerja sama tersebut berhasil
dan menguntungkan, maka kerja sama antarnegara tersebut diatur dalam suatu bentuk
organisasi resmi.

Bentuk-bentuk kerjasama antarnegara dapat digolongkan sebagai berikut;


1. Kerja Sama Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya, kerja sama ekonomi
yang terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika dengan Arab Saudi. Kerja
sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta menjalin hubungan
kerja sama perdagangan dengan negara mitra. Pemerintah Indonesia sendiri telah
mentandatangani perjanjian perdagangan dan ekonomi di Kawasan Asia Pasifik dengan 14
negara, di Afrika dan Timur Tengah dengan 10 negara, di Eropa Timur dengan 9 negar, di
Eropa Barat dengan 12 negara dan di Amerika Latin dengan 7 negara.
2. Kerja Sama Regional
Kerja sama regional merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah atau sekawasan.
Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan perdagangan bebas antara negara di suatu
kawasan tertentu. Bentuk kerja sama regional sudah dijajaki oleh PBB melalui pembentukan
komisi regional yang dimulai dari Eropa, Asia Timur dan Amerika Latin. Komisi ini
mengembangkan kebijakan bersama untuk masalah pembangunan khususnya pada bidang
ekonomi. Kerja sama secara regional biasanya lebih pada hubungan dengan lokasi negara
serta berdasarkan alasan historis, geografis, teknik, sumber daya alam dan pemasaran.
Contoh-contoh bentuk kerja sama semacam ini, antara lain:
a. ASEAN
ASEAN (Association of South East Asia Nations) atau Perbara (Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Asia Tenggara) dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967. Pembentukan kerja sama ini ditandai
dengan Deklarasi Bangkok tanggal 8 Agustus 1967, yang ditandatangani oleh empat menteri
luar negeri dan seorang wakil perdana menteri, yaitu:

Adam Malik Menteri Luar Negeri Indonesia.

Thanat Khoman Menteri Luar Negeri Thailand.

Narcisco Ramos Menteri Luar Negeri Fhilipina.

S. Rajaratnam Menteri Luar Negeri Singapura.

Tun Abdul Razak Pejabat Perdana Menteri Malaysia.

Kerja sama ekonomi ASEAN antara lain berupa membuka pusat promosi ASEAN
untuk kegiatan perdagangan, investasi dan pariwisata di Tokyo; menyediakan
cadangan keamanan pangan ASEAN, terutama beras untuk keperluan darurat;
menyelenggarakan pembangunan proyek-proyek industri, pabrik urea di
Malaysia, industri tembaga di Fhilipina, Pusri di Palembang-Indonesia, serta
membentuk kerja sama pengelolaan barang sejenis, seperti karet alam dan
kopra. Tujuan utama ASEAN:

Meningkatkan stabilitas finansial terutama pada tingkat regional.

Menghindari kemungkinan krisis keuangan di masa mendatang, serta

menggalakkan perdagangan dan investasi melalui penurunan tarif.

b. APEC

APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) atau kerja sama ekonomi kawasan Asia Pasifik.
Kerja sama ini pertama kali dicetuskan oleh mantan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke.
Kerja sama ekonomi ini adalah forum kerja sama ekonomi terbuka, informal, tidak mengikat,
dan tetap berjalan searah dengan aturan WTO (World Trade Organization) serta berbagai
perjanjian internasional.
Pertemuan pertama diadakan pada bulan Januari 1989 di Canberra, Australia yang dihadiri
oleh 12 negara, yaitu enam negara anggota ASEAN, Kanada, Australia, Selandia Baru,
Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, yang secara resmi menyepakati pendirian APEC.
Pada waktu pertemuan tersebut telah disetujui beberapa hal, antara lain:

APEC didirikan bukan menjadi suatu blok perdagangan;

Segala pemikiran dan pertimbangan akan diberikan pada diversifikasi


yang ada di kawasan Asia Pasifik; serta

Kerja sama ini akan terpusat pada hal-hal praktis yang bertujuan
menguatkan saling ketergantungan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Pertemuan kedua pada bulan Juni 1990 di Singapura, ke-12 negara APEC sepakat
membentuk tujuh kelompok kerja yang bertugas mengumpulkan data tentang perkembangan
terakhir perekonomian negara anggota, antara lain bidang jasa, investasi, pengalihan
teknologi, perkembangan sumber daya manusia, kerja sama energi, sumber daya laut, dan
telekomunikasi. Program kerja sama lain yang turut digarap adalah pariwisata, transportasi,
dan pengembangan usaha perikanan.
Pertemuan ketiga pada bulan November 1991 di Seoul, Korea Selatan, menghasilkan
kesepakatan masuknya Cina, Hongkong dan Taiwan sebagai anggota baru APEC.
Pertemuan keempat pada bulan September 1992 di Bangkok, Thailand. anggota APEC
sepakat membentuk sekretariat APEC yang bermarkas di Singapura.
Pada KTT-APEC pertama di Seattle, Amerika Serikat pada bulan November 1993 disepakati
penambahan anggota baru, yaitu Mexico, Papua Nugini dan Cile. Dalam KTT-APEC yang
pertama ini juga dinyatakan tentang visi APEC, yaitu untuk mewujudkan komunitas ekonomi
Asia Pasifik yang berdasarkan semangat keterbukaan dan kemitraan, serta upaya kerja sama
untuk menghadapi tantangan perubahan, pertukaran barang, jasa dan investasi secara bebas,
pertumbuhan ekonomi yang luas serta standar kehidupan dan pendidikan yang jauh lebih
tinggi, dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan memperhatikan aspek-aspek
lingkungan.

Bentuk Kerja Sama Ekonomi Antar Negara

1. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Ekonomi Antarnegara


a. Kerja Sama Ekonomi Bilateral
Kerja sama ekonomi bilateral adalah kerja sama ekonomi antara dua negara.
Contoh: pinjam-meminjam modal antara Indonesia dengan Jepang.
b . Kerja Sama Ekonomi Multilateral
Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh banyak negara.
1) Kerja sama regional
Kerja sama regional adalah kerja sama antara beberapa negara dalam satu
kawasan. Contoh: ASEAN, MEE, dan lain-lain.
2) Kerja sama internasional
Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara di dunia dan
tidak terbatas dalam satu kawasan. Contoh: IMF, ILO, OPEC, dan lain-lain.
2. Badan-Badan Kerja Sama Antarnegara di Bidang Ekonomi
a. Badan Kerja Sama Regional
1 ) ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation)
ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama regional
negara-negara di Asia Tenggara. ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967
di Bangkok.

2 ) AFTA ( ASEAN Free Trade Area Area)

AFTA atau kawasan perdagangan bebas ASEAN adalah forum kerja sama
antarnegara ASEAN yang bertujuan menciptakan wilayah perdagangan bebas di
seluruh kawasan ASEAN.
3 ) APEC ( Asia Pacific Economic Cooperation Cooperation)
APEC merupakan forum kerja sama negara di kawasan Asia Pasifik untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara
sesama negara anggota.
4 ) EU ( European Union Union)
European Union atau Uni Eropa adalah organisasi kerja sama regional di bidang
ekonomi dan politik negara di Eropa. Anggota Uni Eropa terdiri atas 27 negara,
yaitu Irlandia, Inggris, Prancis, Portugal, dll.
5 ) EFTA ( European Free Trade Area Area)
EFTA didirikan pada tahun 1959 sebagai lembaga kerja sama ekonomi antara
negara-negara Eropa yang tidak termasuk MEE. Negara anggota EFTA terdiri
atas Austria, Swiss, Denmark, Norwegia, dan Portugal.
6 ) ADB ( Asian Development Bank Bank)
ADB atau Bank Pembangunan Asia, berpusat di Manila, Filipina. Tujuan
didirikan ADB adalah untuk membantu negara-negara Asia yang sedang
membangun dengan cara memberikan pinjaman lunak
b . Badan Kerja Sama Ekonomi Multilateral.
Organisasi multilateral yang paling besar adalah Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB. Berikut ini organisasi khusus PBB yang berada di bawah ECOSOC
maupun yang ada kaitannya dengan dewan tersebut.
1 ) IMF ( International Monetary Found)
IMF atau Dana Moneter Internasional adalah lembaga keuangan internasional
yang didirikan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan internasional
2 ) IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development )
IBRD disebut juga World Bank atau Bank Dunia. IBRD merupakan organisasi
pemberi kredit kepada negara-negara anggota untuk tujuan pembangunan.
3 ) WTO ( World Trade Organization )
WTO atau organisasi perdagangan dunia adalah organisasi internasional yang
bertugas untuk menata dan memfasilitasi lalu lintas perdagangan antarnegara
serta mengatasi perselisihan perdagangan antarnegara.

4 ) FAO ( Food and Agricultural Organization Organization)


FAO adalah organisasi internasional yang bergerak di bidang pangan dan
pertanian. FAO didirikan tanggal 16 Oktober 1945 dan berkedudukan di Roma,
Italia.
5 ) IFC ( International Finance Corporation Corporation)
IFC merupakan bagian dari Bank Dunia. IFC bertugas memberikan bantuan
modal kepada pengusaha-pengusaha swasta yang dijamin pemerintahannya.
6 ) ILO ( International Labour Organization Organization)
ILO atau Organisasi Perburuhan Internasional yang bertugas mempromosikan
keadilan sosial serta hak buruh. ILO dibentuk oleh Liga Bangsa-Bangsa Melalui
Traktat Versailes (Treaty of Versailles).
7 ) UNDP ( United Nations Development Program )
UNDP adalah organisasi di bawah PBB yang bertugas memberikan sumbangan
untuk membiayai program-program pembangunan terutama bagi negara-negara
yang sedang berkembang.
8 ) UNIDO ( United Nations Industrial Development Organization
Organization)
UNIDO merupakan organisasi pembangunan PBB yang bertujuan untuk
memajukan perkembangan industri di negara-negara berkembang yaitu dengan
memberikan bantuan teknis, program latihan, dan penelitian.
1 ) OPEC ( Organization of Petroleum Exporting Countries)
OPEC adalah organisasi negara-negara pengekspor minyak. OPEC berupaya
menstabilkan harga minyak di pasar internasional dan menjamin
kesinambungan pasokan minyak kepada negara-negara konsumen
2 ) OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development
Development)
OECD merupakan organisasi yang bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan
pembangunan. OECD didirikan pada tahun 1961. Tujuan OECD adalah
membentuk kerja sama ekonomi antarnegara anggota.
Apa Prinsip Umum Kerjasama APEC ?
(1)

Menyeluruh (comprehensiveness): yaitu mencakup semua hambatan


terhadap sistem perdaganan dan investasi yang bebas dan terbuka.

(2)

Konsisten WTO (WTO-consistency): yaitu langkah liberalisasi dan


fasilitasi konsisten dengan WTO.

(3)

Kesebandingan (comparability): yaitu mewujudkan kesebandingan langkah


liberalisasi dan fasilitasi yang ditempuh anggota.

(4)

Tidak memihak (non-discrimination): yaitu hasil liberalisasi dan fasilitasi


dinikmati oleh anggota maupun non-anggota AAPEC.

(5)

Transparan (transparency): yaitu menjamin transparansi peraturan agar


terwujjud iklim usaha yang pasti.

(6)

Standstill: yaitu menahan untuk tidak menerapkan kebijakan yang


menambah tingkat proteksi.

(7)

Simultaneous start, Continuous Process & Differentiated Timetable: yaitu


proses liberalisasi dan fasilitasi dimulai segera, berkesinambungan dan
tetap memperhatikan tingkat pembangunan masing-masing anggota.

(8)

Fleksibel (flexibility): yaitu fleksibilitas dimungkinkan untuk menghadapi


isu yang muncul dari perbedaan tingkat pembangunan masing-masing
anggota.

(9)

Kerjasama (cooperation): yaitu kerjasama ekonomi dan tekhnik yang


mendukung liberalisasi dan fasilitasi akan ditempuh secara aktif.

APEC dewasa ini mencakup tiga program kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Program yang berkaitan dengan upaya liberalisasi perdagangan (trade liberalization).
2. Program yang memberikan perhatian terhadapupaya untuk memperlancar kegiatan
perdagangan dan investasi (trade and investment facilitation program).
3. Program kerja sama pembangunan(development cooperation program) di antaranya
termasuk program bantuan teknik.
Itulah 3 program kegiatan utama APEC.
Tantangan-tantangan Yang Dihadapi Oleh APEC Saat Ini
Sejak berdirinya APEC, badan kerjasama ekonomi ini telah menghadapi berbagai
macam tantangan. Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah masalah
dominasi AS dalam APEC, pergeseran misi APEC dan perpecahan dalam APEC.

Dalam penjelasan berikut ini, penulis akan menguraikan setiap tantangan


tersebut secara rinci.
a. Dominasi AS Di Dalam APEC

AS dengan kebijakan politik luar negerinya yang mengedepankan power selalu berusaha
menjadi controller dalam berbagai forum kerjasama internasional, termasuk dalam APEC.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2003 di Bangkok, Thailand, pada tanggal 20
Oktober, 2003, isu nuklir Korea Utara, terorisme, dan kegagalan pembahasan sistem
perdagangan dunia mendominasi hari pertama. Fakta ini membuktikan dominasi Amerika
Serikat atas penyusunan topik yang dibahas di APEC.
Bahkan sebelum pelaksanaan KTT tersebut, AS sudah mengambil langkah-langkah awal
untuk memantapkan dominasinya di APEC. Dalam tur Asia sebelumnya, Presiden Amerika
Serikat (AS) George Walker Bush telah mencanangkan penekanan isu terorisme di forum
Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Sebelum tiba di Bangkok, Bush mendarat di
Tokyo, kemudian di Filipina, dengan tujuan menggalang dukungan Asia untuk membasmi
terorisme. Misi Bush yang lain adalah meraih dukungan soal rekonstruksi di Irak. Bush juga
sudah menekankan bahwa dalam pertemuan puncak APEC dia akan menekankan "dunia ini
masih berbahaya".
Tentu saja banyak pihak merasa keberatan dengan sikap AS dan agenda politiknya dalam
KTT APEC. Namun demikian, untuk mengurangi kritikan bahwa APEC telah didominasi
oleh AS melalui pemaksaan pembahasan isu-isu non ekonomi, pihak AS mencoba
memberikan argumentasi soal itu. Pada rangkaian pertemuan menteri perdagangan dan
menteri luar negeri APEC di Thailand pada minggu pertama bulan Oktober 2003, AS lewat
forum APEC memberikan sinyal bahwa buruknya keamanan akan bisa merusak
perekonomian anggota APEC yang merupakan tempat bagi 60 persen kegiatan perekonomian
dunia. Pihak AS lebih lanjut menegaskan bahwa keamanan dan ekonomi tidak terpisahkan.1
[7]
Dominasi AS juga nampak sekali dalam usulan mereka untuk membahas masalah nilai tukar
Yuan (mata uang Cina). Dalam pertemuan bilateral selama masa KTT APEC 2003, Bush dan
Presiden Cina Hu Jintao setuju untuk menunjuk para ahli membentuk panel. Tujuannya,
menjajaki tentang bagaimana Beijing bisa membuat nilai yuan dapat mendekati nilai pasar.
Sampai saat pelaksanaan KTT tersebut Cina masih mengontrol dan mematok nilai yuan.
Usulan AS ini berawal dari keluhan para pebisnis AS yang mengeluh bahwa yuan memiliki
nilai yang terlalu rendah (vastly undervalued). Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor
Cina menjadi murah dan menyerbu pasaran AS. Hal itu telah pula menyebabkan
tergerogotinya sejumlah kesempatan kerja di AS. Faktor tersebut telah membuat AS berusaha
keras untuk menekan Cina supaya mengambil kebijakan dalam bidang keuangan yang tidak
merugikan kepentingan pelaku-pelaku bisnis AS.
b. Pergeseran Misi APEC
1

Dalam KTT-KTT APEC akhir-akhir ini, pembahasan APEC tidak lagi terfokus pada masalahmasalah ekonomi, akan tetapi justru berkisar pada isu-isu non-ekonomi. Ini merupakan bukti
nyata bahwa karena dominasi AS di APEC maka misi APEC telah mengalami pergeseran.
Anggota-anggota APEC sendiri banyak yang telah menyadari pergeseran misi APEC tersebut
di atas. Menanggapi pergeseran misi ini, sejumlah anggota forum APEC merasa keberatan
karena persoalan keamanan telah mengurangi penekanan APEC terhadap perekonomian dan
isu perdagangan. Topik non-ekonomi juga mengurangi fokus pembahasan pada penghidupan
kembali sistem perdagangan multilateral yang gagal pada pertemuan di Cancun, Meksiko,
awal September 2003.
Mahathir Mohamad, yang pada tahun 2003 masih menjabat sebagai Perdana Menteri
Malaysia mengatakan, bahwa APEC dibentuk sebagai satu kelompok kerja sama ekonomi.
Itulah sebabnya Malaysia dan beberapa anggota APEC tidak setuju pengabaian isu ekonomi
dengan mengutamakan isu keamanan, militer, atau politik yang bukan merupakan misi
APEC. Untuk menjaga supaya APEC kembali pada misi awalnya, beberapa pemimpin negara
anggota APEC mencoba mendesakkan pembahasan isu ekonomi dalam pertemuan-pertemuan
APEC. Mereka menekankan pentingnya menciptakan peraturan global perdagangan untuk
menghasilkan pertumbuhan yang berimbang. Mereka meminta agar agenda pembahasan
perdagangan didorong, termasuk oleh APEC.
c. Perpecahan Dalam APEC
Perpecahan dalam tubuh APEC semakin kelihatan nyata. Pada KTT APEC 2003 saja
terdapat dua hal penting yang mengindikasikan adanya perseteruan dan perpecahan dalam
tubuh APEC. Seperti biasanya, di sela pertemuan APEC 2003, Amerika Serikat mengeluarkan
pernyataan-pernyataan diplomatic yang dapat membahayakan kesatuan anggota-anggota
APEC. Dalam KTT APEC 2003, lewat Condoleezza Rice, yang waktu itu menjabat sebagai
Penasihat Keamanan Nasional Bush, AS mengecam PM Malaysia. Kecaman ini dilontarkan
AS sehubungan dengan pernyataan Mahathir pada KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI)
bahwa Yahudi mengatur dunia secara tidak langsung. AS mengatakan, pernyataan Mahathir
seperti itu bukan hanya terjadi sekali, tetapi sudah beberapa kali dan AS tidak dapat
mentolerir pernyataan racist semacam itu. Tentu saja pernyataan AS ini menciptakan suatu
perseteruan diplomatic antara AS dan Malaysia. Bila hal ini dibiarkan saja, besar
kemungkinan bahwa keharmonisan antar anggota APEC dapat terganggu. Bukan hanya
menyerang Malaysia, AS juga menyerang junta militer di Myanmar dalam KTT APEC 2003.
AS mengecam keras penahanan pejuang demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan
kegagalan Myanmar memperkenalkan demokrasi. Kecaman ini sudah pasti membuat pihak
Myanmar berang dan makin menjaga jarak dengan AS.
Ketika pertemuan para pemimpin APEC berlangsung di Santiago, para pebisnis dan ekonom
di Asia Pasifik mengkritik APEC sebagai suatu forum kerjasama yang tidak mengalami
kemajuan yang berarti terutama dalam enam tahun terakhir. Bahkan dalam usianya yang
sudah 19 tahun, APEC dinilai terancam pecah. Niat APEC untuk mengurangi hambatan pada
aliran perdagangan dan investasi tidak memperlihatkan gerakan. Menurut ekonom terpandang
AS, APEC sedang berubah ke sistem perdagangan global yang terbagi tiga (tripolar global

trading system). Hal itu menjadi ancaman bagi kesatuan APEC dan bertentangan dengan
semangat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Potensi keterpecahan APEC itu diutarakan ekonom AS, Dr Fred C Bergsten. Pada awal 1990an, Bergsten merupakan bagian kelompok terkemuka (eminent persons group/EPG), yang
membidani perkembangan APEC. Dia mengatakan, APEC kini tampaknya lebih tumpul.
Liberalisasi Sukarela Sektoral Secara Dini (The Early Voluntary Sectoral Liberalization)diprakarsai oleh AS untuk membuat APEC segera mengurangi hambatan perdagangan dan
investasi di sektor tertentu-gagal terrealisasi karena penolakan Jepang.
Rencana-rencana Aksi Individu (The Individual Action Plans/IAP), yang diharapkan sebagai
cetak biru bagi anggota untuk mempercepat liberalisasi perdagangan, hanya berakhir tak
lebih dari sekadar laporan nasional. APEC didasarkan pada asas sukarela atas inisiatif sendiri.
Anggota APEC punya rencana sendiri-sendiri (IAP) soal percepatan liberalisasi itu.
Namun, penurunan tarif global berjalan lambat-termasuk di APEC, yang dipicu oleh
kegagalan WTO-mempercepat liberalisasi perdagangan. Sejumlah anggota APEC mulai
menciptakan kesepakatan perjanjian perdagangan bilateral sendiri atau dengan beberapa
negara di kawasan.
Padahal, rencana APEC adalah untuk membentuk satu kawasan perdagangan bebas tahun
2010 bagi anggotanya yang lebih maju dan tahun 2020 bagi anggota yang masih berkembang.
Selain ada sejumlah perjanjian perdagangan bebas yang sudah terbentuk, sejumlah perjanjian
baru dalam proses perundingan. Dan semua itu bukan dalam semangat tema APEC Cile 2004
"One Community, Our Future".
Di Asia misalnya, 10 negara anggota ASEAN bersama Jepang, Korea Selatan, dan India
sedang mengarah pada pembentukan kelompok perdagangan tersendiri mencakup 3 miliar
penduduk.
Perundingan untuk formulasi Kawasan Perdagangan Bebas Amerika (Free Trade Area of the
Americans) juga sedang berlangsung. "Perjanjian seperti itu berkembang pesat dan
membentuk pengelompokan di APEC sendiri. Muncul peraturan perdagangan yang saling
tumpang tindih dan perjanjian perdagangan itu berkualitas rendah," kata Fred C Bergsten.2[8]
Ekonom dari Korea Selatan, Kim Kih-wan, juga mengingatkan bahwa kesepakatan itu
bersifat diskriminatif dan akan mengalihkan arus perdagangan di APEC menjadi
antarkelompok sendiri. Kim mengatakan, kesepakatan perdagangan di APEC telah terpecah
menjadi kelompok Asia dan Amerika, padahal Asia Pasifik memiliki APEC.
Hal itu bertentangan dengan semangat WTO yang meminta agar perjanjian perdagangan
bersifat umum, berlaku bagi semua negara untuk mencapai efisiensi pada perekonomian
global. "Pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti itu akan menciptakan hostility
(tindakan bermusuhan) dalam konteks perdagangan," kata Kim, yang menjabat sebagai Ketua
Dewan Kerja Sama Ekonomi Pasifik (Pacific Economic Cooperation Council), think tank
2

berpengaruh di APEC. "Hal itu mengingatkan saya pada situasi sebelum Perang Dunia II
ketika terjadi polarisasi perdagangan global ke dalam tiga kelompok," kata Kim.3[9]

You might also like