You are on page 1of 8

Pengantar Faal Otot

Pengantar
FAAL O T O T
dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF
Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

PENDAHULUAN
Seperti halnya pada semua organ, untuk memahami bagaimana otot bekerja
perlu dipelajari terlebih dahulu struktur otot baik secara makroskopis maupun
mikroskopis. Gambaran ringkas struktur otot dalam bentuk berkas otot hingga
miofilamen dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Struktur makroskopis ini
penting dalam menjelaskan otot sebagai sumber energi yang dapat
menggerakkan tubuh dan menghasilkan gaya yang bekerja pada sumbu tertentu
menurut kedudukannya dalam persendian. Struktur mikroskopis otot juga penting
dalam memahami proses pembentukan energi mekanik dalam sel otot serta
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, melalui kedua gambar
tersebut Saudara diharapkan dapat memahami kerja miofilamen sebagai molekul
yang menghasilkan gaya mekanik untuk gerak tubuh.
Jaringan otot di tubuh kita terdiri dari 3 jenis, yaitu otot rangka, otot jantung
dan otot polos. Pengantar ini akan lebih banyak menyinggung otot rangka karena
kaitannya dengan modul Sikap dan Gerak yang sedang menjadi bahan kajian
saudara saat ini.

Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF


Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

2
Gambar 1.

Struktur otot rangka dan ikatannya dengan tulang melalui tendo. Dari: Vander,
Sherman, & Lucianos Human physiology -The mechanisms of body function.

Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF


Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

Gambar 2 .

Gambar 3 dimensi dari struktur mikroskopis otot rangka. Dari: Human physiology. An
integrated approach (DU Silverthorn).

KONTRAKSI OTOT RANGKA


Striated muscles are composed of two sets of overlapping protein myofilaments,called
actin and myosin, whose relative sliding motion, driven by the action of ATP on the
myosin cross-bridges, produces shortening and generates force
(Rhoades & Pflanzer, Human Physiology)

Otot rangka adalah organ peka-rangsang yang dipersarafi oleh saraf motorik
somatik dalam kesatuan yang disebut unit motorik (motor unit). Penghantaran
impuls (potensial aksi) saraf motorik alfa menuju motor endplate di membran otot
rangka (lihat kembali Pengantar Sistem Motorik Somatik) merupakan peristiwa
yang mengawali kontraksi otot. Sebelum terjadi potensial aksi saraf motorik alfa,
di motor endplate telah terjadi depolarisasi (EPP = endplate potential) sebagai
akibat terlepasnya (release) ACh (asetilkolin) dalam kuantum kecil secara terus
menerus. Dengan adanya potensial aksi di saraf motoriknya, penglepasan ACh
akan sangat banyak sehingga depolarisasi di endplate menjadi potensial aksi otot
yang kemudian menjalar sepanjang membran sel otot dan tubulus T. Akibatnya,
pintu Ca di retikulum sarkoplasma membuka dan melepaskan ion Ca ke
sitoplasma sel otot. Ion Ca kemudian menyebar ke seluruh sitoplasma dan
berikatan dengan troponin C. Ikatan troponin C dengan ion Ca mengakibatkan
perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding sites untuk kepala
miosin di molekul aktin. Pembukaan binding sites tersebut memungkinkan
terjadinya jembatan silang (cross bridges) antara filamen aktin dan miosin.
Selanjutnya, dengan katalis enzim myosin-ATP-ase, terjadi hidrolisis ATP
Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF
Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

menjadi ADP + Pi + energi di kepala miosin yang memungkinkan pembengkokan


kepala miosin hingga miofilamen bergerak saling bergeser (sliding of
myofilaments) ke arah pertengahan sarkomer menghasilkan kontraksi otot.
Seluruh peristiwa kontraksi otot rangka mulai dari perangsangan saraf motorik
hingga pergeseran miofilamen disebut sebagai excitation-contraction coupling.

Gambar 3.

Perjalanan impuls dari ujung saraf motorik hingga menghasilkan pergeseran filamen.
Dari: Human physiology. An integrated approach (DU Silverthorn).

Berdasarkan urutan kejadian pada perangsangan otot rangka tersebut, dapat


dimengerti bahwa jika dilakukan rekaman perubahan listrik dan mekanik di otot
rangka akan diperoleh gambaran seperti tercantum di Gambar 4. Dengan
memperhatikan gambar tersebut, Saudara dapat melihat perbedaan lama
berlangsungnya perubahan listrik dan mekanik, yaitu perubahan listrik otot rangka
berlangsung selama 2 milidetik sedangkan perubahan mekaniknya berlangsung
selama 10 - 100 milidetik, bergantung pada tipe serat otot rangkanya. Selain itu,
dengan menggabungkan informasi dari Gambar 3 dan Gambar 4 dapat dipahami
peran ion Na dan K dalam menghasilkan potensial aksi di membran serat otot
serta peran ion Ca dalam memulai peristiwa pergeseran miofilamen. Jika
kemudian impuls di saraf motorik berhenti, maka ion Ca dalam sitoplasma akan
kembali ke retikulum sarkoplasma melalui kanal ion oleh kegiatan pompa aktif.
Ketiadaan ion Ca di sitoplasma mengakibatkan binding sites di filamen aktin
tertutup kembali, ikatan aktin dan miosin terlepas sehingga terjadilah relaksasi
otot.

Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF


Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

Gambar 4.

Diagram yang menggambarkan hubungan waktu terjadinya potensial aksi saraf


motorik (grafik paling atas) - potensial aksi serat otot rangka (grafik di tengah) kontraksi serat otot rangka (grafik paling bawah). Perhatikan bahwa di serat otot
rangka peristiwa listrik selesai sebelum peristiwa mekanik mulai. Dari: Human
physiology - An integrated approach (DU Silverthorn).

Jika peristiwa seluler yang mendasari kontraksi otot rangka telah dapat
dipahami, maka kajian selanjutnya adalah memahami pengaruh perubahan
karakteristik perangsangan terhadap kontraksi otot rangka.
Saraf motorik,
sebagaimana saraf pada umumnya, mempunyai ambang rangsang tertentu. Jika
telah tercapai ambang rangsangnya, maka di saraf tersebut dapat terbentuk
potensial aksi yang akan dihantarkan sebagai impuls. Dengan demikian, jika
seberkas saraf motorik yang terdiri atas banyak serat saraf dirangsang, maka
saraf motorik yang akan menghantarkan potensial aksi adalah serat saraf yang
dilampaui ambang rangsangnya. Perbedaan ambang rangsang serat saraf serta
persarafan otot rangka melalui unit motorik merupakan dasar terjadinya rekrutmen
unit motorik pada perubahan intensitas perangsangan saraf motorik.
Karakteristik perangsangan lain yang juga penting dalam menghasilkan
perubahan kekuatan kontraksi otot rangka adalah frekuensi perangsangan pada
perangsangan berulang. Pada perangsangan berulang, ion Ca yang dilepas ke
sitoplasma akan bertambah jumlahnya, membuka lebih banyak binding sites,
menambah jumlah jembatan silang sehingga meningkatkan kekuatan kontraksi ot
ot. Perubahan frekuensi perangsangan tersebut akan menghasilkan perubahan
pola kontraksi yang jika dibuat rekaman kegiatan mekaniknya (mekanomiogram)
akan memperlihatkan pola yang khas. Pada perangsangan yang sangat tinggi
frekuensinya, kontraksi otot akan berlangsung terus menerus tanpa diikuti oleh
fase relaksasi. Hal ini dimungkinkan karena perangsangan yang diberikan secara
Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF
Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

berturutan tersebut terjadi saat kontraksi otot masih berlangsung sedangkan


kegiatan listriknya telah selesai. Dengan kata lain, otot rangka yang masih
berkontrasi dapat memberi respons atas pemberian rangsang berikutnya karena
pada saat itu otot tersebut telah melampaui masa refrakternya (Gambar 4).
Berbeda dengan otot rangka, kontraksi terus menerus pada otot jantung tidak
dapat terjadi karena masa refrakter otot jantung berlangsung hampir sama
panjangnya dengan masa kontraksinya (Gambar 5)

Gambar 5.

Diagram yang menggambarkan perbedaan masa refrakter dengan masa kontraksi


otot jantung (kiri) dan otot rangka (kanan). Dari: Human physiology - An integrated
approach (DU Silverthorn).

Selain perangsangan saraf, berbagai faktor lain dapat mempengaruhi kinerja


kontraksi otot rangka. Panjang awal otot, yang berkaitan dengan jumlah jembatan
silang yang dapat dihasilkan oleh tumpang tindih (overlapping) filamen aktin dan
miosin merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot rangka.
Sehubungan dengan hal ini, perlu diingat bahwa otot rangka melekat pada tulang
sehingga kekuatan kontraksi yang dihasilkan akan sangat bergantung pada
kedudukan sendi (derajat fleksi, ekstensi dsb.) serta arah serat otot terhadap aksis
kebebasan gerak sendinya. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kinerja
kontraksi otot rangka adalah perubahan suhu dan keasaman (pH), yang dapat
mempengaruhi kinerja protein yang merupakan bahan dasar otot maupun enzim
yang berperan dalam kontraksi otot rangka. Penelitian mutakhir menunjukkan
bahwa faktor sentral (sistem saraf pusat), cadangan glikogen otot dan keadaan
ion Fosfat maupun Kalium dalam otot juga dapat mempengaruhi kinerja otot pada
kondisi tertent u, antara lain berupa timbulnya kelelahan otot.
Proses kontraksi dan relaksasi otot senantiasa membutuhkan pasokan ATP
yang diperoleh dari berbagai jalur metabolisme sumber energi di dalam otot
rangka. Hidrolisis ATP akan menghasilkan energi baik mekanik maupun panas
(termal).
Energi mekanik tersebut akan menjadi tegangan otot, yang
memendekkan berkas otot jika tegangan tersebut melampaui beban yang harus
Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF
Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

dilawannya. Kontraksi otot yang memendekkan berkas otot disebut kontraksi


isotonik. Jika tegangan otot lebih rendah dari beban yang harus dilawan oleh otot
tersebut maka kontraksi tidak akan mengubah panjang berkas otot, yang disebut
sebagai kontraksi isometrik.
Sesungguhnya, sebagian besar energi yang
dihasilkan oleh proses kontraksi otot adalah dalam bentuk energi panas. Fungsi
otot rangka sebagai penghasil energi terbesar di tubuh manusia sangat besar
perannya dalam pengaturan keseimbangan panas.

PENUTUP
Sebagai bagian dari sistem lokomosi, otot rangka bekerja dalam kesatuan
dengan tulang (persendian) dan sistem saraf motorik somatik. Pemahaman
tentang mekanisme kerja otot rangka tersebut dapat digunakan untuk
menganalisis kinerja otot rangka dalam pergerakan (proses menggerakkan)
tubuh, serta perubahan yang terjadi akibat berbagai hal seperti latihan, kelelahan,
penuaan dan kematian. Selanjutnya, peran otot dalam pengendalian
kesetimbangan panas tubuh akan diuraikan dalam topik metabolisme.

Referensi berikut ini dapat Saudara gunakan sebagai acuan dalam mempelajari
faal otot:
1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Edisi 10. Philadelphia:
W.B. Saunders Company; 2000. h 67-79 dan 80-6.
2. Rhoades R, Pflanzer R. Human Physiology. Edisi 3. Orlando: Saunders
College Publishing; 1996. h 466-507.
3. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. Edisi 5. Belmont :
Thomson-Brooks/Cole; 2004. h 256-301.
4. Silverthorn DU. Human physiology. An integrated approach. Edisi 3. San
Francisco: Pearson Education, Inc; 2004. h 389-427.
5. Widmaier E, Raff H, Strang K. Vander, Sherman, & Lucianos Human
Physiology. The mechanisms of body function. Edisi 9. Boston: Mc GrawHill; 2004. h 267-310.

Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF


Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Pengantar Faal Otot

Dr. Eric Mayo Dagradi, M.Kes-AIF


Bagian Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

You might also like