Uj Ketoketican Aku Joma (Lina Rustant! dan Murtaa)
UJ KETOKSIKAN AKUT JAMU ANTIDIABETIKA PADA MENCIT JANTAN
(Acute Toxicity Test of Antidiabetic Jamu on Mice)
Lina Restanti', Nartsila*
'Pustitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes Depkes RI
>Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta
Abstract
Acute toxicity of herbal medicine for antidiabetic has been studied on male mice. The herbal medicine
‘was given orally in certain dose, and the effect on behaviour of mice and histopathology of some
organs were evaluated within 24 hours. The death of mice were evaluated and were calculated as
LD, (Lethal Dose 50) value, using Tainter-Miller method. The Result showed that the herbal medicine
did not significantly influence the organs and the weight of mice.
Keyword: Acute toxicity, herbal medicine, antidiabetic. mice, LD.
[Naskah diterima tanggal 10,Apeil 2006. disetujul untuk dimuattanggal 25 Juni 2006
‘Alamat korespondensi
PPusltbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes Depkes RI. JI. Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat
emit
PENDAHULUAN
Dewasa ini, walaupun obst-obat modern telah
‘mendominasi pelayanan keschatan formal, penggunaan
‘obat tradisional tidak terpescr, bahkan teres berkembang.
‘Oat tradisional sudah tidak dapat dipisahkan dari
budaya bangsa, karena telah lama melekat seria
ddipergunakan oleh segenap lapisan masyarakat. Sejalan
dengan anjuran WHO, dalam rangka peningkatan
pemerataan Kesehatan kepada masyarakat, obat
‘radisional perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya, dibina,
dan dikembangkan agar lebih berdaya guna (1).
Pengembangan obat tradisional pada akhirnya harus
dapat menetapkan mana yang dapat dipakai untuk
Pengobatan dan mana yang tidak bermanfaat, bahkan
‘yang dapat membahayakan kesehatan (2).
‘Menurut aturan WHO, sediaan obat tradisional
hharus memenuhi persyaratan Kualitas, Keamanan, dan
kkhasiat (3). Untuk memenuhi persyaratan tersebut
diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji
ketoksikan dan khasiat kerja, yang jika memenuhi
persyaratan, dlanjutkan dengan uji Klinik (4).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit
gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai
‘dengan kadar pula darah yang tinggi (hiperelikemi) dan
adanya glukosa dalam urin (glukosuria). Selama ini
‘pengobatan diabetes melitus biasanya dilakukan dengan
‘pemberian obat-obat Oral Anti Diabetik (OAD) atau
‘dengan suntikan insulin. Kedua cara pengobatan
‘ersebut tergolong mahal schingga penderita yang tidak
mampu berusaha mencari altermatif dengan
‘menggunakan obat tradisional (
4
Jamu antidiabetika merupakan salah satu
sediaan jamu yang digunakan untuk mengatasi diabetes
‘mellitus. Jamu ini berisi campuran ckstrak daun
sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.). umbi
bawang putih (Allium sativum, L.), dan rimpang
temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb.) Berdasarkan
‘penclitian,rebusan daun sambiloto 40% (b/v), 20 m/BB
‘oral dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
‘ptih jantan, (Sugiyarto, 1987). Eek farmakologis daun
ini terutama disebabkan oleh kandungan zat aktifya
yaitu andrografolida dan senyawa diterpenoid lainnya,
‘seperti deoksiandrografolida, neoandrografolida, 14-
deoksi-11,12 didehidroandrografolida. Efek hipogli-
kemiknya telah diujicobakan pada kelinei dan terbukt
‘dapat mencegah terjadinya hiperglikemia yang diinduksi
‘oleh glukosa, yang mungkin disebabkan karena ekstrak
ddaun sambiloto dapat mencegah absorbs gula dari usus
(6). Adapun bawang putih mempunyai pengaruh
{erhadap sistem sirkulasi, diantaranya efek terhadap
lukosa darah aktivitas ibrinoliti, tekanan darah, dan
terhadap kadar lemak darah. Penelitian terhadap kelinct
‘memberikan hasil bahwa ckstrak yang setara dengan 6
‘gram bawang putih mentah mempunyai kekuatan
‘menurunkan Kadar gula darah yang setara dengan 20
‘mg tolbutamid/kg berat badan. Efek tersebut diduga
berasal dari fek aktivitas seperti insulin di plasma dari
‘bawang putih yang meningkatkan ambilan plukosa,
tbakan dengan cara meningkatkan pelepasan insulin (7).
Efek hipoglikemik dari bawang putih telah dibuktikan
seeara in vivo, Pemberian secara oral sediaan ekstrak
bawang putih berair, etanol, petrofeum eter atau
loroform atau juga minyak esensial dari hawang putihJormal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol 6, No. 1, Jul 2006
‘mampu menurunkan kadar gula darah pada tikus dan
kKelinci. Pada satu penelitian, pemberian secara oral
‘bawang putih (pada makanan) kepada kus normal atau
terkena diabetic-stretozo‘ocin mengurangi hiperpagia
‘tau hipoinsulinemia. Pemberian secara oral alisi pada
‘tikus yang terkena diabetic-allaxan menurunkan kadar
‘guladarah dan meningkatkan produkt insulin. Aktivitas
hipogtikemia dari ckstrak bawang putih menunjukkan
peningkatan produksi insulin dan allisin telah
‘menunjukkan mefindungi insulin dari ketidakaltifan™.
‘Sedangkan rimpang temulawak mengandung kurkumin.
‘mono dan bidesmetoksikurkumin yang memiliki sift
sebagai antioksidan””,
Sebagian masyarakat Indonesia masih
beranggapan bahwa jamu tidak mengandung efek
ssamping karena terbuat dari bahan-bahan ala. bukan
dari bahan-bahan kimia. Padahal anggapan terscbut
tidak sepenuhnya benar'’. Karena itu perdu adanya
informasi yang menyampaikan tentang batas aman
penggunaan obat tadisional. Salah satu took ukur yang
diperlukan untuk mengevaluasi keamanan suatw obat
adalah potensi Ketoksikan akut obat terkai
METODE,
1. Alat
Alat yang digunakan dalam peneiian ini antara
‘ain timbangan mencit(Ohauss),jarum suntik oral denzan
kepekaan sampai 0.1 ml (Nippro) ala-alat gelas.kain
flanel,alat bedah, magnetic stirer. mortir dan stamaper.
2. Bahan,
Bahan_ yang digunakan dalam peneitian int
‘adalah sediaan jamu antidiabetika yang diperoleh dari
PT. “I”, formalin 10% yang didapat dari Kimia Farma
‘untuk fiksasi organ, CMC (Merck). dan aquades teks.
ewan uji yang digunakan adalah 25 ckor
‘mencit putih jantan galur Swiss, umur2-3 balan, bobot
bbadan 20-40 g yang diperoleh dari laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM.
Yoryakarta.
3. Cara Uji
Sebanyak 25 ckor mencit diambil sara acak
‘dan dibagi menjadi S kelompok. dengan masing-masing
kelompok sebanyak 5 ekor. Kelompok I adalah kelompok
Kontrol sedangkan kelompok II-V adalah kelompok
perlakuan,
Penetapan Dosis
‘Sediaan uji berupa serbuk jarmu antidiabetika
-yang disuspensikan dalam CMC 0,54, Dasis pemberian
dlitentukan pertama kali berdasarkan orientasi yaitu
‘dengan pemberian dosisteendah 176.46 mek BB yang,
‘merupakan hasil Konversi dari dosis terapi yang bisa
digunakan oleh manusia dan bila tidak ada hewan ji
yang mat sera tidak timbul gejalatoksik maka percobaan
ppendahuluan dilakukan pada doss tertinggi yang socara
{eknis masih dapat diberikan dan tidak melebihi volume
:maksimum yang masih dapat diberikan kepad ewan
-aji(1 mV/30¢ BB).
Berdasarkan hasil orientasi diperoleh dosis
texting 33.3333 ma/kg BB atu sitar 190 kali dosis
terap. Kemudian dibuat peringatdosis dengan faktoe
perkalian yang ttapyaitu 5,75. Doss seiaan yj yang
Aiberikan teri dari 4 peringkatdosis, ait dosis I
I dnTV berth 17632 meh BB, 1.01584
rme/kg BB. 5 29 8 mg/kg BB, dan 33.3333 make BB.
Sebagai kontrol negatifdigunakanlarutan CMC 0.5%
Lomi30—BB.
‘Uji Toksisitas Akut
ewan uj dibagi secara acak menjadi $
Kelompok, tiap Kelompok ted dari 5 ckor dengan
perlakuan schagal berks
1. Kelompok I kelompok kontrol new diber
lanatan CMC 0,5% 1,0 1n/30 2B
2 Kelompok II: kelompok dosis terendah, diberi
suspensi sediaan uj dengan dosis 176332 me!
ke.
Kelompok Ill = dibertsuspensisediaan uj
dengan doss 1.071, 84 ma/kg BB.
4. Kelompok IV’: diber suspensi sdiaan uj
dengan doss 5829.58 me/kg BB.
5. Kelompok V = Kelompok dsis tating. dibei
suspensi sedan oj dengan dosis33.333.33
meg BB.
Sediaan uj dierikan kepada hewan ui sccara
coral scl selama masa ji, Scbclum peak an, ewan
A dipuasakan dahula selama 18-24 jam. dengan cap
dibert minum, Selanjutnya dilakukan pengamatan
terhadap gejala toksik yang muncul.. Pengamatan
dilakukan terus mencras pada 3 jam pertama dan
Sesering mungkin selama 24 jam pertama setelah
‘pemberian sediaan i. Apabilahewan uj masihtmpak
‘chat pad khirmasa 24 jam trcbut maka Sekorbewan
ait dalam tiap kelompok disisibkan dan diamati
kKemungkinan munculnya efek toksik yang tertunda
‘sampai hari ke-15. Kriteria pengamatan meliputi:
1. Pengamatan fisik terhadap gejala-gejala toksik:
kulit dan but, mata mukosa membran, sistem
‘emafasan, sistem avtonom dan sara psa,
Sistem saluran ema, sistem genitoura, pola
peril, sertaaktivitaspsikomotor.
2. Berat badan pada jam ke-O dan jam ke-2. bila
sampai 24 jam hewan ui mash shat, 2 ckor
hewan ujpada tap kclompok doss ditimbang
dan dikortankan sera diambilbeberapa organ
pentingnya untuk pengamatan histopatolop
Sedangkan 3 ckorsinnya ditimbang tap 2 ar
sekal selma 15 hari untuk mela ef oksik
yang tertunda.
Pada akhir masa uji, yaitu hari ke-15, hewan uji
yang hidup ditimbang dan dikorbankan serta diambil_
Crpannya untuk histopatolog. Hewan yj dikorbankan
‘secara fisik dengan distokasi leher, kemudian dibedah
25Uji Ketoksthan Akut Jamu... (Lina Rustanti dan Murtala)
pada bagian perut sccara melintang untuk diambil
jantung, paru-paru, limp lambung. usw dan ginjaloya,
dicuci dengan aquades. ditimbang. diamati secara
‘makroskopis, kemudian difiksasi dengan formalin 10%,
‘Selanjutnya organ dikrim ke Balai Penyeldikan Penyakit
Hewan Wilayah IV, Wates, Yogyakarta untuk dibuat
preparat histopatologi
Data yang diperoleh berupa data kuanttatit
dan kualitatif. Data kematian digunakan untuk
‘menentukan tolok ukur kuantitaif, yaitu LD,, dengan
‘metode kertas graf Tainter and Miller (analisis probit).
‘yang selanjutnya dipakai untuk mengevaluasi potenst
ketoksikan akut sediaan jamu antidiabetika mengikuti
keriteria Loomis, Sedangkan data gejala-gejala toksik
yang nampak pada fungsi vital, secara kualitatif
‘digunakan untuk mengevaluasi wujud efek toksik yang,
‘timbul. Datahasil pemerikssan histopatologi digunakan
untuk mengevaluasi spectrum efek toksik. Data
perubshan bobot badan dan bobot organ dianalisis
secara kuanttatif dengan uji statistik, yaitu uji Anava
satu jalan dan dilanjutkan dengan ji « dengan tara
kepercayaan 95%,
HASILDANPEMBAHASAN
Selama 24 jam pertama setelah pemberian
sediaan ui termyata tidak ada hewan wi yang mat. bak
pada kelompok perlakuan maupun kelompok konto.
asi pengamatan sclama 15 hari juga tidak meanjukan
adanya hewan uji yang mati, yang berarti bahwa
pemberian dosis tunggal sediaan jamu antiiabetika
pada mencitjantan dan betina sampai dengan dosis
Imaksimum yang masih dapat diberikan secarateknis
paula hewan uj (3333.33 mg/kg BB) atau sekitar 190
kali dosiserapitidak menimbulkan keratin pada hewan
uj, dengan hargs LD,, oral sedan jamu antiiabetika
untuk mencit lebih besar dar 33:333.33 meg BB. Dosis
tertinggi tersebut dinyatakan scbagai LD,, semu.
Menurut keiteria Loomis (1978). hasil tersebut
rmempunyai makna tosikolop bhwa ptensiketoksikan
akut sediaan jamu antiiabeika ermasuk dalam katepori
reltif tidak toksik
Hasil pengamatan kualitatf terhadap gejla-
sjalatohsk setela perberian sein uj menanjukkan
trata tidak ada ejala-gealatksik yang timbul pda
hhewan uji. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
‘berartipemberian sedan jamu antdiahetikasecara orl
dengan dosis 176,32 me/ke BB sampai dosis 3333.33
mk BB pads hewan ui idak mempenearubi pevilaku
(perubahansikap.vokaisas,gelsah).gerakan (menjilat
menggaruk. tremor. mengetiat. ataksia. paraliss.
Konvuls. Keterpaksaan gerak). Kereaktifan terhadap
rangsang (keberangasan. kepasifan. anestesia
hiperestesia),reficks serebral dan spinal. ukuran pupil
(miosis, midriasis), sekresi (saivasi. lakrimasi).
pemafasan (bradipnes, dispnea) palpitasi kardiak
(Craik, takikarcia,aritmia, kl (pura kermerahan.
critema.oedem, meleput). dan rambut rontok)
26
Pengamatan kondisi umum
Kondisi umum ewan uji yang diamati yaitu
‘perubahan bobot badan, nafSu makan, dan kematian
Data perubahan bobot badan diperoleh dengan
menimbang hewan uji sebelum pemberian sedisan uj
‘dan 24 jam setelahnya, kemudian setiap 2 hari sekali
‘untuk hewan uji yang pengamatannya dilanjutkan
sampai hari ke-15. Hasil pengamatan terhadap
perubahan bobot badan hewan uji dapat dil dalam
tabel
Berdasarkan hasil anava satu jalan taraf
kepereayaan 95%, perubahan bobot badan mencit 24
jam setelah pemberian sediaan uji menunjukkan
perhedaan yang bermakna. sehingga dilanjutkan dengan
‘uj. Hasil ui- menunjukkan bahwa perubahan bobot
badan mencit setelah pemberian sediaan uji tidak
berbeda bermakna antara kelompok dosis uj (kelompok
LV) jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
‘helompok
Hasil ANOVA perubahan bobot badan hewan
‘ji selama 15 hari tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna, schingga dapat dikatakan bahwa
‘Pemberian jamu antidiabetka tidak mempengaruhi bobot
bbadan hewan uji. Perubahan bobot badan (g) mencit
selama 15 hari trsaj dalam tabel I
‘Spektrum Efek Toksik
Untuk memperkirakan spektrum efek toksike
yang timbul setelah pemberian sediaan ui, terutame pada
‘organ-ongan vital antung, paru, hat, limpa, lambung.
‘usus, dan ginal), dilakukan pemeriksaan histopatologi
{ethadap organ-organ tersebut,
Hasil Anava satu jalan dengan taraf
kepercayaan 95% terhadap bobot organ hewan uji
dilanjutkan dengan uji-t dan hasil pemeriksaan
histopatologi organ adalah seperti tersaji pada tabel I.
Secara statistik, tidak ada perubahan bobot
‘organ yang bermakna pada mencit yang dibedah setelah
24 jam maupun yang dibedah pada hari ke-15. aun
‘seeara mikroskopis, setelah diperiksa histopatologinya.
itemukan bahwa pada kelompok V terdapat seckor
mencit yang mengalami kerusakan pada beberapa
Corgannya, yaitw berupa infiltrasi sel radang myokard
jantung.infiltras sel radang di jaringan interstitial paru.
ddan multifokal nekrosis pada hati. Karena semua
kerusakan organ tersebut hanya ditemukan pada satu
‘ekor hewan uj, kemunekinan kerusakan organ tersebut
bukan disebabkan oleh pemberian sediaan uj. tetapi
arena hewan tersebut memang tidak sehat. Hal ini