Professional Documents
Culture Documents
Jimin selalu menganggap Daisy adalah gadis yang menakutkan, dan itu tak
berubah sampai sekarang. Ia merasa ada keterikatan tersendiri antara Yoongi
dan Daisy namun Jimin sulit mendeskripsikannya. Dibilang ada hubungan
khusus, karena Yoongi senang menyelipkan panggilan sayang pada gadis itu,
tapi dilihat lagi mereka terlalu jauh kalau dibilang menjalin tali kasih. Daisy
terlalu hormat dan tunduk serta sangat formal berada di sekitar Yoongi.
Dikatakan sebagai pangeran dan pelayan pun tidak pantas, imej pelayan yang
lembut dan lemah tidak berlaku untuk Daisy. Gadis itu gadis yang kuat dan
berbahaya. Ia mengangkat pedang, menarik busur dan melakukan apa pun atas
perintah Yoongi. Ia melindungi Yoongi lebih dari apa pun. Jadi sekarang, Jimin
masih tidak tahu harus menganggap Daisy ini seperti apa.
"Oh. Gampang saja!" Kata Hoseok riang saat Jimin menceritakan
keingintahuannya secara berhati-hati, "kami biasa menganggap Daisy adalah
pengawal pribadi Yoongi."
Sesederhana itu? Jimin malu kalau mengingat ingat dia sangat sibuk memikirkan
hubungan yang sederhana macam itu. Namun karena tak ingin merasa bahwa
dia sia-sia, Jimin mengatakan hal yang ia ingin tahu lainnya.
"Tapi Yoongi kadang memanggil Daisy dengan panggilan sayang," Jimin berusaha
tidak terdengar cemburu. "Seperti... seperti 'Cantik', 'Sayang', sekali waktu
dipanggil 'Sweetheart'..."
"Dan kau cemburu?"
"Tidak!" Jimin terlalu cepat menjawab dan itu membuat Hoseok tertawa.
"Tidak seperti itu... hm... pernahkah kau memperhatikan bahwa Yoongi hanya
memanggilnya demikian pada saat saat tertentu?
Seperti? Jimin mengerutkan keningnya. Hoseok juga melakukan hal yang sama
sambil mengingat-ingat.
Seperti... saat Yoongi ingin Daisy melakukan sesuatu yang kasar. Membunuh
orang misalnya.
Meskipun Jimin tahu apa pekerjaan Daisy disini, tetap saja membayangkan gadis
seperti itu mendapatkan tugas mencincang orang kedengarannya tidak bagus.
Hoseok yang melihat wajah Jimin berubah menjadi terkejut dan takut hanya
tertawa pelan.
Sebagai seorang Pemimpin dia punya banyak orang yang ingin menjungkirkan
dia dari tahtanya. Biasanya kami sudah hafal ketika Yoongi memanggil Daisy
dengan panggilan begitu, seorang pemberontak akan dihukum gantung
keesokan harinya. Kata Hoseok ringan. Terlalu ringan dan membuat Jimin
merinding sendiri.
Itu... menyeramkan. Kata Jimin. Hoseok tidak berhenti sampai disana.
Jungkook berkata ia akan melakukan apapun jika Yoongi menyerahkan Daisy
untuk bergabung dengan militer, tapi Yoongi terlalu menyayanginya. Kata
Hoseok. Jadilah ia masih tetap bertengger di sisi pangeran tersayang kita.
Jimin tidak bergeming, dia melihat Hoseok seperti bisa mengeluarkankedua bola
matanya. Hoseok tertawa lagi.
Daisy anaknya manis dan menyenangkan kalau kau sudah kenal dekat
dengannya, kata Hoseok. Kau sudah mengenalnya kan?
I-iya sih, kata Jimin. Bahkan Daisy membuat kue untuknya dan Taehyung ketika
mereka kelaparan tengah malam. Sebelum Jimin tahu informasi ini, Daisy dengan
label menakutkannya sudah cukup, tapi ternyata kenyataan belum cukup.
Batu-batu itu bergetar, sama seperti suara Jimin saat ia berkata. J-jangan
bergerak! Tetap di tempatmu!
Tapi tentara itu akan meloncat, jadi Jimin lalu menubrukkan batu-batuan ke arah
si penyerang, ia tahu kemana tentara itu akan meloncat. Dia akan membunuh
Yoongi dan Jungkook. Namun batu-batuan yang sudah membuat tentara itu jatuh
berdarah tidak sadarkan diri tidak bergerak teratur. Daisy berhenti terpana, ia
tahu Jimin ketakutan.
Jimin! teriaknya pada Jimin. Biarkan lepas! Berhenti!
Maka dengan kecepatan yang sama, Daisy mengangkat tangannya, membiarkan
seperti asap warna merah melesat mengerubungi satu per satu batu. Namun
sepertinya ada yang meleset dan mengiris lengan kanan Daisy hingga ia
berdarah.
Daisy! teriak Jimin. Daisy hanya menggeleng.
Tetap di tempatmu Tuan! teriak Daisy dan mengangkat tangannya yang perih,
mengembalikan bebatuan di tempatnya. Cairan merah mengalir deras di lengan
kanannya.
Ketika semua orang sudah duduk, Daisy masih berkonsentrasi untuk membuat
tentara itu melayang di udara. Yoongi bisa melihat getara tidak stabil karena
tangannya yang terluka. Maka Yoongi menggerakkan jarinya untuk membuat
bayangan hitam melingkupi asap merah dan meletakkan tentara itu di lantai.
Kau terluka, Daisy, kata Yoongi saat gadis itu menundukkan kepalanya
mendengarkan Yoongi dengan seksama. Keluarlah dan rawat lukamu.
Daisy membungkuk dengan satu tangan tertekuk ke dadanya. Ia lalu berjalan
keluar sepelan mungkin, tidak menyadari bahwa sepasang mata mengikuti
kemana langkahnya pergi. Yoongi tersenyum miring pada Jungkook, Jenderal
muda itu memalingkan wajah ke arah lain. Paling tidak, pangeran itu sekarang
sudah menemukan sesuatu untuk menutup mulut Jungkook.
Daisy, kata Yoongi kembali menoleh menatap ke depan. Ikutlah dengan kami.
Aku punya tugas untukmu.
Daisy tersenyum hormat dan mengangguk patuh.
Jimin melepaskan genggamannya di lengan Yoongi, membuat pangeran itu
terkejut dan membalikkan badan. Mendapati Jimin mendekati Daisy yang
menatapnya ingin tahu, kemudian Jimin bertanya dengan pelan.
Apa kau tidak apa-apa? tanya Jimin. Apa ada yang terluka?
Daisy menaikkan kedua alisnya terkejut sambil tersenyum tipis, ia melemparkan
pandangan pada Yoongi. Pangeran itu hanya mengangguk pelan. Daisy kembali
lagi pada Jimin yang menatapnya tak bergeming.
Saya tidak apa-apa, Tuan Jimin, kata Daisy. Jimin menganggu, lalu menggamit
lengan Daisy.
Ayo, lanjutkan perjalanan, Pangeran, kata Jimin berubah menjadi menyebalkan
saat melihat Yoongi. Pangeran itu hanya melihatnya dengan memutar matanya.
Daisy selalu menemani Hoseok dan Jimin berlatih. Kekuatan Jimin seperti nenek
moyang yang melahirkan kekuatan milik Daisy. Jimin memang iri karena milik
Daisy bisa mengeluarkan asap warna scarlet merah yang cantik, namun gadis itu
tersenyum manis. Manis sekali hingga Jimin mengerti kenapa Yoongi terkadang
memanggilnya Manis dan Cantik.
Kekuatan Anda lebih kuat, Tuan, kata Daisy. Gadis itu lalu merentangkan kelima
jarinya, membiarkan asap merah itu menari-nari di ruang kosong antara
jemarinya. Lambat laun, kekuatan diturunkan, banyak modifikasi yang
dilakukan. Milik saya hampir mirip tapi lebih lemah dari milik Pangeran. Setahu
saya, baru saya dan Pangeran dengan kekuatan mengedalikan yang punya
warna dan bentuk.
Jimin mengerutkan wajahnya. Punya Yoongi menyeramkan bukan? Milikmu lebih
punya warna dan sepertinya tidak berbahaya jika didekati. Kata Jimin mencoba
menyentuh-nyentuh asap merah itu. Daisy tertawa, seperti denting bel.
Bayangan Pangeran Yoongi sangat berbaya, ya, itu betul. Tapi bukankah itu
esensi dari setiap pemilik kekuatan? Milik mereka harus terlihat superior dan
mematikan, kata Daisy melihat asapnya dengan senyum. Jimin bergumam.
Meskipun aku tak suka dengan kalimat itu, tapi aku harus mengakuinya bahwa
itu benar.
Semua orang menoleh ke tangga, tidak menyangka siapa yang turun dari
setengah tangga tersebut. Untuk orang-orang yang tidak pernah ke istana dan
tidak tahu siapakah Daisy itu, mereka akan menyangka bahwa Daisy lah yang
akan pendamping pangeran mereka. Gaunnya terlihat menawan namun juga
menyiratkan kegagahan tersendiri, seperti Daisy juga siap berperang. Gadis itu
begitu cantik dengan gaun warna merah dihiasi ornamen cantik warna abu-abu
di setiap pundaknya. Rantai-rantai kecil menyambungkan antara bagian lengan
dan dada membuatnya semakin mewah meskipun Daisy tidak memakai
perhiasan apapun di lehernya. Gaun warna merah darha itu mengingatkan Jimin
akan seseorang.
Tunggu, bisiknya pada Yoongi. Bukankah itu
Gaun yang kau lihat di kamar Jungkook? Ya, kata Yoongi menunjuk Jungkook
yang bergerak perlahan ke arah tangga, tak meninggalkan pandangannya pada
Daisy, lihat siapa pangeran yang menjemputnya di bawah tangga.
Jimin tersenyum senang lalu kembali memperhatikan Daisy, gadis itu tampak
sedikit gugup dan tidak menanggalkan senyumnya. Cincin biru yang tersemat di
jemari Daisy (karena dia gadis itu gugup, ia tak bisa berhenti menyentuhnya)
juga menarik perhatian Jimin.
Cincin itu, kata Jimin pelan dan terdengar biasa, apa kau senang aku
memberikannya pada Daisy?
Yoongi tak menatap Jimin saat ia menjawab, itu keputusanmu, Sayang. Ibu juga
pasti akan senang cincinnya berada di anak gadis yang ia percaya sepanjang
hayatnya.
Jimin memperhatikan Jungkook, yang berdiri tepat di bawah tangga. Pemuda itu
terlihat superior, apalagi dengan seragam tentaranya. Melihat seseorang dengan
pangkat tertinggi, menunggu gadis cantik turun dari tangga membuat Jimin
sedikit iri. Namun ia lalu sadar lengan siapa yang tengah merengkuhnya malam
ini, Jimin tidak punya alasan sedikit pun untuk iri pada Daisy.
Sesampainya Daisy di anak tangga paling akhir, Daisy tersenyum dan menekuk
kakinya sopan memberi salam pada sang Jenderal. Meskipun Daisy sudah berdiri
di satu anak tangga, tinggi Jungkook masih melampauinya sedikit. Selamat
malam, Jenderal Jeon.
Jungkook tersenyum, menaruh satu tangan menyilang di dada dan membungkuk
singkat. Selamat malam, Tuan Putri.
Daisy terkekeh, menaruh tangannya diatas Jungkook yang sudah memintanya.
Anda tidak perlu memanggil saya seperti itu, Jenderal Jeon.
Jungkook tersenyum, dengan bangga, saat ia menaruh tangan Daisy di lekukan
sikunya dan berjalan ke tengah ruangan. Kau juga tak perlu memanggilku
seperti itu, bagaimana, jika hanya malam ini, aku akan memanggilmu Tuan Putri,
dan kau memanggilku dengan hanya namaku, Jungkook menoleh pada Daisy
sambil tersenyum.
Daisy tidak menjawab, hanya turut juga menyunggingkan senyum dan terbersit
warna merah muda di kedua pipinya.
itu dicabut kasar oleh si penghujam, tapi seorang gadis, dengan gaun merah dan
ornamen perak di setiap pundaknya. Gadis bercincin biru yang membuat Yoongi
berteriak marah lalu menghujamkan bayangannya ke tubuh si penyerang dan
Jungkook mencopot kepala dari badannya.
Ketika penyerang itu ambruk, tubuh Daisy juga jatuh ke lantai yang dingin
sebelum Jungkook bisa menangkapnya. Jungkook jatuh berlutut, menangkup
kepala Daisy ke dadanya, mencoba menekan lubang bekas tombak dengan
tangannya yang sudah berlumuran darah. Jimin terpaku, terlalu terkejut dengan
kejadian barusan sebelum ia bisa meraih Taehyung untuk meremas tangannya.
Jantungnya berdegup kencang, Daisy tergeltak lemah di pelukan Jungkook.
Hoseok tidak tinggal diam, ia berusaha dengan sihirnya mencegah perdarahan
lebih lanjut dan serigala Namjoon berlari ke luar Hall mencari pertolongan. Jin
mengusir tangan Jungkook dari luka menganga itu dan menekannya lebih akurat
dan kuat, bayangan Yoongi juga ikut membantu Jin namun darah masih terus
keluar.
Kenapa masih ada darah yang keluar?! geram Jungkook, Jin menggelengkan
kepalanya dan tidak memperdulikan air matanya yang menetes.
Racun. Katanya singkat. Jungkook merangkul kepala Daisy lebih dekat hingga
ia dapat menciumi kening gadis itu.
Bertahanlah, kumohon Daisy, bertahanlah.
Daisy masih mengerjapkan matanya lemah, ia tersenyum. Daisy selalu cantik
saat tersenyum, tangannya yang lunglah ia paksakan untuk mengelus wajah
Jungkook.
Anda terlihat tampan malam ini, Jenderal Jeon, katanya lemah. Maaf saya tak
sempat mengatakannya. Saya tak sempat mengatakan banyak hal.
Kau akan punya waktu, kau akan punya waktu, oh Daisyku. Jungkook
menangis, seorang Jenderal berhati baja itu menangis. Jimin meneteskan air
matanya.
Kau masih belum menjawab pertanyaanku, menikahlah denganku, Daisy. Kata
Jungkook di sela-sela tangisnya. Aku mencintaimu. Aku selalu mencintaimu.
Daisy tidak mengatakan apapun, darahnya mengalir sangat deras hingga
mungkin bisa menutupi lantai disekitarnya. Jimin merasa seseorang menarik
dirinya dan ia tahu Yoongi mencoba menutupi penglihatannya dengan memeluk
Jimin ke dadanya. Meskipun tak melihat secara visual, suara menyedihkan
Jungkook tidak membuat air matanya berhenti. Bagaimana jika ia yang berada di
posisi Jungkook? Bagaimana jika ia yang tergeletak tak bernyawa seperti Daisy
sekarang saat Jungkook memanggil nama gadis berulang kali dan tidak ada yang
terjadi?
Suara Yoongi menyebut nama Jungkook dengan terkejut menjadi perhatian Jimin
selanjutnya, ia mendongak menatap pangeran yang masih terpaku pada
kejadian di hadapannya. Jimin lalu menoleh dan melihat Jungkook tengah
menggigit pergelangan tangan Daisy, Jin sudah tidak lagi menutup luka Daisy,
Taehyung memeluknya sekarang.
Setelah meninggalkan tiga gigitan di lengan kanan, Jungkook juga melakukan hal
yang sama di lengan kiri Daisy. Tidak ada ekspresi lain selain sakit dan ketakutan
Jimin tak pernah melihat Daisy di balut dengan gaun bewarna putih. Gadis itu
suka warna warna cerah dan tenang, sama seperti kepribadiannya.
Menyenangkan, tapi menenangkan. Seperti kembang api yang indah, tapi tanpa
suara yang memekakkan. Laut yang bergelombang nyaman, tapi tidak dengan
badainya. Jimin duduk di bangku kedua di seberang Jungkook yang masih setia
untuk memandang Daisy berbaring di atas meja pualam yang indah itu.
Daisy seperti hanya tertidur, dan Jimin berharap ia akan cepat bangun.
Jimin akhirnya memantapkan pikirannya, ia berdiri dan berjalan menuju meja
pualam itu, akan meletakkan buket bunga yang Jimin tahu Daisy akan
menyukainya. Jimin akan meletakkan bunga itu dibawah kedua tangan Daisy
yang telripat rapi di perutnya, sebelum keanehan terjadi.
Kulit wajah Daisy yang pucat itu lambat laun menunjukkan warnanya. Jimin
mengerutkan kening dan menoleh ke arah Jungkook yang juga melihat keanehan
tersebut. Jimin memekik dan mundur beberapa langkah ketika Jungkook justru
melakukan hal yang sebaliknya ketika jemari Daisy bergerak lemah dan akhirnya
benar-benar bergerak sebagaimana mestinya.
Daisy? panggil Jungkook. Jimin berbalik dan berjalan cepat keluar dari Hall
ketika mata gadis itu terbuka.
Daisy duduk berlutut di bawah kedua ujung tombak yang di arahkan prajurit.
Jungkook tahu ini hanya formalitas biasa tapi dia tidak bisa melepaskan
pandangan dari kedua prajurit tersebut tersebut, jika mereka tidak sengaja
menggoreskan tombak itu ke kulit Daisy, Jungkook akan mengoyak leher mereka.
Sebelum Yifan bergerak lebih, Daisy sudah berada di depannya, dengan pedang
teracung berbahaya ke leher Tetua tersebut. Matanya berkelit tak senang, penuh
dengan amarah dan kebencian. Yifan hanya menarik satu sudut bibirnya ke atas.
Gadis yang kembali dari kematian, kata Yifan. Begitu mereka menyebutmu
sekarang.
Daisy menaikkan pedangnya lebih dekat dan Yifan tidak bergeming.
Daisy, minggir. Kata Yoongi mengerti akan kemarahan gadis itu. Tapi gadis itu
tidak bergerak, sama sekali.
Menyingkirlah, Cantik. Kali ini Yoongi berusaha untuk menyingkirkan Daisy. Jadi
dengan hembusan nafas berat, Yoongi dengan suaranya yang berbahaya.
Hwang Saeng Gang, Jimin menoleh pada Yoongi, pandangan pemuda itu mulai
tidak menyenangkan pada Daisy. Pergi dari sini.
Jimin mengerti kenapa Yoongi begitu marah, tidak biasanya Daisy tidak
mendengarkan Yoongi. Daisy selalu mendengarkan Yoongi dan menuruti
perintahnya hanya dengan sekali kata. Namun hingga Yoongi sampai perlu
menyebutkan nama asli gadis itu tentu saja, Yoongi pasti sangat jengkel.
Daisy mengangkat pedang dari arah Yifan dengan sangat anggun, gadis itu lalu
membalikkan badan dan menghadap Yoongi. Wajahnya terlihat sangat terganggu
dan marah, saat ia membungkuk dalam dan berjalan pergi.