You are on page 1of 15

ANALISIS KANDUNGAN FOSFAT DALAM AIR SUNGAI SEKARBELA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

DISUSUN OLEH
ETTY NURUL WAHIDAH (G1C013015)
HUSNUL KHATIMAH (G1C013020)
UMAM FAHROROZI (G1C013049)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2016

ANALISIS KANDUNGAN FOSFAT DALAM AIR SUNGAI SEKARBELA SECARA


SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui adanya kandungan fosfat dalam air sungai.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 24 Mei 2016 Kamis, 26 Mei 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen (H2)
yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa H2O. Air
merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi
ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama
untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk
15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi.
Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 2 liter air sehari untuk
keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme. Di dalam tubuh manusia,
air diperlukan untuk transportasi zat zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan
berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli (Armansyah, 2015).
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpahlimbah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relative
sedikit karena dibatasi oleh berbagai factor. Oleh karena itu sumber daya ini harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilaksanakan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas
air yang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industry,

domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan, dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.
Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama
(R. Rosnida, 2008).
Seperti yang kita ketahui, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia
menyebabkan polusi air. Yang penyebab utamanya adalah pencemaran air melalui limbah
pabrik, dan limbah rumah tangga yang berupa zat kimia dari diterjen yang digunakan
sehari-hari, serta zat-zat kimia yang dihasilkan dari kegiatan manusia lainnya. Hal ini
tentu memberi dampak negatif terhadap lingkungan, bahkan pencemaran air tersebut
dapat membunuh makhluk yang disekitarnya. Dan menjadi kendala kita sekarang adalah
sulitnya untuk memperoleh air bersih. Keadaan ini tentunya sangat memprihatinkan,
karena kebutuhan akan air bersih adalah prioritas utama bagi kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime
(BPL) atau triphosphate of lime (TPL). Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena
gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit yang terbentuk selama proses
pembekuan magma. Biasanya endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali
kompleks, trutama karbonit kompleks dan sienit (Anonim, 2013).
Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi mahluk hidup.
Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat organik dan senyawa
fosfat anorganik. Senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan
senyawa fosfat anorganik terdapat pada air dan tanah dimana fosfat ini terlarut dalam air
tanah maupun air laut yang terkikis dan mengendap di sedimen. Fosfor juga merupakan
faktor pembatas. Perbandingan fosfor dengan unsur lain dalam ekosistem air lebih kecil
daripada dalam tubuh organisme hidup. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien
pembatas dalam eutrofikasi. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai
senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat
dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah
pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau
melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air

buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang mrngandung
fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organik terdapat dalam air buangan
penduduk dan sisa makanan. Fosfat organik dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut
melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi
pertumbuhannya. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap
keseimbagan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (<0,01 mgP/L),
pertumbuhan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila
kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi
(keadaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu
sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan. Kegunaan fosfat yang penting
adalah dalam pembuatan pupuk dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek
api, pestisida, odol dan detergen. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat tulang dan
gigi. Dalam lingkungan hidup ini idak ditemukan senyawa fosfor dalam bentuk gas, unsur
fosfor yang terdapat dalam atmosfer adalah partikel-partikel fosfor padat. Penguraian
senyawa organik baik berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati serta detergen
limbah

rumahtangga

akan

menghasilkan

senyawa-senyawa

fosfat

yang

dapat

menyuburkan tanah untuk pertanian. Sebagai senyawa fosfat yang terlarut dalam air tanah
akan terbawa oleh aliran sungai menuju ke laut atau ke danau kemudian mengendap pada
dasar laut atau dasar danau (Muchsin, 2013).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun
yang lebih berperan adalah elektron valensi. Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber
tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi
dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan
dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi. Pengertian spektroskopi dan
spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi
dengan radiasi elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau

pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya
(baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas
misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik (Emel
Seran, 2011).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada
fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek
panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang
30-40 nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator,
sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. (Khopkar, 1990)
Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau
cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari
orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya
promosi elektron. Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna)
mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari padasenyawa yang menyerap
pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah

yang digunakan ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul
yang diukur. Alatnya disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra
Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan
dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena
kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya
dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa
(Dachriyanus, 2004).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kecil
b. Spektrofotometer UV-Vis
c. Labu ukur 50 mL
d. Labu ukur 25 mL
e. Pipet tetes
f. Pipet volum 10 mL
g. Pipet gondok 5 mL
h. Gelas arloji
i. Gelas kimia 250 mL
j. Gelas kimia 50 mL
k. Gelas ukur 50 mL
l. Batang pengaduk
m. Pipet tetes
n. Kertas saring
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Sampel (air sungai)
b. KH2PO4 (Kalium Hidrogen Fosfat)
c. H2SO4 4 N (asam sulfat)
d. H2SO4 5 N (asam sulfat)
e. (NH4)6Mo7O24 (Amonium Molibdat) 1%
f. C6H8O7 (Asam Sitrat)
g. Indikator pp (fenolftalein)
h. Aquades (H2O)
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengambilan sampel
a. Sampel diambil pada dua bagian yaitu air pada tepi sungai dan air pada
pertengahan badan air sungai.
b. Kemudian diambil masing-masing tiga titik yaitu air pada permukaan, pada
pertengahan dan pada dasar air sungai.

c. Sampel diambil dengan menggunakan botol yang diberi pemberat. Cara


pengambilan air yaitu dengan membiarkan botol yang masi dalam keadaan
tertutup sampai ke dasar atau pada bagian yang diinginkan (dasar, pertengahan,
permukaan) kemudian penutup botol dibuka dan setelah penuh ditarik perlahanlahan dan ditutup tanpa adanya gelembung udara.
2. Tahap Analisis
Analisis dengan Spektrofotometer UV-Vis (Kuantitatif)
Pembuatan larutan Amonium Molibdat
Diambil 0,03 mL Amonium Molibdat 1%, kmudian dilarutkan dalam 50 mL air

suling lalu diencerkan sampai 100 mL.


Pembuatan Asam Sitrat
Ditimbang 2,1014 gram Asam Sitrat kemudian dilarutkan dalam 100 mL air

suling.
Pembuatan pereaksi campuran
Dicampurkan 50 mL H2SO4 5 N, 15 mL Amonium Molibdat dan 30 mL Asam

Sitrat dalam erlenmayer 100 mL.


Pembuatan larutan standar 100 ppm
Ditimbang 21,950 mg KH2PO4 dilarutkan dalam 80 mL air suling. Kemudian

ditambahkan 1 mL H2SO4 4 N diencerkan sampai 100 mL.


Pembuatan Larutan Intermediet 10 ppm
Diambil 10 mL dari larutan tersebut dan diencerkan dengan aquades sampai 100

mL.
Pembuatan Larutan Kerja
a. Dibuat larutan kerja dengan variasi konsentrasi sebagai berikut: 0,005 pm; 0,01
ppm; 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,2 ppm.
b. Larutan tersebut dibuat dengan cara mengambil 0,005 mL; 0,01 mL; 0,05 mL;

0,1 mL; 0,2 mL.


c. Diencerkan dengan aquades sampai 100 mL pada labu ukur.
d. Dikocok dan dibiarkan selama 15 menit.
Pembuatan kurva kalibrasi
a. Optimasikan alat Spektrofotometer sesuai dengan petunjuk untuk pengujian
kadar fosfat.
b. Dipipet 50 mL larutan kerja yang telah diketahui kadarnya masing-masing ke
gelas kimia 100 mL.
c. Ditambahkan pereaksi campuran dan diaduk.
d. Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat Spektrofotometer, dibaca serapan
masuknya pada panjang gelombang 880 nm.

e. Dibuat kurva kalibrasi dari data yang diperoleh atau ditentukan persamaan garis

lurusnya.
Penyiapan larutan sampel dan pengujian
a. Sampel diambil sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmayer.
b. Untuk menguji keadaan sampel asam atau basa maka ditambahkan 1 tetes
indikator fenolftalein, jika ada warna merah yang terbentuk maka ditambhkan
H2SO4 sampai warna merah hilang.
c. Ditambahkan 8 mL larutan pereaksi campuran, kocok hingga homogen

diamkan selama 10-13- menit.


d. Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer.
e. Dibaca serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm.
Penentuan Kadar Fosfat
Penentuan kadar fosfat diketahui berdasarkan kurva baku yaitu dengan cara
memplot nilai absorbans sampel terhadap konsentrasi kerja atau dengan
menggunakan persamaan garis lurus yaitu:
y= a + bx
dimana:
y = Absorbans
a = konstanta
b = koefisien regresi
x = konsentrasi

E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel absorbansi larutan kerja
Konsentrasi larutan kerja (ppm)
0,005
0,05
0,01
0,1
0,2

Absorbansi
0,068
0,065
0,070
0,063
0,072

2. Tabel absorbansi sampel


Sampel Air Sungai
1
2
3
4
5
6

Absorbansi
0,071
0,064
0,071
0,061
0,071
0,061

F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
(NH4)6Mo7O244H2O](aq) + H2O(l)
(NH4)6Mo7O244H2O](aq) + H2O(l)
C6H8O7(s) + H2O(l)
C6H8O7(aq) + H2O(l)
KH2PO4(s) + H2O(l)
KH2PO4(aq) + H2O(l)
KH2PO4(aq) + H2SO4(aq)
H3PO4(aq) + KHSO4(aq)
2. Kurva kalibrasi

Kurva Hubungan antara Absorbansi dengan Konsentrasi


0.07
0.07
0.07
0.07
0.07
Absorbansi
0.06
0.06
0.06
0.06

f(x) = 0.47x
R = 0.52
Y-Values
Linear (Y-Values)

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25


Konsentrasi (ppm)

3. Penentuan Konsentrasi Sampel Fosfat


Diketahui :
(0,071+0,064+ 0,071+ 0,061+0,071+0,061)
Absorbansi sampel rata rata =
6
= 0,0665 ; pada = 880 nm
Persamaan linear dari kurva kalibrasi : y = 0,474x
Dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan linearitas kurva
kalibrasi sebagai nilai y, maka akan di dapat nilai konsentrasi cuplikan sebagai nilai x:
y = 0,474x
0,0665 = 0,474x
X = 0,1403 mg/mL
Jadi, konsentrasi sampel air sungai adalah 0,1403 mg/mL

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu analisis kandungan fosfat (PO 4) pada air sungai secara
spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma dengan detektor
fototube. Spektrofotometrik merupakan salah satu metode analisa kuantitatif suatu zat
kimia berdasarkan sifat absorbsinya terhadap radiasi sinar elektromagnetik serta
interaksinya antara zat kimia dengan radiasi sinar elektromagnetik. Metode spektroskopi
sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh
karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang
berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat
berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitrans atau absorbans suatu contoh
sebagai fungsi panjang gelombang (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan fosfat (PO4) pada
air sungai. Air merupakan komponen yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup dimuka
bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan
proses ekskresi. Air merupakan materi esensial dalam kehidupan. Bukti-bukti menunjukkan
semakin tinggi taraf kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan yang
meningkat mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari air tanah,
mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan kembali sumber
air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau (Winarno, 1986).
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah/ sungai sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat
berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air
hujan. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan

ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg
P/L), pertumbuhan dan ganggang akan terhalang.
Fosfat yang berasal dari air sungai atau limbah alami biasanya berbentuk sebagai
senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortho fosfat, fosfat yang
terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang terikat secara
organik. Senyawa-senyawa fosfat yang biasa dideteksi dengan cara colorimetry tanpa
hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai fosfor reaktif atau
ortho fosfat. Hidrolisis asam pada titik didih air mengubah fosfat terlarut atau fosfat
partikulat yang berkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah fosfat yang terhidrolisis
asam lebih disukai dari pada fosfat terkondensasi. Fraksi-fraksi senyawa fosfat yang
terkonversi menjadi orthofosfat hanya oleh proses oksidasi yang dekstruktif dari zat-zat
organik disebut sebagai fosfat organik. Metode ini menggunakan teknik oksidasi
persulfat untuk membebaskan/menetapkam fosfat organik. Metode kalorimetrik yang
dipergunakan adalah metode asam askorbat.
Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu
didalam air minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industry.
Cara uji ini digunakan untuk mengetahui adanya kandungan fosfat yang terdapat dalam air
sungai/air

limbah

dengan

menggunakan

metode

asam

askorbat

dengan

alat

spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm.


Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu antara lain: pengambilan
sampel dan tahap analisis dengan spektrofotometer UV-Vis (kuantitatif), serta menetukan
adanya kandungan fosfat. Pada percobaan pertama yaitu pengambilan sampel (air sungai).
Sampel diambil pada dua bagian yaitu air pada tepi sungai dan air pada pertengahan badan
air sungai. Kemudian diambil pada masing-masing tiga titik yaitu air pada permukaan,
pertengahan, dan pada dasar air sungai. Lokasi pengambilan sampel (air sungai) yaitu
diambil di kecamatan sekarbela. Dipilihnya lokasi ini karena diduga air sungainya banyak
mengandung fosfat (PO4) karena banyak kegiatan industri yang memungkinkan air
tercemar, sehingga mendorong kami untuk menganalisis adanya kandungan fosfat (PO4).
Pada percobaan kedua yaitu tahap analisis dengan spektrofotometer UV-Vis. Pada
percobaan ini dilakukan beberapa tahap yaitu pembuatan pereaksi campuran, pembuatan
larutan standar PO4, pembutan larutan kerja, pembuatan kurva kalibrasi, penyiapan larutan
sampel dan dilakukan pengujian. Pada tahap pertama, larutan pereaksi campuran dibuat

dengan menggunakan bahan-bahan antara lain larutan ammonium molibdat, asam askorbat,
H2SO4 5 N, dan hidrazina sulfat. Namun pada saat praktikum tidak digunakan larutan
hidrizina sulfat, selain itu larutan asam askorbat diganti dengan asam sitrat denga alasan
karena bahan tersebut tidak tersedia di laboratorium kimia dasar fakultas MIPA universitas
mataram.
Selanjutnya pada tahap kedua yaitu pembuatan larutan induk 100 ppm pada tahap ini
digunakan padatan KH2PO4 yang dilarutkan dalam 80 mL air suling, kemudian
ditambahkan dengan H2SO4 4 N dan diencerkan hingga volumenya 100 mL. kemudian
dibuat larutan standart PO4 10 ppm sebagai larutan pembanding dengan konsentrasi yang
telah diketahui yaitu sebagai berikut: 0,005 ppm, 0,01 ppm; 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,2 ppm.
Dari masing-masing konsentrasi tersebut dibuat dengan dilakukan pengenceran 2 kali
sehingga larutan tersebut dibuat dengan cara diambil 0,5 mL; 1 mL; 5 mL, 10 mL, 20 mL
dan diencerkan dengan aquades sampai 100 mL. Pengenceran 2 kali ini dilakukan karena
kurangnya alat untuk mengambil larutan dengan parameter volume terkecil sehingga
konsentrasinya tetap. Kemudian masing-masing larutan tersebut ditambahkan pereaksi
campuran yang telah dibuat sebelumnya dan dijadikan dalam keadaan homogen. Tujuan
dari pembuatan larutan standar dengan volume yang berbeda-beda adalah untuk membuat
kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar fosfor dalam
sampel air. Pada pembuatan larutan standart ini tidak terjadi perubahan warna pada larutan,
artinya larutan masih dalam keadaan yang sama yaitu berwarna bening. Kemudian
dilakukan pengukuran absorbansi pengukuran deret standar pada panjang gelombang
maksimum 880 nm. Sesuai hukum Lambert Beer, A = b c, dimana absorbansi sebanding
dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka absorbansi yang
diperoleh juga akan semakin besar. Namun pada percobaan ini, nilai absorbansi larutan
standart yang diperoleh tidak sesuai dengan hukum Lambert Beer. Hal ini dibuktikan
dengan nilai absorbansi yang diperoleh adalah secara berturut-turut yaitu 0,068, 0,065,
0,070, 0,063,dan 0,072. Dari data absorbansi deret standar ini dibuat kurva kalibrasi,
sehingga diperoleh persamaan linear dari kurva kalibrasi: y = 0,474x.
Selanjutnya penyiapan larutan sampel (air sungai). Dari masing-masing sampel yang
telah diambil sebelumnya disaring terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran
yang terdapat di air sungai dipisahkan sehingga tidak mengganggu proses pengukuran

absorbansi larutan sampel. Kemudian diambil masing-masing 50 mL (dari 6 sampel yg


tersedia) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Untuk menguji keadaan sampel asam atau
basa maka ditambahkan masing-masing 1 tetes indikator pp (fennolflatein), jika terbentuk
warna merah ditambahkan H2SO4 sampai warna merah hilang. Namun, pada percobaan ini
larutan tidak terbentuk warna merah. Sehingga sampel langsung ditambahkan pereaksi
campuran dan didiamkan selama 10-13 menit. Selanjutnya dilakukaan pengukuran
absorbansi sampel. Dari percobaan, diperoleh absorbansi sampel secara berturut yaitu
0,071; 0,064; 0,071; 0,061; 0,071; 0,061. Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi
sampel air sungai sebesar 0,1403 mg/L. hal ini sesuai teori SNI yang menyatakan kadar
fosfat maksimun dalam suatu air adalah sekitar 0,01 mg/L samapai 1,0 mg/L. sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada air sungai sekarbela terdapat kandungan fosfat (PO4).
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengetahui adanya kandungan fosfat pada air sungai di sekarbela dapat dilakukan dengan
menggunakan metode secara spektrofotometer UV-Vis. Karena Spektrofotometrik
merupakan salah satu metode analisa kuantitatif suatu zat kimia berdasarkan sifat
absorbsinya terhadap radiasi sinar elektromagnetik serta interaksinya antara zat kimia
dengan radiasi sinar elektromagnetik. Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan
penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal
juga sebagai metode kalorimetri. Dari percobaan, diperoleh absorbansi sampel secara
berturut yaitu 0,071; 0,064; 0,071; 0,061; 0,071; 0,061. Berdasarkan perhitungan diperoleh
konsentrasi sampel air sungai sebesar 0,1403 mg/L, dimana konsentrasi ini didapat dari
persamaan linear kurva kalibrasi yaitu y = 0,474x. Hal ini sesuai teori SNI yang
menyatakan kadar fosfat maksimun dalam suatu air adalah sekitar 0,01 mg/L samapai 1,0
mg/L. Jadi, dapat diartikan bahwa pada air sungai sekarbela terdapat kandungan fosfat
(PO4).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Fosfat. Diakses di http://id.wikipedia.org/ pada 3 Juni 2016.


Dachriyanus, Dr. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang :
Andalas University Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Muchsin, Yulianto. 2013. Fosfat. Diakses di http://www.chem-is-try.com/ pada 3 Juni 2016.


Seran, Emel. 2011. Air. Diakses di https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertiandasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/ pada 3 Juni 2016.

You might also like