Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Program Studi Strata 1 Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Disusun Oleh :
MUDRIK R DARYONO
12098036
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Program Studi Strata 1 Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Disusun Oleh :
MUDRIK R DARYONO
12098036
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Program Studi Strata 1 Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Penulis
Mudrik R Daryono
NIM. 12098036
Pembimbing I
Pembimbing II
Ya Allah, pada-Mu aku mengeluh atas kelemahanku, miskin dayaku dan kerendahanku di
hadapan manusia lain.
Yang Maha Pengasih, Kaulah Tuhan bagi kaum lemah dan Kaulah Tuhanku.
kepada siapa Kau akan mempercayakanku?
kepada seseorang yang jauh akan menyalahgunakan aku?
atau kepada musuh yang Kau beri kekuatan melebihi kekuatanku?
jika Kau tidak murka padaku, aku tak peduli.
pilihan-Mu jauh lebih luas dari pada pilihanku.
aku mohon perlindungan dalam cahaya-Mu yang menerangi kegelapan dan benda-benda di dunia
ini, dan sesudahnya yang telah disusun dengan tertib.
asalkan kemurkaan-Mu tidak turun padaku atau kemarahan-Mu membakarku.
segalanya hanya untuk kepuasan-Mu dan semoga Engkau puas.
Amstrong, Karen; MUHAMMAD Sang Nabi; hal 185; Mizan; 2001. doa Nabi.
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
SAR I
Pada tanggal 30 Januari 2002 terjadi longsor di jalur kereta api Ciganea-Sukatani di
KM 111+0/2 yang menyebabkan terputusnya jalur kereta Jakarta-Bandung. Alternatif
solusi pengalihan jalur rel kereta (Re-aligment track) merupakan alternatif jangka panjang
satu-satunya yang harus dilakukan.
Jalur rel kereta berada diatas endapan volkanik Kuarter yang berada tidak selaras
diatas satuan batulempung Formasi Subang dan satuan breksi volkanik Formasi Citalang
yang berumur Tersier. Pada satuan batulempung dan breksi volkanik menunjukkan adanya
struktur sesar yang tertimbun oleh satuan pasir tuffan.
Penelitian geologi teknik menunjukkan kelongsoran tersebut disebabkan oleh
kenaikan muka air tanah yang sebanding dengan kenaikan curah hujan yang terjadi, satuan
pasir tuffan yang bersifat lepas-lepas belum terkompaksi, perubahan geometri lereng akibat
aktifitas manusia maupun proses eksogen, dan adanya gempa yang menggerakkan kembali
sesar-sesar yang telah ada.
Analisis stabilitas lereng pada daerah galian pada lereng dibawah rencana jalur rel
kereta baru menunjukkan angka faktor keamanan 1.73 , sedang lereng diatas jalur rel kereta
menunjukkan angka faktor keamanan adalah 0.55 dengan bidang gelincir pada garis kontak
antara satuan pasir tuffan dan satuan batulempung. Hal ini menunjukkan pada lereng diatas
jalur rel kereta harus mempergunakan perkuatan buatan untuk dapat mencapai faktor
keamanan 1.5 yang dipersyaratkan.
Daerah timbunan melewati daerah yang terjadi longsor dangkal. Stabilitas lereng
daerah timbunan menunjukkan angka faktor keamanan sebesar 1.33 sehingga diperlukan
perkuatan tambahan untuk mencapai faktor keamanan 1.5.
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Sari
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Foto
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar Lampiran
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.2
1.3
1.4
1.5
1.5
1.6
1.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.4
2.5
-i-
2.5
2.6
2.7
BAB III
3.1 Geomorfologi
3.1
3.4
3.4
3.4
3.5
3.2 Stratigrafi
3.5
3.6
3.7
3.9
3.10
3.12
3.13
3.13
3.13
3.14
3.3.4 Sesar Km 110+900 hingga Km 111+220 Jalur Rel Kereta Ciganea-Sukatani 3.15
3.3.5 Kekar Km 110+900 hingga Km 111+220 Jalur Rel Kereta Ciganea-Sukatani 3.18
3.3.6 Struktur Hancuran dan Mikrofold didekat Km 111+220 Jalur Rel Kereta
Ciganea-Sukatani
3.19
3.20
3.20
3.20
3.21
- ii -
BAB IV
4.3
4.3
4.3
4.4
4.4
4.5
4.6
4.1.4 Hidrogeologi
4.6
4.1.5 Kegempaan
4.7
4.9
4.9
4.2.2 Vegetasi
4.10
4.11
4.11
4.11
4.11
4.15
4.15
4.17
4.18
4.18
4.18
4.20
4.20
4.20
4.23
-3-
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1
5.2
5.2
5.2
5.3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gb. I.1 Peta kontur pengalihan jalur kereta api
1.2
1.3
1.4
1.7
2.2
2.3
2.4
2.6
2.8
3.14
Gb. III.2 Sketsa singkapan struktur sepanjang jalur rel kereta Km 110+900
hingga 111+220
3.16
Gb. III.3 Stereonet bidang-bidang sesar dan lapisan satuan pasir tuffan
3.17
Gb. III.4 Model struktur bunga tulip (Woodcock dan Schubert, 1994)
3.18
Gb. III.5 Skematik diagram blok yang terpisahkan oleh sesar (R.W. Krantz)
3.21
Gb. IV.1 Mekanisme sesar akibat gempa dalam (M>5.0) antara th. 1934-Juni 1983
(SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
4.8
Gb. IV.2 Mekanisme sesar akibat gempa intermediate (M>5.0) antara th. 1934Juni 1983 (SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
4.8
Gb. IV.3 Mekanisme sesar akibat gempa dangkal (M>5.0) antara th. 1934-Juni 1983
(SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
4.9
4.10
4.12
4.12
Gb. IV.6 Nilai koreksi fo pada metode simplikasi Janbu (Abramson et.al1996)
4.14
Gb. IV.7 Hubungan antara tekanan pada tanah dasar dengan batas cair dan batas
pemompaan Lumpur
4.16
Gb. IV.8 Hubungan antara tegangan pada tanah dasar dengan CBR tanah dasar dan
penghisapan lumpur
4.16
4.17
4.18
Gb. IV.11 Jari-jari lengkung rel kereta api (PD No.10 PT.KAI)
4.19
4.22
4.24
DAFTAR FOTO
Foto III.1 Tipe genetik sungai subsequen terdapat pada satuan batulempung dengan erosi
secara lateral disungai Cikembang.
3.2
Foto III.2 Lembah sungai berbentuk V terdapat satuan pasir tuffan menunjukkan sungai
tahapan muda pada sungai Cisuren.
3.2
Foto III.3 Bentang alam daerah penelitian diambil dilokasi perpotongan antara sungai
Cisalak dan rel kereta api.
3.3
3.5
3.6
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.14
3.15
Foto III.13 Struktur sepanjang jalur rel kereta Km 110+900 hingga Km 111+220 3.16
Foto III.14 Kekar terisi lempung pada satuan pasir tuffan.
3.18
3.19
3.19
4.6
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Hubungan antara isu utama penelitian dan komponen, parameter serta
pendekatannya.
1.4
Tabel II.1 Besar faktor keamanan [An engineering Manual for Slope Stability
Studies,79]
2.6
2.8
3.22
3.23
3.24
Tabel IV.1 Ketentuan jari-jari lengkung rel kereta api (PD No.10 PT.KAI)
4.19
4.20
4.21
4.23
DAFTAR LAMPIRAN
Analisa Kalsimetri
Analisa Petrografi
Peta Lintasan
Peta Geomorfologi
Peta Geologi
Peta Isophreatik
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan 1 . 1
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
10 CM
10
15
20
25
50
Pendahuluan 1 . 2
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
Pasiripih, kampung Mekarsari Ubrug dan kampung Cibinong dengan luas wilayah 5,09
2
km (2,75 km x 1,85 km) dan untuk penelitian geologi teknik berada disepanjang jalur
kereta api Ciganea Sukatani KM 110+100 hingga 111+300 dan lebar 300 m dengan
2
Tabel I.1 Hubungan antara isu utama penelitian dengan komponen, parameter serta
pendekatannya.
Isu Utama
Komponen
1. Informasi geologi
Pendekatan
- Geomorfologi
- Air tanah
Parameter
- Geodinamika
- Lapangan : permukaan
dan bawah permukaan
- Proses
eksogen
dan
- Analisa Laboratorium
- Analisa data sekunder
endogen
- Sudut lereng
3. Desain bangunan
- Stabilitas lereng
- Timbunan
- Lengkung
- Landai
Studi literatur
Hipotesa
Kondisi Geologi
Penelitian
Geologi dan Geologi Teknik
Bab 1.5.1
Penelitian
lapangan
Bab 1.5.2
Analisa
laboratorium
Analisia
komprehensif
Sintesa
Bab 1.5.3
Analisa
Data sekunder
berat basah ()
porositas (n)
Sensitivitas (St)
Analisa mikropaleontologi
Analisa kalsimetri
Analisa petrografi
Analisa struktur
Secara rinci diagram alur pendekatan dan metode penelitian sebagai berikut :
Sampling
- kalsimetri
- petrografi
- mikropaleontologi
Pemetaan Detil
1:1000
Pemetaan Lokal
1:12500
Studi Data
Sekunder
- Peta regional
- laporan dan data
lain,
Pemetaan
Studi Hasil
Pemboran
- log bor
Insitu Test
- SPT
- CPT
- Inklinometer
Studi Laboratorium
- Properti tanah
- Kekuatan tanah
Studi Data
Sekunder
Permukaan
Bawah Permukaan
Penelitian
Desain Pengalihan
Jalur Kereta
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
menyebabkan lipatan pada endapan berumur Neogen dengan disertai oleh intrusi batuan
volkanik hipabisal yang terdiri dari volcanic neck, stocks, dan bosses (Bemmelen, 1949).
Zona Bogor ini meliputi Rangkasbitung (daerah Jasinga) di bagian barat,
melewati Purwakarta, Subang, dan Sumedang, hingga ke Bumiayu dan Kali Pemali di
bagian timur (Bemmelen, 1949).
Tinjauan Pustaka 2 . 1
Secara tidak selaras diendapkan Satuan batupasir tuffan terdiri atas batupasir dan
konglomerat hasil endapan lahar pada kala Kuarter (Sudjatmiko, 1972). Satuan ini setara
dengan older volcanic (Van Bemmelen, 1949) dan endapan volkanik tua (Martodjojo,
1984). Kala Resen diendapkan satuan aluvial yang terdiri atas lempung, lanau, pasir dan
kerikil yang merupakan endapan sungai sekarang.
Keterangan
Qa : Aluvium
Qos: Batupasit tuffan dan
konglomerat
Msc: Batulempung
(F.
Subang)
(F. Citalang)
Skala 1:67.000
N
Gb.II.3 Peta geologi lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972)
penelitian
Kecil1
Besar2
1.25
1.5
1.5
perbaikan
lebih
besar
dari
biaya
Tabel II.1 Besar faktor keamanan [An engineering Manual for Slope Stability Studies,
79]
1. Kecil jika kondisi tanah seragam dan data yang menggambarkan konsisitensi,
kelengkapan dan karakteristik kuat tanah tersedia dengan baik.
2. besar jika kondisi tanah kompleks dan jika data menggambarkan konsistensi,
kelengkapan dan gambaran karakter kuat tanahnya tidak tersedia dengan baik.
W
c
N
Gb.II.5
u
F
friction angle =
Mekanika
BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geomorfologi
Mengacu pada klasifikasi Lobeck (1939) daerah penelitian termasuk dalam
klasifikasi perbukitan komplek yang terbagi dalam empat satuan geomorfologi, yaitu :
satuan perbukitan endapan volkanik, satuan perbukitan lipatan, satuan danau dan satuan
dataran aluvium yang mencerminkan lithologi berbeda dan menunjukkan tahap
geomorfik yang berbeda.
Tipe genetik sungai pada daerah penelitian adalah tipe sungai subsequen pada
sungai Cibarengkok, Cikatumba, Cijambe dan Cikembang dengan ciri arah aliran sungai
mengikuti jurus lapisan. Sungai Cisuren dan Cisabuk menunjukkan pola sungai resequen
dengan ciri arah aliran sungai mengikuti kemiringan lereng dan kemiringan lapisan yang
terbentuk setelah sungai utama. Tipe genetik aliran sungai obsequen dimana arah aliran
berlawanan dengan arah lapisan terjadi pada sungai Cisalak. Sungai Cikembang termasuk
dalam tipe genetik sungai subsequen dan juga tipe genetik sungai konsequen.
Erosi sungai secara vertikal, lembah sungai curam dan dasar sungai sempit
terdapat pada sungai Cisalak, Cijambe, Cikatumba, Cisuren, Cisabuk dan Cibarengkok
merupakan tipe sungai muda. Pada sungai Cikembang erosi terjadi secara lateral dengan
lembah sungai datar serta dasar sungai lebih lebar dan juga erosi terjadi secara vertikal
yang juga masih menunjukkan tahapan sungai muda.
Foto III.1
Tipe
genetik
sungai
subsequen
terdapat
pada
satuan batulempung dengan
erosi secara lateral di sungai
Cikembang.
Foto III.2
Lembah sungai berbentuk
V terdapat pada satuan
pasir tuffan menunjukkan
sungai tahapan muda pada
sungai Cisuren.
Daerah penelitian memiliki relief kasar dengan gawir-gawir yang curam dan
proses erosi yang intensif. Proses geomorfik yang terjadi didaerah penelitian dikontrol
oleh proses eksogen : pelapukan, erosi, longsor, transportasi dan sedimentasi. Daerah
penelitian ini menunjukkan tahapan geomorfik muda.
Foto III.3 Bentang alam daerah penelitian diambil dilokasi perpotongan antara sungai Cisalak dan rel kereta api.
Foto III.4
Satuan geomorfologi dataran
aluvium. Foto diambil pada
sungai Cikembang.
3.2 Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi dua formasi : Formasi Subang dan
Formasi Citalang, endapan gunung api kuarter dan endapan aluvium. Seluruhnya
dikelompokkan menjadi lima satuan batuan, yaitu :
1. Satuan napal lempungan
2. Satuan batulempung
3. Satuan breksi volkanik
4. Satuan pasir tuffan
5. Satuan endapan aluvium
Foto III.5
Singkapan batupasir kuarsa
satuan napal lempungan. Foto
diambil di lokasi pengamatan
46.
Hasil
analisa
mikropaleontologi
semikuantitatif
Foto III.6
Singkapan
sisipan
napal
keras
pada
satuan
batulempung. Foto diambil
pada lokasi pengamatan 43.
suspensi.
Analisa semikuantitatif
foraminifera
menunjukkan
lingkungan pengendapan Outer Neritik pada bagian bawah satuan dan kemudian
berangsur berubah ke Middle Neritik dan kemudian pada bagian atas lapisan adalah
Litoral-Supralitoral. Ini ditunjukkan dengan jumlah relatif foram plangton cangkang
gampingan yang melimpah; kemudian pada bagian diatasnya jumlah berkurang tetapi
masih besar dengan perbandingan jumlah foram plangton lebih besar dibanding dengan
foram bentos dan foram dengan cangkang gampingan mendominasi daripada foram
cangkang arenaceous; kemudian makin keatas foram sangat jarang dan tidak kandungan
gamping semakin menghilang yang menunjukkan lingkungan litoral-supralitoral dengan
kondisi alam yang memiliki suplai sedimen besar. Berdasarkan analisa semikuantitatif
foraminifera menunjukkan umur relatif lapisan Miosen Akhir - Pliosen N18-N19 yang
ditunjukkan dengan adanya fosil Globorotalia margaritae margaritae muncul terakhir
pada sampel 30 dan pada sampel diatasnya memiliki kelimpahan absen-jarang.
Rekonstruksi penampang menunjukkan ketebalan lapisan 400m.
Foto III.7
Singkapan breksi volkanik
pada lokasi pengamatan 21.
Foto III.8
Sisipan konglomerat pada
satuan breksi volkanik pada
lokasi pengamatan 76.
Satuan breksi volkanik diendapkan pada lingkungan darat, ini ditunjukkan sifat
batuan yang nonkarbonatan. Satuan ini didominasi litologi breksi yang memiliki
mekanisme arus gravitasi dengan jarak transport pendek.
Berdasarkan Ludwig-1933, satuan breksi volkanik setara dengan Citalang Beds
berumur Pliosen.
Satuan breksi ini memiliki ketebalan lebih dari 640m dengan batas atas diluar
daerah penelitian berdasarkan rekonstruksi penampang.
Bagian bawah satuan ini adalah satuan batulempung dengan hubungan tidak
selaras bersudut, ditunjukkan dengan kemiringan lapisan yang berbeda dan adanya
konglomerat alas; dan bagian atas satuan ini berada diluar daerah penelitian. Hubungan
tidak selaras satuan breksi ini dengan satuan pasir tuffan.
Satuan ini terdiri atas lithologi pasir tuffan dan sisipan konglomerat. Pasir tuffan
memiliki ciri : warna abu-abu gelap, berukuran pasir kasar hingga butiran, bentuk
menyudut, pemilahan buruk, belum terkompaksi bersifat lepas-lepas, porositas baik,
terdapat struktur sedimen crossbedding yang banyak dan baik, kemas tertutup-terbuka.
Hasil sayatan tipis menunjukkan sebagai Tuffaceous Lithic Wacke. Satuan pasir tuffan
setara dengan satuan batupasir tuffan berumur Kuarter (Sudjatmiko, 1972).
Didalam satuan ini terdapat sisipan endapan chanel sungai yang berada 60m
diatas sungai terdekat, yaitu sungai Cikembang. Sisipan endapan channel sungai ini
terdiri atas fragmen batuan beku andesitik dan basaltik.
Foto III.9
Singkapan pasir tuffan di
lokasi pengamatan 3.
Proses sedimentasi pada satuan ini merupakan pengendapan batupasir yang terjadi
bersamaan dengan aktifitas volkanisme yang ditunjukkan dengan sifat tuffan pada pasir.
Tidak adanya semen karbonatan menunjukkan lingkungan pengendapan darat dan
diperkirakan berasal dari aktivitas gunungapi Burangrang yang berada disebelah selatan
daerah penelitian.
Berdasarkan rekonstruksi penampang menunjukkan ketebalan satuan pasir tuffan
adalah 50m.
Satuan pasir tuffan berada diatas satuan breksi volkanik dan batulempung secara
tidak selaras. Hubungan tidak selaras ini ditunjukkan dengan kedudukan lapisan pasir
tuffan relatif datar dan penyebarannya yang luas menutupi satuan breksi volkanik dan
batulempung.
Foto III.10
Singkapan endapan aluvium
di sungai Cikembang. Foto
diambil
pada
lokasi
pengamatan 41.
Satuan aluvium terbentuk akibat proses erosi yang terjadi akhir Kuarter hingga
sekarang. Satuan ini tertransport melalui arus traksi pada sungai-sungai daerah penelitian.
Merupakan satuan termuda didaerah penelitian dan berumur Resen. Berdasarkan data
lapangan ketebalan lapisan mencapai 3m.
Satuan ini berada tidak selaras dengan satuan yang berada dibawahnya.
asimetri dengan kemiringan sayap disebelah utara adalah 37 , sedang kemiringan sayap
o
sebelah selatan adalah 59 . Antiklin ini mempunyai sumbu berarah relatif baratlauttenggara dan diperkirakan memiliki tegasan struktur utama kompresi NE-SW. Struktur
ini terjadi pada satuan batulempung dan satuan breksi volkanik.
5m
parit
ga pr
ris oye
k
si
Jalan Proyek
parit
Besar kedudukan lapisan relatif sama, yaitu pada bagian utara N135 E/37 NE dan
o
bagian selatan jalan proyek N132 E/40 NE. Sesar ini memotong pada satuan
batulempung dan satuan breksi. Ini menunjukkan adanya sesar geser menganan. Lebih
jelas terlihat pada foto sebagai berikut :
Foto III.11
Foto pergeseran lapisan yang
tertutup oleh jalan proyek.
Nampak pergeseran material
buangan dalam pembuatan
parit disepanjang bahu jalan.
Lokasi singkapan ini dilokasi
pengamatan 1.
N340 E/59 NE, offset 120 Cm dan merupakan jenis sesar turun. Satuan ini ditemukan
pada satuan pasir tuffan. Singkapan ini terdapat pada dinding tebing yang dipotong oleh
pengerjaan proyek sipil, seperti yang terlihat dalam foto berikut :
Foto III.12
Offset pada satuan pasir
tuffan di Km 110+290
Ciganea-Sukatani.
Analisa distribusi arah sesar menunjukkan arah rata-rata adalah N334 E/79 NE
o
(lampiran), lebih detail distribusi bidang sesar naik adalah N335 E/65 NE dan sesar
o
normal adalah N325 E/84 NE. Analisa distribusi kedudukan lapisan disepanjang
singkapan adalah N354oE/9oNE.
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
POLE
LEGEND
POLES
3
1 2
4
MAJOR
PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
2
3
4
325/84
334/79
335/65
354/09
S
sepanjang singkapan rel kereta api
4
4
Poles Plotted
Data Entries
Gb.III.3 Strereonet bidang-bidang sesar dan lapisan satuan batupasir tuffan dan
konglomerat.
Menurut penulis, sesar-sesar tersebut merupakan sesar bagian dari struktur bunga
(Woodcock dan Schubert, 1994) seperti pada gambar III.4. Hal ini disebabkan oleh
gerakan sesar pada batulempung yang ditunjukkan dengan adanya struktur hancuran dan
mikrofold yang dijelaskan pada bab 3.3.6. yaitu gerakan strike-slip, berdasarkan data
gempa dangkal dan intermediate.
bidang N320 E/73 NE dan N158 E/60 NE. Keadaan kekar adalah terisi lempung akibat
alterasi hidrokimia yang ditunjukkan dengan perubahan warna pada bagian sisi luar ke
bagian dalam. Arah kekar-kekar yang sama dengan sesar pada singkapan Km 110+900
hingga Km 111+220, menunjukkan bahwa kekar tersebut merupakan bagian dari struktur
bunga tulip yang tidak mengalami pergeseran.
Foto III.14
Kekar terisi lempung pada
satuan pasir tuffan. Foto
diambil di lokasi pengamatan
11.
3.3.6 Struktur Hancuran dan Mikrofold didekat Km 111+220 Jalur Rel Kereta
Ciganea-Sukatani
Struktur hancuran ini terjadi pada lithologi satuan batulempung. Hancuran ini
memperlihatkan juga adanya struktur mikrofold yang sedikit dan tidak dapat untuk
dianalisa.
Foto III.15
Struktur
mikrofold
pada
satuan batulempung. Foto ini
diambil dilokasi pengamatan
30.
Foto III.16
Struktur
hancuran
pada
satuan batulempung. Foto ini
diambil dilokasi pengamatan
30.
Gb.III.5
Skematik diagram
Model ini sesuai dengan keadaan regional pada peta geologi lembar Cianjur
(Sudjatmiko, 1972) yang terdiri atas lipatan-lipatan yang terpisahkan oleh sesar pada
satuan batulempung Formasi Subang.
diskontinu dengan pola strike-slip yang menyebabkan terbentuknya pola seperti struktur
bunga pada satuan pasir tuffan.
Selanjutnya pada kala resen terjadi proses pelapukan dan erosi yang menyebabkan
terendapkannya satuan endapan alluvium.
Miosen Akhir
Umur
Pliosen
N18-N19
70
darat
N18-N20
G. margaritae margaritae
2
jarang
68
absen
30
banyak
+
58
melimpah
III
+
O
III
45
banyak
I
O
+
I
I
+
Legenda : o = jarang (1-3 spesimen); + = sedikit (4-10 spesimen); I = banyak (11-25 spesimen); III = melimpah (> 25 spesimen)
+
+
I
I
I
I
+
+
+
+
+
I
O
O
O
O
O
O
O
O
+
O
O
O
O
O
O
O
O
ARENACEOUS
Dectoglandulina
Amphicoryna
Siphogenerina
Massilina spp.
Frondicularia spp.
Dentalina spp.
Lagena spp.
Oolina spp.
Karreriella spp.
Anomalia spp.
Nodosaria spp.
Globobulimina pyrula
Bolivina spp.
Satuan Breksi Volkanik setara dengan Formasi Citalang yang berumur Pliosen (Ludwig, 1933)
Cibicides spp.
KELIMPAHAN
Lenticulina spp.
Elphidium spp.
Bulimina spp.
Uvigerina peregina
CALCAREOUS BENTHONIC
Orbulina bilobata
Globigerinoides conglobatus
Neogloboqua
Neogloboquadrina acostaensis
Orbulina universa
Orbulina suturalis
Globoquadrina altispira
Globigerinoid
PLANKTONIC
Nomor Sampel
Upper Bathial
Outer Neritic
Middle Neritic
Inner Neritic
Litoral-Supralitoral
Penulis(2002) Purwakarta
Umur
Pleistosen
Resen
Akhir
Tengah
Satuan Aluvium
Pliosen
Awal
Fm. Citalang
Akhir
Tengah
Fm. Citalang
Fm. Kaliwangu
Miosen
Awal
Satuan Batulempung
Fm. Cantayan
Fm. Subang
Fm. Cantayan
Fm. Subang
Satuan Napal Lempungan
Akhir
Fm. Jatiluhur
Tengah
Fm. Cibulakan
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
BAB IV
ANALISIS GEOLOGI TEKNIK
yang dibangun
gorong-gorong. Tindakan ini cukup berhasil mengingat sampai awal tahun 1980-an
lereng tersebut tidak mengalami kelongsoran. Namun mulai tahun 1982, seiring dengan
meningkatnya frekuensi kereta api yang melewati jalur tersebut, lereng mulai terjadi
kelongsoran, dan pada saat itu baru disadari bahwa drainase pada dasar timbunan sudah
tidak berfungsi.
Beberapa perkerjaan perkuatan lereng telah dilakukan, seperti pembangunan
brojong batu kali, dinding penahan tanah pada kaki lereng, drainase permukaan dan sheet
pile pada sisi kiri dan kanan rel, namun perkuatan yang didapat hanya berlaku sementara.
Berdasarkan data survey topografi yang dikerjakan oleh TIM SURVAI ITB
diketahui perubahan elevasi terjadi sebesar 50 cm/2 minggu di titik KM 111+090, sedang
perubahan posisi horisontal bergeser ke arah longsor sebesar 38 cm/2 minggu pada titik
KM 111+065.
Jenis lereng
: Timbunan (1902)
Model Keruntuhan
: Sliding, Translation
Kecepatan Gerakan
: -(12-16) meter
: -8.00 meter
4.1
: (1.8-2) meter
Faktor penyebab
Alternatif pemecahan masalah telah diusulkan dengan perkuatan steel pipe yang
diberi ground anchor, pembuatan jembatan dan pengalihan jalur baru (Re-aligment
Track). Namun longsor pada tanggal 20 November 2001, dimana terjadi pelebaran daerah
retakan yang mempengaruhi tingkat keamanan dari sistem yang ada dan bahkan
mempengaruhi tingkat keamanan dari alternatif perkuatan steel pipe yang diberi ground
anchor yang telah disetujui. Mengantisipasi peningkatan kesibukan perjalanan kereta hari
Lebaran tahun 2001, PT. KAI memutuskan untuk membangun jalur sementara
(Temporary Track) sebagai kebijakan preventif kondisi yang lebih parah dimana jalur
tidak dapat dilalui.
Pengamatan lapangan menunjukkan keadaan lereng dijalur rel sementara dalam
keadaan yang stabil. Jalur rel sementara ini didesain dengan geometri jalan rel untuk
kecepatan yang rendah, sehingga kereta yang melalui tidak dapat optimal memacu
kecepatan kereta.
Tanggal 22 Januari 2002 track terputus karena terjadi longsoran akibat hujan.
Dengan kondisi ini alternatif Pengalihan jalur rel kereta (Re-aligment track) merupakan
alternatif solusi terakhir yang harus dilaksanakan setelah alternatif mempertahankan jalur
rel existing menggunakan perkuatan steel pipe pile yang diberi ground anchor gagal
dilaksanakan karena kondisi longsoran yang telah mengalami pelebaran daerah retak
sehingga mempengaruhi tingkat keamanan.
Jalur rel kereta terletak diatas satuan pasir tuffan berumur Kuarter yang berada
tidak selaras diatas satuan batulempung Formasi Subang dan breksi volkanik Formasi
Citalang yang berumur Tersier.
Secara umum hal-hal yang perlu ditinjau dalam penanganan kelongsoran dengan
pengalihan jalur dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Tinjauan terhadap stabilitas lereng didaerah galian.
2. Tinjauan daya dukung dan stabilitas daerah timbunan.
Penelitian geologi teknik dilaksanakan pada pelaksanaan alternatif solusi
pengalihan jalur rel baru (Re-aligment Track) untuk mendapatkan bangunan jalan rel
pada daerah longsor intensif yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan
ekonomis. Penelitian ini meliputi keadaan geologi, keadaan iklim dan curah hujan,
keadaan akibat aktifitas manusia, dan ketentuan-ketentuan dalam perencanaan jalur rel
baru.
Berdasarkan data bor BH03 satuan pasir tuffan dideskripsikan sebagai sandy clay
yang memiliki nilai SPT antara 8-9 kali per kaki dengan ketebalan 16 meter. Berdasarkan
analisa laboratorium sampel dititik bor BH06 pada kedalaman 10 meter menunjukkan
2
nilai qu=0.480 kg/cm ; = 1.75 t/m ;dan d=1.205 t/m . Sifat batuan yang
umumnya
belum terkonsolidasi dan bersifat lepas-lepas menyebabkan tidak dilakukan uji triaksial.
sondir yang menunjukkan nilai C= >200 kg/cm dan data bor B2(baru) disebut sebagai
gravelly sand.
; = 1.6 t/m
0.12
2
kg/cm ;dan = 3 .
Berdasarkan 10 titik data sondir disekitar rencana lokasi timbunan dibagi menjadi
3 lapisan berdasarkan Robertson dan Campanella (1983) menggunakan grafik antara nilai
qc dan friction ratio, yaitu :
1) Clayey silts dengan konsistensi medium
2) Silt silty sand
3) Sand
Foto IV.1
Singkapan
lapukan
batupasir
tuffan
dan
konglomerat
di
sungai
Cibarengkok lokasi 73.
4.1.4 Hidrogeologi
Data permukaan air tanah didapat dari data sondir, data bor dan mata air. Air
tanah daerah penelitian adalah air tanah bebas dengan akifer pada satuan batupasir tuffan
dan konglomerat; dan lapisan permeabel adalah satuan batulempung formasi Subang dan
satuan breksi. Penampang bor BH355 menunjukkan tipe air tanah influen.
Air tanah tersebut memiliki sistem antar butir yang menjenuhi satuan batupasir
tuffan dan konglomerat. Debit air tanah berubah sesuai dengan jumlah curah hujan.
Arah pergerakan air tanah relatif bergerak kearah N hingga NNE, dimana daerah
tersebut merupakan batas antara satuan batulempung dan breksi. Hal ini penulis menduga
bahwa gerakan air tanah bergerak kesatuan batuan breksi vulkanik karena sifat porositas
dan permeabilitasnya lebih memungkinkan dibandingkan dengan satuan batulempung.
Hal-hal lebih detil mengenai kondisi hidrogeologi daerah penelitian perlu dilakukan
penelitian lebuh lanjut.
4.1.5 Kegempaan
Berdasarkan rekaman data 100 tahun, gempa di Indonesia rata-rata terjadi gempa
sebanyak tiga gempa bumi pertahun. Hal ini sangat penting diperhatikan dalam
membangun suatu fasilitas umum.
Berdasarkan
data Direktorat
Meteorologi dan Geofisika; dan US. Geological Survey (USGS), daerah penelitian
memiliki dua mekanisme gempabumi, yaitu shallow crustal dan gempabumi zona
subduksi.
Gempabumi shallow crustal memiliki kedalaman 0-50 Km pada daerah Jawa
Barat. Gempabumi zona subduksi memiliki jarak 300-400 Km dari Ciganea, berawal dari
samudra Hindia-250Km sebelah selatan pulau Jawa- dengan kedalaman 50-150 Km
dibawah laut Jawa. Mekanisme sesar dibagi sebagai berikut (SAASEE, Series on
Seismology, Volume V, 1985) :
Gb.IV.1 Mekanisme sesar akibat gempa dalam (M>5.0) antara th 1934-Juni 1983
(SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
Gb.IV.2 Mekanisme sesar akibat gempa intermediate (M>5.0) antara th 1934-Juni 1983
(SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
Gb.IV.3 Mekanisme sesar akibat gempa dangkal (M>5.0) antara th 1934-Juni 1983
(SEASEE, Series on seismology, volume V, 1985)
Dibagian selatan lembar peta pada tahun 1979 pernah terjadi gempa tektonik
dengan arah jalur gempa relatif Baratlaut-Tenggara (Priyanti 1980,Sugalang 1995).
500
400
300
200
100
0
J
Bulan
4.2.2 Vegetasi
Peran vegetasi terhadap stabilitas tanah dangkal adalah meningkatkan tahanan
geser melalui perkuatan akar-akarnya. Kehadiran tanaman juga meningkatkan pori-pori
yang meningkatkan infiltrasi kedalam tanah. Hal ini pula juga mengurangi proses erosi
adanya runoff .
Gb. IV.5 Pembagian massa tanah yang menggelincir [Abramson et. al 1996]
SF Faktor kemanan
Sa
R
hL
hR Tinggi gaya ZR
Berat isi
Gaya luar
B Lebar irisan
Kv
Kh
Gb. IV.5 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan [Abramson et. al 1996]
U + Sm sin + W (1 K ) U
cos + Q
v
..(1.2)
cos
cos
Dimana kuat geser Mohr Coulomb yang dapat termobilisasi sepanjang dasar irisan (Sm)
dinyatakan dengan persamaan (1.3)
c '+ N ' tan .........................................................(1.3)
Sm =
FK
Dengan asumsi faktor kamanan terhadap keruntuhan geser sama untuk semua irisan dan
mensubtitusikan persamaan (1.3) kedalam persamaan (1.2) maka didapat
v
1
c
.(1.4)
N=
(1 k )
U cos + U cos + Q
sin
m
cos
FK
tan tan
cos ........................... (1.5)
Dimana m = 1 +
FK
Kesetimbangan gaya horizontal ditinjau pada semua irisan, untuk sebuah irisan gaya
horizontal dinyatakan sebagai
[FH ]i = (N + U)sin +Wkh + Usin + Qsin
(1.6)
- Smcos ..
i =1
]
H Ui
= ( N '+U ) sin + Wk +
i =1
n
c + N ' tan
sin
]+
Q sin
i =1
atau
FK
= 0 ...........(1.7)
sin
]=
i =1
i =1
c + N ' tan
sin
FK
..............(1.8)
Fk =
.....................................(1.9)
i =1
n A + n
4
N ' sin
i =1
i =1
dimana
A4 = Usin + Wkh+ Usin + Q sin ...................(1.10)
Menurut Janbu, faktor keaman yang didapat harus dikoreksi karena pengaruh geometri
lereng dan parameter kuat geser tanahnya dengan persamaan :
FKjanbu = fo x FKterhitung.
Nilai fo didapat dari kurva gambar dimana kurva yang dikemukakan oleh Janbu terebut
merupakan kompensasi terhadap aumsi peniadaan gaya geser antar irisan.
Gb IV.6 Nilai Koreksi fo pada metode simplifikasi Janbu [Abramson et. al 1996]
Nilai fo dapat juga diperoleh dengnan menggunakan persamaan sebagai berikut :
2
Gb. IV.7 Hubungan antara tekanan pada tanah dasar dengan batas cair dan batas
pemompaan lumpur.
Gb. IV.8 Hubungan antara tegangan pada tanah dasar dengan CBR tanah dasar dan
penghisapan lumpur.
ekonomi dan keserasian dengan lingkungan sekitar. Geometri jalan rel tersebut beberapa
diantaranya adalah lengkung lingkaran dan lengkung peralihan.Lengkung lingkaran
adalah lengkung horisontal berbentuk lingkaran yang menghubungkan dua bagian lurus
yang perpanjangannya membentuk sudut.
dengan jari-jari berubah beraturan. Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara
bagian yang lurus dan bagian lingkaran dan sebagai peralihan antara dua jari-jari
lingkaran yang berbeda. Berdasarkan persyaratan perencanaan lengkungan untuk
berbagai kecepatan rencana, besar jari-jari minimum yang diijinkan adalah seperti
tercantum dalam tabel.
Gb. IV.11 Jari-jari lengkung rel kereta api (PD No.10 PT.KAI)
diijinkandengan lengkung
peralihan (m)
peralihan (m)
120
2370
780
110
1990
660
100
1650
550
90
1330
440
80
1050
350
70
810
270
60
600
200
Tabel IV.1 Ketentuan jari-jari lengkung lingkaran rel terhadap kecepatan (PD No.10
PT.KAI)
V maks
P maks gandar
Gradien
(km/jam)
(ton)
maksimum
I II
120
18
10 o/oo
III
110
18
10 o/oo
IV
100
18
20 o/oo
90
18
25 o/oo
80
18
25 o/oo
Kelas Jalan
Tabel IV.2 Klasifikasi jalan rel kereta terhadap kecepatan, beban dan gradien (PD No.10
PT.KAI)
Formasi
Subang.
Pekerjaan
penggalian
ini
akan
menyebabkan
tersingkapnya satuan batulempung yang sebelumnya tertutupi. Batas antara satuan pasir
tuffan dan satuan batulempung sangat berpotensi sebagai bidang gelincir.
Analisis perhitungan dilakukan menggunakan program komputer Stable tahun
1991 dibuat oleh Peter J. Basscher Universitas Wisconsin-Madison. Berdasarkan
korelasi data CPT didapat besar parameter yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Kohesi
Tanah
Berat Isi
Tanah
sudut
geser
Lapisan 1
Tanah Lapukan
16 Kpa
Lapisan 2
Satuan Pasir
Tuffan
23 Kpa
Satuan
Batulempung
100 Kpa
Lapisan 5
Lapisan 1
Tanah Lapukan
16 KN/m
Lapisan 2
Satuan Pasir
Tuffan
16 KN/m
17.5 KN/m
18.6 KN/m
Lapisan 5
Satuan
Batulempung
Tanah Lapukan
18.6 KN/m
Lapisan 1
Lapisan 2
Satuan Pasir
Tuffan
Lapisan 3
Lapisan 4
Lapisan 3
Lapisan 4
Lapisan 3
Lapisan 4
Lapisan 5
Satuan
Batulempung
Beban Kereta
31 Kpa
200 Kpa
5
75 KN/m.m
Kohesi
Tanah
Berat Isi
Tanah
Lapisan 1
45 Kpa
Lapisan 2
30 Kpa
Lapisan 3
70 Kpa
Lapisan 4
185 Kpa
16 KN/m
Lapisan 2
16 KN/m
Lapisan 3
17 KN/m
Lapisan 4
17 KN/m
Lapisan 1
Sudut
Geser
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
Lapisan 4
Beban Kereta
3
3
3
o
o
20 KN/m.m
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Geomorfologi daerah penelitian termasuk dalam klasifikasi perbukitan komplek
yang terbagi dalam empat satuan geomorfologi, yaitu : satuan perbukitan endapan
volkanik, satuan perbukitan lipatan dan satuan dataran aluvium yang berada pada tahapan
geomorfik muda.
Stratigrafi daerah penelitian dimulai pada zaman Tersier kala Miosen Akhir (N18)
yaitu satuan napal lempungan yang diendapkan pada lingkungan laut middle neritik (20100m). mekanisme pengendapannya adalah suspensi. Kemudian diatas satuan napal
lempungan diendapkan selaras satuan batulempung dalam kurun umur yang sama yaitu
Miosen Akhir (N18). Satuan batulempung diendapkan pada lingkungan laut outer neritik
(100-200m) yang merangsur-angsur mendangkal hingga pada lingkungan laut litoralsupralitoral (tidal terendah-20m). Kedua satuan ini disetarakan dengan Formasi Subang.
Pada kala Pliosen terjadi tektonik yang menyebabkan pengangkatan (uplift) dan juga
terdapatnya aktifitas volkanis yang ditunjukkan adanya pengendapan satuan breksi
volkanik. Satuan breksi volkanik ini diendapkan pada lingkungan darat. Satuan breksi
volkanik ini disetarakan dengan Formasi Citalang. Pada zaman Kuarter terjadi aktifitas
vulkanisme yang bersamaan dengan proses sedimentasi mengendapkan satuan pasir
tuffan. Selanjutnya pada kala resen terjadi proses pelapukan dan erosi yang menyebabkan
terendapkannya satuan endapan alluvium.
Struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian adalah gaya kompresi NESW hingga zaman Tersier dan gempa bumi zaman Kuarter yang menggerakkan kembali
bidang-bidang diskontinu dengan pola strike-slip yang menyebabkan terbentuknya pola
seperti struktur bunga pada satuan pasir tuffan.
3. Faktor keamanan lereng diatas rel kereta adalah 0.55 . Lereng ini harus
menggunakan perkuatan buatan untuk memenuhi ketentuan FK1.5 .
4. Daerah galian memotong sesar. Hal ini akan berbahaya jika terjadi gempa.
5. Batas antara satuan pasir tuffan dan satuan batulempung merupakan bidang
gelincir ditunjukkan dengan perhitungan yang menunjukkan bidang circular
memotong batas antara satuan ini.
6. Perkuatan buatan lereng dapat berupa piling, counterweight, dan atau ground
anchor yang memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang
ekonomis.
7. Sifat batuan pasir lepas intensif terjadi erosi sehingga perlu adanya perlindungan
dengan penanaman tumbuhan ataupun dengan pelindung dari bahan lain.
6. Pada tanah asli dapat dilakukan dengan penurunan muka air tanah, piling, ground
anchor dan atau counterweight.
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
DAFTAR PUSTAKA
1. Abramson, L., Lee, T., Sharma, S., Boyce, G., 1996, Slope Stability and
Stabilization Methods, John Willey & Sons Inc.
2. van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The
Hague, vol. IA&IB.
3. Davis, G.H., Reynolds, S.J., 1984, Structural Geology of Rocks and Regions, John
Wiley & Sons, New York, USA.
4. Dunn, I.S., Anderson, L.R., Kiefer, F.W., 1980, Fundamentals of Geotechnical
Analysis, John Wiley & Sons, New York, USA.
5. Hunt, Roy E., 1983, Geotechnical Engineering Investigation Manual, McGraw-Hill
Company.
6. Irsyam, M., Hoedajanto, D., Hendriyawan., Kiuchi, T., Wibianto, B , dan Susetyo,
H., 2001, Analisis Mekanisme Kelongsoran dan Penanggulangannya untuk Jalur
Kereta Api Ciganea-Sukatani pada KM 111+0/2, Prosiding Seminar PIT HATTI
2001, Bandung.
7. Sudjatmiko, 1972, Peta Geologi Lembar Cianjur, Direktorat Geologi, Bandung.
8. Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, vol. I dan II, Fakultas
Pasca Sarjana ITB, Bandung.
9. Maryunani, K. A., 1999, Panduan Praktikum Foraminifera, Laboratorium
Mikropaleontologi Departemen Teknik Geologi ITB, Bandung.
10. Peraturan Dinas No. 10; Perencanaan Konstruksi Jalan Rel ; PJKA; 1986.
11. Powrie, William., 1997, Soil Mechanics: Concepts and Applications, E & FN Spon,
London, UK.
12. Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogen Neogen
Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Kumpulan Makalah Seminar
Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoikum sampai Kuarter,
UGM, Yogyakarta, p. 1-15.
13. Siegel, Ronald, 1975, Stabl User Manual, School of Civil Engineering-Perdue
University.
14. William, H., Turner, J.F., Gilbert, C.M., 1955, Petrography an Introduction to The
Study of Rock In Thin Section, Freeman, New York.
Lampiran
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
ANALISA SESAR
Di Sekitar Jalur Kereta Api Km 110+900 Hingga Km 111+220
Strike
o
(N E)
326
260
316
325
146
338
321
344
331
342
328
342
185
169
126
271
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Dip
o
( )
84
34
65
84
43
55
45
75
54
79
67
87
60
68
36
56
Jenis Sesar
Offset
(Cm)
120
127
118
160
110
67
310
175
175
50
35
25
55
-
turun
naik
turun
turun
naik
naik
naik
naik
turun
turun
turun
turun
turun
-
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
CONTOUR LEGEND
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
% of total per
0.8 % area
Minimum Contour
Contour Interval
Max.Concentration
MAJOR
=
=
=
2
2
13.7
PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
334/79
1 4.0
S
Tugas Akhir - di rel kereta api
15 Poles Plotted
15 Data Entries
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
SCATTER LEGEND
NUM. OF POLES
1 pole
CONTOUR LEGEND
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
% of total per
0.8 % area
Minimum Contour
Contour Interval
Max.Concentration
= 5.5
= 5.5
= 37.1
MAJOR PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
5
5
335/55
Poles Plotted
Data Entries
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
SCATTER LEGEND
NUM. OF POLES
1 pole
2 poles
CONTOUR LEGEND
1
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
% of total per
0.8 % area
Minimum Contour
Contour Interval
Max.Concentration
=
4
=
4
= 24.9
MAJOR PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
S
sepanjang km 110+900 hingga km
111+220
325/84
8 Poles Plotted
8 Data Entries
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
ANALISA KEKAR
Di Sekitar Jalur Kereta Api Km 111
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Strike
o
(N E)
247
320
130
136
153
165
338
163
318
276
155
156
138
342
335
340
127
314
355
327
338
323
324
316
Dip
o
( )
61
70
50
56
60
71
70
64
76
74
57
61
61
70
85
90
79
73
78
84
64
76
68
87
Isian Rekahan
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
Lempung
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
CONTOUR LEGEND
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
% of total per
0.8 % area
Minimum Contour
=
Contour Interval
=
Max.Concentration =
MAJOR
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
2
2.5
2.5
16.8
PLANES
320/73
158/60
E
2
S
24 Poles Plotted
24 Data Entries
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
Keterangan
234/42
230/62
281/65
263/80
9/71
45/74
47/68
270/66
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
Terisi kalsit
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
N
CONTOUR LEGEND
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
%
of total per
0.8 % area
Minimum Contour
Contour Interval
Max.Concentration
MAJOR
=
=
=
2.5
2.5
14.4
PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
2
045/72
263/79
E
1
S
Tugas Akhir - di Bendung Ubrug
16 Poles Plotted
16 Data Entries
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
EQUAL AREA
LOWER HEMISPHERE
POLE
LEGEND
POLES
CONTOUR LEGEND
1
FISHER POLE
CONCENTRATIONS
% of total per
0.8 % area
Minimum Contour
Contour Interval
Max.Concentration
=
7
=
7
= 46.8
MAJOR PLANES
ORIENTATIONS
# STRIKE/DIP
1
354/09
S
sepanjang singkapan rel kereta api
15
15
Poles Plotted
Data Entries
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
Karbonat Murni
No. Sample 30
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
7
13,21%
Berat 0,50gr
Berat 0,75gr
106
155
13
20
12,26%
12,90%
12,94%
Berat 1gr
202
27
13,37%
Karbonat Murni
No. Sample 41
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
11
20,75%
Berat 0,50gr
Berat 0,75gr
106
155
21
32
19,81%
20,65%
20,26%
Berat 1gr
202
43
21,29%
Karbonat Murni
No. Sample 58
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
9
16,98%
Berat 0,50gr
Berat 0,75gr
106
155
17
26
16,04%
16,77%
16,78%
Berat 1gr
202
35
17,33%
Karbonat Murni
No. Sample 69
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
1
1,89%
Berat 0,50gr
Berat 0,75gr
106
155
2
3
1,89%
1,94%
1,92%
Berat 1gr
202
4
1,98%
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
Karbonat Murni
No. Sample 45a
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
18
33,96%
Berat 0,50gr
Berat 0,75gr
106
155
35
53
33,02%
34,19%
34,08%
Berat 1gr
202
71
35,15%
Karbonat Murni
No. Sample 45b
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
1
43%
Berat 0,50gr
106
2
42%
Berat 0,75gr
155
3
44%
Berat 1gr
202
4
45%
Berat 0,75gr
155
3
0%
Berat 1gr
202
4
0%
44%
Karbonat Murni
No. Sample 77
Kandungan Gamping
Kandungan Gamping
Rata-rata
Berat 0,25gr
53
1
0%
Berat 0,50gr
106
2
0%
0%
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
No. Sayatan : 44
Satuan Batuan : Napal Lempungan
Nama Batuan : Quarts SubFeldspatik Wacke
Perbesaran
: P2
// Nikol
Sayatan Quarts SubFeldspatik Wacke dengan tekstur
1
klastik, terpilah baik dan kemas tertutup
point
2
komposisi
4
5
tanggung.
Matriks
mempunyai
Mineralogi :
Kuarsa 67% sebagai butiran segar hadir
0,12mm berbentuk menyudut (F1).
3
4
5
9
F
D
E
0,02mm
kuarsa,
fragmen
X Nikol
atas
9
B
terdiri
80%
berbentuk
prismatik
memanjang (D1).
No. Sayatan : 77
Satuan Batuan : Napal Lempungan
Nama Batuan : Mudstone
Perbesaran
: P2
// Nikol
1
Sayatan
Mudstone
dengan
tekstur
mud
5
6
7
telah
mikrokristalin
mengalami
kalsit
kristalisasi
(mikrit).
menjadi
Porositas
intrapartikel.
8
9
A
Mineralogi :
Matriks lumpur karbonatan 80% hadir
X Nikol
1
2
3
4
5
Foraminifera 3% berupa
foraminifera
kecil berbentuk utuh dan terisi semen
kalsit (B3).
7
8
9
A
0,02mm
No. Sayatan : 41
Satuan Batuan : Batulempung
Nama Batuan : Packstone
Perbesaran
: P1
// Nikol
1
Sayatan
Wackestone
dengan
tekstur
grain
contact.
5
6
Butiran
70%
terdiri
atas
fosil
7
8
Mineralogi :
Fosil 50% terdiri atas foraminifera kecil
9
A
Glaukonit
butiran
X Nikol
berwarna
1
2
3
4
5
6
7
8
9
C
0,5mm
hijau
20%
dengan
(autogenik)
warna
bias
4
5
X Nikol
membulat (C8).
1
2
8
9
D
menyudut (E2).
dan
No. Sayatan : 48
Satuan Batuan : Pasir Tuffan
Nama Batuan : Tuffaceous Lithic Wacke
Perbesaran
: P1
// Nikol
Sayatan Tuff Lithic dengan tekstur klastik, terpilah buruk
1
dengan kemas tertutup hingga terbuka. Butiran mempunyai
2
4
5
6
9
A
0,20mm (B5).
1
2
3
4
5
6
7
8
9
A
terdiri atas
Geologi dan Analisis Geologi Teknik untuk Pengalihan Jalur Rel Kereta Api Ciganea Sukatani
KM 110+100 hingga KM 111+220, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat
No. Sayatan : 25
Satuan Batuan : Pasir Tuffan
Nama Batuan : Basalt
Perbesaran
: P1
// Nikol
1
berbentuk
subhedral
hingga
anhedral
yang
struktur
intergranular,
hipidiomorfik
Mineralogi :
Plagioklas An56Ab44 (total 60%) sebagi
9
A
2
3
dan
memiliki
berukuran
0,1mm
1,0mm
berbentuk anhedral .
9
E
C
D
0,5mm
segar
20%
X Nikol
fenokris
Opak
fenokris
5%
hadir
sebagai
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Peta Lintasan
Peta Geomorfologi
Peta Geologi
Diagram Blok Geologi
Peta Isophreatik
~1'J'l')O'
------
' - --
PETA LINTASAN
DAN LOKASI PENGAMATAN
&T
II'
~
.,.
" '
--.
.
Tegaln<J/lgklak
..
"
Skala 1:12500
--
..
15 - .
./
1 lSm
2S(lm
SOQM
Di Buat Oleh :
Mudrik R. Oryono (12098036)
KETERANGAN :
e
e
...
..
llbru9@11
"' '
----- -
'
'
.....
Pctrografi
>~
Analisa Mikn:p:tleontologl
Analisa Kalsimctri
.. 9
Ra1ulanpur1g
on:1:s;
Analisa
v v
.Jurus dan kentiringan
-------- ~
I I I I
Bendungan
P
E
T
A
G
E
O
L
O
G
I
S
E
K
I
T
A
R
J
A
L
U
R
K
E
R
E
T
A
A
P
I
D
A
E
R
A
H
C
I
G
A
N
E
A
,
P
U
R
W
A
K
A
R
T
A
,
J
A
W
A
B
A
R
A
T
6
4
B
T
41
ZAMAN
UMUR
KALA
B
SIMBOL
L
E
5
0
0
m
PEMERIAN
Terdir i dari fragmen yang berukuran pasir sampai krakal, lepas-lepas fragmen meliputi andesit,
batulempung
3
0
3
5
PLIOSEN
TERSIER
5
4
o
1
4
o
3
5
Batu lempung abu-abu gelap, karbonatan dan getas. Terdapat lapisan napal keras be rwarna abuabu coklat dan bongkah batugamping kristalin.
Sulukuning
Satuan ini dicirikan oleh breksi berwarna coklat kehitaman, kemas terbuka, pemilahan buruk
dengan ukuran fragmen 1cm-1m terdiri atas batuan beku andesitik dan basaltik. Terdapat sisipan
konglomeratpolimik dengan pemilahan buruk dengan fragmen batuan beku andesitik dan basaltik
Satuan Batulempung
1
5
1
6
MIOSEN
AKHIR
4
6
o
2
2
o
5
8
Ub 2
6
ru
g
Pasir tuffan yang kaya struktur sedimen cross bedding, paralel laminasi dan graded bedding yang
berlapis dengan baik dan bersifat lepas-lepas. Konglomerat yang tersusun atas basalt dan
andesit. Batuan ini memiliki sisipan channel alluvial tua
Ci
44
70
UMUR
ZAMAN
FORMASI
KALA
KUARTER
5
2
CITALANG
TERSIER
SUBANG
MIOSEN
AKHIR
JATILUHUR
28
25
Satuan Batulempung
Satuan Batupasir
dan Napal Lempungan
KETERANG
KONDISI GEOLOGI
STRUKTUR GEOLOGI
AN : PADA PENAMPANG
SIMBOL
KEDUDUKAN BATUAN
Ketidakselarasan
SESAR
Kemiringan terkoreksi
Selaras
KONTAK
SATUAN BATUAN
3
6
Satuan Breksi
Volkanik
1
0
3
5
o
3
1
o
43
SESAR MENDATAR
a. diamati
33
56
o o
3
6
o
SIMBOL
Satuan Endapan
Aluvium
RESEN
SATUAN
5
o
b. dibawah satuan
c.diperkirakan
06 3345 LS
1
o
06 3515 LS
A
B
200 m
200 m
3
100 m
0m
PENAMPANG A
SKALA HORISONTAL
(
sto
...
,~ ...
"
"'"
~-
= " . ----'" . ..
., ~--------------~~w-=----------:-:::::~=::::;::~---~-- ---~--.
.....:.:;::;;;::;.
.:.:~:;.~-=~::::.:.::.~ ~
'? ;
--.~--------
w.~----
'"'
~.-
,~
---.i
~ . -- ------==----~"-'---=--
~----~~--- - --
--~~
~-~-----~.~---~:-.~:.::.~.-.~~~~~;;;;;;:::::~~~ ..
l C========:::::;::;;:::::::::;:;:::~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ ~~~~~~~~~.~_,,~.._~~~....~..~~r
~:--:::-~::::J.~~::::::::::::::=--~---------
.....'tm.""
_... _...
--- ..
.,
11..DM
llOfl\
'
.
I
SKALA VER
S
TIKAL
KALA HORlSONTAL
'10"'
<D
I
I
BH11
~'1'~~~...-.i "
.>_.
~~~~~
.)._
--f- -------
'
.-----
......
'
..... . .
PENAMPANG c
SKALA VERTIKAL
SKALA HORISONTAL
?.----~----------- -----"-"-' . . . - . . . . _ .
. . _ ..
_... ......._,..._
~
...... .-.
........--...
'~~
., .
. ..
...
.. . .. . ._ ..., _.
......,.
-~ ~-~~-~-.----..... . .,.._..~.
~~4-"-~""''-j
........-~-.-,.......~...~- ~-~%s"~=-~-~~--,~--~wo_.,~-u._~~~----=-.~-~--~o~,.~-----~=---=..._~-