You are on page 1of 115

MUARO JAMBI MAPS

News

PROMOSI KAWASAN

TRANSPARAN ANGG.

FILE DOWNLOAD
BERANDA

BAPPEDA

SELAYANG PANDANG

PENGANTAR BAPPEDA

STRUKTUR BAPPEDA

TUPOKSI BAPPEDA

PERSONIL BAPPEDA

PERIODE BAPPEDA

BERITA TERKINI

WEB LINKS

HUBUNGI KAMI

KEGIATAN BIDANG

BIDANG EKONOMI

BIDANG SOSBUD

BIDANG DATA, MONEV

SEKRETARIAT

BIDANG FISIK

RTRW

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

PRODUK BAPPEDA

LKPJ KABUPATEN

LAKIP KABUPATEN

HUT KABUPATEN

KAB. DALAM ANGKA

PDRB KABUPATEN

RTRW

PERENCANAAN DAERAH

RPJPD KABUPATEN

RPJMD KABUPATEN

RKPD KABUPATEN

RENSTRA SKPD

HARI INI

101

KEMARIN

116

MINGGU INI

333

MINGGU LALU

700

BULAN INI

1609

BULAN LALU

5238

TOTAL

82501

We have: 2 guests online


Your IP: 114.125.10.107
Chrome 51.0.2704.84, Windows
Today: Jun 14, 2016
Visitors Counter
Home

BIDANG FISIK

BERITA KEGIATAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Festival Candi Muaro Jambi Ke-16 Tahun 2016 bertemakan "Mela


2016 Lestarikan Seni Budaya Kearifan Lokal"
BERITA BERGAMBAR

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)


Kamis, 25 Juni 2015 13:40 - Author: Administrator

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia-Nya jua DOKUMEN STRATEGI SANITASI KABUPATEN/KOTA
(SSK) KABUPATEN MUARO JAMBI,ini dapat diselesaikan sesuai dengan
yang direncanakan.Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK)

merupakan tahapan ke-3 dari 6 tahapan pelaksanaan Program Percepatan


Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Tahapan ini pada dasarnya
merupakan akhir dari rangkaian kegiatan penyusunan dokumen
perencanaan sanitasi yang ada dalam program PPSP, dimana selanjutnya
Kabupaten/Kota juga akan menyusun Memorandum Program Sanitasi
(MPS).Dokumen SSK ini berisi Pendahuluan, Kerangka Pengembangan
Sanitasi, Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi serta Program dan
Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi.
Kami menyadari dalam laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masukan-masukan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) serta
kritik dan saran membangun sangat kami hargai sebagai bahan agar
dapat memperbaiki penyusunan berikutnya. Dokumen SSK ini akan terus
dimutakhirkan secara reguler agar pembangunan sanitasi sesuai dengan
target dan rencana serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Kabupaten Muaro Jambi.
Kepada
semua
pihak
yang
telah
membantu
dalam
penyelesaian DOKUMEN ini kami ucapkan terima kasih, Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dan sesuai dengan
maksud pembuatannya.
Muaro Jambi, November 2014
Bupati Muaro Jambi

H. BURHANUDDIN MAHIR

RINGKASAN EKSEKUTIF
(EXECUTIVE SUMMARY)
Pembangunan Sanitasi sebagai salah satu target pembangunan MDGs
yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) didasarkan
pada acuan dan pedoman yang tegas dalam bentuk Undang-undang
maupun peraturan pelaksanaan lainnya. Acuan diberikan dalam upaya
memberikan nuansa dan target yang sama bagi setiap tingkatan
pemerintahan daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota dalam penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota. Sesuai dengan pedoman tersebut
penyusunan tujuan dan sasaran Strategi Sanitasi Kabupaten harus

memperhatikan permasalahan yang menjadi masalah sanitasi dengan


persentase terbesar serta isu-isu strategis yang berkembang dalam
proses pelaksanaan pembangunan Percepatan Pembangunan Sanitasi dan
Permukiman di daerah khususnya. Aspek hubungan tersebut
memperhatikan kewenangan yang diberikan baik yang terkait dengan
sumber daya, pelayanan umum maupun pembiayaan pembangunan
Sanitasi dan Pemukiman.
Kabupaten Muaro Jambi merupakan kawasan yang sebagian besar
wilayahnya dilalui oleh sungai. Dengan kondisi tersebut masyarakat
sekitar banyak yang melakukan pola hidup memanfaatkan air sungai.
Sehingga masalah sanitasi terbesar dipengaruhi oleh pola hidup
masyarakat dipinggiran sungai yaitu membuang sampah ke sungai, BABs
dan menyalurkan limbah rumah tangga ke sungai. Padahal ada sebagian
kecil masyarakat yang memanfaatkan air sungai tersebut sebagai sarana
mandi dan mencuci.
Melalui dokumen SSK ini kerangka pengembangan sanitasi akan
diprioritaskan pada kawasan perkotaan dengan desa yang termasuk
dalam resiko sanitasi tinggi baik itu pada subsektor persampahan, air
limbah domestik, drainase lingkungan dan PROHISAN. Karena kawasan
perkotaan memiliki peluang menjadi kawasan area beresiko sanitasi
tinggi. Adapun kawasan yang masuk dalam kerangka pengembangan
sanitasi adalah seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi
Permasalahan terbesar yang dihadapi oleh Kabupaten Muaro Jambi adalah
sub sektor persampahan dimana hal ini disebabkan oleh kebiasaan
masyarakat
dan
kurangnya
sarana
dan
prasarana pengelolaan
persampahan. Dan hal itu disertai oleh kekurangan pendanaan dalam hal
operasional dan manajemen akibat dari nilai retribusi yang tidak
mencukupi untuk mengelola sampah yang ada. Selain itu kawasan
cakupan layanan akan lebihditingkatkan karena selama ini 90% cakupan
layanan masih belum memadai. Kedepannya akan disediakan sarana
penunjang lain seperti gerobak motor, tong sampah, TPS dan juga
pelatihan kepada masyarakat untuk system 3R.
Pada sektor air limbah domestic masalah yang dihadapi sebagian besar
adalah kebiasaan masyarakat pinggir sungai yang memanfaatkan sungai
sebagai saluran pembuangan akhir air limbah rumah tangga secara
langsung.Dilain sisi sungai juga dimanfaatkan oleh sebagian kecil
masyarakat sekitar pinggir sungai untuk mencuci dan mandi sehingga hal
itu menjadi salah saktu factor penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
bakteri.Untuk mengatasi hal itu maka program yang diterapkan adalah
penyuluhan kepada masyarakat untuk membangun tangki septik dan
pembangunan IPAL/IPLT Komunal di kawasan prioritas/resiko sanitasi
tinggi.
Untuk drainase lingkungan kondisi yang ada adalah hanya beberapa
wilayah yang memiliki drainase lingkungan yang disebabkan oleh

topografi wilayah pinggir sungai dan keterbatasan dana daerah


untuk membangun drainase lingkungan. Sehingga masyarakat langsung
membuang air limbah ke drainase yang ada di sekitar mereka atau hanya
dibiarkan langsung menyerap ke tanah tanpa dilakukan pengelolaan
terlebih dahulu bahkan langsung menuju sungai. Dan untuk permasalahan
tersebut pemerintah Kabupaten Muaro Jambiakan menambah jumlah
saluran drainase lingkungan di kawasan prioritas/resiko sanitasi tinggi dan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak langsung
membuang limbah rumah tangga ke drainase atau membuat SPAL
tersendiri.
Sedangkan PROHISAN di Kabupaten Muaro Jambi sudah cukup berjalan
optimal.Hanya saja perlu peningkatan sarana dan prasarana CTPS di
lingkungan sekolah terutama sekolah dasar. Dan media yang ada di
Kabupaten Muaro Jambiakan dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga
penyampaian Promosi tentang Hygien dan Sanitasi dapat efektif diterima
oleh masyarakat. Lebih penting lagi adalah perluasan wilayah promosi
mencapai lingkup Kabupaten Muaro Jambi.
Semua hal di atas dapat berjalan dengan optimal apabila didukung oleh
peningkatan SDM dan penganggaran daerah untuk program sanitasi.
Maka akan dilaksanakan bimbingan teknis dan pelatihan kepada SKPD
terkait sanitasi maupun masyarakat. Sedangkan untuk dana sanitasi akan
dipertimbangkan secara serius agar nilai yang diperuntukkan sesuai
dengan kebutuhan. Karena sebagaimana kita ketahui bersama, sanitasi
berhubungan langsung dengan masyarakat. Dan diharapkan juga PERDA
akan mewakili sebagai legalitas dalam program dan perencanaan sanitasi
di Kabupaten Muaro Jambi.

Daftar Isi
Kata
Pengantar............................................................ i-1
Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)................ i-2
Daftar
Isi..................................................................................... i-4
Daftar
Tabel................................................................................. i-5
Daftar
Peta.................................................................................. i-6
Daftar
Istilah............................................................................... i-7

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar
Belakang ..................................................................... I-1
1.2 Maksud dan
Tujuan ............................................................... I-5
1.3 Metodologi .......................................................................... I5
1.4 Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen
Perencanaan Lain ....... I-12
Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi
2.1 Visi Misi
Sanitasi .................................................................... II-1
2.2 Tahapan Pengembangan
Sanitasi ............................................. II-5
2.3 Perkiraan Pendanaan Pengembangan
Sanitasi ............................. II-19
Bab 3: Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi
3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air
Limbah Domestik III-2
3.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan
Persampahan .......... III-8
3.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan
Drainase Perkotaan.. III-13
3.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi PHBS terkait
Sanitasi...................... III-18
Bab 4: Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan
Sanitasi
4.1 Ringkasan Program dan Kegiatan
Sanitasi .................................. IV-2
4.2 Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah
Domestik .......... IV-6

4.3 Program dan Kegiatan Pengembangan


Persampahan ................... IV-15
4.4 Program dan Kegiatan Pengembangan
Drainase Perkotaan............ IV-23
4.5 Program dan Kegiatan PHBS terkait
Sanitasi............................... IV-32
Bab 5: Strategi Monev
Lampiran
Lampiran 1: Hasil analisis SWOT
Lampiran 2: Tabel KKL
Lampiran 3: Tabel program dan kegiatan rinci

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten......................................... II-1
Tabel 2.2 Tahapan pengembangan air limbah domestik
Kabupaten Muaro Jambi.................................................... II-9
Tabel 2.3 Tahapan pengembangan persampahan
Kabupaten Muaro Jambi.................................................... II13
Tabel 2.4 Tahapan pengembangan drainase perkotaan
Kabupaten Mauro Jambi.................................................... II16
Tabel 2.5 Perhitungan pertumbuhan pendanaan APBD
Kabupaten Muaro Jambi untuk sanitasi................................ II19
Tabel 2.6 Perkiraan besaran pendanaan sanitasi ke depan.................... II20
Tabel 2.7 Perhitungan pertumbuhan pendanaan APBD
Kabupaten Muaro Jambi untuk

operasional/pemeliharaan sanitasi...................................... II20


Tabel 2.8 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD
Kabupaten Muaro Jambi untuk Kebutuhan
Operasional/PemeliharaanAset Sanitasi Terbangun
hingga Tahun 2019.......................................................... II-21
Tabel 2.9 Perkiraan kemampuan APBD
Kabupaten Muaro Jambi dalam mendanai
program/kegiatan
21

SSK...................................................... II-

Tabel 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan


Air Limbah Domestik........................................................ III-6
Tabel 3.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan
Persampahan................................................................... III12
Table 3.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan
Drainase
17

Perkotaan.......................................................... III-

Tabel 3.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS


terkait
sanitasi
tangga).............................. III-21

(tatanan

rumah

Tabel 3.5 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS


terkait sanitasi (tatanan sekolah)....................................... III25
Tabel 5.1 Matriks Monev dan Implementasi........................................ V-8

Daftar Peta
Peta 2.1 Peta tahapan pengembangan air limbah domestik.................. II-8
Peta 2.2 Peta tahapan pengembangan persampahan........................... II-12

Peta 2.3 Peta tahapan pengembangan drainase.................................. II-15

Daftar Istilah
I. Umum
1.1 BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
1.2 DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1.3 DSS : Diagram Sistem Sanitasi
Alat bantu berbentuk diagram yang digunakan untuk
membantu mengidentifikasi sistem sanitasi yang berlaku saat
ini (maupun pengembangan yang diperlukan) dimulai dari
produksi/timbulan limbah sampai kembali ke lingkungan.
1.4 EHRA : Environmental Health Risks Assessment
1.5 KKL : Kerangka Kerja Logis
1.6 Masterplan (Rencana Induk)
Perencanaan dasar yang menyeluruh Kabupaten/Kota untuk
jangka panjang
1.7 Monev : Monitoring dan Evaluasi
1.8 PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang,
keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI,
http://www.promkes.depkes.go.id).
1.9 Pokja : Kelompok Kerja
1.10 PPSP : Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman
1.11 RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
1.12 RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
1.13 RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

1.14 Sanitasi
Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan
layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman.Sanitasi
yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di
seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif
bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di
masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi juga mengacu
pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan
pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah
(WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/ .
Diakses pada 30 November 2011)
1.15 SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
1.16 SMART : Specific, Measurable, Achievable, Rational,
Timebound
Prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan Sasaran.
1.17 SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threat
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths, Weakness,
Opportunities, dan Threats terlibat dalam suatu proyek atau
dalam bisnis usaha.Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor internal
dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai
tujuan itu. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang
memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada
dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data
dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
1.18 UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
1.19 QA : Quality Assurance (Penjaminan Kualitas)
II. Air Limbah
2.1 Air limbah
Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung
zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
2.2 Air limbah domestik
Air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,
apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No.

14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng


Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)
2.3 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Instalasi pengolahan air limbah yang didisain hanya menerima
lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaa)
(Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang)
2.4 Jamban
Fasilitas pembuangan tinja
2.5 Pengolahan air limbah
Perlakuan terhadap air limbah, agar air dapat dibuang ke
badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan
2.6 Sistem off-site
Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang
serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah
Kota. Sebelumnya lebih dulu melalui penyaluran perpipaan air
limbah kota (sewer pipe)
2.7 Sistem on-site
Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah
dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki
septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana
pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja (Lampiran 2
Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)
2.8 Tangki septik (septic tank)
Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air
limbah rumah tangga
III. Persampahan
3.1 3R : Reduce, Reuse, dan Recycle
Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah
melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur
ulang sampah

3.2 Controlled Landfill (Lahan Urug Terkendali)


Metode pembuangan akhir sampah dengan cara penyebaran
sampah secara terkendali dan dilakukan penimbunan dengan
tanah secara berkala
3.3 Jenis sampah (UU No. 18 tahun 2008)
- Sampah rumah tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
- Sampah sejenis sampah rumah tangga
Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum,
dan/atau fasilitas lainnya
- Sampah spesifik
Adalah sampah yang meliputi:
Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun
Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan
beracun
Sampah yang timbul akibat bencana
Puing bongkaran bangunan
Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
dan/atau
Sampah yang timbul secara tidak periodik
3.4 Open dumping
Sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah
penutup
3.5 Pengelolaan sampah
Kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah

Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang


berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008)
3.6 Sanitary Landfill
Metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan
menyebarkan sampah secara lapis per lapis pada sebuah site
(lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan
dengan alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan
sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup.
3.7 Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu (UU No. 18 tahun 2008)
3.8 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah (UU No. 18 tahun 2008)
3.9 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke
media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan
(UU No. 18 tahun 2008)
3.10 TPA Regional
TPA yang digunakan oleh lebih dari satu Kabupaten/Kota.TPA
regional menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi masalah
keterbatasan lahan yang dihadapi Kabupaten/Kota.
3.11 Transfer Depo
Tempat memindahkan sampah dari alat pengumpul ke alat
pengangkut
IV.Drainase
4.1 Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke bandan air penerima.
4.2 Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah perkotaan yang
berfungsi mengelola/mengendalikan air permukaan sehingga
tidak mengganggu masyarakat dan/atau dan tidak merugikan
masyarakat.

4.3 Drainase perkotaan berwawasan lingkungan adalah prasarana


drainase diwilayah perkotaan yang berfungsi
mengelola/menegndalikan air permukaan (limpasan air hujan)
sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan
kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian
lingkungan hidup.
4.4 Sistem drainase perkotaan berwawasan lingkungan adalah
jaringan drainase perkotaan yang terdiri dari saluran
induk/primer, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan
peresapan, bangunan tampungan, beserta sarana
pelengkapnya yang berhubungan secara sistematis satu
dengan lainnya.
4.5 Badan penerima air adalah wadah-wadah air alamiah atau
buatan berupa laut, sungai, danau, kolam retensi, kolam
detensi, kolam tandon, sumur resapan dan sarana resapan
lainnya yang ramah lingkungan.
4.6 Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat
tidak berfungsinya sistem drainase yang
mengganggu dan/atau merugikan aktifitas masyarakat.
4.7 Kolam retensi adalah prasarana drainase yang berfungsi
menampung dan meresapkan air hujan disuatu wilayah.
4.8 Kolam detensi adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk
menampung sementara air hujan disuatu wilayah
4.9 Kolam Tandon adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk
menampung air hujan agar dapat digunakan sebagi air baku.
4.10 Sumur resapan adalah prasarana drainase yang berfungsi
untuk meresapkan air hujan dari atap bangunan kedalam
tanah melalui lubang resapan.
4.11 Sistem Polder adalah suatu sistem yang secara hidrolis
terpisah dari sekelilngnya baik secara alamiah maupun buatan
yang dilengkapi dengan tanggul dan sistem drainase internal,
pompa dan/atau waduk serta pintu air.
4.12 Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air
dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima
air

4.13 Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air


dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer
4.14 Saluran tersier adalah saluran yang menerima air dari sistem
drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase
sekunder
V. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi
5.1 CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
bersih yang mengalir (Pedoman STBM, 2008)
5.2 Sanitasi total
Kondisi ketika suatu komunitas (Pedoman STBM, 2008):
- Tidak Buang Air Besar Sembarangan (Stop Buang air
besa Sembarang/SBS)
- Mencuci tangan pakai sabun
- Mengelola air minum dan makanan yang aman
- Mengelola sampah dengan benar
- Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

POSISI LIMBAH DOMESTIK


Strategi yang disepakati :

1. Meningkatkan proporsi pembiayaan komponen air limbah


yang bersumber dari pemerintah daerah, provinsi dan
pusat
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas baik sarana dan
prasarana maupun cakupan layanan pengelolaan air
limbah

3. Memaksimalkan pembangunan sarana pengolahan air


limbah sekaligus daur ulang limbah
4. Menyusun regulasi pengelolaan air limbah yang memuat
aturan dan sanksi yang diintegrasikan dengan Perda
RTRW
5. Menyusun regulasi retribusi air limbah yang memuat
aturan dan sangksi yang diintegrasikan dengan Perda
RTRW
6. Meningkatkan proporsi pembiayaan komponen air limbah
untuk OM
7. Mendorong pihak swasta dan masyarakat untuk
memberikan kontribusi dalam pengelolaan air limbah
serta berupaya untuk memperoleh dana hibah dari
investor
8. Peningkatan pemicuan kepada masyarakat untuk PHBS
terutama dalam menyediakan/membuat jamban pribadi
9. Sosialisasi dan pemantauan secara menyeluruh terhadap
proses perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan
pengelolaan air limbah

POSISI PERSAMPAHAN
Strategi yang disepakati :

1. Menyusun
regulasi
pengolahan
dan
pengelolaan
persampahan yang memuat aturan dan sanksi yang
diintegrasikan dengan Perda RTRW
2. Memaksimalkan
pembangunan
pemilahan/pembuangan sampah

sarana

3. Meningkatkan
jumlah
sarana
persampahan dan jangkauan pelayanan

pengangkutan

4. Meningkatkan kelembagaan pengelolaa persampahan


melalui aparatur pemerintah daerah
5. Memaksimalkan kerjasama dengan media untuk ikut
berkampanye dalam pengelolaan persampahan secara
inovatif dan kreatif
6. Peningkatan
proporsi
pembiayaan
persampahan untuk kegiatan OM

komponen

7. Meningkatkan
persampahan

pelayanan

jumlah

tenaga/personil

POSISI DRAINASE
Strategi yang disepakati :

1. Menyusun regulasi pengolahan dan pengelolaan drainase


yang memuat aturan dan sanksi yang diintegrasikan
dengan Perda RTRW
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan
drainase
dan
pembangunan
tanggul
penahan/menampung air
3. Meningkatkan
drainase

kualitas

dan

kuantitas

pembangunan

4. Mengoptimalkan pembangunan jaringan drainase dengan


prioritas area berisiko
5. Mewujudkan kerjasama dengan pihak swasta dalam
pembangunan dan pengelolaan jaringan drainase
6. Memaksimalkan penganggaran pembangunan drainase
dari pemerintah daerah, provinsi dan pusat

7. Memaksimalkan
peran
serta
masyarakat
melakukan perawatan jaringan drainase

dalam

8. Peningkatan
proporsi
pembiayaan
komponen
persampahan yang bersumber dari pemerintah daerah,
provinsi dan pemerintah pusat

POSISI PROHISAN
Strategi yang disepakati :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas baik sarana dan


prasarana serta cakupan layanan pengelolaan air limbah
dan memaksimalkan kegiatan promosi higiene dan
sanitasi
2. Meningkatkan pembangunan sarana dan jangkauan air
bersih
3. Meningkatkan pemicuan kepada masyarakat akan upaya
3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3
(Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga dan
kerjasama dengan media untuk ikut berkampanye dalam
pengelolaan persampahan
4. Memaksimalkan kegiatan dan pembekalan kepada
masyarakat tentang pentingnya saluran pembuangan

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sanitasi yang meliputi pelayanan air limbah, persampahan,
drainase, kesehatan dan kebersihan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus tersedia dan merupakan tanggung jawab kita
semua. Namun pertumbuhan kebutuhan akan pelayanan sanitasi
seiring dengan perkembangan penduduk saat ini semakin sulit
dikejar dan dipenuhi. Permasalahan sanitasi permukiman di
Indonesia umumnya dapat terlihat dari masih rendahnya kualitas
dan tingkat pelayanan sanitasi - baik di perkotaan maupun di
perdesaan. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara
lain adalah:
Masih

rendahnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam

pengelolaan sanitasi, utamanya pada tahap pemanfaatan dan


pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi di lingkungan
tempat tinggal mereka sendiri. Hal ini belum termasuk pada
keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan,
kontribusi pendanaan atau pun lahan, dll.
Masih

kurangnya

koordinasi

antar

pihak-pihak

yang

berkepentingan - baik di tingkat pusat maupun daerah. Selain


itu kurang padu dan komprehensifnya perencanaan program
pembangunan

juga

merupakan

permasalahan

yang

menyebabkan kurang efisien dan efektifnya pembangunan


sanitasi permukiman.
Masih

kurangnya minat dunia usaha untuk berinvestasi di sektor

sanitasi. Alasan yang umum dikemukakan adalah pertimbangan


ekonomis dan keuangan, peraturan dan perundangan yang
belum mendukung, dan lain-lain.
Untuk

mengatasi

permasalahan

tersebut

diperlukan

suatu

terobosan di sektor sanitasi. Terobosan tersebut adalah melalui


suatu strategi dan program pembangunan yang komprehensif,

terintegrasi, jangka menengah panjang, dan melibatkan berbagai


pihak. Strategi ini juga harus diikuti oleh komitmen dan kerja keras
semua pihak, baik di bidang pendanaan, penguatan kelembagaan
& SDM, penegakan peraturan, pemilihan opsi teknologi sanitasi
yang

tepat,

dan

peningkatan

partisipasi

dunia

usaha

dan

masyarakat.
Dalam rangka mengatasi permasalahan dan tantangan sanitasi
permukiman,

utamanya

yang

disebabkan

masih

adanya

masyarakat yang melakukan BAB di sembarang tempat (BABS),


masih belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sampah,
semakin luasnya genangan di sejumlah daerah, serta adanya
kecenderungan semakin merosotnya kualitas kesehatan dan
lingkungan pemukiman yang penduduknya padat dan miskin.
Pemerintah Indonesia melalui Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) mempunyai 3 target yang harus
dicapai, yaitu:

Stop BAB sembarangan, baik di perkotaan maupun di


perdesaan
Pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dan
penanganan sampah yang berwawasan lingkungan
Pengurangan genangan di sejumlah kota dan kawasan
Beberapa langkah strategis yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia untuk mencapai target tersebut dilaksanakan melalui
Program PPSP dengan sasaran:

Penambahan layanan jaringan air limbah terpusat


sampai dengan 5% dari jumlah penduduk perkotaan
(5 juta penduduk, 16 kota) dan pembangunan
Sanimas di 226 kota prioritas

Pelaksanaan praktek 3R untuk mengurangi timbulan


sampah sebesar 20% dan perbaikan manajemen
pelayanan persampahan di 240 kota prioritas.
Dalam

rangka

sekaligus

memperbaiki

mengejar

kualitas

ketertinggalan

sanitasi

permukiman

pembangunan

di

sektor

sanitasi, Pemerintah Indonesia telah menyusun suatu Road Map


atau

Peta

Program

Permukiman.

Percepatan

Berdasarkan

Road

Pembangunan

Map

tersebut

Sanitasi

PPSP

akan

melakukan 2 (dua) tahapan kegiatan,yaitu:

1. Tahap Pertama yang utamanya merupakan penyiapan


program PPSP secara keseluruhan, dan sekaligus untuk
meraih dukungan dari berbagai pihaknya, seperti untuk
dukungan politis dan administratif, serta persiapan
pendanaan dari berbagai sumber.
2. Tahap Kedua merupakan tahapan pelaksanaan program
PPSP, yang meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan
selama periode 2009-2014. Kegiatan ini meliputi:
Kegiatan

Persiapan yang meliputi penyelenggaraan Lokarya

Nasional dalam rangka penjaringan kabupaten/kota peserta


Program PPSP, Road Show di beberapa wilayah (regional),
penyiapan

fasilitator,

(Kelompok

Kerja),

Lokakarya

Pembentukan

pengembangan

kelembagaan

Pokja
dan

peraturan.
Kegiatan

Pelaksanaan yang meliputi penyusunan Strategi

Sanitasi Kota/Kab (SSK), penyusunan Memorandum Program,


implementasi, pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan
pembinaan.
Pelaksanaan kegiatan tersebut di atas melibatkan berbagai pihak,
baik

pusat

maupun

dikoordinasikan

oleh

daerah.
Pusat

Kegiatan

(TTPS,

persiapan

Pokja

Bidang

umumnya
Advokasi).

Selanjutnya pada tahap penyusunan SSK menjadi tanggung jawab


Pemerintah

Daerah

(Kota/Kab),

sedangkan

pada

tahap

penyusunan Memorandum Program menjadi tanggung jawab


Kementrian Pekerjaan Umum bersama-sama dengan Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pembinaan
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi, kabupaten
dan kota.
Sasaran dan target dari Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah :

Menghentikan perilaku buang air besar sembarangan (BABS)


sampai pada tahun rencana, di perkotaan dan pedesaan.

Pengurangan

timbunan

sampah

dari

sumbernya

dan

penanganan sampah yang ramah lingkungan

Pengurangan

genangan

di

100

kabupaten/kota

seluas

22.500 hektar.
Untuk mencapai sasaran dan target tersebut diperlukan kerja
keras dari semua pihak (stakeholders), baik pemerintah (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota), dunia usaha, perguruan tinggi, LSM,
masyarakat, maupun dukungan lembaga donor.

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK


Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah
tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kabupaten
yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi
Kabupaten Muaro Jambi dalam jangka menengah (5 tahunan).
Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja SSK ini adalah:
a. Tujuan Umum
Kerangka kerja SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan
sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan
sanitasi mulai tahun 2014 hingga tahun 2019.
b. Tujuan Khusus

1. Kerangka kerja SSK ini dapat memberikan gambaran


tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten
Muaro Jambi selama 5 tahun yaitu tahun 2014 sampai
dengan tahun 2019
2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan
langkah-langkah
pelaksanaan
kebijakan,
serta
penyusunan program jangka menengah dan tahunan
sektor sanitasi.
3. Dipergunakan

sebagai dasar dan pedoman bagi semua


pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang
akan
melibatkan
diri
untuk
mendukung
dan
berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten
Muaro Jambi.

1.3 Metodologi Penyusunan


Strategi Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi ini disusun oleh Tim Pokja
Sanitasi secara

partisipatif

dan terintegrasi

melalui

berbagai

diskusi secara rutin, lokakarya dan pembekalan baik yang


dilalukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan
fasilitasi CF/PF, dan KMW Wilayah IV. Metode yang digunakan
dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan
dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan dokumen
perencanaan yang lengkap.
Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari beberapa proses antara
lain :

1) Proses 1, Penyiapan Kerangka Pengembangan


Sanitasi
Proses ini bertujuan untuk menyusun dan mencapai
kesepakatan atas kerangka pengembangan sanitasi di
kabupaten. Dengan keluaran menyepakati visi dan misi
sanitasi, menyepakati tahapan pengembangan sanitasi,
menyepakati kebijakan pendanaan sanitasi. Sehingga

dari keluaran tersebut dimasukkan untuk SSK bab I ;


Pendahuluan dan bab II ; Kerangka Pengembangan
Sanitasi.
Untuk mencapai tujuan dan output sebagaimana
disebutkan di atas, di dalam Proses ini serangkaian
kegiatan yang perlu dilakukan sebagai berikut:
Menetapkan Visi dan Misi Sanitasi yang mengacu ke
Visi dan Misi Kabupaten/Kota yang terdapat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten/Kota.
Menetapkan rencana sistem sanitasi jangka panjang
(10 15 tahun) yang memperhatikan: Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dan masterplan sektor terkait
(bila sudah ada); proyeksi kepadatan penduduk; dan
kondisi lingkungan.
Menetapkan zona sanitasi untuk air limbah domestik,
persampahan, dan drainase lingkungan. Beberapa
kelurahan yang letaknya berdekatan dan memiliki
sistem yang sama dapat digabungkan menjadi satu
zona sanitasi.
Menetapkan tahapan pengembangan
sanitasi mengacu ke kondisi awal sanitasi yang ada di
Buku Putih Sanitasi
Melakukan analisis kemampuan daerah untuk
pendanaan sanitasi.
2) Proses 2, Penetapan
Pembangunan Sanitasi

Strategi

Percepatan

Proses ini bertujuan untuk menyusun dan menyepakati


tujuan, sasaran dan strategi untuk percepatan
pembangunan sanitasi di Kabupaten. Dengan capaian
keluaran menyapakati tujuan, sasaran dan strategi,
menyepakati indikator capaian dari sasaran yang akan

ditetapkan. Dengan proses ini, dapat dijadikan sebagai


input dan masukan untuk penulisan bab III ; Strategi
Percepatan Pembangunan Sanitasi.
Proses ke-dua dalam penyusunan SSK adalah Penetapan
Strategi

Percepatan

Pembangunan

Sanitasi.

Strategi

didefinisikan sebagai upaya mencapai tujuan yang terdiri


dari berbagai cara atau pendekatan.
Mengingat

strategi

didefinisikan

sebagai

upaya

untuk

mencapai tujuan, sebagai langkah awal perlu ditetapkan


tujuan yang jelas yang hendak dicapai tentang pengelolaan
sanitasi. Tujuan ini dirumuskan berdasarkan hasil dari
penetapan

Tahapan

Pengembangan

Sanitasi.

Terdapat

beberapa pengertian dari Tujuan, satu diantaranya adalah


.. sesuatu yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu, mengacu kepada pernyataan visi dan misi
serta didasarkan pada isu-isu dan analisis stratejik.
Selanjutnya,

perlu

disusun sasaran atas

tujuan

yang

hendak dicapai untuk dapat memberikan arahan yang lebih


operasional.Sasaran diartikan sebagai hasil yang akan
dicapai secara nyata oleh suatu organisasi dalam rumusan
yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih
pendek dari tujuan .

Berdasarkan Sasaran yang telah ditetapkan, maka


strategi untuk mencapai Sasaran yang ditetapkan
tersebut
dianalisis
menggunakan
SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
Proses
analisis ini dimulai dari pembobotan atas isu untuk
menetapkan isu strategis serta analisis kuadran
pengelolaan sanitasi. Dari hasil kuadran pengelolaan
tersebut, grand strategi arah pengembangan sanitasi
dapat disusun.
3) Proses 3, Penyusunan Program dan Kegiatan

Program bisa dipahami sebagai kumpulan beberapa


kegiatan yang mengarah kepada sebuah perubahan
sesuai dengan strategi yang telah disusun. Tidak hanya
terbatas pada implementasi fisik, tetapi juga mencakup
usaha menjaga keberlangsungan operasi infrastruktur
yang ada. Bisa dari sisi keuangan (tersedianya biaya
Operasi dan Pemeliharaan O&M yang memadai),
dan/atau meningkatkan kesadaran dan kebutuhan
masyarakat akan sanitasi yang baik.
Sebagai contoh, program peningkatan layanan air
limbah di zona sanitasi X dengan sistem terpusat bisa
terdiri dari beberapa kegiatan (teknis dan non-teknis)
seperti; (i) menyiapkan masyarakat agar terjadi
peningkatan kebutuhan (demand creation) akan sistem
air limbah yang baik, (ii) pembentukan Badan Layanan
Umum Daerah untuk pengelolaan sistem jaringan dan
pengolahan air limbah (diandaikan sebagai prasyarat
untuk mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah
Pusat), (iii) menyiapkan rencana rinci (Detailed
Engineering Design DED), (iv) penyiapan aturan biaya
sambungan rumah dan retribusi air limbah, (v)
implementasi fisik, dan (vi) kampanye untuk sambungan
rumah. Sebagai pegangan dalam perumusan berbagai
tahapan kegiatan di dalam suatu program pembangunan
infrastruktur mengacu kepada akronim SIDLACOM
(Survey, Investigation, Design, LandAcquisition, Contruc
tion, Operation and Maintenance - Survai, Penelitian,
Pembebasan Tanah, Pembangunan, Penggunaan dan
Pemeliharaan).
Kegiatan yang sudah disusun (sebagai bagian dari
pelaksanaan sebuah Program) selanjutnya dibuat indikasi
jadwal pelaksanaannya, volume kegiatan tersebut,
indikasi biaya yang diperlukan, serta indikasi apakah

kegiatan itu dapat didanai oleh Anggaran Pendapatan


dan Belanja Daerah (APBD) atau tidak.
Hasil dari Proses ini menjadi penting karena akan
menjadi dasar dan masukan bagi proses pemograman
maupun penganggaran rutin dan formal terutama di
Pemerintah Kabupaten/Kota.
4) Proses 4, Finalisasi SSK
Finalisasi SSK merupakan Proses terakhir dari
serangkaian proses penyusunan SSK. Hasil akhir
dari Proses ini adalah disahkannya dokumen SSK oleh
Bupati/Walikota.
Bagian terpenting Proses ini adalah membangun
pemahaman dan persepsi yang sama di lingkungan
internal SKPD-SKPD tentang dokumen SSK yang telah
disusun, terutama terkait dengan Program dan Kegiatan
yang dirumuskan. Hal ini akan menjamin hasil dari SSK
masuk di dalam proses penganggaran formal di masingmasing SKPD untuk memastikan implementasi dari
strategi yang telah disusun.
Selain pemahaman di lingkungan internal, Proses ini juga
mensyaratkan adanya kesamaan pemahaman dan
persepsi terhadap strategi pengembangan sanitasi yang
disusun (termasuk program dan kegiatannya) dari
Pemerintah Provinsi dan Pusat, meskipun proses ini
secara lebih rinci akan dilakukan di tahapan
Memorandum Program Sanitasi (MPS).
Sebagai catatan, komitmen pemerintah Kabupaten/Kota
yang dinyatakan oleh besaran anggaran yang
dialokasikan di dalam APBD menjadi pertimbangan
bantuan keuangan dari Provinsi, Pusat atau donor
lainnya.
Selain itu, dalam proses finalisasi ini, perlu didapatkan
masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan di

dalam pembangunan sanitasi. Oleh karena itu, salah satu


langkah yang wajib dilakukan adalah menyelenggarakan
konsultasi publik. Diharapkan dengan diadakannya
konsultasi publik ini maka aspirasi dan masukan yang
belum didapatkan sebelumnya dapat diakomodasi dan
menjadi bagian dari strategi pembangunan sanitasi di
Kabupaten/Kota.

Table 1.1
Indikasi Penjadwalan dan Kebutuhan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan SSK Kabupaten Muaro Jambi
Sumber : Petunjuk Praktis Penuyusunan SSK tahun 2014

1.4 Posisi SSK dan


Perencanaan Lain

Kaitannya

dengan

Dokumen

Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan


program pembangunan sanitasi yang terintegrasi dari pusat
hingga

ke

daerah,

yang

melibatkan

seluruh

pemangku

kepentingan dari kalangan pemerintah dan non-pemerintah di


seluruh

tingkatan.

Sebagai

hasil

keluaran

dari

pelaksanaan

program PPSP di tahun 2012 yaitu berupa dokumen Buku Putih


Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi dan Strategi Sanitasi Kabupaten
Muaro Jambi. Adapun posisi Strategi Sanitasi Kabupaten Muaro
Jambi terhadap dokumen perencanaan lainnya dapat dijelaskan
sebagai berikut.

a. StrategiSanitasiKabupaten (SSK) dengan RPJP


Dokumen RPJP Kabupaten Muaro Jambi digunakan
sebagai referensi untuk memetakan permasalahan
terkait sanitasi dan arah pelaksanaan program sanitasi
kedepan.
b. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan RPJM

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) menggunakan


dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menangah
(RPJMD) sebagai referensi untuk memperoleh data isu
isu strategis dan permasalahan mendesak terkait
program sanitasi yang harus ditangani segera dan
sebagai pedoman untuk menentukan visi dan misi serta
kebijakan sanitasi kedepan.
c. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dengan RPIJMD
Strategi
Sanitasi
Kabupaten
(SSK) menggambarkan rencana program dan kegiatan
setiap SKPD yang menangani sanitasi sebagaimana
tertuang dalam RPIJMD tersebut dan akan menjadi
pedoman bagi setiap satuan kerja perangkat daerah
dalampenyesuaian program terhadap Rencana Strategis
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah Kabupaten Muaro
Jambi yang berlaku sekarang.
d. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan RTRW Kabupaten
Muaro Jambi
Dalam pelaksanaan penyusunan SSK memperhatikan
dan mempedomani tujuan penataan ruang, kebijakan
penataan ruang,struktur dan pola ruang dalam RTRW
Kabupaten Muaro Jambi dimana kebijakan penataan
ruang, struktur dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten
Muaro Jambi menjadi acuan dalam penentuan wilayah
kajian dalam penyusunan SSK.
e. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) menggambarkan
rencana program dan kegiatan setiap SKPD yang
menangani sanitasi sebagaimana tertuang dalam
Renstra SKPD tersebut dan akan menjadi pedoman bagi
setiap
satuan
kerja
perangkat
daerah
dalam
penyesuaian program terhadap Rencana Strategis

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang


berlaku sekarang.

Bab II
Kerangka Pengembangan
Sanitasi Kabupaten
2.1 Visi Misi Sanitasi
Visi

dan

misi

sanitasi

Kabupaten

Muaro

Jambi

merupakan

penjabaran dari visi dan misi Kabupaten Muaro Jambi. Visi dan misi
memberikan

arah

inspiratif bagi
sehingga

pada

yang

jelas

pengembangan
akhir

periode

dan

terukur

kegiatan

sebagai

sebuah

perencanaan

dapat

sumber

organisasi,
dilakukan

evaluasi terukursebagai keberhasilan sebuah program maupun


kegiatan.
Tabel 2.1
Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Visi
Kab/Kota

Misi
Kab/Kota

Visi Sanitasi
Kab/Kota

Misi Sanitasi Kab/Kota

Mewujudka
n
masyarakat
Muaro
Jambi
yang Cerda
s, Kuat,
Maju
Bersama

1. Meningkatk
an akses
dan
kualitas
pedidikan
dan
kesehatan

Terwujudnya
KabupatenMua
ro Jambi Bersih
dan Sehat
Tahun
2019 melalui
Pembangunan
Sanitasi yang
berwawasan
lingkungan
dan
berkelanjutan

Misi Air Limbah Domestik:

2. Meningkatk
an
kehidupan
masyaraka
t yang
harmonis,
rukun,
aman dan
demokratis
3. Meningkatk
an tata
kelola
Pemerinta
han
Daerah
yang baik,
efektif,
efisien,
proporsion
al,
akuntabel
dan
transparan
.
4. Meningkatk
an
ekonomi
kerakyatan
yang
berbasis
pada
sumber
daya
daerah,
investasi,
pariwisata
dan daya
saing
daerah
yang
berwawasa
n
lingkungan

- Meningkatkan kualitas dan kuantitas


pengelolaan air limbah.
- Meningkatkan peran swasta bersama
pemerintah untuk menunjang
pendanaan, serta Terciptanya
system kelembagaan yang kuat
dalam pengelohan air limbah.
- Mewujudkan sistem kelembagaan
yang kuat dalam pengelolaan air
limbah domestik
Misi Persampahan
- Mewujudkan infrastrukturpersampah
an yang mudah, murah, dan ramah
lingkungan untuk
masyarakat Kabupaten Muaro Jambi
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengelolaan Persampahan, peran
kerjasama swasta bersama
pemerintah untuk menunjang
pendanaan, serta Terciptanya sistem
kelembagaan yang kuat dalam
pengelohan persampahan
- Mendorong pola kehidupan sanitasi
masyarakatKabupaten Muaro
Jambiberperilaku hidup bersih dan
sehat salah satunya membuang
sampah pada tempatnya.
Misi Drainase
- Meningkatkan upaya pencegahan,
penangan dan pemulihan kerusakan
lingkungan serta penanganan
pencemaran lingkungan.
- Meningkatkan penyediaan jaringan
drainase yang
berkualitas danpengembangan
sarana dan prasarana penyehatan
Lingkungan Permukiman.
Misi PHBS terkait sanitasi
Meningkatkan Budaya Hidup Bersih
dan Sehat di Masyarakat

yang dapat berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan.

Visi
Misi
Kab/Kota
Kab/Kota
Dalam
menilai

Visi Sanitasi

Misi Sanitasi Kab/Kota

Kab/Kota
atau
melihat

perilaku

hidup

masyarakat

dipergunakan 2 indikator yang didalamnya sudah masuk kriteria


KabupatenMuaro Jambi

perilaku masyarakat untuk hidup sehat. Kedua indikator tersebut


adalah : Tatanan Rumah Tangga ber-PHBS dan Posyandu Purnama
dan Mandiri.
Perilaku sehat yang diterapkan oleh keluarga dapat dilihat dari
jumlah tatanan Rumah Tangga yang menerapkan PHBS. Berbagai
.

upaya promosi kesehatan untuk mengubah agar masyarakat


5. Meningkatkan
berperilaku
sehat telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan antara

dan
mengemban
lain advokasi
untuk menghasilkan kebijakan perilaku sehat, bina
gkan
suasana
untuk membentuk opini masyarakat, pemberdayaan
infrastruktur
wilayah dan
masyarakat
utilitasuntuk menumbuhkan gerakan hidup sehat, kemitraan
lainnya
lintas program
dan lintas sektor, sosialisasi pesan-pesan hidup
sesuai
tata
sehat, dengan
kampanye,
pertemuan nasional promosi kesehatan, dan
ruang yang
peningkatan
memilikiprofesionalisme praktisi promosi kesehatan di setiap
dukung
tingkat daya
administrasi.
lingkungan.

2.2 Tahapan Pengembangan


Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi
Sanitasi
Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi
disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi
dengan mempertimbangkan:

a. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan


dari visi dan misi Kab. Muaro Jambi dalam jangka
panjang
b. Tingkat Kepadatan penduduk
c. Kawasan beresiko sanitasi
d. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)

Strategi arahan pengembangan penanganan sanitasi yang sedang


dan

akan

dijalankan

hingga

berakhirnya

masa

RPJMD

KabupatenMuaro Jambi tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya infrastruktur sanitasi yang mudah, murah,


dan ramah lingkungan untuk masyarakat Kabupaten
Muaro Jambi.
a. Pemerataan pembangunan sarana dan prasarana
sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan
b. Peningkatan akses prasarana dan sarana Limbah Cair
baik sistem on site maupun off site untuk perbaikan
kesehatan masyarakat Kabupaten Muaro Jambi
Meningkatkan akses masyarakat terhadap
prasarana dan sarana Limbah Cair sistem
setempat (on site) melalui sistem komunal.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap
prasarana dan sarana Limbah Cair sistem
terpusat (off site).
c. Kampanye Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat
(STBM) pada seluruh Desa di Kabupaten Muaro Jambi
d. Menetapkan wilayah di Kabupaten Muaro Jambi
sebagai wilayah pengembangan konsevasi daerah
resapan.
2. Terwujudnya akses air bersih di Kabupaten Muaro Jambi
a. Meningkatkan jumlah layanan air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan pada seluruh
masyarakat
b. Advokasi desa dalam penyediaan air Bersih

c. Peningkatan akses air minum pada seluruh masyrakat


d. Melindungi Sumber Air Baku Terhadap Aspek
Kuantitas, Kualitas Dan Kontinuitas
e. Menurunkan tingkat kehilangan air untuk efisiensi
sumber daya dan peningkatan pelayanan
3. Meningkatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat
untuk berpartisipasi secara luas dalam pembangunan
sanitasi (Sanitasi urusan bersama)
a. Peningkatan peran masyarakat dan dunia
usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan Limbah Cair
permukiman
b. Pengembangan perangkat peraturan perundangan
penyelenggaraan pengelolaan Limbah Cair
permukiman
c. Penanganan persampahan Kabupaten Muaro Jambi
melalui pengelolaan sampah terpadu
d. Penanganan sistem pembuangan akhir sampah yang
tidak mencemari lingkungan sekitarnya dengan
upaya efisiensi lahan dan pemanfaatan sisa sampah
agar lebih berguna dengan metode yang tepat guna:
e. Mengembangkan DAS Sebagai Daerah Tangkapan Air
Hujan Dan Pesisir Laut serta Meningkatkan Kondisi
Hutan Lindung Sebagai Daerah Resapan Air
4. Meningkatkan upaya pencegahan, penanganan dan
pemulihan kerusakan lingkungan serta penanganan
pencemaran lingkungan

a. Pengolahan sampah yang dapat mereduksi timbulan


sampah sebesar 30% serta pemanfaatan sisa
sampah untuk memperbaiki struktur serta kinerja
tanah pada lahan-lahan pertanian dan perkebunan
yang kurang subur serta kegiatan penghijauan.
b. Memperluas lahan pembuangan akhir sampah sesuai
dengan kriteria dan dilakukan proteksi terhadap
lechate (air sampah) dan gas dengan metode yang
tepat.
c. Meningkatkan system pengelolaan menjadi modified
sanitary landfill.
d. Penetapan kawasan 10 km dari TPA sebagai Kawasan
Rawan Pencemaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
e. Pembatasan budidaya dan atau permukiman ( yang
sudah ada ) di kawasan Garis Sempadan TPA untuk
menghindari dampak pencemaran sampah.
f. Pembatasan untuk pengembangan kawasan budidaya
dan atau permukiman baru pada kawasan Rawan
Pencemaran TPA.
g. Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
Pembangunan prasarana dan sarana air limbah harus
memperhatikan dampak sampingan yang mungkin
timbul akibat penyebaran wabah melalui
pencemaran dan bidang resapan dan konstruksinya
harus benar-benar diperhatikan agar tidak
mencemari air tanah.
5. Mendorong pola kehidupan sanitasi masyarakat Muaro
Jambi berperilaku hidup bersih dan sehat.
Peta 2.1: Peta tahapan pengembangan air limbah domestic

Tabel 2.2
Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Muaro Jambi
Target cakupan layanan* (%)
N
o

Sistem

Cakupan
layanan
eksisting* (%)

Jangka
pendek

Jangka
meneng
ah

Jangka
panjang

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

20

15

10

Buang Air Besar


Sembarangan
(BABS)**

Sistem On-site
(setempat)

Cubluk dan sejenisnya.

26

20

10

Individual (tangki
septik)

53

60

70

80

Sistem Komunal

MCK/MCK++

10

20

IPAL komunal

Tangki septik komunal

Sistem Off-site
(terpusat)

100%

100%

100%

100%

TOTAL

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi


Keterangan:
*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud
atas total penduduk. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silakan mengacu
pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. Termasuk di dalamnya adalah
jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan)
atau yang dikenal juga dengan istilah BABS terselubung.
Isian di dalam tabel hanya untuk kepentingan contoh dan ilustrasi semata.

Dari

tabel

2.2

diatas

menjelaskan

bahwasanya

tahapan

pengembangan air limbah domestik di Kabupaten Muaro Jambi


terdiri dari empat sistem pengolahan antara lain ; buang air besar
sembarangan (BABS), sistem on-site (setempat), sistem komunal
dan sistem off-site (terpusat). Sistem ini merupakan penanganan
terhadap permasalahan pengelolaan beserta penanganan untuk
dilakukan pengembangan pada tahap pengembangan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Di tinjuan dari kondisi eksisting, untuk cakupan layanan sistem
buang air besar sembarangan (BABS) ternyata di Kabupaten
Muaro Jambi terdapat sebanyak 20% penduduk yang masih
melakukan buang air besar sembarangan(BABS) dari total jumlah
penduduk yang ada. Dengan target capaian cakupan pelayanan
BABS untuk jangka pendek praktek BABS menjadi 15%, jangka
menengah target capaian menjadi 10% dan untuk target capaian
cakupan layanan untuk praktek BABS sampai pada jangka panjang
menjadi 0%, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang melakukan
praktek BABS. Cakupan pelayanan sistem on-site (setempat)
terdiri dari cubluk dan sejenisnya diharapkan sampai pada target
cakupan layanan untuk jangka menengah menjadi 0%, kerena
sistem ini dianggap masyarakat menggunakan sistem yang
tergolong tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan.
Sedangkan utuk sistem pengelolaan dengan menggunakan tangki
septik dengan nilai data dasar (eksisting) dari 53% masyarakat
yang menggunakan tangki septik untuk tahun rencana jangka
pendek diharapkan meningkat menjadi 60%. Untuk target capaian
jangka menengah meningkat lagi menjadi 70%, sehingga sampai
pada rencana jangka panjang penduduk menggunakan tangki
septik meningkat lagi menjadi 80%. Ini artinya masyarakat yang
menggunakan tangki septik (memenuhi standar/SNI) sampai pada
jangka panjang tahun rencana menjadi 80%.
Tahapan pengembangan pengelolaan air limbah domestik sistem
komunal di Kabupaten Muaro Jambi hanya terdapat 1 jenis sarana

kegiatan

pengelolaan

yaitu

MCK,

dengan

nilai

data

dasar

(eksisting) terdapat sebanyak 1% penduduk menggunakan MCK.


Target capaian pengelolaan untuk tahun rencana jangka pendek
meningkat menjadi 5%. Sedangkan sampai pada tahun rencana
jangka menengah diharapkan masyarakat yang menggunakan
MCK di Kabupaten Muaro Jambi meningkat menjadi 5%. Dan
sampai

pada

tahun

rencana

jangka

panjang

diharapkan

masyarakat yang menggunakan MCK meningkat menjadi 20%.


Dari target capaian yang telah dirumuskan sampai pada tahun
rencana jangka panjang ini diasumsikan bahwasanya masyarakat
Kabupaten Muaro Jambi tidak ada lagi yang melakukan praktek
buang

air

besar

sembarangan

(BABS)

dengan

melakukan

peningkatan pengelolaan air limbah domestik menggunakan


sistem on-site yaitu masyarakat menggunakan tangki septik dan
dilakukannya pembangunan MCK yang terfokus bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).

Peta 2.2: Peta tahapan pengembangan persampahan

Tabel 2.3
Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Muaro Jambi
Cakupan layanan (%)

No

Sistem

Cakupan
layanan
eksisting(1) (
%)

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Jangka
pendek

Jangka
meneng
ah

Jangka
panjang

Prosentase sampah
yang terangkut

10

20

60

85

Penanganan langsung
(direct)(2)

10

15

25

Penanganan tidak

10

45

60

langsung (indirect)(3)

Dikelola mandiri oleh


masyarakat atau
belum terlayani(5)

TOTAL

90

80

40

15

100

100

100

100

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi


Keterangan:
1) Cakupan layanan dapat didekati dengan prosentase sampah yang terkumpul dan
terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk
administratif. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silakan mengacu pada data
yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.
2) Penanganan langsung adalah pelayanan sampah berdasarkan sistem pengangkutan
menggunakan truk langsung dari rumah ke rumah kemudian dibuang ke TPA.
3) Penanganan tidak langsung adalah pelayanan sampah dimana sampah diangkut
menuju TPS kemudian dari TPS akan diangkut ke TPA dengan truk.
4) Apabila data terkait penanganan langsung dan penanganan tidak langsung tidak
tersedia, maka silakan langsung diisikan di baris prosentase sampah terangkut (yang
seharusnya adalah penjumlahan dari penanganan langsung dan tidak langsung).
5) Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum
mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah masih
dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar dll) maupun dikelola oleh KSM atau
kelurahan.

Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa persentase sampah yang


terangkut di Kabupaten Muaro Jambi untuk penanganan langsung
sebanyak 5% dan penangan tidak langsung sebanyak 5%,
sehingga total jumlah sampah yang terangkut sebanyak 10%.
Direncanakan untuk jangka pendek diharapkan meningkat menjadi
20%. Cakupan layanan pengelolaan persampahan untuk jangka
menengah meningkat menjadi 60%, dengan sistem penanganan
langsung meningkat menjadi 10% dan penangan tidak langsung
meningkat

menjadi

10%.

Sementara,

sistem

pengelolaan

persampahan mandiri oleh masyarakat/belum terlayani sebanyak


90%.

Rencana

tahapan

pengembangan

untuk

sistem

ini

diaharapkan bisa mencapai 15% dengan catatan bahwasanya


sistem pengelolaan mandiri oleh masyarakat ini merupakan

kegiatan pengelolaan persampahan yang di kelola oleh KSM


dengan cara 3R.
Peta 2.3: Peta tahapan pengembangan drainase

Tabel 2.4
Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Muaro Jambi
Luas genangan (ha)
No

(a)

Kecamatan

(b)

Luas
genangan
eksisting (ha)

Jangka
pendek

Jangka
menenga
h

Jangka
panjang

(c)

(d)

(e)

(f)

Kecamatan Mestong

160

152

114

29

Kecamatan Sungai
Bahar

404

384

288

72

Kecamatan Bahar
Selatan

124

118

88

22

Kecamatan Bahar
Utara

499

474

356

89

Kecamatan Kumpeh
Ulu

901

856

642

160

Kecamatan Sungai
Gelam

1.000

950

713

178

Kecamatan Kumpeh

1.735

1.648

1.236

309

Kecamatan Maro Sebo

623

592

444

111

Kecamatan Taman
Rajo

674

640

480

120

10

Kecamatan Jambi Luar


Kota

825

784

588

147

11

Kecamatan Sekernan

268

255

191

48

7.213

6.852

5.139

Total

1.285

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 2.4, tahapan pengembangan drainase perkotaan Kabupaten


Muaro Jambi tersebut diatas menjelaskan bahwa penanganan luas
genangan jangka pendek dari 7.213 ha menjadi 6.852 ha atau
penanganan dilakukan sebanyak 5% dari luas genangan yang ada.
Masing-masing

pengembangan

yang

dilakukan

di

tiap-tiap

kecamatan : Kecamatan Mestong Luas genangan di tangani dari


160 ha menjadi 152 ha, Kecamatan Sungabahar luas genangan
sebanyak

404

ha

ditangani

menjadi

384

ha,

Kecamatan

Baharselatan penangan genanga dari 124 ha menjadi 118 ha,


Kecamatan Baharutara penanganan luas genangan dari 499
menjadi 474 ha, Kecamatan Kumpehulu penangan genangan dari
901 ha menjadi 856 ha, Kecamatan Sungai Gelam penanganan
genangan dari 1.000 ha menjadi 950 ha, Kecamatan Kumpeh
penanganan genangan dari 1.735 ha menjadi 1.648, Kecamatan
Marosebo penangan genangan dilakukan dari 623 ha menjadi 592
ha, Kecamatan Tamanrajo penangan genangan yang dilakukan
dari 674 ha menjadi 640 ha, Kecamatan Jambiluarkota penangan
genangan yang dilakukan dari 825 ha menjadi 784 ha, Kecamatan
Sekernan penangan genangan yang dilakukan dari 268 ha menjadi
255 ha.
Sementara untuk jangka menengah (sampai pada tahun 2019)
pengembangan jaringan drainase untuk penanganan wilayah
genangan dilakukan sebanyak 25%, atau dari 7.213 ha genangan

yang ada di wilayah Kabupaten Muaro Jambi menjadi 5.139 ha.


Untuk masing-masing kecamatan : Kecamatan Mestong luas
genangan menjadi 114 ha, Kecamatan Sungaibahar luas genangan
menjadi 288 ha, Kecamatan Baharselatan luas genangan menjadi
88 ha, Kecamatan Baharutara luas genangan menjadi 356 ha,
Kecamatan Baharutara luas genangan menjadi 356 ha, Kecamatan
Kumpehulu

luas

genangan

menjadi

642

ha,

Kecamatan

Sungaigelam luas genangan menjadi 713 ha, Kecamatan Kumpeh


luas genangan menjadi 1.236 ha, Kecamatan Marosebo luas
genangan menjadi 444 ha, Kecamatan Tamanrajo luas genangan
menjadi 480 ha, Kecamatan Jambiluarkota luas genangan menjadi
588 ha, Kecamatan Sekernan luas genangan menjadi 191 ha.
Untuk rencana jangka panjang (sampai pada tahun 2029),
pengembangan

jaringan

drainase

untuk

mengatasi

daerah

genangan dilakukan sebanyak 75% dari jumlah keseluruhan luas


genangan eksisting yaitu dari luas genagan sebanyak 7.213 ha
menjadi

1.285

ha.

Pengembangan

jaringan

drainase

yang

dilakukan untuk mengatasi genangan ; Kecamatan mestong luas


genangan menjadi 29 ha, Kecamatan Sungaibahar luas genganan
menjadi 72 ha, Kecamatan Baharselatan penangan luas genangan
menjadi 22 ha, Kecamatan Baharutara luas genangan menjadi 89
ha, Kecamatan Kumpehulu luas genagan yang ditangani menjadi
160 ha, Kecamatan Sungaigelam luas genangan menjadi 178 ha,
Kecamatan Kumpeh luas genangan menjadi 309 ha, Kecamatan
Marosebo luas genangan menjadi 111 ha, Kecamatan Tamanrajo
luas genangan menjadi 120 ha, Kecamatan Jambiluarkota luas
genangan menjadi 147 ha, Kecamatan Sekernan penanganan luas
genangan menjadi 48 ha.
Rencana

pengembangan

berdasarkan

perhitungan

jaringan
estimasi

drainase

ini

dilakukan

perkembangan

Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Muaro Jambi


sampai

pada

tahun

2029

(jangka

panjang).

Dan

program

pengembangan ini akan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan

sehingga bisa mengatasi/menangani daerah genangan yang ada


di wilayah permukiman perkotaan Kabupaten Muaro Jambi.

2.3 Perkiraan Pendanaan


Pengembangan Sanitasi
Tabel 2.5
Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muaro Jambi untuk Sanitasi

No

Belanja Sanitasi (Rp.)

Uraian
2010

Belanja Sanitasi
( 1.1 + 1.2 + 1.3 +
1.4 )

1.1

2011

2012

2013

201

753.131.000

2.691.191.500

2.104.437.000

4.983.705.000

3.38

Air Limbah
Domestik

769.100.000

1.102.437.000

1.870.990.000

1.2

Sampah rumah
tangga

1.3

Drainase
lingkungan

1.204.000.000

1.002.000.000

3.112.715.000

1.4

PHBS

753.131.000

718.091.500

Dana Alokasi
Khusus ( 2.1 + 2.2 +
2.3 )

131.800.000

1.079.373.100

1.358.618.727

2.374.151.436

90

2.1

DAK Sanitasi

769.100.000

1.102.437.000

1.870.990.000

90

2.2

DAK Lingkungan

131.800.000

310.273.100

256.181.727

503.161.436

3.38

Hidup

2.3

DAK Perumahan
dan Permukiman

Pinjaman/Hibah
untuk Sanitasi

1.611.818.400

745.818.273

2.609.553.564

2.48

258.247.918.264

294.509.322.982

408.365.498.691

631.346.121.224

599.56

0,24%

0,55%

0,18%

0,41%

621.331.000

Total Belanja Langsung

% APBD murni terhadap


Belanja Langsung

Belanja APBD murni untuk


Sanitasi (1-2-3)

Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupunpenetapan nilai absolut)

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 2.6
Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan
No

Uraian

Perkiraan
Belanja
Langsung

Perkiraan
APBD Murni

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)


2015

2016

2017

2018

659.526.530.821

725.479.183.904

798.027.102.294

877.829.812.523

2.611.767.060

2.872.943.766

3.160.238.143

3.476.261.957

2019

965.612.793

3.997.701.2

untuk Sanitasi

Perkiraan
Komitmen
Pendanaan
Sanitasi

0,40%

0,40%

0,40%

0,40%

0,41%

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 2.7
Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muaro Jambi untuk
Operasional/Pemeliharaan Sanitasi

No

Belanja Sanitasi (Rp.)

Uraian
2010

Belanja Sanitasi

1.1

Air Limbah Domestik

1.1.1

Biaya operasional / pemeliharaan (justified)

1.2

Sampah rumah tangga

1.2.1

Biaya operasional/pemeliharaan (justified)

1.3

Drainase lingkungan

1.3.1

Biaya operasional/pemeliharaan (justified)

2011

2012

2013

34.000.000

34.000.000

34.000.000

34.000.000

154.800

328.281.000

705.098.350

873.355.000

Sumber ; HasilAnalisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 2.8
Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Muaro Jambi untuk Kebutuhan
Operasional/Pemeliharaan

Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2019


No

Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.)

Uraian

Belanja Sanitasi

1.1

Air Limbah Domestik

1.1.1

Biaya operasional / pemeliharaan (justified)

1.2

Sampah rumah tangga

1.2.1

Biaya operasional/pemeliharaan (justified)

1.3

Drainase lingkungan

1.3.1

Biaya operasional/pemeliharaan (justified)

2015

2016

2017

2018

1.431.571.010

1.574.728.111

1.732.200.922

1.905.421.014

2.0

37.400.000

41.140.000

45.254.000

49.779.400

1.055.373.660

1.160.911.026

1.277.002.129

1.404.702.341

1.5

338.797.350

372.677.085

409.944.794

450.939.273

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel 2.9
Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Muaro Jambi dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK
No

Uraian

Pendanaan (Rp.)
2015

2016

2017

2018

Perkiraan Kebutuhan Operasional /


Pemeliharaan

1.431.571.010

1.574.728.111

1.732.200.922

1.905.421.014

2.0

Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi

2.611.767.060

2.872.943.766

3.160.238.143

3.476.261.957

3.9

Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi

2.638.106.123

2.901.916.736

3.192.108.409

3.511.319.250

3.8

Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1)

1.180.196.050

1.298.215.655

1.428.037.221

1.570.840.943

1.9

Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1)

1.206.535.113

1.327.188.625

1.459.907.487

1.605.898.236

1.7

Sumber ; Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi

Tabel

2.5, Perhitungan

Pertumbuhan

Pendanaan

APBD

Kabupaten/Kota untuk Sanitasi sebelumnya juga sudah dijelaskan


di dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi 2014.
Pertumbuhan pendanaan sanitasi pada tahun 2010 sebanyak Rp.
753.131.000,

pada

tahun

2011

meningkat

menjadi

Rp.

2.691.191.500,

pada

tahun

2012

meningkat

menjadi

Rp.

2.104.437.000,

pada

tahun

2013

meningkat

menjadi

Rp.

4.983.705.000,

akan

tetapi

pada

tahun

2014

mengalami

penurunan anggaran menjadi Rp. 3.387.973.500. pertumbuhan


rata-rata pendanaan sanitasi dari tahun 2010 sampai pada tahun
2014 adalah sebanyak Rp. 2.784.087.600.
Pertumbuhan pendanaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) di
Kabupaten

Muaro

131.800.000,
1.079.373.100,

Jambi

pada
pada

pada

tahun

tahun

2011

tahun

2012

2010

meningkat
meningkat

sebanyak

Rp.

menjadi

Rp.

menjadi

Rp.

1.358.618.727, pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi Rp.


2.374.151.436,

sementara

DAK

pada

tahun

2014

menurun

menjadi Rp. 900.576.300. Rata-rata pertumbuhan pendanaan dari


Dana Alokasi Khusus (DAK) dari tahun 2010 sampai tahun 2014
sebanyak Rp. 2.784.087.600.
Rata-rata pertumbuhan belanja sanitasi dari total belanja sanitasi
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari tahun 2010 sampai tahun

2014 sebanyak Rp. 1.615.183.687. Sedangkan persentase (%)


Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap belanja
langsung sanitasi hanya sebesar 0,3%.
Tabel 2.6, menjelaskan perkiraan pendanaan sanitasi kedepan
sampai tahun 2019 (jangka menengah). Perhitungan pendanaan
ini diasumsikan peningkatan besaran dana setiap tahunnya
diperkirakan sebanyak 10%. Penjelasan dari tabel tersebut diatas
bahwasanya perkiraan APBD murni untuk belanja sanitasi pada
tahun 2015 diperkirakan sebanyak Rp. 2.611.767.060, pada tahun
2016 belanja sanitasi dari APBD murni diperkirakan meningkat
menjadi Rp. 2.872.943.766, pada tahun 2017 belanja sanitasi dari
APBD

murni

diperkirakan

meningkat

lagi

menjadi

Rp.

3.160.238.143, pada tahun 2018 belanja sanitasi dari APBD murni


diperkirakan meningkat menjadi Rp. 3.476.261.957. sampai pada
tahun 2019 belanja sanitasi dari APBD murni diperkirakan menjadi
Rp. 3.997.701.250. sehingga total pendanaan belanja sanitasi dari
APBD murni sebanyak Rp. 16.118.912.176.
Melalui perkiraan perhitungan tersebut diatas, maka sampai pada
tahun rencana jangka menengah perkiraan komitmen pendanaan
sanitasi sebesar 2%.
Tabel 2.7, Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten
Muaro Jambi untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi sebelumnya
juga sudah dijelaskan dalam dokumen Buku Putih Sanitasi
Kabupaten
bahwasanya

Muaro

Jambi

2014.

petumbuhan

Tabel

tersebut
pendanaan

menjelaskan
untuk

operasional/pemeliharaan terhadap fasilitas yang sudah terbangun


untuk subsektor air limbah domestik dari tahun 2010 sampai
tahun 2014 hanya sebesar Rp. 34.000.000. Subsektor sampah
rumah tangga biaya operasional/pemeliharaan pada tahun 2010
sebanyak Rp. 154.800, pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp.
328.281.000, pada tahun 2012 biaya operasional/pemeliharaan
yang dikeluarkan sebanyak Rp. 705.098.350, pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp. 873.355.000 dan sampai pada tahun 2014

biaya operasional/pemeliharaan subsektor sampah rumah tangga


yang sudah dikeluarkan menjadi Rp. 959.430.600.
Sehingga rata-rata pertumbuhan pendanaan APBD untuk biaya
operasional/pemeliharaan sampai pada tahun 2014 sebanyak Rp.
573.263.950. Sementara pada subsektor drainase lingkungan
biaya operasional/pemeliharaan sama sekali tidak dianggarkan.
Tabel 2.8, menjelaskan perkiraan pendanaan APBD Kabupaten
Muaro Jambi untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset
sanitasi yang telah terbangun hingga tahun 2019. Perhitungan ini
menggunakan

asumsi

bahwasanya

operasional/pemeliharaan

sebesar

pembangunan/pengembangan

10%

fasilitas

untuk

biaya

biaya

investasi

dari

sanitasi.

Perkiraan

pendanaan untuk subsektor air limbah domestik pada tahun 2015


diperkirakan

sebanyak

Rp.37.400.000,

pada

tahun

2016

diperkirakan

sebanyak

Rp.41.140.000,

pada

tahun

2017

diperkirakan

sebanyak

Rp.45.254.000,

pada

tahun

2018

diperkirakan sebanyak Rp.49.779.400, dan sampai pada tahun


2019

biaya

operasional/pemeliharaan

Rp.54.757.340.

Sehingga

total

diperkirakan
perkiraan

sebanyak
pendanaan

operasional/pemeliharaan subsektor air limbah untuk jangka


menengah

membutuhkan

Perkiraan

pendanaan

biaya

sebanyak

Rp.228.330.740.

operasional/pemeliharaan

subsektor

persampahan pada tahun 2015 membutuhkan biaya sebanyak


Rp.1.055.373.660, tahun 2016 membutuhkan biaya sebanyak
Rp.1.160.911.026, tahun 2017 membutuhkan biaya sebanyak
Rp.1.277.002.129, tahun 2018 membutuhkan biaya sebanyak
Rp.1.404.702.341, dan sampai pada tahun 2019 membutuhkan
biaya sebanyak Rp.1.545.172.576. Sehingga total biaya perkiraan
pendanaan

yang

dibutuhkan

untuk

operasional/pemeliharaan

subsektor persampahan rumah tangga sampai pada tahun 2019


sebanyak

Rp.6.443.161.732.

Perkiraan

pendanaan

operasional/pemeliharaan subsektor drainase lingkungan pada


tahun 2015 membutuhkan biaya sebanyak Rp.338.797.350, pada

tahun 2016 membutuhkan biaya sebanyak Rp.372.677.085, pada


tahun 2017 membutuhkan biaya sebanyak Rp.409.944.794, pada
tahun 2018 membutuhkan biaya sebanyak Rp.450.939.273, dan
pada tahun 2019 membutuhkan biaya sebanyak Rp.496.033.200.
Sehingga total perkiraan pendanaan yang dibutuhkan untuk biaya
operasionla/pemeliharaan
sebanyak

subsektor

Rp.2.068.391.701.

Secara

drainase

lingkungan

keseluruhan

untuk

pembiayaan operasional/pemeliharaan diperkirakan membutuhkan


dana sebanyak Rp.2.068.391.701.
Tabel 2.9, menjelaskan mengenai perkiraan kemampuan APBD
Kabupaten Muaro Jambi dalam mendanai program/kegiatan SSK.
Tabel ini merupakan rekapitulasi dari perkiraan pendanaan yang
yang dirumuskan pada tabel-tabel sebelumnya. Total perkiraan
kebutuhan biaya operasional/pemeliharaan untuk kegiatan sanitasi
jangka menengah sebanyak Rp.8.739.884.173, total perkiraan
APBD murni untuk sanitasi sebanyak Rp.16.118.912.176, total
perkiraan

komitmen

pendanaan

sanitasi

sebanyak

Rp.16.105.901.693, total perkiraan kemampuan APBD murni


mendanai

SSK

kemampuan

sebanyak

mendanai

Rp.7.379.028.003,
SSK

dari

total

komitmen

perkiraan
sebanyak

Rp.7.366.017.520.

Bab III
Strategi Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Dalam

penyusunan

Penetapan

Strategi

Percepatan

Pembangunan

Sanitasi, trategi didefinisikan sebagai upaya mencapai tujuan yang terdiri

dari berbagai cara atau pendekatan. Mengingat strategi didefinisikan


sebagai upaya untuk mencapai tujuan, sebagai langkah awal perlu
ditetapkan tujuan yang jelas yang hendak dicapai tentang pengelolaan
sanitasi. Tujuan ini dirumuskan salah satunya berdasarkan hasil dari
penetapan

Tahapan

Pengembangan

Sanitasi.

Terdapat

beberapa

pengertian dari Tujuan, diantaranya adalah sesuatu yang ingin dicapai


atau

dihasilkan

dalam

jangka

waktu

tertentu,

mengacu

kepada

pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis
stratejik. Selanjutnya disusun sasaran atas tujuan yang hendak dicapai
untuk dapat memberikan arahan yang lebih operasional. Sasaran
diartikan sebagai hasil yang akan dicapai secara nyata oleh suatu
organisasi dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu
yang lebih pendek dari tujuan.
Dengan Sasaran yang telah ditetapkan, maka strategi untuk mencapainya
dapat disusun dengan memperhatikan hasil identifikasi isu-isu strategis di
dalam

Buku

Putih

Sanitasi.

Terutama

mengenai

isu

strategis,

permasalahan mendesak, dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini. Maka


berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mauro Jambi tujuan dan
sasaran

pengembangan

kelemahan,

peluang

saniatasi,

dan

sesuai

ancaman

hasil

(SWOT)

analisa

kekuatan,

persub-sektor

yang

menghasilkan posisi pengelolaan masing-masing persubsektor, dimana


subsektor air limbah, persampahan, drainase dan PHBS, dengan acuan
hasil tersebut maka dituangkan dalam Bab 3 SSK di Kabupaten Mauro
Jambi.

3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air


Limbah Domestik
Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan
pada akhir periode program jangka pendek, menengah dan jangka
panjang akan terjadi peningkatan pelayanan prasarana dan sarana air
limbah domestik. Walaupun hingga saat ini masih ditemukan sebagian
penduduk Kabupaten Muaro Jambi yang dalam melakukan aktifitas
pengelolaan air limbahnya masih menggunakan cara-cara pengelolaan
secara konvensional atau Non Urban System, yaitu dengan cara

membuang limbahnya di daerah terbuka seperti sungai, parit atau pun di


kebun sebagaimana hasil daripada studi EHRA yang telah dilakukan.
Upaya mencapai tujuan, sasaran dan strategi pengembangan program
pengelolaan air limbah domestik yang diinginkan akan dilakukan secara
bertahap.
Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengelolaan air limbah domestik
ini berdasarkan permasalahan mendesak dan isu-isu strategis yang ada
pada sub-sektor air limbah itu sendiri. Permasalahan air limbah domestik
di Kabupaten Muaro Jambi dari data dan analisa yang telah di rangkum
dalam Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) antara lain :
Permasalahan :

- Tingkat pelayanan dan pengelolaan air limbah domestik


masih rendah
- Peraturan terkait pengelolaan air limbah domestik belum
ada
- Alokasi dana OM dari sarana yang telah dibangun masih
minim
- Pihak swasta belum ada yang telibat dalam pengelolaan
air limbah domestik
- Masyarakat masih ada yang memanfaatkan kebun, kolam,
sungai dan bahkan langsung ke saluran drainase
sebagai tempat penyaluran akhir tinja
- Banyak masyarakat yang mempunyai tangki septik suspek
tidak aman
Isu strategis :

- Belum ada IPAL dan IPLT sebagai sarana pengolahan


terpusat
- Belum ada sarana pengangkutan lumpur tinja (truk tinja)

- Belum ada kegiatan pemanfaatan daur ulang lumpur tinja


(bio gas)
- Belum ada regulasi yang mengatur tentang pengelolaan
air limbah
- Belum ada regulasi yang mengatur tentang retribusi
pengelolaan air limbah
- Rendahnya penganggaran pemerintah daerah di sektor air
limbah
- Partisipasi pihak swasta belum ada dalam pengelolaan
maupun penyediaan sarana dan prasarana air limbah
- Masyarakat belum seutuhnya mendapatkan informasi
tentang pengelolaan air limbah domestik yang sesuai
dengan standar teknis dan kesehatan
- Fungsi drainase bercampur dengan pembuangan air
limbah
- Pemahaman masyarakat tentang pengelolaan limbah
domestik dan pembangunan tangki septik sesuai
standar teknis masih rendah
Berdasarkan ilustrasi permasalahan mendesak dan isu strategis, maka
rumusan tujuan untuk subsektor air limbah domestik :

1. Menyediakan sarana IPAL dan IPLT sebagai pengolahan


limbah terpusat
2. Menyediakan sarana pengangkutan lumpur tinja
3. Menyediakan sarana pemanfaatan daur ulang lumpur
tinja
4. Meningkatkan penguatan
pengelolaan air limbah

regulasi

tentang

sistem

5. Meningkatkan penguatan
pengelolaan air limbah

regulasi

tentang

retribusi

6. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
aparatur
dan
kelembagaan yang berkelanjutan dalam pengelolaan,
pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah
7. Mewujudkan mekanisme pendanaan dari sumber lain
(swasta)
8. Menyediakan fasilitas sanitasi layak bagi masyarakat di
area beresiko sanitasi untuk mengurangi perilaku BABS
9. Meningkatkan kesadaran masyarakat arti pentingnya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
10. Mempromosikan Kesehatan lingkungan masyarakat dan
memberikan informasi tentang pembangunan tangki
septik aman
Pernyataan

sasaran

untuk

mewujudkan

pengembangan

air

limbah

domestik sampai pada tahun perencanaan jangka menengah :

1. 42.079 rumah tangga di area beresiko memiliki akses


terhadap fasilitas pengolahan air limbah
2. Meningkatnya pengembangan kerangka hukum yang
berkelanjutan untuk pengelolaan, pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas pengolahan air limbah
3. Meningkatnya pengembangan kerangka hukum yang
berkelanjutan tentang retribusi pengolahan air limbah
4. Meningkatnya alokasi pembiayaan dalam pengoperasian
dan perawatan fasilitas pengolahan air limbah tahun
2019
5. Terbukanya akses pendanaan dari pihak swasta untuk
pengelolaan air limbah

6. Meningkatnya kesadaran, pengetahuan, kemauan dan


melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
7. Meningkatnya pemberdayaan kepada masyarakat untuk
mengelola dan pemeliharaan drainase lingkungan
8. 25,8% masyarakat di area berisiko mempunyai tangki
septik suspek aman yang memenuhi standar teknis dan
kesehatan
Target capaian untuk mewujudkan pengembangan air limbah domestik
sampai pada tahun perencanaan jangka menengah :

1. 42.079 rumah tangga/kepala keluarga di area berisiko


mendapat akses ke fasilitas sanitasi layak
2. Terbentuknya peraturan daerah tentang pengolahan dan
pengelolaan air limbah domestik
3. Terbentuknya peraturan daerah tentang penarikan
retribusi pengolahan dan pengelolaan air limbah
domestik
4. 25,8% masyarakat di area berisiko mempunyai tangki
septik suspek aman yang memenuhi standar teknis dan
kesehatan
Indikator untuk pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan air limbah
domestik :

1. 23.950 KK/rumah tangga tersambung ke fasilitas tangki


septik
2. 18.129 KK/rumah tangga tersambung ke fasilitas sanimas
3. 950 kk/rumah tangga mempunyai akses ke MCK++
4. Perda pengelolaan air limbah
5. Perda retribusi air limbah

6. 25,8% masyarakat di area berisiko mempunyai tangki


septik suspek aman yang memenuhi standar teknis dan
kesehatan
Strategi untuk capaian pengembangan air limbah domestik sampai pada
tahun rencana jangka menengah (2019) :

1. Meningkatkan proporsi pembiayaan komponen air limbah


yang bersumber dari pemerintah daerah, provinsi dan
pusat
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas baik sarana dan
prasarana maupun cakupan layanan pengelolaan air
limbah
3. Memaksimalkan pembangunan sarana pengolahan air
limbah sekaligus daur ulang limbah
4. Menyusun regulasi pengelolaan air limbah yang memuat
aturan dan sanksi yang diintegrasikan dengan Perda
RTRW
5. Menyusun regulasi retribusi air limbah yang memuat
aturan dan sangksi yang diintegrasikan dengan Perda
RTRW
6. Meningkatkan proporsi pembiayaan komponen air limbah
untuk OM
7. Mendorong pihak swasta dan masyarakat untuk
memberikan kontribusi dalam pengelolaan air limbah
serta berupaya untuk memperoleh dana hibah dari
investor
8. Peningkatan pemicuan kepada masyarakat untuk PHBS
terutama dalam menyediakan/membuat jamban pribadi

9. Sosialisasi dan pemantauan secara menyeluruh terhadap


proses perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan
pengelolaan air limbah
Secara ringkas rumusan tujuan, sasaran, pernyataan sasaran, indikator
sasaran dan strategi yang akan dicapai dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Tujuan
Menyediakan
sarana IPAL dan
IPLT sebagai
pengolahan
limbah terpusat

Sasaran
Pernyataan
Indikator sasaran
sasaran
42.079 rumah
23.950 KK/rumah
tangga di area
tangga
beresiko
tersambung ke
memiliki akses
fasilitas tangki
terhadap
septik
fasilitas
18.129 KK/rumah
pengolahan air
tangga
limbah
tersambung ke
fasilitas sanimas
950 kk/rumah
tangga
mempunyai
akses ke MCK++

Menyediakan
sarana
pengangkutan
lumpur tinja

Menyediakan
sarana
pemanfaatan
daur ulang
lumpur tinja
Meningkatkan
penguatan
regulasi tentang
sistem
pengelolaan air
limbah

Meningkatkan

950 kk/rumah
tangga
mempunyai
akses ke MCK++
Meningkatnya
pengembangan
kerangka hukum
yang
berkelanjutan
untuk
pengelolaan,
pengoperasian
dan
pemeliharaan
fasilitas
pengolahan air
limbah
Meningkatnya

Perda
pengelolaan air
limbah

Perda retribusi air

Strategi
Meningkatkan
proporsi
pembiayaan
komponen air
limbah yang
bersumber dari
pemerintah daerah,
provinsi dan pusat

Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas baik
sarana dan
prasarana maupun
cakupan layanan
pengelolaan air
limbah
Memaksimalkan
pembangunan
sarana pengolahan
air limbah sekaligus
daur ulang limbah
Menyusun regulasi
pengelolaan air
limbah yang
memuat aturan dan
sanksi yang
diintegrasikan
dengan Perda RTRW

Menyusun regulasi

Tujuan
penguatan
regulasi tentang
retribusi
pengelolaan air
limbah
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
aparatur dan
kelembagaan
yang
berkelanjutan
dalam
pengelolaan,
pengoperasian
dan
pemeliharaan
fasilitas air
limbah
Mewujudkan
mekanisme
pendanaan dari
sumber lain

Menyediakan
fasilitas sanitasi
layak bagi
masyarakat di
area beresiko
sanitasi untuk
mengurangi
perilaku BABS
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat arti
pentingnya
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat

Sasaran
Pernyataan
Indikator sasaran
sasaran
pengembangan
limbah
kerangka hukum
yang
berkelanjutan
tentang retribusi
pengolahan air
limbah
Meningkatnya
alokasi
pembiayaan
dalam
pengoperasian
dan perawatan
fasilitas
pengolahan air
limbah tahun
2019

Terbukanya
akses
pendanaan dari
pihak swasta
untuk
pengelolaan air
limbah

Meningkatnya
pemberdayaan
kepada
masyarakat
untuk mengelola
dan
pemeliharaan
drainase
lingkungan
25,8% masyarak
at di area
berisiko
mempunyai
tangki septik
suspek aman
yang memenuhi
standar teknis
dan kesehatan

3.2 Tujuan, Sasaran


Persampahan

Strategi
retribusi air limbah
yang memuat
aturan dan sanksi
yang diintegrasikan
dengan Perda RTRW
Meningkatkan
proporsi
pembiayaan
komponen air
limbah untuk OM

Mendorong pihak
swasta dan
masyarakat untuk
memberikan
kontribusi dalam
pengelolaan air
limbah serta
berupaya untuk
memperoleh dana
hibah dari investor

25,8% masyarak
at di area
berisiko
mempunyai
tangki septik
suspek aman
yang memenuhi
standar teknis
dan kesehatan

dan

Sosialisasi dan
pemantauan secara
menyeluruh
terhadap proses
perencanaan,
pembangunan dan
pelaksanaan
pengelolaan air
limbah

Strategi

Pengembangan

Rumusan Tujuan, Sasaran, dan strategi pembangunan/pengembangan


persampahan dalam strategi sanitasi Kabupaten Muaro Jambi memiliki
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun merupakan salah satu tahapan
pengembangan lima tahunan daerah. Skenario pengembangan wilayah
Kabupaten Muaro Jambi berdasarkan RTRW dan Renstra SKPD didasarkan
pada pertimbangan :
1) Struktur ruang Kabupaten/kota

yang

telah

terbentuk

(kawasan terbangun);
2) Pola jaringan infrastruktur utama yang telah ada (khususnya
jaringan jalan).
3) Potensi dan kendala yang ada.
4) Kecenderungan

perkembangan

(berkaitan

dengan

pengembangan sektor unggulan).


5) Kebijakan pengembangan yang telah disusun dalam lingkup
makro dan mikro, seperti arahan RTRWN dan RTRW Provinsi
Jambi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Muaro Jambi.
6) Kebijakan sektoral yang ada seperti rencana pengembangan
jaringan jalan, drainase, listrik, serta penerbitan ijin lokasi
untuk kegiatan industri, perumahan, perdagangan dll.
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan
secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal pengelolaan
persampahan meliputi 7 aspek, yaitu Komunikasi, PMJK, Partisipasi
Swasta, Teknis, Pendanaan, Kebijakan Daerah dan Kelembagaan serta
Monitoring dan Evaluasi.
Permasalahan dan isu strategis komponen persampahan di Kabupaten
Muaro Jambi dari data dan analisa yang telah di rangkum dalam Dokumen
Buku Putih Sanitasi (BPS) antara lain :

Permasalahan :

- Peraturan
terkait
seutuhnya

pengelolaan

persampah

belum

- Belum ada pemilahan sampah yang dilakukan oleh


masyarakat
- Cakupan
pelayanan
dan
sarana
persampahan belum mencukupi

pengangkutan

- Perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah masih


rendah
- Alokasi dana OM dari sarana yang telah dibangun masih
minim
Isu strategis :

- Belum ada regulasi yang mengatur tentang pengelolaan


persampahan
- Kurangnya sarana pembuangan seperti tong sampah
ataupun tempat pembuangan sementara yang memilah
sampah organik dan non-organik
- Tingkat layanan masih rendah/minim, sebanyak 90%
masyarakat belum terlayani pengangkutan sampah
- Lembaga pengelolaan belum maksimal
- 70,7% pengelolaan sampah di masyarakat dengan cara
dibakar
- Rendahnya penganggaran pemerintah daerah di sektor
persampahan
- Kurangnya tenaga/personil
persampahan

untuk

kegiatan

pelayanan

Berdasarkan ilustrasi permasalahan mendesak dan isu strategis, maka


rumusan tujuan untuk subsektor persampahan :

1. Meningkatkan penguatan
pengelolaan persampahan

regulasi

2. Meningkatkan pembangunan
pengelolaan persampahan

sarana

tentang

dan

sistem

prasarana

3. Meningkatkan efektifitas sistem manajemen pengelolaan


persampahan
4. Meningkatkan efektifitas mekanisme pembiayaan dan
sumber-sumber
pembiayaan
lain
dalam
sistem
pengelolaan persampahan
5. Promosi
Kesehatan
lingkungan
masyarakat
dan
memberikan
informasi
tentang
pengelolaan
persampahan
6. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
aparatur
dan
kelembagaan yang berkelanjutan dalam pengelolaan,
pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan
7. Menambah
jumlah
persampahan

tenaga/personil

pelayanan

Pernyataan sasaran untuk mewujudkan pengembangan persampahan


sampai pada tahun perencanaan jangka menengah (2019) :

1. 90% penduduk Kabupaten Muaro Jambi mendapatkan


akses terhadap fasilitas dan pelayanan pengangkutan
sampah
Indikator capaian :

1. 70% masyarakat dilakukan pelayanan tidak langsung

2. 13% masyarakat dilakukan pelayanan langsung oleh


sistem pengangkutan
3. 7% masyarakat melakukan pengelolaan sampah mandiri
Strategi untuk capaian pengembangan persampahan sampai pada tahun
rencana jangka menengah (2019) :

1. Menyusun
regulasi
pengolahan
dan
pengelolaan
persampahan yang memuat aturan dan sanksi yang
diintegrasikan dengan Perda RTRW
2. Memaksimalkan
pembangunan
pemilahan/pembuangan sampah

sarana

3. Meningkatkan
jumlah
sarana
persampahan dan jangkauan pelayanan

pengangkutan

4. Meningkatkan kelembagaan pengelolaa persampahan


melalui aparatur pemerintah daerah
5. Memaksimalkan kerjasama dengan media untuk ikut
berkampanye dalam pengelolaan persampahan secara
inovatif dan kreatif
6. Peningkatan
proporsi
pembiayaan
persampahan untuk kegiatan OM

komponen

7. Meningkatkan
persampahan

pelayanan

Kemudian

dari

rumusan

jumlah

tujuan,

tenaga/personil

sasaran,

indikator

danstrategi

pengembangan persampahan untuk jangka menengah (2019) terangkum


pada tabel berikut :

Tabel 3.2
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Persampahan

Tujuan
Meningkatkan
penguatan regulasi
tentang sistem
pengelolaan
persampahan

Meningkatkan
pembangunan sarana
dan prasarana
pengelolaan
persampahan
Meningkatkan
efektifitas sistem
manajemen
pengelolaan
persampahan
Meningkatkan
efektifitas mekanisme
pembiayaan dan
sumber-sumber
pembiayaan lain
dalam sistem
pengelolaan
persampahan
Promosi Kesehatan
lingkungan
masyarakat dan
memberikan informasi
tentang pengelolaan
persampahan

Sasaran
Pernyataan
Indikator sasaran
sasaran
90% penduduk
- 70% masyarakat
Kabupaten Muaro
dilakukan
Jambi
pelayanan
mendapatkan
tidak langsung
akses terhadap
- 13% masyarakat
fasilitas dan
dilakukan
pelayanan
pelayanan
pengangkutan
langsung oleh
sampah
sistem
pengangkutan
- 7% masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri

Menyusun regulasi
pengolahan dan
pengelolaan
persampahan yang
memuat aturan dan
sanksi yang
diintegrasikan dengan
Perda RTRW
Memaksimalkan
pembangunan sarana
pemilahan/pembuanga
n sampah
Meningkatkan jumlah
sarana pengangkutan
persampahan dan
jangkauan pelayanan
Meningkatkan
kelembagaan
pengelolaa
persampahan melalui
aparatur pemerintah
daerah
Memaksimalkan
kerjasama dengan
media untuk ikut
berkampanye dalam
pengelolaan
persampahan secara
inovatif dan kreatif
Peningkatan proporsi
pembiayaan
komponen
persampahan untuk
kegiatan OM

Meningkatkan kualitas
pelayanan aparatur
dan kelembagaan
yang berkelanjutan
dalam pengelolaan,
pengoperasian dan
pemeliharaan sarana
dan prasarana
persampahan
Menambah jumlah
tenaga/personil
pelayanan
persampahan

3.3 Tujuan, Sasaran dan


Drainase Perkotaan

Strategi

Meningkatkan jumlah
tenaga/personil
pelayanan
persampahan

Strategi

Pengembangan

Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan


penyiapan:

o Program penanganan drainase


o Institusi pengelola system dan jaringan drainase, dalam hal ini
adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten dan kawasan
tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer).
Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase
kota

dan

fungsi

utama

sebagai

pengendalian

banjir.

Dalam

pengembangan sistem drainase harus memperhatikan sektor-sektor lain,


karena pembangunan sektor drainase tidak dapat dilepaskan dari
pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan
daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota.
1. RencanaPengembangan Kota
Komponen

program

drainase

harus

mendukung

scenario

pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu


dengan rencana pengembangan prasarana lainnya.
2. Perumahan Rakyat dan Tata Bangunan
Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan
penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh
instansi lain (developer, perumnas, dan masyarakat).
3. Jalan Kota
Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan
dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan
sistem yang disiapkan oleh penyusun sistem dan jaringan
dalam komponen drainase.
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase secara umum
rencana

yang

dikembangkan

dalam

hal

pengembangan

tahapan

pembangunan Drainase meliputi 7 aspek, yaitu Komunikasi, PMJK,

Partisipasi

Swasta,

Teknis,

Pendanaan,

Kebijakan

Daerah

dan

Kelembagaan serta Monitoring dan Evaluasi.


Permasalahan dan isu strategis drainase di Kabupaten Muaro Jambi dari
data dan analisa yang telah di rangkum dalam Dokumen Buku Putih
Sanitasi (BPS) antara lain :
Permasalahan :

- Peraturan terkait pengelolaan drainase belum ada


- Genangan
- Jaringan Drainase yang belum memadai
- Ketersediaan dana untuk pengembangan jaringan drainase
masih minim
- Partisipasi masyarakat
masih rendah

tentang

pengelolaan

drainase

- Alokasi dana OM dari sarana yang telah dibangun masih


minim
Isu strategis :

- Belum ada regulasi yang mengatur tentang pengelolaan


drainase
- Terdapat banyak rumah tangga yang mengalami banjir
rutin (tahunan)
- Kuantitas dan kualitas jaringan drainase belum bisa
mengatasi genangan
- Anggaran dari pemerintah daerah masih rendah untuk
pembangunan dan pengembangan jaringan drainase
- Belum ada partisipasi pihak swasta dalam pengelolaan
drainase untuk mengatasi genangan

- Masyarakat
seutuhnya
mengandalkan
pemerintah untuk pembangunan dan
drainase

dana
dari
pengelolaan

- Partisipasi masyarakat masih rendah dalam melakukan


perawatan drainase
- Rendahnya penganggaran
pemeliharan drainase

pemerintah

daerah

untuk

Berdasarkan ilustrasi permasalahan mendesak dan isu strategis, maka


rumusan tujuan untuk subsektor drainase perkotaan :

1. Meningkatkan penguatan
pengelolaan drainase

regulasi

tentang

sistem

2. Menciptakan lingkungan permukiman yang bersih, sehat,


nyaman dan bebas genangan
3. Meningkatkan jaringan drainase yang memadai di area
berisiko untuk mengurangi genangan
4. Meningkatkan efektifitas mekanisme pembiayaan dan
sumber-sumber pembiayaan lain dalam pembangunan
dan pengembangan jaringan drainase
5. Mewujudkan mekanisme pendanaan dari sumber lain
6. Meningkatkan kesadaran masyarakat arti pentingnya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap pengelolaan
drainase
7. Mempromosikan Kesehatan lingkungan masyarakat dan
memberikan informasi pengelolaan drainase
8. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
aparatur
dan
kelembagaan yang berkelanjutan dalam pengelolaan,
pengoperasian dan pemeliharaan jaringan drainase

Pernyataan

sasaran

untuk

mewujudkan

pengembangan

drainase

perkotaan sampai pada tahun perencanaan jangka menengah (2019) :

1. 49,6% rumah tangga di area berisiko mengalami banjir


rutin (tahunan)
Indikator perubahan untuk capaian target rencana :

1. 7.213 ha kawasan permukiman mempunyai jaringan


drainase yang memadai
Kemudian dari rumusan tujuan, pernyataan sasaran dan indikator sasaran,
maka strategi yang dapat diterapkan dalam rencana pengembangan
drainase perkotaan di Kabupaten Muaro Jambi untuk jangka menengah
(2019) adalah sebagai berikut :

1. Menyusun regulasi pengolahan dan pengelolaan drainase


yang memuat aturan dan sanksi yang diintegrasikan
dengan Perda RTRW
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan
drainase
dan
pembangunan
tanggul
penahan/menampung air
3. Meningkatkan
drainase

kualitas

dan

kuantitas

pembangunan

4. Mengoptimalkan pembangunan jaringan drainase dengan


prioritas area berisiko
5. Mewujudkan kerjasama dengan pihak swasta dalam
pembangunan dan pengelolaan jaringan drainase
6. Memaksimalkan penganggaran pembangunan drainase
dari pemerintah daerah, provinsi dan pusat
7. Memaksimalkan
peran
serta
masyarakat
melakukan perawatan jaringan drainase

dalam

8. Peningkatan
proporsi
pembiayaan
komponen
persampahan yang bersumber dari pemerintah daerah,
provinsi dan pemerintah pusat
Secara ringkas mengenai rumusan tujuan, pernyataan sasaran, indikator
sasaran dan strategi pengembangan drainase dirangkum pada tabel
berikut :
Tabel 3.3
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan
Tujuan
Meningkatkan
penguatan regulasi
tentang sistem
pengelolaan drainase

Menciptakan
lingkungan
permukiman yang
bersih, sehat, nyaman
dan bebas genangan
Meningkatkan
efektifitas mekanisme
pembiayaan dan
sumber-sumber
pembiayaan lain
dalam pembangunan
dan pengembangan
jaringan drainase
Mewujudkan
mekanisme
pendanaan dari
sumber lain

Mempromosikan
Kesehatan lingkungan
masyarakat dan
memberikan
informasi pengelolaan
drainase
Meningkatkan kualitas
pelayanan aparatur
dan kelembagaan

Sasaran
Pernyataan
Indikator
sasaran
sasaran
49,6% rumah
7.213 ha
tangga di area
kawasan
berisiko
permukiman
mengalami
mempunyai
banjir rutin
jaringan
(tahunan)
drainase yang
memadai

Strategi
Menyusun
regulasi
pengolahan dan
pengelolaan
drainase yang
memuat aturan
dan sanksi yang
diintegrasikan
dengan Perda
RTRW
Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas
pembangunan
drainase
Mengoptimalkan
pembangunan
jaringan drainase
dengan prioritas
area berisiko

Mewujudkan
kerjasama
dengan pihak
swasta dalam
pembangunan
dan pengelolaan
jaringan drainase
Memaksimalkan
peran serta
masyarakat
dalam melakukan
perawatan
jaringan drainase
Peningkatan
proporsi
pembiayaan

yang berkelanjutan
dalam pengelolaan,
pengoperasian dan
pemeliharaan
jaringan drainase

3.4 Tujuan,

komponen
persampahan
yang bersumber
dari pemerintah
daerah, provinsi
dan pemerintah
pusat

Sasaran

dan

Strategi

PHBS

Terkait

Sanitasi
Dengan

memperhatikan

tingkat

pelayanan

yang

ada

saat

ini,

diharapkan pada akhir periode program jangka, pendek, menengah dan


jangka panjang telah direncanakan program-program PHBS. Walaupun,
pada

saat

ini masih ada sebagian

penduduk

Kabupaten Muaro

Jambi berprilaku hidup belum sehat. Upaya mencapai tujuan, sasaran,


dan strategi pengembangan program yang di inginkan akan dilakukan
secara bertahap.
Dalam mencapai dan memperbaiki pola hidup bersih dan sehat adalah :

1) Tercapainya
Standar
Pelayanan
Minimum
untuk prilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2019.

(SPM)

2) Meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan.


Untuk mencapai Tujuan, sasaran, dan strategi yang telah ditetapkan,
maka akan ada strategi yang ditempuh antara lain : 1) Pemberdayaan
Berwawasan kesehatan, 2) Pemberdayaan masyarakat, 3) Pengembangan
upaya dan pembiayaan kesehatan, 4) Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan rencana strategik instansi Dinas Kesehatan
Kabupaten Muaro Jambi ini sangat tergantung kepada konsistensi,
komitmen dan kemauan yang kuat dari seluruh jajaran Dinas Kesehatan
Kabupaten Muaro Jambi dalam melaksanakannya. Untuk itu visi dan misi,
tujuan, sasaran, kebijakan yang telah ditetapkan hendaknya dijadikan
acuan dalam meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan kesehatan di Kabupaten Muaro Jambi dalam
kurun waktu lima tahun (2014-2018). Penyusunan SSK ini dilakukan

sedemikian

rupa

dipergunakan

sehingga

sebagai

hasil

bahan

pencapaiannya

penyusunan

dapat

kinerja

diukur

tahunan

dan
Dinas

Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi.


Permasalahan dan isu strategis PHBS terkait sanitasi (tatanan rumah
tangga) di Kabupaten Muaro Jambi dari data dan analisa yang telah di
rangkum dalam Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) antara lain :
Permasalahan :

- Masih banyak masyarakat yang belum melakukan kegiatan


cuci tangan pakai sabun (CTPS)
- Praktek buang air besar sembarangan (BABS) masih tinggi
- Sumber air masyarakat masih banyak dari sumber air yang
tak terlindungi
- Perilaku pemilahan sampah masih minim
- Pencemaran saluran pembuangan masih tinggi
Isu strategis :

- Masih tingginya jumlah masyarakat yang tidak melakukan


kegiatan cuci tangan pakai sabun
- Masih banyak jumlah masyarakat yang melakukan buang
air besar sembarangan (BABS)
- Masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi air dari
sumber air yang tak terlindungi
- Sebagian besar masyarakat tidak melakukan pemilahan
sampah
- Terjadi pencemaran oleh saluran pembuangan air limbah
(SPAL) bagi masyarakat yang tidak mempunyai SPAL

Dari permasalahan dan isu strategis PHBS terkait sanitasi tatanan rumah
tangga, maka rumusan tujuan untuk capaian rencana pengembangan
jangka menengah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui


promosi kesehatan
2. Menyediakan
fasilitas
sanitasi
yang
layak
bagi
masyarakat di area berisiko untuk mengurangi perilaku
BABS
3. Menyediakan sarana air bersih masyarakat yang berada
di area berisiko
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemilahan
sampah
5. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
pembangunan saluran pembuangan

dalam

Pernyataan sasaran untuk mencapai tujuan pengelolaan PHBS terkait


sanitasi untuk tatanan rumah tangga :

1. 65,3% jumlah masyarakat di area berisiko tidak


melakukan kegiatan cuci tangan pakai sabun di lima
waktu penting
2. 55,1% masyarakat terbebas dari BABS
3. Agar sebanyak 85,6% masyarakat melakukan pemilahan
sampah
4. 48,4% dilingkungan masyarakat terjadi pencemaran oleh
SPAL
Sedangkan indikator sasaran untuk capaian tujuan pengelolaan PHBS
terkait sanitasi untuk tatanan rumah tangga sebagai berikut :

1. 65,3% masyarakat melakukan


penting

CTPS

di

lima

waktu

2. 55,1% masyarakat tidak lagi melakukan BABS


3. 85,6% masyarakat melakukan pemilahan sampah
4. 48,4% dilingkungan masyarakat
pencemaran oleh SPAL

tidak

lagi

terjadi

Strategi untuk mencapai rumusan tujuan pengelolaan PHBS terkait


sanitasi untuk tatanan rumah tangga :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas baik sarana dan


prasarana serta cakupan layanan pengelolaan air limbah
dan memaksimalkan kegiatan promosi higiene dan
sanitasi
2. Meningkatkan pembangunan sarana dan jangkauan air
bersih
3. Meningkatkan pemicuan kepada masyarakat akan upaya
3R (Reduce-Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah B3
(Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga dan
kerjasama dengan media untuk ikut berkampanye dalam
pengelolaan persampahan
4. Memaksimalkan kegiatan dan pembekalan kepada
masyarakat tentang pentingnya saluran pembuangan
Secara ringkas mengenai rumusan tujuan, pernyataan sasaran, indikator
sasaran dan strategi pengelolaan PHBS terkait sanitasi untuk tatanan
rumah tangga dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 3.4
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS terkait sanitasi
(tatanan rumah tangga)

Tujuan
Meningkatkan
kualitas kesehatan
masyarakat melalui
promosi kesehatan

Menyediakan
fasilitas sanitasi
yang layak bagi
masyarakat di area
berisiko untuk
mengurangi perilaku
BABS

Menyediakan sarana
air bersih
masyarakat yang
berada di area
berisiko
Meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang
pemilahan sampah

Meningkatkan
partisipasi aktif
masyarakat dalam
pembangunan salura
n pembuangan

Sasaran
Pernyataan
Indikator
sasaran
sasaran
65,3% jumlah
masyarakat di
65,3%
area berisiko
masyarakat
tidak melakukan
melakukan
kegiatan cuci
CTPS di lima
tangan pakai
waktu penting
sabun di lima
waktu penting

55,1%
masyarakat
terbebas dari
BABS

Agar sebanyak
85,6%
masyarakat
melakukan
pemilahan
sampah

48,4%
dilingkungan
masyarakat
terjadi
pencemaran
oleh SPAL

55,1%
masyarakat
tidak lagi
melakukan
BABS

85,6%
masyarakat
melakukan
pemilahan
sampah

48,4%
dilingkungan
masyarakat
tidak lagi
terjadi
pencemaran
oleh SPAL

Strategi
Memaksimalkan
pengetahuan
masyarakat
melalui
pembekalan/sosiali
tasi tentang
pentingnya CTPS
dan kerjasama
dengan media
untuk ikut
berkampanye
perilaku hidup
bersih dan sehat
Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas baik
sarana dan
prasarana serta
cakupan layanan
pengelolaan air
limbah dan
memaksimalkan
kegiatan promosi
higiene dan
sanitasi
Meningkatkan
pembangunan
sarana dan
jangkauan air
bersih
Meningkatkan
pemicuan kepada
masyarakat akan
upaya 3R (ReduceReuse-Recycle)
dan pengamanan
sampah B3 (Bahan
Buangan
Berbahaya) rumah
tangga dan
kerjasama dengan
media untuk ikut
berkampanye
dalam pengelolaan
persampahan
Memaksimalkan
kegiatan dan
pembekalan
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya saluran
pembuangan

Permasalahan dan isu strategis PHBS terkait sanitasi (sekolah) di


Kabupaten Muaro Jambi dari data dan analisa yang telah di rangkum
dalam Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) antara lain :
Permasalahan :

- Sarana sumber air bersih di sekolah banyak yang tidak


berfungsi bahkan di beberapa sekolah tidak ada
- Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) masih minim
- Pengolahan sampah di sekolah masih minim
- Saluran drainase di sekolah belum memadai
- Toilet guru belum memadai
- Toilet siswa belum memadai dan byk yang tidak berfungsi
Isu strategis :

- Sarana sumber air bersih di tingkat Sekolah Dasar/MI tidak


berfungsi dengan baik (tidak mempunyai sarana sumber
air)
- Terdapat banyak fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
yang tidak berfungsi di tingkat Sekolah Dasar/MI bahkan
tidak terdapat sarana cuci tangan.
- Terdapat banyak Sekolah Dasar/MI yang memiliki fasilitas
pengolahan sampahnya tidak berfungsi dengan baik
- Banyak Sekolah Dasar/MI yang mempunyai saluran
drainase tidak berfungsi dengan baik (bahkan tidak
mempunyai saluran drainase)
- Secara keseluruhan toilet guru kondisi dengan kondisi
kurang baik

- Terdapat beberapa jumlah toilet siswa dengan kondisi


kurang baik
Dari permasalahan dan isu strategis PHBS terkait sanitasi sekolah, maka
rumusan tujuan rencana pengelolaan PHBS terkait sanitasi tatanan
sekolah untuk jangka menengah adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan dan meningkatkan kualitas sarana air


bersih di sekolah
2. Meningkatkan kualitas sarana CTPS di sekolah dan
menyediakan sarana CTPS di sekolah
3. Meningkatkan kualitas sarana dan pelayanan sistem
pengelolaan sampah disekolah yang berwawasan
lingkungan
4. Meningkatkan kualitas sarana jaringan drainase disekolah
yang berwawasan lingkungan
5. Menyediakan dan meningkatkan kualitas toilet guru di
sekolah
6. Menyediakan dan meningkatkan kualitas toilet siswa di
sekolah
Pernyataan sasaran untuk mencapai tujuan rencana pengelolaan PHBS
terkait sanitasi tatanan sekolah :

1. 40 unit SD/MI
2. 30 unit SD/MI
3. 15% toilet guru SD/MI
4. 19% toilet siswa
Indikator sasaran untuk mencapai tujuan pengelolaan PHBS terkait
sanitasi tatanan sekolah :

1. 40 unit SD/MI mempunyai sarana air bersih dan berfungsi


dengan baik
2. 30 unit SD/MI mempunyai sarana CTPS yang layak dan
berkualitas
3. 30 unit SD/MI terdapat sarana pengelolaan sampah
4. 40 unit SD/MI mempunyai saluran drainase yang layak
5. 15% toilet guru SD/MI mempunyai kualitas yang baik
6. 19% toilet siswa berfungsi dengan baik
Strategi untuk mencapai tujuan pengelolaan PHBS terkait sanitasi untuk
tatanan sekolah :

1. Mengoptimalkan pembangunan sarana air bersih di


sekolah
2. Mengoptimalkan pembangunan sarana CTPS di sekolah
3. Mengoptimalkan pembangunan sarana CTPS di sekolah
4. Mengoptimalkan
sekolah

pembangunan

saluran

drainase

di

5. Mengoptimalkan pembangunan toilet guru


6. Mengoptimalkan pembangunan toilet siswa
Secara ringkas mengenai rumusan tujuan, pernyataan sasaran, indikator
sasaran dan strategi pengelolaan PHBS terkait sanitasi untuk tatanan
sekolah dirangkum pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS terkait sanitasi
(tatanan sekolah)
Tujuan

Sasaran
Pernyataan
Indikator

Strategi

sasaran
40 unit SD/MI

Menyediakan dan
meningkatkan
kualitas sarana air
bersih di sekolah
Meningkatkan
kualitas sarana CTPS
di sekolah dan
menyediakan sarana
CTPS di sekolah
Meningkatkan
kualitas sarana dan
pelayanan sistem
pengelolaan sampah
disekolah yang
berwawasan
lingkungan
Meningkatkan
kualitas sarana
jaringan drainase
disekolah yang
berwawasan
lingkungan
Menyediakan dan
meningkatkan
kualitas toilet guru di
sekolah

30 unit SD/MI

Menyadiakan dan
meningkatkan
kualitas toilet siswa
di sekolah

19% toilet siswa

30 unit SD/MI

sasaran
40 unit SD/MI
mempunyai
sarana air
bersih dan
berfungsi
dengan baik
30 unit SD/MI
mempunyai
sarana CTPS
yang layak dan
berkualitas
30 unit SD/MI
terdapat
sarana
pengelolaan
sampah

Mengoptimalkan
pembangunan
sarana air bersih
di sekolah
Mengoptimalkan
pembangunan
sarana CTPS di
sekolah
Mengoptimalkan
pembangunan
sarana
persampahan di
sekolah

40 unit SD/MI

40 unit SD/MI
mempunyai
saluran
drainase yang
layak

Mengoptimalkan
pembangunan
saluran drainase
di sekolah

15% toilet guru


SD/MI

15% toilet
guru SD/MI
mempunyai
kualitas yang
baik
19% toilet
siswa
berfungsi
dengan baik

Mengoptimalkan
pembangunan
toilet guru
Mengoptimalkan
pembangunan
toilet siswa

Secara keseluruhan rumusan tujuan, pernyataan sasaran, indikator


sasaran dan strategi pengembangan sanitasi untuk rencana jangka
menengah tertuang dalam lampiran matrik tabel Kerangka Kerja Logis.

Bab IV
Program dan Kegiatan Percepatan
Pembangunan Sanitasi

Program dan kegiatan percepatan pembangunan sanitasi yang dituangkan


pada bab ini disusun berdasarkan strategi yang telah dirumuskan pada
bab III dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing
komponen Air Limbah, persampahan, drainase, dan aspek prohisan dilihat
dari berbagai aspek non teknis seperti kebijakan dan kelembagaan
daerah, keuangan, komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis dan aspek peran
serta masyarakat, gender dan kemiskinan.
Indikasi program dan kegiatan pembangunan sanitasi disusun sebagai
pengejawantahan dari strategi yang telah dirumuskan untuk mencapai
visi, misi pembangunan sanitasi yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari tujuan pembangunan daerah Kabupaten Muaro Jambi. Kebutuhan
pendanaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang disusun
didasarkan pada hasil evaluasi dan prediksi atas potensi dan kebutuhan
pembangunan tahunan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
perubahannya pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007.
Sesuai

dengan

Undang-undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab serta taat pada peraturan perundangundangan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Oleh sebab itu, perencanaan anggaran pembangunan sektor sanitasi
sebagaimana sektor lainnya akan sangat tergantung dari perkembangan
struktur pendapatan dan struktur belanja daerah. Sumber penerimaan
daerah secara garis besar terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan dari
dana perimbangan sebenarnya diluar kendali pemerintah daerah karena
alokasi dana tersebut ditentukan oleh pemerintah pusat berdasarkan

formula yang telah ditetapkan. Penerimaan dari dana perimbangan sangat


bergantung dari penerimaan negara dan formula dana alokasi umum.
Program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2015 2019 ini disusun sesuai dengan
strategi

untuk

mencapai

tujuan

dan

sasaran

dari

masing-masing

komponen sanitasi. Selanjutnya dengan memperhatikan perkembangan


dan proyeksi belanja langsung serta proporsi belanja sektor sanitasi di
dalam alokasi belanja langsung tersebut, disusun perkiraan alokasi
anggaran untuk pengembangan sanitasi di Kabupaten Muaro Jambi untuk
5 (lima) tahun kedepan/jangka menengah.

4.1 Ringkasan Program dan


Kegiatan Sanitasi
Program dan kegiatan sanitasi Kabupaten Muaro Jambi yang disusun
dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan langkah
yang dirumuskan untuk menyusun sebuah konsep perencanaan yang
bertujuan untuk mengatasi permasalahan sanitasi berdasarkan penetapan
tujuan pengembangan dan pengelolaan sanitasi pada subsektor air
limbah domestik/rumah tangga, subsektor persampahan rumah tangga,
subsektor drainase perkotaan/lingkungan dan subsektor Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi untuk tatanan rumah tangga dan
sekolah dengan target sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Muaro Jambi, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN), pihak swasta/donatur serta masyarakat
Program bisa dipahami sebagai kumpulan beberapa kegiatan yang
mengarah kepada sebuah perubahan sesuai dengan strategi yang telah
disusun. Tidak hanya terbatas pada implementasi fisik, tetapi juga
mencakup usaha menjaga keberlangsungan operasi infrastruktur yang
ada. Bisa dari sisi keuangan (tersedianya biaya Operasi dan Pemeliharaan
O&M yang memadai), dan/atau meningkatkan kesadaran dan kebutuhan
masyarakat akan sanitasi yang baik.

Sebagai contoh, program peningkatan layanan air limbah di zona sanitasi


X dengan sistem terpusat bisa terdiri dari beberapa kegiatan (teknis dan
non-teknis) seperti; (i) menyiapkan masyarakat agar terjadi peningkatan
kebutuhan (demand creation) akan sistem air limbah yang baik, (ii)
pembentukan Badan Layanan Umum Daerah untuk pengelolaan sistem
jaringan dan pengolahan air limbah (diandaikan sebagai prasyarat untuk
mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Pusat), (iii) menyiapkan
rencana rinci (Detailed Engineering Design DED), (iv) penyiapan aturan
biaya sambungan rumah dan retribusi air limbah, (v) implementasi fisik,
dan (vi) kampanye untuk sambungan rumah.
Sebagai pegangan dalam perumusan berbagai tahapan kegiatan di dalam
suatu program pembangunan infrastruktur mengacu kepada akronim
SIDLACOM (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Contruction,
Operation and Maintenance - Survai, Penelitian, Pembebasan Tanah,
Pembangunan, Penggunaan dan Pemeliharaan).
Kegiatan yang sudah disusun (sebagai bagian dari pelaksanaan sebuah
Program) selanjutnya dibuat indikasi jadwal pelaksanaannya, volume
kegiatan tersebut, indikasi biaya yang diperlukan, serta indikasi apakah
kegiatan itu dapat didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) atau tidak.

Tabel 4.1: Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan
Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun

4.2 Program dan Kegiatan


Pengembangan Air
Limbah Domestik
Rencana program dan kegiatan pengembangan air limbah domestik
Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas :

1. Program perencanaan umum; yang terdiri atas beberapa


kegiatan yaitu :
- Penyusunan masterplan sistem air limbah
- Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS)
2. Program pembangunan infrastruktur air limbah sistem
setempat dan sistem kumunal; yang terdiri dari
beberapa kegiatan yaitu :
- Program Sanimas; dengan rangkaian kegiatan sebagai
berikut :
Sosialisasi,
pembentukan
KSM,
perencanaan,
pembangunan dan pelatihan dalam satu paket
kegiatan
1) Pembebasan lahan
2) Operasi dan pemeliharaan
- Pembangunan MCK umum
1) Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan
Air
Limbah
Domestik (pada area berisiko)
2) Sosialisasi Rencana Pembangunan MCK kepada
masyarakat oleh Dinas Terkait
3) Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
4) Pembebasan Lahan/Tanah
5) Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK
6) Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di
bidang teknis, keuangan, dan manajerial

7) Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM


8) Pembangunan MCK Umum
9) Biaya Operasi dan Pemeliharaan MCK Umum
- Pembangunan MCK++;
sebagai berikut :

dengan

rangkaian

kegiatan

1) Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi


masyarakat
dalam
pengelolaan
Air
Limbah
Domestik (pada daerah yang berpotensi untuk
dibangun MCK++)
2) Sosialisasi Rencana Pembangunan MCK++ kepada
masyarakat oleh Dinas Terkait
3) Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
4) Pembebasan Lahan/Tanah
5) Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK++
6) Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di
bidang teknis, keuangan, dan manajerial
7) Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM
8) Pembangunan MCK++
9) Biaya Operasi dan Pemeliharaan MCK++
- Pembangunan IPAL Komunal;
kegiatan sebagai berikut :

dengan

rangkaian

1) Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi


masyarakat
dalam
pengelolaan
Air
Limbah
Domestik (pada area berisiko/dibangun IPAL
Komunal)

2) Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal


kepada masyarakat oleh Dinas Terkait
3) Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat
4) Pembebasan Lahan/Tanah
5) Perencanaan Jaringan perpipaan
6) Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di
bidang teknis, keuangan, dan manajerial
7) Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM
8) Pembangunan IPAL Komunal dan Jaringannya
9) Pembangunan Sambungan Rumah
10)Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL Komunal
- Pembangunan IPLT; dengan rangkaian kegiatan sebagai
berikut :
1) Studi Kelayakan
2) Studi Lingkungan Pembangunan IPLT
3) Sosialisasi dan Kampanye Rencana Pembangunan
IPLT
4) Pembebasan Lahan/Tanah
5) Perencanaan Detail (DED) Pembangunan IPLT
6) Pembentukan Kelembagaan Pengelola IPLT
7) Pelatihan bagi Pengelola IPLT
8) Pelaksanaan dan supervisi Pembangunan IPLT
9) Pengadaan Truk Tinja

10)Operasi dan Pemeliharaan IPLT dan Fasilitasnya


3. Program pengaturan dan kelembagaan daerah; dengan
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Penyusunan Perda Pengelolaan Air Limbah
- Penyusunan Peraturan Pengelolaan B3
- Penyusunan Perda dalam penyelengaraan sistem air
limbah rumah tangga
- Penyusunan Peraturan Ijin Pembuang Limbah Cair (IPLC)
4. Program pemantauan;
sebagai berikut :

dengan

rangkaian

- Pemantauan Kualitas Air Sungai


- Pemantauan Kualitas Air Sumur Gali/Air Tanah

Tabel 4.2: Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik

Lanjutan Tabel 4.2

Lanjutan Tabel 4.2

Lanjutan Tabel 4.2

Lanjutan Tabel 4.2

Lanjutan Tabel 4.2

kegiatan

4.3 Program dan Kegiatan


Pengembangan
Persampahan
Rencana program dan kegiatan pengembangan persampahan Kabupaten
Muaro Jambi terdiri atas :

1. Program perencanaan umum; dengan rangkaian kegiatan


sebagai berikut :
- Penyusunan Masterplan Persampahan Skala Kab./Kota
- Review Masterplan Persampahan Skala Kab./Kota
- Studi tentang kualitas dan kuantitas sampah Kab./Kota
- Studi Manajemen Pengelolaan Persampahan
- Penyusunan
Rencana
Persampahan

Usaha

(Business

Plan)

2. Program pengelolaan sampah dari sumbernya; dengan


rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Penyuluhan tentang persampahan kepada masyarakat
dan kelompok masyarakat
- Kampanye pengurangan sampah dari sumbernya
- Kampanye tatacara dan gerakan pemilihan sampah dari
sumbernya
- Pengadaan Tempat Sampah Terpilah untuk Rumah
Tangga
- Pengadaan
Tempat
umum/jalan

Sampah

terpilah

ditempat

- Pembentukan Pokmas baru ditingkat RT/RW tentang


pengolahan sampah
- Pembentukan kader warga peduli lingkungan di setiap
kelurahan
- Pelatihan 3R bagi aparat pengelola persampahan
- Pelatihan Pengolahan sampah 3R bagi kader desa dan
RT/RW
- Pengadaan keranjang sampah komposter
- Pengadaan Gerobag Sampah
- Pengadaan Gerobag Sampah bermotor
- Pengadaan Mobil Pick Up Sampah
3. Program pengelolaan sampah dari stasiun antara sampai
TPA; dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Sosialisasi,
pembentukan
KSM,
perencanaan,
pembangunan dan pelatihan dalam satu paket
kegiatan
1) Pembebasan Lahan
2) Operasi dan Pemeliharaan
- Pembangunan TPS Biasa; dengan rangkaian kegiatan
sebagai berikut :
1) Pembangunan TPS
2) Peningkatan TPS biasa menjadi TPS terpilah
3) Rehabilitasi TPS
- TPS 3R

1) Pembebasan Lahan
2) Penyusunan DED TPS 3R
3) Pembentukan lembaga pengelola TPS 3R
4) Pelatihan bagi pengelola TPS 3R
5) Supervisi dan Pembangunan TPS 3R
6) Operasi dan Pemeliharaan TPS 3R
- Alat Angkut Stasiun Antara dan TPA; dengan rangkaian
kegiatan sebagai berikut:
1) Pengadaan Dump Truck
2) Operasi dan Pemeliharaan Alat Angkut
4. Program pembangunan dan pengelolaan TPA regional;
dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Penyusunan studi kelayakan TPA Regional
- Penyusunan AMDAL TPA Regional
- Sosialisasi "Rencana" Pembangunan TPA Regional
kepada masyarakat sekitarnya dan pihak-pihak terkait
- Pembebasan Lahan
- Penyusunan DED TPA Regional
- Pembentukan Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD)
Tingkat Kab./Kota dan Provinsi
- Koordinasi dengan Kab./Kota dan Provinsi
rencana pembangunan TPA Regional
- Penyiapan Konsep
Penandatanganan

Bentuk

Kesepakatan

terkait

dan

- Penyiapan dan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama


- Sosialisasi Pembangunan
sekitarnya

TPA

kepada

masyarakat

- Supervisi dan Pembangunan TPA Regional; dengan


rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1) Supervisi
dan
Pembangunan
dasar/Fasilitas Umum TPA Regional

prasarana

2) Supervisi dan Pembangunan Fasilitas Perlindungan


Lingkungan TPA Regional
3) Supervisi dan Pembangunan Fasilitas Penunjang TPA
Regional
4) Pengadaan Fasilitas Operasional TPA Regional
- Pembentukan
Kelembagaan
Regional/Unit Kerja TPA/UPTD

Pengelolaan

TPA

- Pelatihan Pengelolaan TPA Regional


- Penyuluhan dan Bimbingan kepada masyarakat disekitar
TPA Regional
- Penyusunan Perda Pengelolaan TPA Regional
- Pemantauan
dan
Evaluasi
kondisi/tahap Operasi

TPA

Regional

pada

- Operasi dan Pemeliharaan TPA Regional dan Fasilitasnya


5. Program
pengaturan
dan
kelembagaan;
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Penyusunan Perda Pengelolaan Persampahan

dengan

- Penyusunan
Kebijakan
Persampahan

Kerjasama

Pengelolaan

- Penyusunan Perda Pengelolaan TPA


- Kerjasama Pengelolaan Persampahan
- Fasilitasi Kerjasama dengan Dunia Usaha/Lembaga
- Promosi penggunaan produk daur ulang sampah
- Pemantauan dan
Persampahan

Evaluasi

Pelaksanaan

Pelayanan

6. Program promosi, kampanye dan edukasi persampahan;


dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Promosi Program 3R
- Kampanye dan Edukasi Persampahan

Tabel 4.3: Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan

Lanjutan Tabel 4.3

Lanjutan Tabel 4.3

Lanjutan Tabel 4.3

4.4 Program dan Kegiatan


Pengembangan
Drainase Perkotaan

Rencana program dan kegiatan pengembangan drainase perkotaan


Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas :

1. Program perencanaan umum; dengan rangkaian kegiatan


sebagai berikut :
- Penyusunan Masterplan Sistem Drainase
- Penyusunan Outlineplan Sistem Drainase
- Review Masterplan Sistem Drainase
- Penyusunan Data Base Sistem drainase
- Studi Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan
2. Program pembangunan saluran drainase primer; dengan
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Pembangunan Saluran Drainase Primer
1) Detail Desain (DED) Drainase Primer
2) Sosialisasi Rencana Pembangunan Saluran Drainase
Primer
3) Pembebasan lahan
4) Supervisi
Primer

dan

Pembangunan

Saluran

Drainase

- Rehabilitasi Saluran Drainase Primer


1) Detail Desain (DED) Rehabilitasi Saluran Drainase
Primer
2) Supervisi dan Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi
Saluran Drainase Primer
- Pemeliharaan Saluran Drainase

1) Pemeliharaan Saluran Drainase Primer


2) Pengerukan Sedimen Saluran Drainase Primer
3. Perogram pembangunan saluran drainase
dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :

sekunder;

- Pembangunan Saluran Drainase Sekunder


1) Detail Desain (DED) Drainase Sekunder
2) Sosialisasi Rencana Pembangunan Saluran Drainase
Sekunder
3) Pembebasan lahan
4) Supervisi dan
Sekunder

Pembangunan

Saluran

Drainase

- Rehabilitasi Saluran Drainase sekunder


1) Detail Desain (DED) Rehabilitasi Saluran Drainase
sekunder
2) Supervisi dan Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi
Saluran Drainase sekunder
- Pemeliharaan Saluran Drainase
1) Pemeliharaan Saluran Drainase sekunder
2) Pengerukan Sedimen Saluran Drainase sekunder
4. Program pembangunan saluran drainase tersier
- Pembangunan Saluran Drainase tersier
1) Detail Desain (DED) Drainase tersier
2) Supervisi
tersier

dan

Pembangunan

Saluran

Drainase

- Rehabilitasi Saluran Drainase tersier


1) Detail Desain (DED) Rehabilitasi Saluran Drainase
tersier
2) Supervisi dan Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi
Saluran Drainase tersier
- Pemeliharaan Saluran Drainase
1) Pemeliharaan Saluran Drainase tersier
2) Pengerukan Sedimen Saluran Drainase tersier
5. Program
pengaturan
dan
kelembagaan;
rangkaian kegiatan sebagai berikut :

dengan

- Penyusunan Perda tentang Pengelolaan Sistem Drainase


- Sosialisasi Perda Pengelolaan Sistem Drainase
- Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Sistem
Drainase Lingkungan Mandiri

Tabel 4.4: Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Perkotaan

Lanjutan Tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

Lanjutan Tabel 4.4

4.5 Program dan Kegiatan


PHBS terkait Sanitasi
Rencana program dan kegiatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)
terkait sanitas Kabupaten Muaro Jambi terdiri atas :

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam PHBS Melalui


Kampanye; dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Road Show Penyuluhan tentang PHBS di sekolahsekolah, Pondok Pesantren, Perkantoran, Permukiman
dan ditempat-tempat umum
- Penyuluhan dan kampanye PHBS meliputi CTPS, Stop
BABS dan Membuang sampah pada tempatnya
melalui siaran radio atau TV lokal
- Program Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat (STBM)
2. Penyediaan Sarana Fisik Untuk Mendukung PHBS; dengan
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Pembuatan media promosi dan informasi sadar hidup
sehat, seperti banner, stiker, spanduk dll.
- Pembangunan sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) di
poskesdes
- Pengadaan timba, kran di tiap posyandu dan taman
posyandu

- Pembangunan sarana cuci tangan pakai sabun ( CTPS )


di tempat-tempat umum ( terminal, pasar, alun-alun
dan stasiun )
- Pembangunan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Sekolah
3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam
dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut :

PHBS;

- Lomba K3 (Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban)


- Pengembangan Desa Siaga
- Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun
- Jambore Sanitasi
- Penyuluhan Sanitasi Untuk Industri Rumah Tangga
Tabel 4.5: Tabel Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi

Bab V
Strategi Monitoring
dan Evaluasi
Tujuan teknik monitoring dan evaluasi (monev) dalam SSK yang dilakukan
oleh

Pokja

pemahaman

Sanitasi

Kabupaten

tentang

Muaro

langkah-langkah

Jambi

ini

adalah

persiapan,

memberi

perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan hasil evaluasi program yang telah disepakati


dalam Strategi Sanitasi Kabupaten Muaro Jambi.

Manfaat dari hasil pelaksanaan monev program sanitasi Kabupaten Muaro


Jambi merupakan informasi berharga yang dapat dijadikan pedoman bagi
pimpinan guna meningkatkan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam
usaha pencapaian visi pembangunan sanitasi, yang dapat menjadi acuan
untuk meningkatkan keterampilan petugas monev dalam mengumpulkan
data akurat tentang pelaksanaan program yang dimonitoring dan
dievaluasi sehingga hasil analisisnya dapat dijadikan bahan penyusunan
rekomendasi yang mendasari suatu kebijakan dan strategi sanitasi.
Monev adalah kegiatan monitoring dan evaluasi yang ditujukan pada
suatu program yang sedang atau sudah berlangsung khususnya dalam
pembangunan sanitasi. Monitoring sanitasi merupakan aktivitas yang
dilakukan guna melihat, memantau jalannya organisasi yang mengelola
sanitasi selama kegiatan berlangsung, dan menilai ketercapaian tujuan,
melihat

faktor

sanitasi.

pendukung

Dalam

dianalisis,

hasil

monitoring
analisis

dan

penghambat

(pemantauan)

diinterpretasikan

pelaksanaan

dikumpulkan
dan

program
data

dimaknakan

dan

sebagai

masukan untuk mengadakan perbaikan.


Evaluasi dalam sanitasi adalah proses untuk mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data dan menganalisis data, menyimpulkan hasil yang
telah dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi rumusan kebijakan, dan
menyajikan

informasi

(rekomendasi)

untuk

pembuatan

keputusan

berdasarkan pada aspek kebenaran hasil evaluasi terkait sanitasi.


Program adalah sekumpulan kegiatan yang terencana dan tersistem.
Program terdiri dari komponen-komponen meliputi: tujuan, sasaran,
kriteria keberhasilan, jenis kegiatan, prosedur untuk melaksanakan
kegiatan, waktu untuk melakukan kegiatan, komponen pendukung seperti
fasilitas, alat dan bahan, serta pengorganisasian.
Evaluasi Program adalah proses untuk mengidentifikasi, mengumpulkan
fakta, menganalisis data dan menginterpretasikan, serta menyajikan
informasi untuk pembuatan keputusan bagi pimpinan. Evaluasi program
dilaksanakan

secara

sistematik

seiring

dengan

tahapan

(waktu

pelaksanaan) program untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dan


memberikan umpan balik untuk memperbaiki program.
Perbedaan antara monitoring dan evaluasi adalah monitoring dilakukan
pada saat program masih berjalan sedangkan evaluasi dapat dilakukan
baik sewaktu program itu masih berjalan ataupun program itu sudah
selesai. Atau dapat juga bila dilihat dari pelakunya, monitoring biasanya
dilakukan oleh fihak internal sedangkan evaluasi dilakukan oleh fihak
internal maupun eksternal. Evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh
fakta atau kebenaran dari suatu program beserta dampaknya, sedangkan
monitoring hanya melihat keterlaksanaan program, faktor pendukung,
penghambatnya.
Pada pelaksanaannya, monev haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip
seperti berikut ini.
1. Berorientasi pada tujuan.
Monev hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang
ingin dicapai. Hasil monev dipergunakan sebagai bahan
untuk perbaikan atau peningkatan program pada evaluasi
formatif dan membuat jastifikasi dan akuntabilitas pada
evaluasi sumatif.
2. Mengacu pada kriteria keberhasilan
Monev

seharusnya

dilaksanakan

mengacu

pada

kriteria

keberhasilan program yang telah ditetapkan sebelumnya.


Penentuan kriteria keberhasilan dilakukan bersama antara
para evaluator, para sponsor, pelaksana program (pimpinan
dan staf), para pemakai lulusan (konsumen), lembaga terkait
(dimana peserta kegiatan bekerja).
3. Mengacu pada asas manfaat
Monev sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat yang
jelas. Manfaat tersebut adalah berupa saran, masukan atau

rekomendasi

untuk

perbaikan

program-program

yang

dimonev atau program sejenis di masa mendatang.


4. Dilakukan secara obyektif
Monev harus dilaksanakan secara objektif. Petugas monev dari
pihak eksternal seharusnya bersifat independen, yaitu bebas
dari pengaruh pihak pelaksana program. Petugas monev
internal

harus

bertindak

objektif,

yaitu

melaporkan

temuannya apa adanya.


Ada dua macam pendekatan yang dapat digunakan dalam monev, yaitu:
1. Pendekatan Survei,
Paling tidak, ada empat tujuan yang dapat dicapai melalui
survei, yaitu: deskriptif, eksplanatif, eksploratif, dan prediktif.
Pendekatan survei deskriptif digunakan apabila monev
bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan kondisi
subyek dan atau obyek yang dimonitoring dan evaluasi
(monev).
Pendekatan eksplanatif digunakan bila monitoring dan
evaluasi bertujuan untukmenjelaskan mengapa hal ini
terjadi, atau mengapa terjadi perubahan, atau mengapa
tidak ada perubahan, mengapa program tidak berjalan
lancar, mengapa dampak program tidak seperti yang
diharapkan, dan lain sebagainya. Jadi pada monev
dengan pendekatan eksplanatif pada dasarnya ingin
menjawab pertanyaan mengapa.
Pendekatan

eksploratif digunakan

manakala

monev

bertujuan untuk mengungkap hal-hal yang sebelumnya


tidak dirumuskan dalam tujuan program.

Pendekatan survei prediktif digunakan manakala monev


dilakukan untuk memprediksikan hasil dan dampak
program beberapa tahun yang akan datang dengan
memperhatikan data yang ada saat ini. Pendekatan ini
juga

digunakan

memprediksikan

manakala
dampak

evaluator

suatu

bermaksud

program

dengan

memperhatikan pada proses yang dilakukan saat ini.


2. Pendekatan exspost facto,
Digunakan bila monev dilakukan untuk mencari dampak
suatu program perbaikan yang telah dilakukan di masa
lampau. Dengan demikian, bila monev itu tidak dimaksudkan
untuk mencari dampak akibat perlakuan di masa lampau
maka pendekatan ini tidak disebut dengan exspost facto.
Pemilihan pendekatan ini ditentukan dengan memperhatikan
tujuan dan waktu atau saat monev itu dilakukan. Namun, hal
yang harus diingat adalah monev itu dapat dilakukan pada saat
program

itu

berlangsung

ataupun

program

itu

sudah

berlangsung. Hal ini dapat dipahami karena monev ini terdiri


dari dua kegiatan, yakni monitoring dan evaluasi.
Sebagai suatu proses untuk menghasilkan dan menyajikan
informasi guna mendukung pengambilan keputusan, evaluasi
program dilakukan sejalan dengan tahapan program yang akan
dievaluasi.

Cakupan

evaluasi

meliputi

empat

aspek:

(1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) hasil program, dan (4)


dampak. Setiap tahapan menggunakan jenis evaluasi dan
pendekatan evaluasi yang berbeda.
1. Perencanaan program, meliputi:
a. kondisi lembaga yang akan dievaluasi (kontekstual)
b. tujuan program yang akan dievaluasi

c. isi program kegiatan yang akan dievaluasi


d. jenis dan model evaluasi yang diterapkan
e. metodologi yang digunakan: desain, variabel, teknik
sampling, instrumen, analisis data, diseminasi hasil,
f. strategi pelaksanaan evaluasi: personal yang terlibat
(siapa

evaluator,

siapa

target

evaluasi);

waktu

pelaksanaan evaluasi (berapa lama, dan kapan evaluasi


dilaksanakan); fasilitas diperlukan (sarana, prasarana,
dan alat); dana diperlukan (berapa jumlahnya dan dari
mana sumbernya); instrumen yang digunakan (untuk
mengukur ketercapaian tujuan)
g. Jenis

evaluasi:

Feasibility

Needs

study,

Assessment,

Analisis

Analisis

Futuristik,

Job

SWOT,
Analisis,

Inventory
2. Pelaksanaan program
a. Kemampuan (kriteria) yg dimiliki pelaksana program
b. Keterlaksanaan: partisipasi personal dalam pelaksanaan
program, bagaimana kesesuaian jadwal dengan rencana,
bagaimana

pemanfaatan

penyelenggaraan

program,

masukan,
berapa

bagaimana
prosen

keterlaksanaan dari yang direncanakan.


c. Refleksi dan umpan balik
d. Jenis evaluasi yang diterapkan: monitoring, supervisi,
evaluasi proses, evaluasi formatif, evaluasi sumatif.
3. Hasil program
Hasil yg telah dicapai oleh peserta kegiatan (prosentase dari
program keseluruhan) pada saat program selesai dilakukan

misalnya: penguasaan oleh peserta sesuai kriteria, hasil


yang

dicapai

sesuai

tujuan,

kualitas

(prestasi

belajar,

keterampilan karyawan), produktivitas, efektivitas program


kegiatan, efisiensi penggunaan fasilitas dan sumber dana.
4. Dampak program
a. Dampak yang direncanakan dari hasil program (intended
effect) seperti perubahan perilaku, tersalurnya lulusan,
meningkatnya kinerja peserta pelatihan, kedisiplinan
meningkat setelah selesai pelatihan, perubahan perilaku
disiplin

meningkat,

meningkatnya

animo

masuk

ke

perguruan tinggi, keberhasilan karir


b. Dampak yang tidak direncanakan (unintended side effect)
seperti terjadinya PHK terhadap sejumlah karyawan,
kesenjangan sosial di masyarakat, timbul stress di
kalangan mahasiswa, siswa, karyawan sebagai akibat
dari kebijakan yang diterapkan, dsb.
Monitoring dan evaluasi mulai dilakukan di pada tahun 2014 atau setelah
SSK diresmikan sebagai acuan bagi pemerintah Kabupaten dan dilakukan
secara kontinu dalam membangun sanitasi. Monitoring dilakukan setiap
empat bulan sekali yaitu di bulan April, Agustus dan Desember. Kerangka
waktu ini dipilih untuk menyelaraskan proses Monitoring dan evaluasi
dengan alur perencanaan dan penganggaran daerah.
Dalam strategi sanitasi digunakan pemantauan berbasis hasil (yang
selanjutnya

pemantauan),

dimana

pemantauan

adalah

proses

berkelanjutan dalam mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk


membandingkan bagaimana kinerja program atau kegiatan pada apa
yang diharapkan/direncanakan sesuai dengan yang diusulkan dalam SSK.
Pemantauan sebagai suatu proses tentunya memiliki beberapa tahapan
yang harus dilalui.

Pemantauan

program

dan

kegiatan

sanitasi

yang

dilakukan

oleh

pemerintah Kabupaten Muaro Jambi (SKPD), dapat dilihat dari 5 tahapan


yaitu : 1). Input, 2). activities , 3) output, 4) outcomes, 5) goals (impact).
Input mencakup aspek dana, manusia dan sumber daya lainnya. Aktivitas
menyangkut pelaksanaan program dan kegiatan untuk menghasilkan
keluaran. Output menyangkut keluaran program dan kegiatan. Outcomes
menyangkut dampak/efek antara pada pemanfaat (masyarakat atau
stakeholders).

Sedangkan

impact

(goals)

menyangkut

peningkatan

kesejahtraan masyarakat (bersifat jangka panjang). Yang dimaksud


dengan hasil adalah pada level 4 dan 5, yaitu pada level outcomes dan
impact/goals.

sedangkan yang dimaksud dengan implementasi yaitu

pada level 1, 2 dan 3 (input, aktivitas dan output).


Terdapat perbedaan yang mendasar dari pemantauan tradisional dengan
pemantauan berbasis

hasil.

Pemantauan

tradisional berfokus

pada

implementation monitoring, yang mencakup tracking inputs (Rp, sumber


daya, strategi), aktivitas (apa yang terjadi di tempat), dan output (barang
dan jasa yang diproduksi). Pendekatan ini berfokus pada pemantauan
bagaimana

sebuah program dan

kegiatan

diimplementasikan. Dan

biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap rencana kerja dan


anggaran. Namun pemantauan berbasis hasil mencakup pengumpulan
informasi bagaimana kinerja pemerintah yang efektif. Pemantauan
berbasis

hasil

menunjukkan

jika

program

dan

kegiatan

mencapai

tujuannya.
Jadi perbedaan fundamental adalah terletak pada sampai sejauh mana
pemantauan yang dilakukan. Jika pendekatan tradisional hanya sampai ke
output maka pemantauan hasil sampai pada outcomes dan impact.
Konsep pemantauan berbasis hasil (outcomes dan impact) bersifat
tuntas pada tujuan. Namun bukan sampai disitu pemantauannya,
pemantauan akan dilanjutkan dengan bagaimana korelasi keberadaan
program dan kegiatan itu dengan tingkat kesehatan masyarakat disekitar.
Adapun sasarannya dari pada upaya pencapaian Strategi Sanitasi
Kabupaten (SSK) per komponen dapat dilihat pada Matriks Kerangka Logis
tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1
MatriksMonevImplementasi
Data Dasar
Sasaran

Indikator

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

KOMPONEN AIR LIMBAH DOMESTIK


Tujuan:Menyediakan sarana IPAL dan IPLT sebagai pengolahan limbah terpusat
Rumah
tangga di
area
beresiko
memiliki
akses
terhadap
fasilitas
pengolahan
air limbah

23.950
KK/rumah
tangga
tersambung ke
fasilitas tangki
septik

Hanya
47.623
KK/rumah
tangga dari
90.652
KK/rumah
tangga yang
memiliki
akses
terhadap
fasilitas
sanitasi yang
layak

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

42.079
KK

15 %

10 %

42.079
KK

15 %

10 %

15 %

10 %

Tujuan : Menyediakan sarana pengangkutan lumpur tinja


Rumah
tangga di
area
beresiko
memiliki
akses
terhadap
fasilitas
pengolahan
air limbah

23.950
KK/rumah
tangga
tersambung ke
fasilitas tangki
septik

Hanya
47.623
KK/rumah
tangga dari
90.652
KK/rumah
tangga yang
memiliki
akses
terhadap
fasilitas
sanitasi yang
layak

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Menyediakan sarana pemanfaatan daur ulang lumpur tinja


Rumah
tangga di
area
beresiko
memiliki
akses
terhadap

23.950
KK/rumah
tangga
tersambung ke
fasilitas tangki
septik

Hanya
47.623
KK/rumah
tangga dari
90.652
KK/rumah
tangga yang

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

42.079
KK

Data Dasar
Sasaran

Indikator

fasilitas
pengolahan
air limbah

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

memiliki
akses
terhadap
fasilitas
sanitasi yang
layak

Tujuan : Meningkatkan penguatan regulasi tentang sistem pengelolaan air limbah


Meningkatny
a
pengemban
gan
kerangka
hukum yang
berkelanjuta
n untuk
pengelolaan,
pengoperasi
an dan
pemeliharaa
n fasilitas
pengolahan
air limbah

Perda
pengelolaan
air limbah

Belum ada
peraturan
daerah
tentang
pengolahan
dan
pengelolaan
air limbah

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Meningkatkan penguatan regulasi tentang retribusi pengelolaan air limbah


Meningkatny
a
pengemban
gan
kerangka
hukum yang
berkelanjuta
n tentang
retribusi
pengolahan
air limbah

Perda retribusi
air limbah

Belum ada
peraturan
daerah
tentang
penarikan
retribusi
pengolahan
air limbah

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan kelembagaan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah
Meningkatny
a alokasi
pembiayaan
dalam
pengoperasi

Buku
Putih
Sanita
si
tahun

Data Dasar
Sasaran

1
an dan
perawatan
fasilitas
pengolahan
air limbah
tahun 2019

Indikator

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

2014

Tujuan : Mewujudkan mekanisme pendanaan dari sumber lain (swasta)


Terbukanya
akses
pendanaan
dari pihak
swasta
untuk
pengelolaan
air limbah

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Menyediakan fasilitas sanitasi layak bagi masyarakat di area beresiko sanitasi untuk
mengurangi perilaku BABS
Meningkatny
a kesadaran,
pengetahua
n, kemauan
dan
melaksanak
an perilaku
hidup bersih
dan sehat

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat arti pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Meningkatny
a
pemberdaya
an kepada
masyarakat
untuk
mengelola
dan
pemeliharaa
n drainase
lingkungan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tujuan : Mempromosikan Kesehatan lingkungan masyarakat dan memberikan informasi tentang


pembangunan tangki septik aman

Data Dasar
Sasaran

Indikator

masyarakat
di area
berisiko
mempunyai
tangki septik
suspek
aman yang
memenuhi
standar
teknis dan
kesehatan

25,8%masyara
kat di area
berisiko
mempunyai
tangki septik
suspek aman
yang
memenuhi
standar teknis
dan kesehatan

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

25,8%

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

KOMPONEN PERSAMPAHAN
Tujuan : Meningkatkan penguatan regulasi tentang sistem pengelolaan persampahan
Mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan
pengangkut
an sampah

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri
Tujuan : Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

Tahun 2019

Data Dasar
Sasaran

Indikator

1
pengangkut
an sampah

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan
7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri

Tujuan : Meningkatkan efektifitas sistem manajemen pengelolaan persampahan


Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan
pengangkut
an sampah

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri
Tujuan : Meningkatkan efektifitas mekanisme pembiayaan dan sumber-sumber pembiayaan lain dalam
sistem pengelolaan persampahan
Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

Data Dasar
Sasaran

1
pengangkut
an sampah

Indikator

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan
7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri

Tujuan : Promosi Kesehatan lingkungan masyarakat dan memberikan informasi tentang pengelolaan
persampahan
Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan
pengangkut
an sampah

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri
Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan kelembagaan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan
Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

Data Dasar
Sasaran

1
pelayanan
pengangkut
an sampah

Indikator

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

13%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan

persampahan

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri
Tujuan : Menambah jumlah tenaga/personil pelayanan persampahan
Kabupaten
Muaro Jambi
mendapatka
n akses
terhadap
fasilitas dan
pelayanan
pengangkut
an sampah

70%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
tidak langsung
13%
masyarakat
dilakukan
pelayanan
langsung oleh
sistem
pengangkutan

Hanya 10%
penduduk
yang
terlayani oleh
pengangkuta
n
persampahan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

90%
pendud
uk

7%
masyarakat
melakukan
pengelolaan
sampah
mandiri
KOMPONEN DRAI NASE PERKOTAAN
Tujuan : Meningkatkan penguatan regulasi tentang sistem pengelolaan drainase
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami

Buku
Putih
Sanita
si
tahun

49,6%
kk

Tahun 2019

Data Dasar
Sasaran

1
(tahunan)

Indikator

2
drainase yang
memadai

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

banjir/genang
an

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

2014

Tujuan : Menciptakan lingkungan permukiman yang bersih, sehat, nyaman dan bebas genangan
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tujuan : Meningkatkan jaringan drainase yang memadai di area berisiko untuk mengurangi genangan
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tujuan : Meningkatkan efektifitas mekanisme pembiayaan dan sumber-sumber pembiayaan lain dalam
pembangunan dan pengembangan jaringan drainase
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tujuan : Mewujudkan mekanisme pendanaan dari sumber lain


Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat arti pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
terhadap pengelolaan drainase

Data Dasar
Sasaran

1
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

Indikator

2
7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

Tujuan : Mempromosikan Kesehatan lingkungan masyarakat dan memberikan informasi pengelolaan


drainase
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan kelembagaan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan drainase
Rumah
tangga di
area berisiko
mengalami
banjir rutin
(tahunan)

7.213 ha
kawasan
permukiman
mempunyai
jaringan
drainase yang
memadai

Hanya 50,4%
rumah
tangga yang
tidak
mengalami
banjir/genang
an

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

49,6%
kk

PROHISAN
Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan
Masyarakat
di area
berisiko
tidak
melakukan
kegiatan
cuci tangan
pakai sabun
di lima
waktu
penting

65,3%
masyarakat
melakukan
CTPS di lima
waktu penting

Hanya
sebanyak
34,7%
masyarakat
saja yang
melakukan
CTPS di lima
waktu
penting.

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

65,3%

Tujuan : Menyediakan fasilitas sanitasi yang layak bagi masyarakat di area berisiko untuk mengurangi

Data Dasar
Sasaran

Indikator

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

55,1%

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

perilaku BABS
Masyarakat
terbebas
dari BABS

55,1%
masyarakat
tidak lagi
melakukan
BABS

Sebanyak
44,9%
masyarakat
sudah tidak
melakukan
BABS lagi

Tujuan : Menyediakan sarana air bersih masyarakat yang berada di area berisiko
Masyarakat
terbebas
dari BABS

55,1%
masyarakat
tidak lagi
melakukan
BABS

Sebanyak
44,9%
masyarakat
sudah tidak
melakukan
BABS lagi

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

55,1%

Tujuan : Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemilahan sampah


Masyarakat
melakukan
pemilahan
sampah

85,6%
masyarakat
melakukan
pemilahan
sampah

Masyarakat
yang
melakukan
pemilahan
sampah
hanya
sebanyak
14,4%

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

85,6%

Tujuan : Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan saluran pembuangan


Dilingkungan
masyarakat
terjadi
pencemaran
oleh SPAL

48,4%
dilingkungan
masyarakat
tidak lagi
terjadi
pencemaran
oleh SPAL

40 unit SD/MI
mempunyai
sumber air
bersih yang
tidak
berfungsi
dengan baik
(bahkan tidak
mempunyai
sarana
sumber air)

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

48,4%

Tujuan : Menyediakan dan meningkatkan kualitas sarana air bersih di sekolah


40 unit

40 unit SD/MI

40 unit SD/MI

Buku

40 unit

Data Dasar
Sasaran

1
SD/MI

Indikator

2
mempunyai
sarana air
bersih dan
berfungsi
dengan baik

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

mempunyai
sumber air
bersih yang
tidak
berfungsi
dengan baik
(bahkan tidak
mempunyai
sarana
sumber air)

Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tahun 2019

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

SD/MI

Tujuan : Meningkatkan kualitas sarana CTPS di sekolah dan menyediakan sarana CTPS di sekolah
30 unit
SD/MI

30 unit SD/MI
mempunyai
sarana CTPS
yang layak dan
berkualitas

Sebanyak 30
unit fasilitas
Cuci Tangan
Pakai Sabun
(CTPS) yang
tidak
berfungsi di
tingkat
Sekolah
Dasar/MI
bahkan tidak
terdapat
sarana cuci
tangan

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

30 unit
SD/MI

Tujuan : Meningkatkan kualitas sarana dan pelayanan sistem pengelolaan sampah disekolah yang
berwawasan lingkungan
30 unit
SD/MI

30 unit SD/MI
terdapat
sarana
pengelolaan
sampah

30 unit
Sekolah
Dasar/MI
fasilitas
pengolahan
sampahnya
tidak
berfungsi
dengan baik

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

30 unit
SD/MI

Tujuan : Meningkatkan kualitas sarana jaringan drainase disekolah yang berwawasan lingkungan
40 unit
SD/MI

40 unit SD/MI
mempunyai
saluran
drainase yang

40 unit
Sekolah
Dasar/MI
yang

Buku
Putih
Sanita
si

40 unit
SD/MI

Data Dasar
Sasaran

Indikator

2
layak

Tahun 2015

Sumb
er &
Tahun

Target

Nilai

mempunyai
saluran
drainase
tidak
berfungsi
dengan baik
(tidak
mempunyai
saluran
drainase)

Renca
na

Realisa
si

Renca
na

Realisa
si

tahun
2014

Tujuan : Menyediakan dan meningkatkan kualitas toilet guru di sekolah


toilet guru
SD/MI

15% toilet
guru SD/MI
mempunyai
kualitas yang
baik

Sebanyak
15% dengan
kondisi toilet
guru SD/MI
kurang baik

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

15%

Tujuan : Menyediakan dan meningkatkan kualitas toilet siswa di sekolah


toilet siswa

19% toilet
siswa
berfungsi
dengan baik

oilet siswa
sebanyak
19% dengan
kondisi
kurang baik

Buku
Putih
Sanita
si
tahun
2014

Tahun 2019

19%

Terakhir Diperbaharui ( Kamis, 25 Juni 2015 14:02 )


@Copyright BAPPEDA KABUPATEN MUARO JAMBI 2015. All Right Reserved Jl.
Lintas Timur, Komplek Perkantoran Pemda Bukit Cinto Kenang Sengeti Telp.(0741)
590026, 590037 Fax. (0741)590008

You might also like