Professional Documents
Culture Documents
Kasus
Seorang wanita, umur 20 tahun, suku Jawa, datang ke UGD RSUP Sanglah
Denpasar pada tanggal 15 Februari 2013, jam 23.30 Wita dalam kondisi tidak sadar
dengan membawa rujukan dari RS Graha Asih dengan observasi konvulsi dan
intoksikasi alkohol. Pada heteroanamnesis pada tetangga pasien yang mengantar,
didapatkan pasien ditemukan tidak sadar sekitar 12 jam sebelum MRS. Pasien
sempat dibawa ke RS Graha Asih dan mengalami kejang dengan gambaran seluruh
tubuh menghentak-hentak, mata mendelik keatas, serta mulut berbusa, kejang ini
berlangsung beberapa kali di sana serta sempat juga mengompol. Pasien akhirnya
dirujuk ke RSUP Sanglah dengan sebelumnya sudah mendapatkan terapi infus ringer
laktat 28 tetes permenit, diazepam 5 mg intra vena, sirup antasida, vit B kompleks
intra vena, serta oksigen. Pasien pada awalnya diterima di bagian Saraf dan
kemudian dikonsulkan ke bagian Penyakit Dalam. Riwayat penyakit dahulu
(didapatkan dari keluarga pasien yang datang dari Jawa Barat, pada tanggal 18
Februari 2013). Pasien dikatakan tidak pernah mengalami kejang sebelumnya, tidak
ada riwayat epilepsi, dan sepengetahuan keluarga tidak pernah ada riwayat trauma
kepala sebelumnnya. Riwayat sosial pasien bekerja di sebuah tempat hiburan
(karaoke) dan diketahui memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol. Pasien
meninggalkan keluarganya di Cirebon Jawa Barat dan hidup sendiri di Denpasar
selama 5 tahun, Riwayat pemakaian narkotika tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesan sakit berat, kesadaran soporo coma
dengan GCS E2V2M5, tekanan darah 120/90 mmHg, pernafasan 24x/menit,
temperatur 38,2C, frekuensi nadi 84x/m kuat. Status gizi baik (berat badan 55 kg,
tinggi badan 160 cm) Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan mata tidak anemis
dengan reflek pupil +/+ ukuran pupil 2cm/2cm isokor, tidak didapatkan sianosis
pada bibir, tidak didapatkan pembesaran kelenjar pada leher. Pada pemeriksaan fisik
toraks, paru dan jantung tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan fisik abdomen
tidak ditemukan distensi, massa, nyeri tekan maupun asites. Hepar dan lien tidak ada
pembesaran, dengan bising usus normal. Ekstremitas atas dan bawah dalam batas
normal. Pemeriksaan fisik neurologis (oleh sejawat bagian Saraf) tidak didapatkan
tanda perangsangan selaput otak, kaku kuduk-, Kernigs sign-, Brudzinski neck dan
leg sign-.
Hasil laboratorium pada tanggal 16 Februari 2013, wbc 16,38 x 103/l,
neutrofil 14,37 x 103/l, limfosit 0,97 x 103/l, monosit 0,97 x 103/l, eosinofil 0,00
x 103/l, basofil 0,04 x 103/l, hemoglobin 11,45 g/dl, MCV 87,33, MCH 29,07,
hematokrit 34,42 dan trombosit 228,3 x 10 3/l. BUN 10,81 mg/dl, SC 0.61 mg/dl,
natrium 141 mmol/l, kalium 2,90 mmol/l, SGOT 25,95 U/L, SGPT 14.10 U/L,
klorida 104,2, kalsium 8,024.
Pada hasil analisa Gas Darah didapatkan pH 7,49, pO2 35, pCO2 58, HCO3
26,70, BE 3,40, SaO2 92.
Pada pemeriksaan foto toraks tanggal 16 Februari 2013 didapatkan jantung
dan paru dalam batas normal.
Pada hari kempat perawatan kondisi kesadaran pasien menurun dan pasien
mengalami beberapa kali kejang, dilakukan pemeriksaan urine serta foto thorak
ulang, direncanakan dialisis tapi keluarga pasien menolak.
Pada hari kelima perawatan dari hasil evaluasi divisi paru, didiagnosis
sebagai pneumonia aspirasi dengan kondisi sepsis dan hipoxemia serta diberikan
antibiotik Cefoperazon Sulbactam 2 x 1 gram intravena dan klindamisin 4 x 600 mg,
dan dari sejawat bagian Saraf dikonsulkan untuk perawatan intensif, namun keluarga
menolak. Kondisi pasien tidak sadar dalam pengaruh obat (diazepam) dan pasien
masuk status konvulsi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
110/70mmHg, nadi 100x/m, suhu aksila 39,5C dan pada auskultasi paru didapatkan
rhonki di daerah paracardial kanan.
Hasil laboratorium pada hari kelima perawatan (21 Februari 2013), wbc
14,59 x 103/l, neutrofil 13,46 x 103/l, limfosit 0,63 x 103/l, monosit 0,39 x 103/l,
eosinofil 0,01 x 103/l, basofil 0,01 x 103/l, hemoglobin 11,20 g/dl, MCV 89,20,
MCH 28,60, hematokrit 35,20 dan trombosit 275 x 10 3/l. BUN 10,00 mg/dl, SC
0.51 mg/dl, natrium 138 mmol/l, kalium 2,90 mmol/l, kalsium 7,10. Pada analisa
gas darah didapatkan pH 7,41, pO2 43, pCO2 58, HCO3 27,30, BE 2,70, SaO2 90.
Pada hari keenam perawatan kondisi pasien semakin menurun dengan
diagnosis Penurunan kesadaran ec sepsis + intoksikasi methanol dd/ zat adiktif lain,
Pneumonia aspirasi dengan sepsis, syok sepsis, dan gagal nafas, ODS toxic optik
neuropathy dan eksposure keratitis, dengan terapi dari bagian Penyakit Dalam O 2 10
lpm, Infus NaCL 0,9 % 30 tetes/menit, diet sonde 6 x 200cc, Drip Norepinefrin 0,05
mikrogram/KgBB/menit
(titrasi
naik),
Cefoperazon
Sulbactam
2x1gram,
Klindamisin 4x500 mg, ambroksol syr 3x1 sendok makan, nebulizer salbutamolIpraprotium bromida + bromheksin @ 6 jam, suction @ 3 jam, paracetamol drip 3 x
1000 mg. Gambaran radiologis thorak menunjukan gambaran Pneumonia dengan
kecurigaan terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Pada jam 18.45 Wita hari keenam perawatan pasien dilaporkan sudah tidak
ada respon, GCS E1V1M1, dengan tekanan darah tak terukur, denyut jantung 176
x/menit lemah dengan pernafasan 34 x/menit. Dilakukan pemasangan orotracheal
tube dan diberikan tekanan positif. Dengan dihadiri sejawat anestesi, jantung,
penyakit dalam serta DPJP bagian Saraf, keluarga menolak resusitasi, setelah
beberapa kali mengalami periode apneu, pasien akhirnya dinyatakan meninggal pada
jam 21.30 dengan syok sepsis sebagai penyebab kematian.
dapat
diabsorbsi
kedalam
tubuh
melalui
saluran
dimetabolisme
di
hati.
Sekitar
3%
dari
methanol
saluran
cerna
terutama
lemak
dan
protein
akan
oksidasi.
memetabolisme
10
gms
Secara
normal,
methanol
murni,
tubuh
jika
dapat
dikonsumsi
ethanol
murni,
dapat
saraf
atropi
optik
saraf optik.
dimana
terjadi
hiperemi,
edema
dan
laboratorium
didapatkan
rendahnya
kadar
10
Hipertensi tetap mencurigai pasien dengan intoksikasi methanol. Pada pasien ini
hanya didapatkan kelainan elektrolit berupa hipokalemia.
Dapat juga terjadi peningkatan osmolar gap (osmolaritas terukur
osmolaritas terhitung), walaupun hal ini bukan merupakan temuan yang
spesifik karena hanya menunjukkan adanya suatu larutan dengan berat
molekul rendah seperti etanol, alkohol lain, mannitol, glisin, lemak atau
protein (7).
Diagnosis definitif dari keracunan methanol dapat dilihat dari peningkatan
kadar
methanol
serum
chromathography
namun
yang
hal
ini
dapat
diukur
dengan
gas
bilateral
dengan
derajat
perdarahan
yang
bervariasi.
adalah
frontal
atau
oksipital.
MRI
dapat
digunakan
untuk
pada
putamen,
dimana
juga
terdapat
11
otak yang khas yaitu nekrosis putamen bilateral, terutama mengenai bagian lateral
dari nuklei. Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan nekrosis hemoragik yang
melibatkan centrum semiovale, khususnya bagian subkortikal. Selain itu dapat juga
terjadi kerusakan pada substansia alba dan putamen, yang dapat diidentifikasi
dengan CT atau MRI (7).
12
Gambar 6: CT Scan Pre (A) dan Post kontras (B) pada hari ke 24 menunjukkan
hilangnya volume putamen secara bilateral dan adanya lesi putamen dan subkortikal
(9)
Gambar 7: fotografi fundus 2 bulan setelah intoksikasi methanol memperlihatkan
atropi optic dengan cakram optic yang terlihat glaucomatous dan penyempitan
lingkaran neuroretina dengan 0,9 cup pada (a) mata kanan, dan 0,7 cup pada (b) mata
kiri (10)
13
toksik
metanol.
Ter a p i
etanol
diindikasikan
pada
>20 mOsm/L.
14
15
alkohol
pembentukan
dehidrogenase
produk-produk
untuk
menekan
toksiknya,
dialysis
kondisi
sepsis
dan
gagal
nafas
sebagai
penyebab
Poisoning
O v e r v i e w.
Ava i l a b l e
at:
http://www.antizol.com/mpoisono.htm
3. Bertram G Katzung. Alkohol. In Farmakologi Dasar dan Klinik,
edisi VI. PP.369-379. E G C , 1 9 9 8
4. Kraut J.A, Kurtz I. Toxic Alkohol Ingestions: Clinical Features, Diagnosis
and Management. Clin J Am Soc Nephrol.2008;3:208-225
5. Methanol. Available. Available at http//www.wikipedia.com/
6. Olson K.R. Ethanol. In : Anderson I.B, Benowitz N.I, Keamey T.E, Osterloh
J.D,Woo O.F. Poisoning & Drug Overdose. A Lange Clinical Medical
Manual. United States of America.1994. PP 160-161
7. Methanol
Intoxication
Available:
http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm
8. M e t h y l
Ava i l ab l e
Alcohol
Poisoning.
: http://www.jpgmonline.com/article.asp?issn=0022-
16
3859;year=1984;volume=30;issue=2;spage=69;epage=74;aulast=Ravichandr
an
9. Final
Diagnosis-Methanol
Poisoning
Available:
http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html
10. Methanol Intoxication with Putaminal and White Matter Necrosis: MR and
CT findings. Available:http://www.ajnr.org/cgi/reprint/16/7/1492.pdf
11. CT and MR Imaging Findings in Methanol Intoxication. Available:
http://www.ajnr.org/cgi/reprint/27/2/452.pdf (accesed:2008jan 23)10.
12. Ocular manifestasions and MRI findings in a case of methanol poisoning.
Available:http://www.nature.com/eye/journal/v19/n7/fig_tab/6701641f2.html
?url=/eye/journal/v19/n7/full/6701641a.html#figure-title
13. Henderson W.R, Brubacher J. Methanol and Ethylene Glycol Poisoning :A
Case Study and review of current literature. Janvier.2002;4:34-40
14. Abramson S, Singh A.K. reatment of the Alcohol Intoxications: Ethylene
Glycol,
methanol
hypertension.2000;9;695-701
*********