You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA YANG SEDANG MENGASUH ANAK


Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
Tujuan Instruksional khusus :
Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga yang sedang mengasuh anak
(child bearing).
3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang sedang
mengasuh anak (child bearing).
4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
5. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga yang sedang mengasuh
anak (child bearing).
6. Menjelaskan peran perawat pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child
bearing).
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan.
Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan kelahiran pertama anak mereka, tapi agak
takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena
ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuatbuat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di rumah dengan bayinya setelah tinggai di
rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peranperan mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada
mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orangtua baru ; kurangnya
bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional perawatan kesehatan yang
bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3

hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan
beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja, selain merawat bayi.
Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan pelahiran
yang lama dan sulit atau seksio besar.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap
anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam
kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah setiap
anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru. Selain
seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir.
Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan hidup dan juga sebagai
ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh
kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan yang
menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik
laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada
istrinya bahwa ia membawa ke rumah seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama
derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan suatu perkembangan kritis bagi
semua yang terlibat.
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan yang
teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya sebagai
perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya tidak
sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua
merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan
perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran dalam
menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan
untuk menjadi orang tua dan banyak sekali mitos berbahaya yang tidak realistis
meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi
orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan
dalam transisi peran mempengaruhi hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan
bayi secara merugikan.

Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki


pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah
dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan alat
kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya biaya perawatan
dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap siklus awal
kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).
A. Masa Transisi menjadi Orangtua.
Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering
merupakan krisis keluarga,

sebagaimana yang digambarkan secara konsisten pada

penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ; Hobbs dan
Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).
Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga, LeMaster,
1957, dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran anak pertama,
mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota (berusia 25 25
tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis. Ia menemukan
bahwa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya masalah-masalah
sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa. Masalah-masalah yang
paling lazim dilaporkan adalah :
1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)
2. Terhadap peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri.
3. Interupsi dalam jadwal yang kontinu begitu lelah sepanjang waktu, merupakan
sebuah kometar khas).
4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
Akan tetapi, studi-studi belakangan ini, Hobbs dan Cole (1976), tidak menemukan
pasangan yang melaporkan krisis ekstensif sebanyak yang dilaporkan oleh LeMaster.
Studi-studi tentang keluarga dalam krisis menyatakan bahwa keluarga-keluarga
mempunyai pemikiran yang salah dan idealis tentang menjadi orang tua sebelum

kelahiran anak pertama dan kekuatan perkawinan menurun secara tajam dengan lahirnya
anak pertama (Miller dan Solye, 1980)
Clark, (1966) melakukan sebuah studi tentang keluarga secara kelahiran seorang bayi
baru menyatakan kesulitan dalam penyesuaian diri menyangkut orangtua dan kebutuhan
yang penting setelah kelahiran terhadap kesinambungan pelayanan keperawatan di rumah
dan di klinik.
Sebuah studi penting yang lain menyangkut transisi pasangan menjadi langka dilakukan
oleh La Rossa, (1981). Para peneliti ini mengkonseptualisasikan proses transisi seperti
yang dijelaskan dengan baik oleh model konflik, dimana terdapatnya waktu luang,
konflik kepentingan diantara orangtua, legitimasi terhadap penentuan masalah-masalah
perkawinan menyebabkan konflik antara kedua orangtua.
Miller dan Myers Walls (1983), berdasarkan atas tinjauan studi mereka terhadap
orangtua, meringksa stressor mengasuh anak yang spesifik yang diidentifikasi dalam
penelitian. Stressor yang paling sering disebutkan adalah sedikitnya kebebasan pribadi
karena tanggungjawab menyangkut anak, selain itu diidentifikasi juga kurangnya waktu
dan persahabatan dalam perkawinan. Bahkan lebih banyak tekanan perkawinan
dilaporkan pada pasangan yang sulit memiliki anak atau pasangan memiliki anak dengan
masalah kesehatan yang serius atau cacat.

B. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas yang penting (tabel 5).
Suami, istri, dan bayi semuanya belajar peran-peran yang baru sementara keluarga inti
memperluas fungsi dan tanggungjawab. Ini meliputi penggabungan tugas perkembangan
yang terus menerus dari setiap anggota kelurga dan keluarga secara keseluruhan (Duvall,
1977).

Tabel 1. Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak
dan Tugas-Tugas Perkembangan yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga sedang mengasuh anak

Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Membentuk keluarga muda sebagai
sebuah

unit

yang

mantap

(mengintegrasikan bayi baru ke


dalam keluarga).
2. Rekonsiliasi

tugas-tugas

perkembangan yang bertentangan


dan kebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan

hubungan

perkawinan yang memuaskan.


4. Memperluas persahabatan dengan
keluarga

besar

dengan

menambahkan peran-peran orangtua


dan kakek dan nenek.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)
Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam organisasi
keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri harus dibedakan untuk memenuhi tuntutantututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara pemenuhan tanggungjawab ini
bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola yang umum adalah untuk
orang tua agar menerima peran-peran tradisonal atau pembagian tanggungjawab (La
Rossa dan La Rossa, 1981).
Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali dalam
tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat kembali berkenaan menjadi kakek nenek dan
hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt, 1988).

Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga yang
mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai orangtua bagaimana kedua orangtua
berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respons bayi tersebut.
Klaus dan Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967), dan yang lainnya menguji
dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal setelah melahirkan ; hubungan positif
antara orangtua anak pada hubungan orangtua dan anak di masa datang. Sikap orangtua
tentang mereka sendiri sebagai orangtua, sikap mereka terhadap bayi mereka,
karakteristik komunikasi orangtua dan stimulasi bayi (Davis, 1978) adalah bidang-bidang
terkait yang perlu dikaji.
Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab orangtua yang baru
biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu daripada ayah. Anak merupakan realita pada
calon ibu dari pada ayah, yang biasanya mulai merasa seperti ayah pada saat kelahiran,
tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu (Minuchin, 1974). Ayah seringkali tetap
netral pada awalnya sementara wanita secara cepat menyesuaikan diri dengan struktur
keluarga yang baru.
Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan dalam proses
perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan peran yang penting ini
dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional mereka. Sayangnya, kesadaran
yang meningkat tentang peran penting yang dipangku ayah dalam perawatan anak dan
perkembangan anak telah menimbulkan keterlibatan ayah yang lebih besar dalam
perawatan bayi dikalangan kelas menengah (Hanson dan Bozett, 1985).
Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka dalam
berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah terus menerus dan tugas-tugas
perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara keseluruhan, dan
mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5 tahap perkembangan
secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase kehidupan keluarga ini. Pertama,
selama bayi, orangtua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang dikekspresikan oleh bayi
untuk mengutarakan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan setiap anak lahir berturut-turut,

orangtua akan mengalami tahap yang sama ini sehingga mereka menyesuaikan setiap
isyarat-isyarat unik bayi.
Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima pertumbuhan
dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain khususnya orangtua
yang baru memiliki anak pertama membutuhkan bimbingan dan dukungan. Orangtua
perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan
keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air (toilet training). Mereka perlu memahami
konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang saat yang tepat untuk mengajar
mereka. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugastugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.
Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya anak, dimana
pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami istri maupun sebagai orangtua.
Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis. Feldman (1961)
mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih sedikit, pembicaraan
yang merangsang lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan yang menurun.
Beberapa orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya tanggungjawab, khususnya
mereka yang suami maupun istri sama-sama bekerja secara penuh.
Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk masalah dan
perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting. Pasangan harus terus
memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual dan juga berbagi dan
berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai orangtua.
Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan selama 6
minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa berikutnya umum
terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam peran barunya,
keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga perasaan suami bahwa ia
tersingkir oleh bayinya.

Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga serangkai.


Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikasi dari bayinya.
Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi ketidaknyamanan, rasa lapar,
rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih.

Dan bayi mulai memberikan respon

terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang kemudian diterima dan dikuatkan oleh
orangtua.
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum
6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka untuk mendiskusikan jarak
kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutan-tuntutan keluarga dan pribadi
yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak
rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.
Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam keluarga besar dan
dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba mendukung dan membantu
orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya, meskipun kakek nenek dapat
menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua baru, namun kemungkinan konflik
tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapan-harapan yang ada antar generasi
tersebut.
Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial untuk
mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga muda
perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus menerima
bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada sumber-sumber
dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).
Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral
keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan pasangan dengan
kekuatan dan tenaga bagi bayi dan satu sama lain. Tuntutan-tuntutan dan tekanantekanan yang bertentangan, seperti antara loyalitas ibu terhadap bayi dan terhadap suami,

merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik semacam ini dapat menjadi
sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus kehidupan ini.
C. Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang
terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalahmasalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga
berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya
hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah
inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang
bekerja,

hubungan

akan-orangtua,

masalah-masalah

mengasuh

anak

termasuk

penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang
tua.

Kemungkinan diagnosa
Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Disfungsi seksual
Gangguan tumbuh kembang
Menyusui tidak efektif
Resiko cidera
Perubahan penampilan peran
Gangguan komunikasi verbal

Peran perawat
Monitor perawatanprenatal dan perujukan untuk masalah-masalah kehamilan
Konselor pada nutrisi prenatal

Konselor pada kebiasaan maternal prenatal


Pendukung amnionsintesis
Konselor pada menyusui
Koordinator dengan layanan pediatrik
Penyelia imunisasi
Perujukan ke layanan-layanan tenaga sosial

10

You might also like