You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan Rahmad dan
Karunia-Nya sehingga makalah ini bisa kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah FILSAFAT UMUM.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
SWA, yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya di Yaumul Kiamah.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen M. Riono Al
Fata selaku Dosen Pembimbing maka kuliah filsafat umum atas perantara beliau
kelompok kami bisa menyusun Makalah Filsafat Helenisme dan Romawi ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk tersusunnya Makalah ini
sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkati usaha yang baik kita semua.
Amin . . .

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang Permasalahan...............................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Aliran Stoa.............................................................................................
B. Aliran Spicurus......................................................................................
C. Aliran Skeptisme...................................................................................
D. Neo Platonisme..................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pada perkembangannya, Ilmu Filsafat memiliki banyak kajian pemikiran
yang berbeda antara tokoh filsuf yang satu dengan tokoh filsuf yang lain.
Seperti halnya pada fase Helenisme dan Romawi, yang juga terdapat
berbagai pendapat dan aliran filsafat yang berbeda dengan berbagai tokoh
sebagai pendiri aliran-aliran tersebut.
Aliran Stoa dan aliran Spiricus, untuk menyempurnakan moral manusia
dan mencapai kesenangan hidup. Filsafat dibagi menjadi 3 bagian penting yaitu
logika, fisika dan etika. Pada aliran Skeptis ada 2 sekolah Skeptis, yaitu
Pyrrohon dan Akademi. Kemudian muncul aliran Neo Platonisme yang
merupakan rangkaran terakhir dari fase Hellenisme dan Romawi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemikiran filsafat pada fase Helenisme dan Romawi ?
a.

Aliran Stoa

b.

Aliran Spiricus

c.

Aliran Skeptisme

d.

Neo Platonisme

C. Tujuan Penulisan
Untuk memahami perkembangan pemikiran filsafat pada fase Helenisme
dan Romawi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Stoa
Aliran Stoa didirikan di Athena oleh Zeno dari Kition (133 - 266 - 5 M).
Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 SM dan meninggal di Athena pada tahun
254 SM. Ia mencapai umur 76 tahun.
Awalnya Zeno adalah seorang saudagar yang sering berlayar. Pada suatu
waktu kapalnya pecah di tengah laut namun jiwanya masih tertolong namun
hartanya habis sama sekali. Karena itu ia berhenti berniaga dan pergi belajar
filsafat. Berturut-turut Zeno mendapatkan pelajaran filsafat di Kynia dan
Megaria dan akhirnya masuk akademi di bawah pimpinan Xenokrates, murid
Palto. Setelah keluar dari akademi Zeno mendirikan sekolah sendiri yang diberi
nama Stoa, yang diambil dari bahasa Grik yang berarti ruangan.
Seperti kaum Epicurus kaun Stoa membagi filsafat menjadi 3 bagian
yaitu logika, fisika dan etik. Logika dan fisika umumnya digunakan sebagai
dasar etik, sedangkan etik memberikan petunjuk tentang sikap yang baik dalam
kehidupan. Menurut mereka tujuan filsafat ialah menyempurnakan moral
manusia dan diantaranya pengikut aliran Stoa adalah Marcus & Efektus.
1.

Logika
Logika menurut kaum Stoa memperoleh kreterium tentang
kebenaran. Mereka juga menggunakan teori reproduksi dan demokritas. Apa
yang di pikiran tak lain dari yang telah diketahui sebelumnya dengan
pemandangan.
Menurut kaum Stoa ucapan Aristoteles dalam dalilnya belum
dipastikan kebenarannya. Karena kenyataannya isi pemandangannya itu
terletak pada pikiran, bukan suatu petitio principil, yaitu menerima sebelum
diterangkan.
Kaum Stoa bertentangan dengan pendapat Plato dan Aristoteles yang
mengatakan bahwa pengertian itu mempunyai realita dan ada dasarnya.
Sedangkan menurut kaum Stoa, pengertian umum itu tak ada realitanya,
semuanya halnya cetakan pikiran yang subyektif. Pendapat kaum Stoa ini
seperti yang di dalam filsafat pendapat Nasionalisme sebagai lawan
realisme.

2.

Fisika
Dalam aliran Stoa, fisika juga memberikan pelajaran tentang teologi
tidak hanya tentang alam. Menurut kaum Stoa, alam ini ditentukan oleh
suatu kuasa yang disebut Lagos (pikiran semesta). Oleh sebab itu kejadiankejadian di alam ditentukan oleh hukum alam yang berjalan oleh sebab itu
manusia tidak dapat mengelakkan.
Fisika kaum Stoa ini menjadi pandangan hidupnya. Oleh karena itu
semua yang terjadi di alam ini berlaku menurut hukum alam dan ratio,
adanya Tuhan untuk keselamatan manusia.

3.

Etik
Etika menurut kaum Stoa adalah mencari dasar-dasar untuk hidup
yang tepat dan melakukan dasar itu dalam kehidupan, untuk mengatasi
segala kesulitan dan memperoleh kesenangan pendapat kaum Stoa, tujuan
hidup tertinggi ialah memperoleh harta yang besar nilainya.
Kaum Stoa mengatakan, bahwa moral itu sempurna kalau kesenangan
masyarakat. Sesuai itu mereka berpendapat persekutuan sosial manusia,
yaitu negara. Kedua keadilan. Sebagai politik nasional kaum Stoa akan
menjadi warga negara pertama dari negara ideal itu.
Negara di dunia itu, sebagaimana terbentuk dalam kalangan orang
yang bijaksana, tidak bertentangan dengan negara yang terbentuk dalam
sejarah.

B. Aliran Spicurus
Tokoh aliran ini bernama Epicurus. Ia dilahirkan di Samos dan meninggal
di Athena. Epicurus berlainan dengan Aristoteles, ia tidak memiliki perhatian
pada penyelidikan ilmiah. Ia hanya mempergunakan pengetahuan yang
diperolehnya dari penyelidikan yang sudah dikenal, sebagai alat membebaskan
manusia dari ketakutan agama, yaitu takut pada dewa.
Sebagai orang dari Yonia ia banyak mengemukakan pandangan filosofi
alam milesia yang bersifat atheis dan terutama memakai teori demokritas.
Menurut pendapat Epicurus, filosofi harus merintis jalan mencapai kesenangan
hidup filosofinya dibagi dalam tiga bagian yaitu logika, fisika dan etik. Ajaran
logikanya menjadi dasar fisika yang diajarkan, fisika sebagai dasar etik.

1.

Logika
Epicurus dalam menyebut logika dengan istilah kononika. Logika
harus melahirkan norma untuk pengetahuan dan kreteria untuk kebenaran.
Norma dan kriteria diperoleh dari pemandangan. Menurut kaum Spicurus
semua yang kita pandang adalah benar dan pandangan menurutnya bukan
hanya yang kita lihat tetapi juga fantasi an gambaran angan-angan. Sesuai
dengan pendapat dekokritos, bahwa pemandangan itu tidak lain dari cetakan
atau gambaran yang sudah ada. Maksudnya apa yang tampak itu yang sudah
ada di alam.
Epicurus tidak suka pada teori-teori tentang bentuk pengertian dan isi
pengetahuan. Ia menolak segala metode untuk menyatakan kebenaran yang
menurutnya tak dapat disangkal. Ia tidak mau sugisme yang begitu cerdas
disusun Aristoteles. Menurutnya itu tidak perlu karena dalil itu tidak dapat
menggantikan pemandangan yang diperoleh dari pengalaman.

2.

Fisika
Dari ajaran fisika, Epicurus hendak membebaskan manusia dari
kepercayaan pada dewa-dewa. Dengan ajaran itu dinyatakan bahwa dunia
ini tidak dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh
hukum fisika. Jiwa manusia tidak akan hidup setelah mati. Manusia
hidupnya tidak akan bahagia karena terganggu dengan 3 hal yaitu, takut
akan marah dewa, takut mati dan takut nasib. Menurutnya manusia tak perlu
takut dengan amarah dewa karena dunia ini hanya karena gerak atom bukan
karena dewa dan kita juga tidak perlu takut mati sebab jiwa juga turut mati,
sebab tanpa badan, tak ada jiwa pula, dan juga tidak perlu takut pada nasib
sebab segala kejadian di dunia ini ditentukan oleh gerak atom, bagaimanapun juga kita tidak bisa merubahnya.

3.

Etika
Etika

ialah

mencari

kesenangan

hidup.

Kesenanganhidup

menurutnya ialah barang yang tertinggi nilainya. Mencari kesenangan hidup


tidak berarti memiliki kekayaan dunia yang banyak. Tindakan seperti itu
tidak akan membawa kesenangan hidup. Kesenangan hidup berarti
kesenangan badaniah dan rohani, yang paling penting dan paling mulia
adalah kesenangan jiwa. Karena kesenangan jiwa meliputi masa sekarang,
masa lampau dan masa yang akan datang.

Tujuan etik Epicurus ini tidak lain dari didikan memperkuat jiwa
untuk menghadapi segala rupa keadaan. Pengikut Epicurus ini tidak
mengeluh dan menangis pada meninggalnya orang yang dicintainya.
Keteguhan jiwa ini diperoleh dari keinsyafan, bahwa mati itu tidak ada,
yang tidak ada, tidak bernilai, tidak perlu dirindukan.
C. Aliran Skeptisme
Skeptisme artinya ragu-ragu, sak wangsa sangsi. Aliran ini berpendapat
bahwa di bidang tereroris manusia tidak akan sanggup mencapai kebenaran.
Menurutnya agar manusi berbahagia, haruslah tidak mengambil keputusan yang
pasti namun harus selalu ragu-ragu. Mereka tidak mau menerima ajaran yang
datang dari ahli filosuf masa lampau.
Sebenarnya ajaran ini tidak konsekuen pada pendapat sendiri sebenarnya
dengan tidak sadar ia sudah mengambil kesimpulan yang tidak ragu-ragu. Pada
masa ini ada sekolah skeptisme yang dalam beberapa hal berbeda dalam
memberi maksud sikap ragu-ragu. Dua sekolah itu ialah Pyrrhon dan Akademi.
1.

Sekolah Skeptis Pyrrhon


Sekolah ini terdapat di elis yang tokohnya bernama Pyrrhon lahir
(360 SM 270 SM). Pyrrhon mengajarkan bahwa kebenaran itu tak dapat
diduga. Sebagai alasannya disebutkan, bahwa diluar ruang yang kosong
terdapat atom yang bergerak, dan yang dipikirkan oleh akal, tidak ada yang
diketahui dengan pasti, apa yang orang terima sebagai kebenaran, hanya
diketahui berdasarkan kepada kebiasaan yang diterima dari orang ke orang.
Dari ucapan yang bertentangan tentang sesuatunya, mestilah satu
yang benar dan yang satunya salah dan untuk memutuskan benar dan
salahnya dalam pertentangan yang begitu banyak, perlulah ada suatu
kriterium tentang kebenaran, namun kriterium itu tidak ada, oleh karena itu
kebenaran-kebenaran tidak dapat diketahui. Menjauh diri dari sikap
memutus adalah jalan yang ditunjukkan oleh filosufi Pyrrhon untuk
mencapai kesenangan hidup.

2.

Sekolah Skeptis Akademik


Aliran satu ini memang lahir dalam akademia yang didirikan oleh
Plato. Oleh karena itu nama sekolah aliran ini namanya masih berkaitan
dengan akademi. Seorang tokoh ini, Arkesilaos berpendapat cita-cita orang

bijaksana ialah bebas dari berbuat salah. Kaum Epicurus dan Stoa
mengatakan bahwa memperoleh kebenaran yang sungguh dengan
membentuk pikiran hasil pandangan menurut mereka semua itu tidak
mungkin. Kriterium dari kebenaran itu tak dapat diperoleh dari pikiran
manusia.
Kemudian tokoh lain dari aliran ini adalah Karneades, berpendapat
bahwa krterium bagi kebenaran tidak ada. Keterangan yang memaksa orang
membenarkan itu juga tidak ada karena keterangan itu harus diterangkan
lebih dahulu.
Dari keterangan Karnedeas filosuf yang bermula dari ragu-ragu akhirnya
berbelok jalan ke jalan tengah menjadi filsuf yang dijadikan keperluan hidup
sehari-hari.
Kemudian lagi sikap skeptis bermula berganti dengan sikap Eklekita.
Aliran ini juga keluar dari akademia yang dibangun oleh Plato yang sejak
meninggalnya berganti kepemimpinan dan berganti aliran. Kaum Elektika
menyusun dasar filosufi dari ajaran Palto, ajaran Aristoteles dan ajaran Stoa.
Aliran ini kemudian pindah ke Roma pengajunya adalah Cicero yang ada di
Roma.
D. Neo Platonisme
Meskipun secara keseluruhan masa helenisme Romawi mempunyai corak
yang sama, dalam perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga masa.
Masa pertama ialah abad ke-5 sampai abad sebelum masehi, aliran yang
terdapat didalamnya ialah :
a.

Aliran Spicurus, pendiri Spicurus, ajarannya : kebahagiaan manusia


merupakan tujuan utama.

b.

Aliran Stoa, pendiri Zeno, ajarannya : manusia agar tidak sampai bisa
digerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan atau menahan diri dalam
menghadapinya. Karena semuanya itu adalah takdir yang tak bisa ditolak,
karena itu sudah keharusan.
Neoplatoisme dengan unsur tersebut dengan kaum muslimin melalui

aliran masehi di timur. Tetapi dengan pakaian lain, yaitu tasyafuf timur dengan
pengakuan ke-Esaan Tuhan. Dengan filsafat tersebut mengatakan bahwa filosuffilosuf Yunani tidak mempunyai pikiran yang bertentangan dengan Islam selama
mereka mengaku ke-Esaan Tuhan.

Perbedaan Neoplatoisme dengan aliran Iskandaryiah yang berkembang


sejak pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad 7 ialah :
NEO PLATONISME
1.

2.

ISKANDARIYAH

Berkisar pada segia meta fisika 1.

Lebih

dan

dalam

matematika serta ilmu alam dan

beberapa hal berlawanan dengan

tidak berlawanan dengan agama

agama masehi.

masehi.

filsafat

Lebih

banyak

pikiran

pada

Yunani

mendasarkan 2.
seleksi

dan

condong

kepada

Lebih banyak membuat ulasanulasan terhdap pikiran filsafat.

pemanduan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat fasae Helenisme dan Romawi berfokus pada logika, fisika, etika,
dan entelektual manusia dalam tujuan untuk mencapai kesenangan hidup dan
menyempurnakan moral manusia. Bahkan, aliran Neo Platonisme merupakan
aliran intelektual yang dominan di hampir seluruh wilayah Hellenistik karena
lebih banyak mendasarkan pikirannya pada seleksi dan pemanduan, bukan
ulasan-ulasan terhadap pikiran-pikiran filsafat.
Filsuf pentingnya Zeno (133 266 SM), Epicurus (341 270 SM),
Pyrrhon (360 270 SM), Plato (427 347 SM).
B. Saran
Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan pendidikan, sema aspek yang
berperan dalam lingkup pendidikan harus dapat menjalankan tugas sebagaimana
mestinya.
Seperti halnya filsafat yang memberikan dasar-dasar baik untuk hidup maupun
untuk ilmu-ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Syadali Ahmad. Filsafat Umum. Pustaka Setia, Bandung.


Muhamad Hata. Alam Pikiran Yunani. Tirtamas Indonesia, Universitas Indonesia,
Jakarta, 1986.

You might also like