Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
ANGGOTA KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
5.
(
(
(
(
(
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terong merupakan sayuran prospektif dengan gizi yang tinggi.
Terong memiliki jenis yang beragam serta didukung dengan rasanya enak.
Hal ini membuat sayuran ini sangat disukai baik tua maupun muda, yang
di desa maupun kota sehingga dikenal luas. Ini tidak terlepas dari
kebiasaan kita yang mengonsumsinya baik dalam bentuk sayuran olahan
maupun secara mentah. Dengan semakin beragamnya selera masyarakat
terhadap terong, bentuknya pun mengalami perkembangan.
Namun, budidaya sayuran terong ini belum dilakukan secara
intensif, padahal permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin
meningkat bahkan peluang ekspor pun masih terbuka lebar. Tentu saja hal
ini tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terong di
masyarakat. Padahal bila kita mengkaji potensi pasar dalam negeri saja
pengusahaan terong secara intensif memberikan peluang yang cerah. Saat
ini hanya ada beberapa pihak saja yang mengelola terong ini secara
intensif, bermitra dengan petani kemudian melakukan pengolahan
sehingga memiliki nilai tambah untuk diekspor ke luar negeri.
Persoalan rendahnya produktifitas ini tentu saja erat kaitannya
dengan penggunaan benih terong yang selama ini dipakai petani
disamping teknik budidaya yang harus dioptimalkan. Penggunaan benih
lokal maupun hibrida yang sudah diturunkan akan mempengaruhi hasil
panen karena sifat-sifat unggul yang diturunkan tersebut sudah tenggelam
karena telah ditutupi gen resesif atau gen pembawa sifat yang tidak baik.
Padahal seperti kita ketahui bahwa varietas hibrida selalu memiliki
kelebihan sifat unggul.
Kecenderungan petani menggunakan varietas lokal maupun benih
turunan ini tentu saja sangat disayangkan apalagi bila tujuan kita ingin
mengoptimalkan hasil panen. Hal ini disebabkan karena benih lokal
bukanlah hasil persilangan atau hasil kombinasi sehingga tidak ada
penggabungan sifat unggul. Sedangkan apabila petani menggunakan benih
hibrida turunan, tentu saja sangat tidak dianjurkan karena sifat-sifat jelek
yang dibawa oleh induknya akan bermunculan sehingga tanaman beserta
hasil panennya tidak seragam.Mengingat nilai ekonominya yang tinggi
apabila dipelihara dengan baik dan menggunakan bibit unggul, maka
terong sangat potensial untuk dikembangkan dengan lebih meningkatkan
produktivitasnya. Terong mempunyai prospek dan potensi yang sangat
menjanjikan apabila dikelola secara agribisnis.
Terong merupakan buah dari family Solanacea dan berasal
dari daerah sub tropis. Indeks kematangan buah yang terbaik untuk
terong adalah warna kulit dan daging buah (pulp). Indikator lainnya yang
berhubungan dengan warna kulit adalah perubahan kekerasan, kandungan
juice dan total padatan terlarut.
perubahan warna kulit. Pada buah dengan warna kulit merah tua,
perubahan kulit dari hijau menjadi ungu tua yang disebabkan oleh klorofil
dan antosianin hingga akhirnya berubah menjadi merah. Pada jenis ini
buah sebaiknya dipanen pada saat warna kulit ungu tua. Jika buah dipanen
pada saat masih hijau, nilai organoleptik aroma, kandungan juice,
total padatan terlarut dan warna kulit setelah masak menjadi lebih
rendah dibanding buah yang dipanen pada saat telah berwarna ungu
tua. Terong sebagaimana buah-buahan lainnya
merupakan komoditi
satu
usaha
tersebut
adalah
dengan penggunaan
pupuk
dan
zat
5 gram
sebagai
obat
vitamin
karena
Dasar Teori
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.
2.1.1. Persyaratan Sertifikasi
2) Isolasi Waktu
Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selisih berbunga) , ini bertujuan agar
tidak terjadi penyerbukan silang pada saat berbunga antara varietas
pengakaran dengan varietas disekitarnya.
f. Pemeriksaan Lapangan
Guna menilai apakah hasil benih dari pertanaman tersebut memenuhi standar
benih bersertifikat, maka diadakan pemeriksan lapangan oleh pengawas benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan secara bertahap yang meliputi Pemeriksaan
Lapangan Pendahuluan (paling lambat saat tanam), Pemeriksaan Lapangan Ke
I (fase Vegetatif), ke II (fase generatif), dan Pemeriksaan Lapang Ke III
(menjelang panen).
1) Pemeriksaan awal atau pendahuluan, yakni Pemeriksaan
lapangan
benih
penggunaan
lahan
akan
dan
dilaksanakan,
keadaan
yang
meliputi sejarah
lahan. Pemeriksaan
lapangan
UJ\ntuk
menjamin
kebersihan
ini
harus
diadakan
h. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus
lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang
meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas lain, benih
tanaman lain, dan daya tumbuh.
i. Label dan Segel
Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses
sertifikasi dinyatakan selesai apabila benih telah dipasang label dan disegel.
Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh petugas Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan dengan kelas
benih yang dihasilkan.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan tanaman
1. Pertama
Pada fase vegetatif, umur 50-60 HST
Parameter yang diamati type pertumbuhan, warna daun, warna
batang, varietas lain, tpe simpang dan kesehatan tanaman
2. Kedua
Fase generatif, pada saat berbunga
Yang diamati : warna bunga, varietas lain, type simpang dan
kesehatan tanaman
3. Ketiga
Fase menjelang panen yaitu 7 hari sebelum panen
Yang diamati : bentuk dan warna buah, ujung buah, pundak
buah, permukaan buah, varietas lain, type simpang dan
kesehatan tanaman .
3.2Pedoman Bagi penangkar benih terong
dibutuhkan dalam budidaya tanaman terong iniberkisar antara 6,8 sampai 7,3
dimana unsur haradapat tersedia dalam jumlah cukup danmikroorganisme
pengurai dapat hidup di dalamtanah. Indikasi pH tanah ini dapat dilakukan
dengan alat pengukur tingkat keasaman tanahatau pH meter. Dapat tumbuh
didataran rendah sampai tinggi dengan suhu udara berkisar antara 22 30C,
dengan suhu optimum 18 25C. Mendapatkan sinar matahari yang cukup
untuk pembentukan warna buah. Waktu penanaman terong yang tepat adalah
pada awal musim kemarau.
b. Isolasi lahan
Budidaya tanaman terong membutuhkan jenistanah yang subur, kaya
akan unsur hara ataunutrisi dalam tanah, bertekstur remah ataulempung
berpasir dan memiliki aerasi tanah yangbaik. Aerasi tanah adalah kemampuan
tanahdalam meyerap gas seperti oksigen dari udara yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya terong
adalah semua jenis tanah yang mengandung hara tanah yang cukup untuk
pertumbuhan terong. Lahan pun dapat dipilih dari lahan baru dibuka atau
lahan sistem gilir dengan tanaman budidaya lainnya seperti bekas lahan cabai,
tomat, jagung, atau tanaman palawija semusim lainnya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah sistem pengairan atau drainase yang baik dan petakan
yang teratur. Penyiapan lahan yang terpenting adalah pengemburan tanah yang
baik, penamburan pupuk kandang atau pupuk kompos sebagai media tanam
sebelum pemindahan bibit dari bedengan ke lahan.
1. Jenis Benih Yang Digunakan Untuk Penanaman Tanaman Terong
a. Persemaian
Untuk memperoleh hasil yang optimal, benih terong sebaiknya berasal
dari benih hibrida. Benih tersebut diperam dengan menggunakan kertas basah
atau handuk lembab selama 24 jam. Di saat yang sama, media semai kita
bunga
jantan
(bunga
yang
berwarna
putih)
dengan
Dalam praktik budidaya terong, terdapat dua macam jarak tanam yang
digunakan. Jarak tanam yang pertama adalah jarak tanam yang digunakan
dalam proses penyemaian benih. Jarak antar baris dalam persemaian ini sekitar
10-15 cm. Penyemaian benih dilakukan dengan cara sebgai berikut :
1. Benih terong direndam dalam air dingi ataupun air hangat kuku selama 1015 menit sambil menyeleksi benih yang kurang baik.
2. Benih terong tersebut dibungkus dalam gulungan kain basah untuk
diperam selama 24 jam hingga nampak mulai berkecambah.
3. Benih terong disebarkan di atas bedengan persemain menurut barisan.
Jarak antar barisan sekitar 10-15 cm, kemudian benih tersebut ditutup
dengan tanah tipis.
4. Permukaan bedengan yang telah disemai benih terong segera ditutup
dengan karung goni basah ataupun daun pisang. Setelah benih
berkecambah tampak muncul ke permukaan tanah, penutup tadi segera
dibuka.
Jarak tanam kedua yang digunakan dalam budidaya tanaman terong
adalah jarak tanam antar lubang tanam. Jarak tanam yang biasa digunakan
adalah 60x70 cm atau 70x70 cm secara berbaris dan berpasangan ataupun
bentuk segi tiga.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu
membutuhkan suplai air dan unsurhara yang cukup sehingga penyiraman yang
teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan.
a. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan
melalui daun lebih efisien karena proses penyerapan haranya lebih cepat.
Selain itu, keuntungan lainnya adalah apabila pupuk daun tersebut jatuh
ke tanah, masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Salah satu pupuk daun
yang mengandung hara makro dan mikro adalah
Gandasil D.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan pupuk daun, maka faktor
yang
sangat
penting
diperhatikan adalah
konsentrasi
dan
interval
pemberian.
ini
tanaman.
yang
komersial adalah warna hitam, transparan (bening), hijau dan warna perak.
Plastik berwarna hitam dapatmenghambat pertumbuhan gulma dan dapat
menyerap panas matahari lebih banyak. Mulsa plastik bening dapat
menciptakan efek rumah kaca, sementara mulsa plastik perak dapat
memantulkan kembali sebagian panas yang diserap sehingga mengurangi
serangan kutu daun (aphid) pada tanaman (Mawardi, 2000).
Pemberian mulsa bertujuan untuk menekan gulma, menjaga kestabilan
suhu udara, kelembabantanah, mencegah percikan air tanah mengenai buah,
serta menekan resiko serangan penyakitbusuk buah (Mashudi, 2007).
buah
petak
tanaman yang sehat dan tumbuh dengan baik. Buah yang akan dipanen
benihnya diberi tanda dan dibiarkan tergantung di tanaman sampai benar
benar matang. Pilih satu ayau dua buah dari setiap tanaman dan dipilih
beberapa tanaman dari varietas yang sama untuk memproduksi benih
Sukprakarn et al, 2012.
Roguing atau pembuangan tipe simpang (off type) secara manual,
minimal 3 kali:
1. Sebelum berbunga: berbunga: warna tanaman, cara tumbuh dan karakter
daun seperti bentuk, ukuran, dan postur.
2. saat awal pembungaan dan perkembangan buah dengan mengamati
pertumbuhan secara umum, vigor, tekstur
3. Saat buah besar off-type dapat diamati dari karakter buah seperti bentuk
ukuran, warna dll.
6. Penanganan Pasca Panen
a. Pengumpulan dan Pengeringan Biji
Untuk benih basah, Petik buah setelah benar-benar matang (melewati
keadaan enak dimakan). Keluarkan biji dari buah dan tebarkan di atas
lembaran pengering. Siram dengan air untuk membersihkannya. Rendam
dalam air selama 24 jam hingga terjadi fermentasi. Untuk benih kering Pilih
biji yang besar-besar (seperti pada kacang-kacangan) dengan tangan. Untuk
biji-biji kecil seperti pada bawang, masukan tempat biji kedalam tas kecil lalu
hancurkan, sehingga biji terpisah dari tempatnya. Kemudian gantung tas
tersebut di bawah atap hingga kering. Jangan lupa hindarkan dari pemangsa.
Pengujian kekeringan untuk jenis biji terong dapat dilakukan dengan 2
macam cara. Cara pertama yaitu tanpa mesin, pertama-tama benih dibersihkan
dahulu dari lendirnya setelah itu dijemur di sinar matahari selama kurang lebih
3 hari. Saat pengeringan, benih diratakan sebanyak 2 3 kali per hari. Setelah
itu benih dikeringkan secara seragam. Benih dikatakan sudah kering apabila
kelembaban sudah mencapai 8%. Cara kedua yaitu pengeringan dengan mesin.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin Dehydrator Elektrik
yang membutuhkan waktu antara 10 12 jam. Waktu lamanya pengeringan
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni: Bandung.
Budi Samadi, 2001. Budi Daya Terong Hibrida. Kanisius: Yogyakarta.
Julianti, lisa. 2011. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea). J. Hort.
Indonesia 2(1):14-20.
Jumini dan Ainun Marliah. 2009. PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERONGAKIBAT PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D DAN ZAT
PENGATUR TUMBUH HARMONIK. J. Floratek 4: 73 80.
Rahmat Rukmana, 1994. Bertanam Terong. Kanisius: Yogyakarta.
Sunarjono, H. A., A. Soetasads dan S. Muryanti. 2003. Budidaya Terong Lokal
dan TerongJepang. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sukprakam, Sutevee, et al.2012. Saving your own vegetable seeds A guide for
farmers. AVRDC Press: Taiwan.