You are on page 1of 19

SERTIFIKASI PRODUKSI BENIH TANAMAN

TERONG ( Solanum melongena).

MAKALAH

ANGGOTA KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
5.

Febri Abdul Ghani


Wulandari
Ardi Ciptadi
Wiji Astutik
Landung Utomo

(
(
(
(
(

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terong merupakan sayuran prospektif dengan gizi yang tinggi.
Terong memiliki jenis yang beragam serta didukung dengan rasanya enak.
Hal ini membuat sayuran ini sangat disukai baik tua maupun muda, yang
di desa maupun kota sehingga dikenal luas. Ini tidak terlepas dari
kebiasaan kita yang mengonsumsinya baik dalam bentuk sayuran olahan
maupun secara mentah. Dengan semakin beragamnya selera masyarakat
terhadap terong, bentuknya pun mengalami perkembangan.
Namun, budidaya sayuran terong ini belum dilakukan secara
intensif, padahal permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin
meningkat bahkan peluang ekspor pun masih terbuka lebar. Tentu saja hal
ini tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terong di
masyarakat. Padahal bila kita mengkaji potensi pasar dalam negeri saja
pengusahaan terong secara intensif memberikan peluang yang cerah. Saat
ini hanya ada beberapa pihak saja yang mengelola terong ini secara
intensif, bermitra dengan petani kemudian melakukan pengolahan
sehingga memiliki nilai tambah untuk diekspor ke luar negeri.
Persoalan rendahnya produktifitas ini tentu saja erat kaitannya
dengan penggunaan benih terong yang selama ini dipakai petani
disamping teknik budidaya yang harus dioptimalkan. Penggunaan benih
lokal maupun hibrida yang sudah diturunkan akan mempengaruhi hasil
panen karena sifat-sifat unggul yang diturunkan tersebut sudah tenggelam
karena telah ditutupi gen resesif atau gen pembawa sifat yang tidak baik.
Padahal seperti kita ketahui bahwa varietas hibrida selalu memiliki
kelebihan sifat unggul.
Kecenderungan petani menggunakan varietas lokal maupun benih
turunan ini tentu saja sangat disayangkan apalagi bila tujuan kita ingin
mengoptimalkan hasil panen. Hal ini disebabkan karena benih lokal
bukanlah hasil persilangan atau hasil kombinasi sehingga tidak ada
penggabungan sifat unggul. Sedangkan apabila petani menggunakan benih

hibrida turunan, tentu saja sangat tidak dianjurkan karena sifat-sifat jelek
yang dibawa oleh induknya akan bermunculan sehingga tanaman beserta
hasil panennya tidak seragam.Mengingat nilai ekonominya yang tinggi
apabila dipelihara dengan baik dan menggunakan bibit unggul, maka
terong sangat potensial untuk dikembangkan dengan lebih meningkatkan
produktivitasnya. Terong mempunyai prospek dan potensi yang sangat
menjanjikan apabila dikelola secara agribisnis.
Terong merupakan buah dari family Solanacea dan berasal
dari daerah sub tropis. Indeks kematangan buah yang terbaik untuk
terong adalah warna kulit dan daging buah (pulp). Indikator lainnya yang
berhubungan dengan warna kulit adalah perubahan kekerasan, kandungan
juice dan total padatan terlarut.

Selama proses pemasakan terjadi

perubahan warna kulit. Pada buah dengan warna kulit merah tua,
perubahan kulit dari hijau menjadi ungu tua yang disebabkan oleh klorofil
dan antosianin hingga akhirnya berubah menjadi merah. Pada jenis ini
buah sebaiknya dipanen pada saat warna kulit ungu tua. Jika buah dipanen
pada saat masih hijau, nilai organoleptik aroma, kandungan juice,
total padatan terlarut dan warna kulit setelah masak menjadi lebih
rendah dibanding buah yang dipanen pada saat telah berwarna ungu
tua. Terong sebagaimana buah-buahan lainnya

merupakan komoditi

yang sangat mudah rusak terutama karena kondisi penyimpanan yang


tidak baik seperti suhu dan komposisi udara ruang penyimpanan
rendah dapat memperlambat kecepatan reaksi metabolisme sehingga
akan memperpanjang umur simpannya (Julianti, 2011).
Terong (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayursayuran yang termasuk famili Solanaceae. Buah terong disenangi
setiap orang baik sebagai lalapan segar maupun diolah menjadi
berbagai jenis masakan. Untuk meningkatkan produksi tanaman terong
dapat dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi, namun dalam
usaha peningkatan produktivitas dan efisiensi penggunaan tanah, cara
intensifikasi merupakan pilihan yang tepat untuk diterapkan. Salah

satu

usaha

tersebut

adalah

dengan penggunaan

pupuk

dan

zat

pengatur tumbuh (Jumini dan Ainun, 2009).


Menurut Sunarjono et al. (2003) bahwa setiap 100 g bahan
mentah terong mengandung

26 kalori, 1 gram protein, 0,2 gram hidrat

arang, 25 IU vitamin A, 0,04 gram vitamin B dan


C.Selain itu, terong juga mempunyai khasiat

5 gram

sebagai

obat

vitamin
karena

mengandung alkaloid solanin, dan solasodin.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sertifikasi benih ?
2. Bagaimana prosedur atau persyaratan sertifikasi benih Terong ?
3. Bagaimana Parameter pengamatan sertifikasi
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu
Mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami prosedur dalam
sertifikasi benih.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.

Dasar Teori
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara

perbanyakan, produksi dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat diedarkan.
2.1.1. Persyaratan Sertifikasi

Dalam memproduksi benih bersertifikasi terdapat beberapa syarat yang


harus dipenuhi, yaitu :
a. Permohonan/Pendaftaran Sertifikasi
Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum
yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya dapat
dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan
b. Sumber Benih
Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat harus
berasal dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya untuk
menghasilkan benih sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu benih
yang akan ditanam harus bersertifikat/berlabel.
c. Varietas
Varietas benih yang dapat disertifikasi, yaitu varietas benih yang telah
ditetapkan sebagai varietas unggulan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian
serta dapat disertifikasi.
d. Areal Sertifikasi
Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih bersertifikat
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan diproduksi,
karena tiap-tiap komoditi memerlukan persyaratan sejarah lapang yang
berbeda.Adapun persyaratan areal tersebut diantaranya :
1) Letak dan batas areal jelas
2) Satu blok untuk satu varietas dan satu kelas benih
3) Sejarah lapangan : Bera, Bekas tanaman lain, Bekas varietas yang sama
dengan kelas benih yang lebih tinggi, atau bekas varietas lain tetapi mudah
dibedakan.
4) Luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok.
e. Isolasi
Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1) Isolasi Jarak
Isolasi jarak antara areal penangkaran dengan areal bukan penangkaran
minimal 3 meter, ini bertujuan untuk menjaga agar varietas dalam areal
penangkaran tidak tercampur oleh varietas lain dari areal sekitarnya.

2) Isolasi Waktu
Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selisih berbunga) , ini bertujuan agar
tidak terjadi penyerbukan silang pada saat berbunga antara varietas
pengakaran dengan varietas disekitarnya.
f. Pemeriksaan Lapangan
Guna menilai apakah hasil benih dari pertanaman tersebut memenuhi standar
benih bersertifikat, maka diadakan pemeriksan lapangan oleh pengawas benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan secara bertahap yang meliputi Pemeriksaan
Lapangan Pendahuluan (paling lambat saat tanam), Pemeriksaan Lapangan Ke
I (fase Vegetatif), ke II (fase generatif), dan Pemeriksaan Lapang Ke III
(menjelang panen).
1) Pemeriksaan awal atau pendahuluan, yakni Pemeriksaan

lapangan

pendahuluan yang dilakukan terhadap dokumen dan lahan dimana


penangkaran

benih

penggunaan

lahan

akan
dan

dilaksanakan,
keadaan

yang

meliputi sejarah

lahan. Pemeriksaan

lapangan

pendahuluan dapat dilakukan sampai sebelum tanam.


2) Pemeriksaan lapangan I (fase vegetatif) , dilakukan untuk mengetahui
apakah isolasi yang digunakan telah memenuhi syarat, apakah tanaman
yang dibudidayakan sesuai dengan deskripsi ataukarakter tanaman dan
apakah ada atau tidak campuran dari tanaman lain atau kemurnian.
3) Pemeriksaan lapangan II (fase generative atau berbunga) , dilakukan pada
saat masuk fase berbunga. Hal ini di lakukan untuk mengetahui dan
menjaga kualitas kemurnian benih yang akan dihasilkan.
4) Pemeriksaan lapangan III (fase menjelang panen) , dilakukan untuk
melihat apakah biji atau benih yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik
dari tanaman yang ada dipanduan atau terdapat penyimpangan.
g. Peralatan Panen dan Perosesing Benih
Peralatan/perlengakapan yang digunakan untuk panen dan prosesing harus
bersih terutama dari jenis atau varietas yang tidak sama dengan yang akan
diproses/dipanen.

UJ\ntuk

menjamin

kebersihan

ini

harus

diadakan

pemeriksaan sebelum penggunaannya, misalnya ; Combine, Prosessing Plant,


ataupun wadah benih lainnya.

h. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus
lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang
meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas lain, benih
tanaman lain, dan daya tumbuh.
i. Label dan Segel
Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses
sertifikasi dinyatakan selesai apabila benih telah dipasang label dan disegel.
Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh petugas Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan dengan kelas
benih yang dihasilkan.

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pemeriksaan tanaman
1. Pertama
Pada fase vegetatif, umur 50-60 HST
Parameter yang diamati type pertumbuhan, warna daun, warna
batang, varietas lain, tpe simpang dan kesehatan tanaman
2. Kedua
Fase generatif, pada saat berbunga
Yang diamati : warna bunga, varietas lain, type simpang dan
kesehatan tanaman
3. Ketiga
Fase menjelang panen yaitu 7 hari sebelum panen
Yang diamati : bentuk dan warna buah, ujung buah, pundak
buah, permukaan buah, varietas lain, type simpang dan
kesehatan tanaman .
3.2Pedoman Bagi penangkar benih terong

Untuk memperoleh benih yang berkualitas tinggi, seorang penangkar


benih terong harus memperhatikan beberapa hal seperti berikut :
1. Benih sumber berasal dari hasil benih kelas diatasnya. Kejelasan sumber
benih dibukikan dengan label atau keterangan dari pemulia, jika sumber
benih langka maka perlu dikonsultasikan dengan kepala BPSB.
2. Areal yang digunakan bekas tanah Bero, Bekas tanaman lain, atau
tanaman yang sama tetapi di istirahatkan terlebih dahulu selama 3 bulan
3. Isolasi waktu selama 45 hari dan jarak minimu 45 meter bila ada tanaman
yang sejenis
4. Pemeliharaan harus intensif dan harus memahami karakter tanaman terong
tsb.
5. Penangkar perlu memahami saat kritis tanaman selama perkecambahan
dini, pembungaan dan pengisian polong.
6. Sarana perlengkapan harus dalam keadaan bersih ( tidak tercampur
varietas lain
7. Setiap kelompok calon benih terong tidak boleh lebih dari 30 ton. Sampel
diambil dari setiap kelompok calon benih masing masing 1000 gram/1
ons. Sampel diambil petugas pengawas benih.
8. Masa berlaku label selama 40 bulan setelah panen.
9. Penangkar perlu memahami standart lapang dan laboratorium hasil uji
benih.adapun stadart lapagan dan laboratorium ditunjukan dalam table 1
dan 2.
3.3 Teknik Budidaya
3.3.1PemilihanLahan
a. Syarat iklim
Budidaya tanaman terong relatif lebih mudahkarena dapat tumbuh di
berbagai tempat, baik didataran rendah maupun dataran tinggi dengan
ketinggian sampai 1.200 m dpl. Namun demikian, tanah itu harus memiliki
cukup banyak kandungan bahan organik dan berdrainase baik. Tanamanterong
lebih mudah beradaptasi terhadappengaruh cuaca, namun terong sangat
sensitif terhadap dingin. Tingkat keasaman tanah atau pH tanah yang

dibutuhkan dalam budidaya tanaman terong iniberkisar antara 6,8 sampai 7,3
dimana unsur haradapat tersedia dalam jumlah cukup danmikroorganisme
pengurai dapat hidup di dalamtanah. Indikasi pH tanah ini dapat dilakukan
dengan alat pengukur tingkat keasaman tanahatau pH meter. Dapat tumbuh
didataran rendah sampai tinggi dengan suhu udara berkisar antara 22 30C,
dengan suhu optimum 18 25C. Mendapatkan sinar matahari yang cukup
untuk pembentukan warna buah. Waktu penanaman terong yang tepat adalah
pada awal musim kemarau.

b. Isolasi lahan
Budidaya tanaman terong membutuhkan jenistanah yang subur, kaya
akan unsur hara ataunutrisi dalam tanah, bertekstur remah ataulempung
berpasir dan memiliki aerasi tanah yangbaik. Aerasi tanah adalah kemampuan
tanahdalam meyerap gas seperti oksigen dari udara yang berguna bagi
pertumbuhan tanaman. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya terong
adalah semua jenis tanah yang mengandung hara tanah yang cukup untuk
pertumbuhan terong. Lahan pun dapat dipilih dari lahan baru dibuka atau
lahan sistem gilir dengan tanaman budidaya lainnya seperti bekas lahan cabai,
tomat, jagung, atau tanaman palawija semusim lainnya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah sistem pengairan atau drainase yang baik dan petakan
yang teratur. Penyiapan lahan yang terpenting adalah pengemburan tanah yang
baik, penamburan pupuk kandang atau pupuk kompos sebagai media tanam
sebelum pemindahan bibit dari bedengan ke lahan.
1. Jenis Benih Yang Digunakan Untuk Penanaman Tanaman Terong
a. Persemaian
Untuk memperoleh hasil yang optimal, benih terong sebaiknya berasal
dari benih hibrida. Benih tersebut diperam dengan menggunakan kertas basah
atau handuk lembab selama 24 jam. Di saat yang sama, media semai kita

persiapkan dengan cara mencampur tanah dan pupuk kandang dengan


perbandingan 2:1. Media tanam hasil campuran tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam polybag berukuran: tinggi 8 cm dan diameter 5 cm.
b. Pembibitan
Seperti penjelasan di atas, pembibitan dilakukan dengan merendam
benih ke dalam air hangat selama 10-15 menit. Benih tersebut kemudian
dibungkus dengan kertas basah atau handuk basah atau gulungan kain basah
untuk diperam selama 24 jam, sebelum disebar di atas lahan persemaian, dan
ditutup dengan menggunakan daun pisang atau penutup lainnya. Begitu benih
mulai terlihat berkecambah, buka penutupnya, dan siram persemaian setiap
pagi dan sore hari. Jika dibutuhkan, pada saat pembibitan tersebut dapat pula
dilakukan penyemprotan pestisida. Benih siap untuk dipindah tanamkan jika
sudah memiliki daun empat helai dengan umur sekitar 1 sampai 1,5 bulan.
Jenis terong yang dianjuran adalah terong kopek, terong Craigi, terong
Bogor atau terong kelapa, terong gelatik atau terong lalap, dan terong acar.
Kebutuhan benih 150-500 gram biji per hektar dengan daya kecambah 75%.
Daya tumbuhnya lebih dari 95 %, vigor murni, bersih dan sehat.
Jenis terong terdiri dari :
1. Terong Kopek : Buah bulat panjang dengan ujung tumpul, berwarna ungu
atau hijau keputihan, daging buah lunak, rasa agak manis.
2. Terong Craigi : Buah bulat panjang, ujung runcing berwarna ungu / ungu
muda.
3. Terong Bogor : Buah bulat besar, berwarna putih / hijau keputihan, rasa
renyah sedikit agak getir.
4. Terong gelatik : Buah bulat, ukuran lebih kecil dari terong bogor, berwarna
ungu.
5. Terong hibrida : Empuk, rasa renyah, produksi tinggi.
Contoh : farmers long dan exstra long (Taiwan), Early Bir, Black Dragon.
Vista, Longtom, Money Maker (Jepang).
2. Sifat Penyerbukan Tanaman

Tanaman terong merupakan salah satu tanaman yang melakukan


penyerbukan sendiri dan silang. Namun jika tanman terong dibiarkan
menyerbuk sendiri maka keragaman varietas yang dihasilkan akan sedikit.
Apabila tanaman terong satu spesies dengan tanaman terong spesies lainnya
disilangkan secara buatan, maka varietas yang dihasilkan akan lebih banyak
keragamannya.
Pada dasarnya, terong adalah tanaman menyerbuk sendiri sehingga
keragaman genetiknya tidak beragam karena bunganya memiliki morfologi
yang menyebabkan hanya bunga jantan itu yang dapat meyerbuki betina, putik
terong tertutupi oleh kelopak bunga. Namun demikian, terong dapat pula
diperbanyak dengan cara menyerbuk silang dengan bantuan manusia
(hibridisasi).Teknik menyerbuk silang pada tanaman menyerbuk sendiri
berbeda dengan tanaman menyerbuk silang.
Adapun teknik penyerbukan buatan pada tanaman terong yaitu:
1. Memilih bunga yang di jadikan betina, memilih bunga betina tersebut
haruslah bunga betina yang tepat serta baik untuk dilakukan persilangan.
2. Melakukan kastrasi yaitu dengan cara membuka kelopak bunga,
memotong

bunga

jantan

(bunga

yang

berwarna

putih)

dengan

menggunakan pinset yang lembut.


3. Mengambil bunga jantan yang sudah mekar tetapi belum pecah (mencari
bunga jantan pada tanaman yang sama tapi varietas yang berbeda).
4. Mengambilnya dapat digunakan dengan pinset, kemudian di sentuhkan
pada kepala putik, tutup dengan kertas minyak , kemudian direkatkan
dengan isolasi.
5. Persilangan dapat dikatakan berhasil apabila pada embrio saknya
mengalami pembengkakkan.
Penyeleksian keragaman suatu varietas tanaman diperlukan dalam
menghasilkan dan membentuk tanaman hibrida, dimana semakin tinggi
keragaman yang dihasilkan maka semakin tinggi pula galur varietas hibrida
yang diharapkan sehingga dapat menghasilkan tanaman yang berkualitas.
3. Jarak Tanam Tanaman terong

Dalam praktik budidaya terong, terdapat dua macam jarak tanam yang
digunakan. Jarak tanam yang pertama adalah jarak tanam yang digunakan
dalam proses penyemaian benih. Jarak antar baris dalam persemaian ini sekitar
10-15 cm. Penyemaian benih dilakukan dengan cara sebgai berikut :
1. Benih terong direndam dalam air dingi ataupun air hangat kuku selama 1015 menit sambil menyeleksi benih yang kurang baik.
2. Benih terong tersebut dibungkus dalam gulungan kain basah untuk
diperam selama 24 jam hingga nampak mulai berkecambah.
3. Benih terong disebarkan di atas bedengan persemain menurut barisan.
Jarak antar barisan sekitar 10-15 cm, kemudian benih tersebut ditutup
dengan tanah tipis.
4. Permukaan bedengan yang telah disemai benih terong segera ditutup
dengan karung goni basah ataupun daun pisang. Setelah benih
berkecambah tampak muncul ke permukaan tanah, penutup tadi segera
dibuka.
Jarak tanam kedua yang digunakan dalam budidaya tanaman terong
adalah jarak tanam antar lubang tanam. Jarak tanam yang biasa digunakan
adalah 60x70 cm atau 70x70 cm secara berbaris dan berpasangan ataupun
bentuk segi tiga.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu
membutuhkan suplai air dan unsurhara yang cukup sehingga penyiraman yang
teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan.
a. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan
melalui daun lebih efisien karena proses penyerapan haranya lebih cepat.
Selain itu, keuntungan lainnya adalah apabila pupuk daun tersebut jatuh
ke tanah, masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Salah satu pupuk daun
yang mengandung hara makro dan mikro adalah

Gandasil D.

Untuk

mendapatkan hasil yang optimal dari penggunaan pupuk daun, maka faktor
yang

sangat

penting

diperhatikan adalah

konsentrasi

dan

interval

pemberiannya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemupukan melalui


daun

adalah konsentrasi larutan, jenis tanaman dan waktu

pemberian.

Penggunaan pupuk daun dengan konsentrasi berlebih akan menyebabkan


gejala daun-daun seperti terbakar dan layu, kering dan akhirnya gugur.
Hal

ini

tentunya sangat mengganggu pertumbuhan dan hasil

tanaman.

Adapun anjuran dari pupuk Gandasil D untuk tanaman sayur-sayuran


adalah 1-3 g/liter air dengan interval waktu pemberian 8-10 hari sekali
(Setyamidjaja, 1986).
b. Pemeliharaan Khusus
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian hama
dan penyakit serta gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi
atau sore hari. Pada saat aplikasi pupuk daun Gandasil D dan ZPT
Harmoni, penyiraman dilakukan 1 jam lebih awal (Jumini dan Ainun,2009).
1) Penyiraman
Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan
cuaca kering, dapat direndam beberapa jam atau disiram batang tumbuhannya
dengan gembor. Jika direndam biasanya 3-4 hari tanah tetap basah, tetapi hal
ini tergantung pada struktur dan tekstur tanahnya, jika tanahnya banyak
mengandung pasir maka tanah akan cepat kering. Penyiraman dapat dilakukan
dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah
tanam. Pemberian air pada tanaman yang paling baik adalah menjelang siang
hari, di mana transpirasi berjalan dengan cepat sehingga tanaman banyak
sekali membutuhkan air. Pemberian air bisa dilakukan pada waktu pagi dan
sore, dengan syarat pada siang hari tunas masih mengandung cukup air. Pada
saat hujan turun, pemberian air tidak perlu dilakukan sampai selang waktu 2-3
hari. Apabila suhu tanaman tinggi, maka pemberian air harus sering dilakukan.
2) Penyulaman

Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati, terserang hama


penyakit, atau pertumbuhannya menjadi tidak normal seperti biasanya. Ada
dua kemungkinan tanaman tidak tumbuh dengan baik, yaitu tanaman stres
karena perubahan lingkungan, bagian akar terserang patogen sehingga menjadi
busuk dan layu. Untuk melakukan penyulaman bisa dilakukan sebelum
tanaman berumur 15 hari. Cara penyulaman adalah bibit yang layu diangkat
bersama dengan media tanamnya. Kemudian diganti degnan media yang baru
yang sebelumnya telah ditaburi kapur pertanian fungisida, atau bakterisida
sesuai dengan masalah yang dihadapi. Setelah itu bibit-bibit pengganti bisa
tanam(Mashudi, 2007).
3) Pemasangan ajir (TURUS)
Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan seawal mungkin agar tidak
mengganggu sistem perakaran terong.. Ajir atau turus dapat terbuat dari bilah
bambu/ kayu dll setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm. Cara pemakaiannya
yaitu Caranya yaitu dengan menancapkannya di sebelah batang tanaman
terong, batang tanaman terong dikaitkan dengan turus tersebut. Ajir berfungsi
untuk menopang tanaman terong agar tidak rebah sekaligus memperkokoh
batang ketika pembuahan.
4) Penyiangan
Untuk menghilangkan gulma atau rumput liar yang tumbuh di sekitar
tanaman dapat dilakukan penyiangan dengan cara dicabut. Penyiangan
dilakukan minimal dua kali, yakni ketika tanaman berumur 15 hari serta 60-75
hari setelah tanam. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan pemupukan
susulan, yaitu pada waktu tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan 60-75
hari setelah tanam (Mashudi, 2007).
5) Pemangkasan ( Perempelan )
Pemangkasan pada tanaman dari jenis hibrida, perlu dilakukan
pemangkasan tunas-tunas liar, yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama

hingga di bawah bunga pertama. Demikian pula dengan bunga pertama,


sebaiknya dirempel (dibuang) untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan
bunga yang lebih produktif segera tumbuh. Perempelan dilakukan dengan cara
mematahkan tunas liar dengan tangan atau menggunakan alat bantu berupa
gunting atau pisau yang tajam (Rukmana, 1994).
6) Pemupukan susulan
Waktu pemupukan disamakan dengan kegiatan penyiangan dan
penggemburan tanah. Pupuk susulan diberikan pada tanaman umur 21 hst
antara lain ZA dosis 2.5 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 3 gram/tanaman, KCl
sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan
jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur
50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per tanaman.
Pemupukan ke IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen
yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram.
7) Pemulsaan
Penggunaan mulsa plastik merupakan salah satu cara budidaya
yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman. Warna mulsa
plastik

yang

umumnya digunakan di Amerika Utara dan Eropa secara

komersial adalah warna hitam, transparan (bening), hijau dan warna perak.
Plastik berwarna hitam dapatmenghambat pertumbuhan gulma dan dapat
menyerap panas matahari lebih banyak. Mulsa plastik bening dapat
menciptakan efek rumah kaca, sementara mulsa plastik perak dapat
memantulkan kembali sebagian panas yang diserap sehingga mengurangi
serangan kutu daun (aphid) pada tanaman (Mawardi, 2000).
Pemberian mulsa bertujuan untuk menekan gulma, menjaga kestabilan
suhu udara, kelembabantanah, mencegah percikan air tanah mengenai buah,
serta menekan resiko serangan penyakitbusuk buah (Mashudi, 2007).

Penggunaan mulsa plastik dan sistem tanam saling berinteraksi pada


diameter buah, bobot total buah per tanaman, bobot total buah per hektar
tetapi tidak saling berinteraksi pada jumlah buah total per tanaman, panjang
buah rata-rata, bobot

buah

rata-rata, dan bobot

buah total per

petak

produksi. Tanaman terong yang ditanam secara monokultur tanpa mulsa


menghasilkan buah yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
lainnya, tetapi penggunaan mulsa plastik hitam-perak pada tanaman
terongmonokultur menghasilkan bobot buah per tanaman dan bobot buah
per hektar yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Penggunaan mulsa plastik warna hitam dapat memberikan hasil terong
yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna mulsa plastik lainnya
ketika tanaman terong ditanam secara tumpangsari dengan kangkung darat.
Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan hama dan
penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan ham
atau penyakit yang

menyerang. Sedangkan konsentrasinya disesuaikan

dengan anjuran dan interval menyemprotan sisesuaikan dengan intensitas


serangan dan kondisi lingkungan.
5. Roguing
Roguing teratur sangat penting dalam produksi benih. Tanaman yang
berbeda dari normal (lemah, sakit, off-type) dicabut dan dibuang sedini
mungkin sebelum pembungaan, pada masa pembungaan awal, dan pada saat
buah pertama matang. terutama dalam tanaman menyerbuk silang, untuk
menghindari kontaminasi. Tanaman yang jelas lebih tinggi, berbeda warna,
ukuran, bentuk dan orientasi daun, atau karakteristik lain, dan tanaman
terinfeksi penyakit harus dibuang. Roguing pada stadia masak juga penting
untuk membuang tanaman yang berbeda yang tidak dapat dibedakan pada
stadia lebih awal. Pengendalian gulma penting untuk menghindari penurunan
hasil karena kompetisi, dan gulma merupakan sumber kontaminasi dengan
cara tercampur saat panen.

Gulma juga merupakan inang dari penyakit

tertentu. Roguing atau seleksi tanaman terong dilakukan dengan memilih

tanaman yang sehat dan tumbuh dengan baik. Buah yang akan dipanen
benihnya diberi tanda dan dibiarkan tergantung di tanaman sampai benar
benar matang. Pilih satu ayau dua buah dari setiap tanaman dan dipilih
beberapa tanaman dari varietas yang sama untuk memproduksi benih
Sukprakarn et al, 2012.
Roguing atau pembuangan tipe simpang (off type) secara manual,
minimal 3 kali:
1. Sebelum berbunga: berbunga: warna tanaman, cara tumbuh dan karakter
daun seperti bentuk, ukuran, dan postur.
2. saat awal pembungaan dan perkembangan buah dengan mengamati
pertumbuhan secara umum, vigor, tekstur
3. Saat buah besar off-type dapat diamati dari karakter buah seperti bentuk
ukuran, warna dll.
6. Penanganan Pasca Panen
a. Pengumpulan dan Pengeringan Biji
Untuk benih basah, Petik buah setelah benar-benar matang (melewati
keadaan enak dimakan). Keluarkan biji dari buah dan tebarkan di atas
lembaran pengering. Siram dengan air untuk membersihkannya. Rendam
dalam air selama 24 jam hingga terjadi fermentasi. Untuk benih kering Pilih
biji yang besar-besar (seperti pada kacang-kacangan) dengan tangan. Untuk
biji-biji kecil seperti pada bawang, masukan tempat biji kedalam tas kecil lalu
hancurkan, sehingga biji terpisah dari tempatnya. Kemudian gantung tas
tersebut di bawah atap hingga kering. Jangan lupa hindarkan dari pemangsa.
Pengujian kekeringan untuk jenis biji terong dapat dilakukan dengan 2
macam cara. Cara pertama yaitu tanpa mesin, pertama-tama benih dibersihkan
dahulu dari lendirnya setelah itu dijemur di sinar matahari selama kurang lebih
3 hari. Saat pengeringan, benih diratakan sebanyak 2 3 kali per hari. Setelah
itu benih dikeringkan secara seragam. Benih dikatakan sudah kering apabila
kelembaban sudah mencapai 8%. Cara kedua yaitu pengeringan dengan mesin.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin Dehydrator Elektrik
yang membutuhkan waktu antara 10 12 jam. Waktu lamanya pengeringan

tergantung kelembaban tiap benih dan intensitas penggunaan mesin


dehydrator.
b. Pemanenan
Waktu pemanenan yang paling tepat pagi atau sore hari.Waktu
pemanenan berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen.Dianjurkan
panen tidak dilakukan pada siang hari karena dila dilakukan pada siang hari
akan memutuskan proses fotosintesis yang sedang berlangsung,sehingga
proses pembentukan zat gizinya akan terganggu yang dapat mengakibatkan
kadar gizi dari buah yang dipanen pada siang hari lebih rendah daripada buah
yang dipanen pada siang hari.Selain itu,sinar terik dari matahari dapat
mengakibatkan kerusakan pada buah berupa mengeriputnya kulit buah yang
dapat menurunkan kualitas / mutu dari buah yang dipanen.Juga tidak
dianjurkan melakukan panen pada malam hari karena dapat mempersulit
pemanen itu sendiri saat proses pemanenan. Pemanenan hendaknya dilakukan
pada siang hari saat cuaca cerah/tidak hujan.Sebab air hujan yang membasahi
buah yang dipanen dapat menyebabkan buah cepat rusak setelah
dipanen,sehingga dapat mempengaruhi kualitas buah yang dipanen.

DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni: Bandung.
Budi Samadi, 2001. Budi Daya Terong Hibrida. Kanisius: Yogyakarta.
Julianti, lisa. 2011. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea). J. Hort.
Indonesia 2(1):14-20.
Jumini dan Ainun Marliah. 2009. PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERONGAKIBAT PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D DAN ZAT
PENGATUR TUMBUH HARMONIK. J. Floratek 4: 73 80.
Rahmat Rukmana, 1994. Bertanam Terong. Kanisius: Yogyakarta.
Sunarjono, H. A., A. Soetasads dan S. Muryanti. 2003. Budidaya Terong Lokal
dan TerongJepang. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sukprakam, Sutevee, et al.2012. Saving your own vegetable seeds A guide for
farmers. AVRDC Press: Taiwan.

You might also like