You are on page 1of 7

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERGAULAN LAWAN JENIS

QS. AN-NISA/004 AYAT 043

Disusun oleh: Mochamad Arif (0100150022)


Tugas Ujian Akhir Semester Matakuliah
Metode Memahami Nushush Quran dan Sunnah
Dosen Pengampu: DR. Syamsul Hidayat, M.Ag
Jumat, 06 Desember 2015

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Pendidikan Islam dalam Pergaulan Lawan Jenis


][ :
Mufradat dan Analisis Nahwu - Sharaf

prefixed vocative
particle ya
nominative noun

wahai

masculine plural relative


pronoun
3rd person masculine
plural perfect verb

)(orang-orang
yang
)telah (mereka
beriman

prohibition particle

janganlah

2nd person masculine


plural imperfect verb,
jussive mood

)(kalian
mendekati

accusative feminine
noun
prefixed circumstantial
particle
2nd person masculine
plural personal pronoun
nominative masculine
plural noun

sholat
sedang
kalian
mabuk

preposition

sehingga

2nd person masculine


plural imperfect verb,
subjunctive mood

kalian
mengetahui

relative pronoun

apa

sedang kalian
ucapkan

dan
tidak (pula)

2nd person masculine


plural imperfect verb

prefixed
conjunction wa (and)
negative particle

dalam )
accusative masculine
junub (keadaan singular indefinite noun
kecuali
exceptive particle
lewat (sekedar) accusative masculine
plural noun
jalannya (saja) genitive masculine
indefinite noun
sampai
preposition
mandi

2nd person masculine


plural imperfect verb,
subjunctive mood

dan

prefixed
conjunction wa (and)
conditional particle

jika
kalian

2nd person masculine


plural perfect verb

sakit

accusative plural noun

atau

coordinating conjunction

di atas

preposition

perjalanan

genitive masculine
indefinite noun
coordinating conjunction

atau
datang
seorang
dari kalian

3rd person masculine


singular perfect verb
nominative masculine
indefinite noun
preposition 2nd person
masculine plural object
pronoun

dari

preposition

kotoran

genitive masculine noun

atau

coordinating conjunction

kalian telah
menyentuh

2nd person masculine


plural perfect verb
subject pronoun

perempuan

accusative feminine
plural noun
prefixed resumption
particle
negative particle

lalu
tidaklah
kalian
mendapati

air
maka
bertayammuml
ah
(bersengajalah
) kalian
debu (dengan)
bersih (yang)

maka
hapuslah
kalian
pada wajah
kalian

dan
tangan-tangan
kalian

2nd person masculine


plural imperfect verb,
jussive mood subject
pronoun
accusative masculine
indefinite noun
prefixed result particle
2nd person masculine
plural imperative verb
subject pronoun
accusative masculine
indefinite noun
accusative masculine
singular indefinite
adjective
prefixed
conjunction fa (and)
2nd person masculine
plural imperative verb
subject pronoun
prefixed preposition bi
genitive masculine plural
noun 2nd person
masculine plural
possessive pronoun
prefixed
conjunction wa (and)
genitive feminine plural
noun 2nd person

masculine plural
possessive pronoun
Sesungguhnya

accusative particle

Allah

accusative proper noun


Allah

Adalah

3rd person masculine


singular perfect verb
accusative masculine
singular indefinite noun
accusative masculine
singular indefinite
adjective

Maha Pemaaf
Maha
Pengampun

Tafsir QS. Al-Nisa/4:43


1. Tafsir Kemenag RI:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika
kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.





artinya ialah menyentuh perempuan yang
bukan muhrim. Maksudnya menyentuh perempuan itu mengakibatkan
adanya hadas kecil yang dapat dihilangkan dengan wudlu atau
tayammum. Di antara ulama ada yang berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan menyentuh perempuan adalah bersetubuh. Karena
itu bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidak membatalkan
wudlu.
Hukum tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah hendak
menjaga kehormatan masing-masing lawan jenis. Sehingga secara fiqh
saja sentuhan lawan jenis berimplikasi pada syarat sholat. Bagaimana
dengan pergaulan sehari-hari selain muhrim tentunya tetap terbatasi
2. Tafsir Al-Misbah

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melakukan


salat di masjid dalam keadaan mabuk, sebelum kalian sadar dan
mengerti apa yang kalian ucapkan. Jangan pula kalian memasuki
masjid dalam keadaan junub, kecuali bila sekadar melintas tanpa
maksud berdiam di dalamnya, sampai kalian menyucikan diri. Jika
kalian sakit dan tidak mampu menggunakan air karena khawatir akan
menambah

parah

penyakit,

atau

sedang

bepergian

dan

sulit

mendapatkan air, maka ambillah debu yang bersih untuk bertayamum.


Begitu juga bila kalian kembali dari tempat buang hajat atau
bersentuhan dengan perempuan, sedangkan kalian tidak mendapatkan
air untuk bersuci, bertayamumlah dengan debu yang suci. Tepuklah
debu itu dengan tangan kalian, lalu usapkan ke muka dan kedua
tangan. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
3. Tafsir Al-Azhar
Ulama-ulama dalam sebagian besar mengatakan maksud
menyentuh di sini ialah bersetubuh. Karena al-Quran tidak pernah
memakai kata persetubuhan itu dengan tepat, melainkan dengan
sindir. Tetapi Imam Syafi`i tetap memegang arti menyentuh yang
asli. Maka bersentuh kulit saja, seperti pendapat Imam Syafi`i, atau
habis bersetubuh (junub) seperti pendapat ulama-ulama yang lain,
namun kalo air tidak ada sudah boleh bertayammum. Atau air ada
tetapi badan sakit, bolehlah bertayammum.
Kesimpulan
1. Dari ayat ini, bersentuhan lawan jenis yang bukan muhrim, secara fiqh
berdampak pada kesucian masing-masing. Sehingga ada tindakan
bersuci yang harus dilakkukan ketika hendak menghadap Allah.
2. Syariat Islam melarang sama sekali untuk bersentuhan antara lelaki
dan perempuan yang tidak ada pertalian persaudaraan. Hal ini
ditegaskan berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Ma'qal bin Yasar telah menceritakan bahwa beliau pernah bersabda:
Sekiranya ditikam di kepala seseorang kamu dengan sebatang besi
adalah lebih baik baginya dari menyentuh kulit wanita yang tidak halal
untuk disentuh. (Riwayat Baihaki)
6

3. Dari keterangan singkat tiga tafsir di atas, jika menurut Imam Syafi`i
adalah batal wudlu sekiranya bersentuh lelaki dengan perempuan,
maka dengan demikian adalah haram bersentuhan dengan sengaja,
termasuk bersalaman atau lainnya, baik ada rasa keinginan atau tidak,
bersalaman tidak boleh kecuali dengan berlapik atau beralas.

You might also like