You are on page 1of 30

Infeksi Tropis

Infeksi Saluran Kemih


Keluhan
Demam, susah buang air kecil,
nyeri saat diakhir BAK (disuria
terminal), sering BAK
(polakisuria), nokturia, anyanganyangan, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik.

Diagnosis
Faktor Risiko
riwayat diabetes melitus,
riwayat kencing batu (urolitiasis),
higiene pribadi buruk,
riwayat keputihan,
kehamilan,
riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya,
riwayat pemakaian
kontrasepsi diafragma,
kebiasaan menahan kencing,
hubungan seksual,
anomali struktur
saluran kemih.

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Demam.
Flank pain (Nyeri ketok pinggang
belakang/costovertebral angle)
Nyeri tekan suprapubik
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin.
Urinalisis.
Ureum dan kreatinin.
Kadar gula darah.

Diagnosis
Pemeriksaan penunjang tambahan (di
layanan sekunder):
Urine mikroskopik (Peningkatan > 10
bakteri per lapang pandang,
peningkatan > 10 sel darah putih per
lapang pandang).
Kultur urine (Hanya diindikasikan
untuk pasien yang memiliki
riwayat kekambuhan infeksi saluran
kemih).

Penatalaksanaan
Minum air putih minimal 2 liter/hari
bila fungsi ginjal normal.
Menjaga higienitas genitalia
eksterna.
Penatalaksanaan farmakoterapi
dengan pemberian antibiotik
golongan Flurokuinolon, durasi 7-10
hari pada perempuan dan 10-14 hari
pada laki-laki

Influenza
Keluhan
keluhan yang sering muncul adalah demam
bersin
batuk
sakit tenggorokan
hidung meler
nyeri sendi dan badan
sakit kepala
lemah badan

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
1. Febris.
2. Rinore.
3. Mukosa hidung edema.

Kandidiasis Mulut
Keluhan :
Rasa gatal dan perih di mukosa mulut, rasa
metal, dan daya kecap penderita yang
berkurang
Pemeriksaan Fisik :
Bercak merah, dengan maserasi di daerah
sekitar mulut, di lipatan (intertriginosa)
disertai bercak merah yang terpisah di
sekitarnya (satelit). Guam atau oral thrush yang
diselaputi pseudomembran pada mukosa mulut

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang :
Sel ragi dapat dilihat di bawah
mikroskop dalam pelarut KOH 10%
atau pewarnaan Gram.

GASTROENTE
RITIS
Company Logo

Gastroenteritis (GE) adalah peradangan


mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, yaitu buang air
besar lembek atau cair, dapat bercampur
darah atau lender, dengan frekuensi 3
kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan
disertai dengan muntah, demam, rasa
tidak enak di perut dan menurunnya
nafsu makan. Apabila diare > 30 hari
disebut kronis.

Diagnosis
Pasien datang ke dokter karena
buang air besar (BAB) lembek atau
cair, dapat bercampur darah atau
lendir, dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam waktu 24 jam. Dapat
disertai rasa tidak nyaman di perut
(nyeri atau kembung), mual dan
muntah
serta
tenesmus.

Faktor Risiko :
Higiene pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang.
Ada riwayat intoleransi lactose, ada
riwayat alergi obat.
Infeksi HIV atau infeksi menular
seksual.

Pemeriksaan
terpenting
adalah
menentukan
tingkat/derajat dehidrasi akibat diare. Tanda- tanda
dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor
kulit perut menurun, akral dingin, penurunan
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan
keriput, mata cekung tidak, penurunan kesadaran
(syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas
bising usus hiperperistaltik.
Pada anak kecil yaitu cekung ubun-ubun kepala.
Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh
yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan
cepat.

Penatalaksanaan
Pada umumnya diare akut bersifat ringan
dan sembuh cepat dengan sendirinya
melalui rehidrasi dan obat antidiare,
sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih
lanjut.
Memberikan cairan dan diet yang adekuat
Pasien diare yang belum dehidrasi dapat
diberikan obat antidiare untuk mengurangi
gejala dan antimikroba untuk terapi definitif.

Obat anti Diare :


1. Turunan opioid: loperamide, difenoksilat atropine, tinktur
opium.
2. Bismut subsalisilat
3. Attapulgite
4. Anti sekretorik atau anti enkefalinase : Hidrasec
. Antimikroba :
1. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari
selama 5-7 hari, atau
2. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari.
3. Apabila
diare
diduga
disebabkan
oleh
Giardia,
metronidazole dapat digunakan dengan dosis 3x500 mg/
hari selama 7 hari.

DEMAM
TIFOID
Company Logo

DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Suhu tinggi.
Bau mulut karena demam lama.
Bibir kering dan kadang-kadang pecah-pecah.
Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated
tongue), jarang ditemukan pada anak.
Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
Hepatosplenomegali.
Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang
tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi).

Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut


Penurunan kesadaran ringan sering
terjadi berupa apatis dengan kesadaran
seperti berkabut (tifoid). Bila klinis
berat, pasien dapat menjadi somnolen
dan koma atau dengan gejala-gejala
psikosis (organic brain syndrome).
Pada penderita dengan toksik, gejala
delirum lebih menonjol

Pemeriksaan penunjang
1 Darah perifer lengkap
leukopeni (<5000 per mm3), limfositosis relatif,
monositosis, aneosinofilia dan trombositopenia ringan.
Pada minggu ketiga-empat dapat terjadi penurunan hb
akibat adanya perdarahan hebat dalam abdomen.
2. Pemeriksaan
serologi
Widal
Dengan titer O 1/320 diduga kuat Diagnosisnya adalah
demam tifoid. Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan
Diagnosis tifoid. Diagnosis demam tifoid dianggap pasti
bila didapatkan kenaikan titer 4 kali lipat pada
pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari.

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tifoid Toksik
Syok septik
Perdarahan intestinal
Hepatitis tifosa
Pankreatitis tifosa
Pneumonia

TERAPI
1. Terapi supportif ; Diet TKTP, istirahat
tirah baring , konsumsi obat-obatan
rutin.
2. Terapi simptomatik ; antipiretik dan
obat Gastrointestinalnya
3. Terapi definitif ; antibiotika :
kloramfenikol, ampisilin, amoxicilin ,
kotrimoxazol ( lini 1 )
4. Lini ke-2 : Ceftriaxon, cefotaxim,
kuinolon

DEMAM BERDARAH
DENGUE

Terapi
simptomatik
dengan
analgetik
antipiretik
(Parasetamol 3
x
500-1000
mg).
Pemeliharaan
volume cairan
sirkulasi

TUBERKULOSIS
Prinsip-prinsip terapi
Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut
digunakan sampai terapi selesai.
Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi
sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini
pertama sesuai ISTC (Bagan 2).
Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
dan
Etambutol.
Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari : Isoniazid dan Rifampisin
Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional,
sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixeddose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3 tablet
(INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB).

Untuk membantu dan mengevaluasi


kepatuhan, harus dilakukan prinsip
pengobatan dengan:
Sistem Patient-centred strategy,
yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian cara mendapatkan obat
serta kontrol pasien sesuai dengan cara
yang paling mampu laksana bagi
pasien.
Pengawasan Langsung menelan obat
(DOT/direct observed therapy)

Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian


terbaik adalah follow-up mikroskopis dahak (2
spesimen) pada saat:
Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1
bulan sebelum akhir terapi
dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi
modifikasi yang sesuai.
Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan
pemeriksaan prioritas dalam follow up
TB paru.

EDUKASI
Memberikan informasi kepada pasien
dan keluarga mengenai seluk beluk
penyakit dan
pentingnya pengawasan dari salah
seorang keluarga untuk ketaatan
konsumsi obat pasien.
Kontrol secara teratur.
Pola hidup sehat.

You might also like