Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................
ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................
2.1Definisi ......................................................................................................
2.3Etiologi.......................................................................................................
2.4Patofisiologi ...............................................................................................
2.5Penyebaran Abses.......................................................................................
2.6Diagnosis....................................................................................................
11
2.7Tata Laksana...............................................................................................
12
14
3.1Identitas Penderita.......................................................................................
14
3.2Anamnesis...................................................................................................
14
3.3Pemeriksaan Fisik.......................................................................................
15
20
3.5Initial Plan...................................................................................................
20
22
24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
tubuh terhadap daerah yang mengalami cedera atau kematian sel. Peradangan ini
biasa di tandai dengan dolor ( sakit ), rubor ( merah ), kalor ( panas ), tumor
( bengkak ), dan fungsio laesa ( perubahan fungsi ). Pada abses, bakteri yang berasal
dari karies gigi dapat meluas ke gusi, pipi, tenggorokan, rahang, dan tulang wajah.
Abses perimandibular adalah abses odontogenik yang berlokasi pada margo
mandibula sampai submandibular space dan terdapat di bawah insersi
m.Buccinatorius yang merupakan kelanjutan serous periostitis. Pada keadaan klinis
abses perimandibular ditemukan tidak terabanya tepian body of Mandible, karena
pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa pembesaran di region tepi
mandibula.
Abses
perimandibular
dapat
menyebar
sampai
di
bawah
otot-otot
pengunyahan. Apabila hal itu terjadi, maka akan timbul bengkak-bengkak yang keras,
di mana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar, sehingga untuk
mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu dengan operasi pembukaan abses. Dan
apabila abses tersebut tidak dirawat dengan benar dapat menyebabkan sepsis,
osteomyelitis abses subkutan, dan plegmon.
1.2 Tujuan
Mengetahui gejala dan tanda dari abses perimandibular serta mengetahui cara
pencegahan dan penatalaksanaan dari abses perimandibular
1.3 Manfaat
a) Memberikan informasi dan wawasan kepada masyarakat mengenai abses
perimandibular meliputi gejala dan tanda serta pencegahan dan penanganannya.
b) Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan mengenai abses perimandibular
meliputi gejala dan tanda serta pencegahan dan penanganannya.
c) Menjadi referensi di Perpustakaan Bagian Ilmu Pendidikan Gigi Dan Mulut
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya rongga
Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potesial yang dibatasi oleh fasia
servikalis. Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus
organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang
potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikalis
superfisialis dan fasia servikalis profunda.7,8
Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari
perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke
arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia
servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial,
saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.7,8
Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu (gambar 1):7,8
1.
Lapisan superfisial
Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak
sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah
wajah
dan
melekat
pada
klavikula
serta
membungkus
musculus
Lapisan media
Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi
muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan
membungkus musculus sternohioid, musculus sternotiroid, musculus tirohioid
dan musculus omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago
tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula.
Divisi viscera membungkus organ-organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid,
trakea dan esofagus. Di sebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak
bagian posterior sampai ke esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat
pada kartilago tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke
toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan perikardium. Fasia
bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera yang berada pada bagian
posterior faring dan menutupi musculus konstriktor dan musculus buccinator.
3.
Lapisan profunda
Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi
alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi
prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan
bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi
alar melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding
anterior dari danger space. Divisi prevertebra berada pada bagian anterior
korpus vertebra dan ke lateral meluas ke prosesus tranversus serta menutupi
otot-otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os
koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space dan dinding
anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini
membentuk selubung karotis (carotid sheath) yang berjalan dari dasar
tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai ke toraks.
2.
ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
f.
3.
ruang temporalis.
Ruang infrahioid
a.
ruang pretrakeal.
Etiologi
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau
kelenjar limfa submandibula.1,3 Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher
dalam lain. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan aerob. 1
Sebagian besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman,
baik kuman aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering
ditemukan
adalah
Stafilokokus,
Streptococcus
sp,
Haemofilus
influenza,
2.4
Patofisiologi
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh
infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini
memiliki enzim aktif yang disebut koagulase dan hyaluronidase. Koagulase berfungsi
untuk mendeposisi fibrin sehingga terbentuk sebuah pseudomembran yang terbuat
dari jaringan ikat, yang sering kita kenal sebagai membran abses. Oleh karena itu,
jika dilihat melalui ronsenologis, batas abses tidak jelas dan tidak beraturan, karena
jaringan ikat adalah jaringan lunak yang tidak mampu ditangkap dengan baik dengan
ronsen foto. Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan antar sel
yang terbuat dari jaringan ikat (hyalin/hyaluronat), Padahal, fungsi jembatan antar sel
penting adanya, sebagai transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi antar sel,
juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini rusak dalam
jumlah besar, maka dapat diperkirakan, kelangsungan hidup jaringan yang tersusun
atas sel-sel dapat terancam rusak/mati/nekrosis.
Infeksi pada ruang ini biasanya berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari
mandibula. Infeksi yang dapat menyebabkan abses ini terjadi dalam daerah
periapikal, yaitu di dalam tulang. Untuk mencapai luar tubuh, maka abses ini harus
menembus jaringan keras tulang, mencapai jaringan lunak, lalu barulah bertemu
dengan dunia luar. Inilah yang disebut pola penyebaran abses.
Pola penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu virulensi bakteri,
ketahanan jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang tinggi mampu
menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan
sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah dirusak,
sedangkan perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.
2.5
Penyebaran Abses1,2
Seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa pola penyebaran abses dipengaruhi
oleh 3 kondisi, yaitu virulensi bakteri, ketahanan jaringan, dan perlekatan otot.
Apabila terjadi sebuah kondisi abses periapikal yang mengalami infeksi, pus yang
terkandungnya harus dikeluarkan. Namun apabila pus tidak dikeluarkan akan tertahan
di regio tertentu sehingga dapat menyebar ke regio lain. Proses pergerakan dari pus
tersebut dipengaruhi oleh faktor ketahanan jaringan dan perlekatan otot. Beberapa
proses penyebaran abses, meliputi:
a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)
Abses submucosa merupakan terdapat pus dibawah lapisan mukosa. Terdapat
empat lokasi abses submucosa yaitu abses yang terletak di palatal, disebut sebagai
Abses Palatal (Palatal Abscess). Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas
(superior) dari perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual (Sublingual
Abscess). Yang terletak di sebelah bucal gigi disebut dengan Abses vestibular,
kadangkala sering terjadi salah diagnosa karena letak dan secara klinis terlihat seperti
Abses Bukal (Buccal Space Abscess), akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita
melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari
perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter
(rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan
pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari
perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.
b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)
Abses Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat
membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika melihat
arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan
otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah),
maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah
inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot
maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.
10
11
Diagnosis
Anamnesis dan gejala klinis
Pasien biasanya akan mengeluhkan demam, air liur yang banyak, trismus
akibat keterlibatan musculus pterygoid, disfagia dan sesak nafas akibat sumbatan
jalan nafas oleh lidah yang terangkat ke atas dan terdorong ke belakang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembengkakan di daerah perimandibula,
fluktuatif, dan nyeri tekan. Pada insisi didapatkan material yang bernanah atau
purulent (merupakan tanda khas). Lidah terangkat ke atas dan terdorong ke
belakang.2,7,8
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan leukositosis. Aspirasi material yang
bernanah (purulent) dapat dikirim untuk dibiakkan guna uji resistensi antibiotik
Radiologis
a. Rontgen jaringan lunak kepala AP
12
b. Rontgen panoramik
Dilakukan apabila penyebab abses submandibuka berasal dari gigi.
c. Rontgen thoraks
Perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis,
pendorongan saluran nafas, dan pneumonia akibat aspirasi abses.
2.7
Tata Laksana
Terapi yang diberikan pada abses perimandibula adalah :
1.
Antibiotik (parenteral)
Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab, uji
kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian antibiotik secara parenteral
sebaiknya diberikan secepatnya tanpa menunggu hasil kultur pus. Antibiotik
kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan
gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya adalah
campuran dari berbagai kuman. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan
metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah
didapat pemberian antibiotik dapat disesuaikan. 2,4-6,12
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi
terhadap
terhadap
ceforazone
sulbactam,
moxyfloxacine,
ceforazone,
Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan. Evakuasi
abses (gambar 4) dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam
dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os
hioid, tergantung letak dan luas abses.2 Bila abses belum terbentuk, dilakukan
panatalaksaan secara konservatif dengan antibiotik IV, setelah abses terbentuk
(biasanya dalam 48-72 jam) maka evakuasi abses dapat dilakukan.13
13
3.
4.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
IdentitasPasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Alamat
Agama
Suku
Tgl. Pemeriksaan
No CM
3.2
: Tn. Suwandi
: Laki-Laki
: 31 tahun
: Wiraswasta (Pegawai pabrik mebel)
: Tambak aji, Ngaliyan Semarang
: Islam
: jawa
: 30 Mei 2016
: C587968
Anamnesis
Autoanamnesis pada 30 Mei 2016 pukul 09.30 di Poliklinik Gigi dan Mulut
Keluhan Utama
14
15
PemeriksaanFisik
Dilakukan pada 30 Mei 2016 pukul 09.30 di Poliklinik Gigi dan Mulut
a. Status Generalis
o Keadaanumum
16
Kesadaran
: compos mentis
Keadaangizi
: cukup
o Tanda-tanda vital
TD
: 140/80 mmHg
Nadi
: 82x/ menit
RR
: 20x/ menit
Suhu
: 36,6oC
: 170 cm
Berat Badan
: 56 kg
Nutrisi
: BMI cukup
Hidrasi
: Baik
Edema
: -
Pucat
: -
: -
17
PemeriksaanEkstraoral
o Wajah
Inspeksi
Palpasi
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
Sensoris
: normoestesia
o Leher
Inspeksi
Palpasi
: nyeri (+)
18
Pemeriksaan Intraoral
o Mukosa pipi
o Mukosa palatum
sulit dinilai
sulit dinilai
o Ginggivaatas
o Ginggivabawah
o Karanggigi
(+)
o Pocket
(-)
o Oklusi
Normal bite
o Palatum
Sedang
o Supernumerary teeth :
Tidakada
19
o Diastema
Tidakada
o Gigi anomali
Tidakada
////Odontogram/
b. Status Lokalis
PemeriksaanEkstraoral
Inspeksi
Palpasi
: terdapat bengkak pada pipi kiri, tepi rahang tidak teraba, nyeri
tekan (+)
Pemeriksaan Intraoral
Sisa akar gigi 1.2; 1.5; 1.6; 2.3; 3.5; 4.5; 4.6; dan 4.7
Missing teeth gigi 2.2
Karies gigi 1.4; 2.1; 3.3; 3.4; 3.6; dan 4.3
20
c. Status Dental
Gigi 1.2; 1.5; 1.6; 2.3; 3.5; 4.5; 4.6; dan 4.7
Inspeksi
Sondasi
Perkusi
: (-)
Vitalitas
Mobilitas
: cekat
Sondasi
Perkusi
: (-)
Vitalitas
Mobilitas
: cekat
3.4
Diagnosis Kerja
Abses perimandibular
3.5
Initial Plan
Dx
Rx
Insisi drainase
Mx
Ex
21
Menjelaskan kepada pasien mengenai komplikasi yang muncul dari abses bila
tidak segera ditangani.
BAB IV
PEMBAHASAN
makan.
5 hari yang lalu pasien masih merasakan keluhan yang sama dan pasien
mengobati sakit giginya dengan naspro dan bintang tujuh. Namun sakit tidak
dirasakan berkurang dan pipi semakin membesar. Pasien menjadi sulit untuk
membuka mulut. Pasien menjadi sulit makan, minum dan saat ini pasien mengeluh
nyeri tenggorok saat harus menelan. Pasien tidak demam, tidak sesak napas dan
menurut pasien tidak memiliki riwayat sakit gigi sebelumnya. Riwayat merokok sejak
usia 16 tahun sebanyak 10 batang perhari.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 30 Mei 2016 pukul 09.30 di Poliklinik Gigi
dan Mulut. Pada wajah ditemukan asimetri (+), kemerahan (+), nyeritekan (+), tepi
rahang tidak teraba, trismus mulut (+) 1 jari. Hal ini sesuai teori, bahwa tepi rahang
tidak teraba karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa
pembesaran di region tepi mandibula. Trismus yang terjadi juga karena keterlibatan
musculus pterygoid. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembengkakan di
daerah perimandibula, fluktuatif, dan nyeri tekan
Pada leher terdapat nyeri (+). Pada pemeriksaan intraoral terdapat karang
gigi. Pada pemeriksaan Odontogram Sisa akar gigi 1.2; 1.5; 1.6; 2.3; 3.5; 4.5; 4.6; dan
4.7. Missing teeth gigi 2.2. Karies gigi, terdapat lubang gigi dengan kedalaman
22
23
mencapai dentin pada gigi 1.4; 2.1; 3.3; 3.4; 3.6; dan 4.3. Hal ini sesuai teori, karena
infeksi pada perimandibula biasanya berasal dari gigi molar kedua dan ketiga , dasar
mulut, faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis sebagai
Abses perimandibular. Untuk tatalaksana dilakukan cek darah rutin, GDS, Ureum,
Kreatinin. Hal ini sesuai teori, untuk mengetahui apakah didapatkan leukositosis
Terapi dilakukan Insisi drainase dan pemberian asam mefenamat 3x 500 mg. Hal ini
sesuai teori, karena abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan.
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi
dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak
dan luas abses. Monitoring keadaan umum, tanda vital, dan obstruksi jalan nafas. Hal
ini sesuai teori karena mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka
tindakan trakeostomi perlu dipertimbangkan Menjelaskan kepada pasien mengenai
komplikasi yang muncul dari abses bila tidak segera ditangani dan dalam hal ini
pasien harus segera ditangani oleh spesialis bedah mulut. Menjelaskan kepada pasien
mengenai pentingnya oral hygiene dan cara menyikat gigi yang benar.
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
MR.
Pola
Kuman
abses
leher
dalam.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHERDALAM-Revisi.
7. Calhoun KH, Head and neck surgery-otolaryngology Volume two. 3 nd Edition.
USA: Lippincott Williams and Wilkins. 2001. 705,712-3
8. Ballenger JJ. Penyakit telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jilid 1. Edisi
ke-13. Jakarta: Bina Rupa Aksara,1994.295-304
9. Deep
Neck
Space
Infections
(updated
08/06).
Diunduh
dari
http://www.entnyc.com/coclia_deep.pdf.
10. Pictures of submandibular neck. Otolaryngology Houston. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/837048-overview.
25
11. Micheau A, Hoa D. ENT anatomy: MRI of the face and neck - interactive atlas of
human anatomy using cross-sectional imaging (updated 24/08/2008 10:51 pm).
Diunduh dari http://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Head-and-Neck/Face-andneck-MRI.
12. Rambe AYM. Abses Retrofaring. Fakultas kedokteran Bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatra Utara. Diunduh dari USU
digital library 2003.
13. Gmez CM, Iglesia V, Palleiro O, Lpez CB. Phlegmon in the submandibular
region secondary to odontogenic infection. Emergencias 2007;19:52-53
26