You are on page 1of 9

SimulasiJafur^vafyari uniu^jSeiuana Hunumi

((Bawdi/uig Trisaffi et ai)

SIMULASI JALUR EVAKUASI UNTUK BENCANA


TSUNAMI BERBASIS DATA PENGINDERAAN ]AUH
(STUDI KASUS: KOTA PADANG, PROP1NSI
SUMATERA BARAT)
Bambang TrisaktP, Ita Carollta dan Mawardl Nur
Peneliti Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN
btris01@yahoo.com",

ABSTRACT
Tsunami disaster caused great damages and very large victims especially when
occurs in u r b a n area along coastal region. Therefore information of evacuation in a m a p
is very important for disaster preparedness in order to minimize the n u m b e r of victims
in affected area. Here, information generated from remote sensing satellite d a t a
(Landsat, SPOT-5 and DEM) a n d secondary d a t a (administration boundary a n d field
survey data) are used to simulate evacuation route a n d to produce a map for Padang
City. Vulnerability and evacuation areas are determined based on information of
maximum tsunami height in shoreline and topography condition. Landuse/landcover
and infrastructure (road, bridge a n d building) are extracted from SPOT data. All the
data obtained from remote sensing a n d secondary d a t a a r e integrated using geospatial
modeling to simulate t s u n a m i evacuation routes, the simulation of evacuation route in
Padang City for t s u n a m i preparedness is provided by considering river line, shelters
and save zone, available infrastructure (road), the shortest distance (to shelters and
save zone) a n d local community experiences.
ABSTRAK
Bencana t s u n a m i telah menyebabkan j a t u h n y a banyak korban jiwa d a n
kerugian material yang sangat besar, terutama p a d a d a e r a h p e m u k i m a n padat yang
terletak di wilayah pesisir. Karena itu ketersediaan informasi mengenai jalur evakuasi
dalam b e n t u k peta sangat diperlukan u n t u k meminimalkan j u m l a h korban dan
kerusakan di s u a t u t e m p a t bila terjadi tsunami. Tulisan ini d i m a k s u d k a n u n t u k
mendemonstrasikan aplikasi data inderaja u n t u k menghasilkan peta evaluasi terhadap
bencana tsunami di s u a t u d a e r a h . Pada kegiatan ini, d a t a satelit penginderaan j a u h
(Landsat, SPOT-5 d a n DEM) d a n d a t a sekunder (batas administrasi d a n d a t a lapangan)
digunakan u n t u k m e l a k u k a n simulasi jalur evakuasi d a n m e m b u a t peta dasar kota
Padang. Penentuan daerah rawan tsunami d a n d a e r a h evakuasi dilakukan
berdasarkan d a t a ketinggian m a k s i m u m tsunami di pantai d a n kondisi topografi
wilayah. Informasi t u t u p a n lahan dan infrastruktur (jalan, j e m b a t a n dan bangunan)
diekstraksi dari citra SPOT. S e m u a informasi yang diperoleh dari d a t a penginderaan
jauh d a n d a t a s e k u n d e r diintegrasikan d a n dianalisis m e n g g u n a k a n model geospasial
untuk m e n e n t u k a n jalur evakuasi. Simulasi jalur evakuasi u n t u k kota Padang
dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan sungai, b a n g u n a n - b a n g u n a n yang
dapat dijadikan tempat perlindungan d a n daerah aman, jaringan jalan, j a r a k terdekat
menuju tempat perlindungan a t a u daerah aman, dan informasi dari masyarakat lokal.
Katakunci:

Bencana Tsunami,

Data penginderaan jauh, Jalur evakuasi


9

JumafVenguufenun Jauh Vot A

PENDAHULUAN

Indonesia mcrupakan negara yang


diberkahi sekaligus diancam oleh kondisi
alamnya. Wilayah Indonesia sangat luas
dengan panjang wilayah sekitar 6000 km
dari u j u n g b a r a t sampai u j u n g timur
dan terbagi menjadi 3 d a e r a h wakiu.
Selain itu, Indonesia m e r u p a k a n negara
kepulauan terbesar di d u n i a dengan
j u m l a h p e n d u d u k lebih dari 2 0 0 j u t a
orang. Yang tak dapat disangkal adalah
kenyataan b a h w a wilayah Indonesia
terletak pada per tern u a n (tabrakan)
antara lempeng Caroline Pasifik, Iempeng
laut Filipina, lempeng Asia d a n lempeng
Hindia-Australia, yang mengakibatkan
sebagian besar wilayah Indonesia menjadi
wilayah yang rawan t e r h a d a p bencana
alam seperti: gempa bumi, tsunami dan
g u n u n g berapi (Ristek, 2005).
Pada Desember 2 0 0 4 , gempa d a n
tsunami telah menyebabkan k e r u s a k a n /
kerugian yang sangat dasyat, terutama
di provinsi
NAD
(Nanggroe Aceh
Darussalam).
Tsunami juga
telah
menewaskan ribuan orang di negaranegara sekitar s a m u d r a Hindia, seperti:
Malaysia, Thailand, Myanmar, India,
Srilaiigka, Bangladesh, Maldives dan
negara-negara b e n u a afrika. Lebih dari
2 0 0 ribu orang tewas oleh t s u n a m i Aceh,
karena itu t s u n a m i Aceh dianggap
sebagai tsunami paling mematikan dalam
sejarah kejadian tsunami (Ristek, 2005).
Daerah Iain yang diperkirakan sebagai
daerah rawan gempa d a n tsunami
terdapat di sepanjang pantai b a r a t pulau
Sumatera dan pantai selatan pulau J a w a
yang merupakan daerah pertemuan
lempeng. Terutama pada beberapa kota
di wilayah pesisir yang mempunyai
populasi p e n d u d u k yang besar seperti:
Padang, Bengkulu, Yogyakarta d a n
Dcnpasar.
Berdasarkan kondisi tersebut,
informasi
mengenai
daerah
rawan
bencana tsunami dan jalur evakuasi
sangat penting d a n d i b u t u h k a n oleh
masyarakat u n t u k meminimalkan jumlah
korban d a n k e r u s a k a n bila bencana
tsunami terjadi. Informasi ini dapat
dihasilkan dengan menggunakan data
10

$fo. 1 JHJII 2007:9-1?

satelit penginderaan j a u h d a n Sistem


Informasi Geograils (SIG). Data satelit
penginderaan j a u h digunakan u n t u k
mengidentifikasi t u t u p a n lahan di permukaan bumi, d a n u n t u k menghasilkan
informasi topografi d a e r a h (DEM: Digital
Elevation Modefy. Dimana, informasi
t u t u p a n lahan d a n DEM telah diketahui
sebagai
parameter-parameter
utama
u n t u k menghasilkan model d a e r a h
kerawanan dan daerah evakuasi u n t u k
berbagai bencana alam, seperti b e n c a n a
tsunami d a n banjir (LAPAN, 2005).
Pada Kegiatan ini, Data satelit
penginderaan j a u h (Landsat, SPOT-5dan
DEM) serta data s e k u n d e r (Batas
administrasi d a n d a t a lapangan) digunakan u n t u k melakukan p e m b u a t a n peta
d a s a r d a n simulasi jalur evakuasi u n t u k
bencana t s u n a m i di kota Padang,
provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini
m e r u p a k a n bagian dari kegiatan ITWS
[Indonesia
Tsunami
Warning
System]
2 0 0 5 yang dikoordinasikan oleh KMNRT
(Kantor Menteri Negara Riset d a n
Teknologi).
2 LOKASI DAN METOPOLOGI
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah kota
Padang, provinsi Sumatera Barat. Wilayah
Sumatra Barat berdekatan dengan lokasi
pertemuan lempeng dan secara historis
sering mengalami kejadian gempa yang
diikuti t s u n a m i seperti p a d a Gambar
2-1(a) yang oleh beberapa ahli diprediksi
akan mengalami siklus perulangan. Oleh
k a r e n a itu d a e r a h ini diperkirakan
sebagai daerah beresiko mengalami
tsunami setelah kejadian tsunami Aceh
2004 (Ristek, 2005).
Gambar 2-1(b) memperlihatkan
lokasi d a n kondisi topografi kota Padang
menggunakan citra Landsat 3D. Dari
gambar terlihat b a h w a kota Padang
terletak di sepanjang pantai serta mempunyai kondisi topografi yang rendah
(relatif datar) sehingga daerah ini
m e r u p a k a n salah s a t u d a e r a h paling
rawan di Indonesia bila terjadi bencana
tsunami.

SimuCasi JaCur <Eva^jiasi untu^JBencana Tsunami (<Bam6ang Trisafyi et at)

G a m b a r 2 - 1 : Lokasi penelitian u n t u k p e m b u a t a n simulasi r a t e evakuasi

G a m b a r 2-2: Flowchart proses p e m b u a t a n p e t a j a l u r evakuasi


2.2Metodologi
Gambar
2-2
memperlihatkan
flowchart
proses
pembuatan
jalur
evakuasi. Data yang digunakan mencakup data primer d a n sekunder. Data
primer a d a l a h d a t a geospasial yang
berbasiskan data satelit penginderaan
jauh, yaitu: data Landsat-7 ETM, SPOT-5
dan DEM SRTM (DEM Shuttle Radar
Topography Mission). Sedangkan d a t a
sekunder adalah peta topografi d a n data
lapangan (batas administrasi, kondisi
infrastruktur, informasi masyarakat dll.).
Pengolahan awal dimulai dengan koreksi
geometrik u n t u k m e n y a m a k a n koordinat
citra dengan koordinat peta, kemudian

fusi d a t a u n t u k menghasilkan citra


dengan spasial resolusi 2.5 m dan
mozaic u n t u k menggabungkan citra
yang berbeda. Tahap berikutnya adalah
pengolahan lanjutan dengan melakukan
beberapa proses, yaitu: proses klasifikasi
p e n u t u p lahan dengan menggunakan
metoda intepretasi dan dijitasi kenamp a k a n visual p a d a layar monitor (on
screen digitizing), analisis topografi u n t u k
memperoleh zona rawan t s u n a m i d a n
zona evakuasi (zona aman), d a n identifikasi
terhadap
infrastruktur
seperti
b a n g u n a n - b a n g u n a n besar yang dapat
dijadikan tempat perlindungan (shelter),
jaringan jalan u n t u k jalur evakuasi d a n
jembatan.
11

Juma[ipengindiraanJau6VoC4

Survey lapangan dilakukan di


kota Padang u n t u k pengumpulan data
sekunder, melakukan verifikasi pada
hasil yang d i t u r u n k a n dari citra satelit
(tutupan
lahan
dan
infrastruktur),
pengamatan terhadap landmark (bangunan) dan j a l a n yang dapat digunakan sebagai t e m p a t perlindungan d a n
jalur evakuasi, serta melakukan diskusi
dengan LSM (KOGAMI: Komando Siaga
Tsunami) setempat u n t u k memperoleh
informasi mengenai kondisi d a e r a h d a n
masyarakat Padang. T a h a p terakhir
adalah melakukan integrasi d a n analisis
geospasial terhadap seluruh informasiinformasi yang diperoleh u n t u k melakukan simulasi p e m b u a t a n j a l u r evakuasi
u n t u k kota Padang. Selanjutnya jalur
evakuasi akan disajikan dalam b e n t u k
sebuah peta yang dapat menghasilkan
informasi j a l u r evakuasi sampai tingkat
kelurahan.
3

HASIL DAN DISKUSI

Citra satelit yang telah dikoreksi


geometrik, kemudian digabung d a n
dianalisis u n t u k mengidentifikasi kondisi
tutupan lahan d a n infrastruktur. Metode
identifikasi a d a l a h dengan c a r a interprestasi dan digitasi secara visual di
depan monitor. Gambar 3-1 memperlihatkan informasi t u t u p a n lahan dan
infrastruktur
untuk
kota
Padang,
Provinsi S u m a t e r a Barat.
Tutupan lahan diklasifikasi dalam
10 kelas, yaitu: Permukiman, sawah,
kebun campur, h u t a n , vegetasi lainnya,
lahan terbuka, pasir pantai, laut, d a n a u
d a n sungai. Sedangkan infra s t r u k t u r
difokuskan pada identifikasi jembatan,
jalan (meliputi jalan kolektor dan j a l a n
lokal), d a n landmark a t a u b a n g u n a n bangunan besar yang diperkirakan dapat
digunakan sebagai t a n d a atau tempat
perlindungan s a a t terjadi tsunami.
Landmark meliputi: r u m a h sakit, perkantoran, sekolah, mesjid, hotel, bank,
pelabuhan udara, terminal bis, pusat
perbelanjaan, gedung olahraga, industri
dan Iain-lain.
Modeling tsunami, berdasarkan
p a d a data tsunami yang telah terjadi,
12

?fo. 1 Juni 2007:9-17

telah dilakukan oleh


tim
peneliti
Tsunami Reseach Group ITB di b e b e r a p a
wilayah Indonesia, seperti modeling
tsunami Aceh berdasar t s u n a m i Aceh
2004 d a n tsunami Padang b e r d a s a r
tsunami Sumatera Barat 1883 (Latief
et.al, 2003 dan 2005). Modeling t s u n a m i
dapat menghasilkan beberapa informasi
seperti: tinggi maksimum tsunami di
garis pantai, waktu perjalanan t s u n a m i
dan kecepatan rambat tsunami. Tim
peneliti ITB memprediksi bahwa tinggi
m a k s i m u m t s u n a m i di garis p a n t a i
u n t u k beberapa
lokasi Aceh
dan
Sumatera Barat adalah seperti pada
Tabel3-1.
Berdasarkan hasil prediksi tinggi
m a k s i m u m t s u n a m i di garis pantai yang
diperoleh dari model tsunami Aceh d a n
Sumbar, maka dapat diambil kesimpulan
k a s a r b a h w a elevasi k u r a n g dari 10 m
adalah d a e r a h rawan tsunami. Sehingga
kota Padang dapat dibagi menjadi 4
zona dengan menggunakan kondisi
topografi (DEM) wilayah tersebut. Zona
tersebut adalah zona 1 (0-5 m), zona 2
(6-10 m), zona 3 (11-15 m) d a n zona 4
(>15 m). Semakin besar nomor zona
semakin
berkurang
ungkat
resiko
t e r h a d a p bencana t s u n a m i . Zona 1 dan
zona 2 diasumsikan sebagai daerah
rawan t s u n a m i , sedangkan zona 4
diasumsikan sebagai zona evakuasi atau
zona a m a n . Model zonasi ini j u g a
digunakan oleh KOGAMI u n t u k menent u k a n daerah rawan tsunami di Padang
(KOGAMI, 2005). Gambar 3-2 memperlihatkan klasifikasi zona u n t u k kota
Padang menggunakan data DEM SRTM.
Terlihat bahwa beberapa wilayah di kota
Padang seperti: bukit Pangilun, gunung
Padang d a n bagian timur kota Padang
mempunyai topografi tinggi d a n terklasifikasi dalam zona a m a n yang dapat
digunakan u n t u k lokasi evakuasi bila
terjadi bencana tsunami. Sebagian besar
t u t u p a n lahan p a d a daerah zona 1 (zona
rawan) adalah p e r m u k i m a n p e n d u d u k
sedangkan zona 4 (zona aman) mempunyai t u t u p a n lahan b e r u p a h u t a n d a n
pcrsawahan.

SimufasiJaCur'Evafyiasi untukJBencana Tsunami (<Bam6ang Trisafyi et aC.)

G a m b a r 3 - 1 : Informasi t u t u p a n l a h a n d a n infrastruktur u n t u k kota Padang


T a b e l 3 - 1 : PREDIKSI TINGGI MAKSIMUM TSUNAMI DI GARIS PANTAI DI BEBERAPA
LOKASI PROPINSI ACEH DAN SUMATRA BARAT (LATIEF ET.AL, 2 0 0 3 DAN
2005)
Model t s u n a m i
T s u n a m i Aceh 2004
T s u n a m i S u m b a r 1833

Lokasi
B a n d a Aceh
Melaboh
Pulau Siberut
Kepulauan Mentawai
Padang

Tinggi m a k s i m u m
5.6 m
4.2 m
8.6 m
7.0 m
2.0 m

G a m b a r 3-2: D a e r a h rawan t s u n a m i b e r d a s a r k a n kondisi topografi wilayah


13

JurnatQenginderaanJauhVoC. 4 !Nb. 1 Juni 2007:9-17

0 meter

5 meter

IOmeter

15 meter

G a m b a r 3-3: Model g e n a n g a n t s u n a m i di kota Padang

Berdiskusi di k a n t o r KOGAMI, Padang


Gambar 3-4 Kegiatan survey lapangan di kota Padang
Gambar
3-3
memperlihatkan
model genangan tsunami, dengan cara
menaikan level air terhadap citra 3D
u n t u k kota Padang. Air dinaikan dengan
ketinggian (0, 5, 10 dan 15 m). Saat air
naik setinggi 5 m m a k a sebagian besar
daerah pesisir kota Padang telah
digenangi air, semakin tinggi air naik
semakin besar daerah genangan. Pada
saat air mencapai 1 5 m m a k a seluruh
kota Padang telah berada di dalam air
kecuali beberapa tempat seperti bukit
Pangilun d a n g u n u n g Padang.
14

Survey lapangan dilakukan di


kota Padang u n t u k mengumpulkan
beberapa data sekunder (seperti: batas
administrasi sampai tingkat kelurahan
dan data sosial ekonomi masyarakat),
melakukan verifikasi p a d a hasil yang
diekstrak dari citra satelit (tutupan lahan
d a n infrastruktur), pengamatan terhadap
landmark (bangunan) dan jalan yang
dapat digunakan sebagai tempat perlindungan d a n jalur evakuasi, serta
melakukan
diskusi
dengan
LSM
(KOGAMI: Komando Siaga Tsunami)

iSmuhtiJ&r&vattjuuiutUut&ncona Tsunami

setempat u n t u k memperoleh informasi


mengenai kondisi daerah dan masyarakat
Padang. Hasil survey akan digunakan
u n t u k melakukan perbaikan/koreksi
terhadap informasi dari citra satelit dan
sebagai input dalam proses simulasi
pembuatan jalur evakuasi. Gambar 3-4
memperlihatkan beberapa kegiatan survey
lapangan yang dilakukan di kota Padang.
Tahap terakhir adalah melakukan
integrasi dan analisis geospasial menggunakan SIG terhadap seluruh informasiinformasi yang diperoleh, u n t u k kemudian melakukan simulasi p e m b u a t a n
jalur evakuasi u n t u k kota Padang. J a l u r
evakuasi ditentukan dengan beberapa
t a h a p d a n pertimbangan sebagai berikut:
Keberadaan aliran sungai. Bila terjadi
gempa m a k a j e m b a t a n mempunyai
kemungkinan u n t u k mengalami rusak,
sehingga jalur evakuasi tidak boleh
dibuat melewati aliran sungai (jembatan).
Penentuan tempat perlindungan (tempat
perlindungan dapat b e r u p a b a n g u n a n
yang kokoh atau zona aman). Berdasarkan m a s u k a n dari hasil survey
lapangan,
m a k a dapat dilakukan
klasifikasi t e r h a d a p b a n g u n a n yang
kokoh u n t u k tempat perlindungan
penduduk
saat
terjadi
tsunami.
B a n g u n a n - b a n g u n a n tersebut dipilih
sebagai tempat perlindungan pada
daerah rawan sampai daerah yang
relatif a m a n .
Identifikasi jaringan jalan yang dapat
digunakan- Berdasarkan m a s u k a n dari
hasil survey lapangan, m a k a dapat
diidentifikasi jalan-jalan yang dapat
digunakan u n t u k evakuasi dan c u k u p
besar u n t u k dilalui oleh kendaraan
bermotor.
Pembuatan jalur terpendek/terdekat
menuju tempat perlindungan atau
daerah evakuasi (aman). J a l u r dipilih
sependek/sedekat mungkin menuju
daerah a m a n melalui jaringan j a l a n
yang diidentifikasi p a d a nomor 3,

(toam&ang trisaifi tt aL)

selain itu j u g a memberikan pilihan


jalur alternatif menuju tempat perlindungan di zona 1, 2 atau 3. Hal ini
dilakukan
mengingat
kemampuan
setiap orang yang berbeda beda (besar,
kecil, tua d a n muda) dan lamanya
j a r a k t e m p u h menuju ke daerah aman.
Gambar
3-5
memperlihatkan
contoh dari hasil simulasi u n t u k
p e m b u a t a n jalur evakuasi p a d a salah
satu bagian kota Padang. Model simulasi
ini selanjutnya dikerjakan u n t u k seluruh
wilayah kota Padang, dan selanjutnya
dibuat peta jalur evakuasi seperti p a d a
Gambar 3-6.
Informasi mengenai j a l u r evakuasi
ini dapat dipetakan sampai dengan skala
1:10.000, sehingga dapat memberikan
informasi jalur evakuasi sampai ke
tingkat kelurahan. Selain itu informasi
lainnya seperti t u t u p a n lahan, infras t r u k t u r d a n aksesibitas kota Padang
merupakan
informasi
yang
sangat
bermanfaat bagi instansi terkait a t a u
pemerintah setempat. Informasi jalur
evakuasi ini masih memcrlukan lebih
banyak m a s u k a n dari masyarakat dan
pemerintah
daerah
setempat yang
sangat mengenai kondisi daerah sendiri.
Karena itu sangat diperlukan s u a t u
koordinasi dengan masyarakat dan
pemerintah setempat u n t u k mendiskusikan permasalahan-permasalahan terkait
dengan identifikasi dari bangunanb a n g u n a n yang d a p a t dijadikan tempat
perlindungan d a n jalan-jalan yang dapat
dijadikan sebagai jalur evakuasi. Dalam
kerangka kerja 1TWS, informasi yang
dihasilkan oleh LAPAN ini akan digunakan oleh intansi-intansi lain (seperti:
RISTEK d a n UPI) u n t u k melakukan
kegiatan pelatihan t e r h a d a p masyarakat
setempat (seperti: Tsunami drUt\ dan
p e m b u a t a n peta jalur evakuasi yang
bersifat operasional.

15

3urna(<PeiigineraanJauhVoi 4 5Vb. 1 Juni 2007:9-

Gambar 3-5: Contoh hasil simulasi jalur evakuasi pada sebagian daerah

Gambar 3-6: Peta jalur evakuasi untuk kota Padang


16

iSimitldsiJatur<Evatuaii untufijBenaina Tsunami

KESIMPULAN DAN SARAN

Informasi y a n g dihasilkan dari


data satelit penginderaan j a u h d a n data
sekunder lainnya, digunakan u n t u k
melakukan simulasi jalur evakuasi di
kota Padang. Beberapa hal d a p a t
disimpulkan sebagai berikut:
Satelit penginderaan j a u h dapat menghasilkan/menyediakan data-data yang
sangat penting u n t u k pembuatan
daerah rawan t s u n a m i dan p e n e n t u a n
jalur evakuasi.
Kota P a d a n g terletak d e k a t lokasi
pertemuan lempeng dan mempunyai
kondisi topografi yang relatif datar,
sehingga m e r u p a k a n daerah yang
sangat beresiko t e r h a d a p b e n c a n a
tsunami. Ada b e b e r a p a d a e r a h di Kota
Padang yang mempunyai ketinggian
lebih dari 15 m, seperti: bukit
pangilun d a n g u n u n g Padang. Daerah
tersebut dapat digunakan sebagai
daerah evakuasi bila terjadi bencana
tsunami.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam
p e m b u a t a n jalur
evakuasi adalah: keberadaan aliran
sungai, tempat perlindungan, jaringan

(tamBana

Ihsafyittal)

jalan d a n j a r a k terpendek/terdekat
menuju tempat perlindungan.
Koordinasi dengan masyarakat dan
pemerintah setempat sangat dibutuhkan u n t u k memperbaiki hasil simulasi
j a l u r evakuasi menjadi j a l u r evakuasi
yang bersifat operasional.
DAFTAR RUJUKAN
KOGAMI, 2005. Proposal Mitigasi Bencana
Gempa dan Tsunami untuk Kota
Padang, Kota Padang, Propinsi
S u m a t r a Barat.
LAPAN, 2005. Geo-spatial Data Base and
Tsunami Evacuation Information for
Suporting ITWS Program, Laporan
ITWS LAPAN-RISTEK 2 0 0 5 .
Latief dkk, 2 0 0 3 .
Simulasi Tsunami
Sumatera Barat 1833 dan Sumatra
Utara
1935.
Pusat
Penelitian
Kelautan-ITB, Laporan penelitian
di h t t p : / / t s u n a m i 2 . p p k . i t b . a c . i d / .
Latief dkk, 2005. Tsunami Aceh 2004,
Tsunami
Research
Group-ITB,
Presentasi power point.
RISTEK,
2005.
Grand Scenario of
Indonesia Tsunami Early Warning
System, Version 190405.

17

You might also like