You are on page 1of 5

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO.

2, DESEMBER 2010: 81-85

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN


MASYARAKAT DAN KEPADATAN Aedes aegypti
DI KECAMATAN BAYAH, PROVINSI BANTEN
Saleha Sungkar*), Rawina Winita, Agnes Kurniawan
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia
*)

E-mail: salehasungkar@yahoo.com

Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten
sehingga perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD. Agar PSN tepat sasaran warga perlu dibekali
pengetahuan dengan penyuluhan mengenai PSN. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek penyuluhan terhadap
tingkat pengetahuan warga serta kepadatan vektor DBD. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan
intervensi penyuluhan. Pre-test dilakukan pada bulan Agustus 2009 terhadap 106 warga desa Bayah dan post-test pada
bulan Oktober 2009. Data dikumpulkan dengan wawancara dilanjutkan survei entomologi dengan single larval method
lalu diidentifikasi secara mikroskopis. Data dianalisis dengan marginal homogeneity test. Hasil pre-test menunjukkan,
64,2% warga berpengetahuan kurang hanya 11,3% yang baik; sesuai dengan tingkat pendidikan yang rendah dan
ekonomi yang kurang. Setelah penyuluhan 14% warga berpengetahuan baik dan 54% kurang yang secara statistik
bermakna (p = 0,001). Dari survei entomologi diperoleh container index (CI) 18% dan house index (HI) 52% yang
menunjukkan tingginya kepadatan dan penyebaran vektor. Setelah penyuluhan CI menjadi 16% dan HI 42% tetapi
penurunan tersebut tidak berbeda bermakna (CI, p = 0,523; HI, p = 0,174) dan masih di atas index WHO. Disimpulkan
penyuluhan meningkatkan tingkat pengetahuan warga mengenai PSN tetapi tidak menurunkan kepadatan vektor
sehingga Bayah masih tetap berisiko tinggi DBD.

Abstract
The Effect of Health Education to Community Knowledge and Aedes aegypti Density in Bayah Subdistrict,
Banten Province. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Bayah, Banten Province thus,
control of mosquitoes breeding sites (CMBS) and health education is necessary. This study aimed to evaluate the effect
of health education on peoples level of knowledge on CMBS and the density of Ae. aegypti. This study involved 106
villagers from Bayah in August (pretest) and October (postest) 2009. Data was collected through questionnaires,
followed by observation of containers available in the house using single larval method and identified microscopically.
Data was analyzed using marginal homogeneity test. The result showed, 64.2% and 1.3% villagers had poor and good
knowledge on CMBS. This finding was in accordance to their education level and socio-economic status. After
education, there were 14% had good and 54% poor knowledge (p = 0,001). Container index (CI) and house index (HI)
were 18% and 52% respectively, suggesting high density of Ae. aegypti in that area. Following health education, CI and
HI became 16% and 42% which were still above WHO level of indicator; which gave no significant difference in CI
(p = 0,523) and HI (p = 0,174). In conclusion, the level of knowledge increased after health education which was not
followed by significant decrease in vector density, suggesting Bayah is still categorized as highly transmitted area of
DHF.
Keywords: Aedes aegypti, container index, dengue haemorrhagic fever, house index, Bayah

Pendahuluan

luas.1 Pada tahun 2007 terjadi peningkatan insidens


DBD dan kejadian luar biasa (KLB) di Aceh, Sumatra
Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Gorontalo, Bali,
Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta dan Banten.1

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia karena jumlah
penderitanya terus bertambah dan penyebarannya semakin

81

82

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 81-85

Di Provinsi Banten jumlah penderita DBD sebanyak


862 orang dan 27 meninggal. Di Kabupaten Lebak, pada
tahun 2008 dilaporkan 7 dari 249 penderita DBD
meninggal. Di Kecamatan Bayah jumlah penderita DBD
sebanyak 25 orang dan 2 orang meninggal.2
Kecamatan Bayah merupakan daerah endemis DBD
karena daerah tersebut terletak di tepi pantai yang
sumber airnya adalah air payau. Sumber air bersih dari
PAM tidak ada, sehingga masyarakat harus membeli air
bersih untuk keperluan minum dan masak. Karena air
bersih sulit diperoleh maka masyarakat harus
menghemat air dan menyimpannya dalam tempat
penampungan air (TPA) seperti drum, bak, ember dan
lain-lain. TPA tersebut dapat menjadi tempat
berkembangbiak Ae. aegypti karena habitat nyamuk
tersebut adalah tempat penampungan air jernih terutama
yang berada di dalam rumah.
Keadaan tersebut didukung oleh penelitian Al Huraibi,3
yang melaporkan bahwa di Desa Bayah Tugu
didapatkan 337 container dan 58 container positif larva
Aedes sp (container index/CI 17,2%). Dari 100 rumah
yang diperiksa didapatkan house index (HI) 42% dan
breteau index (BI) 58. Index tersebut menunjukkan
bahwa kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti tergolong
tinggi dan Desa Bayah termasuk daerah transmisi tinggi
DBD.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD di Kecamatan Bayah
yang harus dilakukan oleh seluruh warga secara terus
menerus, teratur dan serentak.
Agar warga memahami PSN secara teratur, maka warga
perlu diberikan penyuluhan. Dengan penyuluhan,
diharapkan tingkat pengetahuan warga meningkat dan
mau melakukan PSN sehingga kepadatan Ae. aegypti
menurun. Untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan,
dilakukan survei tingkat pengetahuan warga dan survei
entomologi sebelum dan sesudah penguluhan. Dengan
demikian tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek
penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan warga
mengenai PSN dan kepadatan Ae. aegypti.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental
dengan intervensi berupa penyuluhan mengenai PSN.
Penelitian dilakukan di Desa Bayah, Kecamatan Bayah.
Pretest dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 dengan
melakukan survei mengenai tingkat pengetahuan warga
tentang PSN dan survei entomologi untuk mengetahui
kepadatan dan penyebaran populasi Ae. aegypti.

acak. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai


warga menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan
tentang Ae. aegypti dan pemberantasannya. Tingkat
pengetahuan dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Pengetahuan
baik jika nilai >80%, (2) Pengetahuan cukup jika nilai
60-79%, (3) Pengetahuan kurang jika nilai <59%.
Survei entomologi dilakukan dengan memeriksa semua
wadah berisi air (container) di dalam dan di luar rumah.
Survei menggunakan single larval method yaitu
memeriksa container apakah berisi larva atau tidak. Jika
terdapat larva maka larva diambil dengan pipet lalu
dimasukkan ke dalam botol kecil dan diberi label.
Selanjutnya larva diidentifikasi secara mikroskopis lalu
kepadatan (CI), penyebaran (HI) Ae. aegypti dan
prediktor KLB (breteau index/BI) dihitung dengan
rumus:4
Jumlah rumah positif larva
X 100%
HI =
Jumlah rumah yang diperiksa
CI =

Jumlah container positif larva


Jumlah container yang diperiksa

BI = Jumlah container positif dalam 100 rumah.


Setelah pretest, warga diberikan penyuluhan mengenai
cara mengenal Ae. aegypti dan melakukan PSN. Pada
penyuluhan tersebut diperagakan telur, larva, pupa,
nyamuk dewasa serta habitat Ae. aegypti. Setelah
penyuluhan selesai dilakukan posttest untuk mengetahui
tingkat pengetahuan warga setelah penyuluhan.
Dua bulan setelah pretest dilakukan survei entomologi
(posttest) pada populasi yang sama untuk mengetahui
kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti setelah mendapat
penyuluhan PSN. Setelah posttest selesai data diolah
dengan program SPSS dan dianalisis dengan marginal
homogeneity test dengan confidence interval 95%.

Hasil dan Pembahasan


Tingkat Pengetahuan Warga Mengenai PSN. Pada
Tabel 1, tampak bahwa sebelum penyuluhan, sebanyak
64,2% warga memiliki pengetahuan yang kurang dan
hanya 11,3% yang memiliki tingkat pengetahuan baik.
Setelah diberikan penyuluhan tingkat pengetahuan
warga meningkat secara bermakna (p = 0,001, marginal
homogeneity test) yang berarti penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan warga mengenai PSN.
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Warga Sebelum
Sesudah Penyuluhan PSN di Desa Bayah
Penyuluhan
Sebelum

Survei tingkat pengetahuan dilakukan terhadap 106


orang dewasa yang berada di tiap rumah yang didapat
dari perhitungan rumus besar sampel lalu dipilih secara

X 100%

Sesudah

dan

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup Kurang Uji kemaknaan
12
26
68
(11,3%) (24,5%) (64,2%) p = 0,001
14
38
54
(13,2%) (35,8%) (50,9%)

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 81-85

Evaluasi Entomologi. Tabel 2 memperlihatkan baik


sebelum maupun sesudah penyuluhan, hampir semua
jenis container berisi larva Ae. aegypti dan container
yang paling banyak mengandung larva adalah ember,
bak mandi dan drum.
Menurut WHO,4 suatu wilayah dikatakan mempunyai
kepadatan dan penyebaran vektor yang tinggi serta
berisiko tinggi untuk penularan DBD jika CI 5% dan
HI 10%. Hasil survei di Desa Bayah sebelum
penyuluhan didapatkan 75 container positif larva (CI
18%) dan jumlah rumah yang containernya positif larva
adalah 52 rumah (HI 52%). Dengan demikian kepadatan
dan penyebaran vektor DBD di Desa Bayah tergolong
tinggi sehingga berisiko tinggi untuk penularan DBD.
Suatu daerah dikatakan berpotensi mengalami KLB
DBD jika BI >50. Pada penelitian ini, dari 100 rumah
yang diperiksa didapatkan 75 container positif larva (BI
75) yang menunjukkan bahwa desa Bayah berpotensi
untuk mengalami KLB karena BI >50.
Setelah penyuluhan, semua container yang positif larva
menurun jumlahnya, kecuali bak mandi dan tempayan
bahkan jumlah bak mandi yang positif larva bertambah.
Bertambahnya jumlah bak mandi yang positif larva
terjadi karena warga tidak menguras secara teratur dan
hanya mengurasnya jika sudah sangat kotor dan suplai
air bersih tersedia.
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah container yang
positif larva menurun dari 75 menjadi 66 container dan
Tabel 2. Keberadaan Larva Ae. aegypti Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan PSN di Desa Bayah

Jenis
Container
Bak mandi
Bak WC
Drum
Tempayan
Ember
TPA lain
Kaleng bekas
Ban bekas
Botol bekas
Vas bunga
Kolam
Total

Sebelum
penyuluhan
Positif Negatif
20
74
3
4
11
23
4
18
24
188
9
27
1
2
0
1
2
3
1
0
0
4
75
344

Sesudah
penyuluhan
Positif Negatif
28
66
2
5
8
26
4
18
21
191
2
34
1
2
0
1
0
5
0
1
0
4
66
353

Tabel 3. Indikator Kepadatan Vektor Sebelum


Sesudah Penyuluhan DBD di Desa Bayah

Indikator
Sebelum
Sesudah

Container
index
18%
16%

House
index
52%
42%

dan

Breteau
index
75
66

83

jumlah rumah yang positif larva menurun dari 52


menjadi 42 rumah. Dengan demikian CI menurun dari
18% menjadi 16%, HI menurun dari 52% menjadi 42%,
dan BI menurun dari 75 menjadi 66. Index tersebut
masih lebih tinggi dari standar WHO sehingga Bayah
tetap tergolong kategori risiko tinggi penularan DBD
dan masih berpotensi mengalami KLB.
Uji statistik menggunakan marginal homogeneity test
menghasilkan nilai p = 0,523 untuk CI dan p = 0,174
untuk HI. Hasil tersebut menunjukkan penurunan CI
dan HI tidak berbeda bermakna yang berarti penyuluhan
PSN belum dapat menurunkan kepadatan dan
penyebaran vektor DBD di Desa Bayah.
Pengetahuan Warga Bayah Mengenai PSN. Pengetahuan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sikap
dan perilaku sesorang. Kurangnya pengetahuan dapat
berpengaruh pada tindakan yang dilakukan karena
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi
untuk terjadinya perilaku.5-7 Oleh karena itu untuk
mendidik masyarakat agar mempunyai perilaku yang
baik, warga perlu diberikan pengetahuan.
Pada penelitian ini, pengetahuan yang diberikan adalah
mengenai PSN. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan
warga dapat memahami PSN sehingga dapat melakukan
pemberantasan DBD dengan benar.
Sebelum penyuluhan, hasil survei tingkat pengetahuan
warga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan warga
yang tergolong kurang sebanyak 64,2%. Hal tersebut
dapat dimengerti karena umumnya warga bayah
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan sosial
ekonomi yang kurang.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan
daya cerna seseorang terhadap informasi yang diterima.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
tinggi pula informasi yang dapat diserap dan tingginya
informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga sebaliknya. Orang yang
berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap
masalah kesehatan dan peningkatan pendidikan akan
meningkatkan partisipasi warga dalam menjaga
kesehatan.7
Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan warga meningkat
secara bermakna setelah diberikan penyuluhan yang
berarti penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan
warga Desa Bayah mengenai PSN.
Benthem et al.7 meneliti tingkat pengetahuan masyarakat
di Thailand mengenai pemberantasan dan pencegahan
DBD. Hasilnya menunjukkan masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai DBD memiliki
upaya pencegahan yang jauh lebih baik. Konraadt et al.8
dan Kittigul et al.9 juga melaporkan bahwa terdapat

84

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 81-85

hubungan langsung antara pengetahuan mengenai


pencegahan DBD dengan upaya melakukan PSN.
Dari penelitian Khynn et al.10 di Myanmar didapatkan
bahwa bahwa orang yang terpapar berbagai media
kesehatan seperti pamflet/poster, televisi, surat kabar
dan jurnal memiliki tingkat pengetahuan mengenai
DBD yang lebih baik daripada orang yang tidak
terpapar. Itrat et al.11 meneliti pengetahuan sikap dan
perilaku terkait DBD di Pakistan dan mendapatkan
bahwa sumber informasi mengenai DBD yang paling
penting dan berguna adalah televisi. Murid yang
mendapatkan penyuluhan mengenai PSN melalui
metode ceramah dan film memiliki peningkatan
pengetahuan secara bermakna dibandingkan sebelum
penyuluhan.12
Kepadatan dan Penyebaran Ae. Aegypti. Pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum
penyuluhan kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti
tergolong tinggi sehingga Desa Bayah digolongkan
sebagai daerah transmisi tinggi DBD. Hal tersebut
disebabkan Desa Bayah merupakan daerah yang sesuai
untuk perkembangbiakan Ae. aegypti. Temperatur udara
berkisar antara 35 oC pada siang hari dan 24 oC pada
malam hari dengan kelembaban 90% yang berarti sesuai
untuk kehidupan Ae. aegypti. Selain itu, di Desa Bayah
banyak terdapat container berisi air jernih yang
merupakan habitat Ae. aegypti karena warga harus
menyimpan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Setelah penyuluhan, tingkat pengetahuan warga
mengenai PSN meningkat secara bermakna. Dengan
peningkatan tersebut diharapkan warga mampu
melakukan PSN dengan baik sehingga kepadatan dan
penyebaran Ae. aegypti menurun.
Pada kenyataannya, survei entomologi menunjukkan
bahwa kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti sebelum
dan sesudah penyuluhan tidak berbeda bermakna yang
berarti penyuluhan PSN satu kali tidak menurunkan
kepadatan dan penyebaran Ae. aegypti di Desa Bayah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nuary,13 di
Kelurahan Paseban Jakarta Pusat. Dari penelitian
tersebut diperoleh hasil bahwa penyuluhan PSN dapat
meningkatkan pengetahuan warga mengenai PSN tetapi
tidak dapat menurunkan kepadatan dan penyebaran
vektor DBD.
Peningkatan pengetahuan yang tidak diikuti dengan
perubahan perilaku tersebut dapat dimengerti karena
untuk mengubah perilaku diperlukan faktor-faktor
pendukung lainnya.
Warga Desa Bayah sulit mendapatkan air bersih
sehingga walaupun mereka mengetahui bahwa tempat
penampungan air harus dikuras secara teratur, warga

tidak dapat melakukannya. Oleh karena itu agar warga


mau melakukan PSN maka pemerintah harus membantu
masyarakat dengan menyediakan air bersih.
Upaya lain untuk memberantas Ae.aegypti adalah
memasukkan ikan pemakan jentik (Aplocheilus
panchax, Gambusia affinis, ikan cupang) yang banyak
terdapat di sawah/kolam di Desa Bayah. Untuk satu
tempat penampungan air cukup dimasukkan satu ekor
ikan agar air tidak berbau amis. Cara lainnya adalah
menggunakan larvisida temefos. Dengan menggunakan
temefos warga tidak perlu sering menguras tempat
penampungan air karena temefos efektif sampai tiga
bulan.

Simpulan
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan warga mengenai PSN meningkat setelah
diberikan penyuluhan. Meskipun demikian, peningkatan
pengetahuan tidak diikuti dengan penurunan kepadatan
dan penyebaran Ae. aegypti yang berarti penyuluhan
saja tidak cukup menghasilkan perubahan perilaku.
Oleh karena itu untuk memberantas Ae. aegypti
diperlukan upaya tambahan yaitu memberikan temefos
atau ikan pemakan jentik ditempat penampungan air.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kami sampaikan kepada Puskesmas Bayah
selaku mitra program Ipteks bagi Masyarakat, Direktorat
Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia
(DRPM UI) yang telah memberikan dana untuk Usulan
Program Ipteks bagi Masyarakat ini dengan nomor
kontrak: 750/DRPM-UI/B/N1.4/2009, dan warga Bayah
selaku responden penelitian.

Daftar Acuan
1. Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
Depkes RI, 2005.
2. Kwatrin E. Profil Puskesmas Bayah Tahun 2008.
Banten: Dinkes, 2008.
3. Al Huraybi S. Hubungan Jenis Permukaan
Kontainer dengan Keberadaan Larva Aedes sp. di
Desa Bayah Tugu, Kecamatan Bayah, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten. Skripsi Sarjana.
Universitas Indonesia, Indonesia, 2008.
4. World Health Organization. Trend dengue in
Indonesia. Geneva: World Health Organization, 2007.
5. Fathi KS, Wahyuni CU. Peran faktor lingkungan
dan perilaku terhadap penularan demam berdarah
dengue di Kota Mataram. J. Kesehatan Lingkungan
2005; 21(2):1-10.
6. Sungkar S, Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi
program pemberantasan demam berdarah dengue di

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 81-85

Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedok


Indon. 2006; 56:108-12.
7. Benthem BHB, Khantikul N, Panart K, Kessels PJ,
Somboon P, Oskam L. Knowledge and use of
prevention measures related to dengue in northern
Thailand. Trop. Med. Int. Health 2002; 7:993-9.
8. Koenraadt CJM, Tuiten W, Sithiprasasna R,
Kijchalao U, Jones JW, Scott TW. Dengue
knowledge and practices and their impact on Aedes
aegypti populations in Kamphaeng Phet, Thailand.
Am J. Trop. Med. Hyg. 2006; 74(4):692-700.
9. Kittigul L, Suankeow K, Sujirarat D, Yoksan S.
Dengue hemorrhagic fever: knowledge, attitude and
practice in Ang Thong province, Thailand.
Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2003;
34:385-92.

85

10. Khynn TW, Sian ZN, Aye M. Community-based


assessment of dengue-related knowledge among
caregivers. Dengue Bulletin 2004; 28:189-95
11. Itrat A, Khan A, Javaid S, Kamal M, Khan H, Javed
S et al. Knowledge, awareness and practice
regarding dengue fever among the adult population
of dengue hit cosmopolitan. PloS One. 2008; 3:1-6.
12. Ibrahim NKH, Al-Bar A, Kordey M, Al-Fakeeh A.
Knowledge, attitudes, and practices relating to
dengue fever among females in Jeddah high school.
J. of Infection and Public Health. 2009; 2:\\\30-40.
13. Nuary T. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Yang
Telah
Mendapat
Penyuluhan
Mengenai
Pemberantasan Sarang Nyamuk Di Paseban Timur,
Jakarta Pusat. Skripsi Universitas Indonesia, 2010.

You might also like