Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Asepso, 2 tahun datang ke praktek dokter dibawa oleh ibunya dengan keluhan
lutut kanan yang membengkak dan berwarna kemerahan. Ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami hal tersebut setelah bermain bersama temantemannya. Ibu mengatakan anaknya mengeluhkan nyeri di bagian lutut yang
bengkak. Keluhan lutut membengkak disertai nyeri ini semakin sering terjadi
sejak 6 bulan terakhir. Tidak ada riwayat terbentur dan jatuh.
Ibu pasien mengatakan saudara laki-lakinya pernah mengalami hal serupa
seperti anak asep. Saudara laki-laki ibu Asep (paman Asep) meninggal saat
usia 6 tahun karena perdarahan saat operasi Hernia.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter, didapatkan tanda vital N:
120x/menit, suhu 37,2C, laju pernafasan 40x/menit. Pemeriksaan jantung
paru
dalam
batas
normal.
Pemeriksaan
abdomen
tidak
ditemukan
Ibu
Anamnesis:
Hemarthrosis
- Lutut kanan yang bengkak, kemerahan dan nyeri sejak 6 bulan yang lalu
- Tidak ada riwayat jatuh/terbentur
Non traumatik
Pemeriksaan Fisik
Nadi = 120 x/menit
- Medikasi
Suhu = 37,20C
-Gangguan pembekuan darah
Laju pernafasan= 40x/menit
- Infeksi
Jantung-paru= normal
-Kerusakan pembuluh darah
Abdomen= tidak ada splenomegali
Bising usus normal
Diagnosis kerja
Gangguan hemostasis
Kelainan jumlah trombosit
Kelainan pembekuanKelainan
darah fungsi trombosit
-PTI
-PTS
-PTI
PTS
Didapat
Diturunkan
-Hemofilia -Defisiensi Vitamin K
-Penyakit von Willebrand -HDN
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti
Tatalaksana
1.6 Hipotesis
BAB II
PEMBAHASAN
terbentuknya
suatu
kompleks
substansi
teraktivasi
yang
aktivator
protrombin
akhir,
Faktor
yang
pemecahan
protrombin
untuk
membentuk
pembuluh
darah
yang
rusak.
Kemudian
proses
penting dalam darah: Faktor XII dan trombosit. Bila Faktor XII
terganggu, misalnya karena berkontak dengan kolagen atau
dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah
menjadi bentuk molekul baru yaitu sebagai enzim proteolitik
yang disebut Faktor XII yang teraktivasi. Pada saat yang
bersamaan, trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit
akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan
basah (atau rusak karena cara lain), dan ini akan melepaskan
berbagai fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein,
yang disebut faktor 3 trombosit, yang juga memegang peranan
dalam proses pembekuan selanjutnya.
2) Pengaktifan Faktor XI
Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
Faktor XI dan juga mengaktifkannya. Ini merupakan langkah
kedua dalam jalur intrinsik. Reaksi ini juga memerlukan
kininogen HMW (berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh
prekalikrein.
3) Pengaktifan Faktor IX oleh Faktor XI yang teraktivasi
Faktor XI yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap
Faktor IX dan mengaktifkannya.
4) Pengaktifan Faktor X (peranan Faktor VIII)
Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja sama dengan Faktor
VIII teraktivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan faktor 3
dari trombosit yang rusak, mengaktifkan Faktor X. Jelaslah
bahwa bila Faktor VIII atau trombosit kurang persediaannya,
langkah ini akan terhambat. Faktor VIII adalah faktor yang tidak
dimiliki oleh pasien hemofilia klasik, dan karena alasan itu
disebut
faktor
antihemofilia.
Trombosit
adalah
faktor
10
11
1.2 Hemofilia
a. Definisi 2
Hemofilia
didefinisikan
sebagai
penyakit
atau
gangguan
perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan faktor VIII atau IX.
b. Klasifikasi 2
Klasifikasi hemofilia bergantung pada kadar faktor VIII atau faktor
IX dalam plasma. Pada keadaan normal kadar faktor VIII dan faktor IX
berkisar di antara 50-150 U/dL atau 50-150%. Diklasifikasikan sebagai
hemofilia berat bila kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%; hemofilia
sedang bila kadarnya di antara 1-5% dan hemofilia ringan bila kadarnya di
antara 5-30%. Pada saat ini dikenal 2 bentuk hemofilia, yaitu hemofilia A,
karena kekurangan faktor VIII (anti-hemophilic factor) dan hemofilia B,
karena kekurangan faktor IX (Christmas factor).
c. Epidemiologi 3
Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian
hemofilia A sekitar 1:10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1: 25.00030.000 orang. Belum ada data mengenai angka kekerapan di Indonesia,
namun diperkirakan sekitar 20.000 kasus dari 200 juta penduduk Indonesia
saat ini. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan hemofilia
B, yaitu berturut-turut mencapai 80-85% dan 10-15% tanpa memandang
ras, geografi dan keadaan sosial ekonomi. Mutasi gen secara spontan
diperkirakan mencapai 20-30% yang terjadi pada pasien tanpa riwayat
keluarga.
d. Etiologi 4
12
f. Manifestasi klinik 2
Secara klinis tanda dan gejala hemofilia A dan B sulit dibedakan,
kecuali dengan pemeriksaan laboratorium khusus. Perdarahan yang umum
dijumpai adalah hematoma, dapat berupa kebiruan, pada berbagai bagian
tubuh dan hemartrosis atau perdarahan yang sukar berhenti. Pasien dengan
hemofilia berat dapat mengalami perdarahan spontan atau akibat trauma
ringan. Pada hemofilia sedang biasanya perdarahan terjadi karena trauma
13
yang lebih berat, sedangkan pada hemofilia ringan dapat tidak terdeteksi
untuk beberapa waktu sampai pasien mengalami tindakan operasi ringan
seperti cabut gigi atau sirkumsisi.
g. Diagnosis 6
1. Anamnesis
Saat lahir biasanya terjadi perdarahan dari tali pusat
Pada anak yang lebih besar biasanya terjadi perdarahan sendi
sebagai akibat jatuh pada saat belajar berjalan, riwayat timbulnya,
riwayat timbulnya biru-biru bila terbentur (perdarahan abnormal)
Riwayat perdarahan keluarga
Adanya keluhan perdarahan spontan yang biasanya berlangsung
lama
2. Pemeriksaan fisik
Ditemukan perdarahan berupa:
Hematom di kepala atau tungkai atas/bawah
Hemartrosis
Sering dijumpai perdarahan interistial yang akan menyebabkan
atrofi otot, pergerakan akan terganggu dan terjadi kontraktur
sendi. Sendi yang paling sering terkena adalah siku, lutut,
pergelangan kaki, paha, dan sendi bahu
Sering dijumpai perdarahan di rongga mulut, kerongkongan,
hidung, perdarahan retroperineal, hematuri.
3. Pemeriksaan penunjang
14
menyebabkan
peradangan
sinovium.
Akibatnya,
sinovium
penderita
hemofilia
harus
dilakukan
secara
15
Hemartrosis ringan
Hemartrosis berat/operasi kecil
Operasi besar
Perdarahan intracranial
normal)
15-20%
20-40%
60-80%
100%
16
17
herediter
harus
selalu
adalah
cara
terbaik
dalam
mempersempit
diagnosis
banding.
18
Satelitism trombosit
Antibodi antifosfolipid
Antagonis GpIIa-IIIa
Gangguan produksi trombosit
Kongenital
Autosomal dominan
Autosomal resesif
Sindrom Wiskott-Aldrich
Trombositopenia terpaut kromosom X
Trombositopenia terpaut kromosom X dengan diseritrositosis
Didapat
Infiltrasi sumsum tulang
Infeksi penyakit
HIV
Parvovirus
Sitomegalovirus
Lainnya
Idiopatik
19
Sekunder
Trombositopenia alloimun
Trombositopenia neonatal
Purpura post-transfusi
Non-imun trombositopenia
Mikroangiopati trombotik
Rangkaian
20
besar dari pada penurunan fisiologik serta peningkatannya lambat dan tidak
sempurna sehingga mengakibatkan gangguan pembekuan dan perdarahan.
Keadaan inilah yang disebut Penyakit Perdarahan pada Bayi Baru Lahir atau
Hemorrhagic Disease of The Newborn (HDN).
Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan
hepatomegali ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma
terutama trauma lahir. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit,
mata, hidung dan saluran cerna. Perdarahan kulit sering berupa purpura,
ekimosis atau perdarahan melalui bekas tusukan jarum suntik. Tempat
perdarahan utama adalah umbilikus, membran mukosa, saluran cerna,
sirkumsisi dan pungsi vena.
Vitamin K dapat diperoleh secara alami dari sayuran hijau seperti bayam,
kol, wortel, minyak sayur dan minyak kedelai. Juga dapat diperoleh dari ikan,
daging dan sereal. Vitamin K dapat dibuat di dalam usus manusia oleh
berbagai bakteri yang terdapat dalam usus seperti Escherichia coli dan
sebagainya. Vitamin K diserap oleh usus bersama-sama dengan lemak.
1.6 Transfusi darah
a. Jenis 12
Penggunaan darah untuk tranfusi hendaklah selalu dilakukan
secara rasional dan efisien yaitu dengan memberikan hanya komponen
darah/derivat plasma yang dibutuhkan saja. Pemikiran ini didasarkan
bahwa darah terdiri dari bermacam-macam elemen selular dan juga
bermacam macam protein plasma dengan fungsi yang berbeda-beda yang
tentunya dapat dipisahkan, juga biasanya pasien hanya memerlukan
komponen tertentu saja sehingga komponen komponen darah lainnya
dapat diberikan pada pasien lain yang membutuhkan.
Tranfusi darah pada hakekatnya adalah pemberian darah atau
komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien),
dimana dapat menjadi penyelamat nyawa, tapi dapat pula berbahaya
dengan berbagai komplikasi yang dapat terjadi sehingga tranfusi darah
hendaklah dilakukan dengan indikasi yang jelas dan tepat sehingga
diperoleh manfaat yang jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin
terjadi.
21
merah
dengan
garam
fisiologis,
dengan
filtrasi
atau
23
kurang
lebih
70-80%.
Proses
pencucian
dapat
menggunakan larutan glukosa dan salin. Suhu simpan l-6C dan tidak
boleh digunakan lebih dan 24 jam karena proses pencucian biasanya
memakai sistem terbuka.
6. Trombosit pekat (concentrate platelets)
Berisi trombosit, beberapa leukosit dan sel darah merah serta
plasma. Trombosit pekat ini dapat diperoleh dengan cara pemutaran
(sentrifugasi) darah lengkap segar atau dengan cara tromboferesis.
Satu kantong trombosit pekat yang berasal dari 450 mL darah lengkap
dari seorang donor berisi kira-kira 5,5 x 1010 trombosit dengan volume
sekitar 50 mL. Satu kantong trombosit pekat yang diperoleh dengan
cara tromboferesis seorang donor darah berisi sekitar 3 x 1011
trombosit, setara dengan 6 kantong trombosit yang berasal dari donor
darah biasa. Tergantung dari jenis mesin yang dipakai, volume berkisar
antara 150-400 mL. Produk ini memungkinkan transfusi trombosit
yang cocok pada pasien dengan antibodi terhadap trombosit.
Trombosit pekat ini dapat disimpan pada suhu 20-24C dengan
kantong darah biasa yang diletakkan pada rotator/agitator yang selalu
berputar/bergoyang, trombosit dapat disimpan selama 3 hari,
sedangkan dengan kantong darah khusus dengan cara penyimpanan
yang sama trombosit dapat disimpan selama 5 hari. Produk ini daya
24
terjadinya
pemulihan
jumlah
trombosit.
Untuk
antibiotik
dan
pada
pemeriksaan
sumsum
tulang
menunjukkan hipoplasi.
9. Plasma segar beku (fresh frozen plasma (FFP)
Plasma digunakan untuk mengganti kekurangan faktor koagulasi.
Plasma segar beku ini berisi plasma, semua faktor pembekuan stabil
25
dan labil, komplemen dan protein plasma. Plasma ini dipisahkan dari
darah lengkap yang kemudian dibekukan dalam waktu 8 jam setelah
pengambilan darah dari donor, disimpan pada suhu simpan minus
18C atau lebih rendah dengan masa simpan 1 tahun. Volume sekitar
200-250 mL. Plasma segar beku dipakai untuk pasien dengan
gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor pembekuan
pekat atau kriopresipitat, misalnya pada defisiensi faktor pembekuan
multipel antara lain: penyakit hati, KID, TTP, dan dilusi koagulopati
akibat transfusi masif.
10. Kriopresipitat faktor anti hemofilik (cryoprecipitated AHF)
Kriopresipitat AHF adalah konsentrat plasma protein tertentu,
dibuat dengan mencairkan plasma segar beku pada suhu 4C selama
12-14 jam atau pada circulating waterbath 4C selama 75 menit dan
kemudian memisahkan komponen yang masih berpresipitasi pada suhu
tersebut dengan cara pemutaran. Komponen yang masih berpresipitasi
tersebut adalah kriopresipitat. Suhu simpan adalah minus 18C atau
lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun dengan volum sekitar 10-15
ml. Kriopresipitat ini berisi faktor VIII 80-120 unit, 150-250 mg
fibrinogen, sekitar 40-70% faktor Von Willebrand, 20-30% faktor XIII.
Kriopresipitat digunakan pada pasien dengan kekurangan F VIII
(Hemofilia A) bila F VIII pekat tidak tersedia, kekurangan F XIII,
kekurangan fibrinogen dan untuk pasien penyakit von Willebrand.
11. Konsentrat faktor VIII (factor VIII concentrate)
Konsentrat faktor VIII dapat dibuat dari plasma manusia atau
diproduksi melalui teknologi rekombinan. Konsentrat faktor VIII ini
dibuat dengan proses fraksinasi dari plasma yang dikumpulkan dan
dibekukan segera setelah pengambilan darah. Semua produk dibuat
steril, stabil, murnii dan beku kering. Berbagai proses dipakai untuk
mendapatkan F VIII yang bebas dari virus dan menurunkan risiko
penularan infeksi misalnya dengan proses pasteurisasi atau memakai
cairan pelarut tri(n-butil) fosfat. Sediaan ini memiliki volume yang
sedikit. Produk yang tersedia dapat diklasifikasikan atas sediaan
26
dengan
menggunakan
antibodi
monoklonal.
atau
antibodi
monoklonal
sehingga
mengurangi
27
bebas virus. Fraksi protein plasma adalah produk yang sama dengan
albumin hanya dalam pemurniannya lebih kurang dibandingkan
dengan albumin dalam proses fraksinasi. Fraksi protein plasma ini
mengandung 83% albumin dan 17% globulin. Albumin yang tersedia
adalah larutan 25% dan 5%, sementara reaksi protein plasma yang
tersedia adalah larutan 5%. Tiap sediaan mengandung natrium 145
mmol/L (145 mEq/L). Larutan albumin 5%, osmotik dan onkotiknya
sama dengan plasma sedangkan larutan albumin 25% osmotik dan
onkotiknya lima kali lebih besar dari plasma. Albumin memiliki waktu
paruh 16 jam dan dapat disimpan lebih dari 5 tahun pada suhu 2-10C.
14. Imunoglobulin (immune globulin)
Imunoglobulin biasanya dibuat melalui proses fraksinasi dengan
etanol dingin dari plasma yang dikumpulkan. Berisi imunoglobulin G
(IgG) dengan sedikit IgA dan IgM. Terdapat dua sediaan yakni
intramuskular
(IMIG)
dan
intravena
(IVIG).
Pada
sediaan
28
Jumlah trombosit
Usia trombosit dalam sirkulasi
Onset terjadinya trombositopeni
Terapi steroid
Defisiensi faktor koagulasi
Pengobatan aspirin
Faktor yang berpengaruh pada viabilitas trombosit:
- Reaksi inkompatibilitas
- Ukuran limpa (splenomegali)
- Infeksi/sepsis, DIC
- Penyimpanan yang kurang baik
- Penggunaan filter yang tidak sesuai
4. Leukosit/ granulosit
Komponen ini didapat dengan melakukan sentrifugasi berupa buffy
coat.
Indikasi :
a. Kegagalan sumsum tulang yang berat
b. Infeksi berat yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan
antibiotic
c. Gangguan fungsi dari granulosit
d. Neonatal sepsis oleh bakteri gram negatif
5. Plasma dan derivatnya
a. Plasma biasa tidak mengandung faktor pembekuan V dan VII
30
b.
c.
d.
e.
fraksi
plasma
dan
mengandung antibody
3. Faktor pembekuan spesifik
a. Kriopresipitat
Pencegahan perdarahan pada hemofilia A, penyakit Von
Willebrand, afibrinogenemia, disfibrinogenemia dan defisiensi
faktor VII dan XIII
b. Konsentrat faktor VIII (factor anti hemofilia)
Perdarahan penyakit hemofilia A, Von Willebrand.
c. Konsentrat faktor IX
Hemofilia B dan penyakit Christmas, defisiensi atau defek
faktor VII, X dan prothrombin.
c. Cara pemberian 12
1 Plasma segar darah beku
Diberikan dalam 6 jam setelah pencairan dengan memakai saringan
/filter standar. Plasma harus cocok golongan ABOnya dengan sel
darah merah pasien dan tidak perlu uji silang. Jika plasma diberikan
untuk pengganti faktor koagulasi dosisnya adalah 10-20mL/kg dapat
31
faktor VIII 2%
Konsetrat faktor VIII
Banyaknya aktivitas
VIII
koagulan
digunakan
dengan
Konsentrat faktor IX
Dua unit F IX setara dengan 1 mL plasma manusia. Dosis yang
diberikan tergantung gejala klinis dan kebutuhan pasien. Sejumlah
konsentrat F IX diinfuskan dengan rumus seperti menghitung
penggunaan dosis F VIII. Setiap unit F IX yang diinfuskan per kg BB
akan meningkatkan 1% F IX
1.7 Apa yang menyebabkan bengkak dan kemerahan pada anak tersebut? 14
Sampai sekarang masih belum jelas mengapa perdarahan sendi atau
hemartrosis sering terjadi pada penderita hemofilia, namun diduga bahwa hal
ini disebabkan oleh rendahnya ekspresi tissue factor di jaringan sinovial
sehingga perdarahan mudah terjadi. Darah dan deposit besi dalam sendi
mengiritasi sinovium dan merangsang reaksi inflamasi dalam sendi. Sinovitis
kronis ini menyebabkan pertumbuhan jaringan sinovium yang penuh dengan
pembuluh darah yang rapuh dan rawan terhadap perdarahan berikutnya. Sendi
yang mengalami perdarahan berulang ini disebut sebagai sendi target. Hasil
akhirnya adalah suatu arthropati hemofilik dimana sendi menjadi kaku, terjadi
deformitas permanen, misalignment, perbedaan panjang anggota gerak serta
hipotrofi otot yang berdekatan. Cacat sendi ini merupakan salah satu
morbiditas penderita hemofilia yang utama.
1.8 Bagaimana interprestasi hasil laboratorium ? 15
32
Komponen
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hemoglobin
Hematokrit
Bleeding time
Cloting time
PT
aPTT
Faktor VIII
Faktor IX
Nilai
4,5 juta /L
7.300 /L
250.000 /L
10,5 g/dL
33%
2 menit 30 detik
7 menit
12 detik
16 detik
3%
78%
33
intrinsik (faktor I, II, V, VIII, IX, X, XI dan XII). Nilai aPTT yang cenderung
rendah pada pasien ini menunjukkan adanya defisiensi sistem tromboplastin
intrinsik yang terdiri dari faktor I, II, V, VIII, IX, X, XI dan XII).Pemeriksaan
faktor VIII pada pasien adalah 3%. Angka ini sangat rendah daripada nilai
normalnya, dimana nilai normal faktor VIII adalah 50-100%. Nilai faktor VIII
yang sangat rendah ini menjelaskan bahwa pasien mengalami defisiensi faktor
VIII dengan derajat yang sedang. Pemeriksaan faktor IX pada pasien adalah
78%. Angka ini masih dalam batas yang normal, dimana nilai normal faktor
IX adalah 50-100%.
34
35
BAB III
KESIMPULAN
Data tambahan
Komponen
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hemoglobin
Hematokrit
Bleeding time
Cloting time
PT
aPTT
Faktor VIII
Faktor IX
Nilai
4,5 juta /L
7.300 /L
250.000 /L
10,5 g/dL
33%
2 menit 30 detik
7 menit
12 detik
16 detik
3%
78%
3.1.
Kesimpulan
Anak laki-laki 2 tahun mengalami hemofilia A derajat sedang
36
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
38