Professional Documents
Culture Documents
Naskah Publikasi
Naskah Publikasi
NASKAH PUBLIKASI
NUR FARIDAH
G 501 10 028
JULI 2014
ABSTRACT
ABSTRAK
Latar belakang : Kandidiasis adalah infeksi akut atau subakut yang disebabkan
oleh Candida albicans yang dapat menyerang jaringan tubuh. Salah satu obat
tradisional yang umum digunakan adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) adalah sejenis tumbuhan perdu yang tumbuh di
Indonesia, memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi dengan kemampuannya
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in
vitro.
Bahan & Metode : Jeruk nipis (Cirus aurantifolia), etanol 96%, evaporator
berputar, aquadest, Saboround Dextrose Agar, Candida albicans, ose steril, dan
inkubator. Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dibuat dengan menggunakan
metode maserasi dengan etanol 96%. Uji yang dilakukan pada daya hambat
dengan metode difusi agar menggunakan 4 variasi konsentrasi 100%, 75%, 50%,
25%, pada media SDA (Saboround Dextrose Agar) diinkubasi selama 24-48.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan berbagai
konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasil statistik one way ANOVA
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi
ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Candida albicans (p<0,05).
Kesimpulan : Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki pengaruh
antijamur terhadap Candida albicans.
Kata kunci : Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia), Candida albicans,
antijamur, zona hambat.
PENDAHULUAN
Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh
Candida albicans dari spesies Candida yang dapat menyerang berbagi jaringan
tubuh. Beberapa contoh kandidiasis yaitu kandidiasis oral atau oral trush,
kandidiasis vaginitis, kandidiasis intertriginosa biasanya pada daerah lipatan kulit
seperti ketiak, payudara, lipat paha, antara jari-jari tangan dan kaki.(1)
Jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia seperti pada kulit, rambut,
kuku dan selaput lendir adalah jamur serupa ragi yaitu Candida albicans. Candida
albicans adalah bagian dari flora normal manusia, tetapi pada keadaan tertentu
dapat bermultiplikasi secara berlebihan dan menimbulkan gejala.(2)
Terapi obat untuk infeksi jamur Candida albicans dapat dilakukan secara
medika mentosa. Pengobatan medika mentosa memang memberikan hasil yang
cukup memuaskan tetapi, adanya efek samping obat seperti demam, muntah,
kejang otot, dan hipotensi dapat menyebabkan kegagalan terapi, dikarenakan
terapi tersebut tidak dilanjutkan lagi.(3)
Infeksi Candida albicans dapat diatasi dengan menggunakan obat antijamur
yang bisa didapat dengan atau tanpa resep dokter, antara lain antijamur polyene,
antijamur azole, flucytosine, dan antijamur echynocandin. Obat-obatan tersebut
mengganggu keutuhan membran ergosterol atau dinding sel jamur yang pada
akhirnya mengarah pada kematian Candida albicans. Meskipun demikian, masih
banyak penduduk Indonesia yang lebih memilih bahan alami untuk mengatasi
keluhan kesehatan mereka, walaupun pilihan terapi yang tersedia terbukti efektif.
(4)
alternatif yang dianggap lebih aman dibandingkan zat kimia lainnya. Salah satu
obat tradisional yang biasa digunakan adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia).(5)
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah sejenis tanaman perdu yang tumbuh
di Indonesia. Pada jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terkandung banyak senyawa
kimia yang bermanfaat. Beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi. Hal ini terlihat
dari kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. (6)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu mengembangkan ekstrak jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) sebagai salah satu pengobatan tradisional atau
pengobatan alternatif terhadap penyakit infeksi Candida albicans. Penelitian akan
dilakukan dengan pengukuran diameter zona hambat melalui pengamatan kadar
hambat minimal sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang telah ditentukan.
METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Penelitian
eksperimental murni (True experiment) dengan desain penelitian Post Test Only
Control Group Design. Variabel yang digunakan adalah ekstrak konsentrasi
100%, 75%, 50%, 25% dan zona hambat Candida albicans. Kontrol positif adalah
ketokonazol dan aquades sebagai kontrol negatif.
Alat penelitian yang digunakan timbangan, ose steril, tips steril, gelas ukur,
tabung reaksi, penggaris, mikropipet, cawan petri, inkubator dan rotary
evaporator. Bahan yang digunakan adalah jeruk nipis, aquabides, Nacl 0,9%,
etanol 96%, biakan jamur Candida albicans dan Saboround Dextrose Agar.
Prosedur uji daya hambat antijamur :
1) Mengambil koloni jamur pada suspensi jamur yang telah dibuat
menggunakan kapas lidi steril.
2) Celupkan kapas lidi steril pada tabung reaksi yang berisi suspensi jamur.
3) Goreskan kapas lidi steril pada media Saboround Dextrouse Agar (SDA)
secara keseluruhan.
4) Diamkan selama 10 menit.
5) Buat sumuran menggunakan tips steril dengan diamater lubang sumuran
8 mm.
6) Lubang sumuran yang dibuat berjumlah 3 pada 1 SDA
7) Setelah semua lubang sumuran dibuat kemudian masukkan ekstrak Citrus
aurantifolia sesuai dengan konsentrasi, kontrol positif dan kontrol negatif.
8) Inkubasi pada suhu 37C selama 24-48 jam untuk jamur.
9) Amati dan ukur diameter zona hambat jamur setelah periode inkubasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) Terhadap Candida albicans secara In Vitro
dengan Masa Inkubasi 1x24 jam.
Diameter zona hambat (mm)
Rerata diameter zona
Perlakuan
hambat (mm)
I
II
III
IV
V
VI
100%
34
33
32
33
30
30
32
75%
24
24
22
17
18
20
20,83
50%
18
18
17
18
17
19
17,83
25%
12
16
15
17
16
14
15
Kontrol (+) 18
18
17
18
17
19
17,83
Kontrol (-)
12
16
15
17
16
14
15
Keterangan : Penghitungan diameter zona hambat termasuk diameter sumuran
a
b
c
Variabel
Konsentrasi
lainnya
p
(Post hoc)
50%
75%
100%
0,92
0,00
0,00
50%
75%
100%
0,69
0,00
75%
100%
0,00
Konsentrasi
p
(ANOVA)
25%
Konsentrasi
ekstrak
jeruk nipis
0,00
Hasil uji statistik pada one way ANOVA didapatkan hasil dengan p = 0,00
(p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap
konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, sehingga
pengolahan data dilanjutkan dengan uji Post hoc. Hasil yang didapatkan adalah
membran sel jam.(9) Dengan demikian ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
melalui kandungan zat aktif yang terkandung didalamnya memiliki efek
antimikotik terhadap Candida albicans.
SIMPULAN
Aktivitas kerja antijamur ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
daya hambat pertumbuhan Candida albicans memiliki efek yang kuat dimulai
dengan konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%, di mana semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan untuk menghambat Candida albicans makan semakin
kuat aktivitas kerja antijamur dalam menghambat pertumbuhannya.
Referensi :
1. Siregar, 2005. Penyakit Jamur Kulit Edisi 2. EGC. Jakarta ; p46-50
2. Corwin, J.E., 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. EGC. Jakarta ;
p125.
3. Tiezt, Vulhvo, 2010. Treatment of chronic vulvovaginal candidiasis with
posaconazole, and ciclopiroxolamine. Fungal Infection and Microbiology
Institute. Berlin, Jerman ; p325-27.
4. Klepser, M.E., 2001. Antifungi Resistance among Candida Species. Diakses:
20 Des 2012. From <http://www.medscape.com/viewarticle/412677>.
5. Syukur, 2003. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan Ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta ; p136.
6. Ibukun, A., Tayo, A., Toyin, A., Tolu, O., Tolu, 2007. Evaluation of the
Antimikrobial Properties of Defferent Parts of Citrus Auratifolia (Lime Fruit)
as
Used
Loccaly.
Diakses:
17
Nov
2013.
From
(http://journals.sfu.ca/africanem/index.php/ajtcam/article/viewArticle/197).
7. Cusni, Tim dan Lamb, Andrew. 2005. Review antimicrobial activity of
flavonoids. ELSEVIER: International Journal of antimicrobial agents 26 (2005)
343-356.
8. Chee S., Kim Hon, Min Hee Lee, 2009. Antifungal Activity of Limonene
against Trichophyton rubrum. J Microbiology 37 (3) : 243-246
9. Katzer, G. 2002. Lime (Citrus aurantifolia). Diakses : 2 juni 2014 From
(http://wwwang.kfunigraz.ac.at/~katzer/engl /Citr_aur.html. 4 p.).