You are on page 1of 8

UNTAD

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus


aurantifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN
Candida albicans SECARA IN VITRO

NASKAH PUBLIKASI

NUR FARIDAH
G 501 10 028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

JULI 2014

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)


TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO
Nur faridah*, Tri Setyawati**, David Pakaya***
* Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Tadulako
** Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Tadulako
*** Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Tadulako

ABSTRACT

Backround : Candidiasis is an acute or subacute infections caused by Candida


albicans that can infected the body's tissues. One of the commonly used
traditional medicine is lime (Citrus aurantifolia). Lime (Citrus aurantifolia) is a
kind of herbaceous plant that grows in Indonesia, has high antimicrobial activity
with its ability to inhibit the growth of bacteria and fungi.
Objective : The purpose of this study was to determine the inhibition effect of the
lime (Citrus aurantifolia) extract on the growth of Candida albicans in vitro.
Material & Method : Lime (Cirus aurantifolia), ethanol 96%, rotary evaporator,
aquadest, Saboround Dextrose Agar, Candida albicans, ose sterile, and
incubator. Lime (Citrus aurantifolia) extract was made by using maceration
method with ethanol 96%. Tests conducted by the inhibition of agar diffusion
method using 4 various concentration 100%, 75%, 50%, 25%, on SDA media
(Saboround Dextrose Agar) were incubated for 24-48.
Result : The result showed that lime (Citrus aurantifolia) has inhibiton of the
growth of Candida albicans with various concentrations are 25%, 50%, 75% and
100%. The statistic result one way ANOVA showed that there are significant
differences in changes of concentration of the lime (Citrus aurantifolia) extract
againts Candida albicans (p<0,05).
Conclusion : Lime (Citrus aurantifolia) extract has antifungi effect on Candida
albicans.

Keywords: Lime (Citrus aurantifolia) extract, Candida albicans, antifungi,


hampering zone.

ABSTRAK

Latar belakang : Kandidiasis adalah infeksi akut atau subakut yang disebabkan
oleh Candida albicans yang dapat menyerang jaringan tubuh. Salah satu obat
tradisional yang umum digunakan adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) adalah sejenis tumbuhan perdu yang tumbuh di
Indonesia, memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi dengan kemampuannya
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in
vitro.
Bahan & Metode : Jeruk nipis (Cirus aurantifolia), etanol 96%, evaporator
berputar, aquadest, Saboround Dextrose Agar, Candida albicans, ose steril, dan
inkubator. Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dibuat dengan menggunakan
metode maserasi dengan etanol 96%. Uji yang dilakukan pada daya hambat
dengan metode difusi agar menggunakan 4 variasi konsentrasi 100%, 75%, 50%,
25%, pada media SDA (Saboround Dextrose Agar) diinkubasi selama 24-48.
Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan berbagai
konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasil statistik one way ANOVA
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi
ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Candida albicans (p<0,05).
Kesimpulan : Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki pengaruh
antijamur terhadap Candida albicans.
Kata kunci : Ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia), Candida albicans,
antijamur, zona hambat.

PENDAHULUAN
Kandidiasis adalah suatu infeksi akut atau subakut yang disebabkan oleh
Candida albicans dari spesies Candida yang dapat menyerang berbagi jaringan
tubuh. Beberapa contoh kandidiasis yaitu kandidiasis oral atau oral trush,
kandidiasis vaginitis, kandidiasis intertriginosa biasanya pada daerah lipatan kulit
seperti ketiak, payudara, lipat paha, antara jari-jari tangan dan kaki.(1)
Jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia seperti pada kulit, rambut,
kuku dan selaput lendir adalah jamur serupa ragi yaitu Candida albicans. Candida
albicans adalah bagian dari flora normal manusia, tetapi pada keadaan tertentu
dapat bermultiplikasi secara berlebihan dan menimbulkan gejala.(2)

Terapi obat untuk infeksi jamur Candida albicans dapat dilakukan secara
medika mentosa. Pengobatan medika mentosa memang memberikan hasil yang
cukup memuaskan tetapi, adanya efek samping obat seperti demam, muntah,
kejang otot, dan hipotensi dapat menyebabkan kegagalan terapi, dikarenakan
terapi tersebut tidak dilanjutkan lagi.(3)
Infeksi Candida albicans dapat diatasi dengan menggunakan obat antijamur
yang bisa didapat dengan atau tanpa resep dokter, antara lain antijamur polyene,
antijamur azole, flucytosine, dan antijamur echynocandin. Obat-obatan tersebut
mengganggu keutuhan membran ergosterol atau dinding sel jamur yang pada
akhirnya mengarah pada kematian Candida albicans. Meskipun demikian, masih
banyak penduduk Indonesia yang lebih memilih bahan alami untuk mengatasi
keluhan kesehatan mereka, walaupun pilihan terapi yang tersedia terbukti efektif.
(4)

Dewasa ini telah berkembang penggunaan obat tradisional sebagai pengobatan

alternatif yang dianggap lebih aman dibandingkan zat kimia lainnya. Salah satu
obat tradisional yang biasa digunakan adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia).(5)
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah sejenis tanaman perdu yang tumbuh
di Indonesia. Pada jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terkandung banyak senyawa
kimia yang bermanfaat. Beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) memiliki aktivitas antimikroba yang tinggi. Hal ini terlihat
dari kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. (6)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu mengembangkan ekstrak jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) sebagai salah satu pengobatan tradisional atau
pengobatan alternatif terhadap penyakit infeksi Candida albicans. Penelitian akan
dilakukan dengan pengukuran diameter zona hambat melalui pengamatan kadar
hambat minimal sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang telah ditentukan.
METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Penelitian
eksperimental murni (True experiment) dengan desain penelitian Post Test Only
Control Group Design. Variabel yang digunakan adalah ekstrak konsentrasi

100%, 75%, 50%, 25% dan zona hambat Candida albicans. Kontrol positif adalah
ketokonazol dan aquades sebagai kontrol negatif.
Alat penelitian yang digunakan timbangan, ose steril, tips steril, gelas ukur,
tabung reaksi, penggaris, mikropipet, cawan petri, inkubator dan rotary
evaporator. Bahan yang digunakan adalah jeruk nipis, aquabides, Nacl 0,9%,
etanol 96%, biakan jamur Candida albicans dan Saboround Dextrose Agar.
Prosedur uji daya hambat antijamur :
1) Mengambil koloni jamur pada suspensi jamur yang telah dibuat
menggunakan kapas lidi steril.
2) Celupkan kapas lidi steril pada tabung reaksi yang berisi suspensi jamur.
3) Goreskan kapas lidi steril pada media Saboround Dextrouse Agar (SDA)
secara keseluruhan.
4) Diamkan selama 10 menit.
5) Buat sumuran menggunakan tips steril dengan diamater lubang sumuran
8 mm.
6) Lubang sumuran yang dibuat berjumlah 3 pada 1 SDA
7) Setelah semua lubang sumuran dibuat kemudian masukkan ekstrak Citrus
aurantifolia sesuai dengan konsentrasi, kontrol positif dan kontrol negatif.
8) Inkubasi pada suhu 37C selama 24-48 jam untuk jamur.
9) Amati dan ukur diameter zona hambat jamur setelah periode inkubasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) Terhadap Candida albicans secara In Vitro
dengan Masa Inkubasi 1x24 jam.
Diameter zona hambat (mm)
Rerata diameter zona
Perlakuan
hambat (mm)
I
II
III
IV
V
VI
100%
34
33
32
33
30
30
32
75%
24
24
22
17
18
20
20,83
50%
18
18
17
18
17
19
17,83
25%
12
16
15
17
16
14
15
Kontrol (+) 18
18
17
18
17
19
17,83
Kontrol (-)
12
16
15
17
16
14
15
Keterangan : Penghitungan diameter zona hambat termasuk diameter sumuran

a
b
c

Gambar 1. hasil daya hambat ekstrak jeruk nipis%, a) Zona hambat, b)


Pertumbuhan Candida albicans, dan c) Lubang sumuran
Tabel 1. didapatkan bahwa pemberian ekstrak jeruk nipis dengan konsentrasi
berbeda memiliki daya hambat berbeda pula terhadap pertumbuhan Candida
albicans. Perbedaan ini selanjutnya diuji dengan pengukuran statistik secara
komputerisasi menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS). Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan metode Anova satu
arah dengan derajat kepercayaan 95% (=0,05) dan bila didapat perbedaan nyata
antar perlakuan maka akan dilanjutkan dengan Post Hoc Test dengan taraf
kesalahan 1%. Hasil dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata nilai diameter zona hambat setiap konsentrasi berdasarkan
hasil analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solutions
(SPSS).

Variabel

Konsentrasi
lainnya

p
(Post hoc)

50%
75%
100%

0,92
0,00
0,00

50%

75%
100%

0,69
0,00

75%

100%

0,00

Konsentrasi

p
(ANOVA)

25%
Konsentrasi
ekstrak
jeruk nipis

0,00

Hasil uji statistik pada one way ANOVA didapatkan hasil dengan p = 0,00
(p<0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap
konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, sehingga
pengolahan data dilanjutkan dengan uji Post hoc. Hasil yang didapatkan adalah

terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian konsentrasi 25% dengan


50%, 25% dengan 100%, 50% dengan 100% dan 75% dengan 100%, dimana hal
tersebut menunjukan bahwa setiap konsentrasi memiliki kekuatan daya hambat
yang berbeda.
Kategori daya hambat jamur dapat ditentukan dengan melihat hasil rerata
setiap konsentrasi ekstrak Citrus aurantifolia. Penentuan untuk daya hambat
bakteri dan jamur menurut Davis Stout, jika > 20 mm sangat kuat, 10-20 mm
kuat, 5-10 mm sedang dan <5 mm lemah. Hasil penelitian menunjukan ekstrak
jeruk nipis dengan konsentrasi 100% diperoleh rataan diameter zona hambat yaitu
32 mm, konsentrasi 75% yaitu 20,83 mm, konsentrasi 50% yaitu 17,83 mm dan
konsentrasi 25% yaitu 15 mm.
Penelitian uji daya hambat ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki
pengaruh dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi
100%, 75%, 50% dan 25%. Hal ini menunjukkan adanya senyawa aktif antijamur
dalam ekstrak jeruk nipis yang diduga diperoleh dari kandungan kimia yang
terdapat di dalamnya, seperti minyak atsiri.(7)
Minyak atsiri memiliki kompenen yaitu limonen yang memberikan efek
antijamur yang cukup baik.(8) Limonen yang merupakan senyawa triterpenoid
yang terkandung di dalam ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat
menghancurkan struktur-struktur pada dinding Candida albicans, perubahan pada
integritas membran sel dan mempengaruhi aktivitas metabolik sel sehingga lamakelamaan jamur tidak dapat bertahan hidup dan mati.(7)
Dinding sel Candida albicans yang bersifat antigenik ini sendiri berfungsi
sebagai pelindung dari lingkungannya dan berperan pula pada penempelan serta
pertumbuhan kolonisasi jamur.(9)
Komponen jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang berfungsi sebagai antijamur,
selain limonen juga mengandung -pinen dan -terpinen. Pada penelitian Pawar et
al., (2011), melaporkan -pinen memiliki aktivitas antijamur yang kuat terhadap
Candida albicans. -pinen dan -terpinen merupakan golongan trirepenoid.
Golongan triterpenoid ini bekerja menghambat sintesis ergosterol yang terjadi
pada membran sel. Ergosterol merupakan salah satu komponen penting pada

membran sel jam.(9) Dengan demikian ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
melalui kandungan zat aktif yang terkandung didalamnya memiliki efek
antimikotik terhadap Candida albicans.

SIMPULAN
Aktivitas kerja antijamur ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
daya hambat pertumbuhan Candida albicans memiliki efek yang kuat dimulai
dengan konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%, di mana semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan untuk menghambat Candida albicans makan semakin
kuat aktivitas kerja antijamur dalam menghambat pertumbuhannya.

Referensi :
1. Siregar, 2005. Penyakit Jamur Kulit Edisi 2. EGC. Jakarta ; p46-50
2. Corwin, J.E., 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. EGC. Jakarta ;
p125.
3. Tiezt, Vulhvo, 2010. Treatment of chronic vulvovaginal candidiasis with
posaconazole, and ciclopiroxolamine. Fungal Infection and Microbiology
Institute. Berlin, Jerman ; p325-27.
4. Klepser, M.E., 2001. Antifungi Resistance among Candida Species. Diakses:
20 Des 2012. From <http://www.medscape.com/viewarticle/412677>.
5. Syukur, 2003. Budidaya Tanaman Obat Komersial Cetakan Ketiga. Penebar
Swadaya. Jakarta ; p136.
6. Ibukun, A., Tayo, A., Toyin, A., Tolu, O., Tolu, 2007. Evaluation of the
Antimikrobial Properties of Defferent Parts of Citrus Auratifolia (Lime Fruit)
as
Used
Loccaly.
Diakses:
17
Nov
2013.
From
(http://journals.sfu.ca/africanem/index.php/ajtcam/article/viewArticle/197).
7. Cusni, Tim dan Lamb, Andrew. 2005. Review antimicrobial activity of
flavonoids. ELSEVIER: International Journal of antimicrobial agents 26 (2005)
343-356.
8. Chee S., Kim Hon, Min Hee Lee, 2009. Antifungal Activity of Limonene
against Trichophyton rubrum. J Microbiology 37 (3) : 243-246
9. Katzer, G. 2002. Lime (Citrus aurantifolia). Diakses : 2 juni 2014 From
(http://wwwang.kfunigraz.ac.at/~katzer/engl /Citr_aur.html. 4 p.).

You might also like