You are on page 1of 13

NAMA

NIM

: MUHAMMAD ICHSAN KAMIL


: 1531311018
KILAS NAPAK TILAS SEJARAH SASTRA INDONESIA

Indonesia adalah Negara yang terapit oleh dua benua dan samudra yaitu benua asia
dan Australia dan samudra pasifik dan samudra hindia, indoneisa juga merupakan negara
yang memiliki beribu-ribu pulau dan suku yang beragam. Karena terdiri dari beberapa pulau
maka disebutlah kepulauan Nusantara, tempat yang kaya akan hasil bumi berupa rempahrempah.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang di dalamnya terdapat beberapa kerajaan
diantara beberapa kerajaan yang ada terdapat beberapa kerajaan yang mempunyai peran yang
besar dan sangat berpengaruh diantaranya yang pernah berdiri di jawa, Sumatra,
semenanjung malaka dan lain-lain. majapahit, seriwijaya, kerajaan sunda, malaka, pasai, dan
lain-lain.
Pada abad 16 dan 17, satu demi satu wilayah-wilayah yang ada menjadi daerah
jajahan bangsa kulit putih yang awalnya hanya mencari rempah-rempah tetapi setelah melihat
kepulauan ini sangat kaya akan rempah-rempah maka niat mereka berubah untuk
menguasainya. Setelah mereka menguasai kepulauan nusantara pada umumnya, muncullah
perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di kepulauan nusantara.
Meskipun terjadi pemberontakan-pemberontakan dari beberapa kerajaan, namun penjajah
tidak mundur karena pemberontakan atau perlawanan mereka hanya menggunakan senjata
tradisional dan perjuangan mereka bersifat kedaerahan yang pada akhirnya dapat dipatahkan
kembali oleh penjajah. Akan tetapi
Melihat keadaan yang tidak berpihak dalam melawan penjajah secara kedaerahan,
muncullah pemikiran yang cemerlang untuk bersatu dan melawan penjajah secara bersama.
Kemudian pada tahun 1928 dirumuskanlah sumpah pemuda yang dipelopori oleh kaum muda
dari beberapa pulau dan suku yang berbeda. Pengakuan yang tertuang dalam sumpah pemuda
merupakan inspirasi yang berkaitan dan berkesinambungan. Hal ini tampak dengan jelas
gelora dan semangat perjuangan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang tidak
hanya dilakukan oleh kaum pergerakan, tetapi kaum sastrawan juga mulai berani secara
terang-terangan mengecam bahkan menentang kaum penjajah. Misalnya roman yang berjudul
Salah Asuhan karya Abdul Muis yang di terbitkan tahun 1928. Maskipun demikian buku ini
sebelum penerbitannya disensor oleh Balai Pustaka, karena dianggap menghasut masyarakat
untuk menentang penjajah.

Sejarah sastra, ketika kita melihat pada arti setiap suku kata yaitu yang pertama
sejarah, sejarah merupakan suatu kejadian dan peristiwa yang benar benar terjadi di masa
lampau, sastra adalah seni estetik yang mediumnya menggunakan Bahasa. Jadi, sejarah sastra
adalah suatu kejadian di masa lampau dengan sudut pandang sastra, mengetahui
perkembangan sastra dari masa kemasa, mengetahui karya sastra yang ada pada saat itu dan
tokoh-tokoh yang berperan pada masanya.
Adapun tugas sejarah sastra yaitu untuk mengetahui perkembangan sastra dari
semenjak munculnya sastra sampai dengan perkembangannya dari masa ke masa. Manfaat
dari sejarah sastra yaitu seperti yang telah dipaparkan diatas adapula sebagai media
pembelajaran. Sejarah Sastra merupakan salah satu dari tiga cabang ilmu sastra, di samping
Teori Sastra dan Kritik Sastra (Wellek & Warren, 1990). Tentunya dengan konteks Indonesia
maka sastra disini adalah karya sastra yang telah di buat oleh bangsa Indonesia.
Kapan yang menjadi tonggak kelahiran sastra Indonesia

Ketika kita bertanya mengenai kapan kelahiran sastra Indonesia maka yang menjadi
patronnya yaitu ketika munculnya balai pustaka pada tahun 1908-an sampai sekarang, sastra
Indonesia berkembang dari waktu ke waktu, bahkan sebelum Bahasa Indonesia diresmikan
pada 28 oktober 1928. Pada zaman dahulu Bahasa melayu digunakan sebagai Bahasa kerjaan
dan Bahasa sastra (Purwoko, 2004: 84), hasil-hasil sastra Bahasa melayu yang tidak tertulis
juga sudah ditemukan pada abad ke-19.
Apa yang menyebabkan lahirnya sastra Indonesia
sastra Indonesia lahir karena adanya tindakan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa
kulit putih beriringan dengan kapan tonggak kelahiran sastra yaitu ketika para penjajah
datang ke Indonesia yang hanya semula mencari rempah rempah akan tetapi berubah dengan
menguasainya. Lalu ketika pemerintahan dikuasai oleh penjajah mereka membuat sebuah
lembaga penerbitan yaitu balai pustaka. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan oleh para
penjajah tersebut membangkitkan jiwa-jiwa nasionalisme para sastrawan untuk melawan
penjajahan tersebut melalui media tulis, seperti yang dilakukan oleh abdul muis pada
romannya yang berjudul salah asuhan akan tetapi penerbitannya di cekal oleh balai pustaka
karena dianggap menentang pemerintahan dan dapat menghasut masyarakat untuk melakukan
pemberontakan kembali.
Akan tetapi para sastrawan tidak mudah menyerah mereka terus melakukan
perlawanan dengan cara menulis karya-karya sastra melalui media yang lain. Banyak sekali

hasil sastra melayu yang telah ditulis dalam Bahasa melayu tinggi, kesusastraan melalu
merupakan kesusastraan yang kaya di nusantara. Banyak hikayat, syair, pantu dan karya
sastra lain yang indah indah dan usianya sudah berabad abad. Hikayat si miskin, Hikayat
hangtuah, Hikayat indra bangsawan, Hikayat Amir Hamzah, Syair Bidasari, Syair Ken
Tambuhan dan Sejarah Melayu ialah beberapa diantara karya sastra klasik melayu.
Pengarangnya pun tidak sedikit, terutama berasal dari lingkungan ulama dan kesultanan di
Kepulauan Riau. Di antara yang paling termasyur ialah Raja Ali Haji, Nurdin Ar- Raniri, Tun
Sri Lanang, Hamzah Fansuri, Abdullah bin Abdul kadir Munsi.
Selain kesusasteraan Melayu, juga kesusasteraan Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Bugis dan lain-lain
merupakan kesusasteraan yang kaya dan usianya sudah berabad-abad. Kesusasteraan Jawa
ialah paling tua dan paling kaya di seluruh Kepulauan Nusantara. Pengaruhnya pun tampak
pula pada kesusasteraan di Asia Tenggara umumnya di Kepulauan Nusantara. Umpamanya
cerita Pandji pengaruhnya meluas sampai di Campa, Melayu, dan Filipina. Epos
Mahabharata dan Ramayana dari India menemukan bumi subur dalam sastra Jawa.
Apa yang dimaksud dengan sastra Indonesia modern
Sastra Indonesia modern yaitu sastra Indonesia yang muncul ketika adanya balai
pustaka kemudian pujangga baru, angkatan 45, angkatan 50, dan angkatan 70. Itu semua
merupakan suatu periode sastra dari masa ke masa umumnya satu periode sastra terjadi
sekitar 5-15 tahun karya-karya sastra pada setiap periode memiliki ciri-ciri yang sangat
khusus yang dapat mencirikan bahwa karya sastra tersebut termasuk kepada periode yang
mana. Berikut merupakan ciri-ciri estetik dan ektra estetik pada tiap-tiap periode:
Angkatan Balai Pustaka ( 1920-1940 )
Pada angkatan balai pustaka hanya memiliki satu genre sastra yaitu prosa
Balai pustaka adalah sebuah perusahaan penerbitan dan percetakan milik Negara.
Balai pustaka didirikan dengan nama commissie voor de volkslectuur yaitu artinya adalah
bacaan untuk rakyat oleh pemerintah hindia belanda pada tanggal 14 september 1908,
kemudian berubah menjadi balai pustaka pada tanggal 22 september 1917. Balai pustaka
memiliki tujuan penerbitan ialah untuk mengembangkan Bahasa-bahasa daerah utama di
hindia belanda. Bahasa-bahasa ini adalah Bahasa jawa, Bahasa sunda, Bahasa melayu, dan
Bahasa Madura. Ada misi alternatif yang menyebutkan bahwa pendirian kala itu konon untuk
mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa Indonesia yang hanya bisa disalurkan

lewat karya karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-belanda bermunculan di Korankoran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan belanda dengan
tujuan utama meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media
tulisan dan menyalurkannya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan
kepentingan belanda di Indonesia.
PROSA
Ciri estetik
-

Gaya Bahasa yang digunakan pada prosanya yaitu menggunakan suatu pepatahpepatah ataupun klise dan peribahasa akan tetapi Bahasa yang digunakannya adalah
Bahasa sehari-hari.

Penokohan pada prosanya menggunakan analisis langsung, deskripsi fisik(fisiologis)


dan watak-wataknya datar. Dimensi fisiologis mencakup ciri-ciri badan, misalnya usia
( tingkat kedewasaan ), jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan lain
sebagainya.

Banyak sekali digresi pada ceritanya, digresi merupakan suatu cerita sisipin yang
isinya merupakan uraian adat, dongeng, syair, pantun dan nasihat.

Bersifat didaktis, sipat ini sangat penting sekali dalam memberikan suatu nasihat.

Dan bercorak romantis, melarikan diri dari masalah kehidupan sehari-hari yang
menekan.

Ciri-ciri ekstra estetik


-

Masalah yang ditonjolkan adalah masalah adat, terutama masalah adat kawin paksa,
permaduan, dll.

Pertentangan paham kaum tua dengan kaum muda. Tradisi vs Modernitas

Latar cerita umumnya berlatar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah

Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan

Angkatan Pujangga Baru ( 1930-1945 )

Masuk kepada periode selanjutnya yaitu pujangga baru terdapat satu genre sastra baru
yaitu puisi. Pada tahun1933, Armijn Pane, Amir Hamzah, dan Sultan Takdir Alisjahbana
mendirikan sebuah majalah yang diberi nama Poejangga Baroe. Majalah Poedjangga Baroe
menjadi wadah khususnya bagi seniman atau pujangga yang ingin mewujudkan keahlian
dalam berseni. Poedjangga Baroe merujuk pada nama sebuah institusi literer yang
berorientasi ke aneka kegiatan yang dilakukan para penulis pemula. Majalah ini diharapkan
berperan sebagai sarana untuk mengoordinasi para penulis yang hasil karyanya tidak bisa
diterbitkan Balai Pustaka. Pada masa peralihan dari angakat pujangga baru ke angkatan 45
disitu terdapat peristiwa-peristiwa penting diantaranya
Tahun 1945 adalah tahun dimana Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya
melalui presiden pertama yaitu Ir.Soekarno.
Tahun

1946-1949

merupakan

tahun

dimana

Indonesia

mempertahankan

kemerdekaanya ( Revolusi Fisik ).


Tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia setelah konfrensi meja bundar
dilaksanakan.
Tahun 1950-1960 merupakan kedaulatan Indonesia.
Pada periode ini terdapat dua genre sastra caitu prosa dan puisi, pada setiap karya
prosa dan puisi pada periode ini memiliki ciri khusus.
PUISI
Ciri-ciri struktur estetik
-

Puisi baru bukan pantun/syair. Terdapat jenis baru seperti sonata berpola (4-4-3-3),
balada (sebuah cerita, yang sering disebut prosais), dll.

Diksi yang digunakan pada puisi ini menggunakan kata-kata yang indah

Bahasa kiasan utama ialah perbandingan

Gaya ekspresi aliran romantik tampak dalam gaya pengucapan perasaan, peukisan
alam, dll.

Gaya sajaknya diafan atau polos, kata-katanya serebral, hampir tidak digunakan katakata yang ambigu seperti simbolik dan metafora implisit

Rima merupakan salah satu sarana kepuitisan utama.


PROSA

Ciri-ciri estetik
-

Teknik penokohan sudah mulai dengan watak bulat, ( ketika di dalam suatu cerita di
ceritakan ada tokoh yang berwatak jahat, bisa jadi ketika di tengah-tengah atau pun
akhir cerita menjadi baik), Perwatakan tidak dengan analisis langsung, deskripsi fisik
sedikit.

Tidak banyak digresi

Gayanya romantik

gaya bahasanya tidak dengan perumpamaan klise, pepatah dan peribahasa.

Adapun ciri ekstra estetiknya adalah sebagai berikut.


-

Mengangkat kehidupan masyarakat kota, emansipasi, pekerjaan, individu manusia,

dan lain-lain ;
ide nasionalisme dan cita cita kebangsaan sudah ada ;
bersifat didaktif (bermuatan, yaitu muatannya adalah membawa/berisi

wacana

nasionalisme).
Ketika kita membandingkan ciri-ciri pada prosa di angkatan balai pustaka dan pujangga
baru terlihat jelas bahwa ciri-cirinya sangat berbeda sekali yaitu kalau pada balai pustaka
banyak terdapat digresi, pada angkatan pujangga baru justru sebaliknya yaitu tidak banyak
terdapat digresi.
Angkatan 45 ( 1940-1955 )
Angkatan 45 adalah angkatan yang muncul setelah berakhirnya Angkatan Pujangga
Baru. Angkatan ini terbentuk karena Angkatan Pujangga Baru dianggap gagal menjalankan
gagasannya. Pujangga Baru yang semula memiliki gagasan baratisasi sastra Indonesia,
nyatanya hanya mentok pada belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya-karya
seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri
Belanda saja, bukan dari penjuru Barat. Untuk meluruskan persepsi tersebut, muncullah

Angkatan 45 sebagai gantinya. Munculnya angkatan 45 dipelopori oleh Chairil Anwar yang
mulai masuk pada ranah sastra Indonesia dengan menampilkan sajak-sajak yang bernilai
tinggi memberikan sesuatu yang baru bagi dunia sastra tanah air. Bahasa yang
dipergunakannya adalah bahasa Indonesia yang berjiwa. Bukan lagi bahasa buku, melainkan
bahasa percakapan sehari-hari yang dibuatnya bernilai sastra. Dengan munculnya kenyataan
itu, maka banyaklah orang yang berpendapat bahwa suatu angkatan kesusateraan baru telah
lahir.
PUISI
Ciri-ciri struktur estetik
-

Puisi bebas, tak terikat pembagian bait, jumlah baris, dan rima

Gayanya Ekspresionisme

Aliran dan Gaya Realisme

Pilihan diksi untuk mencerminkan pengalaman batin

Bahasa kiasan menggunakan Metafora dan Simbolik

Gaya pernyataan pemikiran berkembang (SLOGANISME)

Gaya Ironi dan Sinisme menonjol

Ciri-ciri ekstra estetik


-

Individualisme menonjol

Ekspresi kehidupan batin/kejiwaan

Humanisme universal

Masalah masyarakat; kaya vs miskin

Filsafat ekstensialisme mulai dikenal


PROSA

Ciri-ciri estetik
-

Banyak alur sorot balik

Tidak ada digresi, alurya padat.

Analisis fisik tdk dipentingkan, yang ada analisis kejiwaan

Gaya ironi dan sinisme makin banyak digunakan

Gaya realisme dan Naturalisme (mimetik)

Ciri-ciri ekstra estetik


-

Mengemukakan masalah kemasyarakatan

Mengemukakan masalah kemanusiaan

Pandangan hidup pribadi (Pengarang)

Latar cerita; peperangan, kehidupan sehari-hari

Angkatan 50 ( 1950-1970 )
Ketika Chairil Anwar meninggal dunia panggung sastra Indonesia mengalami krisis
sastra, seolah olah sastra Indonesia kehilangan semangat atau vitalitasnya. Karena kurangnya
buku yang diterbitkan, dan hanya diterbitkan pada majalah-majalah saja. Oleh karena sifat
majalah hanya sementara dan tidak dapat memuat sebuah karya sastra yang panjang, maka
dibuatlah karya sastra yang pendek-pendek. Hal itulah yang menyebabkan munculnya sastra
majalah Soeprijadi Tomodihardjo berpendapat dalam sebuah artikelnya sumber-sumber
kegiatan dengan pendapatnya adalah :
1. Kesusastraan sedang memasuki masa krisis, masalah kualitas dan kuantitas.
2. Ekspansi ideologi ke dalam dunia seni mengakibatkan banyak orang meninggalkan
nilai-nilai seni yang wajar, dan ideologi politik kian menguat.
3. Seni dan politik adalah pencampuradukan yang lahir dari kondisi masa itu.
4. Pada masa itu pula telah lahir organisasi-organisasi kegiatan kesenian yang
mengarahkan kegiatanya pada seni sastra dan seni drama.
5. Hal ini mengindikasikan seni mendapat perhatian.
6. Kesusastraan berhubungan erat dengan adanya tempat berkegiatan, Jakarta di angggap
sebagai pusatnya. Anggapan ini diluruskan, Jakarta hanya sebagai pusat produksi dan
publikasi
Maka dapat disimpulkan bahwa angkatan 50 adalah angkatan yang sepi akan karya sastra
Indonesia yang dianggap tidak mempunyai identitas.

Angkatan 66
Angkatan 66 merupakan bukti nyata mengenai sastrawan-sastrawan Indonesia yang
peduli akan perkembangan politik di Indonesia. Oleh karena sastra merupakan bagian dari
kebudayaan, pada masa ini sastra sangat dipengaruhi oleh lembaga kebudayaan. Pada saat ini
juga terdapa lima partai besar yang mempunyai lembaga kebudayaan masing-masing seperti
PNI dengan LKN, PNU dengan Lesbumi dan PKI dengan Lekranya, Masyumi, dan Psi. dari
lima partai besar yang ada. Pada tahun 1961 Lekra,organ PKI yang memperjuangkan
komunisme, dinyatakan sebagai organisasi kebudayaan yang memperjuangkan slogan
politik adalah panglima. Dengan berbagai teror yang diberikan oleh lekra, seiring dengan
berjalannya waktu muncullah sebuah pemikiran yang besar yang merupakan reaksi dari teror
yang diberikan oleh orang-orang lekra yaitu muncullah sebuah organisasi kebudayaan yaitu
manifestasi kebudayaan. Manifes kebudayaan di tuduh anti-Manipol dan kontra Revolusioner
sehingga harus dihapuskan dari muka bumi Indonesia. Pelarangan Manifes Kebudayaan
diikuti tindakan politis yang makin memojokkan orang-orang Manifes Kebudayaan, yaitu
pelarangan buku karya pengarang-pengarang yang berada di barisan. Adapun buku-buku
yang pernah dilarang, antara lain Pramudya Ananta Toer, Percikan Revolusi, Keluarga
Gerirya, Bukan pasar Malam ,Panggil Aku Kartini Saja , Korupsi dll; Utuy T. Sontani,
Suling, Bunga Rumah makan,Orang-orang Sial, Si Kabayan dll; Bakri Siregar, Ceramah
Sastra, Jejak Langkah , Sejarah Kesusastraan Indonesia Modern. Berbagai hinaan diberikan
oleh orang-orang lekra kepada manifest kebudayaan dengan menyebutnya manikebu.
Periode angkatan 66 dimulai pada tahun 1965. Pada periode ini terdapat dua angkatan,
yaitu politik dan sosial. Peristiwa Gerakan 30 September menjadi ciri adanya dua angkatan
dalam periode ini.
Angkatan yang pertama yaitu angkatan versi politik yang biasa disebut dengan eksponen 66.
Yang tergabung dalam eksponen ini adalah para mahasiswa dan sekumpulan orang yang
berkecimpung di dunia politik. Sedangkan versi sastranya terdiri dari sekumpulan orangorang manifes kebudayaan.
Ciri-ciri yanng terdapat di angkatan 66 ini lebih kurangnya sama seperti pada
angkatan 45. Adapun ciri-ciri estetik pada angkatan 66 adalah :
PUISI
- gaya epik (bercerita) ; pengembangan dari balada ;
- gaya mantra mulai tampak dalam balada ;
- gaya ulangan mulai berkembang (pemula angkatan 45) ;
- gaya puisi liris, meneruskan gaya 45 ; serta
- gaya segan dan retorik semakin berkembang.
PROSA
- Masih meneruskan ciri-ciri estetik 45 ; dan
- gaya penceritaan menggunakan gaya murni bercerita (tanpa) tendensi pengarang,
tafsir diserahkan pada pembaca).
Angkatan 70 sampai sekarang
Pada masa ini karya sastra berperan untuk membentuk pemikiran tentang
keindonesiaan setelah mengalami kombinasi dengan pemikiran lain, seperti budaya. Ide,
filsafat, dan gebrakan-gebrakan baru muncul di era ini, beberapa karya keluar dari paten

dengan memperbincangkan agama dan mulai bermunculan kubu-kubu sastra populer dan
sastra majalah. Pada masa ini pula karya yang bersifat absurd mulai tampak.
Di tahun 19801990-an banyak penulis penerbit yang terkenal sampai sekarang
adalah Indonesia yang berbakat, tetapi sayang karena mereka dilihat dari kacamata ideologi
suatu penerbit. Salah satu Gramedia. Gramedia merupakan penerbit yang memperhatikan
sastra dan membuka ruang untuk semua jenis sastra sehingga penulis Indonesia senantiasa
memiliki kreativitas dengan belajar dari berbagai paten karya, baik itu karya populer,
kedaerahan, maupun karya urban.
Adapun ciri-ciri struktur estetik dari angkatan ini adalah
PUISI
- Terdapat empat jenis puisi; puisi mantra, puisi imagisme, puisi lugu, dan puisi lirik
biasa.
- Puisi mantra menggunakan sarana kepuitisan; ulangan kata, frase, kalimat berupa
paralelisme, kombinasi hiperbola dgn. Enumerasi, tipografi yg sugestif, kata-kata
nonsense, kata-kata diputus, metatesis
- Menggunakan kata-kata daerah secara mencolok untuk memberi warna lokal dan
ekspresivitas
- Asosiasi-asosiasi bunyi untuk mendapatkan makna baru
Puisi imagisme menggunakan teknik tak langsung berupa gambaran (imaji) dengan
lukisan atau cerita kiasan (alegori dan parabel)
- Gaya penulisan yang prosais
- Puisi lugu menggunakan teknik pengungkapan ide secara polos, kata-kata selebral,
kalimat biasa atau polos.
Ciri-ciri ekstra estetik
-

Mengemukakan kehidupan batin religius yang cenderung mistik


Cerita, lukisan yang bersifat alegoris atau parabel
Menuntut hak-hak asasi manusia: kebebasan, hidup merdeka, bebas dr. penindasan,
menuntut kehidupan yg layak
- Mengemukakan kritik sosial
PROSA
Ciri-ciri estetik
- Alur berbelit-belit
- Gaya simbolik surealistik
- Sarana retorika hiperbola dominan
- Cerkan bergaya esai, mengemukakan tanggapan pribadi terhadap masalah
-

Ciri-ciri ekstra estetik


Eksploitasi kehidupan manusia (individu & komunal)
Mengemukakan kehidupan yg absurd
Mengemukakan filsafat eksistensialisme
Mengedepankan warna lokal (subkultur), lokalitas budaya lokal
Tuntutan atas HAM

Mengapa saat ini tidak ada yang disebut periodisasi sastra Indonesia

Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa.


Periodisasi sangat dibutuhkan dalam penyusunan sejarah sastra. Dalam satu periode sastra
umumnya berjalan selama 10-15 tahun akan tetapi ketika satu periode berjalan disitu terdapat
benih-benih munculnya periode yang baru. periodisasi hendaknya dibuat berdasarkan adanya
ciri ciri sastra khusus pada setiap periode.
Lalu ketika kita bertanya mengapa pada saat ini tidak ada periodisasi sastra, jawabanya
adalah karena pada saat ini tidak ada ciri-ciri khusus yang paten pada penulisan karya sastra,
lalu eksistensi para sastrawan dalam menulis karya sastra telah berkurang. Karena disamping
periodisasi merupakan sebuah pembabakan pada karya sastra, periodisasi juga merupakan
ciri-ciri khusus yang ada didalam sebuah periode. Sastra Indonesia sempat mengalami mati
suri yaitu pada tahuh 1990-an akan tetapi seiring dengan munculnya film Indonesia bangkit
pada tahun 2002 yaitu film ada apa dengan cinta yang pertama disitu dibangkitkan kembali
sebuah karya sastra yaitu sebuah buku Aku karya Suman Djaya di terbitkan lagi dan buku
Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang juga diterbitkan kembali. Penerbitan kedua
buku ini mengindikasikan mengenai kebangkitan sastra Indonesia. ketika kita melihat pada
saat ini banyak sekali penulis-penulis perempuan yang menulis sebuah karya sastra dalam
selang waktu 5-15 tahun, tema yang diangkatnya tidaklah konsisten yang seharusnya pada
satu periode terdapat satu buah tema yang tetap tetapi pada saat ini terdapat banyak sekali
tema, yaitu seperti tema islami dan perempuan seperti karya-karya yang dibuat oleh
habibburahman el shirazy, dewi lestari, asmanadia dll. Dengan contoh karyanya yaitu ayatayat cinta,ketika cinta bertasbih,emak ingin naik haji. dan juga tema pendidikan sepeti
pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata.
Temukan digresi-digresi dalam karya balai pustaka
Digresi merupakan sutau sisipan peristiwa yg tidak langsung berhubungan dengan inti
cerita, seperti uraian adat, dongeng, syair, pantun, dan nasihat. Pada beberapa karya sastra
periode balai pustaka seperti pada prosa Siti Nurbaya karya marah rusli terdapat banyak
sekali digresi-digresi
Berikut kutipan cerita yang bermuatan digresi pada prosa Siti Nurbaya

Sebelum diteruskan cerita ini, baiklah diterangkan lebih dahulu, siapakah kedua anak
muda yang telah kita ceritakan tadi, karena merekalah kelak yang acap kali akan bertemu
dengan kita, di dalam hikayat ini.
Anak laki-laki yang dipanggil Sam oleh temannya tadi, ialah Samsulbahri, anak Sutan
Mahmud Syah, Penghulu di Padang; seorang yang berpangkat dan berbangsa tinggi. Anak ini
telah duduk di kelas 7 Sekolah Belanda Pasar Ambacang. Oleh sebab ia seorang anak yang
pandai, gurunya telah memintakan kepada Pemerintah, supaya ia dapat meneruskan
pelajarannya pada Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Ia bukannya seorang anak yang pandai sahaja, tingkah lakunya pun baik; tertib, sopan
santun, serta halus budi bahasanya. Lagi pula ia lurus hati dan boleh dipercayai. Walaupun ia
rupanya sebagai seorang anak yang lemahlembut, akan tetapi jika perlu, tidaklah ia takut
menguji kekuatan dan keberaniannya dengan siapa saja; lebih-lebih untuk membela yang
lemah. Dalam hal itu, tiadalah ia pandang-memandang bangsa ataupun pangkat. Itulah
sebabnya ia sangat dimalui teman-temannya. Kalau tak ada alangan apa-apa, tiga bulan lagi
berangkatlah Samsulbahri ke tanah Jawa, untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi.
Mengapa tema peperangan tidak diangakat dalam karya balai pustaka
Ketika kita bertanya mengenai tema peperangan tidak diangkat pada angkatan balai
pustaka, maka jawabanya adalah karena pemerintahan pada saat itu dikuasai oleh hindia
belanda yang notabene merupakan penjajah, jadi ketika ada seorang sastrawan yang
menuliskan sebuah karya sastra yang bertemakan peperangan maka penerbitannya dicekal
oleh balai pustaka yang notabe merupakan perusahaan penerbitan milik Negara. Alasan
mengapa penerbitan itu dicekal yaitu karena ketika seseorang menulis karya sastra dengan
tema peperangan ditakutkan akan menghasut masyarakat untuk melakukan pemberontakan
kepada pemerintah.
Karya sastra pada waktu itu umunya menggunakan dua Bahasa yaitu Bahasa melayu
tinggi dan rendah, karya sastra yang menggunakan Bahasa melayu rendah penerbitannya
dilarang oleh pemerintah dan tidak diperbolehkan untuk di sebarkan.
Perbedaan mendasar mengenai Bahasa melayu tinggi dan rendah

Mengenai perbedaan mendasar mengenai Bahasa melayu tinggi dan rendah adalah
pada seseorang/golongan yang menggunakan Bahasa itu sendiri. Bahasa melayu tinggi
umumnya digunakan oleh golongan totok/eropa sedangkan Bahasa melayu rendah/pasar
digunakan oleh orang pribumi (inlander).
Dari tahun 80-an sampai dengan sekarang ada dua periode yang hilang, mengapa?
Pada saat sekarang mungkin tidak ada lagi yang namanya periodisasi sastra , seperti
yang telah dijelaskan diatas bahwa pada saat sekarang sudah tidak ada lagi periodisasi sastra
bisa jadi karena dampak dari mati surinya sastra Indonesia ketika tahun 1990-an, lalu
eksistensi sastrawan dalam menulis sebuah karya sastra juga berkurang, kemudian jumlah
penerbitan buku yang berkurang juga. Dampaknya ketika kita lihat pada saat tahun 80-an
sampai sekarang tahun 2016 terdapat dua periodisasi sastra yang menghilang.

You might also like