You are on page 1of 23

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

PRESENTASI KASUS
SUBDIVISI BEDAH DIGESTIF
NOVEMBER 2015

HERNIA

DISUSUN OLEH :
Taufiq AL-Islam Asrul
C 111 07 205
SUPERVISOR :
dr. M. Ikhwan Kusuma, Sp.B-KBD

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


SUBDIVISI BEDAH DIGESTIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2015
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama

Taufiq Al-Islam Asrul

NIM

C111 07 205

Judul Jurnal

Hernia

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,26 November 2015


Supervisor

dr.. M Ikhwan Kusuma, SpB-KBD

BAB I
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
Identitas :
Nama

: Tn M

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 72 tahun

Nomor RM

: 73 25 21

Tanggal masuk

: 10-11-2015

Keluhan utama : Benjolan di lipatan paha kiri


Riwayat Penyakit Sekarang :
Benjolan di paha kiri dialami sejak 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dapat
keluar masuk sendiri. Benjolan keluar apabila
pasien batuk atau bersin. Masuk kembali pada
saat berbaring. Benjolan kadang terasa nyeri. Sifat nyeri hilang timbul. Tidak
ada keluhan mual dan muntah. Riwayat penyakit prostat ada. Riwayat
demam tidak ada.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis (GCS 15)

Status gizi

: Gizi Baik

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 88x/menit, regular, isi cukup

Nafas

: 20x/menit, teratur

Suhu

: 36,5 C

Mata

: Anemis (-/-) , Ikretik (-/-) , Pupil bulat isokor,

diameter 2,5mm/2,5mm, reflek cahaya +/+.


Leher

: DBN

Thorax

: DBN

Abdomen

Inspeksi

: Inguinal sinistra et dextra: tampak benjolan sebesar


pingpong, warna sama dengan kulit sekitar

Auskultasi

: Bising usus ada

Palpasi

: Konsistensi padat kenyal

Perkusi

: Timpani

Anus dan genitalia

: DBN

Ekstremitas
Rectal Touche

: DBN
:

Spincter mencekik, mukosa licin, ampula keras, teraba massa prostat


menonjol 2 cm ke arah rectus, konsistensi kenyal permukaan rata, tidak ada
nyeri tekan. Handschoen feses(+) darah(-)
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (hasil pada tanggal 10 November 2015)

RBC : 4,19 x 106/ uL (N : 3.1-4.3)


Hb: 13,3 g/Dl (N : 10-13)
WBC : 6,8 x 10000/mm3 (N : 4-10)
Ht : 38,1 % (N : 29-42)
Plt : 216000/l (N : 150000-400000)
SGOT: 20 (N<38)
SGPT : 27 (N<37)
GDS : 249 (N < 140)
SGPT : 9 U/L(<41)
PT : 9,5 detik (N : 10-14)
APTT : 26,8 detik (N : 22-30)
Ureum : 21 mg/dl (N : 10-50)
Creatinin : 0,87 mg/dl (N < 1,3)
HBs AG : Non Reactive

Anti HCV : Non Reactive


Natrium : 142 (N : 136-145)
Kalium : 3,7 (N : 3,5-5,1)
Clorida : 107 (N : 97-11)

Pemeriksaan khusus tumor marker (hasil pada tanggal 13 November


2015)

PSA : 5,8 ng/ml ( N : 0-4)

Pemeriksaan khusus USG Abdomen (hasil pada tanggal 12 November


2015)
Hepar

: Tidak membesar, permukaan reguler, ujung tajam, echo

parenkim dalam batas normal, tidak tampak SOL, sistem vasculer dan
bilier tidak dilatasi.

Gallbladder

: Dinding tidak

menebal, mukosa reguler tidak tampak echo batu maupun sludge.


Lien

: Tidak membesar, echo parenkim dalam batas normal,

tidak tampak SOL

Pankreas

: Bentuk dan ukuran dalam

batas normal, tidak tampak SOL, ductus pancreatikus tidak dilatasi


Ginjal kanan

: Ukuran dan contour dalam batas normal ,

pelvocalycealsystem tidak dilatasi, echo cortex dalam batas normal, tidak


tampakecho batu maupun SOL

Ginjal kiri

: Ukuran dan contour dalam batas normal , pelvocalycealsystem tidak


dilatasi, echo cortex dalam batas normal, tidak tampakecho batu maupun
SOL

VU

: Dinding tidak menebal,

mukosa reguler, tidak tampak echo batu/mass, tampak balon catheter


didalamnya
Prostat

: Ukuran membesar dengan volume 27,91 ml, bentuk

bulat, tepi reguler, nonkalsifikasi.


Kesan

: Hipertrophyprostat

RESUME
Pasien umur 72 tahun mengeluh benjolan di paha kiri dialami sejak 3
bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan dapat keluar masuk sendiri.
Benjolan keluar apabila pasien batuk atau bersin. Masuk kembali pada saat
berkemih. Benjolan kadang terasa nyeri. Sifat nyeri hilang timbul. Tidak ada
keluhan mual dan muntah. Riwayat penyakit prostat ada. Riwayat demam
tidak ada.
Pada

pemeriksaan

fisik,

didapatkan

tampak

sakit

sedang,

komposmentis. Pada pemeriksaan abdomen dengan inspeksi ditemukan


inguinal sinistra dan dextra tampak benjolan sebesar pingpong, warna sama
dengan kulit sekitar. Pada palpasi abdomen ditemukan Konsistensi padat
kenyal. Rectal Touche ditemukan teraba massa prostat menonjol 2 cm ke
arah rectus, konsistensi kenyal permukaan rata, tidak ada nyeri tekan. Pada
pemeriksaan USG Abdomen ditemukan kelenjar Prostat :Ukuran membesar
dengan volume 27,91 ml, bentuk bulat, tepi reguler, nonkalsifikasi, sehingga
terkesan hypertrophy.
DIAGNOSIS KERJA

Hernia inguinal lateral dextra et sinistra


Hipertrophi Prostat Grade II

RENCANA PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 TPM
Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ranitidin 50 mg/8 jam/IV
Rencana Hernioraphy Bilateral dan TUR Prostat

BAB II
PEMBAHASAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian


lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong,
dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan
atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya,
hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di
sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek, serta hernia
femoralis.1 Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia
dapat keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi
ketika berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih
reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong
tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak
dua pertiga dari hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis
7 : 1. 2Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
teletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke
dalam kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada
laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 17881856, ahli ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak
keluar keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.1

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
STRUKTUR DINDING ANTERIOR ABDOMEN
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):6
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di
sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis
lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi
yang menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang
menonjol
2. Fascia superficialis

Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan


lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat

tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)


Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia

scarpae):

stratum

membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian


inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu
dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen

Musculus obliquus externus abdominis


Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama
dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis,
mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis

obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis.


Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke
tuberculum

pubicum.

Ligamentum

inguinale

(Poupart)

merupakan

penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak


mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah
Sias.5

Muskulus obliquus internus abdominis


Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus
abdominis membentuk conjoined tendon.6

Muskulus transversus abdominis


Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang
sama dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined
tendon.6

4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic
cord dan berikatan ke linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak
pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan

fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang penting dalam metode
perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.5
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.6
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi
rongga pelvis.6
CANALIS INGUINALIS6
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada lakilaki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan
dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui
oleh ligamentum teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium
majus pudendi. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik
laki-laki maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang
dewasa dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk
oval terletak sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan
antara sias dan symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke
bawah dan medial sampai anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk
segitiga) pada aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis
terletak sejajar dan tepat diatas ligamentum inguinale.
Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis

inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.


Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis.
Dinding inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah
aponeurosis

muskulus

obliquus

externus

abdominis

yang

disebut

ligamentum inguinale dan ujung medialnya disebut ligamentum lacunare.


Dinding superior canalis inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut terbawah
muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus abdominis
yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan strukturstruktur yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke
testis menuju abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis
yang lebih kecil memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus
menuju ke labium majus.

CANALIS

INGUINALIS

TRIGONUM

HESSELBACH

Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

Inferior: Ligamentum Inguinale.

Lateral: Vasa epigastrika inferior.

Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya

dibentuk

oleh

aponeurosis m.transversus

fascia

transversalis

abdominis.

Hernia

yang

yang

diperkuat

melewati

serat

trigonum

Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul


lateral dari trigonum ini
adalah hernia indirek.

HESSELBACH
TRIGONUM

B. PATOFISIOLOGI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.7Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu
Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia
inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek
nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan
miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica
inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital
meskipun ada yang didapat.8. Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia
direk hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach.
Pada bulan ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus testikulorum
melalui kanal. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis yang kanan
lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut,
karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya

umur,

organ

dan

jaringan

tubuh

mengalami

proses

degenerasi. Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup. Namun karena
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk batuk


kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan.
Prosesus yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan
kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.

14,15,16

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses


perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.

PATOFISIOLOGI HERNIA
C. KLASIFIKASI
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis

b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat
berdiri atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila
didorong masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan
isi kantong kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan
pasasse
D. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki
daripada

perempuan.

Berbagai

faktor

penyebab

berperan

pada

pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar


sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara
lain:1,6,9
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran

badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau

gangguan saluran kencing


Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema, alergi

Partus

2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.


3. Prosesus vaginalis yang terbuka
Hernia terdiri atas tiga bagian:6
a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan
mempunyai leher dan badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam
cavitas abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum
sampai organ besar seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang
dilalui oleh kantong hernia

HERNIA MEDIALIS

E.

GAMBARAN KLINIS

Hernia inguinalis lateralis

Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan,


batuk, bersin, berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring
(apabila masih reponibel)

Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical
sewaktu segmen usus halus masuk ke kantong hernia

Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi

Hernia inguinalis medialis

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit


dibandingkan hernia ingunalis lateralis

F. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau
saat direposisi.
-

Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring

atau saat direposisi


Hernia inguinal
-

Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral


ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.

Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Pemeriksaan Zieman Test :


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :
1. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
2. Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
3. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Pemeriksaan Finger Test :
1.
2.
3.

Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

FINGER
TEST
ZIEMAN TEST

THUMB TEST
G. DIAGNOSA BANDING
o Hidrokel1
Tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak
dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi akan
memberi hasil positif. Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi,
tetapi sering kambuh kembali. Pada pungsi didapatkan cairan jernih
o Varikokel1
Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba
sebagai struktur yang terdiri atas varises pleksus pampiniformis
yang memberikan kesan raba seperti kumpulan cacing. Permukaan
testis normal licin tanpa tonjolan dengan konsistensi elastis.

H. KOMPLIKASI
o Hernia inkarserasi :
Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana, menyebabkan gangguan dari pasase
usus, mual, dan muntah. Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri
dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak dapat direposisi.
o Hernia strangulasi :
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi
oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam
kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa cairan serosanguinus.
I. PENATALAKSANAAN
- Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi
-

Reposisi

spontan

pada

anak

menidurkan

anak

dengan

posisi

Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,


kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
-

Operatif:
Prinsip
dasar

operasi

hernia

terdiri

dari

herniotomi

dan

hernioplasti.Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai


ke

lehernya,

kantong

dibuka

dan

isi

hernia

dibebaskan

kalau

ada

perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi


mungkin kemudian dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti

lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan


herniotomi.
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena
masalahnya pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen
masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi
bilateral.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010;
hal. 619-29
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery
Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono.
Edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.
New York. WB Saunders Company. 795-801
6. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih
bahasa: Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65,
189-90
7. Manthey,

David.

Hernias

.2007.on

14

June

athttp://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

2012

Available

8. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 14 June 2012


Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
9. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.
10.

Kerry

V.

Cooke.incarcerated

hernia.2005.on

13

June

2012

Available athttp://www.webmed.com
11.

Inguinal

hernia.Accesed

on

13

June

2012

Available

at

http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
12.

C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery.

Edisi I. Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58


13.

Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII.

Penerbit Hodder Arnold. 2006.


14.

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17
15.

Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step

by step approach).

Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia

Global Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003


16.

H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal

348-56
17.

Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi

II. 2005.

You might also like