Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan
diseluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan
bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula
stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit
karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan
jiwa skizofrenia.1
Dalam
sejarah
perkembangan
skizofrenia
sebagai
gangguan
klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil
Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia
prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan
onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen
Bleuler
(1857-1939),
untuk
menggambarkan
munculnya
perpecahan
antara pikiran, emosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini.
Bleuler mengindentifikasi simptom dasar dari skizofrenia yang dikenal
dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.2
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir
1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak
populasi urban dan pada kelompok sosial ekonomi rendah. Walaupun
insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia sering kali
ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk
merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap.
Kedatangan di ruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh
halusinasi yang menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam
jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan
penelantaran. Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial
ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.3
75% penderita skizofrenia terjadi pada usia 16-25 tahun. Usia remaja
dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh
stressor. Kondisi
penderita
sering
terlambat
disadari
keluarga
dan
Gangguan jiwa skizofrenia gangguan jiwa yang berat dan gawat yang
dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan
lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut
perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada
lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia).4
1. 2.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan refrat ini diantaranya adalah untuk
memberikan gambaran ringkas mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama
dalam hal gejala klinis, diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien
dan keluarga pasien.
1. 3.
Mafaat Penulisan
Refrat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta
pembaca mengenai Skizofrenia Hebefrenik. Selain itu, refrat ini juga akan
dijadikan untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik di bagian
Psikiatri FKU Malahayati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Pengertian
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai
dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan
untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk, 1992),
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). 5
Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu
disepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari
tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang
sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun.
Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara
tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami
stress (Atkinson dkk, 1992). Salah satu pembagian skizofrenia adalah
skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang
pengertian Skizofrenia, antara lain: Skizofrenia Hebefrenik adalah suatu
bentuk skizofrenia yang ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif,
afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tertawa aneh, meringis dan
menarik diri secara ekstrim.1
Skizofrenia
hebefrenik
adalah
suatu
bentuk
skizofrenia
dengan perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai
waham dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus
(fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta umumnya maneurisme.4
Skizofrenia
hebefrenik
disebut
juga
disorganized
type
atau
kacau balau yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan
tertawa kekanak-kanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti
menyeringai
sendiri,
menunjukkan
gerakan-gerakan
aneh,
hebefrenik
adalah
suatu
bentuk
skizofrenia
dengan perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku
menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri, dan
ungkapan kata yang diulangulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan
pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada
individu.5
2. 2.
Etiologi
Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi
skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :
1). Faktor genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan
melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang
keberapa menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom
no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar
50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofreia
maka peluangnya menjadi 35%.6
2). Faktor neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada
klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga
pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya
dopamine, serotonine, dan glutamat.
3). Studi neurotransmiter
Skizofrenia
diduga
juga
disebabkan
oleh
adanya
berupa
gangguan berbicara
spontan,
mengurutkan
peristiwa,
tidak
10
ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan
sosial.3
kebudayaan,
rendahnya
kemampuan
sosialisasi,
perilaku
11
1) Waham: yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan
latar belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun
dipertahankan oleh pasien dan tidak dapat ditangguhkan.
2) Halusinasi: gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat
melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya.
Halusinasi yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi
auditorik
(pendengaran).
Terkadang
juga
terdapat
halusinasi
Jenis-Jenis Skizofrenia
Krapelin
membagian
skizofrenia
menjadi
beberapa
jenis.
sering lama-
12
13
14
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pegaulan. Makin lama ia makin mundur dalam
pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi penganggur.7
e. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat
sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kea
rah negative yang lebih menonjol. Gejalanegatif terdiri dari kelambatan
psikomotor, penurunan aktivitas, penumpulan afek, pasif dan tidak ada
inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta
buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.7
2.5.
Psikofisiologi
15
hipokondrik,
kebesaran,
cemburu,
tubuhnya
dibentuk
secara
16
abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya
depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia pertengahan,
tetapi kadang-kadang yang berkaitan dengan bentuk tubuh yang salah dijumpai
pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering dihubungkan dengan
situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada kelompok minoritas.
Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan wahamnya, afek
dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal. Waham ini minimal
telah menetap selama 3 bulan.1
2.6.
Diagnosis
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenia untuk
pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya
mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan
senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan. Perilaku yang tidak
bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerism, ada kecenderungan
17
untuk selalu menyendiri (solitary) dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan
hampa perasaan. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),
seringdisertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),
senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (loftymanner),
tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau
(pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases). Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta
gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada
tetapi
biasanya
tidak
menonjol
(fleeting
and
fragmentary
delusions
Menurut
DSM-IV
skizofrenia
disebut
sebagai
skizofrenia
tipe
terdisorganisasi.5
2. 7.
Pengobatan
Dalam pengobatan dengan obat psikofarmaka, yang penting diketahui adalah
18
19
20
Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
a. Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari
keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami
Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami
gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
21
b. Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang
tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang
inteligensinya rendah.
c. Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil
pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine
disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien
skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.
d. Reaksi
Pengobatan Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang
bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang
yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.
e. Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan
mempunyai dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat
diminimalisir
atau
dihilangkan.
Begitu
pula
sebaliknya
apabila
stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat
diminimalisir maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
f. Kekambuhan
22
Prognosis Baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial,seksual
dan pekerjaan premorbid
yang baik
Gejala gangguanmood
Prognosis buruk
Onset muda
Tidak ada factor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social dan
pekerjaan premorbid yang buruk
Prilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau
23
(terutamagangguan depresif)
Menikah
Riwayat keluargagangguan moo
Sistem pendukungyang baik
Gejala positif
janda/duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
24
terpecah-pecah,
menunjukkan
dan
perilaku
gerakan-gerakan
aneh,
aneh
seperti
mengucap
menyeringai
sendiri,
berulang-ulang
dan
25
DAFTAR PUSTAKA
1. www.Scribd. com/mobile/doc/77516087/device_features.
tanggal 3 Juli 2012.
Diunduh
pada
26
2. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed 7,
vol 1, Binarupa aksara, 1997.
3. Skizofrenia
dan
gangguan
psikotik
lainnya.
http/www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.http.
Diunduh
dari
4. D e p a r t e m e n
Kesehatan
R.I.
1993.
Pedoman
P e n g g o l o n g a n d a n Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
5. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan
dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa. FK Unika Atmajaya, Jakarta,
2001.
6. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia.
7. Maramis. Ilmu Kedokteran Jiwa. Pusat Penerbitan dan Percetakan Airlangga
Universitas. Surabaya. 2009.
8. Prof. Dr. R. Kusumanto. Obat-Obat Yang Dipakai Dibidang Kesehatan Jiwa
Edisi II. Yayasan Dharma Graha. Jakarta. 1984.
9. Setiabudy, rianto. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5.Gaya Baru. Jakarta 2007.