You are on page 1of 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK)

MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


STIKES INSAN SE AGUNG BANGKALAN

(1)

Nurun Nikmah(1)
Dosen STIKES Insan Se Agung Bangkalan

ABSTRAK
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Diploma III Kebidanan mempunyai misi yaitu Menyelenggarakan pendidikan Diploma III Kebidanan yang
berkualitas dalam upaya mempersiapkan bidan pelaksana yang kompeten, bermoral tinggi dan berkepribadian Indonesia
dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Metodologi penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner terstruktur dan data primer. Jumlah sampel 38 mahasiswa kebidanan yang berada di STIKES Insan
Se Agung Bangkalan. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square, dan analisis
multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil peneltian ini menunjukkan pada kinerja dosen baik (78,9%0, lingkungan keluarga baik (89,5%), sarapana dan
prasarana baik (47,4%), motivasi belajar baik (78,9%), dan penerapan sarapan baik (26,3%). Ke lima faktor tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa.
Dalam rangka meningkatkan nilai IPK mahasiswa, yaitu mahasiswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar dan
penerapan sarapan setiap hari. Bagi dosen untuk meningkatkan kinerja dalam mendidik atau mengajar.
Kata Kunci

: Indeks Prestasi Kumulatif, Kebidanan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan pendidikan D-III Kebidanan adalah untuk
menghasilkan tenaga bidan profesional pada tingkat Ahli
Madya Kebidanan, yang mampu melaksanakan tugas
dengan kompetensi sebagai berikut : mengembangkan diri
sebagai bidan profesional yang berkepribadian Indonesia,
menerapkan konsep dan prinsip serta keilmuan dan
keterampilan yang mendasari profesionalisme bidan dalam
memberikan
asuhan
dan
pelayanan
kebidanan,
melaksanakan asuhan kebidanan (ASKEB) secara
profesional pada wanita dalam siklus kehidupannya
(remaja, pra perkawinan, ibu hamil, persalinan, nifas,
klimakterium, menopause dan masa antara, asuhan
neonatus, bayi dan anak balita) di semua tatanan pelayanan
kesehatan di institusi dan komunitas, mengembangkan
sikap profesional dalam praktik kebidanan, komunikasi
interpersonal dan konseling serta menjalin kerjasama dalam
tim kesehatan, memberikan pelayanan kebidanan dengan
mempertimbangkan kultur dan budaya setempat, dengan
melakukan upaya promosi dan prevensi kesehatan
reproduksi melalui pendidikan kesehatan, pemberdayaan
wanita, keluarga serta masyarakat dengan tidak
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.1
Sigit 2009, mengatakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil penelitian pendidik terhadap proses belajar
mahasiswa. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian
yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh proses
belajar dan hasil belajar mahasiswa telah sesuai dengan
tujuan instruksional yang sudah ditetapkan, baik menurut
aspek isi dan aspek prilaku.2 cara mana yang akan
digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa
biasanya berkaitan dengan tujuan dan bidang prestasi
belajar yang akan dievaluasi. Tetapi yang paling umum
dilakukan adalah melalui tes tertulis. Sehingga pada
umumnya yang dimaksud prestasi belajar adalah nilai-nilai
hasil belajar yang diperoleh melalui pengukuran dengan
alat tes. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari nilai
IP (Indeks Prestasi).2
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka
yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar
mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama
sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh.3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti pada bulan maret 2014 kepada 5 mahasiswa D-III
Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan didapatkan
60% siswa mempunyai IPK < 3,00 dan 40% mempunyai
IPK > 3,00. Penyebab dari rendahnya IPK tersebut
dimungkinkan
adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Indeks Prestasi
Prestasi belajar adalah hasil penilaian terhadap proses
belajar mahasiswa. Cara yang digunakan untuk mengukur
prestasi belajar mahasiswa biasanya berkaitan dengan
tujuan dan bidang prestasi belajar yang akan dievaluasi.
Tetapi yang paling umum dilakukan adalah melalui tes
tertulis. Sehingga pada umumnya yang dimaksud prestasi
belajar adalah nilai-nilai hasil belajar yang diperoleh

melalui pengukuran dengan alat tes. Prestasi belajar


mahasiswa dapat dilihat dari nilai IP. 2
Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. 2
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang
mempengaruhi pres tasi belajar, antara lain faktor
kurikulum, dosen, lingkungan keluarga, sumber-sumber
belajar dan faktor lain yang berpengaruh.
a. Kurikulum
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara
sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan umum pasal 1
menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.4
b. Faktor Dosen
Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas
menyelenggarakan
kegiatan
belajar
mengajar,
membimbing,
melatih,
mengolah,
meneliti
dan
mengembangkan serta memberikan penalaran teknik
karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan
kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan
Mengenai tenaga kependidikan, standar pengetahuan
dan kompetensi guru atau dosen menjadi tolok ukur semua
pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam
rangka pembinaan. Peningkatan kualitas dan menuju pada
jenjang karir bagi seorang guru atau dosen dalam hal ini
mengacu pada standar kompetensi guru. Kemampuan
mengajar merupakan penentu keberhasilan proses
pembelajaran.
Guru
atau
dosen
harus
dapat
mengembangkan potensi dirinya dalam hal pengetahuan
dan ketrampilan, serta menguasai akademiknya.
Dosen juga menunjukkan flesibilitas yang tinggi dan
gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan
keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat
menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.
c. Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan
hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor
yang sangat penting, karena sebagiuan besar waktu belajar
dilaksanakan di rumah. Lingkungan keluarga yang kurang
mendukung situasi belajar seperti kericuhan keluarga,
kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar
akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
d. Faktor sumber-sumber belajar (sarana dan prasarana)
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam
proses belajar adalah tersedinya sumber belajar yang
memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat
bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu
belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka
pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah

dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih


bermakna.
e. Faktor lain yang berpengaruh
Keberhasilan proses interaksi belajar-mengajar tidak
hanya tergantung kepada kegiatan guru dan murid saja.
Masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain
bahan pelajaran yang diajarkan (kualitas dan kuantitas),
jenis metode mengajar yang dipilih guru, waktu yang
tersedia untuk proses interaksi, lingkungan dan suasana
belajar, dan lain-lain.
2. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa. Faktor internal antara lain, yaitu : intelegensia
atau kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan fisik dan
psikis, dan status gizi.
a. Intelegensia atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi
rendahnya intelegensi sesuai dengan tingkat perkembangan
sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan
anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia
tertentu memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan kawan sebayanya.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorang sebagai kecakapan bawaan.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam
subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa
yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan
menghambat dalam belajar.
d. Faktor Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan belajar. Seseorang
melakukan suatu tindakan apabila tindakan itu menarik
perhatian dan minatnya didasarkan sebagai suatu
kebutuhan. Itulah sebabnya motivasi tidak lepas dengan
masalah kebutuhan fisik dan psikologis manusia. Beberapa
cara untuk mengusahakan timbulnya motivasi antara lain :
1) Menciptakan suasana belajar yang positif,
2) Menciptakan keberhasilan belajar,
3) Memberi contoh yang baik,
4) Menjelaskan tujuan belajar secara nyata,
5) Memberikan hasil-hasil yang dicapai anak,
6) Memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai.
e. Faktor Fisik dan Psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan,
kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain
sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan
stabilitas atau labilitas mental siswa, keadaan fisik dan
psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap
kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain
adalah :
1) Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan
nutrisi
yang
masuk
kedalam
tubuh,
karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan
mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
2) Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;

3) Istirahat yang cukup dan sehat.


Konsep dan Implementasi IP di STIKES Insan Se
Agung Bangkalan
Ada dua macam indeks prestasi (IP) hasil belajar :
1. IP setiap semester (IPS) adalah IP yang dihitung dari
hasil belajar yang dicapai mahasiswa selama satu
semester.
2. IP kumulatif (IPK) adalah IP yang dihitung dari hasil
belajar seluruh mata kuliah yang diambil dalam
semester yang telah dilaksanakan.
Penetapan IPS dan IPK memperhitungkan semua mata
kuliah yang di program, termasuk mata kuliah yang
memperoleh nilai nol atau E. Angka IP dihitung sampai dua
angka dibelakang koma dengan ketentuan apabila angka
ketiga dibelakang koma > 0,005 dibulatkan menjadi 0,01
sedangkan apabila angka ketiga dibelakang koma < 0,004
dihilangkan.5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Data Umum
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa D-III
Kebidanan berdasarkan semester pada
Agustus 2014
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Semester II
11
26,2
Semester IV
18
42,9
Semester VI
13
30,9
Jumlah
42
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 18
mahasiswa (42,9%) adalah mahasiswa semester IV.
2. Data Khusus
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen di Program
Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se
Agung Bangkalan
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
8
21,1
Baik
30
78,9
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu
30 mahasiswa (78,9%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
4
10,5
Baik
34
89,5
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar lingkungan keluarga mahasiswa adalah baik yaitu 34
mahasiswa (89,5%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana di
Program Studi D-III Kebidanan STIKES
Insan Se Agung Bangkalan
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
20
52,6
Baik
18
47,4
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian
besar sarana prasarana dilingkungan kampus mahasiswa
adalah kurang baik yaitu 20 mahasiswa (52,6%).

Tabel

5 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar


Mahasiswa di Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Insan Se Agung Bangkalan
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
8
21,1
Baik
30
78,9
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
besar motivasi belajar mahasiswa adalah baik yaitu 30
mahasiswa (78,9%).
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penerapan Mahasiswa
Mahasiswa di Program Studi D-III Kebidanan
STIKES Insan Se Agung Bangkalan
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
28
73,7
Baik
10
26,3
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian
besar penerapan sarapan mahasiswa adalah kurang baik
yaitu 28 mahasiswa (73,7%).
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Nilai IPK Mahasiswa di
Program Studi D-III Kebidanan STIKES
Insan Se Agung Bangkalan
Semester
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Baik
11
28,9
Baik
27
71,1
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian
besar nilai IPK mahasiswa adalah baik yaitu 27 mahasiswa
(71,1%).
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (kinerja
dosen, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana, motivasi
belajar, dan penerapan sarapan) terhadap variabel terikat
(nilai IPK), terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat yaitu
menganalisis hubungan antara variabel bebas (kinerja
dosen, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana, motivasi
belajar, dan penerapan sarapan) dengan variabel terikat
(nilai IPK), dengan hasil :
Tabel 8 Hubungan kinerja dosen, lingkungan keluarga,
sarana dan prasarana, motivasi belajar, dan
penerapan sarapan dengan
nilai IPK
mahasiswa Program studi D-III Kebidanan
STIKES Insan Se Agung Bangkalan
Nilai IPK
Kuran
No

Variabel

Baik

value

Baik
n=1

n=2

Kurang

Baik

Kurang

Baik

24

70,6

40

12

60

Baik

0,264
3

16,7

15

83,3

Kurang

33,3

66,7

30

21

70

21,4

22

78,6

50

20

Baik
2

Baik

0,001

Penerapan Sarapan
1

Kurang
Baik

Baik

0,012

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara


variabel bebas (kinerja dosen, motivasi belajar, dan
penerapan sarapan) dengan variabel terikat (nilai IPK), pola
hubungan positif. Dan variabel antara variabel bebas
(lingkungan keluarga dan sarana prasarana) dengan
variabel terikat (nilai IPK) tidak ada hubungan.
Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Hubungan
Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
No
Variabel Bebas
p
Kesimpulan
1
Kinerja Dosen
0,036
Ada hubungan
2
Lingkungan
-0,087
Tidak ada
Keluarga
hubungan
3
Sarana dan
0,264
Tidak ada
Prasarana
hubungan
4
Motivasi
0,001
Ada hubungan
Belajar
5
Kepatuhan
0,012
Ada hubungan
Sarapan
Tabel 9 menunjukkan bahwa variabel bebas (kinerja
dosen, motivasi belajar, dan kepatuhan sarapan)
berhubungan dengan nilai IPK. Semua variabel yang
berhubungan kemudian dilakukan analisis multivariate
dengan menggunakan uji regresi logistik dengan
menggunakan metode enter. Hasil uji multivariat variabel
penelitian dapat dilihat pada tabel:
Tabel 10 Analisis Regresi Binary Logistik Faktor-faktor
yang Mempengaruhi nilai IPK mahasiswa
program studi D-III Kebidanan STIKES
Insan Se Agung Bangkalan
No
Variabel
Sig.
Kesimpulan

37,5

62,5

26,7

22

73,3

25

75

0,300

Tidak ada
pengaruh

Motivasi Beelajar

0,036

0,374

Tidak ada
pengaruh

Kepatuhan

0,087

Motivasi Belajar

29,4

Baik

Lingkungan Keluarga
1

Kurang

Kinerja Dosen

Baik
2

10

Sarana dan Prasarana

Kinerja Dosen
1

Baik

Sarapan

0,100

Tidak ada
pengaruh

Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil uji analisis


multivariat tahap pertama dapat disimpulkan bahwa tidak
ada pengaruh kinerja dosen, motivasi belajar, dan
kepatuhan sarapan terhadap nilai IPK.
PEMBAHASAN
1. Kinerja Dosen
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu
30 mahasiswa (78,9%). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
dosen baik. Pada analisis hubungan antara kinerja dosen
dengan nilai IPK, menunjuukan hasil p = 0,036 yang
berarti ada hubungan antara kinerja dosen dengan nilai IPK
mahasiswa.
Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas
menyelenggarakan
kegiatan
belajar
mengajar,
membimbing,
melatih,
mengolah,
meneliti
dan
mengembangkan serta memberikan penalaran teknik
karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan
kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.2
Dosen berhubungan dengan nilai IPK yang berarti ada
semakin baik kinerja dosen maka semakin baik pula nilai
IPK mahasiswa.
Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa kinerja dosen
tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa,
hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,300.
2. Lingkungan Keluarga
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar lingkungan keluarga mahasiswa adalah baik yaitu 34
mahasiswa (89,5%). Hal ini menunjukan bahwa lingkungan
keluarga siswa mayoritas adalah baik. Pada analisis
hubungan antara lingkungan keluarga dengan nilai IPK
mahasiswa menunjukkan bahwa p = - 0,087, yang artinya
tidak ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan
nilai IPK mahasiswa. Berdasarkan tabel 9 menunjukan
bahwa lingkungan keluarga tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai IPK mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan
nilai p = 0,374. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa
dalam pendidikannya bertinggal di asrama atau di
lingkungan dekat kampus yang jauh dari lingkungan
rumahnya.
3. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian
besar sarana prasarana dilingkungan kampus mahasiswa
adalah kurang baik yaitu 20 mahasiswa (52,6%). Hal ini
menunjukkan bahwa sarana prasarana di lingkungan
kampus baik. Pada uji hubungan didapatkan bahwa nilai p
= 0,264 yang artinya tidak ada hubungan antara sarana dan
prasarana dengan nilai IP mahasiswa.
4. Motivasi Belajar
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
besar motivasi belajar mahasiswa adalah baik yaitu 30
mahasiswa (78,9%). Hal ini menunjukkan motivasi belajar
mahasiswa mayoritas baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum
motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N
Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga menunjukkan
bahwa pengaruh motivasi belajar besar pengaruhnya
terhadap prestasi belajar IPA dari siswa. Hasil penelitian
juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan
antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini
berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,

maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya


jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar,
maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah).6
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan belajar. Seseorang
melakukan suatu tindakan apabila tindakan itu menarik
perhatian dan minatnya didasarkan sebagai suatu
kebutuhan. Itulah sebabnya motivasi tidak lepas dengan
masalah kebutuhan fisik dan psikologis manusia. Beberapa
cara untuk mengusahakan timbulnya motivasi antara lain :
Menciptakan suasana belajar yang positif, Menciptakan
keberhasilan belajar, Memberi contoh yang baik,
Menjelaskan tujuan belajar secara nyata, Memberikan
hasil-hasil yang dicapai anak, Memberikan penghargaan
atas prestasi yang dicapai.
Uji hubungan pada tabel 9 didapatkan bahwa nilai p =
0,001 yang berarti bahwa ada hubungan antara motivasi
belajar dengan nilai IPK mahasiswa. Dari uji pengaruh
pada tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
antara motivasi belajar terhadap nilai IPK mahsiswa (p =
0,374).
5. Penerapan Sarapan
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian
besar penerapan sarapan mahasiswa adalah kurang baik
yaitu 28 mahasiswa (73,7%). Uji hubungan pada tabel 9
didapatkan bahwa nilai p = 0,012 yang berarti bahwa ada
hubungan antara penerapan darapan dengan nilai IPK
mahasiswa. Dari uji pengaruh pada tabel 10 menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh antara penerapan sarapan belajar
terhadap nilai IPK mahsiswa (p = 0,100).
Hal ini didukung dengan penelitian bahwa, Rata-rata
siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal
mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi
responden yang mempunyai status gizi kurang dan
malnutrisi juga mendapat pencapaian yang cemerlang
dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang
(12,22%) dan status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%).
Maka, tiada pengaruh antara status nutrisi dengan tingkat
pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan.7
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan,
kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain
sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan
stabilitas atau labilitas mental siswa, keadaan fisik dan
psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap
kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik
yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi
fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus
jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk
menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah: Menjaga
pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang
masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi
akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar, Rajin
berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat; Istirahat
yang cukup dan sehat.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Terdapat hubungan antara variabel bebas (kinerja
dosen, motivasi belajar, dan penerapan sarapan)
dengan variabel terikat (nilai IPK), pola hubungan
positif. Dan variabel antara variabel bebas (lingkungan
keluarga dan sarana prasarana) dengan variabel terikat
(nilai IPK) tidak ada hubungan.
2. Analisis multivariat uji regresi logistik dengan
menggunakan metode enter tahap pertama dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kinerja dosen,
motivasi belajar, dan kepatuhan sarapan terhadap nilai
IPK mahasiswa.
Saran
Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan tentang
bagaimana meningkatkan nilai IPK, yaitu mahasiswa dapat
meningkatkan motivasi dalam belajar dan penerapan
sarapan setiap hari. Bagi dosen untuk meningkatkan kinerja
dalam mendidik atau mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aielza.2009.Tujuan Pendidikan Kebidanan.Tersedia
dalam. ugpedia.gunadarma.ac.id. (diakses tanggal 11
april 2014 jam 15:00)
2. Sigit. 2009. Indeks prestasi mempengaruhi prestasi
belajar. id.answers.yahoo.com. (diakses tanggal 4
April 2014 jam 08.30).
3. Fakultas Pertanian Universitas Pandjadjaran. 2014.
INDEKS
PRESTASI
KUMULATIF
(IPK).
www.faperta.unpad.ac.id (diakses tanggal 11 april
2014 jam 15:00
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. Program Studi D-III Kebidanan. 2013. Panduan
Akademik tahun 2013. STIKES Insan Se Agung
Bangkalan.
6. Ghullam Hamdu, Lisa Agustina. 2011. Pengaruh
Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar
Ipadi Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa
Kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang
Kota Tasikmalaya). Universitas Pendidikan Indonesia
7. TN Badiuzzaman Bin Tuan Ismail. 2010. Pengaruh
status Gizi dengan Tingkat Prestasi Akademik Anakanak Sekolah Dasar di Kota Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

You might also like