Professional Documents
Culture Documents
MONITORING HEMODINAMIK
menghasilkan aliran turbulen dan suara Korotkoff. Suara ini dapat didengar melalui
stetoskop yang diletakkan dibawah distal sepertiga manset tekanan darah yang
dikembangkan. Tekanan darah sistolik bertepatan dengan mulai terdengarnya suara
korotkoff, tekanan diastolik ditentukan dengan menghilangnya suara korotkoff.2,4
4) Osilometri
Pulsasi arteri menyebabkan osilasi pada tekanan manset. Osilasi akan melemah
bila manset dipompa melebihi tekanan sistolik. Ketika tekanan manset diturunkan ke
tekanan sistolik, pulsasi diteruskan ke seluruh manset dan osilasi akan meningkat.
Osilasi maksimal timbul ketika mean arterial pressure, kemudian osilasi akan
menurun. Karena beberapa osilasi ada di atas atau di bawah tekanan darah arteri,
manometer aneroid atau raksa dapat memberikan pengukuran yang tidak akurat.
Osilometrik tidak seharusnya digunakan pada pasien dengan bypass cardiopulmonal.2
5) Arterial Tonometri
Tonometri arterial mengukur tekanan darah arteri denyut per denyut dengan
merasakan tekanan yang diperlukan untuk menekan sebagian arteri superfisial yang
ditunjang oleh struktur tulang (contohnya arteri radialis). Tonometer terdiri dari
beberapa transduser independen yang ditaruh di kulit di atas arteri. Stress kontak
antara tekanan tranduser yang langsung di atas arteri dan kulit memantulkan tekanan
intraluminal. Kekurangan dari
dan manis mencegah darah menyembur ketika tube dihubungkan. Gunakan selotip
tahan air atau jahitan untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.2,3
Komplikasi
monitoring
intraarterial
termasuk
hematoma,
perdarahan,
B. ELEKTROKARDIOGRAFI
1. Indikasi dan Kontraindikasi
Semua pasien seharusnya dimonitor elektrokardiografinya saat operasi. Tidak ada
kontraindikasi. 2
2. Teknik dan Komplikasi
Penempatan lead menentukan sensitivitas diagnosis dari EKG. Lead EKG diposisikan
di dada dan ekstremitas untuk menyediakan perspektif potensial elektrik yang berbeda.
Saat akhir diastol, atrium berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang P. Setelah itu,
ventrikel terisi dan menunggu untuk terjadinya sistol. Komplek QRS mulai
menggambarkan aktivitas elektrik sistol setelah terjadi penundaan atrioventricular node
(AV). Depolarisasi ventrikel dari AV node ke sistem intraventrikuler melalui berkas
Purkinje. QRS normal bertahan selama 120 milidetik, dan dapat memanjang pada pasien
dengan kardiomiopati dan gagal jantung.2
Aksis elektrik dari lead II paralel dengan atrium, menghasilkan gelombang P yang
paling besar dari seluruh lead. Hal ini memperjelas diagnosis aritmia dan deteksi iskemia
diniding inferior. Lead V5 terletak pada ruang interkostal ke 5 pada garis aksilaris anterior,
posisi ini baik untuk mendeteksi iskemia dinding anterior dan lateral. Lead V5 yang
sesungguhnya memungkinkan hanya pada EKG kamar operasi dengan paling sedikit 5
kabel lead, tetapi modifikasi V5 dapat diawasi dengan mengatur lagi peletakan lead standar
3 tungkai. Idealnya karena setiap lead memberikan informasi yang unik, lead II dan V5
harus di monitor secara simultan dengan ECG dengan 2 channel. Bila hanya ada satu
channel yang tersedia, lead yang lebih dipilih untuk monitoring tergantung pada lokasi
infark atau iskemia yang sebelumnya. 2
Monitoring tekanan arteri pulmonalis dan curah jantung telah berulangkali terbukti
memberikan informasi yang lebih akurat tentang kardiovaskular pada pasien yang sakit
kritis daripada pemeriksaan klinis. Pada dasarnya, kateterisasi arteri pulmonal seharusnya
dipertimbangkan bila sangat perlu untuk mengetahui index jantung, preload, status volume
dan derajat pencampuran oksigen darah vena. Hal ini mungkin cukup penting pada pasien
dengan ketidakstabilan hemodinamik atau selama prosedur bedah yang mempunya
kemungkinan insiden tinggi komplikasi hemodinamik. 2
Kontraindikasi relatif pada kateterisasi arteri pulmonal termasuk left branch bundle
block komplit (karena resiko blok jantung komplit), Wolff-Parkinson-White syndrome dan
malformasi Ebstein. Kateter dengan kemampuan pacing lebih baik pada keadaan ini. PAC
dapat berfungsi sebagai nidus infeksi pada pasien bakteremia atau pembentukan thrombus
pada mereka yang rentan pada hiperkoagulasi. 2
2. Teknik dan Komplikasi
Insersi PAC membutuhkan akses vena sentral, yang dapat dikerjakan dengan tehnik
Seldinger. Dari kateter vena sentral, sebuah dilator dan pembungkus di masukkan melalui
kawat pengarah. Pembungkus lumen mengakomodasi PAC setelah pencabutan dilator dan
kawat pengarah. 2
Setelah diinsersi, kateter dicek dengan mengembangkan dan mengempiskan balonnya
dan mengirigasi semua lumen intravaskuler dengan salin yang diheparinisasi. Bagian
distal dihubungkan pada tranduser yang dipasang nol pada garis midaksilaris. 2
Kateter dimasukkan melalui pembungkus ke dalam vena juguler interna. Pada kira
kira 15 cm, ujung distal seharusnya memasuki atrium kanan, dan vena sentral melacak
variasi respirasi yang memastikan posisi intrathoraks. Balon dikembangkan dengan udara
berdasarkan rekomendasi pabrik, (biasanya 1,5 mL) untuk melindungi endokardium dari
ujung kateter dan menyebabkan curah jantung ventrikel kanan
langsung ke kateter
E. CURAH JANTUNG
1. Indikasi dan Kontraindikasi
Pengukuran cardiac output agar dapat memperkirakan perhitungan stroke volume
adalah salah satu alasan dilakukannya kateter arteri pulmoner. Penyempurnaan tehnik
non invasif dapat membawa ke monitoring curah jantung intraoperatif. Kontra indikasi
untuk pengukuran curah jantung dengan thermodilution sama dengan kontraindikasi
kateterisasi arteri pulmonalis. 2
2. Teknik dan Komplikasi
a. Thermodilution
Injeksi sejumlah cairan (2,5, 5 atau 10 ml) dengan suhu dibawah suhu tubuh
(biasanya pada suhu ruangan atau didinginkan) ke atrium kanan akan mengubah suhu
darah yang menyentuh termistor pada ujung PAC. Derajat perubahan akan
mencerminkan curah jantung. Perubahan suhu minimal bila ada aliran darah yang
tinggi tetapi nyata bila aliran rendah. Setelah injeksi, temperatur dapat dimasukkan ke
dalam kurva termodilusi. Curah jantung ditentukan dengan program komputer yang
terintegrasi dengan daerah di bawah kurva.2
b. Dye Dilution
Pewarna indosianin hijau (atau indikator lain) disuntikan melalui kateter vena
sentral, yang kemudian akan tampak pada sampel arteri yang dianalisa dengan detektor
tertentu, sebuah densitometer untuk indosianin hijau. Daerah yang dibawah kurva
indikator pewarna dihubungkan dengan curah jantung. Teknik dilusi pewarna tersebut,
bagaimanapun juga menggambarkan masalah dari resirkulasi, sampel darah arteri.2
c. Pulse Contour Devices
Pulse contour devices menggunakan pelacakan tekanan arteri untuk memperkirakan
cardiac output dan parameter dinamis lainnya seperti tekanan pulsasi dan variasi stroke
volume dengan ventilasi mekanik. Indikasi ini digunakan untuk menentukan apakah
hipotensi akan merespon jika diberi terapi cairan.2
d. Doppler Esofagus
Doppler esofagus berpegang pada prinsip Doppler untuk mengukur velositas aliran
darah dari descending thoracic aorta. yang meningkat dengan iskemia miokardium dan
interpretasi yang berbeda-beda.2
e. Thoracic Bioimpedance
Perubahan dari volume thoraks menyebabkan perubahan pada resistensi toraks
(bioimpedance). Bila perubahan thoracic bioimpedance diukur seletah depolarisasi
ventrikel, stroke volume dapat terus ditentukan.2
Tehnik non invasif ini membutuhkan 6 pasang elektroda ECG untuk menginjeksi
microcurrent dan untuk merasakan bioimpedance pada kedua sisi dada. Kerugian teknik
ini termasuk rentan pada gangguan elektrik dan ketergantungan pada posisi elektroda
yang benar.2
Baik dengan cara suprasternal maupun transtracheal Doppler, ketepatan tehnik ini
masih dipertanyakan pada beberapa kelompok pasien termasuk yang menderita
kelainan katup aorta atau operasi jantung terdahulu.2
f. Prinsip Fick
Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh seorang individual (VO 2) sama dengan
perbedaan antara oxygen content (C) arteri dengan vena (a-v) dikalikan dengan cardiac
output (CO).2
Konsumsi O2
V O2
Ca O2-Cb O2
Campuran venous dan arterial oxygen content dapat ditentukan dengan mudah jika
kateter arteri pulmoner dan arterial line terpasang. Konsumsi oksigen dapat dikalkulasi
berdasarkan oxygen content pada udara yang diinspirasi dan diekspirasi. Variasi dari
prinsip Fick adalah dasar dari seluruh metode indikator-dilusi dari penentuan curah
jantung.2
g. Echocardiography
BAB II
MONITORING MIKROSIRKULASI
Terdapat banyak teknik untuk memonitor mikrosirkulasi namun sampai sekarang belum
transisi ke tatalaksanan utama perawatan klinis. Secara klinis, terdapat teknik untuk
mengevaluasi perfusi jaringan seperti adanyan mottled skin, akrosianosisi delayed capillary
refill time dan meningkatnya gradien temperatur dari sentral ke perifer dapat
mengindikasikan adanya gangguan mikrosirkulasi.1
Biomarker yang mungkin dapat dipakai antara lain seperti laktat dan meningkatnya
hialuronan plasma.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Bersten A.D., Soni N. Haemodynamic Monitoring In Ohs Intensive Care Manual, 7th
Edition. Elsevier. pp 122-137.
2. Miller D.R., Cohen N.H, Eriksson L.I. 2015. Cardiovascular Monitoring In Millers
Anesthesia, 8th Edition. Elsevier. pp. 1345-1392.
3. Morgan G.E., Mikhail M.S., Murray M.J. 2013. Airway Management In Clinical
Anesthesiology, 5th Edition. McGraw-Hill. pp. 309-329.
4. Latief S.A., Suryadi K.A., Dachlan M.R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi
Kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
5. Soenarto. R., Chandra. S. Buku Ajar Anestesiologi. Departemen anestesiologi dan
intensive care FKUI RS Cipto Mangunkusumo. Jakarta.