Professional Documents
Culture Documents
Transaksi
Antarperusahaan-Aset
Tujuan Bab
Mengidentifikasi laba antarperusahaan dalam hubungan
induk-anak.
Memahami keterkaitan
laba
antarperusahaan
dengan
pendapatan investasi.
Membedakan dampak laba antarperusahaan downstream
dan upstream terhadap pendapatan investasi.
Menghitung pendapatan investasi pada tahun transaksi aset
antarperusahaan dan tahun setelah transaksi.
Membedakan laba antarperusahaan atas persediaan, aset
tetap yang memiliki umur yang tidak terbatas, dan aset tetap
yang disusutkan.
Menyusun kertas kerja konsolidasi bila terdapat aset
antarperusahaan.
PENDAHULUAN
Salah satu alasan entitas induk menguasai saham entitas lain adalah untuk
kepentingan bisnis, seperti mendapatkan pemasok (supplier) tetap atau
pelemparan produknya (integrasi vertical). Transaksi jual-beli antara
entitas induk-anak sering terjadi, baik atas barang dagang maupun aset
lainnya. Tidak jarang terjadi intergrasi hulu-hilir antara entitas induk-anak.
Sebagai contoh, seluruh bahan mentah entitas induk berasal dari entitas
anak tertentu, sedangkan hasil peroduksi entitas induk dilempar pada
entitas anak lainnya dalam kelompok yang memiliki lebih dari satu entitas
anak.
Bab ini akan membahas teransaksi jual-beli aset antarperusahaan
dan dampaknya terhadap pendapatan investasi serta penyusunan kertas
kerja laporan keuangan konsolidasi. Pada pembahasan selanjutnya,
penjualan yang dilakukan entitas induk kepada entitas anak disebut
downstream dan apabila entitas anak sebagai pihak penjual disebut dengan
istilahupstream. Aset entitas induk yang berasal dari entitas anak, dan
aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau dari entitas anak
lainnya dalam suatu konsolidasi disebut antarperusahaan.
LABA ANTARPERUSAHAAN
Dalam bab terdahulu telah dijelaskan
dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antar entitas induk
dan anak harus sama dengan harga kepada pihak-pihak yang tidak
memiliki hubungan istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan penjualan
induk-anak harus sama dengan keuntungan penjualan kepada pihak
eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi
yang menganggap entitas induk dan anak satu, laba tersebut dianggap laba
atas diri sendiri sehingga harus dieliminasi.
Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset
itu sebesar nilai buku yang dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda
dengan transaksi jual-beli di mana pihak pembeli akan membukakan aset
yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yang bagi penjualan harga
tersebut merupakan harga pokok ditambah keuntungan penjualan. Laporan
konsolidasi, yang memandang transaksi jual-beli sebagai transfer atau
pindah tangan aset, mengharuskan laba pihak penjual yang melekat dalam
aset yang terdapat dalam neraca pembelian harus dieliminasi agar transaksi
jual-beli antarperusahaan tersaji sebagai transfer aset. Laba yang berasal
dari jual-beli antarperusahaan yang melekat dalam aset pembeli
selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena sudut
pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang
laba antraperusahaan sebagai laba dari diri sendiri.
Laba antarperusahaan ada sepanjang entitas induk atau anak
memiliki aset yang barasal dari transaksi jual-beli antarperusahaan .
Misalkan pada tanggal 1/7/2011 entitas induk menjual aset kepada entitas
anak dengan harga Rp10 juta di mana harga pokoknya bagi penjual adalah
Rp6 juta. Entitas anak akan mencatat nilai aset yang diperoleh sebesar
harga perolehannya, yakni Rp10 juta.
1. Apabila dalam tahun bejalan (sebelum tanggal laporan konsolidasi)
entitas anak menjual aset tersebut seluruhnya kepada pihak eksternal,
tidak ada laba antarperusahaan karena aset sudah dimiliki pihak
eksternal laba pihak penjual sebesar Rp4 juta telah terealisasi dari
pihak eksternal.
2. Apabila pihak pembeli masih memiliki aset antarperusahaan tersebut
pada tanggal laporan konsolidasi (tanggal 31 Desember), maka laba
pihak penjual sebesar Rp4 juta merupakan laba antra perusahaaan,
karena pembeli dan penjual dalam hubungan induk-anak dianggap satu
dari sudut pandang konsolidasi. Aset entitas anak yang berasal dari
entitas induk atau sebaliknya dianggap sebagai pindah tempat saja,
bukan dari pembelian. Laba pihak penjual tidak diakui dari sudut
pandang konsolidasi. Apabila pada tahun berikutnya (tahun 2012)
pihak pembeli menjual aset antarperusahaan tersebut kepada pihak
eksternal, maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta tersebut tidak lagi
dianggap laba antarperusahaan karena telah terealisasi dengan pihak
eksternal.
Transaksi jual-beli aset antarperusahaan dipandang sebagai
transaksi dengan diri sendiri dari sudut pandang konsolidasi karena entitas
induk dan anak adalah satu. Konsolidasi hanya akan menggap sebagai
transaksi riil apabila penjualan tersebut dilakukan kepada pihak eksternal
atau pihak-pihak di luar hubungan induk-anak.
Laba antarperusahaan atas aset biasanya tertanam dalam bentuk
persediaan dan aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan lainnya.
Persedian merupakan aset yang dibeli untuk dijual kembali. Bila pada
akhir tahun terdapat persediaan yang merupakan aset antarperusahaan,
maka dalam persediaan tersebut terdapat laba antarperusahaan yang harus
dikoreksi. Persediaan merupakan aset lancar yang dalam satu tahun sudah
terjual pada kondisi normal, sehingga laba antarperusahaan atas persediaan
akhir akan terealisasi dalam tahun berikutnya. Penjualan tahun berjalan
pertama kali bersumber dari persediaan awal, baru kemudian dari
pembelian atau produksi selama tahun berjalan. Karena itu, laba
sehingga
perlu
dilakukan
koreksi.
Dalam
periode
pemakaiannya, aset tetap dibagi dua yakni aset tetap yang memiliki masa
pakai tidak terbatas (tidak memiliki umur ekonomis) dan aset yang
memiliki masa pakai terbatas (aset yang memiliki umur ekonomis).
Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak
terbatas hanya akan terealisasi apabila aset tetap tersebut telah berpinda
tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi melalui proses penjualan. Laba
antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas dapat
terealisasi dengan dua cara:
1. Pindah tangan ke pihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).
2. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis.
Laba antarperusahaan
tersebut
sudah
tidak
lagidimiliki
pihak
pembeli,
laba
tersebut masih ada. Apabila nilai buku aset tersebut telah nol, itu
berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam hubungan
induk-anak melalui proses alamiah (penyusutan), sehingga laba
antarperusahaan juga sudah terealisasi secara alamiah. Karena proses
aset tetap menjadi nol bertahap seiring dengan umur aset tetap
tersebut, laba antarperusahaan juga terealisasi secara bertahap bertahap
berdasarkan umurnya. Misalkan terjadi transaksi jual beli aset tetap
antarperusahaan dengan laba penjualan sebesar Rp50 juta. Aset tetap
tersebut berumur 10 tahun dan tidak dijual hingga habis umur
ekonomisnya. Apabila jual-beli aset tersebut dilakukan pada akhir
tahun, penundaan dan realisasi laba antarperusahaan ditunjukkan
dalam peraga 5-1
PERAGA 5-1
Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap
(Penjualan akhir tahun)
Laba
Antarperusahaan
Tahun
Akhir Tahun 1
Akhir Tahun 2
Akhir Tahun 3
Akhir Tahun 4
Akhir Tahun 5
Akhir Tahun 6
Akhir Tahun 7
Akhir Tahun 8
Akhir Tahun 9
Akhir Tahun 10
Akhir Tahun 11
Direalisasi
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
Ditunda
50.000.000
45.000.000
40.000.000
35.000.000
30.000.000
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
-
Laba Antarperusahaan
Direalisasi
Ditunda
5.000.000
45.000.000
5.000.000
40.000.000
5.000.000
35.000.000
5.000.000
30.000.000
5.000.000
25.000.000
5.000.000
20.000.000
5.000.000
15.000.000
5.000.000
10.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
-
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Investasi
xxx
yang
telah
ditunda
sebelumnya.
Dampak
laba
Bila
terdapatpersedian
akhir
yang
berasal
dari
transaksi
antarperusahaan.
-
Jika
laba
antarperusahaan
diamortisasi
untuk
aset
tetap
xxx
xxx
Undervalue
xxx
Overvalue
xxx
Intangible asset
xxx
Laba-rugi antarperusahaan
xxx
xxx
Pendapatan investasi
xxx
mengumumkan
laba
sebesar
Rp200
penjualanantarperusahaan-downstream
yang
juta,
dan
terjadi
menghasilkan
laba
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Rp 36.000.000
Rp 36.000.000
(40.000.000)
Rp 200.000.000
160.000.000
140.000.000
Rp 144.000.000
kerja
antarperuahaan
konsolidasi
dan
harus
dampaknya
mengeliminasi
sehingga
setiap
laporan
transaksi
konsolidasi
xxx
Penjualan
xxx
xxx
Persediaan
xxx
xxx
Utang Usaha
xxx
Persediaan
Utang Usaha
xxx
xxx
xxx
Persediaan
xxx
xxx
HPP
xxx
xxx
Contoh:
Entitas induk menguasai 80% saham entitas anak. Pada tahun 2011, terjadi
jual-beli barang dagang antarperusahaan sebesar Rp10 juta di mana pihak
penjual menerapkan tingkat gross profit 40% atas penjualan. Persediaan
dicatat dengan metode perpetual. Pada akhir tahun, pihak pembeli masih
memiliki 25% barang dagang tersebut. Hingga akhir tahun, jual-beli
barang dagang itu baru di bayar Rp7 juta. Pada tahun 2012, terjadi jualbeli antarperusahaan sebesar Rp15 juta tunai dengan tingkat gross profit
yang sama dengan tahun 2011, pada akhit tahun 2012, pihak pembeli
masih memiliki persediaan akhir senilai Rp5000000.
Selama tahun 2011, pihak penjual akan menjurnal penjualan
barang dagang sebagai berikut:
Kas
Rp 7.000.000
Piutang Usaha
RP 3.000.000
Penjualan
Rp 10.000.000
Rp 6.000.000
Persediaan
Rp 6.000.000
Rp 10.000.000
Utang Usaha
Rp 3.000.000
Kas
Rp 7.000.000
Penjualan
Rp 10.000.000
HPP
2
Utang Usaha
Rp 10.000.000
Rp 3.000.000
Piutang Usaha
Rp 3.000.000
Rp 1.000.000
Persediaan
Rp 1.000.000
Pada tahun 2012, persediaan akhir menjadi persediaan awal pihak pembeli
sehingga penyusutan kertas kerja konsolidasi tahun 2012 mengeliminasi
akun-akun antarperusahaan sebagai berikut:
1. Jual-beli antarperusahaan
Penjualan
Rp 15.000.000
HPP
Rp 15.000.000
Rp 1.000.000
(80% x 1 juta)
Rp 800.000
Rp 200.000
HPP
Rp 1.000.000
Rp 2.000.000
Persediaan
Rp 2.000.000
c. Aset Tetap
Pihak yang melakukan penjualan aset akan mengkredit aset dan
keuntungan serta mendebet kas atau piutang dan rugi
Rp 500.000.000
Tanah
Rp 400.000.000
Keuntungan
Rp 100.000.000
Rp 500.000.000
Kas
Rp 500.000.000
Keuntungan
Rp 100.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
Salah satu perbedaan antara aset tetap dan persediaan adalah bahwa
persediaan dibeli untuk dijual kembali, sedangkan aset tetap
dimasudkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Aset
tetap yang dibeli akan tetap ada dalam neraca pihak pembeli hingga
aset tersebut hasil masa manfaatnya atau dijual atau dijual atau
disumbangkan. Tanah senilai Rp500 juta tersebut pada tahun-tahun
setelah transaksi jual-beli akan tetap menjadi akun hubungan indukanak selama masih berada dalam perusahaan induk, sehingga
keuntungan sebesar Rp100 juta tetap harus dieliminasi dengan
mengurangikan nilai aset tetap itu.
Kertas kerja konsolidasi tahun 2013 harus mengeliminasi tanah
senilai Rp100 juta untuk mengembalikannya ke harga pokoknya. Akun
keuntungan penjualan tanah sebesar Rp100 juta untuk tahun 2012
telah di closing ke akun riil, yakni kekayaan pemegang saham atau
ekuitas berdasarkan sikelus akuntansi. Pendapatan investasi PT Indah
tahun 2012 telah dikurangi dengan laba antarperusahaan dari penjualan
tanah sebesar Rp100 juta. Pengurangan pendapatan investasi ini
menyebabkan saldo investasi yang dicatat PT Indah lebih kecil Rp100
juta disbanding kekayaan entitas anak yang dimiliki, sehingga kertas
kerja konsolidasi per 31 Desember 2013 harus mendebet akun
investasi dalam saham induk untuk mengeliminasi tanah PT Andi.
Jurnal adalah sebagai berikut:
Investasi dalam saham
Tanah
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
nilai investasi PT Indah sebesar Rp80 juta dan Rp20 juta sebagai saldo
kepentingan Nonpengendali dengan jurnal sebagai berikut:
Investasi dalam saham PT andi
Rp 80.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp 20.000.000
Tanah
Rp 100.000.000
Pada tahun-tahun berikut, jurnal eliminasi ini tetap dibuat dalam kertas
kerja konsolidasi selama entitas induk masih memiliki tanah yang
berasal dari entitas anak tersebut.
Aset Tetap yang Memiliki umur Ekonomis
Telah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
transaksi
aset
tetap
Rp 150.000.000
Peralatan
Rp 150.000.000
aset
antarperusahaan
tersebut.
Karena
konsolidasi
Rp 12.500.000
Beban penyusutan
Rp 12.500.000
Rp 25.000.000
Rp 25.000.000
Rp. 137.500.000
Rp. 12.500.000
Rp. 150.000.000
PERAGA 5-4
Tahun
Amortisasi
Akumulasi
1 juli 2013
150.000.000
Sepanjang tahun
12.500.000
Amortisasi
12.500.000
2014
137.500.000
25.000.000
37.500.000
2015
112.500.000
25.000.000
62.500.000
2016
87.500.000
25.000.000
87.500.000
2017
62.500.000
25.000.000
112.500.000
2018
37.500.000
25.000.000
137.500.000
2019
12.500.000
12. 500.000
150.000.000
Rp.25.000.000
Rp.25.000.00
Rp.87.500.000
Rp.62.500.000
Rp.150.000.000
Rp.150.000.000
Rp.150.000.000
Rp.12.500.000
Rp.12.500.000
Rp. 25.000.000
Beban penyusutan
Rp. 25.000.000
berikut
ini
disajikan
contoh
aplikasi
transaksi
Rp. 400.000.000.000
Agio Saham
Rp. 100.000.000.000
Laba ditahan
Rp. 80.000.000.000
Rp. 580.000.000.000
Akuisisi dilakukan dengan total harga perolehan Rp.531 miliar atas 90%
dari harga yang wajar. Selisih harga perolehan dan nilai buku disebabkan
oleh goodwill. Penurunan nilai (impairment) goodwill terjadi 20% pada
tahun 20014.
Laporan keuangan PT Lucia dan perusahaan anaknya, PT Angelica, yang
dimiliki 90% pada akhir tahun 2014 disajikan dalam peraga 5-5.
Hubungan induk dan anak antara PT Lucia dan PT Angelica terjadi sejak
tanggal 31 Desember 2012. Harga akuisisi yang wajar atas kekayaan PT
Angelica adalah Rp 531 miliar/ 90% yakni Rp 590 miliar. Harga akuisisi
tersebut menimbulkan goodwill sebesar Rp 10 miliar yang dialokasikan
ke entitas induk 90% atas Rp 9 miliar. Nilai buku yang diperoleh pada
tanggal akuisisi sebesar persentase kepemilikan, yakni 90% x Rp 580
miliar = Rp 522 miliar. Penurunan nilai goodwill baru terjadi pada tahun
2014 sebesar 20% atau Rp 2 miliar yang dialokasikan ke entitas induk Rp.
1,8 milar.
PERAGA 5-5
Laporan Keuangan
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/ 12/ 2014 (Rp 000)
Laporan Laba-Rugi
PT Lucia
Penjualan
1.400.000.000
Keuntungan penjualan tanah
Pendapatan dari PT Angelica
?
HPP
(350.000.000)
Beban penyusutan
(750.000.000)
Beban operasi lainnya
(69.400.000)
Laba bersih
?
Laba ditahan 1 januari 2014
150.000.000
Dividen
(160.000.000)
Laba ditahan 31/12/2014
?
Kas
69.900.000
Piutang
140.000.000
Persediaan
90.000.000
Tanah dan bangunan
370.000.000
Peralatan
170.000.000
Akumulasi penyusutan
(40.000.000)
Investasi saham PT Angelica
?
Total aktiva
?
Utang usaha
Modal saham
Agio saham
Laba ditahan
Total Pasiva/ kewajiban
250.000.000
800.000.000
?
?
PT Angelica
500.000.000
5.000.000
(300.000.000)
(40.000.000)
(65.000.000)
100.000.000
100.000.000
(80.000.000)
120.000.000
80.000.000
70.000.000
50.000.000
450.000.000
140.000.000
(50.000.000)
740.000.000
120.000.000
400.000.000
100.000.000
120.000.000
740.000.000
Keterangan:
1. Penjualan antarperusahaan selama tahun 2014 adalah Rp 400 miliar,
dimana hingga tanggal 31 Desember 2014 penjualan masih terutang
Rp 100 miliar. Tingkat gross profit PT Lucia tahun 2013 dan 2014 adalah
40% dari harga jual.
2. Persediaan PT Angelica pada 31 Desember 2013 dan 2014 yang berasal
dari PT Lucia masing-masing sebesar Rp 25 miliar dan Rp 40 miliar.
3. PT Angelica menjual peralatan yang sisa umurnya 8 tahun pada tanggal
januari 2013, dengan keuntungan sebesar Rp 8 miliar. Peralatan tersebut
masih digunakan oleh PT Lucia.
4. PT Angelica menjual tanah kepada PT Lucia pada tanggal 1 juli 2014
dengan keuntungan penjualan tanah Rp 5 miliar.
realisasi laba antar perusahaan atas peralatan yang transaksinya terjadi pada
tahun lalu. Berikut disajikan perhitungan pendapatan investasi tahun 2014 :
Laba entitas anak (90% x Rp 100miliar)
Penurunan nilai goodwill (90% x Rp 2 miliar)
Rp. 90.000.000.000
(Rp. 1.800.000.000)
Rp. 10.000.000.000
(Rp.16.000.000.000)
90%x (8M/8th)
Rp 4.500.000.000
Rp.
900.000.000
Rp. 78.600.000.000
lebih kecil sebesar laba yang ditangguhkan tersebut. Nilai investasi dapat
dihitung sebagai berikut:
Nilai buku kekayaan entitas anak yang dimilki
xxx
xxx
(xxx)
Nilai Investasi
xxx
Rp 558.000
Rp
7.200
Laba antarperusahaan
-
Persediaan akhir
(Rp 16.000)
Tanah
(Rp 4.500)
(Rp 5.400)
Rp. 539.300
Rp 531.000
18.000
(10.000)
(7.200)
900
Rp 532.700
90.000
(1.800)
10.000
(16.000)
900
(4.500)
(72.000)
Rp 539.300
Rp 78.600.000.000
Dividen
Rp.72.000.000.000
Rp
2) Alokasi
laba
kepentingan
nonpengendali.
6.600.000.000
Laba
kepentingan
nonpengendali
Di pengaruhi oleh
keuntungan
penjualan
upstream
tanah sebesar
Rp 10.000.000.000
(Rp
200.000.000)
( Rp
500.000.000)
Rp
100.000.000
Rp
9.400.000.000
Rp.9.400.000.000
Dividen
Rp.8.000.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp.1.400.000.000
3) Eliminasi saldo awal. Nilai investasi per 1/1/2014 seperti disajikan dalam
Peraga 5-6 adalah Rp. 532.700.000.000, tetapi nilai ini disesuaikan dengan
dampak realisasi laba antarperusahaan dalam persediaan awal sebesar Rp
10 miliar padsa jurnal eliminasi No.7 dan laba antarperusahan dalam
peralatan sebesar rp 6,3 miliar pada jurnal eliminasai No.10, yang
meningkatkan saldo investasi sehingga nilai investasi yang
harus
Rp.400.000.000.000
Agio saham
Rp.100.000.000.000
Laba ditahan
Rp.100.000.000.000
Goodwill
Rp 10.000.000.000
Rp.549.000.000.000
Rp. 61.000.000.000
Rp.2.000.000.000
Goodwill
5) Penjualan antarperusahaan sebesar Rp 400 miliar
Rp.2.000.000.000
Penjualan
Rp. 400.000.000.000
HPP
Rp. 400.000.000.000
Rp.100.000.000.000
Piutang usaha
Rp. 100.000.000.000
Rp. 10.000.000.000
HPP
Rp.10.000.000.000
Rp.16.000.000.000
Persediaan
Rp. 16.000.000.000
Rp. 5.000.000.000
Tanah
Rp. 5.000.000.000
PERAGA 5-7
Kertas Kerja Konsolidasi
PT Lucia dan PT Angelica
Per 31/12/2014 (dalam ribuan)
PT
Angelica
500.000
5.000
Laporan L/R
PT Lucia
Penjualan
Keuntungan penjualan tanah
Pendapatan dr PT Angelica
HPP
1.400.000
78.600
(350.000)
(300.000)
Beban penyusutan
Baban operasi lainnya
Laba kep.nonpengendali
Laba bersih
Laba ditahan 1/1/2014
Dividen
Laba ditahan 31/12/2014
Kas
Piutang
Persediaan
Tanah dan bangunan
Peralatan
Akumulasi penyusutan
Investasi saham PTAngelica
(760.000)
(68.400)
(40.000)
(65.000)
300.200
150.000
(160.000)
290.200
70.900
140.000
90.000
370.000
170.000
(40.000)
539.300
100.000
100.000
(80.000)
120.000
80.000
70.000
50.000
450.000
140.000
(50.000)
-
Goodwill
Total aktiva
Utang usaha
Modal saham
Agio saham
Laba ditahan
Kepentingan nonpengendali
Total pasiva
1.340.200
740.000
250.000
800.000
120.000
400.000
100.000
120.000
290.200
Eliminasi
400.000
5.000
78.600
16.000
Konsolidasi
1.500.000
400.000
10.000
1.000
2.000
9.400
100.000
80.000
100.000
16.000
5.000
8.000
2.000
10.000
6.300
10.000
6.600
549.000
2.000
(256.000)
(799.000)
(135.400)
(9.400)
300.200
150.000
(160.000)
290.200
149.900
110.000
124.000
815.000
302.000
(88.000)
8.000
1.420.900
100.000
400.000
100.000
270.000
800.000
290.200
700
1.340.200
740.000
1.400
61.000
1.240.000 1.240.000
60.700
1.420.900
10) Pengambilan nilai investasi akibat laba antarperusahaan sebesar Rp. 6,3
miliar dan kepentingan nonpengendali Rp. 700 juta akibat laba
antarperusahan tahun lalu atas peralatan sebesar Rp 8 miliar yang telah
direalisasi Rp 1 mliar.
Akumulasi penyusutan
Rp. 1.000.000.000
Rp. 6.300.000.000
Kepentingan nonpengendali
Rp.
700.000.000
Peralatan
Rp.8.000.000.000
Rp. 1.000.000.000
Beban penyusutan
Rp. 1.000.000.000
Pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan laba antarperusahaan, dan mengapa dieliminasai
dalam kertas kerja konsolidasi?
2) Jelaskan perbedaan dampak laba antarperusahaan dari penjualan downstream
dan upstream terhadap pendapatan investasi!
3) Uraikan komponen-komponen pendapatan investasi apabila ada amortisasi
selisih
investasi
karena
undervalue,
overvalue,
goodwill,
laba
Pilihan Berganda
1.
perusahaan induk dalam saham perusahaan anak tahun 2014 akan dikoreksi
dengan:
a. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 200 juta.
b. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 160 juta.
c. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 190 juta.
d. Mengurangi sebesar laba antarperusahaan Rp 180 juta.
2.
3.
Pada tanggal 1 januari 2013 perusahaan anak yang sahamnya dikuasai 90%
oleh perusahaan induk menjual tanah kepada perusahaan induk. Keuntungan
penjualan tanah adalah Rp 100 juta. Pendapatan investasi perusahaan induk
dalam saham perusahaan anak pada tahun 2013 adalah :
a. Laba perusahaan anak dikurangi laba antarperusahaan Rp 100 juta.
b. 90% dari laba perusahaan anak setelah dikurangi laba antarperusahaan.
c. Laba perusahaan anak.
d. 90% laba perusahaan anak.
4.
Masih dalam soal no.3, manakah dari pertanyaan berikut yang benar?
a. Dalam kertas kerja konsolidasi akun tanah berkurang Rp 100 juta.
Latihan
1) Laba entitas anak yang dikuasai entitas induk 80% pada tahun berjalan adalah
Rp 1 miliar. Selama tahun berjalan terjadi penjualan downstream atas barang
dagang dengan laba sebesar Rp 200 juta. Sebanyak dari penjualan tersebut
termasuk dalam persediaan akhir entitas anak. Laba entitas induk sebelum
pendapatan investasi adalah Rp 3 miliar. Hitunglah laba konsolidasi.
2) Dalam Latihan 1, jika terjadi penjualan upstream, hitunglah laba konsolidasi.
3) Pada tanggal 1 Januari 2015, entitas induk membeli 90% saham biasa entitas
anak dengan harga Rp 189 miliar. Kekayaan entitas anak pada saat itu adalah
Rp 200 miliar yang telah mencerminkan nilai wajarnya. Jika pada tanggal 31
Desember 2018 kekayaan entitas anak berjumlah Rp 260 miliar, yang
meliputi laba entitas anak tahun 2018 sebesar Rp 15 miliar, dan tidak ada
transaksi antarperusahaan selama tahun berjalan, hitunglah saldo investasi
entitas induk atas kekayaan entitas anak.
investasi sebesar Rp 300 juta yang disebabkan oleh goodwill. Pada tahun
2012, goodwill mengalami penurunan nilai 15% dari nilainya pada tanggal
kombinasi bisnis. Setiap penjualan barang dagang PT B dilakukan kepada PT
A dan setiap pembelian PT A berasal dari PT B. penjualan barang dagang PT
B tahun 2013 sebesar Rp 2 Miliar yang dibayar tunai Rp 1,5 miliar hingga
tanggal 31 Desember 2013. Tingkat gross profit PT B tahun 2012 adalah 40%
dan tahun 2013 adalah 305. Persediaan awal PT A sebesar Rp 200 juta dan
persediaan akhir tahun 2013 sebesar Rp 400 juta. Pada tanggal 1 Januari
2013, PT A menjual peralatan berharga pokok Rp 600 juta seharga Rp 1
Miliar kepada PT B. peralatan tersebut memiliki umur ekonomis 10 tahun dan
digunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tahun 2013, PT B
mengumumkan laba bersih sebesar Rp 700 juta dan mengumumkan dividen
Rp 200 jta. Jumlah total kekayaan pemegang saham PT B pada tanggal 31
Desember 2013 adalah Rp 3 miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT A pada tahun 2013.
b. Hitunglah nilai investasi PT A dalam saham PT B pada tanggal 31
Desember 2013.
c. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi per 31/12/2013, susunlah
jurnal eliminasi yang berhubungan dengan transaksi antarperusahaan.
6) PT Iktisar mengakuisisi 70% saham biasa PT Akhiran tanggal 1 Juli 2012
pada harga diatas nilai buku yang diperoleh sebesar Rp 200 juta, yang
disebabkkan oleh undervalue bangunan Rp 100 juta (umur 10 tahun),
overvalue tanah Rp 40 juta, dan sisanya oleh goodwill. Goodwill mengalami
penurunan nilai sebesar 10% dan 20% dari nilainya pada tanggal akuisisi
masing-masing untuk tahun 2014 dan 2015. Kekayaan pemegang saham PT
Akhiran pada tanggal akuisisi adalah Rp 10 miliar. Pada tanggal 29 Desember
2012, PT Ikhtisar menjual bangunan kepada PT Akhiran dengan keuntungan
Rp 150 juta. Pada tanggal 3 maret 2014, PT Akhiran menjual tanah (bukan
tanah yang terdapat pada tanggal akuisisi) kepada PT Ikhtisar. Setiap
b.
7) PT Insyaf menguasai 90% saham PT Amar pada harga yang sama dengan
nilai buku yang diperoleh. HPP PT Insyaf selama tahun 2015 terdiri dari
persediaan awal Rp 5 miliar ditambah pembelian Rp 47 miliar dikurangi
persediaan akhir sebesar Rp 2 miliar. Seluruh pembelian barang dagang PT
Insyaf dilakukan dari PT Amar. Tingkat gross profit PT Amar selama 2 tahun
terakhir adalah 30%. Pada tanggal 1 agustus 2015, PT Insyaf menjual tanah
kepada PT Amar dengan keuntungan Rp 500 juta. Hingga akhir tahun tanah
tersebut masih dimiliki PT Amar. Laba bersih PT Amar tahun 2015adalah Rp
8 miliar. Kekayaan pemegang saham PT Amar per 31/12/2015 sebesar Rp
120 miliar terdiri dari modal saham Rp 100 miliar dan laba ditahan Rp 20
miliar.
Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT Insyaf atas saham biasa PT Amar.
b. Hitunglah nilai investasi PT Insyaf dalam saham PT Amar per 31/12/2015.
c. Hitunglah laba kepentingan nonpengendali tahun 2015.
d. Buatlah jurnal eliminasi yang dibutuhkan dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi per 31/12/2015 terkait dengan data yang tersedia.
Laporan Keuangan
PT Isabela dan PT Anjani
Per 31/12/2014
Laporan L/R (dalam ribuan)
PT Isabela
Penjualan
4.000.000
Keuntungan penjualan peralatan
100.000
Pendapatan dari PT Anjani
?
HPP
(2.000.000)
Beban penyusutan
(400.000)
Beban operasi lainnya
(800.000)
Laba bersih
?
Laba ditahan 1/1/2014
2.000.000
Dividen
(400.000)
Laba ditahan 31/12/2014
?
Kas
?
Piutang
1.400.000
Persediaan
700.000
Tanah dan bangunan
3.000.000
Akumulasi penyusutan bangunan
(1.000.000)
Peralatan
2.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan
(500.000)
Investasi saham PT Anjani
?
Total Aktiva
?
Utang usaha
Modal saham
Laba ditahan
Total Pasiva / kewajiban
1.000.000
5.000.000
?
?
PT Anjani
2.500.000
(1.500.000)
(200.000)
(300.000)
500.000
1.000.000
(200.000)
1.300.000
300.000
1.200.000
500.000
1.500.000
(500.000)
1.000.000
(200.000)
3.800.000
500.000
2.000.000
1.300.000
3.800.000
masa pemakaian 20 tahun tanpa nilai residu. Pada tanggal 1 Juli tahun berjalan
(tahun 2014), PT Isabela menjual peralatan seharga Rp 500 juta yang harga
pokoknya bagi PT Isabela adalah Rp 400 juta. Peralatan tersebut diestimasi
memiliki umur ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Penjualan barang dagang
upstream pada tahun 2014 adalah Rp 800 juta, dimana 50% dari penjualan
tersebut merupakan persediaan barang dagang PT Isabela. Persediaan awal PT
Isabela yang berasal dari PT Anjani adalah Rp 200 jut. Tingkat gross profit PT
Anjani tahun 2013 adalah 30% dan tahun 2014 adalah 40%.
Diminta:
a. Susunlah perhitungan pendapatan investasi PT Isabela tahun 2014 dan
perhitungan nilai investasi per 31/12/2014.
b. Susunlah kertas kerja konsolidasi PT Isabela dan perusahaan anaknya per
31/12/2014.
SOAL II
PT Istana memiliki 80% saham PT Arena pada harga yang sama dengan nilai
bukunya per 1 Januari 2011. Laporan keuangan PT Istana dan PT Arena untuk
periode yang berakhir 31/12/2014 disajikan berikut ini.
Keterangan:
a. Pada tanggal 1 September tahun berjalan, PT Arena melakukan penjualan
tanah kepada PT Istana dengan keuntungan penjualan Rp 50 juta.
b. Pembelian PT Arena selama tahun berjalan yang berasal dari PT Istana
adalah Rp 1 miliar. PT Arena memiliki persediaan yang berasal dari PT
Istana, yakni persediaan awal Rp 150 juta dan persediaan akhir Rp 250
juta. Tingkat gross profit PT Istana untuk tahun 2013 dan 2014 adalah
40%.
c. Pada tanggal 1 Januari 2014, PT Arena melakukan penjualan peralatan
kepada PT Istana dengan keuntungan Rp 100 juta. Umur ekonomis
peralatan tersebut adalah 10 tahun tanpa nilai residu.
Diminta :
1 Susunlah perhitungan pendapatan dan nilai investasi PT Istana tahun 2014.
PT Arena
1.500.000
50.000
100.000
(750.000)
(100.000)
(300.000)
500.000
1.000.000
(100.000)
1.400.000
300.000
700.000
400.000
1.500.000
(500.000)
2.000.000
(400.000)
4.000.000
600.000
2.000.000
1.400.000
4.000.000
SOAL III
PT Amira dimiliki 100% oleh PT Injani pada harga yang sama dengan
nilai bukunya. Nilai buku pada tanggal akuisisi telah mencerminkan nilai
wajarnya. Keterangan mengenai laporan keuangan kedua perusahaan pada
tanggal 31/12/2014 adalah sebagi berikur:
- Pembelian PT Injani kepada PT Amira selama tahun berjalan berjumlah
Rp. 1 miliar. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 750 juta telah dilunasi.
- Persediaan PT Injani yang berasal dari PT Amira pada awal tahun adalah
Rp 300 juta dan pada akhir tahun Rp 250 juta. Tingkat gross profit PT
Amira untuk tahun 2013 dan tahun berjalan adalah 50%.
-
Laporan Keuangan
PT Injani dan PT Amira
Per 31/12/2014
Laporan L/R (dalam ribuan)
PT Injani
Penjualan
4.000.000
Pendapatan dari PT Amira
625.000
HPP
(2.800.000)
Beban penyusutan
(200.000)
Beban operasi lainnya
(600.000)
Laba bersih
1.025.000
Laba ditahan 1/1/2014
2.000.000
Dividen
(500.000)
Laba ditahan 31/12/2014
2.525.000
Kas
500.000
Piutang
600.000
Persediaan
800.000
Tanah dan bangunan
1.500.000
Akumulasi penyusutan bangunan
(700.000)
Peralatan
2.000.000
Akumulasi penyusutan peralatan
(1.000.000)
Investasi saham PT Amira
3.375.000
Total Aktiva
7.075.000
Utang usaha
550.000
Modal saham
4.000.000
Laba ditahan
2.525.000
Total Pasiva / kewajiban
7.075.000
Diminta:
PT Amira
2.000.000
(1.000.000)
(100.000)
(300.000)
600.000
1.200.000
(200.000)
1.600.000
400.000
500.000
500.000
1.600.000
(600.000)
2.000.000
(500.000)
3.900.000
300.000
2.000.000
1.600.000
3.900.000
PT
Amira pada tahun 2014dan nilai investasi per 31/12/2014.
2
SOAL IV
PT Intisari mengakuisisi 75% saham PT Arun pada tanggal 5 januari 2015
dengan harga Rp. 9.562.500.000. Kekayaan PT Arun pada tanggal tersebut
adalah Rp 13 miliar, yang terdiri dari modal saham Rp 10 miliar dan laba
ditahan Rp 3 miliar. Selisih harga perolehan dengan nilai buku disebabkan oleh
undervalue persediaan sebesar Rp 250 juta yang telah dijual pada tahun
2016. Laporan keuangan PT Intisari dan PT Arun untuk tahun yang berakhir
31/12/2018 disajikan berikut ini. Pada tahun 2016, PT Arun menjual tanah
kepada PT Intisari dengan keuntungan sebesar Rp 150juta, hingga tahun 2018
PT Intisari masih memiliki tanah tersebut. Pada tanggal 1 Juli 2018, PT
Intisari menjual mesin seharga Rp 500 juta dimana harga pokok mesin tersebut
bagi PT Intisari adalah Rp 400 juta. Umur mesin tersebut ditaksir 5 tahun dan
disusutkan dengan metode garis lurus.
PT Intisari
PT Arun
15.000.000
8.000.000
?
(6.000.000)
(4.800.000)
100.000
(7.500.000)
(2.500.000)
?
7.000.000
(1.000.000)
?
?
150.000
3.000.000
5.000.000
?
4.000.000
5.000.000
?
700.000
4.000.000
(200.000)
4.500.000
400.000
6.500.000
6.000.000
16.000.000
1.667.500
20.000.000
?
200.000
1.300.000
10.000.000
4.500.000
16.000.000
1.500.000
1.600.000
Diminta:
1