Professional Documents
Culture Documents
GALAK GAMPIL
Menggali Dasar Tradisi Keagamaan
Muslim ‘ala Indonesia
1
Judul:
Fiqih Galak Gampil Edisi Revisi
Menggali Tradisi Keagamaan Muslim ‘Ala Indonesia
Penyusun:
Santri Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa Pondok Pesantren
Ngalah Periode 1430/1431 H
Koordinator:
Ahmad Muhtadin, S.Psi.
Dewan Pentashih:
H. M. Afif Dimyati
Ghozali, S.Ag, S.Pd.
M. Faidlus Syukri
Ainul Mufid, S.PdI.
M. Fauzi al-Bangkalany
Abd. Rahman, M.Pd.
Tata Letak:
Ibnu Utsman, A.Z.
Dicetak Oleh:
Yudharta Advertising
Jl. Yudharta No. 07 Telp. 0343-611186 Sengonagung Purwosari Pasuruan 67162
Penerbit:
Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa
Jl. Pesantren Ngalah No. 16 Pandean Sengonagung Purwosari Pasuruan 67162
Telp. (0343) 614084 Fax. (0343) 614405
E-mail:daruttaqwa02@gmail.com
2
KATA PENGANTAR
3
sebagai amal saleh, dan usaha yang diterima serta bermanfaat bagi
semuanya. Amin.
Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam.
Penyusun
4
SEKAPUR SIRIH
ROMO KYAI SHOLEH BAHRUDDIN
5
SAMBUTAN
Kepala Pondok Pesantren Ngalah
Sengonagung Purwusari Pasuruan
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Swt. atas nikmat dan
karunia-Nya. Semoga rahmat ta’dhim serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan pada Rasulullah Saw. keluarganya, semua sahabatnya, dan
semua pengikutnya sampai ahir zaman.
Kami sangat bergembira atas terbitnya buku Fiqih Galak Gampil
Edisi Revisi. Buku ini merupakan wujud dari usaha dan upaya perbaikan
atau pembenahan dari buku Galak Gampil edisi sebelumnya.
Merupakan kebanggaan yang sangat besar bagi Pondok Pesantren
Ngalah, teman-teman santri telah mampu menuangkan pikirannya dalam
karya nyata, seperti dengan terbitnya buku ini, karena hal ini menunjukkan
sebuah keberhasilan bagi anak didik dan juga lembaga pendidikan yang
telah mendidiknya. Dan Pondok Pesantren akan lebih bangga apabila
semua santri juga mampu menerapkan keilmuannya di tengah-tengah
masyarakat, terutama bagi orang tua dan keluarganya.
Akhirnya kami berharap buku ini bisa bermanfaat bagi kita
semuanya, menjadi solusi pada setiap permasalahan dalam menjalani
6
hidup sehari-hari, dan semoga keberhasilan ini tidak berhenti sampai di
sini saja, akan tetapi harus diupayakan dan ditingkatkan lagi.
M. Mufid, S.PdI.
7
SAMBUTAN
Kepala Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat Darut Taqwa
Sengonagung Purwusari Pasuruan
ِ
ُلسالَ ُم َعلَْي ُك ْم َو َرمْح َةُ اهلل َو َبَر َكاتُه
َّ َا
الس اَل ُم َعلَى َّ َو،ب الْ َع الَ ِمنْي َ َوبِ ِه نَ ْس تَعِنْي ُ َعلَى أ ُُم ْو ِر ال ُّد ْنيَا َوال دِّيْ ِن
َّ الص الَةُ َو ِ اَحْل م ُد
ِّ ِهلل َر َْ
. أ ََّما َب ْع ُد. َ ص ْحبِ ِه أَمْج َعِنْي ِِ ِ ِ ِ
َ أَ ْشَرف اأْل َنْبِيَاء َوالْ ُم ْر َسلنْي َ َو َعلَى آله َو
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas hidayah dan inayah-Nya,
proses revisi buku Galak Gampil edisi ke-II dan III telah rampung dan
selesai dikerjakan.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi
Muhammad Saw. yang telah mengajarkan syariat dengan keteladanan
kepada siapa saja yang mengharap keselamatan dan kebahagiaan.
Buku Galak Gampil edisi revisi ini merupakan upaya pembetulan
dan penyempurnaan atas kekurangan atau kesalahan penulisan dari edisi
Galak Gampil yang sudah dipublikasikan. Di samping itu, Galak Gampil
edisi revisi tersebut merupakan wujud respon atas aspirasi, saran, dan
kritik konstruktif dari masyarakat.
Dinamika kehidupan masyarakat yang majemuk tentunya sangat
kompleks, sehingga tidak jarang dan bahkan sering kali kita menemukan
persoalan yang tak kunjung menemukan titik terang. Sebagian orang
merasa bahwa dirinya atau kelompoknyalah yang benar dan yang paling
benar dengan tanpa malu atau sungkan menyalahkan serta menghinakan
yang lain. Berprinsip dalam mengikuti ajaran, sifat egois dan fanatisme
kadang bisa membius seseorang sehingga memungkinkan ia lalai terhadap
kewajiban lain yang mestinya dikerjakan, seperti keharusan menjaga
kerukunan dan kedamaian, saling menghormati satu sama lain, dan lain
sebagainya.
Maka dari itulah, sikap saling teposeliro, toleran, moderat,
menghargai perbedaan, dan jiwa rahmatan lil ‘alamin sangatlah penting
untuk diaktualisasikan dan dipupuk bersama agar wawasan keilmuan
8
akan bertambah luas terutama dalam masalah fiqhiyah waqi’iyah yang
kontekstual.
Semoga kehadiran buku edisi revisi ini bisa memenuhi harapan
bagi umat yang menginginkan adanya alternatif solusi dalam
menyelesaikan persoalan dengan tanpa menambah permasalahan.
Akhirnya semoga bermanfaat.
ِ
ُالسالَ ُم َعلَْي ُك ْم َو َرمْح َةُ اهلل َو َبَر َكاتُه
َّ َو
9
DAFTAR ISI
Tim Penyusun ii
Kata Pengantar iii
Sekapur Sirih Romo Kyai Sholeh Bahruddin v
Sambutan-sambutan
1. Kepala Pondok Pesantren Ngalah vi
2. Kepala Madrasah Diniyah Mu’allimin Mu’allimat
Darut Taqwa viii
Daftar Isi x
II. BID’AH 11
V. KESUCIAN 18
1. Junub 18
2. Bagian Anggota Tubuh yang Terlepas bagi Orang yang Hadats
Besar 18
3. Sengaja Memotong Bagian Anggota Badan pada saat Sedang
Hadats Besar 19
4. Hukum Orang Junub Membaca al-Qur’an 20
5. Tidur yang Tidak Membatalkan Wudlu’ 22
6. Minyak Beralkohol 23
10
7. Media Tayammum 25
8. Hukum Sesuatu yang Terbuat dari Kotoran atau Benda Najis
(Studi Kasus Biogas) 26
VI. ADZAN DAN IQOMAH 29
1. Membaca Taswib saat Adzan Shubuh 29
2. Adzan dan Iqomah untuk Bayi yang Baru Dilahirkan 30
VII. SHALAT 32
1. Macam-macam Shalat Sunnah 32
2. Bilangan Rakaat Shalat Tarawih 36
3. Pujian Menjelang Shalat Berjama’ah 38
4. Hukum Jama’ah Perempuan Ketika Berada di Samping Barisan
Jama’ah Laki-laki 39
5. Makmum Shalat Beda Niat dengan Imam 40
6. Bacaan Basmalah dalam Shalat 41
7. Shalat Berjama’ah Dilakukan dengan Cepat 43
8. Hukum Membaca Do’a Qunut ketika Shalat Shubuh 45
9. Mengusap Wajah setelah Salam ketika Shalat 48
10. Tata Cara Sujud 49
11. Sujud Syukur 49
12. Membaca Wiridan setelah Shalat 50
13. Hukum Menerjemahkan Bacaan dalam Shalat 51
14. Cara Mendirikan Shalat di Pesawat 52
15. Shalat ‘Ied Lebih Utama di Masjid atau di Lapangan 54
11
5. Mendirikan Jama’ah Shalat Jum’at Kurang dari 40 Orang 60
6. Hukum Adzan Dua Kali Sebelum Shalat Jum’at 62
7. Shalat Sunnah Qobliyah dan Ba’diyah Jum’at 64
8. Khatib Jum’at Memegang Tongkat 65
9. Hikmah Memegang Tongkat Waktu Menyampaikan Khutbah
67
10. Mengulang Bacaan Alhamdulillah dalam Khutbah 67
11. Menterjemahkan Khutbah dengan Bahasa Indonesia 68
12
1. Pengertian Zakat 97
2. Tujuan Zakat 97
3. Pembagian Zakat 99
4. Zakat Fitrah 99
5. Pengertian Sabilillah dalam Zakat 100
6. Zakat Fitrah untuk Guru Ngaji dan Kyai 101
7. Zakat Diberikan kepada Santri 102
8. Hukum Zakat untuk Masjid dan Pesantren 103
13
5. Menikah Lagi bagi Perempuan yang Cukup Lama Ditinggal
Pergi Suami 123
6. Hukum Kado Pernikahan (Amplop Buwuhan) 124
7. Hukum Jihaz (Cincin Tunangan dan Sejenisnya) 125
8. Menjamak Shalat ketika Hajatan 127
9. Hukum KB 128
14
9. Hukum Pergaulan Bebas 158
10. Hukum Onani atau Masturbasi 159
11. Hukum Menyemir Rambut 161
12. Hukum Pria Memakai Perhiasan Emas 163
13. Hukum Tindik bagi Laki-Laki 165
14. Hukum Tato 166
15. Hukum Wanita Memakai Celana Ketat 168
16. Hukum Wanita Kerja pada Malam Hari 169
17. Hukum Mengeraskan Bacaan Al-Qur’an bagi Wanita di
Hadapan Khalayak Umum 171
18. Hukum Jual Beli Kucing 172
15
11. Shalat Ghaib untuk Mayit 198
12. Qadla’ Shalat untuk Mayit 200
13. Fidyah sebagai Ganti Puasa yang Ditinggal oleh Mayit 201
14. Ziarah Kubur 204
15. Keutamaan Ziarah Qubur 205
16. Ziarah Kubur bagi Perempuan 207
17. Mengharap Barokah 208
18. Membakar Kemenyan di Kuburan 210
19. Hukum Membangun Kuburan 211
20. Hukum Memindah Kuburan 212
21. Membongkar Kuburan 213
22. Nonmuslim Meninggal sebelum Baligh Masuk Sorga atau
Neraka 214
23. Adzan dan Iqomah saat Mayit Dibaringkan dalam Liang Lahat
216
16
BAB I
AHLU AL-SUNNAH WA AL-JAMA’AH
17
Selanjutnya, Syaikh Abi al-Fadhl bin ‘Abdus Syakur menyebutkan
dalam kitab al-Kawakib al-Lamma’ah:
ِ ِ ِ السن َِّة واجْل م
ْ الص َحابَِة ىِف اْ َلع َقائِد الدِّيْنِيَّ ِة َواْأل
َع َم ِال ِّ ِاعة الَّذيْ َن الَ ِز ُم ْوا ُس نَّةَ النَّب
َّ َـى َوطَ ِر ْي َق ة َ َ َ َ ُّ اَ ْه ُل
) 9-8 َخالَ ِق الْ َق ْلبِيَّ ِة ( الكواكب اللماعة ص ِِ
ْ الْبَ َدنيَّة َواْأل
Yang disebut Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah orang-orang yang selalu
berpedoman pada sunnah Nabi Saw. dan jalan para sahabatnya dalam masalah
aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati. (al-Kawakib al-
Lamma’ah hal. 8-9)
Jadi Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah merupakan ajaran yang mengikuti
semua yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
Sebagai pembeda dengan yang lain ada tiga ciri khas kelompok ini, yakni
tiga sikap yang selalu diajarkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya,
ketiga prinsip tersebut adalah al-tawassuth yaitu sikap tengah-tengah,
sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan, prinsip al-
tawazzun (seimbang dalam segala hal termasuk dalam penggunaan dalil
aqli dan dalil naqli) dan al-I’tidal (tegak lurus). Ketiga prinsip tersebut
dapat dilihat dalam masalah keyakinan keagamaan (teologi), perbuatan
lahiriyah (fiqih) serta masalah akhlaq yang mengatur gerak hati (tasawuf).
Dalam praktek keseharian, ajaran ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah dibidang
teologi tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh Imam al-Asy’ari
dan Imam al-Maturidzi, sedangkan dalam masalah perbuatan badaniyah
terwujud dengan mengikuti madzhab empat, yakni madzhab Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan dalam tasawuf
mengikuti rumusan Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali.
Salah satu alasan dipilihnya ulama’-ulama’ tersebut oleh salafuna al-
shalih sebagai panutan dalam ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah karena mereka
telah terbukti mampu membawa ajaran-ajaran yang sesuai dengan intisari
agama Islam yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw. beserta para
sahabatnya dan mengikuti hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi
ummatnya. Rasulullah Saw. Bersabda:
18
ِ الس الَِمى اَنَّه مَسِ ع الْعِرب اَض بن س ا ِريَِّة قَ َال وعظَن اَ رس و ُل ِ
اهلل َُْ ََ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُّ َع ْن َعْب د ال رَّمْح ِن بْ ِن َع ْم ٍرو
ني (مسند ِ ِ ِ َّ صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم َفعلَي ُكم مِب ا عر ْفتم ِمن سنَّتـِى وسن َِّة اخْل لَفاَِء
َ ْالراش ديْ َن اَلْ ُم ْهديِّـ ُ ُ َ ْ ُ ْ ْ ُ ََ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
) 16519 امحد بن حنبل ص
Dari Abd Rohman bin Amr al-Sulami, Sesungguhnya ia mendengar al-Irbadh bin
Sariyah berkata, Rasulullah Saw. menasehati kami, Kalian wajib berpegang teguh
pada sunnahku (apa yang aku ajarkan) dan perilaku al-Khulafa’ al-Rasyidin yang
mendapatkan petunjuk). (Musnad Ahmad Bin Hambal, 16519)
ًني ِملَّةِ ِ ِ ِوإِ َّن بيِن إِس رائِيل َت َف َّرقَت علَى ثِْنَت ِ وس بع
َ َوَت ْفرَتِ ُق أ َُّميِت َعلَى ثَاَل ث َو َس ْبع, ًني ملَّة
َ ْ َ َ نْي َ ْ َ َْ َ َ
ِ ما أَنَا علَي ه: ول اللَّ ِه ؟ قَ َال ِ ِ ِ
َ َم ْن ه َي يَا َر ُس: قَ الُوا, هم يِف النَّار إِاَّل ملَّةً َواح َد ًة
َْ َ ْ ّ ُكل,
)330 ص2 باب من اطلع يف بيت اجلزء, َص َحايِب " (هتذيب سنن أيب داود وايضاح ْ َوأ
Maka, ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah sesungguhnya bukanlah aliran
yang baru muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang
dari ajaran haqiqi agama Islam, ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah justru
berusaha untuk menjaga agama Islam dari beberapa aliran yang akan
mencabut ajaran Islam dari akar dan pondasinya semula. Setelah aliran-
aliran itu semakin merajalela, tentu diperlukan suatu gerakan untuk
menyosialisasikan dan mengembangkan kembali ajaran murni Islam,
sekaligus merupakan salah satu jalan untuk mempertahankan,
memperjuangkan, dan mengembalikan agama Islam agar sesuai dengan
19
apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabat beliau.
(Khittah Nahdliyyah, 19-20)
Jika sekarang banyak kelompok yang mengaku dirinya termasuk ahlu
al-Sunnah wa al-Jama’ah, maka mereka harus membuktikannya dalam
praktik keseharian bahwa ia benar-benar mengamalkan sunnah-sunnah
Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Abu Said al-Khadimi berkata;
ِ
َ اع ِة ( ُقْلنَا ذال
ْ ك الَيَ ُك ْو ُن بِال د
َّع َوى بَ ْل ِ ُّ َف اِ ْن قِي ل ُك ُّل فِرقَ ٍة تُ ْدعى اَهِل اً اَه ل
َ السـنَّة َواجْلَ َم َ ْ َ ْ َْ
ِ اح اْألَح ِادي ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِبِتطْبِيق ِة اْلق و ِل والْ ِفع ِل وذالِ ك ب
ث ْ َ ِ ص َح َ ىل َز َمانن اَ امَّنَا مُيْك ُن بِتَطْبِْي َق ة
َ الس نَّة ا
ُّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ
(الربيقة ش رح الطريقة ص. َلى َوثاَقَتِه ا ِ ب َّ ِ ِ ِ ِ ِ َّيِت ِ َُك ُكت
َ الش ْيخَنْي َو َغرْي مُهَا م َن اْلكتَ اب ال ْ امْج َ َع َع
)112-111
(Jika ada yang bertanya) semua kelompok mengaku dirinya sebagai golongan ahlu
al sunnah wa al-jama’ah itu bukan hanya klaim semata, namun harus diwujudkan
(diaplikasikan) dalam perbuatan dan ucapan. Pada zaman kita sekarang ini
perwujudan itu dapat dilihat dengan mengikuti apa yang tertera dalam hadits-
hadits yang shahih, seperti shahih al-Bukhori, Shahih Muslim dan kitab-kitab
lainnya yang telah disepakati validitasnya. (al-Bariqah Syarh al-Thariqah,
hal.111-112)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan bahwa Ahlu al-
Sunnah wa al-Jama’ah merupakan ajaran yang sesuai dengan Rasulullah
Muhammad Saw. dan para sahabatnya, dan itu tidak bisa hanya sebatas
klaim semata, namun harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku
sehari-hari.
Memperhatikan hadits di atas, maka ada tiga hal penting yang menjadi
inti dari agama yang diajarkan oleh Rasulullah Saw., yakni Islam, Iman
dan Ihsan. Ketiga hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, dalam pengalaman
kehidupan beragama tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan
tanpa melakukan pembedaan, seorang muslim tidak diperkenankan hanya
terlalu mementingkan aspek Iman dan Islam dan begitu juga sebaliknya,
sebagaimana firman Allah Swt.
22
ِ َالش يط ِ ِ َّ
ٌ ِان إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمب
( ني ْ َّ الس ْل ِم َكآفَّةً َوالَ َتتَّبِعُواْ ُخطُ َوات
ِّ ين َآمنُواْ ْاد ُخلُواْ يِف
َ يَاأَيُّ َها الذ
)208
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208)
Dan dari dalil di atas dapat kita ketahui bahwa inti ajaran Islam adalah
iman, islam dan ihsan yang harus diamalkan secara kaffah (menyeluruh)
dan dari perjalanan sejarah, secara keilmuan berkembang dan dikolaborasi
menjadi ilmu tauhid, fiqih,dan tasawuf.
24
mengakibatkan perpecahan, pertentangan dan konflik yang membuat
kerusakan dan kesengsaraan.
Pluralitas (kemajemukan) dalam kehidupan ini adalah merupakan
rahmat yang harus dihadapi dengan sifat ta’aruf, membuka diri dan
melakukan dialog secara kreatif untuk menjalin kebersamaan dan
kerjasama dengan saling menghormati dan saling membantu.
Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah sebagai metode pemahaman dan
pemikiran yang dirumuskan dalam wacana keagamaan dalam penjabaran
secara praktis masih banyak terjadi khilafiyah dan mengalami distorsi
(pemutarbalikan fakta atau kenyataan) baik oleh para penganutnya
maupun dikalangan orang luar. Pemahaman yang memadukan antara
wahyu dan akal, teori kasab, serta tekanan ajaran zuhud (‘uzlah), qana’ah
dan sebagainya telah disalahfahami yang kemudian diasumsikan menjadi
penyebab kemunduran karena tumbuhnya sikap determinasi dan
kepasrahan dalam kehidupan keduniaan, padahal ajaran akidah itu lebih
bersifat penataan hubungan hamba dengan Tuhan. Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama’ah mendorong manusia untuk menjadi pribadi muslim yang saleh,
kreatif, dinamis dan inovatif agar mampu menjalankan fungsi kekhalifahan
dengan tulus demi pengabdian dan kebudayaan yang maju, memanfaatkan
sumber daya alam yang tersedia dengan mendayagunakan potensi
intelektualitas dan intuisinya secara maksimal dan bertanggung jawab
sebagai amal saleh yang menentukan nilai dirinya dihadapan Allah Swt.
Prinsip ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah dalam mengembangkan
kebudayaan dan peradaban didasari sikap yang seimbang, menjaga
kesinambungan antara hal-hal baik yang sudah ada dan mengambil hal-hal
baru yang lebih baik (al-mukhafazhah ‘ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bil
jadid al-ashlah) dan dengan dasar itulah ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah
memandang peradaban dan kebudayaan modern yang baru muncul atau
baru lahir sebagai hasil inovasi dan kreatifitas manusia atas dasar
rasionalisme dalam menjawab tantangan yang dihadapi dalam bentuk
nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kata lain ahlu al-
Sunnah wa al-Jama’ah memandang peradaban dan kebudayaan modern
25
dapat dimanfaatkan sepanjang tidak mengakibatkan bahaya dan tidak
bertentangan dengan sendi-sendi dasar akidah dan syariat Islam, lagi pula
semua yang ada dalam peradaban dan kebudayaan modern baik berupa
etos kerja, kedisiplinan, orientasi ke depan, dorongan penggunaan
teknologi canggih merupakan warisan kemanusiaan yang membawa
manfaat untuk kesejahteraan hidup manusia.
26
BAB II
BID’AH
Belakangan ini semakin gencar tudingan bid’ah pada seseorang atau
kelompok tertentu, yang satu menyatakan bahwa kelompok yang tidak
sefaham dengannya sebagai ahlu bid’ah sehingga mereka tersesat dan
berhak masuk neraka, sementara kelompok lain juga menuding kelompok
yang lainnya lagi mengembangkan bid’ah. Saling tuding seperti inilah
kemudian menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam. Apa
sebetulnya makna bid’ah itu? dan apakah memang benar bid’ah itu selalu
berkonotasi negatif sehingga harus dihilangkan dari muka bumi ini?
Menurut al-Imam Abu Muhammad ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, bid’ah
adalah:
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ( قواعد األحك ام يف ِ ِ ِ
ْ اَلْبِ ْد َع ةُ ف ْع ُل َما مَلْ يُ ْع َه ْد يِف ْ َع
َ ص ِر َر ُس ْول اهلل
) 172 ص2 ج. مصاحل األنام
Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa
Rasulullah Saw. (Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anaam, juz II hal. 172)
Dalam khazanah pemahaman literatur fiqih, bid’ah secara garis
besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bid’ah hasanah
(baik) dan bid’ah sayyi’ah (jelek), sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam
Syafi’i;
الض الَ ِل ِ َث خُي الِف كِتاَباً أَوسنَّةً أَو أَثَراً أَوإِمْج اعا ف
َّ ُهذ ِه بِ ْد َع ة ِ َ قَ َال اَلْمح َدثاَت
ًَ ْ ْ ُْ ُ َ َ َح َد ْ ض ْرباَن َما أ ُ ُْ
ك َف َه ِذ ِه حُمْ َدثَةٌ َغْي ُر َم ْذ ُم ْو َم ٍة انتهى (فتح البارى ِ
َ ف َش ْيئاً ِم ْن ذل
ِ ِ َ وما أَح َد
ُ ث م َن اخْلَرْيِ الَ خُيَال ْ ََ
)1. ص17 ج,
Sesuatu yang diada-adakan itu ada dua macam. Pertama, sesuatu yang
baru itu menyalahi al-Qur’an, sunnah Nabi Saw., atsar sahabat atau ijma’
ulama’, hal ini disebut dengan bid’ah dhalalah. Dan kedua, jika sesuatu
yang baru tersebut termasuk kebajikan yang tidak menyalahi sedikit pun
27
dari hal itu (al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijma’), maka perbuatan tersebut
tergolong perbuatan baru yang tidak dicela. (Fathu al-Bari, juz 17 hal.10)
Sedangkan dalam Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-An’am, Juz I, hal.
173 telah dijelaskan lebih lanjut secara terperinci bahwa sebagian besar
ulama’ membagi bid’ah menjadi lima macam:
1. Bid’ah Wajibah, yakni bid’ah yang dilakukan untuk mewujudkan
hal-hal yang diwajibkan oleh syara’ seperti mempelajari ilmu
Nahwu, Sharaf, Balaghah, dengan alasan karena hanya dengan ilmu-
ilmu inilah seseorang dapat memahami al-Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad secara sempurna.
2. Bid’ah Mandubah, yakni segala sesuatu yang baik tapi tak pernah
dilakukan pada masa Rasulullah Saw. misalnya, shalat tarawih
secara berjama’ah, mendirikan madrasah dan pesantren.
3. Bid’ah Mubahah, seperti berjabat tangan setelah shalat dan makan-
makanan yang lezat.
4. Bid’ah Muharramah, yakni bid’ah yang bertentangan dengan syara’
seperti madzhab Jabariyah dan Murji’ah.
5. Bid’ah Makruhah, seperti menghiasi masjid dengan hiasan yang
berlebihan.
Dari sini dapat diketahui bahwa bid’ah terbagi menjadi dua, pertama
bid’ah hasanah yakni bid’ah yang tidak dilarang dalam agama karena
mengandung unsur yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran
agama, masuk dalam kategori ini adalah bid’ah wajibah, bid’ah mandubah
dan bid’ah mubahah, salah satu contoh dalam konteks ini seperti
perkataan Sayyidina Umar bin Khattab ra. tentang jama’ah shalat tarawih
yang beliau laksanakan:
28
membaca basmalah dibawah seorang komando, menambah bacaan
subhanahu wata’ala yang disingkat dengan Swt. setiap ada kalimat Allah
Swt. dan sallaAllahu alaihi wasallama yang diringkas Saw. setiap ada kata
Muhammad, berkendara ke tempat atau majlis terpuji dengan naik mobil
Alphard, mengendara sepeda motor ke sekolah, melihat acara pengajian
dengan televisi, membuat buku Galak Gampil dengan sarana komputer,
mesin cetak, mengabadikan momen-momen tertentu dengan kamera
digital, makan es krim, serta masih banyak lagi perbuatan lainnya yang
belum pernah ada pada masa Rasulullah Saw. yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
Bid’ah yang kedua adalah Bid’ah Sayyi’ah atau bid’ah dhalalah, yaitu
bid’ah yang mengandung unsur negatif dan dapat merusak ajaran dan
norma agama Islam. Bid’ah Muharromah dan Makruhah dapat
digolongkan pada bagian yang kedua ini, dan inilah yang dimaksud oleh
sabda Nabi Muhammad Saw:
قَ َال « َم ْن َع ِم َل-ص لى اهلل عليه وس لم- ول اللَّ ِه َّ َر ِض ى اهللُ َعْن َها أ- ََع ْن َعائِ َش ة
َ َن َر ُس َ
.» ٌّس َعلَْي ِه أ َْمُرنَا َف ُه َو َرد
َ َع َمالً لَْي
Dari Aisyah ra, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw. Bersabda: Barang siapa
yang melakukan perbuatan yang tiada perintah kami atasnya, maka amal itu
ditolak. (Sahih Muslim, bab Idza Ijtahada al-Amal)
29
BAB III
30
fisiknya, dalam setiap zamannya, tidak terlepas dari dua kategori yaitu orang yang
lemah dan orang yang kuat, dan barang siapa tergolong kuat, maka ia
mendapatkan khitob berupa qoul yang galak, dan barang siapa yang tergolong
lemah maka ia mendapatkan khitob berupa qoul yang gampil. (Al-Mizanu al-
Kubra, hal. 3)
31
BAB IV
ب َم َعنَّي ٍ ِم َن َ َ َ َ
ٍ ك اْ َلع ِامي ِمبَ ْذ َه
ٍ ب لَ ِز َم هُ ُموا َف َقـتُهُ وإِالَّ لَ ِز َم هُ التَم ْذ ُهب مِب َ ْذ َه
ْ َ (فَائِ َدةٌ) إِذَا مَتَ َّس
ىل َغرْيِ ِه باِلْ ُكلِّيَ ِة أ َْو يِف الْ َم َس ائِ ِل ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ اْأل َْر َب َع ة الَ َغرْي َها مُثَّ لَ هُ َوإ ْن َعم َل ب اْأل ََّول َاْإلنْتق اَ َل إ
َس َه ِل ِمْن هُ َفَي ْف ُس ُق بِ ِه َعلَى ْ ب بِاْأل ٍ ص بِ أَ ْن يَأْ ُخ َذ ِم ْن ُك ِّل َم ْذ َه َ الر َخَّ بِ َش ْر ٍط أَ ْن الَ َيتَتَبَّ َع
اْأل َْو َج ِه
(Faidah) jika orang awam berpegang teguh pada suatu madzhab maka wajib
mengikutinya, jika tidak atau berpindah madzhab maka wajib mengikuti
madzhab yang jelas dari salahsatu madzhab empat (madzhab Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hambali) tidak kepada madzhab yang lainnya, jika orang awam
yang sudah mengikuti madzhab yang awal menginginkan berpindah ke
madzhab yang lain (hukumnya boleh) dengan syarat harus mengikuti
pendapat madzhab tersebut satu rumpun atau satu qodhiyah secara utuh,
atau hanya ikut dalam beberapa jenis masalah saja dengan syarat tidak
mengambil atau memilih pendapat yang ringan dari setiap madzhab yang
lebih mudah, jika begitu (hanya memilihi yang ringan-ringan saja) maka
termasuk perbuatan fasik (menurut pendapat yang terpecaya).
Ibnu Jamal berkata “ketahuilah sesungguhnya qoul yang lebih sahih menurut
pendapat ulama’ periode akhir seperti Syekh Ibnu Hajar dan yang lainnya,
beliau berpendapat “sesungguhnya boleh berpindah dari madzhab satu ke
madzhab yang lainnya walaupun dengan keinginan untuk mencoba, baik itu
berpindah selamanya atau berpindah dalam keadaan tertentu, jika orang
awam menfatwakan atau memberikan hukum dan mengamalkan dengan
sebaliknya hukumnya boleh selagi tidak menetapkan talfiq”.
33
BAB V
KESUCIAN
Junub
1. Melakukan senggama
2. Keluar air sperma
3. Haid
4. Nifas
5. Melahirkan
6. Meninggal dunia
Cara bersuci dari hadats ini adalah dengan cara mandi besar dengan
niat tertentu.
Bagian Anggota Tubuh yang Terlepas bagi Orang yang Hadats Besar
34
ِ ب ُتر ُّد اِلَي ِه يِف اْأل
َخَر ِة َفَيعُ ْو ُد اَ ْى َمااُِزيْ َل ِ ِ ِ اح ِ واََّما َقو ُل
ْ َ ِ َُجزاَ اجْلُن
ْ ب اْال ْحياَء َو َسائُر أ
ُ ص َ ْ َ
ًَقْب َل اْلغُ ْس ِل ُجنُبا
Imam ghozali berpendapat: bagian-bagian anggota tubuh (yang terlepas)
yang masih menanggung junub diakhirat akan dikembalikan dalam
kondisi menanggung junub (hadats). (al-Qulyubi, juz I, hal. 67)
ٍ ِ ِ ِ
) الش ْعَر َّ ( َو ) ثاَنْي ِه َما ( َت ْعمْي ُم ) ظَ اهُر ( بَ َدن َح
َّ ( ىت ) َاْألَظْف اََر َوم اَ حَتْتَه اَ َو
َت َقْب َل َغ ْسلِها ِ اهرا وباَ ِطناً وإِ ْن َكثِف وماَ ظَهر ِمن حَنْ ِو مْنب
ْ َت َش ْعَر ٍة َزال َ َ ْ ََ َ َ َ
ِ
َ ً َظ
Syarat yang kedua yaitu meratakan air pada seluruh anggota dzohir badan
hingga kuku dan di bagian bawahnya, rambut bagian luar dan dalam,
yakni tempat tumbuhnya rambut yang telah lepas sebelum mandi. (Fath
al-Mu’in, hal. 10)
35
( َقْوُل ُه َوَيْنَبِغْي َأْن الََيِزْيُل ْوا ِإَلْخ ) قَ َال يِف اإْلِ ْحيَ ِاء اَل َيْنبَغِي أَ ْن يُ َقلِّ َم أ َْو حَيْلِ َق أ َْو
ِِ ِ ِ
ب ِإذْ ُي َردُّ ِإَلْي ِه سَائُِر َأْجَز ِائ ِه َ يَ ْس تَح َّد أ َْو خُيْ ر
ٌ ُِج َد ًما أ َْو يَُبنِّي َ م ْن َن ْفس ه ُج ْزءًا َو ُه َو ُجن
جناََبِتَها اهـ
ِ آلخرَِة َفَيعُْوُد ُجُنباً َوُيَقاُل ِإَّن ُكَّل َشْعرٍَة ُتَطِالبُ ِبِ ِفي ْا
36
ِ ُ َم ْذ َهبُناَ اَنَّهُ حَيْ ر ُم َعلى اجْلُن:ض
ب ِ ِب َواحْل اَئِ ُب اْلعُلَم ِاء يِف قِ راء ِة اجْلُن
ِ َاه ِ ( َف رع) يِف م َذ
َْ ٌ ْ
َ ُ ََ ْ َ
ض آيٍَة َوهِبَذاَ قاَ َل اَ ْكَثُر اْلعُلَ َم ِاءَ ىت َب ْع
ِ ِ ِ ِ ِ ِواحْل ائ
َّ ض قَراءَةُ اْل ُق ْرآن قَلْيلُ َها َو َكثْيُر َها َح َ َ
Menurut madzhab ulama’ (syafi’iyah) bagi orang junub dan bagi orang
haid haram membaca al-Qur’an baik sebagian ayat maupun banyak dan
pendapat ini yang lebih banyak (kuat). (al-Majmu’ juz II, hal. 178)
ض ِ لش ِفعِ ُّى اِىَل ِص َف ِة النَّائِ ِم فَق اَ َل اِ ْن نَ َام مُمَ ِّكن اً َم ْق َع َدتَ هُ ِم َن اْالَْر
َّ َ َونَظَ َر ا. ََخ ِفْيف اً فَال
َّ َوقاَ َل اَبُ ْو َحنِْي َفةَ اِ ْن نَ َام َعلَى َحالٍَة ِم ْن اَ ْح َو ِال. ض
الص الَِة ِ ِ
َ ض ُؤهُ َواالَّ ا ْنَت َق
ُ ض ُو
ُ الََيْن ُق
38
َ َوقاَ َل اَمْح َ ُد اِذا. ض ِ
َ ض ْوءُ َواالَّ َن َق
ُ ض اَلْ ُو
ِ ِ ِ
ْ ( َكأَ ْن ناََم قاَئماً اَْو قاَع ًدا اَْو َساج ًدا ) مَلْ َيْن ُق
ِ ِ ِ
.124 ص1 ابانة االحكام ج. ض َ ض ْوءُ َواالَّ َن َق
ُ ض اَلْ ُو
ْ ناََم قاَع ًدا اَْوقاَئ ًما مَلْ َيْن ُق
Para ulama’ berselisih pendapat mengenai apakah tidur itu bisa
membatalkan wudlu’? imam Malik lebih memandang kepada sifatnya
tidur itu sendiri, beliau mengatakan: apabila tidur tersebut kategori tidur
pulas (sekira orang yang tidur tidak merasakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di depannya), maka tidur seperti ini membatalkan wudlu’, dan
apabila tidur tersebut termasuk kategori ringan, maka tidaklah
membatalkan wudlu’. Sedangkan Imam al-Syafi’i lebih memandang
kepada sifatnya orang tidur tersebut. Beliau mengatakan: apabila orang
tersebut tidur dengan menetapkan pantatnya pada bumi, maka tidur
seperti ini tidaklah membatalkan wudlu’, dan apabila tidak menetapkan
pantatnya, maka batAllah Swt. wudlu’nya. Abu Hanifah berkata: apabila
seorang tidur dengan keadaan seperti tingkahnya orang yang sedang
mengerjakan shalat (sambil berdiri, duduk atau sujud), maka tidaklah
membatalkan wudlu’ dan apabila keadaannya tidak seperti itu, maka tidur
tersebut membatalkan wudlu’. Imam Ahmad berkata: Apabila seseorang
tidur dengan duduk atau berdiri, maka tidaklah membatalkan wudlu’, dan
jika tidak sambil duduk atau berdiri, maka tidur tersebut membatalkan
wudlu’. (Ibanah al-Ahkam, juz I, hal.124)
Minyak Beralkohol
Banyak sekali ditemukan minyak yang dicampur dengan campuran
alkohol, hal ini dilakukan karena berbagai fungsi, antara lain untuk
menekan udara dalam botol minyak. Bagaimanakah hukum minyak wangi
yang dicampur dengan alkohol?
a. Menjadi najis, minyak yang dicampur alkohol, sebab alkohol itu
termasuk cairan yang memabukkan, dan cairan yang
memabukkan dihukumi najis.
39
، إس َكا ِر ِه َك ا َن جَنِ ًس ا ِ ِ ( َقولُ ه أَيض ا نَظَ را أِل
ْ َص ل ِه َما ) أ
ْ َي فَ َما َك ا َن َمائ ًعا َح َال ْ ً ًْ ُ ْ
ِ اع َكاحْلَ ِش ِ ِ
يش َ َ َوإِ ْن امْن، َوإِ ْن مَجَ َد َو َما َك ا َن َجام ًدا َح َال اإْلِ ْس َكا ِر يَ ُك و ُن طَاهًرا
ِ ك الْمس ِك ِر ح َال مُج ِ
1 وده (شرح اجلمل على املنهاج اجلزء ُ َ ْ ُ ِ اب َو َكالْك ْش ِ الْم َذ
ُ
)170 ص
b. Tidak najis, sebab tidak memabukkan dan campurannya hanya
untuk menjaga kebaikan komposisi minyak.
ِ
فُ ف الْ ُك ُح ْو ِل الَّ ِذ ْي ا ْس َت َف ْدناَهُ ِم ْن َكالَِم َم ْن َي ْع ِر ِ ْث ىِف َت ْع ِري ِ
ُ ث الثَّال ُ اَلْ َمْب َح
صر خُبَا ٍر جَيِ ُد ىِف ِ ِ َت ِصن ِ َس مع ما راَيناَه ِمن اَال ِ ِ ِ
ُ ُ اعته َو ُه َو عُْن َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ُّ َحقْي َقتَهُ الَّذ ْي َي ْقَبلُهُ احْل
ص ُل اأْلِ ْس َك ُار َويُ ْو َج ُد ِ ِِ ِ ْ ات ِمن اأْل ِ ات الْمس ِكر ِ
ُ ْ فَبِ ُو ُج ْوده فْي َها حَي.َش ِربَة َ َ ْ ُ الْ ُمتَ َخ ِّمَر
ات نَِقْي ِع اْالَْز َه ِر َواْالَمْثَ ا ِر الَّ ِذى
ِ َش ِرب ِة ِمن متَخ ِّمر
َ َ ُ ْ َ ْ ض ا َغرْي اأْل
ِ َه َذا الْ ُك ُح ْو ِل اَيْ ً ىِف
ص ٍة َو َه َذا ٍِ ِ ٍ ِ َّخ ُذ ِطْيبًا و َغْيرهُ َكما يُ ْو َج ُد ِم ْن َم ْع ُق ْو ِد اخْلَ َش
َ ص ْو ُ ْب بِأَاَل ت َحديْديَّة خَم َ ُ َ َ يُت
( املباحث الوفية.ب ِ َف الْ ُك ُح ْو ِل َكما اَ َّن اَْق واهُ الَّ ِذى يُ ْو َج ُد ىِف الْعِنُ َض َع
ْ َخْي ُر أِ اأْل
َ َ
) للسيد عثمان البتاوي
Pengertian alkohol sebagaimana yang kami dapatkan dari pernyataan
orang yang mengetahui hakekatnya serta yang kami lihat dari peralatan
industri pembutannya adalah merupakan sesuatu unsur yang dapat
menguap yang terdapat pada minuman yang memabukkan.
Keberadaannya akan mengakibatkan mabuk. Alkohol ini juga terdapat
pada selain minuman, seperti pada rendaman air, bunga dan buah-
buahan yang dibuat untuk wewangian dan lainnya, sebagaimana juga
terdapat pada kayu-kayuan yang diproses dengan mempergunakan
peralatan khusus dari logam. Dan yang terakhir ini merupakan alkohol
dengan kadar paling rendah sedangkan yang terdapat pada perasa
anggur merupakan alkohol dengan kadar tinggi. (al-Mabahits al-
Wafiyyah Bab Najasah)
40
اف اِىَل ااْل َ َد ِويَ ِة َوال َّر َوائِ ِح
ُ ضَ َُّج َس ةُ الَّىِت ت
َ ات الن
ِ ِ ِ
ُ الْ َمائ َع. َومْن َها اَ ْى م َن الْ َم ْع ُف َوات
ِ
اس ا َعلَى ااْل َنِْف َخ ِة ِ
ً َص اَل ُح قي
ِ ِ ِ ِ َ الْعِطْ ِريَِّة اِل
ْ ص اَل ح َها فَِإنَّهُ يُ ْع َفى َع ِن الْ َق ْد ِر الَّذ ْي بِ ه اْال ْ
. ِ صلَ َح ِة لِْل َجبِنْي
ْ الْ َم
Termasuk najis yang dima’fu (ditoleransi) adalah, cairan-cairan najis
yang dicampurkan untuk komposisi obat-obatan dan parfum, cairan
tersebut bisa ditoleransi dengan kadar yang memang diperlukan untuk
komposisi yang seharusnya. Karena hal itu diqiaskan dengan usus babat
yang digunakan untuk menambahkan kualitas mentega. (Al-Fiqhu
‘Ala Madzahib al-Arba’ah, juz I, hal.25)
Media Tayammum
Dalam literatur fiqih dapat difahami bahwa tayamum adalah bersuci
dengan menggunakan selain air. Hal ini diperbolehkan sebagai alternatif
bersuci karena beberapa faktor, misalnya kesulitan menemukan air,
madlarat yang ditimbulkan oleh air terhadap bagian tubuh misalnya:ketika
sakit, dan lain-lain.
Adapun media tayammum menurut para ulama’ adalah:
a. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Hambali, menggunakan debu.
b. Menurut Madzhab Maliki dan madzhab Hanafi adalah segala
sesuatu yang termasuk bagian dari bumi, misalnya; debu, tanah,
salju, batu kapur. (Al-Mizan al-Kubra juz I, hal.132)
41
Namun demikian madzhab empat (Syafi’i, Hambali, Maliki dan
Hanafi), sepakat bahwa tayammum tidak sah bila menggunakan benda
yang telah dimasak atau diproses, seperti arang kayu dan plastik.
Hukum Sesuatu yang Terbuat dari Kotoran atau Benda Najis (Studi
Kasus Biogas)
ص َري مَجْ ًرا اَل ِ َ و ِمْن ه ما ي َق ع ِمن ح ر ِق اجْل لَّ ِة حىَّت ت، ) ْك إخَل ِ
َ ُ َْ ْ ُ َ َُ َ َ ( َق ْولُ هُ َوخُبَ ُار َها َك َذل
َولَ ْو أُوقِ َد ِم ْن، س ؛ أِل َنَّهُ خُبَ ٌار بَِو ِاس طَِة نَا ٍر ِ ِ
ٌ ص َع ُد مْن هُ خُبَ ٌار َف ُه َو جَن
ِ ِِ
ْ َُد َخ ا َن فيه لَك ْن ي
ِ َح ِد اجْلَ انَِبنْي ِ
َ اك ُرطُوبَ ةٌ م ْن أ
ٍ ه َذا اجْل م ِر َش يء َكي ِدك ودو ِاة دخ
َ َ فَ ِإ ْن َك ا َن ُهن، ان َ ُ ََ َ َ ٌ ْ َْ َ
43
ٌّ اع ُد جَنِ ًس ا َوإِاَّل فَاَل ا هـ َع ِزي ِز
.ي ِ َّ حِب يث يتن َّج هِب
ِ اهر َك ا َن ال دُّخا ُن الْمتَص
َ ُ َ ُ س َا الط
ُ َ َ َ ُ َْ
)179 ص1 (حاشية اجلمل على املنهاج باب النجاسة وازالتها اجلزء
Menurut ulama’ madzhab Syafi’i bahwa asap dari benda najis bila
terbakar maka ada dua pendapat:
a. Najis, karena termasuk bagian yang terurai dari najis, seperti abu
yang keluar dari suatu benda najis.
b. Tidak najis, karena asap tersebut adalah asap dari suatu benda
najis, seperti angin kentut yang keluar dari perut. Hal ini
diterangkan dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz 2 hal
533.
ِ ت فَِفي ِه وجه ِ قَ َال اَلْمص نِّف رمِح ه اهلل ُ* [ وأ ََّما دخ ا ُن النَّج
ان َ ْ َ ْ ْ ََح َرق ْ اس ة إِ َذا أ
َ َ َُ َ َُ َ ُ َ ُ
ىِن ِ ِ ِ ِ
س
َ الر َم اد َوالثَّا لَْي
َّ اس ة َف ُه َو َك َ س ِالَن ََّها اَ ْج َزاءٌ ُمتَ َحلِّلَ ةٌ م َن الن
َ َّج ٌ اَ َح ُدمُهَا اَنَّهُ جَن
ِ س ِالَنَّه خُب ار جَن اس ِة َفه و َكاْلبخ ا ِر اَلَّ ِذى خَي ْ رج ِمن اجْل و
ف ] * (اجملم وع َْ َ ُ ُ ْ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ ُ ٍ بِنَ َج
)533 ص2 شرح املهذب ج
44
BAB VI
ADZAN DAN IQOMAH
َك أَيُّه اَ لس الَ ُم َعلَْي َّ َ فَق اَ َل ا،ص لّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ن اَئِ ٌم
َ يب َّ لص ْب ِح فَِقْي َل لَهُ أ
َّ َِن النَّـ ُّ َِن بِالَ َل أَذَّ َن ل
َّ أ
ِ ِ ِ ِ ُالنَِّـيب ورمْح ة
ْ ا ْج َع ْل هُ يِف:ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َ لص الَةُ َخْي ٌر ِّم َن الن َّْوم فَق اَ َل َّ َاهلل َو َبَركاَتُ هُ ا َ َ َ ُّ
)236 ص1 (اعانة الطالبني فصل يف االذان واالقامة ج.لصْب ِح ُّ ِك ل ِ
َ ِتَأْذيْن
Dari ubaidillah Bin Abi Rafi’ ra. Dari ayahnya, ia berkata ; aku melihat Rasulullah
Saw, mengumandangkan adzan ditelinga Husain Bin Ali ra. Ketika Siti Fatimah
melahirkannya (yakni) dengan adzan shalat. (Sunnan Abi Dawud, [444])
46
اَأْل ََّو ُل َف َعلَ هُ يِف أَ َذ ِن الْ َم ْولُ ْو ِد ِعْن َد ِواَل َدتِ ِه يِف أُذُ ِن الْيُمْىَن َواإْلِ قَ َام ِة يِف أُذُ ِن الْيُ ْس َرى َو َه َذا قَ ْد
ِ ِ ِ ِ ب علَى نَ ْدبِ ِه وج رى بِ ِه عم ل علَم ِاء اأْل َم
َ َص ا ِر باَل نَكرْيٍ َوفْي ه ُمن
ٌاس بَةٌ تَ َّامة َ ْ َ ُ ُ ََ ََ َ َ ِ ص ُف َق َه اءُ الْ َم ْذ َه َّ َن
ِ ُّ ان بِ ِه ع ِن الْمولُو ِد ولُِن ُف و ِر ِهم وفِ را ِر ِهم ِمن اأْل َذَ ِان َكم ا ج اء يِف ِ َالش يط ِ ِ
ُالس نَّة (جَمْ ُم ْوع َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َْ َ ْ َّ لطَ ْرد
.)112 ،َفتَا ِو ْي َو َر َسائِ َل
Yang pertama mengumandangkan adzan ditelinga kanan anak yang baru lahir
lalu membacakan iqomah di telinga kiri. Ulama’ telah menetapkan bahwa
perbuatan ini tergolong sunnah. Mereka telah mengamalkan hal tersebut tanpa
seseorang pun mengingkari. Perbuatan ini ada relevansi, untuk mengusir syaitan
dari anak yang baru lahir tersebut. Karena syaitan itu akan lari terbirit-birit ketika
mereka mendengar adzan sebagaimana ada keterangan di dalam hadits (Majmu’
Fatawi Wa Rasail, hal.112).
47
BAB VII
SHALAT
ُصلِّي ُسنَّةً حَتِيَّةَ الْ َم ْس ِج ِد َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat Taubat, yaitu shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon
ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan. Adapun niat
shalatnya adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةً لِلت َّْوبَِة َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat Liidaf’il Bala’; yaitu shalat sunnah 2 rakaat yang bertujuan
agar kita terhindar dari segala mara bahaya. Adapun niat shalatnya
adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةً لِ َدفْ ِع الْبَاَل ِء َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
48
- Shalat Tasbih, yaitu shalat sunnah 4 raka’at dengan dua salam yang
di dalamnya terdapat bacaan tasbih pada setiap raka’at. Cara
mengerjakannya: ketika selesai membaca al-Fatihah dan surat pada
tiap-tiap raka’at lalu:
1. Membaca tasbih sebanyak 15 kali
2. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika ruku’
3. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika i’tidal
4. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika sujud
5. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika duduk diantara dua
sujud
6. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika sujud kedua
7. Membaca tasbih sebanyak 10 kali ketika duduk istirahat
Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:
اج ِة َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل ِ أُصلِّي سنَّةً لَِق
َ َضاء احْل
َ ُ َ
- Shalat Tahajjud, yaitu shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu
malam hari dengan jumlah rakaat paling sedikit 2 raka’at dan
paling banyak tak terbatas. Waktu pelaksanaannya adalah setelah
shalat isya’ sampai shubuh, dan lebih utama dilakukan setelah
bangun tidur di malam hari. Adapun waktu mengerjakannya ada 3:
1. Sepertiga pertama, yaitu dari jam 7-10 malam (waktu
utama)
49
2. Sepertiga kedua, yaitu dari jam 10-1 malam (waktu lebih
utama)
3. Sepertiga ketiga, yaitu dari jam 1 malam sampai masuknya
waktu shubuh (waktu yang paling utama).
Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:
ان َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل ِ أُصلِّي سنَّةً لِثُبو
ِ َت اإْلِ مْي
ُْ ُ َ
- Shalat Istikharah, yaitu shalat sunnah yang dilakukan untuk
meminta petunjuk kepada Allah Swt. Atas segala kebingungan,
pertanyaan atau ketidaktahuan. Shalat ini lebih utama dikerjakan
pada waktu malam hari sebanyak 2 raka’at. Adapun niat shalatnya
adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةَ ااْلِ ْستِ َخ َار ِة َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat Tarawih, yaitu shalat sunnah yang hanya dilakukan pada
bulan ramadlan, baik dilakukan sendiri maupun secara berjama’ah.
Adapun mengenai jumlah raka’atnya ulama’ berbeda pendapat,
keterangan perbedaan pendapat ulama’ mengenai jumlah rakaat
shalat tarawih kami terangkan setelah ini. Niat shalatnya adalah
sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةَ التََّرا ِويْ ِح َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat Dhuha, yaitu shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu
matahari terbit (waktu dhuha) atau sekitar pukul 07.00 sampai
pukul 11.00 WIB. Yang dikerjakan sekurang-kurangnya 2-12 raka’at.
Adapun niat shalatnya adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةَ اأْل ََّوبِنْي َ َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat ketika pulang dari bepergian, shalat sunnah 2 rakaat yang
dikerjakan setelah kita kembali dari bepergian. Adapun niat
shalatnya adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةَ الْ ُمطْلَ ِق َر ْك َعَتنْي ِ ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
- Shalat Witir, yaitu shalat sunnah dengan raka’at ganjil. (1-11
raka’at) yang biasanya dikerjakan shalat tarawih. Adapun niatnya
adalah sebagai berikut:
ُصلِّي ُسنَّةً َر ْك َعةَ الْ ِوتْ ِر ُم ْسَت ْقبِ َل الْ ِقْبلَ ِة لِلَّ ِه َت َعاىَل
َأ
Dan masih banyak lagi shalat sunnah yang lain.
52
ت التََّرا ِويْ ِح * َم ْذ َهبُناَ أَهَّن اَ ِع ْش ُر ْو َن ( َف رع) يِف م َذ ِاهب الْعلَم اَِء يِف ع َد ِد ر َكع اَ ِ
ْ َ َ ْ ٌ َْ َ ُ
ات َوالت َّْر ِوحْيَ ةُ أ َْربَ ُعت َغي ر الْ ِوتْ ِر و َذلِ ك مَخْس َتر ِوحْي ٍ ِ ِ ِ ٍ
َ َ ُ ْ َ َر ْك َع ةً ب َع ْش ر تَ ْس لْيماَ ْ ُ
ِ ِ ٍ ِ
َص َحابُهُ َوأَمْح َ ُد َو َد ُاو ُد َر ْكع اَت بِتَ ْس لْي َمَتنْي ِ هذا َم ْذ َهبُناَ َوبِ ه ق اَ َل أَبُ ْو َحنْي َف ةَ َوأ ْ
َن اْالَ ْس َو َد بْ َن َم ِزيْ ٍدض َع ْن مُجْ ُه ْو ِر الْعُلَ َم ِاء َو ُح ِكى أ َّ ِ ِ
َو َغْيُر ُه ْم َونَ َقلَهُ الْقاَضي عياَ ٌ
َ
تك اَلتَّرا ِويح تِس ع َتر ِوحْي اَ ٍ ِ ِ ِ ِ
ك اَ َن َي ُق ْو ُم ب أ َْربَعنْي َ َر ْك َع ةً َويُ َوتُِّر ب َس ْب ٍع َوق اَ َل َمال ٌ َ ْ ُ ْ ُ ْ
َن أ َْه َل الْ َم ِد ْينَ ِة َي ْف َعلُ ْو َن َها َه َك َذا
احتَ َّج بِأ َّ ِ ِ
َوه َى س تَّةٌ َوثَالَثُ ْو َن َر ْك َع ةً َغْي َر اْل ِوتْ ِر َو ْ
ض ا َن بِتِ ْس ٍع َوثَالَثِنْي َ َر ْك َع ٍة ِ
َّاس َو ُه ْم َي ُق ْو ُم ْو َن َر َم َ
ت الن َ َ .و َع ْن ن اَف ٍع ق اَ َل أ َْد َر ْك ُ
َص َحابُنَا مِب َا َر َواهُ اْ َلبْي َه ِق ُّى َو َغْي ُرهُ بِاْ ِال ْس ناَِد احتَ َّج أ ْ
ٍ ِ
يُ َوتُِّر ْو َن مْن َها بِثَالَث * َو ْ
الص ِحْي ِح ( اجملموع شرح املهذب باب صالة التطوع اجلزء 4ص ) 38 َّ
Lebih lanjut dalam kitab Subul al-Salam ada salah satu hadits Nabi
yang berbunyi:
ِ ِ
ص لِّي يِف َر َم َ
ض ا َن ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َك ا َن يُ َ اس قَ َال أ َّ
َن َر ُس ْو َل اهلل َ َع ِن ابْ ِن َعبَّ ٍ
ِع ْش ِريْ َن َر ْك َعةً َوالْ ِوتْ ِر
Diceritakan dari ibnu Abbas ra.: sesungguhnya Ibnu Abbas berkata: Rasulullah
Saw. mengerjakan shalat tarawih 20 raka’at dan shalat witir di bulan Ramadlan.
)(Subul al-Salam, juz II, hal. 10
ك عن ي ِزي ِد ب ِن روم ا َن أَنَّه قَ َال َك ا َن النَّاس ي ُقوم و َن يِف َزم ِ
ان عُ َم َر بْ ِن ِ ٍ
َ ُ َ ُْ ْ ُ َع ْن َمال َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ
ث َو ِع ْش ِريْ َن َر ْك َعةً.اب يِف رمضا َن بِثَاَل ٍ
اخْلَطَّ ِ َ َ َ
Diceritakan dari Malik dari Yazid bin Rumman. Dia berkata: Manusia di masa
Umar bin Khattab telah melakukan shalat (tarawih) dengan 23 rakaat di bulan
)Ramadlan. (Tanwir al-Hawalik, hal.138
53
Dengan demikian shalat tarawih sunnah dilaksanakan dengan
berjama’ah, jumlah rakaatnya menurut kebanyakan ulama’ adalah 20
raka’at (10 salam) ditambah 3 rakaat shalat witir.
ْ خ
ف ِ ث َلْم َي
ُ ج ْه ِر ِب هِ َحْي
َ اياتِ َوْال
َ الرَو
َّ آلياتِ َو
َ ب ِبص َِرْيِح ْا
ٌ كاْلقَِراءَِة مَْطُل ْو
َ َالذِّْكُر
ُ َو َتَت َع دَّى َفضِْيَلُته، ِلَأَّن الَْع َم َل ِفْي هِ َأْكَث ٌر، ح ِو ُمصٍَّل َأْفضَُل ْ ش َعَلى َن ْ ِرَياًء َوَلْم ُيشَ ِّو
ف مَسْ َعهُ إلَْي ِه َويَطْ ُر ُد ِ ُ ِ َوأِل َنَّهُ يُوق، لسِامِع
ْ َب الْ َقا ِر ِئ َوجَيْ َم ُع مَهَّهُ إىَل الْف ْك ِر َوي
ُ ص ِر َ ظ َق ْل َّ ِل
) 48 َّشا َط ( بغية املسرتشدين ص َ يد الن ُ الن َّْو َم َويَِز
54
Hukum Jama’ah Perempuan Ketika Berada di Samping Barisan Jama’ah
Laki-laki
Tata cara shalat berjama’ah bagi kaum perempuan yaitu bertempat di
belakang barisan laki-laki. Akan tetapi karena kendala tempat, terkadang
makmum perempuan dalam shalat berjama’ah berada di sebelah kiri atau
sebelah kanan barisan laki-laki seperti yang terdapat di beberapa musholla
dan masjid. Lantas bagaimana shalat jama’ah perempuan tersebut?
Dalam hal ini terjadi perbedaan pandangan:
a. Perempuan yang ikut shalat berjama’ah di selain tempat belakang
itu tidak mendapatkan fadilah jama’ah.
ِ ِ ِ ِِِ َّ ُ ويَِق
ُىل أَ ْن قَ َال َو َك َذا ا ْم َرأَةٌ أ َْو ن ْس َوةٌ َت ُق ْو ُم أ َْو َي ُق ْم َن َخ ْل َف ه
َ ف ال ذ َكُر َع ْن مَي ْين ه إ َ
ىل أَ ْن ِ ِّ ف ِِِ ِ ِ
َ َالر َج ال إ َ الر ُج ُل َع ْن مَي ْين ه َواْملَْرأَةُ َخ ْل َّ ض َر َم َع هُ َر ُج ٌل َوا ْم َرأَةٌ قَ َام
َ َوا ْن َح
الص الَةَ" ( َق ْولُهُ َوخُمَالََفتُهُ الَ ُتْب ِط ُل َّ ب َوخُمَالََفتُهُ الَ ُتْب ِط ُل ٌّ "و ُك ُّل َما ذُكَِر ُم ْستَ َح َ قَ َال
ِ ِ ضيلَةُ اجْل م ِ الصالَةَ) لَ ِكنَّها مكْروهةٌ َت ُفو هِب
وم ْن َم َع هُ َولَ ْو َم َع َ لى اْ ِإل َمام َ اعة َع َ َ َ ْ َت َا ف ُ ْ َ ُْ َ َ َّ
.اجْلَ ْه ِل هِبَا
Dan orang laki-laki berdiri di sebelah kanan imam dan seterusnya,
begitu juga seorang atau beberapa wanita berdiri di belakang imam.
Dan apabila laki-laki dan perempuan berjamaah secara bersamaan,
maka seorang laki-laki itu berdiri di sebelah kanan, sedangkan
perempuan berada di belakang laki-laki, hal tersebut disunnahkan,
apabila tidak sesuai dengan tatanan shaf di atas maka hal itu tidak
membatalkan shalat (akan tetapi hukumnya makruh yang
menghilangkan keutamaan jama’ah atas imam dan makmumnya
walaupun karena tidak tau. (al-Mahalli, Juz I, Hal. 238-239)
55
dalam kitab Hasyiyah I’anah al-Thalibin juz 2 hal. 24 dan dalam
kitab Hasyiyah al-Jamal juz 1 hal. 547:
ُ َفض ِْيَلة:ت َعَلْيِهْم َ ِ ِإَّن ْالفَ ائ،ي
ْ او
ِ ف الَْمَن
ِ َتَبعً ا ِللش ََّر،ْاوي ِ ال م ر ِفي الَْفَت َ َوَق
ِلَاَّنهُ ِإَذا،الرمِْلي
َّ حِ ْال ع ش ِإَلى َم ا ِفْي شَر َ َو َم.اع ِة
َ جَم َ َال َفضِْيَلِة ْال،ف ِ الصُُّفْو
(حاشية اعانة الطالبني.جْي َرمِْي َ ُب.ح اهِ ض َم ا ِفْي هِ َوَغْي رِِه ُق ِّدمَ َم ا ِفي الشَّْر
َ ار
َ ََتع
)24 ص2 ج
ِ َوم انِْف ر ٌاد ) أَي ابتِ َداء ودواما و َكراهتُ ه اَل ُت َف ِّوت ف ٍ ( َقولُ ه و ُك ِره لِم أْم
َض يلَة ُ ُ َ َ َ ً ََ َ ً ْ ْ َ ُ َ َ َُ ْ
)546 ص1 ج, (حاشية اجلمل، ض ِه ْم ِ ف ِعْن َد بع ِّ الصَّ ُضيلَة ِ َاجْل ماع ِة بل ف
َْ ْ َ َ ََ
56
Masalah membaca Basmalah dalam fatihah shalat merupakan salah
satu masalah besar dalam agama Islam karena menyangkut sah atau
tidaknya shalat. Bagaimanakah hukum membaca basmalah dalam surat al-
Fatihah ketika shalat? Dan kalau wajib, apakah harus dikeraskan
bacaannya?
Membaca Basmalah merupakan ibadah yang paling besar sesudah
tauhid, demikian dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu juz
III, hal.334.
a. Menurut Madzhab Syafi’i, hukum membaca Basmalah dalam al-
Fatihah ketika shalat adalah wajib, karena bacaan Basmalah itu salah
satu ayat dari al-Fatihah yang menjadi rukun shalat itu sendiri.
.)87 :اك َسْب ًعا ِّم َن الْ َمثَايِن َوالْ ُق ْرآنَ الْ َع ِظْي َم (احلجر
َ ََولََق ْد آَتْين
Dan sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu (hai Muhammad)
tujuh yang berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung. (QS. Al-Hijr: 87)
57
(Diriwayatkan dari Dar al-Quthni dalam kitab al-Majmu’, juz III, hal.
34).
ِ ِ
ُ إِذَا َق َر ْء مُت:ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم أَنَّهُ قَ َالَ ِّ َع ْن أَيِب ُهَر ْي َرةَ َرض َي اهللُ َعْن هُ َع ِن النَّيِب
ِ َآن وأ ُُّم الْ ِكت ِ ِ ِ ِ ِ
الس ْب ُع
َّ اب َو َ احْلَ ْم ُد ِهلل فَ ا ْقَر ُؤ ْوا ب ْس ِم اهلل ال رَّمْح َ ِن ال َّرحْي ِم أَن ََّه ا أ ُُّم الْ ُق ْر
.َح ُد آياَهِتَا ِ َّ اهلل الرَّمْح ِن
َ الرحْي ِم أ َ
ِ الْمثَايِن وبِس ِم
ْ َ َ
Dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda: Apabila kalian membaca surat al-
Fatihah, maka bacalah basmalah. Sesungguhnya surat al-Fatihah adalah
ummul qur’an, ummul kitab dan sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-
ulang), sedangkan basmalah adalah termasuk satu ayat dari surat al-
Fatihah. (Diriwayatkan oleh Dar al-Quthni dalam kitab Tafsir Ayatul
Ahkam, juz I, hal. 34)
59
ِ ك وتنََّبه وا لَ ه مع ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
اش َر َ َ ُ ْ ُ َ َ اح َذ ُر ْوا م ْن َذل ْ ََع َم َل اْ َلعام ِل مْن ُه ْم َعملَ هُ َم َع ف ْعل ه ل ْل َع َم ِل ف
ِ ِ ِ الصلَو
ع
َ الر ُك ْو ُّ ات فَأَِمتُُِّّْوا اْلقيَ َام َواْلقَراءَ َة َو ِ ِ
َ َّ صلْيتُ ْم التََّروايْ َح َو َغْيَر َها م َن
َّ َ اْ ِإل ْخو ِان َوإِ َذا
َ
ِلش يطَان ِ ِ ِ ِ
ْ َّ آلداب َوالَ جَتْ َعلُ ْوا ل َ ْض ْو َر َو َس ائَر اْأل َْر َك ان َوا ُ ُع َواْحل َ الس ُج ْو َد َواْخلُ ُش ْوُّ َو
ِ َّعلَي ُكم س ْلطَانًا فَِإنَّه لَيس لَه س ْلطَا ُن علَى ا
لذيْ َن َآمُن ْوا َو َعلَى َرهبِِّ ْم َيَت َو َّكلُ ْو َن فَ ُك ْونُ ْوا َ ُ ُ َ ْ ُ ُ ْ َْ
ِمْن ُه ْم إِمنَّاَ ُس ْلطَانُهُ َعلَى اَّل ِذيْ َن َيَت َولَّْونَ هُ َوالَّ ِذيْ َن ُه ْم بِ ِه ُم ْش ِر ُك ْو َن فَالَ تَ ُك ْونُ ْوا ِمْن ُه ْم
) 265 ص1 اهـ (اعانة الطالبني ج
60
b. Sah, selama masih memenuhi syarat dan rukun shalat itu sendiri,
misalnya terpenuhi unsur tuma’ninah. Sesuai dengan hadits Nabi;
ِ ص الَةً َع ِن الن
َّاس (اجلامع الصغري ِ َّاس َوأَطُ ْو ُل الن
َ َّاس ِ ص الَةً َعلى الن ِ ف الن
َ َّاس ّ َخ
َ َكا َن أ
َ
)100 ص2 اجلزء
Nabi Saw. Itu orang yang paling cepat shalatnya ketika mengimami
manusia dan orang yang paling lama ketika shalat sendiri. (al-Jami’ al-
Shaghir, juz II, hal. 100)
Dan dalam kitab Bujarami ‘Ala al-Khatib juz 2 halaman 126
disebutkan: disunnahkan bagi imam untuk mempercepat shalat
dengan tetap menjaga sunnah ab’ad dan sunnah hai’at.
ِ اض واهْل يئ ِ
( جبريامى على اخلطيب. ات ََْ َ ِ ِّف اإْلِ َم ُام َم َع ف ْع ِل اأْل َْب َع
َ ب أَ ْن خُيَف
ُ َويُْن َد
(126 ص2 اجلزء
ص2 (ش ْر ُح نَظْ ِم مَجْ ِع اجْلََو ِام ِع ج ِ ي ْق ُدم الْمثْبِت علَى النَّاىِف اِل ْش تِمالِِه علَى ِزي ادة
َ ِع ْل ٍم ََ َ َ َ ُ ُ ُ َ
)475
Dalil yang menjelaskan adanya (terjadinya) suatu perkara, didahului oleh
dalil yang menyatakan bahwa perkara tersebut tidak ada. Sebab adanya
penjelasan pada suatu dalil, menunjukkan adanya pemberitahuan (ilmu) yang
lebih pada dalil tersebut. (Syarah Nadzam Jam’ul Jawami’, juz II, hal. 475)
63
Imam al-Nawawi berpendapat;
(ٌس َر ِض َي اهللُ َعْن هُ َك ا َن )فَائِ َدة ٍ َاب ابْ ِن السىن َع ْن أَن ِ َي يِف اْألَذْ َك ا ِر ورو ْينَ ا يِف كِت
َََ ُّ قَ َال الن ََّو ِو
ْ ص الَتَهُ َم َس َح َو ْج َه هُ بِيَ ِد ِه الْيُمْىَن مُثَّ قَ َال أ
ََّش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِال َ ضى
ِ
َ َص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم إِذَا ق َ
)185-184. ص،1. ج، (إعانة الطالبني.ب اهْلَ َّم َواحْلََز َن ِ الر ِحْيم اَللَّ ُه َّم ا ْذ َه
ُ َّ ُه َو الرَّمْح َ ُن
(Faidah) Imam Nawawi dalam (kitabnya) al-Adzkar; Kami meriwayatkan (hadits)
dalam kitabnya Ibn al-Sunni, dari sahabat Anas ra., bahwa Rasulullah Saw.
Apabila selesai melaksanakan shalat, beliau mengusap wajahnya dengan tangan
kanannya. Lalu berdo’a saya bersaksi tiada tuhan kecuali dzat yang maha pengasih
dan penyayang. Ya Allah Swt., hilangkanlah dariku kebingungan dan kesusahan.
(I’anah al-Thalibin, juz I, hal.184-185)
Dalam sebuah hadist disebutkan, setiap selesai berdo’a, Rasulullah
Saw. Selalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َك ا َن إِذَا َد َع ا َفَرفَ َع يَ َديْ ِه َو َم َس َح َّ ب بْ ِن يَِزيْ َد َع ْن أَبِْي ِه أ
َ َّ َن النَّيِب ِ ِالسائ
َّ َع ِن
) 1 (سنن أيب داود باب الدعاء اجلزء.َو ْج َههُ بِيَ َديِْه
Dari Saib bin Yazid dari ayahnya: Apabila Rasulullah Saw. Berdo’a, beliau
selalu mengangkat kedua tangannya lalu mengusap wajahnya dengan kedua
tangannya (Sunan Abi Dawud bab al-Do’a juz 1).
64
7. Ujung telapak kaki kiri
Kening dan kedua telapak tangan harus langsung bersentuhan
dengan alas tempat sujudnya. (al-Bujairimi ‘Ala al-Khatib, juz I, hal. 35)
ِود خِلَرَب ِ الس ج ِ ِ َ اط ِن أ ِ اط ِن َكفَّي ِه و ِمن بِ ض ع ج ز ٍء ِمن ر ْكبَتي ِه و ِمن ب ِ
ُ ُّ َص اب ِع قَ َد َمْي ه يِف َْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ ُ ُ ْ ب َو ُ َوجَي
، ِ َوال ُّر ْكبََتنْي، َوالْيَ َديْ ِن، اجْلَْب َه ِة: َس ُج َد َعلَى َس ْب َع ِة أ َْعظُ ٍم ِ
ْ { أُم ْرت أَ ْن أ: ِ الش ْيخَنْيَّ
ص َعلَْي ِه يِف اأْل ُِّم
َّ َالر ْكبََتنْي ِ َك َما ن ِ ِ ِ
ُّ ف ُ َواَل جَي. } َوأَطَْراف الْ َق َد َمنْي
ُ ب َك ْش ُف َها بَ ْل يُكَْرهُ َك ْش
Sujud Syukur
Sujud syukur merupakan sujud yang dilakukan ketika mendapatkan
kenikmatan dan kebahagian dari Allah Swt.
Lafadz niatnya adalah:
65
diri kepada Allah Swt. Dan mendapat ridha serta ampunan-Nya. Di
kalangan Nahdliyin, wiridan setelah shalat itu dilakukan secara bersama-
sama yang diakhiri dengan do’a. Hal ini sesuai dengan perintah Allah Swt.
yang berbunyi:
ِ يأَيُّها الَّ ِذين آمُنوا اذْ ُكروا اهلل ِذ ْكرا َكثِْرا وسبِّحوه بكْر ًة َّوأ
)32-31 :َصْيالً (األحزاب َ ُ ُ ُْ َ َ ً ً َ ُ ْ َ َْ َ َ
Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah Swt. Dengan berdzikir
yang banyak, dan bertasbihlah kepadanya, pagi dan sore. (Qs. Al-Ahzab: 31-32)
Dengan demikian wiridan setelah shalat itu adalah hal yang sangat
baik untuk dilakukan karena di dalamnya mengandung pujian-pujian
kepada Allah Swt.
66
Shalat merupakan bentuk ibadah kepada Allah Swt. Yang telah
diajarkan oleh Nabi kepada umatnya mulai dari bentuk gerakan sampai
ketentuan do’a yang dibaca. Surat al-Fatihah merupakan ayat yang wajib
dibaca dalam shalat. Do’a dan ayat yang berbahasa arab kadang menjadi
kendala bagi beberapa orang untuk memahami dan menghayati
kandungan maknanya. Sehingga kemudian muncul inisiatif untuk
menerjemahkan ke dalam bahasa selain Arab. Bagaimanakah pandangan
ulama’ mengenai bacaan dalam shalat yang bacaannya diterjemahkan
dalam bahasa selain Arab?
Dalam persoalan ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama’:
a. Menurut pendapat Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad, dan
Imam Dawud, shalat yang dilakukan baik bagi yang paham bahasa
Arab maupun yang tidak paham, artinya dengan cara
menerjemahkan ke bahasa selain Arab hukumnya tidak boleh dan
shalatnya tidak sah.
ص ْو َد ِم َن ُ َن الْ َم ْق َّ أِل،(واِ ْن َق َرأَ الْ ُق ْرآ َن بِالْ َفا ِر ِس يَّ ِة مَلْ جُتْ ِز ِه قَ َال الْمص ن مِح
َ :ُِّف َر َ هُ اهلل ُ َ ُ
ِ لش رح) م ْذهبنَا أَنَّه اَل جُي ِّو ُز قِ راء َة الْ ُق ر ِ ِ ُ آن اللَّ ْف ِ الْ ُق ر
آن ْ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ ْ َّ َك اَل يُ ْو َج ُد يِف َغرْيِ ه ا َ ظ َو َذل ْ
، َح َس نَ الْ ِق َراءَ ِة أ َْم اَلْ َس َواءٌ أ،ب َس َواءٌ أ َْم َكنَ هُ اَلْ َع َريِب ُّ أ َْو َع َج َز َعْن َه ا
ِ ِِ ِ
ِ ان الْع ر
َ َ بغَرْي ل َس
) 269 . ص،1 . ( مذاهب األربعة ج. َو َد ُاو ُد،لك َوأَمْح َ ُد ٌ ِ َوبِِه قَ َال َما،َه َذا َم ْذ َهُبنَا
b. Menurut pendapat Imam Abu Yusuf dan Muhammad adalah harus
diperinci.
Shalatnya tidak sah bagi yang mampu baca al-Qur’an dan sah bagi
yang tidak mampu baca al-Qur’an.
67
احتَ َج ِألَيِب َحنِْي َف ةَ بَِق ْولِ ِه َّ ص ُّح بِ ِه
ْ الص الَةُ ُمطْلَ ًق ا َو
ِ َ جَت و ُز وت:َوقَ َال أَب و حنِي َف ة
َ ُْ َْ ُْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َت َع اىَل "قُ ِل اهللُ َش هْي ٌد َبْييِن ْ َو َبْينَ ُك ْم َوأ ُْوح َي إيَلَّ َه َذا الْ ُق ْرآ ُن ِألُنْ ذ َر ُك ْم ب ه" قَ الُْوا
َن النَّيِب َّ ِص لِّى اهللُ َعلَْي ِه َّ َويِف.َوالْ َع َج ُم الَ َي ْع ِقلُ ْو َن اْ ِإلنْ َذ َار إِالَّ بَِت ْرمَجَ ٍة
َّ أ: ِ الص ِحْي َحنْي
) 330 . ص، 3 . ( اجملموع ج."ف ٍ "أُنْ ِز َل الْ ُقرآ ُن علَى سبع ِة أَحر:وسلَّم قَ َال
ُ ْ َ َْ َ ْ َ ََ
2. Bagi yang hadats dan tidak ada air untuk berwudlu’ serta tidak ada
media tayamum, maka caranya sebagai berikut:
68
a. Melaksanakan niat shalat untuk menghormati waktu
(Likhurmatil Waqti) dan wajib i’adah (mengulang shalatnya)
setelah menemukan alat untuk bersuci.
ِ وس مِب َ ِح ٍّل لَيس فِ ِيه و ِ ِ ِِ
اح ٌد َ َ ْ َ ( َو َعلَى فَاق د ) الْ َم اء َوالتَُّراب ( الطَّ ُه
ٍ ُوريْ ِن ) َك َم ْحب
ِ ِ ِ حِل ِ
.َح َدمُهَا
َ ض ) ُْر َم ة الْ َوقْت ( َويُعي َد ) إذَا َو َج َد أ َ ص لِّ َي الْ َف ْرَ ُمْن ُه َما ( أَ ْن ي
)229 ص1 (حاشية اجلمل على املنهاج اجلزء
b. Menunda pelaksanaan shalat jika ada harapan ditemukannya
salah satu alat bersuci, seperti yang telah dikatakan oleh Imam
Al-Adhra’i.
ت بَ ْل إمَّنَا مَيْتَنِ ُع َعلَْي ِه الصَّاَل ةُ َما َد َام َيْر ُجو ِ ِواَل ي ْشَتر ُط ل
ِ ْص َّح ِة صاَل تِِه ِض يق الْ وق
َ ُ َ َ ُ َ
(ش رح اجلمل على املنه اج.اهر ِ َأَح َد الطَّه وري ِن َكما قَالَ ه اأْل َ ْذر ِعي وه و ظ
َ ُ َ ُّ َ ُ َ ْ َ ُ َ
)230 ص1 اجلزء
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم إِمَّنَا َخ َر َج ِ َض ُل لِْـ ِال ْتب ِ َّ ِوقِي ل فِعلُه ا ب
َ ُاع َو َر َد أَنَّه َ ْالص ْخَراء أَف َْ ََْ
)27. ص،3 .ج،صغَ ِر َم ْس ِج ِد ِه (حتفة احملتاج ِ ِإِلَيها ل
َْ
Ada yang mengatakan bahwa shalat ‘Ied di lapangan itu lebih utama,
karena ittiba’ (ikut perbuatan Nabi). Namun pernyataan ini dapat
dibantah, karena sesungguhnya Nabi SAW melakukannya karena
masjid yang beliau bangun terlalu kecil (sehingga tidak bisa
menampung para jama’ah). (Tuhfah al-Muhtaj, juz III, hal.27)
70
BAB VIII
SHALAT JUM’AT
ِ ََن النَّاس يِف اجْل مع ِة ِس تَّةُ أَقْس ٍام أ ََّوهُل ا من جَتِب علَي ِه و َتْنع ِق ُد بِ ِه وت
ص ُّح َ َ َ َْ ُ َْ َ َ َ ُْ َ َّ ( َو ْاعلَ ْم ) أ
ب َعلَْي ِه َوالَ َتْن َع ِق ُد بِ ِه ِ ِ ُّ ت فِْي ِه
ُ الش ُر ْو ُط ُكلُّ َها َوثاَنْي َها َم ْن جَت
ِ
ْ مْن هُ َو ُه َو َم ْن َت َو َّفَر
س مِب َ َحلِ َها ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َوتَص ُّح مْن هُ َو ُه َو الْ ُمقْي ُم َغْي ُر الْ ُم ْس َت ْوطن َو َم ْن مَس َع ن َداءَ اجْلُ ْم َع ة َو ُه َو لَْي
71
ِ مِب ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ب َعلَْي ه َْعىَن ُ ب َعلَْي ه َوالَ َتْن َعق ُد ب ه َوالَ تَص ُّح مْن هُ َو ُه َو الْ ُم ْرتَ ُّد َفتَج ُ َوثاَل ُث َها َم ْن جَت
ص ُّح ِمْن هُ َوالَ َتْن َع ِق ُد بِ ِه َو ُه َو ب اَ ٌق حِب َالِ ِه ِ َأَنَّنَا َن ُقو ُل لَه أَس لَم وص ل اجْل مع ةُ وإِالَّ فَالَ ت
َ َ ُْ َ َ َ َ ْ ُ ْ
َص لِ ُّي َو َغْي ُر ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ب َعلَْي ه َوالَ َتْن َعق ُد بِه َوالَ تَص ُّح مْن هُ َو ُه َو اْلك اَفُر اْأل
ِ ِ ِ
ُ َو َرابعُ َها َم ْن الَ جَت
ِّي َوخاَِم ُس َها َم ْن ْ َّع د
ِ ِ ٍ ِ ٍ
َ صغرْيٍ َوجَمُْن ْون َو َم ْغ َمى َعلَْي ه َو َس كَْران عْن َد َع َدم الت
ِ الْمميِّ ِز ِمن
َ ْ َُ
َّ الرقِْي ُق و َغْي ر
الذ َك ِر َّ ص ُّح ِمْن هُ َو ُه َو ِ َالَ جَتِب علَي ِه والَ َتْنع ِق ُد بِ ِه وت
ُ َ َّ الص يِب ُّ الْ ُم َمِّيُز َو َ َ َ َْ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
ُب َعلَْي ه َوَتْن َعق ُد بِ ه َوتَص ُّح مْن ه ُ م ْن ن َس اء َو ُخنَ اثَى َوالْ ُم َس اف ِر َو َساد ُس َها َم ْن الَ جَت
ص ِة يِف ْ َت ْر ِك اجْلُ ْم َع ِة (إعان ة مِم
ْ ض َوحَنْ ُوهُ َّْن لَ هُ عُ ْذٌر ِم َن اْأل
َ َع َذا ِر الْ ُمَر َّخ ُ َْو ُه َو الْ َم ِري
)54 ص1 ج،الطالبني
Shalat Jum’at bagi TNI, POLRI, Satpam dan Banser yang Sedang
Bertugas
TNI dan Polisi adalah perangkat negara yang betugas menjaga
keamanan negara dan masyarakat, namun dalam menjalankan tugasnya
terkadang ia harus meninggalkan hal-hal yang diwajibkan agama seperti
tidak dapat melaksanakan shalat jum’at. Bagaimanakah hukum
meninggalkan shalat jum’at karena tuntutan tugas?
Tidak diwajibkan mengikuti shalat jum’at bagi aparat keamanan baik
Polisi, TNI, Satpam ataupun Banser pada saat menjalankan tugas untuk
menjaga keamanan harta benda atau menjaga keamanan seseorang yang
sedang terancam.
ِ اس ر ِض ي اهلل عْن ه اَ َّن رس و َل ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
اهلل ْ ُ َ ُ َ ُ َ َ ٍ َّب َعلَى اخْلَائف َعلَى َن ْفسه اَْو َمال ه لم اَّ َر َوى ابْ ُن َعب ُ َوالَ جَت
ص الَةَ لَهُ اِالَّ ِم ْن عُ ْذ ٍر قَالُْوا يَ َار ُس ْو َل ِ َ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال َم ْن مَسِ َع الن
َ َِّداءَ َفلَ ْم جُي ْب هُ فَال َ
. 178 ص1 املهذب ج. ض ِ
ٌ ف اَْو َمَر ٌ اهلل َو َما الْعُ ْذ ُر ؟ قَ َال َخ ْو
Tidak diwajibkan shalat jum’at bagi orang yang khawatir pada keamanan diri dan
hartanya, berdasarkan riwayat Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw.
bersabda “Barang siapa mendengarkan adzan dan dia tidak menjawabnya maka
72
tidak dianggap shalat baginya, kecuali karena udzur”. Sahabat bertanya, “Apakah
udzurnya Ya Rasulallah Swt.? Rasulullah menjawab” Udzurnya adalah khawatir
atau sakit”. (al-Muhadzab, juz I, hal.109)
73
Dalam satu desa bagi umat Islam wajib mendirikan jama’ah shalat
jum’at. Namun kadang dalam satu desa terdapat dua atau tiga masjid
untuk pelaksanaan shalat jum’at. Bagaimanakah hukum mendirikan shalat
jum’at di dua masjid dalam satu desa?
Ulama’ berbeda pendapat tentang shalat jum’at yang dilaksanakan di
dua masjid dalam satu desa:
a. Tidak boleh mendirikan shalat jum’at lebih dari satu tempat
dalam satu desa.
ِ هِت ِ
ًت َع ِظْي َم ة ِ ُّ ث ِمن
ْ َالش ُر ْوط اَ ْن الَيُ َس ابَِق َها َوالَيُ َقا ِرنَ َها مُجْ َع ةٌ يِف ْ َبْل َد َا َوا ْن َك ان َ ُ الثَّال
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َواخْلُلَ َف اءَ ِم ْن َب ْع ِد ِه مَلْ يُِقْي ُم ْوا ِس َوى ِ
َ ُت َم ْس ج ُد َهاِالَنَّه ْ َو َكثُ َر
ِ ِ ي الْبلَ ِد وعس ر ِ ِ ٍِ ِ ٍ
ْ اجت َم اعُ ُه ْم يَقْينًا َع َاد ًة يِف
ْ َ ُ َ َ َ ُّ َمُجْ َع ة َواح َدة اىَل اَ ْن قَ َال االَّ ا َذا َكُب َر ا
.ان َم ْس ِج ٍد اَْو َغرْيِ ِه
ِ م َك
َ
Syarat yang ketiga adalah tidak boleh mendahului dan bersamaan
pelaksanaan shalat jum’at satu sama lain dalam satu desa. Karena Nabi
dan orang-orang setelahnya tidak pernah mendirikan jum’at yang lain
dalam satu desa, kecuali daerahnya memang luas yang pasti
menyebabkan kesulitan berkumpul dalam satu masjid. (Nihayah al-
Muhtaj, juz II, hal.289)
الص الَِة
َّ ض يِّ ُق حَمَ ِل ِ
َ : ٌاب َج َوا ِز َت َع دُّد َها ثَالَثَ ة َ ََس بْ َن أ َّ اص ُل ِم ْن َكالَِم اْألَئِ َّم ِة أ
ِ واحْل
َ َ
افُ َو َبعُ َد أَطْ َر، ال َبنْي َ الْ ِفئََتنْي ِ بِ َش ْر ِط ِه
ُ َ َوالْ ِقت، ًث الَ يَ َس ُع الْ ُم ْجتَ ِمعِنْي َ هَلَا َغالِب اُ حِب َْي
ِ مِب ِ اْلبلَ ِد بِأَ ْن َك ا َن مِب ح ٍل الَ يس مع ِمْن ه الن
ْ أ َْو َ َح ٍل لَ ْو َخ َر َج مْن هُ َب ْع َد الْ َف ْج ِر مَل، ِّداء َ ُ ََُْ ََ َ
.الس ْع ُي إِلَْي َها إِالَّ َب ْع َد الْ َف ْج ِر اهـ
َّ ُ إِ ْذ الَ َيْلَز ُمه، يَ ْد ِر ُك َها
74
c. Boleh secara mutlaq, namun menurut imam Ismail al-Zain
jumlah jama’ah tidak kurang dari 40 orang.
ِ ِ
َ ُّد اجْلُ ْم َع ِة فَالظَّاهُر َج َو ُاز ٰذل ِ ِ َّ قَ َال
ك ُمطْلَ ًقا ُ الش ْي ُخ امْسَاعْي ُل ال َّزيْ ُن اََّم َام ْس أَلَةُ َت َع د
.ًص َع َد ُد ُك ٍّل َع ْن اَْربَعِنْي َ َر ُجال ِ ِ
ُ ب َش ْرط اَ ْن الَ يُْن َق
Menurut syaikh Ismail al-Zain, masalah bilangan pelaksanaan shalat
jum’at diperbolehkan secara mutlak (terlepas dari faktor-faktor
penyebabnya) dengan syarat (jama’ahnya) tidak kurang dari empat
puluh orang laki-laki. (Qurrah al-Aini, hal.83, Mizan al-Kubra, juz I,
hal 209)
75
j. Menurut Imam Syafi’i, harus 40 muslim mukallaf (pendapat
yang lebih unggul).
k. Menurut Imam Syafi’i, Umar bin Abdul Aziz dan sebagian
golongan, harus 40 muslim mukallaf, selain imam.
l. Menurut Imam Ahmad, harus 50 muslim mukallaf.
m. Menurut Imam al-Maziri, 80 orang muslim mukallaf.
n. Menurut sebagian golongan ulama’ Malikiyah tanpa batasan
hitungan.
Diterangkan dalam kitab Hasyiyah al-Bujairami ‘Ala al-Khatib
bab Syurutu Sikhati Shalat Al-Jum’at juz 2 halaman 190.
اع ةَ َش ْر ٌط يِف ِص َّحتِ َها َك َما يِف َن اجْلَ َم َ َوتَأ ََّم ْل َه َذا الْ َق ْو َل َم َع أَن َُّه ْم أَمْج َعُ وا َعلَى أ َّ
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم { : َشر ِح الْ ِم ْش َك ِاة اِل ب ِن حج ٍر و ِعبارتُه :وفِ ِيه أ ِ ِ
َي َق ْول ه َ ْ ْ َ َ َ ََ ُ َ ْ
اع ةَ َش ْر ٌط يِف ِص َّحتِ َها اع ٍة } أ َّ ِ ِ
َن اجْلَ َم َ ب َعلَى ُك ِّل ُم ْس ل ٍم يِف مَجَ َ اجْلُ ُم َع ةُ َح ٌّق َواج ٌ
ص ُل بِ ِه َو َم ْذ َهُبنَا أَنَّهُ اَل بُ َّد ِم ْن ِ ِ
اخَتلَ ُف وا يِف الْ َع َدد الَّذي حَتْ ُ َو ُه َو إمْج َ اعٌ َوإِمَّنَا ْ
َّخعِ ِّي َوأ َْه ِل ان َكاجْل م ِ أَربعِني َك ِاملِني .الثَّايِن :ا ْثنَ ِ
اع ة َو ُه َو َق ْو ُل الن َ ََ َ َ َْ َ
الرابِ ُع : ٍ ِ
ان م ع اإْلِ م ِام عْن َد أَيِب يوس ف وحُم َّمد واللَّي ِ ِ ِ ِ
ث َّ . ُ ُ َ ََ َ ْ ث :ا ْثنَ َ َ َ الظَّاه ِر .الثَّال ُ
س َ :س ْب َعةٌ ِعْن َد ِ
ي .اخْلَ ام ُ
ثَاَل ثَ ةٌ مع ه ِعْن َد أَيِب حنِي َف ةَ وس ْفي ٍ
ان الث َّْو ِر ِّ َُ َ َ ََ ُ
ِ ِ ِ ِ ِع ْك ِر َم ةَ َّ .
ض ا يِفالس ابِ ُع :ا ْثنَا َع َش َر عْن َد َربِ َيع ةَ أَيْ ً س :ت ْس َعةٌ عْن َد َربِ َيع ةَ َّ . الس اد ُ
َّاس ُع ِ :ع ْش رو َن يِف اق .الت ِ َّام ُن ِ :م ْثلُ هُ َغْي ُر اإْلِ َم ِام ِعْن َد إِ ْس َح َ ك .الث ِ ِرواي ٍة ومالِ ٍ
ُ َ َ ََ
ِ ِ ِ ِ
يب َعن مال ٍ ِ
ي َع َش َر :أ َْر َبعُ و َن ك .احْلَاد َ ك .الْ َعاش ُر :ثَاَل ثُو َن َك َذل َ ِر َوايَة ابْ ِن َحبِ ٍ ْ َ
الش افِعِ ِّي َو ُه َو الْ ُم ْعتَ َم ُد .الثَّايِن َع َش َر :أ َْر َبعُ و َن َغْي ُر اإْلِ َم ِام بِاإْلِ َم ِام ِعْن َد اإْلِ َم ِام َّ
ِ ِ ِعْن َد َّ ِ ِ
ث َع َش َر : ض ا َ ،وبِ ِه قَ َال عُ َم ُر بْ ُن َعْب د الْ َع ِزي ِز َوطَائَِف ةٌ .الثَّال َ الش افع ِّي أَيْ ً
الرابِ َع َع َش َر : ت َع ْن عُ َم َر بْ ِن َعْب ِد الْ َع ِزي ِز َّ . ٍ ِ ِ
مَخْ ُس و َن عْن َد أَمْح َ َد يِف ِر َوايَ ة َو ُحكيَ ْ
ِ ِ
ص ٍر َ .ولَ َع َّل َه َذا س َع َش َر :مَجْ ٌع َكث ريٌ بِغَرْيِ َح ْ ي .اخْلَ ام َ مَثَ انُو َن َح َك اهُ الْ َم ا ِز ِر ُّ
76
ث ال دَّلِ ِيل قَالَ هُ يِف َفْت ِح الْبَ ا ِري ا هـ حاش ية البج ريمى
ُ َخ َري أ َْر َج ُح َها ِم ْن َحْي
ِ اأْل
. 190 ص2 على اخلطيب الباب شروط صحة الصالة اجلمعة ج
Keterangan yang sama juga terdapat dalam kitab I’anah al-
Thalibin, juz II, hal.57 dan Bughyah al-Mustarsyidin, hal.81).
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumu’at ayat 9)
77
ب بْ ِن يَِزيْ َد َر ِض َى اهللُ َعْن هُ َي ُق ْو ُل اِ َّن اْالَ َذا َن َي ْو َم اجْلُ ْم َع ِة َك ا َن ِ َّ الزه ِرى قَ َال مَسِ عت
َ الس ائ ُ ْ ْ ُّ َع ِن
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َواَىِب بَ ْك ٍر ِ ِ ِ ِ ِاََّولُه ِحنْي جَيْل
َ ِّ س اْال َم ُام َي ْو َم اجْلُ ْم َعة َعلَى الْمْنرَبِ ىِف َع ْهد النَّىِب ُ َ ُ
َوعُ َم ٍر َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َما َفلَ َّما َكا َن ىِف ِخالَفَ ِة عُثْ َم ا َن َر ِض َي اهللُ َعْن هُ َو َكَث ُر ْوا اََم َر عُثْ َم ا ُن َي ْو َم
ك (صحيح البخاري اجلزء ِ ِ َّ ث فَأُذَّ َن بِِه علَى ِ ِاجْل مع ِة بِاْألَ َذ ِان الثَّال
َ ت اْالَ ْمُر َعلَى َذل َ َالز ْو َراء َفثَب َ َ ُْ
)916 رقم315 ص1
Dari al-Zuhri, ia berkata; saya mendengarkan dari Saib bin Yazid ra. Beliau
berkata . sesungguhnya pelaksanaan adzan pada hari jum’at pada masa Rasulullah
Saw, sahabat Abu Bakar dan Umar hanya satu kali, yaitu dilakukan ketika imam
duduk di atas mimbar. Namun ketika masa khalifah utsman dan kaum muslim
semakin banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga.
Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura’ (nama pasar) maka tetaplah
perkara tersebut sampai sekarang. (Shahih al-Bukhari, juz 1 halaman 315
hadits nomor 916)
78
Kesimpulannya adalah bahwa adzan dua kali pada hari jum’at itu
bukan merupakan bid’ah, sebab perbuatan itu memiliki landasan atau dalil
yang kuat dari salah satu sumber hukum Islam, yakni ijma’ para sahabat.
)481 صلَّى َقْب َل اجْلُ ْم َع ِة اَْر َب ًعا َو َب ْع َد َها اَْر َب ًعا(رواه الرتمذى رقم ٍ
َ َُع ْن ِابْ ِن َم ْسعُ ْود كاَ َن ي
79
Ibnu Mas’ud berkata: Bahwasannya Rasulullah Saw. melaksanakan shalat 4
rakaat sebelum shalat jum’at dan 4 rakaat sesudah shalat jum’at. (Sunan al-
Tirmidzi, [481])
Berdasarkan keterangan hadits di atas maka sunnah melaksanakan
shalat qobliyah dan ba’diyah jum’at. Sebagaimana perkataan Imam an-
Nawawi;
ص الَةٌ َوأََقلُّ َها َر ْك َعت اَ ِن َقْبلَ َها ِ ِ
َ تُ َس ُّن َقْبلَ َها َو َب ْع َد َها: يِف ْ ُس نَّة اجْلُ ْم َع ة َب ْع َد َها َو َقْبلَ َها,ٌَف ْرع
)9ص4 َو َر ْك َعتاَ ِن َب ْع َد َها َواْالَ ْك َم ُل اَْربَ ٌع َقْبلَ َها َواَْربَ ٌع َب ْع َدهاَ (اجملموع ج
(Bagian) menerangkan tentang sunnah shalat jum’at, setelah dan
sebelumnya. Sebelum dan setelahnya di sunnahkan melakukan shalat sunnah.
Paling sedikit 2 roka’at, sebelum dan sesudahnya. Dan lebih sempurna, 4 raka’at
sebelum dan sesudahnya. (Al-Majmu’, juz IV, hal.09)
ب اِ ْعتَ َم َد ِ ِ
َ َص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َك ا َن ا َذا َخط
ِ ِ ِ مِح
َ قَ َال الشَّافع ُّي َر َ ُك ُم اهللُ َو َبلَ ْغنَا اَ َّن َر ُس ْو َل اهلل
ِ ِعلَى عصا وقَد قِيل خطَب متع ِّمدا علَى عنـز ٍة وعلَى َقو ٍس و ُك ل َذل
الربِْي ُع ٌ ك ا ْعتِ َم
َّ اد اَ ْخَب ْرنَا َ ُّ َ ْ َ َ َ ََ َ ً َ َُ َ َ َ ْ ْ َ ً َ َ
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه ِ ٍ ٍ ِ ِ ِ ِ َّ قَ َال اَخبرنَا
َ الش افع ُّي قَ َال اَ ْخَب ْرنَا ا ْب َراهْي ُم َع ْن لَْيث َع ْن َعطَ اء اَ َّن َر ُس ْو َل اهلل َْْ
)272 ص1ب َي ْعتَ ِم ُد َعلَى َعنَ َـزتِِه اِ ْعتِ َم ًادا (األم ج ِِ
َ ََو َسلَّ َم كان اَذَا َخط
(Imam Syafi’i ra berkata) mudah-mudahan Allah Swt. memberikan rahmat
kepada beliau, dan telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah Saw.
berkhutbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau
berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-
benda itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Al-Rabi’ mengabarkan dari
imam Syafi’i dari Ibrahim, dari Laits dari ‘Atha’, bahwa Rasulullah Saw. jika
81
berkhutbah beliau memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan tumpuan. (Al-
Umm, juz I, hal.272)
Dari penjelasan tersebut sudah jelas bahwa khutbah sambil
memegang tongkat mempunyai dasar yang kuat, namun masihkah hal ini
diklaim sebagai perbuatan bid’ah?
82
Menterjemahkan Khutbah dengan Bahasa Indonesia
Khutbah merupakan rukun shalat jum’at yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengajak kepada para jama’ah untuk selalu meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. sehingga perlu adanya
pemahaman pada para jama’ah tentang isi yang akan disampaikan.
Bagaimanakah menerjemahkan khutbah dengan bahasa Indonesia selain
rukun khutbah tersebut?
Dalam hal ini terjadi perbedaan pandangan
a. Sebagian ulama’ memandang khutbah jum’at yang disampaikan
dengan bahasa Indonesia (selain bahasa Arab) dianggap tidak
mencukupi keabsahannya karena dinilai sebagai laghwun bahkan
dianggap memutus rukun-rukun khutbah.
b. Ulama’ Syafi’iyah sepakat bahwa diperbolehkan menerjemahkan
selain rukun khutbah, asal tetap pada prinsip mengajak kepada
kebaikan dan tidak keluar dari tujuan khutbah sebagaimana
diterangkan dalam al-Bujairimi, juz I, hal.389.
ِ ِ ِهِن
ص ُل ْ ض ْر ق اَ َل م ر حَمَلُهُ م اَ إِذَا مَلْ يُط ْل ال َف ُ َلَ ْو كاَ َن َما َبنْي َ أ َْركاَ َما بِغَرْيِ الْ َعَربِيَّة مَلْ ي
َال جِب َ ِام ٍع َ َت َبنْي َ اْأل َْرك اَ ِن إِ َذا ط ِ الس ُكو ِ ِ ِ ِ بِغَرْيِ الْ َعربِي ِة وإِالَّ َ إِل
ْ ُّ ض َّر ِ ْخالَل ه ب الْ ُم َواالَة َك َ ََ
ِّ َن َغْي َر الْ َع َريِب ِّ الَ جُيْ ِزىءُ َم َع الْ ُق ْد َر ِة َعلَى الْ َع َريِب َّ ب أِلُ َن َغْي َر الْ َع َريِب ِّ لَ ْغ ٌو الَ حُيْ َس
َّ أ
َّ ت بِ أِ الس ُكو ِ
َن يِف ْ ُّ َ الض َر ِر ُمطْلَ ًقا َويُ ْف َر ُق َبْينَ هُ َو َبنْي َّ س َع َد ُم ُ ََف ُه َو لَ ْغ ٌو سم َوالْقي ا
ف َغرْيِ الْ َع َريِب ِّ فَ ِإ َّن فِْي ِه َو ْعظًا يِف اجْلُ ْملَ ِة
ِ َت إِعراض ا ع ِن اخْل طْب ِة بِالْ ُكلِّي ِة خِبِ ال
َ َ ُ َ ً َ ْ الس ُك ْو
ِ ُّ
)389 ص1 ك َع ْن َك ْونِِه ِم َن اخْلُطْبَ ِة ع ش ( حاشية البجرمي ج ِ
َ فَالَ خَي ُْر ُج بِ َذل
Yakni seandainya antara rukun-rukun khutbah memggunakan selain
bahasa Arab boleh saja, (Imam Ramli berpendapat) selama pemisahan
dengan selain bahasa Arab itu tidak panjang. Jika pemisahan tersebut
83
panjang maka tidak boleh karena dapat merusak ketersambungan
khutbah sama seperti diam dalam waktu yang lama di antara rukun-
rukunnya. Sesungguhnya khutbah selain bahasa Arab itu dianggap
gurauan yang tidak punya nilai, karena khutbah dengan selain bahasa
Arab tidak mencukupi selama ia (khotib) mampu berbahasa Arab.
Menurut hukum qiyas penggunaan selain bahasa arab itu
diperkenankan secara mutlak, dan perbedaan khutbah selain bahasa arab
dengan diam adalah sesungguhnya dalam diam itu menunjukkan
berpaling dari khutbah secara keseluruhan, sedangkan khutbah selain
bahasa arab mengandung nasehat maka tidak keluar dari pengertiannya
sebagai khutbah. (Al-Bujairimi, juz I, hal.389)
84
BAB IX
DZIKIR DAN DO’A
Dzikir
Dzikir artinya mengingat atau menyebut. Dzikir kepada Allah
berarti: mengingat atau menyebut nama Allah Swt.
Dzikir kepada Allah secara berjamaah sudah menjadi kebiasaan umat
Islam khususnya di Indonesia, kalimat-kalimat dzikir banyak sekali,
diantaranya membaca lafadz Allah. Dzikir hukumnya sunnah sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur’an;
ِ ) وسبِّحوه بكْرةً وأ41( يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا اذْ ُكروا اللَّه ِذ ْكرا َكثِيرا
)42( ًَصْيال َ َ ُ ُ ُْ َ َ ًْ ً َ ُ َ َْ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah Swt., zikir
yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (al-
Ahzab:41-42)
85
Dzikir Fida’
Dzikri Fida’ merupakan dzikir penebusan, yaitu menebus
kemerdekaan diri sendiri atau orang lain dari siksaan Allah Swt. dengan
membaca: Laa Ilaha Illallah. sebanyak 71.000 (tujuh puluh satu ribu).
Dengan demikian, dzikir fida’ adalah upaya untuk memohonkan
ampunan kepada Allah Swt. atas dosa-dosa orang yang sudah meninggal.
Diterangkan dalam hadits dari Siti Aisyah:
ِ ِ ِ ِ
ُص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َم ْن ق اَ َل الَإِلهَ االَّاهلل ْ ََع ْن َعائ َشةَ َر ِض َى اهللُ َعْن َها قَال
َ ت ق اَ َل َر ُس ْو ُل اهلل
)1884 (خزينة االسرا.اهلل َعَّز َو َج َّل َو َك َذا َف َعلَهُ لِغَرْيِ ِه ِ اَح َد وسبعِ اَلْ ًفا اِ ْشَترى بِِه ِمن
َ َ َ َ َ َ ْ نْي
Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata; Rasulullah bersabda: barang siapa yang
membaca laa ilaaha illah sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia menebus
(siksaan) dengan bacaan tersebut dari Allah ‘Azza Wajalla dan begitu juga hal ini
bisa dilakukan untuk orang lain. (Khazinah al-Asrar, hal.188)
Adapun dzikir fida’ ini yang selanjutnya disebut dzikir ‘ataqah, oleh
para ulama’ dibagi dua macam yakni ‘ataqah sughra yaitu membaca laa
ilaaha illah sebanyak 70 ribu kali atau 71 ribu kali dan ‘ataqah kubra yaitu
membaca surat al-Ikhlas sebanyak 100 ribu kali. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam kitab Syarh al-Futuhat al-Madaniyah.
ِ ِ ٍ ِ ِ الربِْي ِع اَلْم الَِقي ك اَ َن َع
ُلى َمائ َدة طَ َع ام َوك اَ َن قَ ْد ذَ َك َر الَال هَ االَّ اهلل َ ّ َ َّ ى اَ َّن
َّ َالش ْي َخ اَب ا َ َو ُر ِو
ِ ِ ِ ِ س بعِ اَلْ ف م َّر ٍة وك اَ َن معهم على الْمائِ َد ِة َش
َ اب م ْن اَ ْه ِل الْ َك ْش ف فَحنْي َ َم َّد يَ َدهُ ا
ىل ٌ َ َ َ ْ ََُ َ َ َ َ َ ْ نْي
َّم َواََرى اُِّم ْى ِ مِل ِ ِ َّ ِ ِ َّ
َ الطع اَم بَ َكى َو ْامَتنَ َع م َن الط َع ام َف َق َال لَ هُ احْلَاض ُر ْو َن َ َتْبكى؟ فَق اَ َل اََرى َج َهن
ًت َس ْبعِنْي َ اَلْف ا ِ َّ قَ َال.فِْي َه ا
َ ت ىِف ْ َن ْف ِس ْى اَللَّ ُه َّم ان
ُ َّك َت ْعلَ ُم اَىِّنْ قَ ْد َهلَّْل ُ َف ُق ْل:الربِْي ِع
َّ الش ْي ُخ اَبُ ْو
ت ِم َن ِِ ُّ َّاب ِم َن النَّا ِر َف َق َال الش ِّ َوقَ ْد َج َع ْلُت َها ِعْت َق اُِّم َه َذا الش
ْ َّاب اَحْلَ ْم ُد للّه أ ََرى أ ُِّم ْى قَ ْد َخ َر َج
َّهلِْي ُل هِب َذا ِ النَّا ِر وما اَ ْد ِرى ماَ سبب خرو ِجها وجعل هو يبتَ ِهج واَ َكل م ع اجْل م
ْ َو َه َذا الت.اع ة
َ َ َ َ َ َ َ ُ َْ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ْ ََ
86
ِ ْت ِمائَ ةَ اَل ِ ِ َّ الص ْغرى َكما اَ َّن س ور َة ِ
ف َم َّر ٍة ْ َالص َّمديَّة إِذاَ قُ ِرئ
ْ َت َو َبلَغ َْ ُ َ َ ُّ َالْ َع َدد يُ َس َّمى َعتاَقَ ة
اهـ (شرح الفتوح ات.تُ َس َّمى َعاَت َق ةَ ُكْب َرى َولَ ْو يِف ْ ِس نِنْي َ َع ِديْ َد ٍة فَ اِ َّن الْ ُم َواالََة الَتُ ْش َتَر ُط
)24 املدنية هبامش نصائح العباد ص
Diriwayatkan bahwa syekh Abu al-Robi’ al-Malaqi, berada di jamuan makanan
dan beliau telah berdzikir dengan mengucapkan Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali. Di
jamuan tersebut terdapat seorang pemuda ahli kasyaf. Ketika pemuda itu akan
mengambil makanan tiba-tiba ia mengurungkan mengambil makanan itu, lalu ia
ditanya oleh para hadirin mengapa kamu menangis? ia menjawab, saya melihat
neraka jahanam dan melihat ibu saya di dalamnya. Kata syekh Abu al-Rafi’, saya
berkata di dalam hati, “Ya Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa saya telah
berdzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dan saya mempergunakannya untuk
membebaskan ibu pemuda ini dari neraka”. Setelah itu pemuda tersebut berkata,
“Alhamdulillah, sekarang saya melihat ibu saya telah keluar dari neraka, namun
saya tidak tahu apa sebabnya”. Pemuda itu merasa senang dan kemudian makan
bersama dengan para hadirin. Dzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dinamakan
ataqoh sughroh (pembebasan kecil dari neraka), sedangkan surat al-Ikhlas jika
dibaca 100 ribu kali dinamakan ataqoh kubro (pembebasan besar dari neraka)
walaupun waktu membacanya beberapa tahun, karena tidak disyaratkan berturut-
turut. (Syarah al-Futukhat al-Madaniyah Bihamisyi Nasha’ih al-Ibad,
hal.22)
Tahlil
Tahlil berasal dari kata ً ُي َهلِّ ُل – َت ْهلِ ْيال- َهلَّ َلyang berarti membaca
kalimat الاله اال اهلل. Sedangkan tahlil menurut pengertian yang berkembang
di masyarakat adalah membaca kalimat thayyibah (shalawat, tahlil,
istighfar, fatihah, surat ikhlas, mu’awwidzatain, dan lain-lain) yang
pahalanya ditujukan kepada arwah keluarga yang bersangkutan.
87
ِ َوالَّ ِذين ج اءو ِمن بع ِد ِهم ي ُقولُو َن ربَّنَا ا ْغ ِف ر لَنَا وإِلِ خوانِنَا الَّ ِذين س ب ُقونَا بِاْ ِإلمْي
ان َوالَ جَتْ َع ْل ْ ََ َْ َْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ ْ ُْ َ َ ْ َ
)10( ف َّر ِحْي ٌم ِ
ٌ َّك َر ُؤ ْو َ يِف ْ ُقلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِّلَّذيْ َن َآمُن ْوا َربَّنَا إِن
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, Sesungguh
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". QS. Al-Hasyr ayat 10
ث َيْنتَ ِظُر َد ْع َو ًةِ اهلل صلََّى اهلل علَي ِه و سلَّم ماَ الْميِّت ىِف َق ِ ِه إِالَّ كاَلْغَ ِري ِق الْمَتغَ ِّو ِ قاَ َل رسو ُل
َ ْ َ ُ رْب َ َ َ َْ ُ َ ُْ َ
ب إِلَْي ِه ِم َن ال ُّدنْياَ َو َما فِْي َها َوإِ َّن ِ ِ ِ َخي ِه أَو
َ ص ديْ ِق لَ هُ فَ إ َذا حَل َقْت هُ ك اَ َن أ
ُّ َح ِ ِ ِ
َ ْ ْ َت ْل َح ُق هُ م ْن أَبِْي ه أ َْو أ
ِ ه َداياَ اْألَحياَِء لِأْل َمو
ات اَلدُّعاَءُ َواْ ِال ْستِ ْغفاَُر َْ ْ َ
Rasulullah Saw. Bersabda: tiada seorang pun dari mayit dalam kuburnya kecuali
dalam keadaan seperti orang tenggelam yang banyak meminta tolong, dia menanti
doa dari ayah dan saudara atau seorang teman yang ditemuinya, apabila ia telah
menemukan doa tersebut, maka doa itu menjadi sesuatu yang lebih dicintai dari
pada dunia dan seisinya, dan apabila orang yang masih hidup ingin memberikan
hadiah kepada orang yang sudah meninggal dunia adalah dengan doa dan
istighfar’. (Ihya’ Ulum al-Din, Juz IV, hal.476)
88
Dengan demikian tahlil yang berisi doa, istighfar, bacaan al-Qur’an,
tasbih, bacaan Laa Ilaha Ilallah dan kalimat thoyyibah lainnya merupakan
hadiah dari orang yang masih hidup kepada orang yang telah mati.
Do’a
Berdo’a atau memohon kepada Allah Swt. merupakan inti ibadah
bagi umat Islam dengan tidak memandang derajat dan pangkat. Semuanya
diperintahkan supaya memperbanyak berdo’a kepada Allah, memohon
ampunan, memohon keselamatan dunia akhirat, kesehatan jasmani dan
rohani, dll.
Orang yang berdo’a seolah-olah munajat (berbicara), berbisik dengan
Allah SWT., dengan memakai bahasa yang sopan, yang merendah. Orang
yang tidak mau berdo’a adalah orang-orang yang sombong, yang
menganggap dirinya lebih tinggi, lebih pandai, lebih mampu, bahkan lebih
kaya dari Allah Swt. Kedudukan do’a adalah sangat tinggi dalam ibadah.
Karena itu berdo’a dengan khusyu’ dan tawadhu’ sangat dianjurkan oleh
agama.
89
)55( ب الْ ُم ْعتَ ِديْ َن
ُّ ِضُّر ًعا َو ُخ ْفيَةً إِنَّهُ الَ حُي
َ َاُْدعُواْ َربَّ ُك ْم ت
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas[549]. (QS. al-A’rof: 55)
[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
Do’a merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah Swt. Orang
yang enggan berdo’a maka termasuk orang-orang yang sombong. Berdo’a
kepada Allah mempunyai kode etik atau tata krama, salah satunya adalah
dengan mengangkat kedua tangan lalu mengusapkannya pada wajah
ketika selesai seperti yang telah disyari’atkan Nabi.
90
a. Tidak boleh, karena do’anya non muslim tidak diterima serta
dilarangnya tawasul dengan mereka. Diambil dari keterangan
Kitab Hasyiyah al-Jamal:
ِِ ِ ٍ ِ ِ ِْ
ُلى ال دُّعاَء الْك اَف ِر ِالَنَّهُ َغْي ُر َم ْقُب ْول ل َق ْول ه َت َع اىَل َوم اَ ُد َع اء
َ الَجَيُ ْو ُز اَلتَّأمنْي ُ َع
)119 ص2ضالَ ٍل (حاشية اجلمل ج ِ ِ
َ ْ اْلكاَف ِريْ َن االَّ ىِف
Dan tidak boleh mengamini do’a orang kafir karena do’anya tidak
diterima sesuai dengan firman Allah Swt. dan do’a (ibadah) orang-
orang kafir itu, hanya sia-sia belaka. (Hasyiyah al-Jamal, Juz II, hal.
119)
91
b. Makruh, jika perkumpulan tersebut berada di dalam
musholla/masjid apalagi berbaurnya tersebut dilandasi hanya
sekedar berkumpul tanpa ada tujuan yang positif.
ِ ِ ِ ِّ ( والَ خَي ْتَلِطُ و َن ) أَه ل
َ الذ َّمة َوالَ َغْي ُر ُه ْم م ْن َس ائ ِر الْ ُكفَّا ِر ( بِن اَ ) يِف ْ ُم
َص الَّنا ُ ْ ْ َ
ِك ب ل يتَمَّيزو َن عن اَّ يِف مك اَ ٍن أِل َنَّهم أ َْع َداء اهلل ِوالَ ِعْن َد اخْل رو ِج أَي ي ْك ره ذل
ُ ُْ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ُ ْ ْ ُُ َ
ِ
)323 ص1 ج.اب بِ ُك ْف ِره ْم َفيُصْيبَناَ (مغىن احملتاج ِ ِهِب
ٌ َت َعاىَل إِ ْذ قَ ْد حَيُ ُّل ْم َع َذ
Orang kafir, baik dzimmi maupun orang kafir selain dzimi, itu tidak
diperbolehkan menjadi satu majlis peribadatan kita, demikian halnya
ketika kita keluar. Percampuran tersebut makruh, dan mereka harus
berbeda dengan kita umat islam ketika berada dalam suatu tempat. Hal
ini karena mereka musuh-musuh Allah Swt. yang suatu saat mereka
akan ditimpa suatu adzab dengan kekufuran mereka itu dan adzab
tersebut akan mengenai kita pula. (Mughni al-Muhtaj, juz I, hal.323)
ُب َوأ ََّما الْ ُم َخالَطَ ةِ َي الْم َحبَّةُ والْمْي ل بِ الْ َق ْل ِِ
ُ َ َ َ ْ ( حَتْ ُر ُم َم َو َّدةُ الْ َك افر ) أ: َُق ْولُ ه
ِ
)291 ص4 (البجريمي على اخلطيب ج.ٌوهة َ الظَّاه ِريَّةُ فَ َمكُْر
Haram mencintai orang kafir yakni adanya rasa suka dan
kecenderungan hati kepadanya. Sedangkan sekedar bergaul secara lahir
saja maka hukumnya makruh. (Al-Bujairami ‘ala al-Khatib, juz IV,
hal.291)
92
Menurut salah satu pendapat: Boleh mengamini do’a orang kafir,
bahkan sunnah jika ia berdo’a agar dirinya mendapatkan hidayah dan
kita mendapatkan pertolongan. (Tuhfah Al-Muhtaj Fii Syarhi al-
Minhaj bab shalat istisqo’ juz 3 hal. 553)
ِ ِ ِ
ِ الدنْياَ حِب َس
َ ب الظَّاه ِر َوذل
ك َغْي ُر مَمُْن ْو ٍع َ َ ََوثاَنِْي َها (اَلْ ُم َخالطَةُ) اَلْ ُمب
ُّ اشَرةُ بِاجْلَ ِمْي ِل ىِف
)94 ص1 (تفسري املنري ج
Yang kedua, tidak dilarang untuk bergaul (dengan orang-orang kafir)
dengan pergaulan yang baik di dunia. (Tafsir Munir Lin Nawawi, juz
I, hal.94)
93
tidak bisa langsung ke Allah, maka kita mohon dengan perantaraan
kekasih-Nya, para nabi, para syuhada’ dan orang-orang shaleh.
Sebagian orang mengatakan bahwa berdo’a dengan tawassul adalah
syirik, serupa menyembah atau meminta kepada selain Allah, seperti yang
telah dilakukan oleh banyak golongan yang meng-klaim, mengkafirkan
umat Islam yang bertawassul ketika berdo’a. Sebenarnya bagaimanakah
hukum tawassul ketika berdo’a, apakah ada dalil atau dasarnya?
Tawassul kepada Nabi, para sahabat dan orang-orang shaleh adalah
merupakan salah satu cara atau perantara ketika berdo’a agar cepat
diijabahi atau dikabulkan oleh Allah Swt.
Hukum tawasul adalah boleh bahkan di sunnahkan, karena para
sahabat Nabi juga melakukan doa dengan tawassul, sebagaimana
keterangan di bawah ini:
( اه ُدواْ يِف َس بِْيلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح و َن
ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آمن واْ َّات ُق واْ اللَّه وابتغُ واْ إِلَي ِه الْو ِس يلَةَ وج
ََ ْ َ ْ َْ َ َ َُ َ ْ َ َ
)35
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan. (Q.S. al-Maidah: 35)
ِ
ْاس َت ْغ َفُروا ُ اع بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه َولَ ْو أَن َُّه ْم إِ ْذ ظَّلَ ُمواْ أَْن ُف َس ُه ْم َج
ْ َآؤ ْو َك ف
ِ
َ ََو َما أ َْر َس ْلنَا م ْن َّر ُس ْو ٍل إِالَّ ليُط
)64( الر ُس ْو ُل لََو َج ُدواْ اللَّهَ َت َّوابًا َّر ِحْي ًما ْ اللَّهَ َو
َّ اسَت ْغ َفَر هَلُ ُم
Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya, datang
kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang. (Q.S. al-Nisa’: 64)
Para sahabat Nabi juga melakukan tawassul ketika berdo’a, berikut
ini dalil-dalil yang menerangkannya:
94
ص َّح ِ ِّاط الْمستَ ِقي ِم والََفر َق ب احْل ي والْمي ِ ِّ قاَ َل اِبن َتي ِميَّ ِة يِف
َ ض ُه ْم َف َق ْد ُ ت َكماَ َز َع َم َب ْع َ َ ِّ َ َ الصَر ُ ْ ْ َ ْ َنْي ْ ُْ
صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َب ْع َد َم ْوتِ ِه ِِ ِ ِ ِ َّ ض ِ َع ْن َب ْع
َ ض الْ ُم ْحتاَجنْي َ أَ ْن َيَت َو َّسلُ ْوا به
ُ الصحاَبَة اَنَّهُ اُمَر َب ْع
. ُّ ت حاَ َجتُهُ َك َما ذَ َكَرهُ الطَّْبَراىِن ِ يِف ِخالَفَ ِة عثْما َن ر ِضي اهلل عْنه َفَتو َّسل بِِه َف ُق
ْ َضي َ َ َُُ َ َ َُ ْ
Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Shirat al-Mustaqim: Tak ada
perbedaan antara orang yang masih hidup dengan orang yang sudah mati, seperti
yang diasumsikan sebagian orang. Sebuah hadits sahih menegaskan: Telah
diperintahkan kepada orang-orang yang memiliki hajat di masa khalifah Utsman
untuk bertawassul kepada Nabi setelah beliau wafat. Kemudian, mereka
bertawassul kepada Nabi, dan hajat mereka pun terkabul. Demikian diriwayatkan
oleh ath-Thabrany. (Al-Kawakib al-Durriyah juz 2 halaman 6)
95
Orang yang melakukan tawassul kepada orang yang shalih atau
dengan seorang rasul itu bukan berarti menyembahnya akan tetapi untuk
meminta bantuan (sebagai perantara) kepada Allah melalui kekasih-Nya.
Dengan demikian tawassul dalam berdo’a membantu cepat terkabulnya
do’a dan tidak bertentangan dengan syara’.
96
BAB X
KESAHIHAN DALIL
BUDAYA SELAMETAN 1-7 HARI, 40 HARI, 100 HARI, DAN HAUL
BAGI ORANG YANG TELAH MENINGGAL
ِ ٍ ٍ ِِ
:ص ْوتـَهُ َفَي ُق ْو ُلَ َكا َن النَّبِ ُّـى يَُـز ْو ُر ُش َه َداءَ اُ ُحد يِف ْ ُك ِّل َح ْول َوا َذا َبلَ َغ َرفَ َع:َع ِن اْ َلواقدى قَ َال
ِ
َ مُثَّ اَبُ ْو بَ ْك ٍر يَـ ْف َع ُل ِمثْ َل ٰذل. صَب ْرتـُ ْم فَـنِ ْع َم عُ ْقىَب الدَّا ِر
ك مُثَّ عُ َم ُر مُثَّ عُثْ َم ا ُن َ َسالَ ٌم َعلَْي ُك ْم ِب َـما
)(رواه البيهقى
Al-Waqidy berkata: “Nabi Muhammad Saw. berziarah ke makam syuhada’ uhud
pada setiap tahun, apabila telah sampai di makam syuhada’ uhud beliau
mengeraskan suaranya seraya berdo’a: keselamatan bagimu wahai ahli uhud
dengan kesabaran-kesabaran yang telah kalian perbuat, sungguh ahirat adalah
tempat yang paling nikmat/sebaik-baik rumah peristirahatan. Kemudian Abu
97
Bakar pun melakukannya pada setiap tahun begitu juga Umar dan Utsman. HR.
Baihaqi. (Mukhtashar Ibnu Katsir, Juz 2 hal. 279)
Sedangkan selametan pada hari ke 1 sampai hari ke 7 setelah
kematian adalah tradisi orang jawa kalau ada keluarga yang meninggal,
tradisi atau budaya selametan tidaklah bertentangan dengan syara’, budaya
tersebut berdasarkan pada hadits di bawah ini;
ِ
َ إِ َّن الْ َم ْوتَى يُ ْفَتُن ْو َن ىِف ُقُب ْو ِره ْم َس ْبعاً فَ َك انُ ْوا يُ ْس تَ َحُّب ْو َن أَ ْن يُطْعِ ُم ْوا َعْن ُه ْم تِْل:س
ك ُ قَ َال طاَُو
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َر ُجالَن ُم ْؤم ٌن َو ُمناَف ٌق فَأ ََّما الْ ُم ْؤم ُن َفُي ْفنَتُ أَربَعنْي:ىل أَ ْن قَ َال َع ْن عَُبْيد ابْ ِن عُ َمرْيٍ قَ َال َ اْألَياََّم إ
)178 جز الثاين ص، ( احلوى إىل فتوى للسيوطي.ًصبَاحا َ
Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan memperoleh ujian dari Allah Swt.
dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup)
mengadakan sebuah jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut.
(Sampai kata-kata) Dari sahabat Ubaid Ibn Umair, dia berkata: Seorang mukmin
dan seorang munafik sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang
mukmin akan beroleh ujian selama 7 hari, sedang seorang munafik selama 40 hari
di waktu pagi. (Al-Haway Ilaa Fatawa Lii al-Suyuty, juz 2 hal 178)
98
Syaikhul Islam Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibn Abdul
Halim (yang lebih populer dengan julukan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dari madzhab Hambali) dalam kitab Majmu’ al-Fatawa:
juz 24 halaman 314-315, menjelaskan sebagai berikut ini:
ِ ِ ِ ت فَِـانَّه يْنـتَ ِـفع هِب ا بِاتِّـ َف
ك َع ِن َ ت بِ ٰذل ْ َوقَ ْد َو َر َد. َ اق الْ ُم ْس ل ِمنْي َ ُ َُ
ِ ِّالص َدقَةُ ع ِن الْمي
َ َ َّ اََّما
اهلل اِ َّن
ِ ث ص ِحيحةٌ ِمثْ ل َق و ِل س ع ٍد ( يا رس و َل
ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ُْعلَْي ه َو َس لَّ َم اَ َحا دي
ِ ِ النَّيِب ص لَّى اهلل
َ َ ِّ
ِ
َّق َعْن َها ؟َ ـصدَ َت َف َه ْل َيْنـ َفـعُ َها اَ ْن اَت ْ َص َّدق
َ َت ت ْ ت َن ْف ُس َها َواََر َاها لَ ْو تَـ َكلَّ َمْ َاُِّم ْي اُفْتـُلتـ
ِ ِ ْ ُك يـْنـ َفـعه احْل ُّج عْن ه واْال ِٰ
ُُّعاءَ ض حيَةُ َعْن هُ َوالْعْت ُق َعْن هُ َوال د َ ُ َ َ ُ ُ َ َ َو َك ذل, ـع ْم َ َ ن:َف َق َال
. َواْ ِال ْستِـْغ َف ُار لَهُ بِالَ نِزاَ ٍع َبنْي َ اْألَئِ َّم ِة
99
2.Menurut Imam Nawawi
Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab
Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi di dalam
kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, Juz 5 hal. 258 menegaskan;
.لى اْمل َق ابِ ِر َويَ ْدعُ ْو لِ َم ْن َي ُز ْو ُرهُ َوجِلَ ِمْي ِع اَ ْه ِل اْمل ْقَب َر ِة
َ ب لِ َّلزائِ ِر اَ ْن يُ َس لِّ َم َع
ُّ َويُ ْـسـتَ َح
َ ِ ِ َ
ب اَ ْن َي ْق َرأَ ِم َن ُّ ـح
َ َت م َن اْحلَديْث َويُ ْسـت
ِ الس الَم والدُّعاء مِب َا ثَبـ
َ َ ُ َ َ ُ َّ ض ُل اَ ْن يَ ُك ْو َن َ َْواْالَف
ِ ِ ِ َّ ص علَي ِه ِ ِ
.ابُ ص َح ْ َالش افع ُّى َو َّات َف َق َعلَْي ه اْال ْ َ َّ َاْل ُق ْرأٰن َما َتيَ َّس َر َويَ ْدعُ ْو هَلُ ْم َعقَب َها َون
)258 ص5 (اجملموع جز
“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas
(penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan
kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna
dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau
diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca
al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya,
keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah
disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.
100
3. Menurut Imam Ibnu Qudamah
Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab
Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam
Ahmad bin Hanbal dalam kitab karyanya al-Mughny juz 2 hal. 566.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ والَ ب أ:قَ َال
تم
ُ اذاَ َد َخ ْل:ي َع ْن اَمْح َ َد اَنَّـهُ قَ َال َ َوقَ ْد ُر ِو. س ب الْقرَاءَة عْن َد اْل َقرْب َ َ َ
ِ ِ الْم َق ابِر اِ ْقر ُئ وا اَيـةَ اْل ُكـ
ْ َث ِم َرا ٍر َوقُ ْل ُه َو اهلل ُاَ َح ٌد مُثَّ قُ ْل اَللَّ ُه َّم ا َّن ف
ُض لَه َ َرس ِّى ثَال ْ َ ْ َ َ َ
. ِأل َْه ِل الْ َم َقابِ ِر
Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca
(ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini
telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau
berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi
dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah
dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli
kubur.
102
Artinya: “Ulama’ berbeda pendapat dalam masalah sampainya pahala
bacaan al-Qur’an kepada mayit, maka menurut pendapat yang masyhur
dari madzhab syafi’i dan golongan ulama’ menyatakan tidak bisa sampai
kepada mayit, dan Allah lah yang lebih mengetahui.
103
َّ َ ن.ُت َويَ ْسـتَـ ْغ ِفُر لَه
ـص ِ ِّث على اْل َق ِ بع َد ال ّدَفْ ِن ساعـةً ي ْدعو لِْلمي
َ ُْ َ َ َ ْ َ ب اَ ْن يَ ْـم ُك َ َ َ رْب ُّ ـح
َ َيُ ْـسـت
ب اَ ْن يَـ ْقَرأَ ِعْن َدهُ َش ْي ٌئ ِم َن ِ ِ ِ َّ َعلَي ِه ا
ُّ ـح
َ َ يُ ْـسـت:الوا
ُ َاب ق
ُ ص َح ْ َلش افع ُّى َو َّات َف َق َعلَْي ه اَال َْ
ِ
.258 ص5 جز: اجملموع. ض ُل َ ْاْل ُق ْرأ َِن َوا ْن َختَ ُم ْوا َاْل ُق ْرأَ َن َكا َن اَف
Artinya; “Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah
menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan
kepadanya”. Pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-
pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan: “Sunnah
dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan
lebih utama jika sampai menghatamkan al-Qur’an”.
ِ ت وي ِ
ص لُهُ َث َوبُ َها َ َ ِّلى اَن ََّها َت َق ُع َع ِن اْملَي َ َ ى اَ ِالمْج
َ اع َع ُّ كى اَلن ََّو ِو
َ َوقَ ْد َح:ُـدقَة َ لص َّ َا
ـى ِ ِ ِ ِِ ِ ٍ ِ َس واء َك ان
ْ ـما َر َواهُ اَمْح َ ُد َو ُم ْس ل ٌم َو َغْيُرمُهَا َع ْن اَب َ ل. ت م ْن َولَ د أ َْو م ْن َغرْي ه ْ ٌََ
ِ ِ ِ
ُص َف َه ْل يُ َكفِّـْر َعْن ه َ ا َّن أَبِ ْـي َم: ْ ا َّن َر ُجالً قَ َال للنَّـىِب:ُهَر ْيَر َة
ِ ات َو َت َر َك َمـاالً َومَلْ يُ ْو
. نَ َـع ْـم, َّق َعْنهُ ؟ قَ َال النَّـِ ْىب
َ صد َ َاَ ْن اَتـ
Sedekah (shadaqah) itu dapat diambil manfaatnya oleh mayit dan
pahalanya pun sampai kepadanya, baik sedekah dari anaknya (keluarga)
maupun selain anak (orang lain), dan ini sudah menjadi kesepakatan
Ulama’, karena hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam
Muslim dan lainnya. Dari Abi Hurairah ra.: Seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi Saw.: Bapak saya telah meninggal, dia meninggalkan harta
dan tidak meninggalkan wasiat. Apakah dapat menebus dosanya jika aku
106
bersedekah sebagai gantinya?. Nabi menjawab: Ya, bisa. (Kitab
Peringatan Haul hal. 23-26)
107
BAB XI
WAKAF DAN MASJID
ًس َم ِال َعنْي ٍ قَابِ ٍل لِ َّلن ْق ِل مُيْ ِك ُن ااْلِ نْتِ َفاعُ بِِه َم َع َب َق ِاء َعْينِ ِه َت َقُّرب ا
ُ س َو َش ْر ًعا َحْب
ُ ف لُغَةً اَحْلَْبُ َاَلْ َوق
ِ اِىَل
.اهلل
Wakaf secara bahasa mempunyai arti menahan. Sedangkan menurut
istilah adalah menahan bentuk harta yang dapat dipindah, diambil
manfaatnya serta tetap bentuk barangnya yang dikerjakan karena Allah
Swt.
Barang waqaf haruslah dimanfaatkan sesuai dengan keinginan waqif
(orang yang mewaqafkan), namun terkadang terjadi kebingungan dalam
mengelola barang waqafan yang sudah rusak atau kurang memberikan
manfaat.
Para ulama’ berbeda pendapat mengenai hukum barang wakaf,
apakah barang wakaf boleh dijual karena sebab-sebab tertentu dan
kemudian hasil penjualan itu dibelanjakan dengan barang lain?
Dalam masalah ini ada tiga pendapat:
a. Menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i: Barang wakaf tidak boleh
dijual.
b. Menurut Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Abu Hanifah: Boleh
menjual barang wakaf dan kemudian membelanjakan hasil dari
penjualannya dengan barang yang semisal atau barang lain yang
lebih bermanfaat.
c. Menurut Imam Muhammad: Barang wakaf tersebut dikembalikan
kepada pemiliknya yang pertama.
Diterangkan dalam kitab Rahmat al-Ummah fi Ikhtilaaf al-Ummah,
hal 186 dan dalam kitab Jawahir al-‘Uqud juz 1 hal.254.
108
ِ ِك الْواق ِ ِ ِ
ْ اخَتلَ ُف ْوا يِف
ْ َّ مُث.ف َ ف مَلْ َيعُ ْد إىَل م ْل ُ ْب الْ َوق َ َو َّات َف ُق ْوا َعلَى أَنَّهُ إِ َذا َخ ِر:ص ٌل
ْ َف
َيْب َقى:الش افِعِ ُّي
َّ ك َو ٌ ِ َف َق َال َمال. َوإِ ْن ك اَ َن َم ْس ِج ًدا،ف مَثَنِ ِه يِف ْ ِمثْلِ ِه
ِ وص ر،ج وا ِز بيعِ ِه
ْ َ َ َْ َ َ
ِ ِ ِِ
ْ ك يِفَ َو َك ذل.ف مَثَنِ ِه يِف ْ ِمثْل ِه ُ ص ْرَ جَيُ ْو ُز َبْيعُ هُ َو: َوق اَ َل أَمْح َ ُد.َُعلَى حاَل ه فَالَ يُب اَع
ِ ِ ٌّ َ ولَيس ِعْن َد أَيِب حنِي َفةَ ن.الْمس ِج ِد إِ َذا كاَ َن الَ يرجى عوده
ُف ص اَحبَاه َ َاخَتل
ْ ص فْي َها َو َْ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُْ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ
(جواهر العقود ج. َيعُ ْو ُد إىَل ماَلك ه اْالََّول: َوقَ َال حُمَ َّم ُد.ُ الَ يُب اَع:ف َ َف َق َال أَبُ ْو يُ ْو ُس
)254 ص1
Diterangkan dalam kitab Ahkamul Fuqaha’, juz 2 hal 74;
ُخَرى الَّىِت ِه َي ِ ِ ِِ ِ
ْ ض الْ َم ْو ُق ْوفَ ة َعلَى الْ َم ْس جد أَن يَ ْس تَْبد َل هَلَا بِ أ
ِ َه ل جَي وز لِن
ِ اظ ِر اْأل َْر ُْ ُ ْ َ
ض الْ َم ْو ُق ْوفَ ِة َوجَيُ ْو ُز ِعْن َدِ حَيْ ُر ُم إِ ْس تِْب َد ُال اْأل َْر:أَ ْكَث ُر َمْن َف َع ٍة ِم َن اْأل ُْوىَل أ َْوالَ؟ اجلواب
ِِ
)74 ص2 ت أَ ْكَثَر َن ْف ًعا إه ـ (احكام الفقهاء ج ْ َاحْلَنَفيَّة إِ ْن َكان
Artinya: Bolehkah bagi pengelola tanah waqafan untuk masjid, menukar
tanah tersebut dengan tanah lain yang lebih banyak manfa’atnya? Jawab
“Haram menukar barang atau tanah waqaf. Dan menurut madzhab
hanafiyah boleh menjualnya jika lebih banyak manfa’atnya”.
109
ف َج ائٌِز َولَ هُ ثَاَل ثَ ةُ ُش ُر ْو ٍط اَ َح ُد َها اَ ْن
ُ ُّْس ِخ اَلْ َوق
َ ض الن َ ِف َج ائٌِز بِثَاَل ثَ ِة َش َرائ
ِ ط َوىِف َب ْع ُ َْوالْ َوق
) 42 ص2 ف مِم َّا يُْنَت َف ُع بِِه َم َع َب َق ِاء َعْينِ ِه (فتح القريب هامش الباجورى ج ُ يَ ُك ْو َن الْ َم ْو ُق ْو
ِ ِّ ِ اب ِمن َغ ِ َك اِل َ ْج ِل ااْلِ ْحتِي ِ
ص َدقَةً َف َق ْط (اعانة الطالبني ج َ الص ْيغَة َك ا َن اج اَ ِو الث ََّو ِ ْ رْي َ ََوا ْن َمل
)144 ص3
ص ْرفِ َها فَاَل َيْب َقى ِ والْمراد بِالْم ِال الْمعِّينَ ِة بِ َش ر ِطها االَّتِى َغي ر الدَّر ِاه ِم و َّ ِ اِل
َ ِالدنَانرْيِ َن ََّها َتْن َع د ُم ب َ َ ُْ ْ َ ْ َ ُ َ ُ َُ َ
) 157 ص3 هَلَا َعنْيٌ َم ْو ُج ْو َدةٌ ( اعانة الطالبني ج
Kewenangan Takmir
Takmir adalah orang yang mengabdikan dirinya untuk merawat
masjid dan melayani kebutuhan orang yang ada kaitannya dengan fasilitas
masjid demi kenyamanan para jama’ah dalam melaksanakan ibadah,
sehingga dibutuhkan tenaga takmir secara rutin untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam masjid, maka dari itu sudah
layak kalau takmir masjid mendapatkan bisyarah dari kinerjanya tersebut.
Bagaimana hukum takmir masjid yang mengeluarkan uang masjid untuk
kepentingan bisyarah ta’mir atau nadhir?
Jawaban permasalahan ini ditafsil sebagai berikut:
a. Tidak boleh, jika tidak mendapat izin dari hakim atau
masyarakat.
ِ َّاظ ِر أَ ْن يست ِق َّل بِأ ِ واَلَّ ِذي يظْهر أَنَّه اَل جَي
َُخذ ما ُش ِر َط لَه
ْ َ ْ َ ِ وز للن ُ ُ ُ َُ َ َ
) 278 ص3 ( الفتوى الكربى الفقهية ج
b. Boleh, jika jumlahnya di bawah upah minimum/shadaqah.
110
ك ِم ْن َغرْيِ احْلَ اكِ ِم ( َق ْولُ هُ اَاْلِ ْس تِ ْقاَل ُل ِ
َ الص باَ ِغ بِاَنَّهُ اَاْلِ ْس تِ ْقاَل ُل بِ َذال
َّ ىت ابْ ُن
َ َْواَف
ص3 َخ ِذ ااْل َقَ ِّل ِم ْن َن َف َق ٍة َواُ ْج َر ِة ِمثْلِ ِه ( اعانة الط البني ج ْ ك ) اَ ْى بِأ
ِ
َ بِ َذال
)186
Uang Masjid Untuk Bisyarah Khatib Shalat Jum’at
Bagaimana hukum membelanjakan uang dari kotak amal jariyah
masjid untuk kebutuhan finansial, (misal, untuk bisyaroh khatib).
Boleh mengalokasikan sebagian hasil kotak amal jariyah masjid
untuk orang yang berkhotbah (khatib) yang bersangkutan, karena hal ini
termasuk membelanjakan untuk kepentingan masjid, seperti membeli
lampu, membayar biaya listrik, pengeras suara, dan lain sebagainya.
ِ ََّظ ِر يِف أَم ِر اأْل َوق
اف َوأ َْم َو ِال ِ ِ ِ ِ ِ لَي: ) ي: ٌ(مس أَلَة
ْ ْ ْ س للنَّاظ ِر الْ َع ام َو ُه َو الْ َقاض ُّي أَ ِو اْل َوايِل ُّ الن َ ْ َْ
هِت
َّاس َويُْب ِذلُْونَ هُ لِعِماََر َا ٍِ ِ ِ اج ِد م ع وج و ِد الن
ِ الْمس
ِّ ََّاظ ِر اخْل
ُ فَحْينَئ ذ فَ َما جَيْ َمعُ هُ الن، اص الْ ُمتَأ َِّه ِل ُْ ُ َ َ ََ
ِ اعي يِف الْعِم ار ِة بِِإ ْذ ِن الن
َّاظ ِر ِ الس ِ
َّ َّاظ ِر أ َْو َوكِْيل ِه َك ِ ِ
ِ بِنَح ِو نَ َذ ٍر أَو هب ٍة وص َدقٍَة م ْقبو ِض بِي د الن
ََ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ نْي ْ
ِ ِ ِ ويَت وىَّل الن، مَيْلِ ُك ه الْمس ج ُد
(بغية، َّاظُر اَلْعِ َم َارةَ بِاهْلَ ْدِم َوالْبِنَ اء َو ِش َراء اْآللَ ِة َواْ ِال ْس تِْئ َجا ِر ِ
َ َُ َْ ُ
) 65 املسرتشدين ص
Menghiasi Masjid
Seringkali kita menemukan hiasan-hiasan di dinding masjid seperti
hiasan yang berbentuk kaligrafi yang sengaja dibuat atau ditempel untuk
menghias dan menambah keindahan masjid, akan tetapi sangat
disayangkan terkadang dalam kondisi shalat mata kita tanpa sengaja
terpesona melihat hiasan tersebut sehingga membuat konsentrasi pikiran
dan kekhusyukan hati menjadi terganggu. Dari fenomena tersebut,
bagaimanakah hukum menghiasi masjid?
a. Makruh, apabila hiasan tersebut dapat mengganggu kekhusyukan
orang yang shalat.
111
b. Boleh, apabila hiasan tersebut tidak mengganggu kekhusyukan
orang yang shalat. Keterangan kitab al-Majmu’ juz 3 hal. 180:
ِ ِ أِل ِ ِ ِ ِِ
َ َويُكَْرهُ ُز ْخ ِرقَةُ الْ َم ْسجد َونَ ْق ُشهُ َوتَ ِز ْينُهُ لاْل َح اَديْث الْ َم ْش ُه ْو َرة َو َنَّهُ الَتَ ْش تَغ ُل َقْل
ب
) 180 ص3 َّاس اهـ ( اجملموع شرح املهذب جز ُ صلِّى اَلن َ الْ ُم
Menghiasi masjid hukumnya makruh, karena bisa mengganggu
ketenangan orang shalat. (al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, juz III, hal.
180)
ف َك الت َّْم ِر الَ اِ ْن َك ا َن ِ واَلتَّض يُّف ىِف الْمس ِج ِد الْباَِدي ِة ي ُك و ُن بِاِطْع اَِم الطَّع ِام الن
ِ َّاش
َ ْ َ َ َْ ُ َ
ِ ِ ِ ِ
ب ُ ت اْ ِالنَ اء حِب َْي
ُ ث َي ْغل َ ُْم َق ِّذ ًرا َك الطَّْب ِح َوالبِطِّْي ِح َواالَّ َح ُر َم االَّ بِنَ ْح ِو ُس ْفَر ٍة جُتْ َع ُل حَت
ِ اهر اَنَّه ي ُق وم م َق ام الن
ِ َّاش ِ ِ َّ علَى الظَّ ِّن ع َدم
ف (فت اوى العالمة الش يخ َ َ ُ ْ َ ُ ُ َّالت ْق ذيْ ِر فَالظ ُ َ َ
) حسني ابراهيم املقري ىف فصل أحكام املساجد
Penjamuan dalam masjid di pedesaan dengan menyuguhkan makanan
kering seperti kurma hukumnya boleh, dan diharamkan jika bisa mengotori
112
masjid seperti makanan basah semisal semangka, kecuali jika menggunakan
alas (bejana) yang sekiranya kuat dugaan tidak akan mengotori masjid.
Dalam hal ini sama dengan makanan yang kering (hukumnya boleh).
(Fatawi al-Allamah al-Syaikh Husain Ibrahim al-Muqarri dalam Fasal
Ahkami al-Masajidi)
113
BAB XII
ZAKAT
Pengertian Zakat
Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta untuk diberikan pada yang
berhak menerima zakat. Dalam literatur fiqih pada bab zakat para ulama’
madzhab sepakat bahwa golongan orang-orang yang berhak menerima
zakat ada delapan, antara lain:
1. Fakir, yaitu orang yang selalu tidak mampu memenuhi kebutuhan
makan dalam sehari.
2. Miskin, yaitu orang yang kurang bisa memenuhi kebutuhan, tetapi
masih bisa mengusahakan.
3. Amil, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengelola zakat.
4. Mu’alaf, yaitu orang yang baru masuk Islam.
5. Budak, yang melakukan penebusan dirinya untuk merdeka.
6. Ghorim, yaitu orang yang terbebani banyak hutang melebihi
jumlah hartanya.
7. Sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah, meskipun
kaya.
8. Ibnu Sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal selama dalam
perjalanan dengan tujuan baik.
Hal ini diterangkan dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 226.
Tujuan Zakat
Zakat disamping sebagai rukun Islam yang ke tiga juga merupakan
ibadah malliyah (yang berhubungan dengan harta). Serta dapat dijadikan
sebagai jalan seorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada sang
khalik. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fiqih Wadlhih;
ىل خاَلِِق ِه َع َّز َو َج َّل فَ ِإذَا اََد َاها كاَِملَ ةً َعلَى َو ْج ِه َهاِ ِ ِ َّ
َ اَلزك اَةُ عب اَ َدةٌ َماليَ ةٌ َيَت َقُّربُ َها اْ َلعْب ُد ا
َّاس ك اَ َن َس بَباً ىِف جَنَاتِ ِه ٍ هِب ِ ِ هِب ِ هِب ِ َّ
َ الصحْي ُح َراضيَةً َا نَ ْف ُس َها ُمْبتَغيًّا َا َو ْجهَ َربِّه َت َعاىَل َغْيَر ُمَراء َا الن
114
ُ ْات اْل ُق ْراَنِيَّةُ َواْالَح اَِدي
.ُث النَّبَ ِويَّة اب النَّا ِر ودخولِ ِه اجْل نَّةَ َكم اَ ص رح هِب
ِ ِمن َع َذ
ُ َت َا اْالَي ْ َََ َ ُْ ُ َ ْ
)464 ص1 ج,( الفقه الواضح من الكتاب والسنة
Zakat merupakan ibadah malliyah yang dapat dijadikan oleh seorang hamba untuk
mendekatkan diri kepada sang khalik azza wajalla. Jika seorang hamba
menunaikannya dengan sempurna, sesuai dengan aturan yang benar, ikhlas dan
hanya mencari ridla Allah Swt., tidak ada maksud ingin dipuji orang, maka akan
menjadi sebab terbebasnya dari adzab api neraka, dan masuk ke dalam surga,
sebagaimana telah ditegaskan ayat al-Qur’an dan hadits Nabi. (Al-Fiqih al-
Wadlhih Min al-Kitab Waa al-Sunnah , juz I, hal.464)
ِ ِ ِ ِ
َ ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال ل ُم َع اذ بْ ِن َجبَ ٍل حْي
َنم ا ٍ ََّع ْن اِبْ ِن َعب
َّ اس َر ِض ى اهللُ َعْن ُه َما أ
َ َّ َن النَّيِب َ
ص َدقَةً ُت ْؤ َخ ُذ ِم ْن اَ ْغنِي اَئِ ِه ْم َفُت َر َّد َعلَى ِ َّ فَ اعلَمهم أ: بعث ه إِىَل اْليم ِن
َ ض َعلَْي ِه ْم
َ َن اهللَ ا ْفَت َر ُْْ ْ ََ ُ ََ َ
)1308 (صحيح البخاري رقم.ُف َقَرائِ ِه ْم
Diriwayatkan dari Ibnu Abas bahwa Nabi bersabda kepada Mua’adz bin Jabal
ketika mengutusnya ke Yaman (Wahai Mu’adz) beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah Swt. mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat yang
diambil dari orang-orang kaya diantara mereka dan diberikan kepada orang-orang
fakir diantara mereka. (Sahih Bukhari,[1308])
115
Pembagian Zakat
Zakat ada dua macam:
1. Zakat mal (zakat harta)
2. Zakat fitrah
Jenis barang yang wajib dikeluarkan zakatnya ada 5 macam:
1. Hewan ternak, seperti kambing, sapi, unta
2. Emas dan perak
3. Hasil pertanian, seperti padi, kedelai, kacang dan lain lain
4. Hasil pertanian, Seperti jenis buah-buahan
5. Harta yang diperdagangkan.
Zakat Fitrah
Syarat wajib zakat fitrah:
1. Islam.
2. Merdeka.
3. Memiliki kelebihan biaya untuk dirinya beserta keluarganya dan
dari biaya pembayaran hutang, diwaktu hari raya.
Diterangkan dalam kitab Nihayah al-Zain halaman 173.
ِ ِ ِ ِ ( وجَتِب الْ ِفطْرةُ علَى حٍّر بِغُرو
ض َل َع ْن َ َب لَْيلَة فطْ ٍر َع َّم ْن َتْلَز ُم هُ َن َف َقتُهُ َولَ ْو َر ْجعيَّةً إِ ْن ف ُْ ُ َ َ ُ َ
ِ
يِّ ت مَمُ ْو ٍن ) لَهُ ( َي ْو َم ِعْي ٍد َولَْيلَتِ ِه َو َع ْن َديْ ٍن ) َك َما ْاعتَ َم َدهُ ابْ ُن َح َج ٍر َتَب ًعا لِْل َم َاو ْر ِد ِ ُق و
ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ
ْ ب الْفطْ َر ِة بااْل ِّت َف اق ( َو َما خُيْ ِر ُج هُ فْي َها ) أ
َي َ َْك َق ْول إِ َم ِام احْلََر َمنْي ِ َديْ ُن ا
َ آلدم ْي مَيْنَ ُع ُو ُج ْو
173 هناية الزين ص. اَلْ ِفطَْر ِة
116
ِئ ِم ْن َغرْي ُ ث فَالَ جُتْ ِز ٌ ُاع) َو ُه َو أ َْر َب َعةُ أ َْم َد ٍاد َوالْ ُم ُّد ِرطْ ٌل َوثُل ِ ِ
َ (وه َي) اَ ْى َزكاَةُ الْفطْ ِر
ً (ص َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
ِ غاَل
)50 : ك (فتح املعني َ الن ُف ْو ِس ل َذل ُّ ب ُق َّوته أ َْو ُق َّوت ُم َؤ ٍّد أ َْو َبلَده لتَ َش ُّوف
َو ُه َو أ َْر َب َع ةُ أ َْم َد ٍاد- اعا ِ ِ جُتِب َزكاَةُ اْ ِلفطْ ِر بِغُرو
ً ص َ ك َ َس لَْيلَ ةَ اْلعِْي د َعلَى َم ْن َمل ِ الش ْم
َّ ب ُْ ُ
) 73 ص1 ث ( التذكرة الباب فصل زكاة الفطر اجلوء ٌ َُوالْ ُم ُّد ِرطْ ٌل َوثُل
ِ ِ ِ ِ ِ ِ مِم ِ ىِف
ْ (و ْ َسبِْي ِل اهلل) أ
ََي اَلْ َقائمنْي َ باجْل َهاد َّْن الَ يَفْ ءَ هَلُ ْم َولَ ْو أَ ْغنيَاء َ
) 162 ص60 سورة التوبة اية,(تفسري اجلاللني
Fisabilillah artinya adalah orang-orang yang melaksanakan
jihad/berperang (peperangan membela agama Allah. Yakni orang-orang
yang tidak mendapatkan harta fai’ (harta yang diperoleh dari rampasan
perang) meskipun tergolong kaya-raya. (Tafsir al-Jalalain hal.162)
b. Menurut ulama’ ahli fiqih yang dikutip oleh Imam Qoffal, yang
dimaksud sabilillah adalah mencakup kepada semua bentuk
kebaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir al-Munir juz I,
hal.44
117
ت إِىَل مَجِ ْي ِع ُو ُج ْو ِه ِ َالص َدقا
َّ ف َ ص ْر ِ ِ َّال َع ْن َب ْع
َ ض الْ ُف َق َه اء أَن َُّه ْم أَج اَُز ْوا ُ َو َن َق َل الْ َقف
ىِف َّ ص ْو ِن َو ِع َم َار َة الْ َم ْس ِج ِد أِل ِ ِِ ِ ِ
ْ َن َق ْولُ هُ تَع اَىَل ُ ُتى َوبِن اَء احْل َ م ْن تَكْفنْي الْ َم ْو: اخْلَرْي
)344 ص1 ج: (تفسري املنري.اهلل عاٌَم ىِف اْل ُك ِّل ِ سبِي ِل
َْ
Menurut sebagian ulama’ ahli Fiqih yang dikutip oleh al-Qoffal bahwa
sesungguhnya mereka itu memperbolehkan pentasarufan zakat untuk
semua bentuk kebaikan, seperti untuk mengkafani mayit, membangun
benteng dan memperbaiki masjid, karena firman Allah Swt. Fii sabilillah
itu umum bisa mencakup semuanya. (Tafsir al-Munir, juz I, hal.344)
118
menghafal al-Qur’an, memperdalam ilmu fiqih, tafsir atau hadits, atau ia
sibuk melaksanakan sesuatu yang menjadi wasilah tercapainya ilmu
tersebut. Maka orang-orang tersebut dapat diberi zakat, agar mereka
dapat melaksanakan usahanya itu secara optimal. Sebab manfaatnya akan
dirasakan serta mengena kepada masyarakat umum, disamping itu
perbuatan itu juga merupakan fardhu kifayah. (I’anah al-Thalibin, juz
II, hal. 189)
c. Boleh menerima zakat meskipun kaya raya, karena guru ngaji atau
kyai adalah termasuk orang yang berjuang di jalan kebaikan, maka
termasuk kriteria Fii sabilillah, sebagaimana pendapat sebagian
ulama’ Fiqih.
ت إِىَل مَجِ ْي ِع ُو ُج ْو ِه ِ َالص َدقا
َّ ف َ ص ْر ِ ِ َّال َع ْن َب ْع
َ ض الْ ُف َق َه اء أَن َُّه ْم أَج اَُز ْوا ُ َو َن َق َل الْ َقف
ىِف َّ ص ْو ِن َو ِع َم َار َة الْ َم ْس ِج ِد أِل ِ ِِ ِ ِ
ْ َن َق ْولُ هُ تَع اَىَل ُ ُتى َوبِن اَء احْل َ م ْن تَكْفنْي الْ َم ْو: اخْلَرْي
)344 ص1 ج: (تفسري املنري.اهلل عاٌَم ىِف اْل ُك ِّل ِ سبِي ِل
َْ
Menurut sebagian ulama’ ahli Fiqih yang dikutip oleh al-Qoffal bahwa
sesungguhnya mereka itu memperbolehkan pentasarufan zakat untuk
semua bentuk kebaikan, seperti untuk mengkafani mayit, membangun
benteng dan memperbaiki masjid, karena firman Allah Swt. Fii sabilillah
itu umum bisa mencakup semuanya. (Tafsir al-Munir, juz I, hal.344)
119
ََي الْ َق ائِ ِمنْي َ باِجْلِ َه ِاد مِم َّْن الَ يَفْ ءَ هَلُ ْم َولَ ْو اَ ْغنِيَ اءَ ) َو يَ ْش رَتِ ْى ِمْنه ا ِ ( وىِف س بِي ِل
ِّ اهلل أ َْ ْ َ
ص2 ج, ( حاشية الصاوى على تفسري اجلاللني. أَلَتَهُ ِم ْن ِسالَ ٍح َو َد ْر ٍع َو َفَر ٍس
) 53
Dan (Zakat juga diberikan) kepada orang-orang yang menegakkan agama
Allah Swt. yakni mereka yang melaksanakan perang di jalan Allah Swt.
yaitu orang-orang yang tidak mendapatkan harta fai’ (rampasan perang)
meskipun tergolong kaya raya. Dan zakat itu digunakan untuk membeli
peralatan perang, seperti: persenjataan, perisai dan kuda. (Hasyiah al-
Shawi’ Ala Tafsir al-Jalalain, hal. 53)
120
b. Menurut sebagian ulama’ ahli fiqih yang dikutip oleh Imam Qoffal,
mengalokasikan harta zakat untuk pembangunan masjid, pondok
pesantren atau semacamnya, hukumnya boleh karena arti fii
sabilillah bersifat umum, yaitu hal-hal yang mempunyai nilai
kebaikan.
ت إِىَل مَجِ ْي ِع ُو ُج ْو ِه ِ َالص َدقا
َّ ف َ ص ْر ِ ِ َّال َع ْن َب ْع
َ ض الْ ُف َق َه اء أَن َُّه ْم أَج اَُز ْوا ُ َو َن َق َل الْ َقف
ىِف َّ ص ْو ِن َو ِع َم َار َة الْ َم ْس ِج ِد أِل ِ ِِ ِ ِ
ْ َن َق ْولُ هُ تَع اَىَل ُ ُتى َوبِن اَء احْل َ م ْن تَكْفنْي الْ َم ْو: اخْلَرْي
)344 ص1 ج: (تفسري املنري.اهلل عاٌَم ىِف اْل ُك ِّل ِ سبِي ِل
َْ
Menurut sebagian ulama’ ahli Fiqih yang dikutip oleh al-Qoffal bahwa
sesungguhnya mereka itu memperbolehkan pentasarufan zakat untuk
semua bentuk kebaikan, seperti untuk mengkafani mayit, membangun
benteng dan memperbaiki masjid, karena firman Allah Swt. Fii sabilillah
itu umum bisa mencakup semuanya. (Tafsir al-Munir, juz I, hal.344)
121
BAB XIII
PUASA
122
Bulan Ramadlan sama seperti bulan lainnya disepakati tidak boleh
ditetapkan kecuali dengan telah melihat hilal, atau menyempurnakan
bilangan menjadi 30 hari. (Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 108)
Waktu Niat
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan
puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, misalnya
makan dan minum dan lain-lain.
Para ulama’ sepakat bahwa puasa Ramadlan hukumnya adalah fardhu
‘ain, karena termasuk rukun Islam. Akan tetapi terdapat ikhtilaf tentang
waktu pelaksanaan niat puasa Ramadlan?
a. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal.
Niat puasa Ramadlan dilakukan setiap hari pada waktu malam hari
dan untuk puasa sunnah tidak wajib niat di malam hari.
ِ ًالسنَ ِة َفرضا
ِهلل تَعاَىَل ِِ ِ
ْ َّ ض َش ْه ِر َر َمضاَن هذه ِ ص ْو َم َغ ٍد َع ْن أَداَِء َفْر
َ ت
ُ ْ َن َوي
ِ ً َنويت صوم َغ ٍد ِمن رجب سنَّة
ِهلل تَعاَىَل ُ َ ََْ َ َْ ُ ْ َ
b. Menurut Imam Malik
123
Niat puasa Ramadlan cukup satu kali pada awal bulan Ramadlan
yang dilakukan di malam hari.
ِ ًالسنَ ِة َفرضا
ِهلل تَعاَىَل ِِ ِ
ْ َّ ض َش ْه ِر َر َمضاَن هذه ِ ص ْو َم َش ْه ٍر َع ْن أَداَِء َفْر
َ ت
ُ ْ َن َوي
ِ ً َنويت صوم َشه ٍر ِمن رجب سنَّة
ِهلل تَعاَىَل ُ َ َ َ ْ ْ َ َْ ُ ْ َ
124
بَ ْل جَتُ ْو ُز النِّيَةُ ِم َن اللَّْي ِل فَِإ ْن,ت ُ ب الت َّْعيِنْي ُ اَ ْى التَّثْبِْي ِ ِ ِ ِ يِن
ُ اَلثَّا َم َع َق ْول أَىِب ْ َحنْي َفةَ إنَّهُ الَجَي
ِ
. ِ ك َق ْوهُلُ ْم يِف النَّ ْذ ِر الْ ُم َعنَّيَ الز َو ِال َو َكذل َّ َجَزأَتْهُ النِّـيَةُ إِىَل
ْ مَلْ َيْن ِو لَْيالً أ
) 20:2: ( امليزان الكربى
ك اَ َّن َعلَْي ِه قَض اَءٌ َمثَالً َفَن َواهُ اِ ْن ك اَ َن َّ ض ْو ِء ه ِذ ِه اِنَّهُ لَ ْو َش ِ ِ
ُ َويُ ْؤ َخ ُذ م ْن َم ْس أَلَة اْ ُلو
ِ ِ ِِ ِ ِ واِالَّ َفتَطَُّوعٌ ص َّح
ُضاءُ بَِت ْقديْ ِر ُو ُج ْوده بَ ْل َوا ْن باَ َن انَّه
َ ص َل لَهُ اْل َق
َ ت نيَّتُهُ اَيْضاً َو َح ْ َ َ
هِب ِ ِ ِ ِ ِ
َو َ َذا: ض ْوء اىَل اَ ْن قَ َال ُ ص ُل ىِف َم ْس أَلَة الْ ُو ُ ْص َل لَ هُ التَّطَ ُّوعُ َك َما حَي َ َعلَْي ه َواالَّ َح
َّب اِ ْن ك اَ َن َعلَْي ِه َواِال ِ
َ ى الْ َواج
ِ َّ ِيعلَم اَ َّن ااْل َفْض ل لِم ِري ِد التَّطُ ُّوع ب
َ الص ْوم اَ ْن َيْن ِو ُ ْ ُ َ َ ُ َْ
125
ص2 (الفتاوى الكربى كتاب الصوم ج.ص َل لَهُ َما َعلَْي ِه اِ ْن ك اَ َن ِ
ُ فَالتَّطَُّوعُ ليَ ْح
)50
Dapat dipahami dari masalah wudlu’ ini bahwasannya jika ragu-ragu ia
punya kewajiban yang harus diqadla’, maka dia harus berniat
mengqadla’nya. Jika tidak kemudian dia shalat sunnah, maka niatnya
tetap sah dan qadla’nyapun terbayar bahkan seandainya jelas bahwa dia
memang mempunyai kewajiban qadla’, jika tidak, maka dia memperoleh
sunnah sebagaimana dalam masalah wudlu’…. Dengan demikian
diketahui, bahwa yang lebih baik bagi orang yang ingin niat sunnah
dalam puasanya, maka dia berniat puasa wajib jika memang ada
kewajiban terhadapnya, jika tidak maka dia niat puasa sunnah agar
memperoleh apa yang menjadi kewajiban terhadapnya. (Al-Fatawi al-
Kubra, Bab Kitab al-shaum juz 2 halaman 50)
Diceritakan dari Siti Aisyah, Rasulullah Saw. bersabda: Apabila ada orang mati,
sementara dia masih punya tanggungan puasa, maka walinya harus berpuasa
untuknya. (Shahih Muslim, juz II, hal. 463, al-Jam’u Baina al-Sakhikhaini al-
Bukhari, dan dalam kitab-kitab hadits yang lainnya)
ى َح َّدثَنَا َعلِ ُّى بْ ُن ُم ْس ِه ٍر أَبُو احْلَ َس ِن َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َعطَ ٍاء ُّ الس ْع ِد
َّ َو َح َّدثَىِن َعلِ ُّى بْ ُن ُح ْج ٍر
ِ قَ َال بينَا أَنَا ج الِس ِعْن َد رس- رضى اهلل عنه- َعن َعب ِد اللَّ ِه ب ِن بري َد َة َعن أَبِي ِه
ول اللَّ ِه َُ ٌ َ َْ ْ ْ َُ ْ ْ ْ
ٍ جِب
-ت ْ َت َعلَى أ ُِّمى َا ِريَة َوإِن ََّها َم ات ُ ْص َّدقَ َت إِىِّن تْ َ إِ ْذ أََتْت هُ ْام َرأَةٌ َف َق ال-صلى اهلل عليه وسلم-
126
ول اللَّ ِه إِنَّهُ َك ا َن َعلَْي َها
َ ت يَا َر ُس ْ َ قَ ال.» اث ِ َف َق َال « وجب أَجر ِك ور َّدها َعلَي- قَ َال
ُ ك الْ ِم َري ْ َ َ َ ُْ َ َ َ
ُّ َت إِن ََّها مَلْ حَتُ َّج ق ِ « صوم َشه ٍر أَفَأَصوم عْنها قَ َال
« َح ُّج َعْن َها قَ َال ُ ط أَفَأ ْ َ قَال.» صومى َعْن َها ُ ََ ُ ُ ْ ُ َْ
) (صحيح مسلم.» ُح ِّجى َعْن َها
Telah bercerita kepadaku Ali bin Hujrin al-Sa’dy, telah bercerita kepadaku Ali bin
Mushir Abu al-Hasan dari Abdullah bin Ato’ dari Abdullah bin Buraidah dari
ayahnya ra. beliau berkata: suatu hari aku duduk di samping Nabi Saw. kemudian
ada seorang perempuan datang kepada Nabi dan ia berkata; sebenarnya aku
bersedekah untuk ibuku dengan seorang hamba, sedangkan ibuku telah
meninggal. Maka Nabi berkata: Pahalanya tetap bagimu dan harta warisannya
tetap kembali kepadanu. Perempuan itu berkata lagi, Ya Rasulallah, sesungguhnya
ibuku mempunyai tanggungan puasa Ramadlan, bolehkan aku puasa untuknya?.
Rasul menjawab: Berpuasalah untuk ibumu. Kemudian perempuan itu bertanya
lagi sebenarnya ibuku belum melaksanakan ibadah haji, bolehkan aku melakukan
haji untuknya? Rasul menjawab: Berhajilah untuk ibumu. (Sahih Muslim)
ف ِ الش ِّم و َك َذا ِمن الْ َف ِّم َكر ِاءح ِة الْبخ و ِر أَو َغ ِ ِه اِىَل اجْل و ِ ِ
َْ َ َ ُ ُ ْ ْ رْي َ َ َّ ص ْو ُل ال ِّريْ ِح ب ُ ض ُّر ُوُ َ(فَائ َدةٌ) الَ ي
س َعْين اً َو َخ َر َج بِ ِه م اَ فِْي ِه َعنْيٌ َكَر ِاء َح ِة النُنْت ِ َي ْعىِن اَ َّلتْنب اَ ُك لَ َع َن اهللُ ِم ْن أِل ِ
َ َوا ْن َت َع َّم َدهُ َنَّهُ لَْي
)111 (بغية املسرت شدين باب شروط الصوم ص.َح ِدثِِه أِل َنَّهُ ِم َن اْلبِ ْد ِع اْل َقبِْي َح ِة َفَي ْفطُُر بِِه َأ
Tidak membatalkan puasa sampainya angin dengan indra pencium, begitu juga
menghirup angin atau asap melalui mulut (tidak membatalkan puasa) walaupun
disengaja, karena bukan merupakan ‘ain (benda), dikecualikan hal yang ada
‘ainnya seperti asap rokok (tembakau) yang dapat membatalkan puasa karena
termasuk katagori memasukkan ‘ain (nekotin) dan juga termasuk bid’ah yang
jelek. (Bughyah al-Mustarsyidin, bab Syurut al-Shaum. hal.111)
Memang sebelumnya Imam Zayyadi pernah berpendapat bahwa
merokok tidaklah membatalkan puasa, karena beliau mengira asap yang
dihasilkan dari rokok itu sama saja dengan asap pada umumnya dan tidak
termasuk kategori ‘ain, tetapi setelah beliau mengetahui kenyataannya
secara pasti bahwa asap yang dihasilkan dari rokok tersebut ada
kandungan nikotinnya, maka Imam Zayyadi merevisi pendapatnya yang
pertama yaitu: Merokok tidak membatalkan puasa direvisi dengan
pendapatnya yang kedua yaitu: Merokok dapat membatalkan puasa. Hal
ini diterangkan dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin, bab Syurut al-
Shaum. hal.111-112.
ف ِ الش ِّم و َك َذا ِمن الْ َف ِّم َكر ِاءح ِة الْبخ و ِر أَو َغ ِ ِه اِىَل اجْل و ِ ِ
َْ َ َ ُ ُ ْ ْ رْي َ َ َّ ص ْو ُل ال ِّريْ ِح ب ُ ض ُّر ُو ُ َ(فَائ َدةٌ) الَ ي
س َعْين اً َو َخ َر َج بِ ِه م اَ فِْي ِه َعنْيٌ َكَر ِاء َح ِة النُنْت ِ َي ْعىِن اَ َّلتْنب اَ ُك لَ َع َن اهللُ ِم ْن أِل ِ
َ َوا ْن َت َع َّم َدهُ َنَّهُ لَْي
َب ْع َد أَ ْن أَْفىَت اََّوالًَ بِ َع َدِم اْ ِلفطْ ِر َقْب َل.ي.ىت ز ِِ ِ ِ ِ ِ أ َ ِ ِِ أِل
َ ْ َوقَ ْد أَف, َحدثه َنَّهُ م َن اْلب ْد ِع اْل َقبْي َحة َفَي ْفطُُر به
)112-111 (بغية املسرت شدين باب شروط الصوم ص.ق.أَ ْن َيَراهُ اهـ ش
128
Tidak membatalkan puasa sampainya angin dengan indra pencium, begitu juga
menghirup angin atau asap melalui mulut (tidak membatalkan puasa) walaupun
disengaja, karena bukan merupakan ‘ain (benda), dikecualikan hal yang ada
‘ainnya seperti asap rokok (tembakau) yang dapat membatalkan puasa karena
termasuk katagori memasukkan ‘ain (nekotin) dan juga termasuk bid’ah yang
jelek. Dan sesungguhnya Imam zayyadi telah memberikan fatwa seperti ini
(merokok ternyata membatalkan puasa) sesudah beliau memberikan fatwa pertama
yaitu tidak batalnya pusa karena merokok, sebelum beliau mengetahui
kenyataannya secara pasti. (Bughyah al-Mustarsyidin, bab Syurut al-Shaum.
hal.111-112).
129
BAB XIV
HAJI DAN UMRAH
Tasyakuran Haji
Setelah melaksanakan haji dan pulang ke rumahnya, jama’ah haji
biasanya mengadakan tasyakuran yang disebut walimatul Naqi’ah yaitu:
Walimah yang diadakan untuk selamatan orang yang datang dari
bepergian (walimah haji), bahkan seorang yang telah melaksanakan haji
disunnahkan untuk mengadakan tasyakuran, yakni dengan menyembelih
sapi atau unta. Apakah walimah itu ada dasar hukumnya?
وع ِه اِىَل َبلَ ِد ِه اَ ْن َيْن َح َر مَجَالً اَْو َب َق َرةً اَْو يَ ْذبَ َح َش اةً لِْل ُف َق َر ِاء
ِ اج بع َد رج ِ ُّ يس تح
ُ ُ ْ َ ِّ ب ل ْل َح ََ ُْ
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه ِ
ِ والْمس اكِ ِ واجْلِي ر ِان واإْلِ خ و ِان َت َقُّرب اً ا
َ ُّ ىل اهلل َع َّز َو َج َّل َكم اَ َف َع َل النَّيِب َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ نْي
)673 ص1 ج, َو َسلَّ َم (الفقه الواضح من الكتاب والسنة
Disunnahkan bagi orang yang baru pulang haji untuk menyembelih seekor onta,
sapi atau menyembelih kambing (untuk diberikan) kepada fakir, miskin, tetangga,
saudara. (hal ini dilakukan) sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah ‘Azza
Waa Jalla, Sebagaimana yang telah diamalkan oleh Nabi Saw. (Al-Fiqih al-
Wadlhih Min al-Kitab wa al-Sunnah, Juz I, hal. 673)
Dari Jabir bin Abdullah ra. Bahwa ketika Rasulullah Saw. Datang ke Madinah
(usai melaksanakan ibadah haji), beliau menyembelih kambing atau sapi. (Shahih
al-Bukhari, bab al-Tho’amu ‘Inda al-Qudum)
130
Namun di sebagian daerah, walimah haji itu tidak hanya dilakukan
setelah mereka pulang dari tanah suci, selamatan itu juga dilakukan
sebelum mereka berangkat ke tanah suci, atau setelah mereka melunasi
ONH-nya. Kalau melihat isinya, maka walimah tersebut tujuannya tidak
jauh berbeda dengan walimah setelah haji.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
mengadakan walimatul haji merupakan suatu ibadah sunnah yang
diajarkan oleh Nabi Saw.
Syarat-syarat thawaf itu ada enam, salah satunya harus suci dari hadats
dan najis. Demikian ini menurut pendapat shahih yang bisa dibuat
pegangan. Dan kita pun sebenarnya menjumpai qoul dlaif yang telah
disebutkan oleh al-Muzani dalam kitab mukhtasharnya yaitu: thawaf itu
dihukumi sah meskipun dalam keadaan berhadats. (Hamisi Fath al-
Muin, hal.61)
132
Hukum Bermalam di Mina
Ulama’ berbeda pendapat mengenai hukum bermalam di Mina:
a. Menurut mayoritas ulama’, bahwa bermalam di Mina hukumnya
wajib (karena termasuk wajib haji). Jadi ketika jama’ah haji tidak
bisa bermalam di Mina, maka ada denda baginya. Hasyiyah al-
Bajuri juz 1 hal. 322.
ي يِف ْ ِزي اَ َد ِة
ُّ ص َّح َح الن ََّوا ِو ِ ِِ ِالس ِادس الْمبِي مِب
َ ص َّح َحهُ ال َّرافع ُّي لَك ْن
َ ت ىَن َه َذا َما ُ ْ َ ُ َّ َو
) 322 ص1 ب ( حاشية الباجوري ج ِ الرو
َ ضة الْ ُو ُج ْو
َ ْ َّ
b. Sedangkan menurut Imam Syafi’i, ada dua pendapat: Yang pertama
wajib bermalam di Mina dan yang kedua hukumnya sunnah,
dengan catatan jika ditinggalkan tetap diharuskan membayar dam.
Waktu Melempar Jumrah Ula, Wustho dan Aqobah pada hari Tasyrik
Kapankah waktu yang tepat untuk melempar jumrah Ula, Wustho
dan Aqobah pada hari Tasyrik:
Ulama’ berbeda pendapat tentang kapankah waktu yang tepat
untuk melempar jumrah, pendapat mereka adalah sebagai berikut:
a. Harus setelah dhuhur, kalau sesuai dengan hari yang ditentukan,
apabila tidak sesuai (molor/mundur) dari hari yang sudah
ditentukan maka boleh dilakukan sebelum dhuhur.
الر ْم ُي إِىَل
َّ َي َويَ ُك ْو ُن ِ ِ ِ ( َقولُهُ ب ْع َد َزو ِال إِخَلْ ) مَت َعلِّ ٌق بِر ْم ٍي بِالن
ْ ِّس بَة إىَل اجْلَ َم َرات أ ْ َ ُ َ َ ْ
ِّس بَ ِة لِ َر ْم ِي ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ اجْلَ َم َرات الثَّالَث َب ْع َد ال َّز َوال فَالَ يَص ُّح ال َّر ْم ُي َقْب َل ال َّز َوال َو َه َذا بالن
133
ِ ِاض ِر أ ََّما بِالنِّس بَ ِة لِ ر ْم ِي الَْي ْوِم الْغَ ائ
ْ ب َفيَتَ َد َار ُك يِف ْ بَِقيَّ ِة أَي اَِم الت
َّش ِريْ ِق َولَ ْو ِ الْي وِم احْل
َ َْ
َ ْ
) 306 ص2 الز َو ِال ( حاشية اعانة الطالبني ج َّ كاَ َن َقْب َل
Melempar jumrah Ula, Wustho, Aqobah, wajib dilakukan setelah dhuhur.
Maka tidak sah melempar sebelum dhuhur, ini kalau dilakukan untuk
lemparan pada harinya, akan tetapi kalau untuk lemparan yang dilakukan
tidak sesuai dengan harinya maka boleh dilakukan sebelum dhuhur.
(Hasyiyah I’anah al-Thalibin bab haji juz 2 halaman 306)
134
BAB XV
PERMASALAHAN YANG TERKAIT DENGAN PERNIKAHAN
135
Wanita-wanita yang haram dinikah dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Sebab nasab ada tujuh macam:
1. Ibu sampai ke atas
2. Anak Perempuan ke bawah
3. Saudara perempuan
4. Saudara perempuan dari bapak
5. Saudara perempuan dari Ibu
6. Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan)
7. Anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan)
b. Sebab sesusu (tunggal suson) ada tujuh macam:
1. Ibu yang menyusui
2. Anak perempuan dari ibu yang menyusui
3. Saudara sesusuan
4. Saudara perempuan dari bapak (bapak disini adalah suami ibu
yang menyusui)
5. Saudara perempuan dari ibu yang menyusui
6. Anak perempuan dari saudara laki-laki tunggal susu
7. Anak perempuan dari saudara perempuan tunggal susu
(keponakan). Dalam hadits dijelaskan:
اع ِة َما
َ ض َّ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال حَيْ ُر ُم ِم َن
َ الر ِ ِ
َ َّ َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اهللُ َعْن َها اَ َّن النَّيِب
.حَيْ ُر ُم ِم َن الْ ِوالَ َد ِة
c. Perempuan yang haram dinikahi sebab hubungan mertua, itu ada
empat:
1. Istrinya bapak (ibu mertua)
2. Istrinya anak laki-laki kandung (menantu perempuan)
3. Mertua ( ibu dari istri )
4. Anak Tiri Perempuan dari istri
d. Selain dari bagian-bagian di atas ada juga perempuan yang haram
dinikahi:
1. Mengawini saudara perempuan kandung istri (menghimpun)
136
2. Menikahi perempuan yang bersuami atau perempuan yang belum
habis masa iddahnya.
Iddah
Iddah adalah masa penantian mantan istri (yang ditinggal mati atau
sebab dicerai oleh suami), yang bertujuan untuk membersihkan rahim
perempuan dalam waktu yang ditentukan.
Macam-macam iddah ada 2, yaitu:
1. Istri yang ditinggal mati suami, hal ini masa ‘iddahnya ada 2:
- Jika masih mengandung, masa ‘iddahnya adalah sampai
melahirkan
- Jika tidak mengandung, massa ‘iddahnya adalah 4 bulan 10 hari
2. Istri yang diceraikan oleh suami, hal ini masa ‘iddahnya ada 3:
- Jika masih mengandung, masa iddahnya adalah sampai
melahirkan
- Jika dalam keadaan haid/nifas, maka iddahnya sampai masuk
pada masa haid yang ke 4
- Jika dalam keadaan suci, maka ‘iddahnya sampai masuknya
masa haid yang ke 3
Hukum Menjatuhkan thalaq pada istri ketika dalam keadaan haid
adalah haram, meskipun thalaqnya sah. Hal ini diterangkan dalam kitab
Al-Bajuri ‘Ala Ibni Qasim, Juz II, hal. 171)
ِ ض ح رام َكما م َّر فَ الطَّالَ ُق الْم أْمور بِ ِه ي ُك و ُن ىِف الطُّه ِر لِتش ُّر ِع يِف الْعِ د
َّة ََ ْ ْ َ ُ ُْ َ َ َ ٌ َ َ ِ َوالطَّالَ ُق ىِف احْلَْي
: ص2 ض فَاِن ََّها الَ تُ ْش َرعُ (الباجورى على إبن قاسم اجلزء ِ َِحينَئِ ٍذ خِبِ ال
ِ ف الطَّالَ ِق ىِف احْلَْي ْ
)171
137
2. Kakek dari pihak perempuan
3. Saudara laki-laki kandung
4. Saudara laki-laki se ayah (tunggal bapak)
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki se ayah (tunggal bapak)
7. Paman tunggal kandung (dari bapak)
8. Paman tunggal bapak (dari bapak)
9. Anak dari paman tunggal kandung (dari bapak)
10. Anak dari paman tunggal bapak (dari bapak)
11. Orang yang memerdekakan budak
12. Hakim (apabila wali dari nasab tidak ada).
Hal ini diterangkan dalam kitab Fathu al-Qarib hal 44. Dan
keterangan yang lebih lengkap bisa dilihat dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri
‘Ala Ibni Qasim juz 2 halaman 105.
ِ َخ لِأْل
ََّب َواأْل ُِّم مُث ِ و اَوىَل الْ ِواَل ي ِة اَي اَح ُّق اأْل َولِي ِاء بِ الت َّْز ِويْ ِج اَأْل َب مُثَّ اجْل ُّد اَبو اأْل
ُ َب مُثَّ اأْل ُ َ ُ َْ َ ْ َ ْ َ
ب ِ َخ لِأْل
ِ َب مُثَّ الْ َع ُّم مُثَّ إِْبنُ هُ َعلَى َه َذا التَّرتِْي ِ َخ لِأْل
ِ َب َواأْل ُِّم مُثَّ إِبْ ُن اأْل ِ َخ لِأْل
ِ َب مُثَّ إِبْ ُن اأْل ُ اأْل
ْ
) 105 ص2 او حاشية الباجوري على ابن قاسم ج44 (فتح القريب ص
138
Dikatakan, bahwa akad itu nikah tidak sah kecuali dengan bahasa arab, maka
hendaklah bersabar bagi orang yang tidak mampu sampai dia belajar bahasa
arab atau mewakilkan kepada orang yang mampu. (Fathu al-Mu’in bab
Nikah)
b. Cukup dengan mengunakan isyarah saja sudah cukup dan sah
nikahnya. Dalil yang menjelaskan hal ini adalah sebagai berikut:
اح ِ ِ ِ ( َقولُه ويْنع ِق ُد) اَي النِّ َكاح و َقولُه بِِإ َشار ٍة اَخرس م ْف ِهمةٌ ِعبارةُ الت
ُ ُّح َفة َو َيْن َعق ُد ن َك
ْ َ َ َ ُ َ َْ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ََ ُ ْ
ٍ َص بَِفه ِمها الْ َفطَن و َك َذا بِ ِكتابتِ ِه بِالَ ِخال ِِ
ف َعلَى َما يِف ََ َُ َ ْ ُّ َس بِِإ َش َارته الَّىِت الَ خَي ْت
َ َخ َر
ْ اْأل
)277 : ص3 :الْ َم ْج ُم ْو ِع (اعانة الطالبني الجزء
Akad nikah dihukumi sah dengan menggunakan isyarah yang memahamkan
bagi orang bisu, itu terdapat di dalam kitab Tuhfah. Nikahnya orang bisu
itu dihukumi sah dengan menggunakan isyarah yang memahamkan, tidak
ditentukan hanya orang yang pandai memahami isyaroh tersebut. ”Juga sah
nikahnya orang yang bisu itu dengan tulisannya, pendapat ini tidak ada
khilaf, (keterangan kitab majmu’). I’anah al-Thalibin juz 3 hal 277
Menikah Lagi Bagi Perempuan yang Cukup Lama Ditinggal Pergi Suami
a. Tidak boleh karena masih dalam ikatan pernikahan.
b. Boleh, dengan syarat istri harus yakin kalau suaminya sudah
meninggal dunia atau yakin kalau suami sudah menjatuhkan talaq.
c. Menurut Qoul Qodim: Istri boleh menikah lagi dengan syarat tidak
ada kabar dari suami selama 4 tahun.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab: Mughni al-Muhtaj,
juz III, hal. 105.
َويِف، ُاح َحىَّت يَُتَيقَّن َم ْوتُ هُ أ َْو طَاَل قُ ه ِ ِ ِ ِ ومن َغ اب وا ْن َقطَ ع خب ره لَي
َ ٌ س لَز ْو َجت ه ن َك
َ ْ ُ ُ ََ َ َ َ ْ َ َ
) 105 ص3 ( مغىن احملتاج ج،ني مُثَّ َت ْعتَ ُّد لَِوفَ ٍاة َو َتْن ِك ُح ِِ ِ
ُ َّالْ َقد ِمي َتَرب
َ ص أ َْربَ َع سن
139
Keterangan yang sama bisa dilihat dalam kitab Al-Minhaj Lii an-
Nawawi bab Kitabu al-‘idadi juz 1 hal 372. dan Minhaj al-Thalibin
juz 1 hal 116.
ِ اح أَنَّه ِهب ةٌ والَ أَثَرَ لِْلع ر ِ ِ ُّ َّج ه يِف ِ ِ ِ ِعبارةُ الت
ف ُْ َ َ ُ ِ الن ُق ْوط الْ ُم ْعتَ اد يِف اْالَ ْف َر ُ ُّح َف ة َوالَّذى َيت ْ ََ
ِ ِ ِ ْ فِي ِه ِال
ك ُه َو َ ص دُ ُق يِف نِيَ ِة ذٰل َ ض طَرابِه َم امَلْ َي ُق ْل ُخ ْذهُ َمثََالًًَ َو َيْن ِوى الْ َق ْر
ْ َض َوي ْ
ض ُه ْم لِ َما
َ ت َب ْع
ُ ْْما مُثَّ َرأَي
ً َى ُحك
ْ ضأ ٌ أ َْو َوا ِرثُهُ َو َعلَى ٰه َذا ُي ْحمَ ُل إِطْالَ ُق مَجْ ٍع أَنَّهُ َق ْر
)51 ص،3 اجلزء، َو َق ْو ُل الْبُ ْل ِقْيىِن أَنَّهُ ِهبَةٌ (إعانة الطالبني.نَقََل َق ْو َل َه ُؤالَ ِء
Adapun ungkapan yang terdapat dalam kitab tuhfah yaitu: pendapat yang
dianggap kuat tentang hadiah perkawinan (kado/buwuhan) adalah sebagai
hibah (pemberian), dan keumuman (urf) masyarakat yang menganggap
bahwa buwuhan itu hutang tidak ada pengaruh karena kebiasaan
masyarakat tidak tetap, selama dia tidak mengatakan “ambillah” dan dia
berniat menghutangi. I’anah al-Thalibin juz 3 hal 51
140
2. Berniat menghutangi
3. Adanya kebiasaan atau tradisi di masyarakat untuk
mengembalikan uang buwuhan.
(I’anah At-Thalibin, Juz 3 hal 52.)
ِ
َ ج ٍر َو َح َواش ْي ِه َما أَنَّهُ الَُر ُج ْو
ع يِف َ َوالَّ ِذ ْي حَتَ َّر َر ِم ْن َكالَِم ال َّر ْملِى َوابْ ِن َح
بِ اح ِ اح أى الَير ِج ع بِ ِه مالِ ُك ه إِ َذا وض عه يِف ي ِد ص ِ الن ُق ْو ِط الْ ُم ْعتَ ِاد يِف اْألَ ْف َر ُّ
َ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ َْ
َالْ َف َر ِح أ َْويَ ِد َمأْذُ ْونِ ِه إِالَّ بِ ُش ُر ْو ٍط ثَالَثَ ٍة أَ ْن َي أَتْ ِى بِلَ ْف ِظ َك ُخ ْذ َوحَنْ ِو ِه َوأَ ْن َيْن ِوى
ض َعهُ يِف يَ ِد ِ ِ الرجو
َ ع فْي ه َوإِ َذا َو
ِ
َ ْ ُ ُّ صد ُق ُه َو أ َْو َوا ِرثُهُ فْي َها َوأَ ْن َي ْعتَ َاد
ِ الرجوع وي
ْ َ َ َ ْ ُ ُّ
ِ ِ ِ َّالْم زيَّ ِن وحُن وه أَو يِف الط
ب ُ اح َ ص َ اس ة الْ َم ْعُر ْوفَ ة الََي ْرج ُع إِالَّ بِ َش ْرطَنْي ِ إِ َذ ْن َ ْ ُ ُ َ َُ
ص3 الر ُج ْو ِع َك َما َحقَّقَّه َشْي ُخنَا ح ف إهـ (اعانة الطالبني ج ُّ الْ َفَر ِح َو َش ْر ِط
)52
Kesimpulan:
Status hadiah, kado atau “buwuhan” sebagai hibah apabila si
pemberi hadiah, kado atau “buwuhan” tidak berniat untuk
menghutangi kepada penyelenggara walimah.
Status hadiah, kado atau “buwuhan” sebagai hutang, apabila si
pemberi menyerahkan kepada yang di hiasi (seperti penganten) atau
ditempat yang disediakan dan adanya adat atau kebiasaan uang
hadiah, kado atau “buwuhan” dikembalikan lagi.
141
Al-Fatawi al-Kubro, Juz 4 hal 44 ;
اه ْم َش ْيئًا ِمنَ الْم اَِل يُ َس َّمى اجْلِ َه ُاز َه ْل ُ ََعط ْ َج ابُ ْوهُ فَأ ِ َ(وسُِئَل) َع َّمن َخط
َ ب إ ْم َرأَةً فَأَ ْ َ
ب الدَّافِ ِع فَِإ ْن ِ اطِ ََن الْعِبر َة بنِيَّةُ اخْل ِ
َ َ َّ (فَأَجَابَ) بأ َ ك ِ ِ
َ َبَّيُن ْوا لَنَا ذَل،َمَتْل ُكهُ الْ َم ْخطُْوَبُة أ َْوال
ب ِمْن هُ َإِ ْن َك ا َن ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ
َ َدفْ َع بنيَّة اهْلَديَّة َملَ َكْت هُ الْ َم ْخطُْوبَ ةُ أ َْو بنيَّة ح َسبانِِه م َن الْ َم ْه ِر ُحس
ِ
ْاج أ َْو مَلْ يَ ُك ْن لَ هُ نيَّةٌ مَل
ٌ ص ْل ُز َّو
ِ
َ الر ُج ْو ِع بِ ه
ُ َْعلَْي َها إِذَا مَلْ حَي ُّ أ َْوبِنِيَّ ِة،ِم ْن َغرْيِ ِجْن ِس ِه
) 44 ص4 مَتْلِ ْكهُ َو َي ْر ِج ُع بِِه َعلَْي َها (الفتاوى الكربى ج
“Ditanyakan” tentang seorang laki-laki yang melamar wanita lain lantas
keluarganya menerima, kemudian laki-laki tersebut memberikan sesuatu
harta yang dinamakan dengan jihaz (pengikat) kepada mereka, apakah
wanita yang dipinang tersebut berhak memilikinya atau tidak? Jawab
”Sesungguhnya yang dijadikan pedoman adalah dari si pelamar tersebut,
jika dia berniat memberikannya sebagai hadiah maka wanita pinangamnya
berhak memilikinya, atau jika niatnya sebagai nilai dari maskawin maka
akan dianggap sebagai maskawin untuk wanita yang dipinang. Jika
pelamar berniat sebagai maskawin, namun perkawinan itu gagal atau
tidak ada niat sama sekali, jika si pemberi jihaz berniat menarik kembali
pemberiannya maka si perempuan itu tidak bisa memilikinya dan barang
itu harus dikembalikan”.
Kesimpulan:
Apabila si pemberi jihaz ketika memberikannya berniat atau
bertujuan sebagai hadiah maka wanita yang dipinang berhak untuk
memiliki harta tersebut.
Apabila tujuan si pemberi jihaz sebagai nilai dari maskawin
maka dianggap sebagai maskawin dan wanita berhak memilikinya,
tetapi si pemberi jihaz (pelamar) juga boleh menariknya kembali
apabila perkawinan gagal dan wanita yang dilamar harus
mengembalikannya.
Menjamak Shalat ketika Hajatan
142
Ketika di rumah menyelenggarakan hajatan seperti acara walimah
pengantin, sering kali kesibukan menyita waktu banyak sehingga kadang-
kadang waktu shalat tanpa disadari berlalu begitu saja.
Untuk menanggulangi kesibukan seperti itu dan demi menjaga
kewajiban menunaikan shalat, bolehkah menjama’ shalat ketika ada
hajatan atau kerepotan yang lain?
a. Tidak boleh, menurut sebagian ulama’ karena shalat jama’
digunakan pada saat berpergian bukan pada saat berada di
rumah.
b. Boleh, menurut Ibnu Sirrin, Al-Qaffal, dan abu Ishaq al-Marwazy,
karena menjama’ shalat sebagai kemurahan ketika dalam kondisi
sibuk dan hal itu dilakukan bukan sebagai kebiasan.
Hal ini diterangkan dalam kitab Syarah Muslim li an-Nawawi juz
5 hal 219.
ِ ِ ِ اض ِر لِْلح ِ و َذهب مَج اع ةٌ ِمن اْألَئِ َّم ِة اِىَل ج وا ِز اجْل م ِع يِف احْل
ُاج ة ل َم ْن الَ َيتَّخ ُذه
َ َ َ َْ َ َ َ ََ َ َ َ
اب َمالِكٍ َو َحك اَهُ اخْلَطَ ايِب َع ِن ِ َص ِح ِ ُ ع اد ًة وه و َق و ُل اب ِن ِس ِ ين َوَأشَْه
ْ ب م ْن أ ْ َ َ َ ُ َ ْ ْ رْي
َ الش افِعِى َع ْن أَىِب إِ ْس َح
اق الْ َم ْر َو ِزى َع ْن َّ ابِ َص ح ِ ِ ِ
َ ْ الْ َق َف ال َوالشَّاش ى الْ َكبِرْيِ م ْن أ
ِ (ش َّرح مس لِم لِلنَّوا ِوى يِف أ
َخ ِر ِ ِ ِ ِ مَج اع ٍة ِمن أَص ح
َ ُ ْ ُ َ َ اختَ َارهُ ابْ ُن الْ ُمْن ذر ْ اب احْلَديْث َو َْ ْ ََ
) 219 ص5 الصالَِة ج َّ َ َج َوا ِز اجْلَ ْم ِع َبنْي
Artinya: sejumlah imam berpendapat tentang diperbolehkannya
menjamak shalat di rumah karena ada keperluan bagi orang yang tidak
menjadikannya sebagai kebiasaan. Ini pendapat Ibnu Sirin, Asyhab,
pengikut Imam Malik, Al-Qoffal, Al-Syasyi, Al-Kabir dari kalangan
Asy-Syafi’i dan Abu Ishaq Al-Marwazi dari kalangan Ahli Hadist.
Pendapat ini di pilih oleh Ibnu Mundzir.
143
ُاهر
ِ جْي وَ َظ
ِ ارُه الَْبْن َدِنْي
َ ج ْم ِع ِفْي السََّفرِ ْالقَصِْيرِ ِإْخَت
َ ج َوازِ ْال
َ (فائِ َدةٌ) َلَن ا قَ ْوٌل ِب
َ
خَّطِابْي َعن
َ ح الُْمسِْلِم َوَحَكى ْال
ِ ح ِدْيثِ َج َوَازُه وََل ْو ِفْي َحضٍَر َك َم ا فِْي شَْر
َ ْال
)77 ص، (بغية املسرتشدين.حاجَِة
َ ضرِ ِلْل
َح
َ حاق جََوَازُه ِفي ْال
َ َأِبْي ِإْس
Menurut imam Al-Bandanijiy: Diperbolehkan menjamak shalat ketika
dalam bepergian walaupun dekat seperti halnya yang dijelaskan dalam
hadits diriwayatkan oleh Al-Khottobi dari Abi Ishaq tentang
diperbolehkannya menjamak sholat ketika di rumah karena ada hajat.
Hukum KB
Pengertian KB
Keluarga Berencana dalam istilah Arab disebut: Tanzim An-nasl
yang berarti: pengaturan keturunan sebagai upaya atau tindakan
yang membantu pasutri untuk:
1. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
2. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
3. Mengatur jarak (interval) diantara kehamilan
4. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan KB
Untuk mengatur kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan keluarga bahagia yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
144
dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan pendidikan.
Tujuan KB : GBHN, 1978.
Metode KB
1. Metode sederhana
Pantang berkala (sistem kalender)
Senggama terputus/coitus interuptus/’azal
Menggunakan alat kondom
2. Metode modern
Menggunakan Spiral/IUD. Dibagi menjadi 3 kelompok
1. Kontrasepsi hormoral misalnya ;
- Pil Oral Kombinasi (POK)
- Mini Pil, Suntikan dan Subkutia (implant)
2. Spiral/IUD (memasangnya harus dilakukan oleh suami)
3. Sterilisasi: Tubektomi (pemotongan tuba falloppi) dan
Vasektomi (pemotongan vas deferens)
4. Kondom
Hukum KB
Bagaimana pandangan fiqih mengenai hukum keluarga berencana
(KB)
a. Haram
Apabila obat yang diminum atau metode dan alat kontrasepsi
yang digunakan menyebabkan tidak berfungsinya rahim, seperti
menggunakan metode Sterilisasi dengan alasan bisa
mengakibatkan:
Pemandulan permanent
Mengubah dan membunuh ciptaan Allah Swt.
Dalam pelaksanaannya melanggar larangan syar’i (melihat
aurat mughallazhah)
145
b. Makruh
Apabila obat yang diminum atau metode dan alat kontrasepsi
yang digunakan bersifat menunda atau mengatur kehamilan
(tidak sampai merusak rahim).
Hukum haram dan makruh ini dijelaskan dalam kitab Al-Bajuri,
Juz 2 hal 92 ;
َص لِ ِه َفيُ ْك رهُ يِف
َ ْ ِن أ
ِ ِ ُ َو َك َذا اِ ْس تِ ْع َم
َّ ال اْ ِإل ْم َرأ َِة
ْ الش ْيءَ الَّذي ُيْبط ُئ احْلََب َل َو َي ْقطَعُ هُ ِم
2 (الباجورى على فتح القريب يف كتاب النكاح جزء. اْأل ََّو ِل َويَ ْحرُ ُم يِف الثَّايِن
) 92 ص
Artinya: Demikian halnya wanita yang menggunakan sesuatu (seperti
obat atau alat kotrasepsi) yang dapat memperlambat kehamilan, hal ini
hukumnya makruh. Sedangkan apabila sampai memutus keturunan maka
hukumnya haram.
c. Boleh
1. Sebagian ulama’ fiqih berpendapat bahwa hukum dari KB
adalah boleh dalam arti tanzim (pengaturan) bukan tahdid
(pembatasan/ pemandulan), pendapat mereka berdasarkan
pada seruan:
Al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 9
ِ ِ ِ ِ َّ ولْيخ
َين لَ ْو َتَر ُك واْ م ْن َخ ْلف ِه ْم ذُِّريَّةً ض َعافًا َخ افُواْ َعلَْي ِه ْم َف ْليََّت ُق وا اللَّه
َ ش الذَ ََْ
)9( يدا ِ
ً َولَْي ُقولُواْ َق ْوالً َسد
146
Hadist Riwayat Abu Hurairah
“Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu
dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka
menjadi beban tanggungan (meminta-minta) orang banyak”.
اعةَ َوعلَى َ ض َ الرَّ ات يُْر ِض ْع َن أ َْوالَ َد ُه َّن َح ْولَنْي ِ َك ِاملَنْي ِ لِ َم ْن أ ََر َاد أَن يُتِ َّم ِ
ُ َوالْ َوال َد
ِ ِ ِ
َس إِالَّ ُو ْس َع َها الٌ ف َن ْفُ َّالْ َم ْولُ ود لَ هُ ِر ْز ُق ُه َّن َوك ْس َو ُت ُه َّن بِ الْ َم ْعُروف الَ تُ َكل
ِ ِ ود لَّه بِولَ ِد ِه وعلَى الْوا ِر ِ ِ ِ َّ تُض
........ك َ ث ِمثْ ُل َذل َ َ َ َ ُ ٌ ُآر َوال َدةٌ ب َولَد َها َوالَ َم ْول َ
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Q.S. Al-Baqarah: ayat 233
Dan berdasarkan hadist riwayat Muslim:
ص لى- ول اللَّ ِه ِ ِ ِ ب األ ِ ِ ِ
َ ت َر ُس َ ٍ َع ْن َعائ َش ةَ َع ْن ُج َد َام ةَ بْنت َو ْه
ْ َس ديَّة أَن ََّها مَس َع
ِ ِ
َن ُ ت أَ ْن أَْن َهى َع ِن الْغيلَ ة َحىَّت ذَ َك ْر
َّ ت أ ُ ول « لََق ْد مَهَ ْمُ َي ُق-اهلل عليه وس لم
ف ِ ِ ِ َ الر
ٌ َ قَ َال ُم ْس ل ٌم َوأ ََّما َخل.» ض ُّر أ َْوالَ َد ُه ْم
ُ َك فَالَ ي َ ص َنعُو َن ذَل
ْ َس ي
َ وم َوفَ ار ُّ
ِ الص ِحيح ما قَالَه حَيْ بِالد
.َّال ِ ِ َف َق َال عن ج َذامةَ األ
َو َّ ُ َ ُ ىَي.َسديَّة َ َ ُ َْ
أن جيامع الرجل امرأته وهى ترضع: الغيلة: معاىن بعض الكلمات
147
“Saya pernah menginginkan untuk melarang ghilah, (yaitu
berhubungan badan ketika istri dalam masa menyusui), namun
setelah itu saya melihat bangsa Persia zaman romawi melakukannya
dan anak-anak mereka tidak mengalami bahaya kepada ghilah
tersebut”. Shahih Muslim bab Jawazu al-Ghilah.
148
BAB XVI
MAKANAN
Kotoran Ikan
Seringkali kita memasak lauk pauk, misalnya ikan teri, pindang, atau
ikan lain yang belum dibuang dan dibersihkan kotorannya. Bagaimanakah
hukum mengkonsumsi ikan yang tidak dibuang atau tidak bersih
kotorannya?
149
c. Menurut Qoul Dha’if: Halal mengkonsumsi hewan sejenis amphibi
secara keseluruhan.
الش ْي ُخ اَبُ ْوحاَِم ٍدَّ ش ىِف الْ َم ِاء َوىِف الَْب ِّر أَيْض اً اِىَل َق ْولِ ِه َو َع َّد ِ
ُ ب الثَّاىِن ْ م اَ يَعْيُ لض ْر
َّ َا
ب ِ الس رطاَ ُن ومُهَا حُمََّرم اَ ِن َعلى الْم ْذ َه ِ الض ر ِِ ِ
َ َ َ َ َّ لض ْف َدعُ َو ِّ َب ا ْ َّ َوام اَُم احْلَ َر َمنْي م ْن ه َذا
ِ
ي يِف
ُّ ف أَن َُّه َما َحالَ ٌل َو َحك اَهُ الَْبغَ ِوٌ ض عِْي ِ ِ َّ
َ الص حْي ِح َوبِه قَطَ َع اجْلُ ْم ُه ْو ُر َوفْي ِه َما َق ْو ٌل
) 30 ص9 ( اجملموع شرح املهذب ج.ان َع ِن احْلُلَْي ِم ِّى ِ َالسرط
َ َّ
Jenis yang kedua adalah hewan yang bisa hidup di air dan juga di daratan,
Abu Hamid mengkategorikan katak dan kepiting termasuk jenis ini,
keduanya hukumnya haram menurut pendapat yang shahih dan menurut
pendapat yang dhaif hukumnya halal. Sedangkan al-Baghowi
mengecualikan katak. (al-Majmu’, Juz 9, hal. 30)
150
Dengan demikian, makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri
hukumnya sunnah. Adapun pada hari raya Idul Adha disunnahkan makan
sesudah shalat, seperti yang telah dikerjakan oleh Rasulullah Saw.
Hukum Merokok
a. Haram
Menurut Syekh Abd. Aziz bin Abdillah bin Baz hukum merokok
itu haram secara syar’i karena bisa membahayakan kesehatan
(mendatangkan berbagai macam penyakit yang bisa menyebabkan
kematian seseorang). Diterangkan dalam kitab: Hukmu Syurbu al-
Dukhan Wa Imamati Man, Juz 1 hal. 1-3.
ان ِم َن اْأل ُُم ْو ِر اَلْ ُم َحَّر َم ِة َش ْر ًعا لِ َما
ِ َن ُشرب الدُّخ
َ َ ْ َّ لى أ
ِ َّ ِ ْ ََّف َق ْد َدل
َ ت اَألَدلةُ اَلش َّْرعيَّةُ َع
ِ {وحُيِ ُّل هَل م الطَّيِّب: قاَ َل َتعاىل، َضرا ِر ِ
}ث َ ِات َوحُيَِّر ُم َعلَْي ِه ُم اخْلَبَائ َ ُُ َ َ َ
ِِ
َ ْ ا ْشـتَ َم َل َعلَْيه م َن اْأل
ِ اض مَتعدِّد ِة ُت ْؤ ِدي إِىل الْمو ِ ِ ِِ ِ ِ
،ت َْ َ ْ َ َ ُ ِ ىل أ َْمَر َ ي ُشْر َب َها إ
َ َويُ َؤ ِّد،فَه َي م َن اخْلَبَائث اَلْ ُم َحَّر َمة
ِضرار بِالْغَرْي ِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ فاَلضََّر ُر باجْل ْس ِم أَ ِو اْ ِإل،»ضَر َر َوالَ ضَر َار َ َ «ال:صلَّى اهلل َعلَْيه َو َسلَّ َم َ َوقَ َال
ص1 (كتاب حكم شرب الدخان وامامة من جز. فَ ُش ْربُهُ َو َبْيعُهُ َحَر ٌام،َُمْن ِه ٌي َعْنه
)3-1
Dalil-dalil syar’i menunjukkan bahwa sesungguhnya merokok itu termasuk
perkara yang diharamkan karena mengandung banyak bahaya. Allah
berfirman “Dan (Allah) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. Maka merokok termasuk
perkara buruk yang diharamkan, menghisapnya menyebabkan penyakit yang
menyebabkan kematian. Nabi bersabda: “Tidak boleh membahayakan diri
sendiri dan orang lain”. Maka membahayakan diri sendiri atau
membahayakan orang lain itu dilarang, maka menghisap dan menjual rokok
itu haram.
Menurut Imam Al Bajuri merokok terkadang juga bisa haram
jika membelinya dengan uang jatah nafaqah yang dibutuhkan
151
keluarga atau berkeyakinan tentang bahaya merokok. Diterangkan
dalam kitab: Al-Bajuri, Juz 1 hal. 343.
c. Mubah
Menurut Syekh Ali al-Ujhuri al-Maliki, merokok dihukumi
sebagai sesuatu yang diperbolehkan, dan pendapatnya tersebut juga di
perkuat oleh pendapat al-‘Arif Abdul Ghani an-Nablusy. Diterangkan
di dalam kitab: Takmilah Hasyiah Rad al-Muhtar, Juz 1 hal. 15.
ي الْ َم الِ ِك ِّي ِر َس الَةٌ يِف ِحلِّ ِه َن َق َل فِ َيها أَنَّهُ أَْفىَت حِبِلِّ ِه َم ْن
ِّ ُج ُه و ِر ِ َّ ولِْلعاَّل م ِة
ْ الش ْي ِخ َعل ٍّي اأْل َ َ َ
ُ ضا َسيِّ ُدنَا الْ َعا ِر ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ يُ ْعتَم ُد َعلَْيه م ْن أَئ َّمة الْم َذاه
ف َعْب ُد ً ْف يِف حلِّه أَي َ َّ َوأَل: ُق ْلت. ب اأْل َْر َب َعة َ َ
152
ِ ب الد ِ الص ْلح ب اإْلِ خو ِان يِف إب ِ الْغَيِن الن
ض َ ِ احة ُش ْر
َ ُّخان ) َو َت َع َّر ََ َ ْ َ اها ( ُّ ُ َنْيَ ََّّابلُس ُّي ِر َسالَةً مَس
ْ ِّ
) 15 ص1 ( تكملة حاشية رد املختار جز،ان ِ لَه يِف َكثِ ٍري ِمن تَآلِ ِيف ِه احْلِس
َ ْ ُ
d. Wajib
Menurut pendapat Imam al-Bajuri, hukum merokok itu
terkadang bisa wajib apabila akan terjadi bahaya jika
meninggalkannya. Hal ini diterangkan dalam kitab: al-Bajuri, Juz 1 hal.
343.
ص1 (كتاب البجوري جز.الض َر ُر بَِت ْركِ ِه ِ
ُ بـَ ْل قَ ْد َي ْعتـَ ِريْه اْ ُلو ُج ْو....
َّ ب َك َما َي ْعلَ ُم
)343
Al-Tommah al-Kubro berpendapat kalau menghukumi haram
atau makruh itu harus ada dalil karena keduanya itu adalah hukum
syar’i, sedangkan dalam masalah rokok ini tidak ada dalil (al-Qur’an
atau Hadits) yang menetapkannya dengan hukum haram atau
makruh, karena rokok tidaklah membuat mabuk, tidak mengganggu
pikiran juga tidak membahayakan, bahkan ada beberapa manfaatnya
sesuai dengan qoidah “Al-Aslu Fil Asyyaai Al-Ibaakhah”, karena sesuatu
yang membahayakan bagi sebagian orang tidak bisa menjadi sebab
mengharamkan kepada setiap orang. Seperti halnya madu!, pada satu
sisi madu bisa membahayakan bagi orang yang mengidap penyakit
kuning dan memperparah penyakitnya, tetapi di sisi lain madu bisa
menjadi obat bagi penyakit yang lain dengan keterangan yang pasti
bahwa madu adalah obat. Hal ini diterangkan dalam kitab Takmillah
Hasiyah Raddul Muhtar , Juz 1 hal. 15.
ِ َّان َش ر ِعي
ان اَل بُ َّد ِ وأَقَام الطَّ َّامةَ الْ ُكب رى علَى الْ َقائِ ِل بِاحْل رم ِة أَو بِالْ َكراه ِة فَِإنَّهما حك
ْ ْم َ ُ َ ُ َ َ ْ َ ُْ َ َْ َ َ
ِ ِ ٍ ِهَلَُما ِم ْن َدل
ْ إس َك ُارهُ َواَل َت ْفتِ ريُهُ َواَل
بَ ْل،ُإض َر ُاره ْ تْ ُك فَِإنَّهُ مَلْ َيثْب
َ يل َعلَى َذل
َ يل َواَل َدل
153
اع د ِة اأْل َص ل يِف اأْل ْ ِ ِ
إض َرا ِر ِه
ض ْ َن َف ْر َ َش يَاء اإْلِ بَ َ
اح ةُ َوأ َّ ُْ ت قَ ِ َ ِ
ت لَهُ َمنَاف ُعَ ،ف ُه َو َداخ ٌل حَتْ َ ثَبَ َ
الص ْفَر ِاء الْغَالِبَ ِة
اب َّ َصح ِ ض اَل يْلَزم ِمْنهُ حَتْ ِرميُهُ َعلَى ُك ِّل أَح ٍد ،فَِإ َّن الْعسل ي ُ ِ
ضُّر بأ ْ َ ََََ َ ل ْلَب ْع ِ َ ُ
ِ
َّص الْ َقطْعِ ِّي( .حاشية رد املختار ج 1ص )15 ض ُه ْم َم َع أَنَّهُ ِش َفاءٌ بِالن ِّ
َو ُرمَّبَا أ َْمَر َ
154
BAB XVII
TOLERANSI DALAM PLURALITAS AGAMA
155
ًالَثَة َاْوُجْوٍه َا َح ُدَها َاْن َي ُك ْوَن َراضِيا
َ حَتِمُل َث
ْ كاِفِر َي
َ َواعَْلْم َاَّن َكْوَن ْالُمْؤمِِن ُمَوالًِيا ِلْل
ِّ ع لِأََّن
َوَثِانْي َه ا ْالُمعَاشَرَُة.ٌالرضَى ِب الُْكْفرِ ُك ْف ر ٌ ِبُك ْف رِِه َوَيَت َوَّالُه لِأَْجِل هِ َو َه َذا مَْمُن ْو
ها الرُّ ُك ْوُن ِاَلى الُْك ْف ر
َ َوثاَِلُث.ع
ٍ اهرِ َوَذِل كَ َغْي رُ َمْمُن ْو
ِ الظ
َّ ب
ِ َحس
َ الدْنياَ ِب
ُّ جِمْيَل ُة ِفى
َ ْال
اد َاَّن دِْيَن هُ َبا ِط ٌل
ٍ اعِت َق
ْ حَّبِة َم َع
َ ب الَْم
ِ ب ْاَلقَر َاب ِة َاْو ِبسََب
ِ َوالَْمُعْوَن ِة َوُّالنصَْرةِ ِامَّا ِبسََب
َف َه َذا َال ُي ْوِجبُ ْالُكفْ َر ِاَّال َاَّنُه مَْنِهٌّى َعْن ُه لِأََّن ْالُمَوالَ َة َه َذا ْالَمعَْنى َق ْد جَتُ ُّرهُ ِاَلى
( تفسري املنري اجلزء.ِالم
َ ْخُر ُج ُه َعِن ْاِالس
ْ ك َي
َ ِّضى ِبِدْيِن ِه َوذَِل
َ اسِتحْس َاِن َطرِْيقِ ِه َوالر
ْ
) 94 صحفة1
Keterangan Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Khatib pada Fasal Fii al-
Jizyah, sebagai berikut:
156
Dalam hal memberi salam kepada orang non muslim, para ulama’
berbeda pandangan mengenai hal ini:
a. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa memberi salam kepada orang
non muslim itu tidak boleh.
.الص ِحْي ُح َوبِ ِه قَطَ َع اجْلُ ْم ُه ْو ُر
َّ ب ِ
ُ َه َذا ُه َو الْ َم ْذ َه،الس الَ ُم َعلَى الْ ُكفَّار
َّ اَل جَيُ ْو ُز
)507 ص،4 ج،(اجملموع شرح املهذب
Tidak diperbolehkan memberi salam terhadap orang-orang kafir, menurut
pendapat (madzhab) yang sahih yang disepakati mayoritas ulama’. (Al-
Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 4, hal. 507)
ِ ِ ِ ر ِوى عن سه ِل ب ِن اَىِب
َ َّ صال ٍح َع ْن اَبِْي ه َع ْن اَىِب ْ ُهَر ْي َرةَ َرض َى اهللُ َعْن هُ اَ َّن النَّىِب
ص لَّى َ ْ ْ َْ َْ َ ُ
ِ
الس الَِم َواذاَ لَِقيتُ ْم ىِف الطَِّريْ ِق ِ
َّ َِّص َارى ب َ اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم ق اَ َل الَ َتْب َدأ ُْوا الَْي ُه ْو َد َوالن
)508 ص،4 ج،ضيَ ِق ِه (اجملموع شرح املهذب ِ
ْ َاضطَُّر ْوهُ اىَل ا ْ َف
Diceritakan dari sahal bin Abi shaleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah
ra. Bahwa Nabi bersabda: janganlah engkau memberi salam kepada orang
Yahudi dan orang Nasrani, dan ketika kamu bertemu di jalan, maka
bergeserlah ke jalan yang lebih sempit. (Al-Majmu’ Syarh al-
Muhadzdzab, juz 4, hal. 508)
157
dengan mengucapkan as-Salamu ‘Alaika. Jangan mengucapkan as-
Salamu ‘alaikum. Pendapat ini lemah dan langka.
(Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz 4, hal. 507)
َّص َارى اِالَّ بِِإفْش اَِء ِ ِ ٍ اهلِى َانَّه ك اَ َن الَمَيُ ُّر بِأ
َ َح د م َن الَْي ُه ودي َوالن
َ ُ
ِ عن اَىِب اُمام ِة اْلب
َ َ َ ْ َْ
ِ
لى َس اَل ِم ُك ِّل ُم ْس ل ٍم ِ ِ
َّ السالَِم َعلَْي ِه ْم َوقاَ َل اََمَرناَ َر ُس ْو ُل اهلل َعلَْي ه
َ الس اَل ُم َع
َّ الص الَةُ َو َّ
اه ٍد
َ َو ُم َع
Diceritakan dari Abi Umamah al-Bahali, sesungguhnya dia tidak pernah
berjalan bertemu orang yahudi kecuali dengan memberi salam kepada
mereka. Abu Umamah berkata: Rasulullah memerintah kepada kita
supaya menebar salam kepada setiap orang Islam dan orang kafir
mu’ahad (orang kafir yang berjanji kepada pemerintah akan tunduk dan
patuh pada undang-undang Negara).
Penjelasan:
Ucapan “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu” adalah
sebagai tanda penghormatan dan ucapan doa selamat, demikian pula
ucapan salam dengan menggunakan berbagai bahasa yang bisa
dimengerti, bahkan menurut kesepakatan para ulama’ “bagi orang
yang tidak mampu mengucapkan salam dengan bahasa arab
disunnahkan mengucapkan salam dengan menggunakan bahasa
selain bahasa Arab yang mudah dimengerti atau mudah dipahami.
BAB XVIII
BUDAYA DAN ETIKA
159
Panggilan Sayyidina
Banyak cara dalam upaya memuliakan dan memberi penghormatan
pada orang lain misalnya panggilan gus atau mas bagi putra kyai, raden
ageng atau pangeran bagi keluarga kerajaan. Begitu pula dengan panggilan
sayyid artinya tuan besar. Di kalangan masyarakat NU sering lafadz
sayyidina diucapkan tatkala menyebut nama Nabi dan para sahabatnya.
Penyebutan sayyidina pada Nabi Muhammad bertujuan memberikan
penghormatan, dan lebih bersopan santun kepada Nabi Muhammad Saw.
Dan hukumnya boleh, bahkan dianjurkan, sebagaimana keterangan di
bawah ini:
ِ ع ِن األَوز- يعىِن ابن ِزي ٍاد- ح َّدثَىِن احْل َكم بن موس ى أَبو ص الِ ٍح ح َّدثَنَا ِه ْق ل
اع ِّى َح َّدثَىِن َْ َ َ َ ْ َْ ٌ َ َ ُ َ ُ ُْ ُ َ َ
صلى اهلل عليه- ول اللَّ ِه ُ وخ َح َّدثَىِن أَبُو ُهَر ْيَرةَ قَ َال قَ َال َر ُس ِ
َ أَبُو َع َّما ٍر َح َّدثَىِن َعْب ُد اللَّه بْ ُن َفُّر
آد َم َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة َوأ ََّو ُل َم ْن َيْن َش ُّق َعْنهُ الْ َقْبُر َوأ ََّو ُل َشافِ ٍع َوأ ََّو ُل ُم َش َّف ٍع ِ
َ « أَنَا َسيِّ ُد َولَد-وسلم
) باب تفضيل نبينا على بعض, (صحيح مسلم.»
Telah bercerita kepadaku al-Hakam bin Musa Abu Shalih, telah bercerita
kepadaku Hiql (yaitu Ibnu Ziyad) dari al-Auza’i, telah bercerita kepadaku Abu
Ammar, telah bercerita kepadaku Abdullah bin Farrukh, telah bercerita kepadaku
Abu Hurairah, dia berkata “Rasulullah Saw. Bersabda: “Aku adalah sayyid bagi
manusia di hari kiamat dan orang yang pertama kali bangkit dari alam kubur,
pertama kali sebagai pemberi syafa’at dan yang di syafa’ati”. (Shahih Muslim:
bab Tafdhil Nabiyina ‘ala Jamii’)
ِ ضل سلُو ُك اْالَ َد ِ ِّ َن حُم َّم ًدا َاْألَوىَل ِذ ْكر
(الباجورى على ابن.ب ْ ُ َ َ ْ ِالَ َّن اْالَف،السياَ َدة ُ ْ َ َّ َو َق ْولُهُ َوأ
) 156 ص1 قاسم ج
Setiap kali menyebut nama Muhammad Rasulullah, yang lebih utama adalah
menambah dengan sayyidina, karena lebih utama dengan jalan/cara sopan santun.
(Al-Bajuri ala Ibni Qasim Juz 1, hal. 156)
160
Dan dalam kitab Tafsir al-Baghawi, Imam Mujahid dan Imam
Qotadah berkata: Janganlah kamu sekalian memanggil nama Nabi dengan
namanya secara langsung (wahai Muhammad), tetapi panggillah dengan
penuh tawadhuk dan lemah lembut. Misalnya memanggil dengan nama
keagungan dan kebesarannya: Wahai Rasulullah, dan lain-lain.
ِ ي اَ عب َد، ي اَ حُم َّم ُد: الَ تَ ْدعوه بِامْسِ ِه َكما ي ْدعو بعض ُكم بعض ا:ُاه ٌد وقَت اَدة
،اهلل ِ
َْ َ ً ْ َ ْ َ ْ َ ُْ َ َ ُ ُْ َ َ ََوق اَ َل جُم
ِ ِ ِ
ُ يِف ْ لَنِّي ٍ َوَت َو، ي اَ َر ُس ْو َل اهلل، ي اَ نَيِب َّ اهلل: َف ُق ْولُ ْوا،َُولَك ْن فَ َّخ ُم ْوهُ َو َش ِّر ُف ْوه
اض ٍع ( تفسري
) 433 ص3 البغوى ج
161
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah:11)
ِ ِِ
َّ ض ِل َو
الص الَ ِح ْ ب مُجْ ُه ْو ُر اْل ُف َق َه اء اىَل َج َوا ِز اْ ِلقيَ ِام لِْلق اَِدِم اذَا ك اَ َن ُم ْس لِ ًما ِم ْن أ َْه ِل الْ َف
َ ذَ َه
صالَ َحهُ مِم َّا يَ ْدعُ ْو اِلَْي ِه اْ ِال ْسالَ ُم ِِ ِ ِ ِ ِ
ٌ اح َ َام الْ ُم ْسل ِم َواج
َ ب َوتَ ْك ِرمْيَهُ لديْنه َو
َن رِت أِل ِ
ْ َّ َِعلَى َو ْجه التَّ ْك ِرمْي
ِ الس الَم (الَ حَت َق ِر ْن ِمن الْمع رو ِ ِ ِ أِل
ف َش ْيأً َولَ ْو أَ ْن ُْ َْ َ ْ ُ َّ َنَّهُ َس بِْي ُل الْ َم َحبَّة َوالْ َم َو َّدة َوقَ ْد ق اَ َل َعلَْي ه
ِ ٌ اك وأَنْت منبِّس
2 ج, (روائع البي ان يف تفسري اي ات األحك ام. )ك َ ط الَْي ِه بَِو ْج ِه َ َُ َ َ َ َخ َ تَ َكلَّ َم أ
)454 ص
Mayoritas ulama’ mengatakan bahwa boleh berdiri untuk (menghormati) orang
Islam yang mulia dan baik, dengan tujuan untuk menghormatinya. Menghormati
seseorang karena agama dan kebaikannya, termasuk perbuatan yang sangat
dianjurkan oleh agama dan karena perbuatan itu merupakan jalan untuk
menambah rasa cinta dan kasih sayang. Nabi bersabda janganlah kamu
meremehkan perbuatan baik (yang dilakukan seseorang), sekalipun (dalam bentuk)
kamu berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang berseri-seri. (Rawaai’ al-
Bayan Fii Tafsiri Ayat al-Ahkam, juz II, hal.404)
162
a. Makruh, apabila dilakukan terhadap orang kaya karena
kekayaannya.
ٍ ي بِ َكراه ِة اْ ِالحْنِ نَ ِاء وَت ْقبِي ِل حَنْ ِو ي ٍد أَو ِرج ٍل الَ ِس يما لِنَح ِو َغيِن حِل ِدي
:ث ْ َ ٍّ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ُّ َوافَ َق الن ََّو ِو
ٍ ويْن َدب ذَلِ ك لِنَح ِو ص الَ ٍح أَو ِع ْل ٍم أَو َش ر. ""من َتواض ع لِغَيِن ذَهب ثُلُثا ِدينِ ِه
ف َ ْ ْ َ ْ َ ُ َُ ْ َ َ َ ٍّ َ َ َ ْ َ
) 296 (بغية املسرتشدين ص
Imam Nawawi sepakat terhadap hukum makruh merunduk dan mencium
tangan atau kaki apalagi kepada orang kaya, berdasarkan hadits “Barang
siapa bertawadhu’ terhadap orang kaya maka hilanglah 2/3 agamanya”.
Dan disunnahkan mencium atau merunduk kepada orang-orang saleh,
orang-orang yang berilmu dan orang-orang mulia. (Bughya al-
Mustarsyidin hal 296)
163
ِالش ِري َف ِة علَى قَص ِد التَّب ُّر ِك وأَي ِدي َّ حِل ِ ِ ِ ِ
َ الص ا نْي ْ َْ َ ْ َ ْ َّ َوَت ْقبِْي ُل اْأل ََماك ِن: َوقَ َال اَحْلَاف ْظ اَلْعَراق ْي
) 296 (بغية املسرتشدين ص.ص ِد َوالنِّيَ ِة اهـ ِْ ِوأَرجلِ ِهم حسن حَمْمو ٌد ب
ْ اعتبَا ِر الْ َق ُْ ٌ َ َ ْ ُ ْ َ
Imam Hafidz al-Iraqi Ra. berkata: Mencium badan, tangan atau kaki orang-
orang yang dianggap mulia dengan maksud mendapatkan berkah, adalah
perbuatan baik dan terpuji berdasarkan tujuan dan niatnya. (Bughya al-
Mustarsyidin hal 296)
Budaya mencium tangan ulama’, kyai, ahli zuhud dan orang yang
sudah tua, sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. seperti contoh:
sahabat Abu Ubaidah mencium tangan sahabat umar, sahabat Ali
mencium tangan sahabat Abbas dan sahabat ka’ab mencium kedua
tangan dan lutut Nabi. Sebagaimana keterangan berikut ini:
ت
ْ َالس الَ ُم لَ َّما َن َزل َّ َو َر َوى اِبْ ُن ِحب اَّ ِن اِ َّن َك ْعب اً َقبَّ َل يَ َديْ ِه َو ُر ْكبََتْي ِه َعلَْي ِه
َّ الص الَةُ َو
)638 ص1 (بغية املسرتشدين ج.َُت ْو َبتُه
Sesungguhnya Ka’ab mencium kedua tangan dan lutut Nabi. (HR. Ibnu
Hibban). (Bughya al-Mustarsyidin hal 638)
164
diterangkan dalam kitab al-Bayan Wa al-Ta’rif Fii Dzikri al-Maulid al-
Nabawi, hal.29-30:
ف اَئِ َّم ِة َّ َو َي ُق ْو ُل اَلَْبْر َزجْنِ ُّى ىِف ْ َم ْولِ ِد ِه الْ َمْن ُث ْو ِر ٰه َذا َوقَ ْد اِ ْستَ ْح َس َن الْ ِقيَ ُام ِعْن َد ِذ ْك ِر َم ْولِ ِد ِه
ِ ْالش ِري
ِِ ِ ِ ِ ِ ٍ
ُص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم غاَيَ ةَ َمَرام ه َو َم ْرم اَه َ ُ َو ِر َويَ ةٌ اخَلْ فَطُ ْوىَب ل َم ْن ك اَ َن َت ْعظْي َم ه,ذُ ْو ِر َوايَ ة
ص لِ ِه َوحَمْ ُم ْو ًدا َو َمطْلُ ْوب اً ِم ْن ِ ِ ُ لش ي ِئ هن اَ َكونُه ج اَئِزا ِمن حي
ُ ُث ذَات ه َوا ْ َ ْ ً ُ ْ ُ ْ َّ َونَ ْعيِن ْ بِااْل ْست ْح َس ان با
ِ ِ ِ ِ
ص ْو ِل الْ ِف ْق ِه (البيان والتعريف ىف ِ ِاعثِ ِه و َعواقِبِ ِه اِخَلْ الَ ب ِ ِ ُ حي
ُ ُص طَلَ ِح َعلَْي ه يِف ْ ا ْ ىن الْ ُم
َ ع
ْ م
َ ل
ْ ا َ َ ث ب َو َْ
)30-29 ذكر املولد النبوى ص
Imam al-Barzanji dalam kitab maulidnya, yang berbentuk prosa mengatakan
sebagian ulama’ ahlu hadits yang mulia itu mengaggap baik (istihsan) berdiri
ketika disebutkan sejarah kelahiran Nabi. Betapa beruntungnya orang yang
mengagungkan Nabi Saw. Yang dimaksud dengan istihsan disini ialah jaiz (boleh)
dilihat dari aspek perbuatan itu sendiri serta asal usulnya, dan dianjurkan dari sisi
tujuan dan dampaknya. Bukan dari istihsan dalam pengertian ilmu usul fiqh. (Al-
Bayan Wa al-Ta’rif Fii Dzikri al-Maulid al-Nabawi,, hal. 29-30)
Berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi
tradisi kita. Bahkan tidak jarang berdiri untuk menghormati benda mati.
Misalnya setiap tanggal 17 Agustus, maupun pada waktu yang lain, ketika
bendera merah putih dinaikkan dan lagu Indonesia Raya
dikumandangkan, maka seluruh peserta diharuskan berdiri. Tujuannya
tidak lain adalah untuk menghormati Sang Saka Merah Putih dan
mengenang jasa para pejuang bangsa.
Jika dalam upacara bendera saja harus berdiri, maka berdiri untuk
menghormati Nabi tentu lebih layak dilakukan, sebagai ekspresi dari
bentuk penghormatan. Bukankah Nabi Saw. Adalah manusia yang
teragung yang lebih layak di hormati dari pada yang lain. Oleh sebab itu
Imam Nawawi berpendapat:
165
ص ْح ىِف النَّ ِه ْى َعْن هُ َش ْي ٌئ ٌ ْب َوقَ ْد َجاءَ فِْي ِه اَح اَِدي
َ َث َومَلْ ي ْ اَلْ ِقياَُم لِْلقاَِدِم ِم ْن اَ ْه ِل الْ َف
ٌّ ض ِل ُم ْستَ َح
) 80 ص12 ص ِريْ ٌح (صحيح مسلم بشرح النووى رقم ج َ
Berdiri untuk (menyambut) kedatangan orang yang mempunyai keutamaan itu
dianjurkan. Ada banyak hadits yang menerangkan hal tersebut. Tidak ada dalil
yang secara nyata menyatakan larangan berdiri itu. (Shahih Muslim Bi Syarh
al-Nawawi, juz XII, hal.80)
166
rahmat di depan para wali, di majelis-majelis perkumpulan mereka, baik masih
hidup maupun sudah mati, di kuburan mereka, ketika mengingat mereka, dan
ketika banyak orang berkumpul dalam berziarah kepada mereka, serta ketika
mengingat keutamaan mereka, dan pembacaan riwayat hidup mereka. (Jala’u al-
Dzulam ‘Ala ‘Aqidah al-‘Awam)
ك ِ فَص ل " الَ َت ْف ِ ُق َكفَّا متص افِح ِ يِف اللَّ ِه حىَّت َتتن ا َثر ذُنُوبهما َك الْور ِق " ر ِو
َ ي َذل َ ُ ََ َ ُ ُ َ ََ َ َُ َ َ نْي رَت ٌْ
ٍ
ص افَ َحةُ ُم َو ِّحد َوإِ ْن أُْنثَى أ َْو ِ
َ ت ُم َ ص افَ َح َعال ًما فَ َكأَمَّنَا
ْ َو َج َاز، " ص افَ َحيِن َ َوأَنَّهُ " َم ْن،
) ( شرح النيل وشفاء العليل. اغ ٍ َ أ َْو َرقِي ًقا إ ْن مَلْ يَ ُك ْن َكب، صغِ ًريا
َ
A. Definisi Aurat
Aurat adalah bagian tubuh manusia yang tabu dan dosa untuk
diperlihatkan kepada orang lain kecuali terhadap makhrom atau suami
dan istri sendiri. Secara umum aurat itu dibagi menjadi dua yaitu;
1.Aurat Ghalidhah (yaitu Qubul, lubang depan yang biasanya disebut
dzakar atau vagina dan dubur, yaitu lubang belakang atau anus).
2.Aurat Khafifah yaitu seluruh anggota tubuh selain dari qubul dan
dubur. Keterangan dalam kitab al-Jauhar al-Nirah, Juz 1 hal. 189.
َو َخ ِفي َفةٌ َو ِه َي َما َع َدامُهَا، َغلِيظَةٌ َكالْ ُقبُ ِل َوالدُّبُِر: ِ الْ َع ْو َرةُ َعلَى َن ْو َعنْي
168
Pendapat berbagai Ulama’ dalam membagi kriteria aurat secara
terperinci diuraikan di bawah ini:
1. Aurat Laki-Laki
a. Menurut pendapat madzhab Syafi’iyah, aurat orang laki-laki di
dalam shalat dan di luar shalat adalah anggota tubuh mulai
dari pusar sampai dengan lutut. Diterangkan di dalam kitab
Hasyiyah al-Jamal juz 4 hal. 12-14 dan kitab I’anah al-Thalibin,
Juz 1 Fasal Fii Syuruti Al-Shalat.
َّ َان َف َق ْط ِمن
ِ َالسوأَت ِ ِ َّ ِ َّ قَ َال
الر ُج ِل ْ َّ ب َسْتُر َها يِف اخْلَْل َوة
ُ الز ْر َكش ُّي َوالْ َع ْو َرةُ اليِت جَي
169
c. Dalam kitab Hasyiah al-Jamal, Juz 1 hal. 411. diterangkan
bahwa aurat orang laki-laki di dalam shalat hanyalah qubul
(dzakar) dan dubur (anus) saja. Tetapi pendapat ini hanya
khusus untuk orang laki-laki saja tidak berlaku bagi budak
perempuan (amat).
ِ َالص اَل ِة َنعم ي ْفرَتِ ق ِ َن رأْس ُك ٍّل ِمْن ُهما لَْي ِ َقولُه أَي جِب
ان َ ْ َ َّ يِف:َي ْ س ب َع ْو َر ٍة أ
َ َ َ َ َّ ض ا َ ام ِع أ ًْ ُ ْ
ِاصةً وهو اَل جَي ِري يِف اأْل َمة َّ َن لَنَا َو ْج ًها بِأ
َّ يِف أ
َ ْ َ ُ َ َّ الر ُج ِل الْ ُقبُ ُل َوالدُّبُُر َخ َّ ََن َع ْو َرة
d. Dikatakan, Imam Malik juga berpendapat bahwa aurat yang
wajib ditutupi bagi orang laki-laki dan amat (budak
perempuan) adalah dua alat kelaminnya saja. (Mughni al-
Mukhtaj, Juz 1 hal. 256.)
َوأ ََّما بِالْ َك ْس ِر َف ُه َو َما، ص َدٌر الس ِ أِلِّ الس ْتُر بَِفْت ِح
َّ :)(و َس رْتِ الْ َع ْو َر ِة
ْ ني َنَّهُ َم َ :َُق ْولُه
َحىَّت، َو ُه َو الْ ُقْب ُح لُِقْب ِح َك ْش ِف َها اَل َن ْف ِس َها، ِم ْن الْ َع َو ِر:ُ َوالْ َع ْو َرة. يَ ْس تَرِت ُ بِ ِه
170
اأْل َْم ُر بِ َس رْتِ الْ َع ْو َر ِة لِتَ ْش ِر ِيف َها َوتَ ْك ِرميَِها اَل خِلِ َّس تِ َها:ِّ قَ َال حُمْيِي الدِّي ِن بْ ُن الْ َع َريِب
. ا هـ.َّل ِ َمْن َشأُ الن َّْو ِع اإْلِ نْ َسايِن ِّ الْ ُم َكَّرِم الْ ُم َفض- ِ فَِإن َُّه َما – َي ْعيِن الْ ُقُبلَنْي
2. Aurat Wanita
a. Pendapat dari pengikut madzhab Syafi’iyah, bahwa aurat
wanita di luar shalat ketika bersama orang laki-laki lain adalah
seluruh tubuhnya. Sebagaimana diterangkan dalam kitab:
Matan Safinah an-Najah, hal. 12.
171
ِ
َّ َواََّما ىِف اخْلَْل َو ِة فَكاَلْ َم َحا ِرم َوقِْي َل َك
الر ُج ِل ( حاشية اجلمل على شرح املنهاج
) 411 ص1 ج
Imam al-Zarkasyi berpendapat dalam kitab Syarhu al-Bahjah al-
Wardiyah, Juz 3 hal. 467. bahwa orang perempuan ketika dalam
keadaan sendirian atau pada tempat yang sepi adalah cukup
menutupi sesuatu di antara pusar sampai dengan lutut.
َّ ان َف َق ْط ِم ْن
ِ َالسوأَت ِ ِ َّ ِ َّ قَ َال
,الر ُج ِل ْ َّ ب َسْتُر َها يِف اخْلَْل َوة ُ الز ْر َكش ُّي َوالْ َع ْو َرةُ اليِت جَي
الر ْكبَ ِة ِم ْن الْ َم ْرأ َِة
ُّ السَّر ِة َو
ُّ َ َو َما َبنْي
e. Dalam kitab Matan Sulam al-Safinah, hal 12-13: aurat orang
perempuan adalah dari pusar sampai dengan lututnya saja
ketika bersama muhrimnya atau ketika bersama dengan sesama
wanitanya.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِوعورةُ اْحل َّر ِة واْالََّم ِة ِعْن َد اْالَج ان
َ ب مَج ْي ُع الْبَ َدن َوعْن َد حَمَا ِرم َها واَلنـِّ َساء َما َبنْي َ َ ُ َ َْ َ
.الر ْكبَ ِة
ُّ السَّر ِة َو
ُّ
3. Aurat Budak atau Hamba Sahaya
a. Menurut penganut madzhab Syafi’i aurat budak ketika shalat
adalah seperti auratnya wanita khurri (wanita merdeka) yaitu
seluruh tubuhnya kecuali kepala, wajah dan kedua telapak
tangannya, diterangkan dalam kitab: Hasyiah Qulyubi wa
‘Amirah, Juz 3 hal. 442. dan bisa dilihat dalam kitab Nihayah al-
Zain, hal. 46.
ْ أ،َوالثَّايِن َع ْو َر ُت َها (أي اْأل ََم ةُ) َك احْلَُّر ِة إاَّل َرأْ َس َها
ََي َع ْو َر ُت َها َما َع َدا الْ َو ْج ه
َّ َوالْ َك َّفنْي ِ َو
.َالرأْس
b. Menurut qoul yang lebih shahih seperti yang telah diterangkan
oleh Imam al-Baihaqi aurat budak ketika shalat maupun di luar
shalat adalah seperti auratnya orang laki-laki yaitu antara
pusar sampai dengan lutut.
172
Keterangan kitab Fathu al-Wahab, Juz 1 hal. 87 dan kitab
Hasyiah Qulyubi Wa ‘Umairah, Juz 3 hal. 442.
ِ ِ
ص لَّى يِف اخْلَْل َوة أ َْو َغرْيِ َه ا ،فَِإ ْن َتَر َك هُ َم َع الْ ُق ْد َر ِة مَلْ
(س ْتُر الْ َع ْو َر ِة) َ
(و) ثَال ُث َها َ
َ
(ما َبنْي َ ُس َّرتِِه َو ُر ْكبَتِ ِه) الر ُج ِل) ُح ًّرا َك ا َن أ َْو َعْب ًدا َ (و َع ْو َرةُ َّص الَ تُ هُ َتَص َّح َ
ِ
َح ُد ُك ْم أ ََمتَ هُ َعْب َدهُ أ َْو أ َِج َريهُ فَاَل َتْنظُ ُر إىَل ِ ِ حِل ِ ِ
َ ديث الَْبْي َهق ّيَ ،وإذَا َز َّو َج أ َ
الس َّر ِة
(و َك َذا اْأل ََم ةُ) َع ْو َرتُ َها َما َبنْي َ ُّ الس َّر ِة و ُّ ِ ِِ
الر ْكبَ ةَ ، َع ْو َرت هَ ،والْ َع ْو َرةُ َما َبنْي َ ُّ َ
َص ِّح) إحْلَاقًا هَلَا بِ َّ و ُّ ِ
الر ُج ِل. الر ْكبَة (يِف اْأل َ َ
173
a. Aurat khuntsa adalah semua badannya sebagaimana wanita
merdeka. (Hasyiyah Qulyubi bab Suruti al-Shalat juz 1)
اِبْتِ َداءً َو َك َذا, َواخْلُْنثَى احْلُ ِّر َك اْألُْنثَى احْلُ َّر ِة, ف ِ ِ َّ ع ورةُ اخْل ْنثى
ُ الرقْي ِق الَ خَت ْتَل َُ ََْ
ب (حاش ية قلي وىب ب اب ش روط ِ ِ ِ ِ
ُ عْن َد َش ْيخنَا ال َّر ْمل ُّي َو َخالََف هُ اخْلَطْي, َد َو ًاما
) 1 الصالة ج
b. Aurat khuntsa adalah semua anggota badannya, kecuali wajah,
kedua telapak tangan dan kepalanya. Diterangkan dalam kitab
Khawasyi al-Syarwani, Juz 2 hal 120.
174
b. Boleh, asal tidak menimbulkan fitnah dan syahwat. (Tuhfah al-Muhtaj,
juz 9, hal. 20 - 21)
اح ٍد َويُ َؤيِّ ُدهُ َق ْوهُلُ ْم لَ ْو َعلَّ َق الطَّاَل َق
ِ فَاَل حَي رم نَظَ ره يِف حَنْ ِو ِم ر ٍآة َكما أَْف بِ ِه َغي ر و
َ ُْ ْ َ ىَت ُُ ُُْ
ِ َث بِر ْؤي ِة خياهِل ا يِف حَن ِو ِم ر ٍآة ؛ أِل َنَّه مَل يرها وحَم ُّل ذَلِ ك َكما ه و ظ
اهٌر ِ ِ
َُ َ َ َ َ َ ََ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ ُ ْ َبُر ْؤيَت َها مَلْ حَيْن
ِ ِ َّ س ِمْن َها ِ ْ حيث مَل خَي
ُت فَاَل حَيْ ُر ُم مَسَاعُهُ إاَّل إ ْن َخش َي مْن ه ُ الص ْو َ ش فْتنَ ةً َواَل َش ْه َوةً َولَْي َ ْ ُ َْ
)21 - 20 ص9 ج, (حتفة احملتاج.الز ْر َك ِش ُّي َّ ُفِْتنَةٌ َو َك َذا إ ْن الْتَ َّذ بِِه َك َما حَبَثَه
Terlepas dari pro-kontra di atas, para ulama’ sepakat melarang untuk
mengeksploitasi keindahan tubuh di depan public terutama bagi kaum
hawa, hal itu menunjukkan bahwa agama sebenarnya lebih menjunjung
tinggi kehormatan manusia.
175
ِّس ِاء ِىف ِ ِّ ات إِ ْختِالَ ُط
َ الر َج ال َوالن
ِ َش ِّد اْملحظُ ور
َْ َْ
ِ ِمن أَْقب ِح الْمحَّرم
َ َوأ,ات َ َُ َ ْ
اس ِد َواْ ِلفنَت ِ اْل َقبِْي َح ِة (اس عاد الرفيق
ِ ك ِمن الْم َف ِ
َ َ َ َّب َعلَى َذل
ِ ِ
ُ اجْلُ ُم ْو َع ات ل َما َيَت َرت
)67 ص
Sebagian perkara yang sangat diharamkan dan dikhawartirkan adalah
bercampurnya laki-laki dan perempuan dalam tempat perkumpulan
yang dapat menimbulkan fitnah. (Is’ad al-Rafiq hal. 67)
b. Makruh, bilamana menilai kehadirannya dalam acara tersebut
timbul rasa khawatir atau takut terkena fitnah/berdampak
negatif.
َو َيْنبَغِى مَحْلُهُ لُِي َوافِ َق,ث ِ وهو ِمن الْ َكبائِِر لِص ِري ِح ٰه ِذ ِه اْألَح ِادي:الزو ِاجر
ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ قاَ َل ىف
َو َم َع,ٌ أ ََّما جُمَ َّر ُد َخ ْش يَتِ َها فَاِمَّنَا ُه َو َم ْك ُر ْوه:ُالفْتنَ ة
ِ َقواع ُدنَا على ما إِذَا حَت َّق َقت
ْ َ ََ َ َ
)136:(اسعاد الرفيق ص.اهٌر ِ َظَنِّها حرام َغير َكبِير ٍة َكما هو ظ
َُ َ َْ ُْ ٌ ََ َ
c. Boleh menghadiri acara tersebut jika tidak menimbulkan fitnah
dan tentunya berdampak positif atau memberikan hal yang lebih
baik.
Berbaurnya laki-laki dan perempuan tidak dipermasalahkan jika
tidak melanggar aturan agama dan norma-norma yang berlaku,
sehingga pergaulan mereka memang merupakan hal yang wajar.
Sebagaimana keterangan dalam kitab Is’adur Rofiq hal :136.
Hukum Onani atau Masturbasi
176
2. Tidak mampu menikah (tidak punya mahar
untuk menikahi wanita)
3. Dengan menggunakan tangannya sendiri,
tidak menggunakan tangan orang lain.
Hal ini dijelaskan dalam kitab as-Showi ‘ala Syarhi Tafsir al-Jalalain
juz 3 halaman 112.
الش افِعِ ْي َوأَيِب ْ َحنِْي َف ةَ َف َق َال
َّ ك َو ٍ َِقولُ ه َكاْ ِالس تِمناَِء بِالْي ِّد أَي َفه و ح رام ِعْن َد مال
َ ٌ ََ َُ ْ َ ْ ْ ُ ْ
الزن اَ َوأَ ْن الَ جَيِ َد َم ْه َر ُح َّر ٍة أ َْو مَثَ َن َ َأَمْح َ ُد بْ ُن َحْنبَ ْل جَيُ ْو ُز بِ ُش ُر ْو ِط ثَالَثَ ِة أَ ْن خَي
ِّ اف
الصاوي على شرح تفسري اجلاللني. يب أ َْو اَ ْجنَبِيَّ ِة ِ أ ََّم ٍة وأَ ْن ي ْفعلَ ه بِي ِد ِه الَ بِي ِد أ
ِّ ََجن
ْ َ َ ََُ َ
112 ص3 جز
ص َف ٍر اَ ْى الَبِ َس َو ٍاد اََّما ضب َشي ِ ِ ِ حِل ِ ِ حِب ِ ٍ يس ُّن لِ ُك ِّل أ
ْ َب َرأْسه َو ْيَته َ ْمَر ٍة اَْو ا ْ ُ ْ و َخ...
َ َْحد إخَل
َ َُ
) 339 ص2 بِِه َفيَ ْحُر ُم (إعانة الطالبني ج
Disunnahkan menyemir uban rambut kepala dengan warna merah atau
kuning yakni tidak dengan warna hitam karena hal tersebut hukumnya
haram. (I’anah al-Tholibin, juz II, hal.339)
178
Hukum Pria Memakai Perhiasan Emas
Wanita akan tampak kelihatan anggun dan cantik apabila memakai
perhiasan (emas) yang tidak berlebihan, akan tetapi lain halnya apabila
pria yang memakainya. Bagaimanakah hukum pria memakai perhiasan
emas?
Dalam hal ini ada beberapa pandangan di kalangan ulama’:
a. Haram bagi pria memakai emas murni maupun campuran
ب) خِلَرَبِ أَيِب ْ َد ُاو َد ِ َّختِم بِال َّذ َه ِ ِ ِّ و َك َذا حَي رم علَى
ُ ْ الرج اَل َوم ْثلُ ُه ْم اَخْلُنَ اثَى (اَلت َ ُُ ْ َ
ِباِس ناٍَد ص ِحي ٍح أَنَّه ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم اَخ َذ يِف مَيِينِ ِه قَطْع ةَ ح ِري ٍر ويِف مِش الِه
َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َْ ُ َ ُ ْ َ ْ
ِ أِل ِ ِ
,َي ا ْس ت ْع َماهُلَُما َح َر ٌام َعلَى ذُ ُك ْو ِر أ َُّميِت ْ َح َّل ُن اَث ِه ْم ِ ٍ قَطْ َع ةَ َذ َه
ْ َوقَ َال َه َذان أ.ب
ٍ َّْختِ ِم َعن اِخْت َ اذُ أَن
ف أ َْو أَمْنِلَ ٍة أ َْو ِ ْ و.لذ ُكو ِر اَخْلُن اَثَى اِ ْحتِياطً ا ُّ ِ ِ
ْ ْ احَت َر َز ب الت َ َ ْ َوأُحْل َق با
ب َعلَى َم ْقطُْو ِع َها َوإِ ْن أ َْم َك َن اِخْت َاذُ َها ِم َن
ٍ ِس ٍّن فَِإنَّهُ الَ حُيْ ر ُم اِخْت َاذُه اَ ِم ْن َذ َه
َ
)172 (االقناع ىف حال الفاظ اىب شجاع ص. الْ ِفض َِّة
Begitu juga bagi laki-laki, diharamkan memakai cincin dari emas
sedangkan bagi khuntsa hukumnya disamakan dengan laki-laki karena
adanya sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan
sanad shahih; Bahwa Rasulullah Saw. mengambil sepotong sutra pada
tangan kanannya dan sepotong emas pada tangan kirinya. Beliau
bersabda; sutra dan emas ini, keduanya haram dipakai kaum laki-laki
dari umatku. Para khuntsa disamakan dengan laki-laki, karena
berhati-hati, dikecualikan dari haramnya memakai cincin yaitu untuk
membuat hidung, ujung jari atau gigi palsu dari bahan emas.
Demikian itu diperbolehkan bagi orang yang organ-organnya tersebut
terpotong, meskipun masih memungkinkan membuatnya dari bahan
perak. (Al-Iqna’ Fii Haali al-Fadzi Abi Syuja’, hal.172)
179
.اء
ِ َال دُْوَن ِّالنس
ِ لر َج
ِّ الذَهبِ ِل
َّ خُّتِم ِب
َ اء ِاَلى حََرمَ ِة َّالت
ِ جْم ُه ْوُر مَِن ْالعَُل َم
ُ ْب ال
َ ذََه
)258 ص3 (فقه السنة جز
Mayoritas ulama’ berpendapat bahwasannya haram bagi laki-laki
memakai cincin dari emas, bukan untuk orang perempuan. (Fiqih as-
sunnah, juz III, hal. 258)
180
ص بِيَّ ٍة َعلَى اْالَْو ُج ِه لَِت ْعلِْي ِق احْلَلْ ِق
َ ص يِب ٍّ قَطْ ًعا َو
ِ ف مطْلَ ًقا
َ )(وأُذُن
َ
ٍ
ُ ْب) أَن
ِ
ُ (و َح َر ٌم َتثْقْي
َ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ صَر َح به الْغََزاىِل َو َغْيُرهُ ِألَنَّهُ إيْالَ ٌم مَلْ تَ ْدعُو إلَْيه َح
ٌاجة َ َك َما
Haram mutlak menindik (melubangi) hidung, para ulama’ sepakat
atas keharaman menindik telinga anak laki-laki yang masih kecil guna
memasang anting, sedangkan pada anak perempuan yang masih kecil
menurut qoul aujah juga haram sebab hal itu menyakiti sebelum ada
keperluan. I’anah At-Thalibin, Juz 4 hal 175 – 178.
b. Makruh bagi anak laki-laki yang masih balita, menurut sebagian
Ulama’ Hambaliyah.
181
menghiasi dirinya. Asalkan saat menindik tidak menimbulkan
dampak negatif.
اج إِلَْي ِه َّن َس ِه َل حُمْتَ ِم ٌل َو ُم ْغتَ ِف ٌر
ِ َّاعيَ ِة لَِر ْغبَ ِة اْأل َْز َو
ِ الزينَ ِة الد ِِ ِ
ْ ِّ ب يِف مثْ ِل َه ذه
ِ
ُ َْوالت َّْع ذي
ِ ِ
َ َفتَأ ََّم َل ذَل. صلَ َح ِة
. ك فَِإنَّهُ ُم ِه ٌّم َ لتِْل
ْ ك الْ َم
)178 – 175 :(إعانة الطالبني اجلزء الرابع ص
Sedangkan menyakiti demi untuk perhiasan yang dapat menimbulkan rasa
cinta suami pada istrinya itu sangat ringan dan tidak masalah sebab ada
unsur kemaslahatan.
Keterangan tersebut di atas terdapat pada kitab I’anah At-Thalibin,
Juz 4 hal 175 – 178.
Hukum Tato
Di kalangan remaja sering kita jumpai banyak para remaja yang
bertato, menurut mereka tato merupakan style atau mode, bahkan bagi
sebagian dari mereka merasa ada suatu kebanggaan tersendiri kalau bisa
mentato tubuhnya, bahkan ada yang hampir seluruh tubuhnya terlukis
tato.
Tato adalah zat yang dapat dituangkan pada tubuh dengan bentuk
gambar atau yang lain melalui berbagai cara sehingga tato tersebut
terkadang berada di kulit lapisan luar atau kulit lapisan dalam, dan bisa
menyebabkan tidak meresapnya air pada kulit baik ketika mandi besar
ataupun wudlu’. Bagaimanakah hukum orang yang tubuhnya di tato? Dan
sahkah wudlu’nya?
Ulama’ berpendapat: Hukum mentato tubuh adalah Haram, karena
perbuatan itu dilaknat Allah Swt dan Nabi pun melaknatnya juga.
Sebagaimana keterangan dalam kitab Is’ad al-Rafiq hal. 122:
ِِ ُّ ب َع َملِ ِه قاَ َل الْ ُك ْر ِد ِ
ُ َى الْ َو ْش ُم َغ ْر ُز اجْل ْلد بِاإْلِ ْبَر ِة َحىَّت خَي ْ ُر َج الد
َّم ْ ى َو ُه َو أ ُ ََومْنهاَ الْ َو ْش ُم َوطَل
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه أِل ِ ٍ ِ ِ ِ
َ ُمُثَّ يَ ُذ َّر َعلَْي ه َوحَيْ َش ى بِ ه الْ َم َح ُّل م ْن َنْيلَ ة اَْو حَنْ ِوه اَ لَي ْز ُر َق اَْو يَ ْس َو َّد َنَّه
ِ
)122 ك (اسعاد الرفيق ص َ َو َسلَّ َم لَ َع َن فاَ ِع َل ذل
182
Mengenai tentang sah dan tidaknya wudlu’ atau mandi besar orang
yang tubuhnya bertato para ulama’ berbeda berpendapat:
a. Tidak sah wudlu’ atau mandi besarnya tubuh yang bertato, apabila
tato tersebut berada di lapisan luar kulit, karena bisa mencegah
sampainya air kepada kulit. Fathu al-Mu’in halaman 5.
b. Apabila di bawah kulit maka sah, karena tidak menghalangi
sampainya air kepada kulit. Fathu al-Mu’in halaman 5.
ض ِو َحائِ ٌل َبنْي َ الْ َم ِاء َوالْ َم ْغ ُس ْو ِل َكُن ْو َر ٍة َومَشْ ٍع
ْ ُ(رابِعُ َه ا) أَ ْن اَل يَ ُك ْو َن َعلَى الْع
َ َو
ِ ِ ٍِ خِب ٍ ِ
ُت الْ َم اء ْ َُي َم ائ ٍع َوإِ ْن مَلْ َيثْب
ْ َو ُد ْه ٍن َجام د َو َعنْي ِ َحرْبٍ َو َحنَ اء الَف ُد ْه ٍن َج ا ٍر أ
.)5 ص، (فتح املعني.ٌَعلَْي ِه َوأَْثُر َحرْبٍ َو َحنَاء
c. Apabila tato itu dilakukan atas dasar persetujuan orang yang ditato,
dia tidak khawatir akan terjadi bahaya ketika menghilangkannya,
dan apabila tato tersebut tidak dihilangkan, maka dia tidak bisa
menghilangkan hadatsnya, karena tatonya bercampur najis.
Otomatis kalau dia ingin bersuci harus menghilangkan tatonya
terlebih dahulu.
d. Akan tetapi apabila dia khawatir dengan bahaya apabila
menghilangkannya, maka dima’fu/dimaafkan untuk membiarkan
tatonya tersebut, dan bersucinya tetap sah dan orang tersebut tetap
sah menjadi imam. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Nihayah
al-Muhtaj, juz I, hal. 178
َّم مُثَّ يَ ُذ َّر حَنْ َو نِْيلَ ٍة لََي ْز ُر َق بِ ِه أ َْو ِِ
ُ َو َك َذا الْ َو ْش ُم َو ُه َو َغ ْر ُز اجْل ْل د بِاإْلِ برة َحىَّت خَي ْ ُر َج الد
ِ ِ ِ ِ ض ر فَِفي ِه َت ْف
َن َم ْن َف َع َلَّ ك أ َ ص ْي ُل اجْلَرْبِ ِخاَل فًا ل َم ْن قَ َال إِ َّن بَابَهُ أ َْو َس ُع َفعُل َم ِم ْن ذَل ْ َ ُ ْ خَي
ِ ِ ِِ ِ ْ َالْو ْش م بِ ِرض اه يِف حالَ ِة تَكْلِي ِف ِه ومَل خَي
ُض َر ًرا يُبِْي ُح التَّيَ ُّم َم ُمن َع ْارت َف اع َ ف م ْن إَِزالَت ه ْ َ ْ َ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ث عن حَم لِّ ِه ِلَتنَ ُّج ِس ِه وإِاَّل ع ِذر يِف ب َقاِ ِئه وع ِفي عْن ه بِالن
ت ْ ص َّح َ ِّس بَة لَهُ َولغَرْيِ ه َو ْ َُ َ َُ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ِ احْلَ َد
ث مَلْ يُ ْع َذ ْر فِْي ِه َواَل يِف َم ٍاء قَلِْياًل أ َْو َماِ ًئعا أ َْو َرطْبًا جَنْ ُس هُ َك َذا ُ طَ َه َارتُ هُ َوإِ َم َامتُ هُ َو َحْي
183
ص الِ ٍح طَاِه ٍر أ َْو َم َع ٍ ِ ِ ِ ِ مِح
َ ص لَهُ بِه َم َع ُو ُج ْود َ َي بِأَ ْن َو ِ
ْ أَْفىَت ب ه اْلَوالُد َر َهُ اهللُ َت َع اىَل َوإاَّل أ
ِ ِِ
ْك ِإ ْن مَل َ ب َعلَْي ِه َنْزعُ هُ َو ْجيرب َعلَى َذل َ ِّي َو َو َج ْ َّع دَ َص اًل َح ُر َم َعلَْي ه للت
ِ ع َدِم احْل
ْ اج ة أ َ َ َ
اس ةً َت َع دَّى حِب َ ْملِ َها ِ ِ
َ َضَر ًرا ظَاهًرا يُبِْي ُح التَّيَ ُّم َم َوإ ْن ا ْكتَ َس ى حَلْ ًما َك َما لَ ْو مَحَ َل جَن َ ف ْ َخَي
ِ
ُس فَِإ ْن ْامَتنَ َع لَ ِز َم احْلَاكم َن ْز َعهٍ ِص ِل الْ َم ْرأ َِة َش ْعَر َها بِ َش ْع ٍر جَن ِ مع مَتَ ُّكنِ ِه ِمن
ْ ِإزالَت َها َو َك َو
َ ْ ََ
ص ُّح ِ َب واَل ْاعتِب ار بِأَلَ ِم ِه ح ااًل إِ ْن أ َِمن م آاًل واَل ت ِ لِ ُد ُخو ِل النِّياب ِة فِْي ِه َك ر ِّد الْم ْغ
َ ََ َ َ َ َ ص ْو ُ َ َ ََ ْ
صاَل تُهُ ِحْينَئِ ٍذ
َ
184
b. Makruh bagi wanita memakai celana ketat.
ض ِاء ِ ويك ِْفى ما حُي َكي حِل ج ِم ااْل َ ْعض ِاء (اَي و يك ِْفي ِجرم ي ْد ِر ُك الن
َ َّاس مْنهُ قَ ْد َر ااْل َ ْع
ُ َ ٌْ ْ َ َ ْ َ َْ ْ َ ََ
)ف ااْل َْوىَل (اَ ْي لِ َّلر ُج ِل َواََّمالْ َمرأَةُ َواخْلُْنثَي َفيُ ْك َرهُ هَلَُم ا ُ ضْي َق ٍة) لَ ِكنَّهُ ِخاَل َ َك َسَرا ِويْ َل
) 134 ص1 ( حاشية إعا نة الطا لبني ج
الصالَِة َوخاَ ِر ِجه اَ اَ ْن يَ ْش ِم َل الْ َم ْس ُت ْو ُر لَبِس اً َوحَنْ َوهُ َم َع َس رْتِ اللَّ ْو ِن َّ الساتِِر ىِف َّ َو َش ْر ُط
َفيَك ِْفى َما مَيْنَ ُع اِ ْد َر َاك لَ ْو ِن الْبَ َشَر ِة
(Mauhibah Dzil Fadlal, juz II, hal. 326-327 dan al-Minhaj al-Qawim
juz 1 hal 234).
185
ث َو َيْنبَغِ ْي مَحْلُهُ لُِي َوافِ َق َعلَىِ الزو ِاج ِر وه و ِمن الْ َكب اَئِِر لِص ِري ِح ه ِذ ِه اْألَح ِادي
ْ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َّ ق اَ َل
ىِف
ِ ِ ِ اع ِدناَ علَى ما اِ َذا حَت َّق َق ِ َقو
َ أ ََّما جُمَ َّر ُد َخ ْش يَتهاَ فَامَّنَا ُه َو َم ْك ُر ْوهٌ َو َم َع ظَن.ُت اَلْفْتنَ ة
ِّها ْ َ َ َ َ
ِ
)136 ص2 َحَر ٌام َغْيُر َكبرْيٍ َك َما ُه َو ظَاهٌر (اسعاد الرفيق ج ِ
Dalam kitab Al-Zawajir disebutkan bahwa sesuai dengan redaksi hadits di
atas, maka (keluarnya wanita dari rumah) adalah termasuk dosa besar.
Agar pernyataan ini sesuai dengan kaidah-kaidah kita, maka harus
dipahami dalam keadaan jika memang benar-benar akan terjadi fitnah.
Adapun jika hanya sekedar ada kekhawatiran terjadinya fitnah, maka
hukumnya makruh. Sedangkan jika disertai dengan dugaan kuat adanya
fitnah, maka hukumnya haram, namun bukan dosa besar. (Is’ad al-Rofiq,
juz II, hal. 136)
187
Artinya: suara perempuan bukanlah aurat menurut pendapat yang lebih
shahih, tetapi haram mendengarkannya ketika akan menimbulkan fitnah.
Apabila seorang laki-laki mengetuk pintu rumah perempuan, maka perempuan
tersebut tidak boleh menjawabnya dengan suara yang lembut, melainkan ia
harus menjelekkan suarannya dengan cara menutupkan ujung telapak
tangannya pada mulutnya.
جْلِدِه
ِ ِع بِـ
ُ صِّيِد َاْوَيْنَتف
َ حِل و ََبْي ُع ْاَلفْهِد َوْاَألَسِد َومََايصُْلُح ِل
ِ َّجْوُز َبْيُع الِْهَّرةِ َوالن
ُ َوَي
Diperbolehkan menjual kucing, lebah, harimau dan hewan yang dapat
digunakan untuk berburu atau diambil kemanfaatannya.
189
BAB XIX
HUKUM HIBURAN DAN PERMAINAN
(Nyanyian, Orkesan, Musik, Tarian, Ludruk, Wayang dll)
190
ِ ِ ِ ِ
ِ ض َّل عن سبِ ِيل اللَّ ِه بِغَ ِ ِع ْل ٍم ويت ِ َو ِم َن الن
َّخ َذ َها ُهُز ًوا ََ رْي َ ْ َ َُّاس َم ْن يَ ْشرَتِ ْي هَلَْو احْلَديث لي
)6( ني ٌ اب ُّم ِه َ ِأُولَئ
ٌ ك هَلُ ْم َع َذ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang
tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah Swt. tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah Swt. itu olok-olokan. mereka itu
akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S. Luqman ayat 6)
ث قَ َال اِبْ ُن َم ْس عُ ْو ٍد َواحْلَ َس ُن
ِ َّاس من يَّ ْش ِ ي هَل و احْل ِدي ِ ِِ
ْ َ َ ْ ْ ا ْحتَ ُج ْوا بَِق ْول ه َت َع اىَل َوم َن الن ِ َ ْ رَت
ِ
ث ُه َو الْغِنَ اءُ (احياء علوم الدين ج ِ ي والنَّخعِي ر ِض ي اهلل عْنهم إِ َّن هَل و احْل ِدي
ْ َ َْ ْ ُ َ ُ َ َ ُّ َ َ ُّ ص ِر ْ ِالْب
) باب بيان حجج القائلني بتحرمي السماع واجلواب عنها2
Mereka menafsirkan lafadz Lahwal Hadits (perkataan yang tidak
berguna) ini dengan arti nyanyian.
Ada sebagian ulama’ memberi hukum haram pada hiburan dan
permainan (Nyanyian, Musik, Tarian, Ludruk, Wayang dll) dengan
landasan dalil hadits di bawah ini:
191
ب (احي اءالش ر ِ
س ُّ َْفَن ُق ْو ُل أ ََّما الْ َقْينَ ةُ فَ الْ ُمَر ُاد هِبَا اجْلَا ِريَ ةُ الَّيِت َتغَيِّن لِ ِّلر َج ِال يِف ْ جَمْلِ ِ
ْ َ
علوم الدين ج 2باب بيان حجج القائلني بتحرمي السماع واجلواب عنها)
Golongan dari madzhab Hambali berpendapat Nyanyian adalah
haram hukumnya, baik dinyanyikan oleh perempuan maupun laki-
laki apabila mendatangkan syahwat bagi orang yang mendengarkan
atau menyebabkan bercampurnya kaum laki-laki dan wanita atau
disertai mabuk-mabukan.
b. Makruh
Menurut Imam Tabrani dalam kitabnya al-Mu’jam al-Ausat
hukum dari hiburan dan permainan (nyanyian, musik, seni tari,
ludruk, wayang, dll.) adalah makruh.
ص بِ ْن عُ َمُرو َّ
الربَّايِل ْ ، ي َ ،ح َدثَنَا َح ْف ٍ َح َدثَنَا حُمَ َّم ِد بْ ِن حَمْ ُم ِويَّ ْه اَجْلَ ْو َه ِر ُّ
ي اَأل َْه َوا ِز ُّ
َسلَم َ ،عن أَبِْي ِه َ ،عن عُمر بْ ِن اخْلَطَّ ِ ٍ ٍ ِ ِ
اب ْ َُ َح َدثَنَا اْملُْنذ ُر بْ ُن ِزيَاد الَطَّائ ُّي َ ،ع ْن َزيْد بْ ِن أ ْ ْ ْ
ُعلَْي ِه َو َسلَّ َمُ « :ك ُّل هَلٍْو يُكَْرهُ إِالَّ ُمالَ ِعبَةُ َّ
الر ُج ِل صلَّى اهلل َ
ِ
قَ َال :قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل َ
ث َع ْن َزيْ ٍد بْ ِن اِمرأَتَه ،وم ِشي ِه ب اْهل َد َف ِ ،و َتعلِي ِم ِه َفرسه » « مل ْير ِو ٰه َذا احْل ِدي ِ
َ ْ َ َْ ْ َ ُ َ َ ْ َنْي َ َ نْي َ ْ ْ َ َ ُ
ِِ أ ِ ِ
ص بْ ُن عُ َمُرو الََّربَّايِل ْ » (املعجام االوسط َسلَ ْم إالَّ اْملُْنذ ُر بْ ُن ِزيَ ْاد َ ،ت َفَّر َد بهَ :ح ْف ُ ْ
للطربىن ج 7ص )170
ىل َكَر َاهتِ ِـه ِمْن ُه ْم ِ ِ ص ِمن َكالِم فَ َذهب ِِِ ِ
َ ت طَائـ َفةٌ ا ْ َ َ َ ْ ِ َْولَنَ ْذ ُكُرمـَا ل ْلعُلَمـَاء فيـْه اَ ْي يِف الـَّرق
ص
ُ ْف اَلـَّرق ُ ِّص ْـور تُ َكل َ َ َوق.ـال َحـ َكاهُ َعْنهُ الََّر ْويـَانِ ْـي يِف اْلبَ ْح ِر
ُ ـال اَلأُ ْستـَاذُ اَبـُْو َمْن ُ اَلْ َق َّف
.ٌب َولَ ْـه ٌو َو ُه َو َمكُْر ْوه ِ ِ ِِ ِ َلى اْ ِإل يْقـ
ٌ اع َمكُْر ْوهٌ َو ٰه ُـؤالَء ا ْحتَ ُج ْـوا باَنَّهُ لَع َ َع
Imam Ghozali berpendapat dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juz 02
bahwasanya nyanyian, orkesan dan sejenisnya adalah termasuk
hiburan (Laghwun) yang dimakruhkan, serupa dengan perbuatan
batil tetapi tidak sampai haram, sebagai contoh adalah permainan
orang-orang Habasyah dan tarian mereka, Rasulullah pernah
menyaksikannya dan tidak membencinya. Dalam hal ini Lahwun
dan laghwun tidak dimurkai Allah Swt.
193
ُ ص ِحْي ٌح َولَ ِك َّن اللَّ ْه َو ِم ْن َحْي ِِ ِ ِ
هو
ٌ ْث اَنَّهُ لَـ َ اَلْغنـَاءُ لَ ْـه ٌو َمكُْر ْوهٌ يُ ْشبِهُ اْلبـَاط َل َو َق ْولـه لَ ْـه ٌو
صلَّى اهللُ َعلَْي ِـه َو َسلَّ َم َيْنظُُر اِلَْي ِه
َ ص ُه ْم لَ ْـه ٌو َوقَ ْد َكا َن
ِ
ُ ْب اْحلَبَ َشة َو َرق
ٍ ِلَْيس ب
ُ ـحَرام َفلَ ْع
َ َ
َّ
) ىف باب السمـاع2 َوالَ يَكَْر ُههُ بَ ِل اللّ ْـه ُو َواللَّـ ْغ ُو الَ يـَُؤا ِخ ُذ اهلل ُبِِه (احيـاء جز
194
c. Boleh
Imam Bukhari meriwayatkan hadits dalam kitab sahihnya bab
an-Niswah al-Laati Yahdina al-Mar'ah juz 1 hal 145 dari Siti Aisyah
bahwa Nabi pernah berkata:
ِ ِ ٍِ
يل َع ْنُ وب َح َّد َثنَا حُمَ َّم ُد بْ ُن َسابق َح َّد َثنَا إ ْسَرائ ْ – َح َّد َثنَا الْ َف4765
َ ض ُل بْ ُن َي ْع ُق
ِ ِ ِ ِ
صا ِر َف َق َال َ ْت ْامَرأًَة إِىَل َر ُج ٍل منَ اأْل َن ْ َّه َش ِام بْ ِن عُْر َو َة َع ْن أَبِيه َع ْن َعائ َشةَ أَن ََّها َزف
ص َار يُ ْع ِجُب ُه ْم ِ ِ
َ ْصلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يَا َعائ َشةُ َما َكا َن َم َع ُك ْم هَلٌْو فَِإ َّن اأْل َن
ِ
َ نَيِب ُّ اللَّه
اللَّ ْه ُو
Dari hadits tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Nabi menginginkan seorang penyanyi yang dapat disuruh Nabi
untuk menghibur kaum Anshar ketika Siti Aisyah menikahkan
seorang gadis dengan pemuda anshar karena kaum anshar sangat
kagum dan senang dengan nyanyian.
Diceritakan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Imam Nasa'i bahwa pada hari raya sahabat Abu Bakar
berkunjung ke rumah Siti Aisyah untuk halal bi halal kepada Nabi
Saw., ketika beliau masuk beliau menjumpai ada dua gadis di
samping Siti Aisyah yang sedang menyanyi, seketika itu Abu Bakar
menghardik mereka seraya berkata: Apakah pantas ada seruling
syaitan di rumah Rasulullah?! Kemudian Nabi Saw. bersabda:
“Biarkanlah mereka, wahai Aba Bakar, sesungguhnya hari ini
adalah hari raya. Adapun bunyi hadits yang menceritakan peristiwa
itu adalah sebagai berikut ini dalam kitab Sunan an-Nasai juz 6 hal.
59.
ِ ِ ِ َّ ِ ِ َخَبَرنَا أَمْح َ ُد بْ ُن َح ْف
يم بْ ُن طَ ْه َما َنُ ص بْ ِن َعْبد الله قَ َال َح َّدثَيِن أَيِب قَ َال َح َّدثَيِن إ ْبَراه ْأ
َّ َن َعائِ َشةَ َح َّد َثْتهُ أ
َن أَبَا بَ ْك ٍر ِّ الز ْه ِر
َّ ي َع ْن عُْر َو َة أَنَّهُ َح َّدثَهُ أ ُّ س َع ْن ٍ َك بْ ِن أَنِ َِعن مال
َْ
صلَّى ِ ِ ِ
ِّ ض ِربَان بِالد ِ ِ
ْ َِّيق َد َخ َل َعلَْي َها َوعْن َد َها َجا ِر َيتَان ت
َ ول اللَّه ُ ُّف َو ُتغَنِّيَان َو َر ُس َ الصد ِّ
195
ف َع ْن َو ْج ِه ِه ِ ِ
ْ اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُم َس ًّجى بَِث ْوبِه َوقَ َال َمَّر ًة أ
َ ُخَرى ُمتَ َس ٍّج َث ْوبَهُ فَ َك َش
صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه ِ ُ يد وه َّن أَيَّام ِمنَى ورس ٍِ
َ ول اللَّه ُ ََ ُ ُ َ َف َق َال َد ْع ُه َما يَا أَبَا بَ ْك ٍر إِن ََّها أَيَّ ُام ع
َو َسلَّ َم َي ْو َمئِ ٍذ بِالْ َم ِدينَ ِة
Dari cerita di atas bisa dibuat dalil bahwa Nabi tidak melarang
hiburan dan permainan (nyanyian, orkesan, musik, tarian, ludruk,
wayang dll).
Menurut Imam Al-Fauroni: Hukum dari hiburan dan permainan
(nyanyian, orkesan, musik, tarian, ludruk, wayang, dll) adalah
boleh, dengan alasan bahwa semua perkara itu adalah termasuk
Lahwun, Laghwun dan La’bun dan hukum asal dari Lahwun,
Laghwun dan La’bun itu adalah mubah. Diterangkan di dalam
kitab al-Itkhaf juz 06.
َ َاحتِ ِـه ق
ـال ِ ِ ِ ْ جـوا بِاَنَّهُ لَ ْعب ولَ ْـهو و ُهو مكْروهٌ و َذ َهب ِِ
َ َت طَائـ َفةٌ إىَل إبَ َ ُْ َ َ َ ٌ َ ٌ ْ ُّ ََو َه ُـؤالَء ا ْحت
ِ ِِ ِ ِ
َُصلُه ُ َاَلْ َف ْـو َران ْـي يِف ْ كتـَابه اَلْعُ ْم َدةُ اَلْغنَـاءُ يُبـ
ْ اح أ
196
BAB XX
PERDUKUNAN
197
انْطَلَ ُق وا ىِف-ص لى اهلل عليه وس لم- ِّ اب النَّىِب ِ َص ح ِ ٍ ِعن أَىِب س ع
ِّ يد اخْلُ ْد ِر
َّ ى أ
َ ْ َن َر ْهطًا م ْن أ َ َْ
َح ٍد ِ َ ض ُه ْم إِ َّن َس يِّ َدنَا لُ ِد ِ َحي ِاء الْع ر ِ حِب
َ َس ْفَر ٍة َس ا َفُر
َ غ َف َه ْل عْن َد أ ُ ب َف َق َال َب ْع َ َ َ ْ وها َفَنَزلُوا َ ٍّى م ْن أ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِمْن ُكم َش ىء يْن َف ع
ض ْفنَا ُك ْم
َ َاست ْ ص احَبنَا َف َق َال َر ُج ٌل م َن الْ َق ْوم َن َع ْم َواللَّه إِىِّن أل َْرقى َولَك ِن َ ُ َ ٌْ ْ
َالش ِاء فَأَتَاهُ َف َق َرأ
َّ فَ َج َعلُوا لَهُ قَ ِط ًيعا ِم َن.ًضِّي ُفونَا َما أَنَا بَِر ٍاق َحىَّت جَتْ َعلُوا ىِل ُج ْعال َ ُفَأ ََبْيتُ ْم أَ ْن ت
اه ْم ُج ْعلَ ُه ُم الَّ ِذى ٍ ِ ِ َ اب ويْت ُف ل حىَّت ب رأَ َكأَمَّنَا أُنْ ِش
ُ َ قَ َال فَأ َْوف.ط م ْن ع َق ال ِ ِ
َ َ َ ُ َ َ ََعلَْي ه أ َُّم الْكت
ِ
صلى اهلل- ول اللَّ ِه َ َف َق َال الَّ ِذى َرقَى الَ َت ْف َعلُوا َحىَّت نَأْتِ َى َر ُس.وه ْم َعلَْي ِه َف َقالُوا ا ْقتَ ِس ُموا
ُ ُصاحَل َ
فَ َذ َكُروا لَ هُ َف َق َال-صلى اهلل عليه وسلم- ول اللَّ ِه ِ َفغَ َدوا َعلَى رس. َفنَس تَأِْمره-عليه وسلم
َُ ْ َُ ْ
ِ
اض ِربُوا ْ َح َس ْنتُ ُم ا ْقتَ ِس ُموا َو ِ
ْ « م ْن أَيْ َن َعل ْمتُ ْم أَن ََّها ُر ْقيَ ةٌ أ-صلى اهلل عليه وسلم- ول اللَّه
ِ ُ رس
َُ
.» ىِل َم َع ُك ْم بِ َس ْه ٍم
Dari Abi Said al Khudzri ra. Bahwasannya sekelompok sahabat Nabi berangkat
melakukan suatu perjalanan, mereka berhenti diperkampungan Arab. Salah satu
dari penduduk tersebut berkata, Sesungguhnya pemimpin kami disengat
kalajengking. Apakah ada di antara kalian yang bisa memberi manfaat (mengobati
pemimpin kami)? Seorang laki-laki dari sahabat menjawab, betul. Demi Allah Swt.
sesungguhnya kami bisa menyuwuk (mengobatinya) tetapi, ketika kami akan
bertamu, kalian malah menolak. Aku tidak akan mengobati, sehingga kalian
memberi gaji (upah). Bayarlah gaji tersebut dengan seekor kambing. Lalu satu
kambing didatangkan. Laki-laki tersebut membaca surat al-Fatihah, kemudian
meniupkan ludahnya sehingga pimpinan itu sembuh, (saking cepatnya) seperti
orang yang terlepas dari tali serban. Abi Said berkata,” mereka menepati janji
dengan memberi gaji (upah).” Lalu para sahabat berkata, “Bagilah (upah
tersebut).” Lelaki tukang suwuk berkata, “Jangan lakukan hal itu sehingga kita
datang kepada Rasul.” Lalu Rasul bersabda, “Dari mana kalian tahu bahwa
ummul kitab bisa dipergunakan untuk menyuwuk? Bagus….kalian, bagilah! Dan
aku minta bagian”. (Sunan Abi Dawud, juz II, hal. 232-233)
198
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa mengobati
berbagai penyakit dengan do’a-do’a itu dibenarkan. Dan mengambil
ongkos/upah dari pengobatan itu juga diperbolehkan.
199
BAB XXI
PEMAKAMAN
200
golongan ini tidak dimandikan dan tidak perlu dishalati. (Kifayah
al-Akhyar, Fashal Fii al-Mu’tadati al-Raj’iyah juz I, hal.164).
الس ْق ُ ِ
لش ِهْي ُد ىِف َم ْعَر َك ِة اْل ُك ََّف ا ِر َو ِّ
صلَّى َعلَْي ِه َما :اَ َّ ِ ِ
ط اَّلذى مَلْ َوإ ْثنَان الَيُ ْغ َسالَن َوال يُ َ
يَ ْستَ ِه ْل
Artinya : Dan dua orang yang tidak dimandikan dan tidak dishalati atas
mereka: (1) orang yang meninggal dalam medan pertempuran melawan
orang-orang kafir dan (2) janin yang jatuh (bayi kluron) yang belum
sempat menangis.
201
Talqin terhadap orang yang akan meninggal dunia adalah
mengajari ucapan kalimah toyyibah supaya dalam akhir hayatnya tetap
membawa kalimat “Laa Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah”.
: -صلى اهلل عليه وسلم- ول اللَّ ِه ُ ى َر ِض َى اللَّهُ َعْن هُ قَ َال قَ َال َر ُس ِّ َع ْن أَىِب َسعِْي ٍد اخْلُ ْد ِر
يث َخالِ ِد بْ ِن
ِ يح ِمن ح ِد
َ ْ ِ الص ح
ِ َّ أَخرج ه مس لِم ىِف.»« لَقِّنُ وا موتَ ا ُكم الَ إِلَ ه إِالَّ اللَّه
ٌ ْ ُ ُ َ َْ ُ َ ْ َْ
ٍ ِ ِ
. ضا م ْن َحديث أَىِب َحا ِزم َع ْن أَىِب ُهَر ْيَر َة ِ ٍ
ً َْخَر َجهُ أَي
ْ خَمْلَد َع ْن ُسلَْي َما َن َوأ
. صحيح مسلم باب تلقني املوتى.1
سنن أيب داود باب ماىف التلقني.2
. السنن الكربى للبيهقى ويف ذيله باب ما يستحب من تلقني امليت.3
Dari said dan Abu Hurairoh ra. Mereka berkata, Rasul bersabda: “Ajarilah orang
mati kalian dengan kalimat Laa Ilaha Illallah”. Hadits ini diriwayatkan Imam
Muslim pada kitab sahihnya, dari cerita Khalid bin Makhlad, dari sulaiman. Imam
Muslim juga meriwayatkan hadits ini dari cerita Abi Khazim, dari Abu Hurairah.
202
karena pada saat menjelang kematiannya akan menjadi tolak ukur
kebahagiaan dan kesengsaraan kehidupan manusia di akhirat selanjutnya.
203
jenazah orang wanita dapat menggugurkan kewajiban shalat jenazah bagi
orang laki-laki?
a. Menurut Imam Ibnu Muqri dan dikukuhkan oleh imam al-Romli
bahwa shalatnya orang perempuan sah dan hanya dapat
menggugurkan fardu kifayah dari golongan perempuan saja,
artinya tidak dapat menggugurkan kewajiban kaum laki-laki.
)181, 2 ِّس ِاء (شرح املنهج جز ِ
َ ض َع ِن الن ْ َّصل
َ ت اَلْ َم ْرأَةُ َس َق
ُ ط اَلْ َف ْر َ َواذَا
Perempuan yang shalat jenazah hanya bisa menggugurkan kewajiban bagi
kalangan perempuan saja (tidak bisa menggugurkan kewajiban bagi laki-
laki). (Sarayh, al-Minhaj, juz II, hal. 181)
205
Tradisi ibro’ yang telah berlaku di masyarakat ini hukumnya boleh
(disunnahkan), bahkan dianjurkan memberi pujian baik kepada jenazah
asalkan si mayit memang pantas untuk dipuji. Sebagaimana keterangan di
bawah ini:
ِ ت و ِذ ْكر حَم
) 150 اسنِ ِه ( االذكار النواوى ص ِ
َ ُ َ ِّب الثَّنَاءُ َعلَى الْ َمي
ُّ َويُ ْستَ َح
Disunnahkan memuji atas mayit dan menyebutkan kebaikannya. (al-Adzkar al-
Nawawi hal.150)
206
Sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat apabila mengiringi
jenazah menuju ke pemakaman, dengan diiringi bacaan kalimat tahlil (Laa
Ilaha Illallah). Bagaimanakah hukum membaca kalimat tersebut?
Tradisi seperti itu sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, dan
amalan tersebut tidak dilarang oleh agama, sebab selain mengandung nilai-
nilai kebaikan dengan berdzikir kepada Allah Swt. perbuatan itu tentu jauh
lebih baik dari pada berbicara masalah duniawi dalam suasana berkabung,
sebagaimana dijelaskan oleh syekh Muhammad Bin A’lan al-Siddiqi dalam
kitabnya al-Futukhat al-Rabbaniyah;
ض ٍر ِم َن اْلعُلَ َم ِاء َواْل ُف َق َه ِاء ِّ ِت اَلْ َع َادةُ ىِف َبلَ ِدناَ َزبِْي ٍد بِ اجْلَ ْه ِر با
َ لذ ْك ِر اَم اََم اجْلَن اََز ِة مِب َ ْح ْ ْ َوقَ ْد َج َّر
ِ ب الْم َش يِّعِ بِاحْل ِدي ِ ٍ ِ ِ ِ ِ مِب ِ ُّ و
ِّ لد ْنيَ ِو
ي ُّ َث ا ْ َ َ ت اَلَْب ْل َوى َا َش اه ْدناَهُ م ْن ا ْش تغَال غ اَل ٍ ُ نْي ْ الص لَ َحاء َوقَ ْد َع َّم َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ك اىَل الْغْيبَ ة اَْو َغرْيِ َها م َن اْل َكالَِم اَلْ ُم َحَّر َم ة فَالَّذ ْي ا ْختَ َارهُ ا َّن ُش ْغ َل امْسَاع ِه ْم ِ ِ ِ
َ َو ُرمَّبَا اََد ُاه ْم َذل
ًي اِْرتِ َكاب ا ِّ اسرِت ْ َس اهِلِ ْم ىِف اْل َكالَِم ال ُّد ْنيَ ِو ِ ِِِ ِ ِ
ْ بِال ِّذ ْك ِر اَلْ ُم َؤ ِّد ْي اىَل َت ْرك اْل َكالَِم َو َت ْقلْيل ه اَْوىَل م ِن
ِ َّهلِْي ُل َو َغْيُر َها ِم ْن اَْن َو
اع ْ لذ ْكُر َوالت ِّ َاع َدةُ الش َّْر ِعيَّةُ و َس واءٌ ا
َ َ
ِ َكم اَ ه و الْ َق. ِ ف الْم ْفس َد َت
َُ َخ ِ َ َ نْي َّ بِأ
)183 ص4 الذ ْك ِر َواهللُ اَ ْعلَ ُم (الفتوحات الربانية على اذكر النواوية ج ِّ
Telah menjadi tradisi di daerah kami Zabith untuk mengeraskan dzikir di hadapan
jenazah (ketika mengantar ke kuburan). Dan itu dilakukan di hadapan para
ulama’, ahli fiqih dan orang-orang saleh. Dan sudah menjadi kebiasaan buruk
yang telah kita ketahui, bahwa ketika mengantarkan jenazah, orang-orang sibuk
dengan perbincangan masalah-masalah duniawi, dan tidak jarang perbincangan
itu menjerumuskan mereka ke dalam ghibah atau perkataan lain yang diharamkan.
Adapun hal yang terbaik adalah mendengarkan dzikir yang menyebabkan mereka
tidak berbicara atau meminimalisir pembicaraan adalah lebih utama dari pada
membiarkan mereka bebas membicarakan masalah-masalah duniawi. Ini sesuai
dengan prinsip memilih yang lebih kecil mafsadahnya, yang merupakan salah satu
kaidah syar’iyah. Tidak ada bedanya apakah yang dibaca itu dzikir, tahlil ataupun
207
yang lainnya, WaAllahu a’lam. (Al-Futukhat al-Rabbaniyah ‘ala Adzkari al-
Nabawiyah juz IV, hal. 183)
Dan lebih jelas lagi di terangkan dalam kitab Tanwirul Qulub, bahwa
disunnahkan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, membaca dzikir atau
membaca shalawat kepada nabi Muhammad Saw., dan dilarang gaduh
atau berbincang-bincang tentang perkara yang tidak berguna:
ط ِ الت َف ُّكر ىِف الْم و
ُ َ َو ُك ِر َه اللُّغ. ُت َوماََب ْع َده هِب ِ
َْ ُ َّ َويُ َس ُّن الْ َم ْش ُي اََم َام َها َو ُق ْر َب َها َواْال ْس َراعُ َا َو
ُص لَّى اهلل
َ ِّ الص الَت َعلَى النَّيِب ِّ ت اِالَّ بِالْ ُق ْرأ َِن و
ِ َّ الذ ْك ِر و ِ الص و
ْ َّ الد ْنيَا َو َرفْ ِع ُّ ث يِف ْ اُُم ْو ِر ِ
ُ َْواحْلَدي
َ َ
) 213 ( تنوير القلوب ص.ت ِ ِّعلَي ِه وسلَّم فَالَ بأْس بِِه اْالَ َن أِل َنَّه ِشعار لِْلمي
َ ٌَ ُ َ َ َ َ َ َْ
Para pengantar jenazah yang berjalan kaki disunnahkan berjalan di depan keranda
atau di dekatnya sambil berjalan cepat dan berfikir tentang dan sesudah mati.
Tetapi tidak disunnahkan bagi para pengantar jenazah untuk gaduh, bercakap-
cakap urusan dunia, apalagi dengan suara keras, kecuali melantunkan ayat-ayat
al-Qur’an, membaca dzikir, atau shalawat kepada nbi karena hal ini menambah
syi’ar bagi si mayit. (Tanwir al-Qulub halaman 213)
Talqin Mayit
Talqin mayit adalah mengajari dan menuntun aqidah kepada mayit,
dengan harapan si mayit mampu menjawab pertanyaan malaikat Munkar
dan Nakir.
َح ٌد ِم ْن إِ ْخ َوانِ ُك ْم فَ َس َو ْيتُ ُم َتأ
ٍ ِ
َ َ( َق ْولُ هُ َي ُق ْو ُل ي اَ َعْب َد اهلل إِخَلْ ) َر َواهُ الطَّْب َرايِن ُّ بِلَ َف ظ إِ َذا م ا
ََّح ُد ُك ْم َعلَى َرأْ ِس َقرْبِ ِه مُثَّ لَْي ُق ْل ي اَ فُالَ ُن ابْ ُن فُالَنَ ٍة فَِإنَّهُ يَ ْس َمعُهُ مُث ِ
َ اب َعلَى َقرْبِ ه َفْلَي ُق ْم أ َ التَُّر
ََي ُق ْو ُل ي اَ فُالَ ُن ابْ ُن فُالَنَ ٍة فَِإنَّهُ يَ ْس تَ ِو ْي قاَ ِع ًدا مُثَّ َي ُق ْو ُل ي اَ فُالَ ُن ابْ ُن فُالَنَ ٍة فَِإنَّهُ َي ُق ْو ُل أ َْر َش ْدنا
الدنْياَ شهادة أن ال إله إال ُّ ت َعلَْي ِه ِم َن ِ
َ ك اهللُ َولَك ْن الَ تَ ْش َعُر ْو َن َفْلَي ُق ْل اُذْ ُك ْر َما َخ َر ْج َ َُي ْرمَح
ِ هلل رب اَّ وبِاإْلِ س الَِم ِدين اَ ومِبُح َّم ٍد نَبِي اًّ وبِالْ ُقر ِ ِ َّك ر ِضي َّ اهلل َوأ
آن ْ َ َ َ ْ ْ َ َ ت با َ ْ َ َ َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َوأَن
)14 ص2 إعانة الطالبني ج.إِماَماً (رواه الطرباىن
208
Rasulullah bersabda; apabila salah seorang dari saudara kamu meninggal dunia,
maka ratakanlah tanah kuburannya, berdirilah di atas kepala kuburan mayit, lalu
berkatalah wahai fulan bin fulan; sesungguhnya mayit tersebut mendengar ucapan
itu, lalu orang yang menalqin berkata: bahwa fulan bin fulan! bahwa mayit
tersebut mendengar ucapan itu, lalu mayit tersebut duduk, dan orang yang
menalqin berkata lagi, wahai fulan bin fulan, sesungguhnya mayit itu berkata,
tunjukkan aku maka engkau akan diberi rahmat oleh Allah Swt., sesungguhnya
kalian (manusia) tidak mengetahuinya, lalu orang yang menalqin berkata, aku
ingatkan padamu (mayit) sesuatu (yang harus) engkau bawa keluar dari dunia,
yaitu penyaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah Swt. dan
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-NYA, dan
sesungguhnya kamu ridho bahwa Allah Swt. adalah tuhanmu, islam menjadi
agamamu, Muhammad menjadi Nabimu dan Al-Qur’an menjadi imammu. (HR.
Imam at Tabrani) (I’anat al-Thalibin, juz II, hal. 14)
209
ف َك َما َقيَّ َد تْ هُ اْألَ ْذ َر ِع َّي لِ َع َدِم اِفْتِتَاهِنِ َما اه اعانة ِ
ٌ َّم هُ تَكْلْي
ِ
َ ُمَراه ًقا َوجَمُْن ْو ٌن مَلْ َيَت َقد
. 140 ص2 الطالبني ج
Dengan demikian talqin mayit adalah hal yang diperintahkan oleh
Rasulullah Saw.
210
ِ مِل ٍ ِ ِ ْ ََخ ِذ َج ِريْ َد ًة رطْبَ ةً فَ ْش ِق َها بِن
َ ي اَ َر ُس ْو َل اهلل: َف َق الُْوا، مُثَّ غُ ِر َز يِف ُك ِّل َقرْبٍ َواح َدة، ص َفنْي َ ُأ
)1361 َّف َعْن ُه َما َمامَلْ َيْيـبِ َسا) (صحيح البخارى رقم َ ( لَ َعلَّهُ أَ ْن خُيَف:ت ٰه َذا ؟ فقاَ َلَ صَن ْع
َ
Dari Ibnu Umar ia berkata; Suatu ketika Nabi melewati sebuah kebun di Makkah
dan Madinah lalu Nabi mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam
kuburnya. Nabi bersabda kepada para sahabat “Kedua orang (yang ada dalam
kubur ini) sedang disiksa. Yang satu disiksa karena tidak memakai penutup ketika
kencing sedang yang lainnya lagi karena sering mengadu domba”. Kemudian
Rasulullah menyuruh sahabat untuk mengambil pelepah kurma, kemudian
membelahnya menjadi dua bagian dan meletakkannya pada masing-masing
kuburan tersebut. Para sahabat lalu bertanya, kenapa engkau melakukan hal ini ya
Rasul?. Rasulullah menjawab: Semoga Allah meringankan siksa kedua orang
tersebut selama dua pelepah kurma ini belum kering. (Sahih al-Bukhari, [1361])
211
Berdasarkan penjelasan di atas, maka memberi harum-haruman di
pusara kuburan itu dibenarkan termasuk pula menyiram air bunga di atas
pusara, karena hal tersebut termasuk ajaran Nabi (sunnah) yang
memberikan manfaat bagi si mayit.
212
kami pun berbaris di belakang beliau. Kemudian beliau bertakbir empat kali (shalat
jenazah) untuknya. (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 4 hal 388)
Hadits itu secara mutlak menunjukkan sahnya shalat jenazah setelah dikuburkan,
baik sebelum dikuburkan sudah dishalati atau belum. (Subul al-Salam, juz II hal.
100).
Imam Daru al-Quthni menambahkan shalat jenazah di depan kuburan
tetap sah meskipun jenazah sudah satu bulan dimakamkan.
ص لَّى َعلَى الْ َقرْبِ َب ْع َد َما َّ ص الَتُهُ أِل َنَّهُ َعلَْي ِه ِ
َ الس الَ ُم
َّ الص الَةُ َو َ ت ْ ص َّحَ ص لَّى َعلَى َم ْن ُدف َن
َ َولَ ْو
)157 ص1 ج،القطْىِن َب ْع َد َش ْه ٍر (كفاية االخيار ِ دفِن (رواه الشَّيخ
ُّ ان) َز َاد َد ُار َ ْ ُ ََ َ ُ
ِ ب عن بلَ ٍد أِل َنَّه صلَّى اهلل علَي ِه وس لِّم ص لَّى علَى النَّج ِ ِ َوت
اش ْي َ َ َ َ َ َ َْ ُ َ ُ َ ْ َ ٍ الصالَةُ َعلَى َغائ َّ ص ُّح َ
)159 َر ِض َي اهللُ َعْنهُ بِالْ َم ِد ْينَ ِة َي ْو َم َم ْوتِِه بِاحْلَبَ َش ِة (هناية الزين ص
”Sah pelaksanaan shalat ghaib di suatu daerah, karena Nabi Saw. telah
menshalati orang Najasyi Ra. di Madinah waktu dia wafat di Habasyah.
(Nihayah al-Zain, hal. 159)
214
Qadla’ Shalat untuk Mayit
Salah seorang keluarga si A meninggal dunia, selama dua bulan
terakhir, dia tidak mengerjakan shalat. Lalu dia berwasiat, kalau nanti dia
mati supaya shalatnya diqadla’i oleh ahli warisnya. Bagaimana hukumnya
mengqadla’ shalat untuk orang yang sudah mati?
Shalat merupakan ibadah Mahdloh, yaitu ibadah yang dilakukan
seorang hamba dengan langsung berhubungan dengan sang Khalik. Maka
pertanggung jawabannya kepada Allah Swt. secara pribadi. Berkaitan
dengan shalat yang pernah ditinggalkan oleh orang yang mati maka ada
beberapa pandangan:
a. Tidak boleh dan tidak sah mengqadha’ shalatnya karena shalat
termasuk ibadah badaniyah, sebagaimana telah dijelaskan;
)33 ص1 ج،اها َوا ِرثُهُ بِأ َْم ِر ِه مَلْ جَيُْز أِل َن ََّها ِعبَ َادةٌ بَ َدنِيَّةٌ (إعانة الطالبني
َض َ ََولَ ْو ق
Seandainya ahli warisnya mengqadla’i atas perintah si mayit sebelum
mati, maka tidak diperbolehkan melaksanakannya, karena shalat itu
merupakan ibadah badaniyah. (I’anah al-Tholibin, juz I, hal. 33)
b. Tidak ada kewajiban qadla’ bagi ahli warisnya. Demikian juga
mereka tidak berkewajiban menebusnya dengan harta yang
ditinggalkan oleh si mayit, hanya saja sebagian ulama Syafi’iyah
berpendapat bahwa shalat yang ditinggalkan si mayit boleh di
qadla’ oleh ahli warisnya, baik sebelum meninggal dunia dia
berwasiat atau tidak. Sebagaimana dijelaskan dalam I’anah al-
Thalibin, juz I, hal. 33.
.ُ َويِف ْ َق ْو ٍل أَن ََّها ُت ْف َع ُل َعْن ه،ُض َومَلْ ُت ْف َد َعْن ه ٍ ص الَةُ َف ْر ِ
َ ض مَلْ ُت ْق َ ت َو َعلَْي ه َ ََم ْن م ا
ُّ َ َو َف َع َل بِ ِه ا.الش افِعِ ِّي خِلَرَبٍ فِْي ِه
لس ْب ِك ُّي َع ْن َّ َما َح َك اهُ الْعُبَ ِادي َع ِن، ص ى ِهبَا أ َْم اَلَ أ َْو
)33 ص1 ج،ض أَقاَ ِربِِه (إعانة الطالبني ِ َب ْع
215
Barang siapa yang mati dan punya tanggungan shalat, maka tidak wajib
mengqadla’ dan membayar tebusan (oleh ahli waris). Dan dalam satu
pendapat, bahwa shalat itu diqadla’, baik si mayit berwasiat atau tidak.
Sebagaimana yang diriwayatkan Al-Ubbady dari Imam Syafi’i. Imam
Subki pernah mengerjakan (Qadla’ shalat) itu untuk kerabatnya. (I’anah
al-Thalibin, juz I, hal.33)
216
b. Pada contoh yang kedua, orang itu
mati dengan meninggalkan hutang puasa. Maka ada dua pilihan
yang dapat dilakukan oleh waris atau familinya, yaitu:
1. Memberikan
makanan kepada fakir miskin
2. Mengqadla’
puasanya.
Sebagaimana yang diterangkan Syekh Nawawi al-Bantani dalam
kitab Nihayah al-Zain, hal. 192
ِ ِِ ِ ِ
ُ ضا َن أ َْو نَ َذٌر أ َْو َكفاََرةٌ َقْب َل إِ ْمكاَ ِن ف ْعله بِأَ ْن ا ْس تَ َمَر َم ِر
ُض ه َ ت َو َعلَْيه ِصياَُم َر َم َ ََو َم ْن ما
َت بِالْ ِف ْديَ ِة َوال ِ ِاَلَّ ِذي الَ ي رجى ب ر ُؤه أَو س َفره الْمب اَح إِىَل موتِ ِه فَالَ تَ َدار َك لِْلف اَئ
ُ َْ ُ ُ ُ ُ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ
ِ ِ ِِ ِ بِالْ َق
َُّم ُّك ِن َو َب ْع َده
َ ت َقْب َل الت َ َضاء َوالَ إِمْثَ َعلَْيه ل َع َدِم َت ْقصرْيِ ه فَِإ ْن َت َعدَّى بِاْ ِإلفْطَا ِر مُثَّ م ا َ
َّم ُّك ِن أَطْ َع َم َعْنهُ َولِيُّهُ ِم ْن تِْر َكتِ ِه لِ ُك ِّل َي ْوٍم فاَتَهُ ُم َّد طَع اٍَم
َ ت َب ْع َد التَ َأ َْو أَفْطََر بِعُ ْذ ٍر َوما
ِ ِ ِ ِ ِِمن غاَل
ص ْو ٌم بَ ْل يُ َس ُّن َ َب ُق ْوت الَْبلَد فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن لَهُ ت ْر َك ةٌ مَلْ َيْل َز ْم اَلْ َويِل َّ إِطْع اٌَم َوال ْ
ِ ِ ِ خِل ِ
)192 ص,ص َام َعْنهُ َوليُّهُ (هناية الزين َ ت َو َعلَْيه صياٌَم َ َك َرَبٍ َم ْن ما َ لَهُ ذل
Orang mati dengan meninggalkan puasa Ramadhan, Nadar atau puasa
Kafarot, sedangkan ia belum sempat menggantinya, seperti sakit yang ia
derita terus berkepanjangan dan sedikit harapan untuk sembuh, atau ia
terus melakukan perjalanan mubah (perjalanan yang tidak untuk maksiat)
sampai ia mati. Maka orang itu tidak perlu mengganti puasa yang
ditinggalkannya, baik dengan puasa atau dengan membayar Fidyah
(makanan pokok), sebab ia tidak lalai. Tapi jika ia sengaja tidak berpuasa
(tanpa sebab yang dibenarkan), kemudian orang tersebut mati, baik sebelum
sempat atau telah punya waktu untuk mengganti puasanya. Atau orang itu
tidak puasa karena ada alasan yang dibenarkan, kemudian meninggal
setelah ia memiliki kesempatan untuk mengqadla’ puasanya, (dalam kedua
masalah ini) wali atau keluarga si mayit harus memberikan satu mud
makanan pokok daerah itu setiap satu hari. Makanan itu diambilkan dari
217
tirkah (harta peninggalan) si mayit (dan diberikan kepada para fakir
miskin). Apabila orang yang meninggal itu tidak memiliki harta, maka wali
tidak wajib berpuasa atau membayar fidyah yang diambil dari hartanya
sendiri, tapi (perbuatan itu) disunnahkan kepada si wali. Sesuai dengan
hadits Nabi Saw. barang siapa yang mati sedangkan ia punya tanggungan
puasa, maka walinya boleh berpuasa untuknya. (Nihayah al-Zain hal.
192)
Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah Bersabda; Barang siapa yang mati
dan dia mempunyai kewajiban berpuasa, maka hendaklah setiap hari (ahli
warisnya) memberi makan kepada fakir miskin. (Sunan Ibnu Majah
[1747])
اح ٍد ُم د
ِ َ(قْوُل هُ َفِإْط َع ُام سِِّتْيَن مِسِْكْيًنا إخل) تَْمِلْي كُ سِِّتْيَن ِمسِْكْيناً َأْو َفقِْي رًا ُك ُّل و َ
ِ ِ
ُ ك طَ َع ًام ا َويُطْع ُم ُه ْم إِيَّاهُ َفلَ ْو َغ َد ُاه ْم أ َْو َع َش
اه ْم اَل َ س الْ ُم َر ُاد أَ ْن جَيْ َع َل ذَل
َ َولَْي،ٍَط َع ام
)240 ص،2 جزء،يَك ِْف ْي (إعانة الطالبني
Fidyah adalah membayar denda untuk mengganti kewajiban
yang ditinggalkan dengan memberi makan kepada 60 orang fakir
miskin, masing-masing orang, satu mud (6 ons).
Dengan demikian ada beberapa pilihan, apabila ada keluarga
kita yang meninggal dunia dengan mempunyai hutang puasa, yakni
bisa dengan mengqadla’ puasanya atau dengan membayar fidyah.
Ziarah kubur
Pada malam jum’at atau siang harinya, sudah lazim bagi masyarakat
Nahdliyin melakukan ziarah kubur. Mereka berziarah ke makam leluhur
218
dan sanak kerabat yang telah lebih dahulu meninggalkannya. Berbagai
kegiatan mereka lakukan di sana seperti membaca al-Qur’an, dzikir
ataupun tahlil. Bagaimanakah sebenarnya hukum ziarah kubur tersebut
apakah manfaat dan kegunaannya?
Pada masa awal Islam, Rasulullah memang melarang umat Islam
untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
akidah umat Islam yang waktu itu masih lemah. Setelah akidah umat Islam
kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik, Rasulullah
membolehkan para sahabatnya untuk melakukan ziarah kubur. Karena
ziarah kubur dapat membantu orang yang hidup untuk mengingat akan
kematiannya. Nabi telah bersabda;
219
Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengan
melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke
makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan. Demikian pula perjalanan ke
makam mereka. (al-Fatawi al-Kubra, juz I, hal. 421)
Maka, ziarah kubur itu memang dianjurkan dalam agama Islam bagi
laki-laki ataupun perempuan, sebab di dalamnya terkandung manfaat
yang sangat besar, baik bagi orang yang telah meninggal dunia yaitu
berupa hadiah pahala bacaan al-Qur’an dan kalimat-kalimat thayyibah,
maupun bagi orang yang berziarah itu sendiri, yakni mengingatkan
manusia akan kematian yang pasti akan menjemputnya.
ِ ٍ ارةُ ْالقُُب ْوِر َوَوَردَ َأَّن َمْن زََار قب ر والِدي ِه أَو أ ِمِه
َُح د َا يِف ْ ُك ِّل مُجُ َع ة َم َّرةً غُف َر لَ ه َ ْ ْ َ َ َ َْ َ َوُيسَُّن ِزَي
َح ِدمِه َا يِف ْ ُك ِّل مُجُ َع ٍة َف َق َرأَ ِعْن َد َه يَس ِ ِ ٍ ِ ِِ ِ
َ َمْن زََار َقْب َر َوال َديْه أ َْو أ: َويِف ْ ِر َوايَة،َو َكا َن باًَرا ل َوالديْه
مَْن َزارَ َقْب َر َوالِ َديْ ِه أ َْو: َويِف ْ ِر َوايَ ٍة،ك آيَ ةً َو َح ْرًف ا ِ ِ
َ َوالْ ُق ْرآ َن احْلَ ِكْي َم َغ َف َر اهللُ لَ هُ بِ َع َدد ٰذل
)164 (هناية الزين ص.َح ِدمِه َا يِف ْ ُك ِّل مُجُ َع ٍة كاَ َن َك َح َّج ٍة َأ
220
Mengenai keutamaan ziarah kubur juga diterangkan oleh Ibnu
Najar dalam tarikhnya dari Abu Bakar Assiddiq, Rasulullah bersabda;
“Barang siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya
setiap hari jum'at dan membacakanya surat Yaasin maka Allah
mengampuni dosa-dosanya sebanyak jumlah bilangan huruf yang terdapat
pada surat Yaasin”. Hal ini diterangkan dalam kitab: al-Dar al-Mansur, Juz
7 hal. 40, Makarim al-Akhlak, Juz 1 hal. 73 dan 248, dan lain-lain.
222
Mengharap Barokah
Dari dahulu masyarakat Indonesia marak melakukan ziarah
makam para wali. Ziarah makam para wali yaitu mendatangi makam
seseorang yang dianggap sebagai waliyullah (orang yang dekat dengan
Allah Swt.) yang berada di wilayah tertentu. Seperti di pulau jawa terdapat
makam wali songo dan wali-wali lainnya.
Tujuan melakukan ziarah selain untuk mengingatkan kepada
kematian juga untuk mengharap limpahan barokah (berkah) yang diyakini
dapat mengalir dari do’a para wali tersebut. Ada sebagian orang
berpendapat bahwa mengharap barokah itu termasuk syirik. Benarkah
anggapan tersebut?
Sebelum membahas tentang hukum mengharap barokah terlebih
dahulu kita harus mengetahui pengertian barokah. Menurut Imam
Syamsudin al-Syakhawi barokah adalah: Berkembang dan bertambahnya
kebaikan dan kemulyaan. Hal ini diterangkan dalam kitab al-Qaul al-Badi’
Fii al-Shalati ‘ala al-Habibi al-Syafi’:
(الق ول الب ديع ىف الص الة على احلبيب.الزي اَ َدةُ ِم َن اخْلَرْيِ َوالْ َكَر َم ِة
ِّ ُّم ُّو َو ِ ِ
ُ اَلْ ُم َر ُد بالَْبَر َك ة اَلن
)91 ص,الشفيع
Yang dimaksud dengan barokah adalah berkembang dan bertambahnya kebaikan
dan kemulyaan. (al-Qaul al-Badi’ Fii al-Shalati ‘ala al-Habibi al-Syafi’, hal.91)
Barokah itu ada yang diletakkan pada diri seseorang atau atsar (hal-
hal yang membekas, memberikan kesan berupa jasa atau yang lain) dari
seseorang. Mengenai dalil yang menerangkan barokah yang terdapat pada
diri seseorang adalah perkataan Imam Mujahid dan Imam Atho’ dalam
kitab Tafsir al-Baghawy;
223
, ِاه ٌد ُم َعلِّ ًم ا لِْلخَرْي
ِ وقَ َال جُم. ( وجعلَيِن مبار ًكا أَين ما ُكْنت ) اَى َنفَّاعا حيث ما َتو َّجهت
َ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ً ْ ُ َ َ ْ َ َُ َ َ َ
َوقِْي َل ُمبَ َارك اً َعلَى َم ْن تَبِ َعيِن ْ ( تفسري. اهلل َواِىَل َت ْو ِحْي ِد ِه َو ِعبَ َادتِ ِه
ِ وقَ َال عطَ اء اَ ْدع و اِىَل
ُْ ٌ َ َ
) 233 ص3 البغوى ج
(Dan Dia (Allah) menjadikan aku (Nabi Isa as) seorang yang diberkati di mana
saja aku berada) yaitu berguna di manapun aku menghadap. Imam Mujahid
berkata: Mengajarkan kebaikan. Imam Atho’ berkata: Aku berdo’a kepada Allah,
dan mengesakan-Nya juga menyembah-Nya. Dan dikatakan diberkahi atas orang
yang mengikutiku (Nabi Isa As.). (Tafsir al-Baghawy juz 3 halaman 233)
224
tidak meyakini bahwa tempat itulah yang memberikan berkah, akan tetapi
hanya Allah Swt. semata yang memberikan barokah.
فَِإ ْن ص اََر يَ ْدعُ ْو ُه ْم َك َما يَ ْدعُ ْو اهللَ يِف اْأل ُُم ْو ِر، َج َع َل الْ َو َس ائِ ِط َبنْي َ الْ َعْب ِد َو َبنْي َ َربِِّه
ِ ويعتَ ِق ُد تَأْثِيرهم يِف َشي ٍٍِِء ِمن دو ِن
َوإِ ْن كاَ َن نِيَتُهُ الت ََّو ُّس َل هِبِ ْم، اهلل تَعاَىَل َف ُه َو ُك ُفٌر ُْ ْ ْ ْ ُ ُْ َْ َ
َّار الْ ُم ْؤثُِر يِف اْأل ُُم ْو ِر َّ َم َع ْاعتِ َق ٍاد أ، ض ِاء ُم ِه َّماتِ ِه
ُّ َن اهللَ ُه َو النَّافِ ُع الض ِ
َ َإِلَْيه َت َع اىَل يِف ق
: (بغية املسرتش دين.ًاهُر َع َد ُم ُك ْف ِر ِه َوإِ ْن ك اَ َن فِ ْعلُ هُ قَبِْيح ا ِ َّ فاَلظ، دو َن َغ ِ ِه
ُ ْ رْي
) 249
225
Banyak sekali pemakaman baik di pemakaman umum maupun di
tanah pribadi yang diberi pagar, diperbaiki dengan rapi dan indah, bahkan
ada yang membangun dengan melakukan pengkijingan, pemasangan atap
dan seterusnya. Kadang hal ini menelan dana yang tidak sedikit, misalnya
makam para wali, makam dari golongan keluarga kaya dan sebagainya.
Bagaimanakah hukum membangun makam seperti di atas?
a. Haram, membangun kuburan di tanah Musabbalah (tanah kuburan
umum) dan tanah wakaf.
b. Makruh, membangun kuburan di tanah pribadi atau tanah yang
tidak diwakafkan karena termasuk menyia-nyiakan harta.
c. Boleh, membangun kuburan Nabi, sahabat, auliya’ dan orang-orang
shaleh karena dibuat untuk tabarruk (mencari berkah). (Khasyiyah
al-Bujairami ‘Ala al-Khatib, Fashlun Fil Janazah juz II, hal.297)
ك ِ ِ ( واَل يب ) أَي ي ْك ره يِف َغ ِ الْمس َّبلَ ِة والْموقُوفَ ِة وحَي رم فِي ِهما َكما أ
َ َش َار ل َذل َ َ َ ُُْ َ ْ َ َ َ ُ َ ُْىَن ْ ُ َ ُ رْي
يف َنْب ُش هُ أ َْو خَت ْ ِرق ةُ َس ْي ٍل لَ هُ فَاَل يُ ْك َرهُ ِحينَئِ ٍذ َواَل َف ْر َق يِف َع َدِم ِ
َ إاَّل إ ْن خ، ِح ُ الش ار
َّ
َح ّج َولَ ْو. ا هـ. الز ْر َك ِش ّي َّ ص َّر َح بِ ِه ِ ِ ِ أِل
َ ك َبنْي َ الْ ُم َس َّبلَة َو َغرْيِ َها َك َما َ َج ِل َذل
ْ الْ َكَر َاه ة
ِ ِ حِب ِ ِ اِل ٍ ٍ ُو ِج َد بِنَ اءٌ يِف أ َْر
اس ا َعلَى ً ََص لُهُ تُ ِر َك ْحت َم ال أَنَّهُ ُوض َع َ ٍّق قي ْ ض ُم َس َّبلَة َومَلْ يُ ْعلَ ْم أ
َّاس بَِت ْركِيبِ َها نَ َع ْم ِ ِ ِ ِما ح َّرروه يِف الْ َكنَ ائ
ِ ت َع َادةُ الن ْ َح َج ُار الَّيِت َج َر ْ س َوم ْن الْبِنَ اء اأْل ُ ُ َ َ
ُي َو ِعبَ َارة ٌّ بِْر َم ا ِو، ني َوحَنْ َو ُه ْم ِالش ه َد ِاء و َّ حِل ِ ِ
َ الص ا َ َ ُّ ور اأْل َنْبيَ اء َو َ ُض ُه ْم ُقب
ُ اس تَْثىَن َب ْع ْ
.َحيَ ِاء لِ ِّلزيَ َار ِة َوالتََّب ُّر ِك ِ
ْ وز بِنَ ُاؤ َها َولَ ْو بُِقبَّة اأْل
ُ ُني جَي
ِ َنعم ُقب ور َّ حِل: ِّ الرَّمْح ايِن
َ الص ا ُ ُ َْ َ
.)297 . ص،2 جزء، فصل يف اجلنازة،(حاشية البجريمي على اخلطيب
226
baik tempatnya berjauhan maupun dekat, hal ini dilakukan karena
berbagai alasan diantaranya karena perluasan jalan raya, sengketa tanah,
bahkan juga keinginan dari pihak keluarga sendiri untuk dipindahkan. Hal
semacam ini bolehkah dilakukan?
a. Haram, dilakukan pemindahan tersebut, baik tempatnya berjauhan
maupun dekat, karena mengakibatkan terbukanya aib si mayit,
kecuali dalam keadaan dharurat. Sebagaimana keterangan dalam
kitab Mahalli, juz I, hal. 352.
،ض ٍ بِأَ ْن ُدفِ َن بِاَل غُ ْس ٍل أ َْو يِف أ َْر:ور ٍة َ ض ُر
ِ ِ ِ ِِ
َ َونَْب ُشهُ َب ْع َد َدفْن ه ل َّلن ْق ِل َو َغرْيِ ه َح َر ٌام إاَّل ل
َ ني يِف اأْل
.َص ِّح ِ أ َْو ُدفِن لِغَرْيِ الْ ِقْبلَ ِة اَل لِلتَّك ِْف،ال
ٌ أ َْو َوقَ َع فِي ِه َم، ِ وبنْي َ ص
ٍ
ُ أ َْو ثَ ْوب َم ْغ
َ
)352 ص1 ج،(احمللى
Menggali kembali kuburan untuk dipindahkan atau tujuan lainnya
hukumnya haram kecuali karena ada sesuatu yang dharurat seperti:
mayit belum dimandikan, mayit dikubur atau memakai pakaian ghosob,
terdapat harta berharga, atau mayit dikubur tidak menghadap kiblat,
bukan karena untuk mengkafani (menurut pendapat yang lebih sahih).
(al-Mahalli, juz I, hal. 352)
b. Makruh, pemindahan tersebut baik tempatnya berjauhan maupun
dekat karena tidak ada dalil yang jelas mengenai hal ini.
Sebagaimana dijelaskan dalam Hawasyi al-Syarwani;
َنَّ اهُر أَنَّهُ َغْي ُر ُم َر ٍاد َوأِ َّض يَّةُ َقولِ ِه بلَ ٍد آخ ر أَنَّه اَل حَي رم َن ْقلُ ه لِترب ٍة وحَن ِوها والظ ِ َوق
َ َ ْ َ َ ُْ ُ ُ ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ
ٍ
اح د َجَز ُم وا حِب ُْر َم ِة ِ الن ْق ل إلَي ِه مُثَّ رأَيت َغي ر و ِ ِ ِ
َ َ ْ ْ َ ْ ُ َّ ب لَبلَ د الْ َم ْوت حَيْ ُر ُم ُ ُك َّل َما اَل يُْن َس
نَ ْقلِ ِه إىَل حَمَ ٍّل أ َْب َع َد ِم ْن َم ْقَب َر ِة حَمَ ِّل َم ْوتِ ِه ( َوقِي َل يُ ْك َرهُ ) إ ْذ مَلْ يَ ِر ْد َدلِي ٌل لِتَ ْح ِرميِ ِه
)199 ص4 ج،(حاشية الشرواىن
Batasan pemindahan itu selagi tidak melebihi jarak kuburan daerahnya si
mayit. Dalam hal ini menurut sebagian ulama’ pemindahan itu tidak
diharamkan, akan tetapi dihukumi makruh, karena tidak ada dalil yang
tegas dalam hal ini. (Hasyiyah al-Syarwani, juz IV, hal. 199)
227
Membongkar Kuburan
Di suatu daerah terdapat peristiwa pembongkaran makam, hal ini
dilakukan karena mayat di dalamnya harus divisum terkait dengan kasus
kriminal yang terjadi. Bagaimanakah hukum dari pembongkaran
pemakaman mayat tersebut?
a. Haram, karena hal tersebut merupakan perkara yang membuka aib
si mayit.
b. Boleh, apabila hal ini mendapat izin dari keluarga mayat.
Keterangan di atas berdasarkan kitab Bujairami ‘Ala al-Khotib, Juz
II, halaman. 309.
228
4. Ada janin pada perut mayat dan diperkirakan janin tersebut masih
hidup, (misalnya karena janin berumur 6 bulan lebih), menurut ahli
kedokteran.
5. Orang kafir yang dikubur di pemakaman orang islam.
6. Terkena banjir atau bencana yang lain.
7. Orang kafir yang dikubur di tanah suci (Makkah)
8. Adanya tuntutan orang lain terhadap ahlul waris mayit karena
terjadi kasus.
Keterangan dalam kitab Inarah al-Duja, hal. 158
سِل مَْع َتْوِجْيِههِ ِلْلقِْبَلِة
ْ ُِلْلغ س الَْمِّيتُ ِلْلَأْرَبَعِة
ُ َوَيْنَب
ِلْلَمالِ ِإْن ُدِفَن َمعُْه مُْطَلقًا َهَذا لَْم ِإَذا يََتَغَّيْر وَْانِتقَا
اهَنا
ُ ََمْع ُأمهِ وَُظَّن َحًّيا ه ث دُِفنَا
ُ جِنْيِن َحْي
َ َكَذاكَ ِلْل
Dengan demikian membongkar kuburan hukumnya boleh ketika
dalam keadaan darurat.
229
Diceritakan dari Siti Khadijah Ra., sesungguhnya dia bertanya pada Nabi
tentang anak-anaknya yang telah meninggal pada masa Jahiliyah dengan
suami sebelum Nabi, Maka Nabi Muhammad Saw. Berkata: Kalau kamu
ingin mengetahui, aku akan menunjukkan keberadaan anakmu di neraka,
kalau kamu ingin mengetahui aku akan memperdengarkan sandal
anakmu yang ada di neraka, Allah Swt. berfirman: Anak-anak orang kafir
tidak dilahirkan kecuali menjadi orang yang rusak dan kafir.
Diceritakan dari Nabi Muhammad Saw. beliau bersabda; setiap bayi yang
dilahirkan adalah suci, tergantung orang tuanya yang menjadikan
Yahudi, Nasrani atau Majusi.
230
sebelum baligh) mereka akan menjadi pelayan di surga. (Bustan al-
Arifin, hal. 101-102)
231
BAB XXII
SIKAP DAN KEPRIBADIAN SEORANG SUFI
b. Dan menurut Aba Bakar al-Syibly dalam kitab Hilyah al-Auliya' Hal
11.
ص لَّى ْ ُك طَ ِريْ َق اْمل
َ ص طََفى َ َ َو َس ل،ص َفى
َ َص فاَ َقْلبَهُ ف ُّ َ ا:الش ْبلِ ْي
َ َم ْن, ْ لص ْويِف ِّ قَ َال اَبَا بَ َك ْر
ِ اهلل
(كت اب حلية.اق اْهلَ َوى طَ ْع َم اْجلََف ا َ َ َوأَذ،ف اْل َق َف اَ ُعلَْي ه َو َس لَّ َم َو َر َمى ال ُّد ْنيَا َخ ْل
َ
)11:االولياء ص
232
c. Aba Hammam Abd. Rahman bin Mujib as-Shufi berpendapat:
لَِن ْف ِس ِه:لص ْويِف ْ َف َق َال
ُّ َلص ْويِف َو ُس ئِ َل َع ِن ا ُّ َت أَبَا مَهَّ ْام َعْب َد ال رَّمْحَِن ْبِن جُمِ ْيبٍ ا ِ
ُ مَس ْع
ِ َ ولِْلخ ْل ِق ن، ولِع ُد ِّوهِ ج ارِح،اض ح
، حَيْ ُك ُم اْ َلع َم َل، َدائِ ِم اْ َلو َج ِل.اص ٌح ِ هِل
َ َ ٌ َ َ َ ٌ َ َو ََواهُ ف،ذَابِ ٌح
ٍ ع ْذره بِض،الزلَ ِل ِ
ٌاعة
َ َص ن
َ ُ َو َح ْزنُ ه،اعة َ َ ُُ ُ َّ لى َ ض ى َع َ وي ْغ َ ،َو َيْب َع ُد اْأل ََم َل َويَ ُّس ُّد اْخللَ َل
(كتاب حلية.ف ٌ ف َو َع ِن الْ ُك ِّل َع ا ِزٌ ِاب َع اك ِ ف و َعلى الْب
َ َ َ ٌ اعةٌ ب احْلَ ِّق َع ا ِر
ِ َ َو َعْي ُشهُ َقن
َ
)11:االولياء ص
“Ciri-ciri orang sufi itu adalah sebagai berikut;
1. Seseorang yang merasa dirinya hina
2. Menahan dan memerangi hawa nafsunya
3. Memberi nasehat kepada mahluk
4. Selalu mendekatkan diri kepada Allah
5. Berperilaku bijaksana
6. Menjauhi berandai-andai (berangan-angan terlalu tinggi dalam hal
duniawi)
7. Tidak mau mencela
8. Mencegah perbuatan dosa
9. Waktu luangnya digunakan untuk beribadah
10. Susahnya sengaja di buat-buat (karena memang seorang sufi itu
terhindar dari berbagai macam kesedihan dan kesusahan duniawiyah)
11. Hidupnya sederhana
12. Arif terhadap sesuatu yang benar
13. Mengasingkan diri dan mencegah dari segala sesuatu yang sia-sia.
233
Seorang sufi al-Shadiq: merasa miskin setelah memperoleh
kekayaan, merasa hina setelah mendapatkan kemulyaan, dan
menyamarkan dirinya setelah terkenal.
Seorang sufi al-Kadzib: merasa kaya akan harta sesudah faqir,
merasa mulia setelah hina, merasa terkenal yang mana sebelumnya
dia tidak masyhur.
234
XXIII
PENUTUP
235
tersebut adalah gambaran dan pelajaran bagi kita bahwa perbedaan itu
tidak bisa dihindari dan dihilangkan.
Dengan demikian sikap yang bijak adalah harus pandai-pandai
memaknai dan menyikapi secara positif suatu perbedaan. Kita utamakan
saling mengevaluasi diri-sendiri, sebelum mengevaluasi orang lain. Sudah
bisakah kita menghargai orang lain? jika belum, marilah kita bersama-sama
belajar untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan di antara
kita, sehingga perbedaan tersebut dapat membuahkan suatu keharmonisan
dan kedamaian serta rahmat yang indah bagi kita. Karena Imam
Nawawi dalam kitab Hasiyah al-Bujairami menyatakan:
ُ َاِ ْخـتِـال
ٌف اْلـعُـلـَمـَ ِاء َر ْح َـمـة
236
DAFTAR KITAB RUJUKAN
238
74. Hasyiyah al-Syarwani
75. Hasyiyah al-Shawi’ Ala Tafsir al-Jalalain
76. Hasyiyah al-Shawi ‘Ala Syarhi as-Shaghir
77. Hasyiyah al-Qulyubi
78. Hasyiyah I’anah al-Thalibin
79. Hasyiyah Qulyubi Wa ‘Umairah
80. Hasyiyah Rad al-Muhtar
81. Hilyatul Auliya'
82. Hukmu Syurbi al-Dukhon Wa Imamati Man
83. I’anah al-Thalibin
84. Ibanah al-Ahkam
85. Ihya’ Ulum al-Din
86. Inarah al-Duja
87. Irsyad al-‘Ibad
88. Is’ad al-Rafiq
89. Ithaaf al-Khairah Al-Mahrah
90. Iryad al-Ihwan Fii Bayani Ahkami Syurbi al-Qahwah Wa al-Dukhan
91. Jala’ al-Dzulam ‘Ala ‘Aqidah al-‘Awam
92. Jamal ‘Ala Minhaj
93. Jawahir al-Uqud
94. Jumhurat al-Ajzaa’
95. Kamus al-Munawwir
96. Kamus al-Mishbah
97. Kamus Ilmiah Populer
98. Kasyfu al-Qona’ ‘an Matan al-Iqna’
99. Kasyifah al-Saja
100. Kanzu al-Amal Fii Sunani al-Aqwaal
101. Khazinah al-Asrar
102. Khittah Nahdliyyah
103. Kifayah al-Akhyar
104. Madzahib al-Arba’ah
105. Majmu’ al-Fatawa
106. Majmu’ Fatawi Waa Rasail
107. Makarim al-Akhlak
108. Masail al-Imam Ahmad bin Hambal
109. Matan Safinah al-Najah
110. Mauhibah Dzil Fadlal
239
111. Mughni al-Mukhtaj
112. Mukhtashar Ibnu Katsir
113. Musnad Abi ‘Uwanah
114. Musnad Ahmad Bin Hanbal
115. Musnad al-Shakhabah Fii al-Kitab al-Tis’ah
116. Minhaj at-Thalibin
117. Nasyatu at-Tashawuf Wa Tashrifu as-Shufi
118. Nihayah al-Muhtaj Ila Syarkhi al-Minhajj
119. Nihayah al-Zain
120. Peringatan Haul Oleh KH. Khanif Muslikh
121. Rahmat al-Ummah Fii Ikhtilaaf al-Ummah
122. Raudhah at-Thalibin
123. Rawaai’ al-Bayan Fii Tafsiri Ayat al-Ahkam
124. Risalah Al-Qusyairiyah
125. Riyad al-Shalikhin
126. Shahih al-Bukhary
127. Shahih Muslim
128. Shahih Muslim Bi Syarh al-Nawawi
129. Subul Al-Salam
130. Sunan Abi Dawud
131. Sunan Al-Daruqutni
132. Sunan Al-Nasa’i
133. Sunan Al-Tirmidzi
134. Sunan Ibnu Majah
135. Syarhu al-Bahjah al-Wardiyah
136. Syarhu al-Futukhat al-Madaniyah
137. Syarhu al-Futukhat al-Madaniyah Bihamisyi Nasha’ih al-Ibad
138. Syarhu al-Minhaj
139. Syarhu al-Muslim li an-Nawawi
140. Syarhu al-Nail Wasyifaul ‘alil
141. Syarhu Nadzam Jam’ul Jawami’
142. Syarhu al-Nail Wasyifa’u al-‘Alil
143. Tafsir Ayatul Ahkam
144. Tafsir al-Jalalain
145. Tafsir al-Qosimy
146. Tafsir Munir Lin Nawawi
147. Tahdzib Sunan Abi Dawud Wa Iidhokhi
148. Takmillah Hasyiyah Rad al-Muhtar
240
149. Talkhis
150. Tanwir al-Hawalik
151. Tanwir al-Qulub
152. Tradisi Orang-Orang NU Oleh H. Munawwir Abdul Fattah
153. Tuhfah al-Muhtaj
154. Tukhfah al-Mukhtaj Fii Syarkhi al-Minhaj
155. Tuhfah al-Habib ‘Ala Syarhi al-Khatib
156. Qawa’id al-Ahkam Fi Mashalih al-An’am
157. Qurrat al-Aini
241