Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
OLEH :
Mengetahui :
Direktur
Atas Nama
Nama : Rizky Fajary Lestiawan
NIM : 3 2005 09 011
Program Studi : Teknologi Penangkapan Ikan
Penguji I Penguji II
SEGALA-GALANYA,
The target of this report is to know the process of appliance the operation
of purse seine, as well as knowing the potency of fishing ground by using water
quality parameter. Parameter of water Quality is studied by Parameter of
Chemical Parameter and Physics.
Data obtained from field of during practice, in the form of operation
technique will be analysed by using descriptive way, while for the composition of
haul, and measurement of parameter of physics and chemistry will be analysed by
using quantitative analisist trully tested by theory, and method of data collecting
used by method of primary and secondary that is by doing direct observation in
field and enquire and or interview to related parties.
Result from final job practice indicates that the process of appliance
operation the Purse Seine in KM. Surya Sinar Abadi before doing operation
should pay attention to the area of fish catching (Fishing Ground). While result
from perception of potency of Fishing Ground of pursuant to physics parameter
got by that most having an effect on in the case of physics parameter is
temperature factor. Because fish tends to choose the warm place, while in
chemistry parameter, what most having an effect on is ferrum rate (Fe), because
ferrum existence (Fe) designate that the territorial water having plankton as
proportionate fish food source in number with the ferrum rate (Fe).
KATA PENGANTAR
yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis pada saat kuliah
hingga terselesaikannya Laporan Kerja Praktek Akhir ini
Akhirnya, ibarat kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”,
penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan koreksi, kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dan penyempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Waktu dan Tempat 3
2.6.2 Kedalaman 19
4.3 Pembahasan 52
4.3.1 Pengamatan Potensi Fishing Ground Dengan
Pengujian Kualitas Air Berdasarkan Parameter
Fisika 52
4.3.2 Pengamatan Potensi Fishing Ground Dengan
Pengujian Kualitas Air Berdasarkan Parameter
Kimia 57
4.3.1.1 Perlakuan Pengambilan Sampel 57
4.3.1.2 Hasil Analisa Laboratoium Parameter
Kimia 65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan 15
Tabel 3.1 Alat Yang Digunakan Dalam Pengamatan Potensi
Fishing Ground 20
Tabel 4.1 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Juwana 22
Tabel 4.2 Data Produksi dan Nilai Produksi TH 2000 – 2002 25
Tabel 4.3 Posisi Daerah Penangkapan Ikan KM. Sinar Surya Abadi 41
Tabel 4.4 Hasil tangkapan ikan KM. Surya Sinar Abadi 49
Tabel 4.5 Total Hasil Tangkapan 50
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Potensi Fishing Ground Berdasarkan
Parameter Fisika 52
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Potensi Fishing Ground Dengan
Pengujian Kualitas Air Berdasarkan Parameter Kimia 65
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Kerja Praktek Akhir ini adalah :
1) Mengetahui potensi fishing ground dengan menggunakan parameter kualitas
air berdasarkan parameter Fisika dan Kimia di KM. Surya Sinar Abadi.
2) Mengetahui pengoperasian alat tangkap purse seine di KM. Surya Sinar
Abadi.
3
Adapun tempat pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) yang telah penulis
pilih yaitu di KM. Surya sinar Abadi dengan alat tangkap Purse seine yang
bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Juwana, Jawa Tengah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
kapal ikan.
Kapal perikanan khususnya perikanan tangkap memiliki keistimewaan dan
karateristik utama, antara lain :
Sumber :http.www.google.com/purseseine
Gambar 2.1 Kapal Purse Seine
a. Kecepatan Kapal
Kapal ikan biasanya memiliki kecepatan yang lebih tinggi karena dilihat
dari segi alur pelayaran yang ditempuhnya, kapal ikan berlayar mencari
fishing ground pada suatu perairan atau mengikuti dan mengejar gerombolan
ikan, dan dari segi operasi pengangkapan, kapal ikan beroperasi menangkap
ikan dan mengangkut hasil tangkapan guna menjaga tingkat kesegaran yang
tinggi hingga sampai ke pelabuhan-pelabuhan perikanan.
Untuk mendapatkan kecepatan kapal yang efisien dan efektif untuk kapal
penangkapan harus mempertimbangkan besarnya tenaga penggerak dan tidak
melebihi tingkat kecepatan yang diperlukan. Kecepatan kapal yang melebihi
6
kritis diperairan laut dan mempunyai ketahanan yang lama sebagai motor
kapal penangkap ikan.
f. Perlengkapan Kapal dan Pengelolaan Hasil
Untuk memperoleh hasil tangkapan dengan tingkat kesegaran yang baik,
kapal penangkap ikan harus dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan
kapal, antara lain, ruang penyimpanan ikan (palkah), ruang pendingin dan
refrigasi dengan bahan insulasi yang baik.
Sumber :http.www.google.com/purseseine
Gambar 2.2 Penampang Alat Tangkap Purse Seine
phytoplankton akan tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan pesat, yang
langsung atau tidak langsung mempengaruhi meningkatkan populasi ikan.
Memang ada sebagian kecil phytoplankton yang tidak terlampau
memerlukan zat besi. Ini karena tumbuhan laut itu tidak memerlukan banyak sinar
matahari untuk berfotosintesis. Namun koloninya hanya hidup di daerah laut
dalam dan dengan jumlah yang kecil.
Tapi yang jelas para nelayan akan lebih memilih daerah perairan yang
memiliki kandungan zat besi yang banyak, seperti perairan California dulunya.
Besi bersifat tidak larut dan mengendap (presipitasi) di dasar perairan,
membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu besi hanya
ditemukan pada perairan yang berada dalam kondisi suasana asam.
klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada
satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini
mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram
bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah
menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua
bahan-bahan organik dioksidasi.
Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar
0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan
menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk
pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO
memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai
salinitas absolut dengan rumus:
Catatan:
14
2.5.3. pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk
mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. Kadar pH air laut yang cocok bagi tempat
tinggal ikan antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk
terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akibat langsung adalah kematian ikan, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi
produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat
15
yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat
memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
2.5.4 BOD5
BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen
biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
16
Cara pengujian
Pelaksanaan pangujian BOD dilakukan dengan memasukkan contoh ke
dalam 2 botol BOD. Kadar oksigen terlarut dalam botol I segera ditetapkan.
Penetapan ini dapat dilakukan dengan cara elektrometri (dengan DO meter)
ataupun dengan cara titrasi Winkler. Kadar oksigen sebelum inkubasi ini biasanya
disebut DO0. Selanjutnya contoh dalam botol II diinkubasikan (bisanya pada 20°C
selama 5 hari). Setelah masa inkubasi kadar oksigen pada contoh dalam botol II
tersebut ditetapkan (sebagai D05). Pengan demikian maka nilai BOD dari contoh
adalah selisih DOO dengan DO5. Untuk contoh-contoh yang mempunyai nilai
BOD tinggi maka perlu pengenceran, dan faktor pengenceran ini diperhitungkan
dalam perhitungan nilai BOD contoh.
2.6.1 Suhu
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang
yang terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam
air laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026
kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima
bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai
kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi
18
ini juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Meadous and
Campbell,1993).
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. (Hefni, 2003).
Menurut Dr. Ir. Fuad Cholik, ikan-ikan tropis tumbuh dengan baik pada
suhu air antara 25-320C. Sedangkan suhu sedemikian itu umumnya terjadi di
Indonesia sehingga sangat menguntungkan bagi nelayan untuk menentukan
Fishing Ground.
Suhu juga dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi atau tingkat pelapisan
air di laut ; suhu air di lapisan permukaan lebih panas dari pada lapisan air bagian
bawahnya, karena penyinaran matahari, sehingga air permukaan yang suhunya
lebih tinggi akan lebih ringan dibanding dengan air di bawahnya.
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih
banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan
cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas
sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar
antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar
42°C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai
menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena
daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah
mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai
suhunya rendah dan stabil.
Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini
dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada
kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah
kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air
laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-40 C (Sahala Hutabarat,1986).
19
2.6.2 Kedalaman
Kedalaman ambang ( sill depth) yakni kedalaman terdangkal yang harus
dilalui massa air untuk memberi ventilasi (pertukaran air) suatu basin atau palung,
sangat penting artinya. Jika kedalaman ambangnya dangkal maka ventilasi didasar
basin atau palung itu akan terhambat, bahkan bisa terjadi didasar basin tersebut
tidak terdapat oksigen. Contoh sangat menarik untuk hal ini adalah teluk Kau di
Halmahera. Topografi dasar laut teluk ini berbentuk seperti mangkok, dengan
kedalaman maksimum sekitar 500 m, karena ambang yang dangkal dan sempit ini
maka massa air dari samudera pasifik diluarnya terhalang untuk memberikan
ventilasi air didasar teluk terkurung tidak dapat keluar. Akibatnya oksigen didasar
tersebut semakin cepat menipis semakin dalam dan akhirnya pada kedalaman 350-
400 m oksigen telah habis. Dan sebagai gantinya terdapat gas H2S yang beracun.
Oleh karena itu didasar bagian dalam teluk ini tidak terdapat kehidupan fauna,
meskipun kedalamannya hanya 500 m, kehidupan fauna hanya dapat ditemukan
dilapisan teratas saja dimana oksigen masih cukup. Jenis Kembung sering
tertangkap dalam jaring Purse seine pada kedalaman 15-20 meter, ikan layang
sekitar 30 meter.
21
BAB III
METODOLOGI
Tabel 3.1 Alat Yang Digunakan Dalam Pengamatan Potensi Fishing Ground
No Nama Alat Kegunaan
1 Kapal (30 GT) Transportasi dan menangkap ikan
2 Alat tangkap (purse seine) Menangkap ikan
3 Kamera Digital Mendokumentasikan Kejadian di Lapangan
4 GPS Menentukan posisi di laut
5 Echo Sounder Pengukur Kedalaman, Alat Pengukur suhu
6 Alat tulis Mencatat data di lapangan
7 Radio SSB Komunikasi
8 pH meter Mengukur nilai pH
9 Refraktometer Mengukur salinitas
10 Botol, Jerigen dan cool box Media pengambilan sampel kualitas air
11 Iron tester Mengukur kadar zat besi
20
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
22
23
2. Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional adalah sarana dan prasarana baik bersifat komersial
maupun non komersial yang disediakan untuk kelancaran operasional PPI.
a. Fasilitas Komersial :
- Gedung PPI : Baik
- SPBU : Ada
- Instalasi air bersih : PDAM
- Instalasi listrik : PLN, Genset.
- Cold Storage/Cold Room : Sedang diusulkan
- Dock : Ada
- Bengkel : Ada
- Sentra pengolahan : Ada
b. Fasilitas Non Komersial:
- Sarana Navigasi : Ada
- Instalasi Komunikasi : SSB 1 unit
: HT 4 unit
: Telepon 1 unit
: Internet 1 unit
3. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang adalah sarana dan prasarana untuk melengkapi
kebutuhan operasional PPI.
a. Kantor Administrasi : 2 unit
b. Pos Keamanan : 2 unit
c. Kios BAP : Ada
d. Balai Pertemuan : Ada
e. MCK : 2 Unit
f. Pasar Ikan : Ada
g. Dan lain-lain
28
2. Data Generator
Merk : MITSHUBISHI
Nomor : 300120
Daya : 30 Kwh
Tegangan : AC 220 Volt
Arus : 380 A
Frekwensi : 50 Khz
Jumlah putaran : 1800 Rpm
3. Accu
Tegangan : 12 Volt
Merk : GS
Jumlah : 2 buah
• Merek : Garmin
• Buatan : Taiwan
b.) Kompas
1. Persiapan di darat
Sebelum berangkat kelaut menuju kedaerah penangkapan ikan (fishing
ground), segala sesuatu yang diperlukan dalam usaha penangkapan ikan nantinya
harus dipersiapkan dengan baik, sehingga kegiatan usaha penangkapan ikan dapat
berhasil. Adapun persiapan-persiapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Mengurus segala surat-surat kapal dan berkas-berkas lainnya yang di perlukan
untuk kelancaran dalam kegiatan usaha penangkapan ikan di laut;
b. Membeli bahan-bahan makanan serta obat-obatan;
c. Pengisian es ke dalam palka kapal sebagai alat untuk menjaga kesegaran ikan
hasil tangkapan pada saat di laut;
d. Mengisi bahan bakar minyak dan air tawar;
e. Mempersiapkan alat-alat navigasi (kompas, peta, teropong, radio SSB, Fish
Finder dan GPS);
f. Memeriksa kondisi kapal terhadap kerusakan atau kebocoran;
36
2. Persiapan di laut
Apabila semua persiapan-persiapan di darat sudah di lakukan dengan baik,
maka kapal siap untuk berangkat/berlayar menuju daerah penangkapan ikan
(fishing ground) yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah kapal tiba pada daerah
tujuan dimana banyak terdapat jenis-jenis ikan akan menjadi target operasi
penangkapan ikan atau fishing ground maka jangkar dapat diturunkan untuk
berlabuh. Sambil menunggu waktu penurunan alat tangkap (setting), ada beberapa
persiapaan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sehingga pada saat penurunan
alat tangkap tidak terjadi masalah yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
kegiatan operasi penangkapan ikan. Adapun persiapan-persiapan tersebut
meliputi:
a. Mengeluarkan tali kolor/tali kerut dari palka dan menyusunnya pada haluan
kapal sebelah kanan;
b. Menyisipkan tali kekang pada pemberat/cincin;
c. Memasang perlengkapan lampu pada pelampung rumpon.
d. Mempersiapkan lampu pelampung tanda jaring.
3. Pelingkaran Jaring
Dalam melakukan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap Purse seine ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dalam usaha
penangkapan ikan dapat berhasil dengan baik. Faktor-faktor itu salah satunya
yaitu pada saat jaring dilingkari untuk mengepung gerombolan ikan supaya ikan
37
di bawah skiff bout (perahu berukuran kecil yang membawa lampu ) tidak
memencar atau lari karena himpitan jaring yang terbawa arus.
c. Arah gerombolan ikan
Sebelum jaring dilingkari terlebih dahuilu harus mengetahui kemana arah
gerombolan ikan bergerak. Untuk mengetahui arah renang gerombolan ikan dapat
dilihat dari arah arus yang terjadi saat itu karena sifat ikan identik melawan arah
arus. Setelah diketahui arah arah pergerakan gerombolan ikan yang menjadi target
operasipenangkapan jaring dapat langsung dioperasikan dengan menghadang
kemuka gerombolan ikan sedangkan kedudukan kapal pada awal akan melingkari
jaring ditempatkan pada posisi dibelakang gerombolan ikan.
d. Arah cahaya lampu
Terdapat kedudukan kapal cahaya lampu ditempatkan pada posisi sebelah
kanan lambung kapal karena arah putaran baling-baling dan penataan jaring
terletak pada sebelah kanan lambung kapal juga,sehingga tempat cahaya lampu
datang dilingkari dari arah sebelah kanan.
e. Kecepatan kapal
Pada saat melingkari jaring kapal dijalankan dengan kecepatan yang cukup
tinggi yaitu 5-6 knot. Ini dimaksutkan supaya gerombolan ikan yang akan yang
ditangkap, yang telah dikumpulkan dengan cahaya lampu dapat dengan cepat
terkurung dan terperangkap didalam jaring dan tidak dapat keluar lagi. Pada saat
melingkari jaring sudut kemudi diusahakan stabil disesuaikan dengan panjang
jaring sehingga jaring dapat membentuk lingkaran yang sempurna.
b. Hauling
Setelah kapal tersebut mencapai tongkat bambu yang dibawa oleh juru
masak waktu terjun pertama kali setting tadi, maka ABK yang ada di depan
mengangkat tongkat bambu tersebut ke atas kapal dan dibantu oleh beberapa
orang agar penarikannya dapat dilakukan dengan cepat. Setelah tali tersebut agak
panjang, lalu tali tersebut dililitkan dan ditarik gardan secara perlahan-lahan
sampai ujung jaring kelihatan.
Kapal KM. Surya Sinar Abadi dalam penarikan jaring ke atas kapal,
membagi beberapa kelompok kerja, yaitu :
a. Kelompok kerja pertama bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di
haluan kapal lambung sebelah kanan.
b. Kelompok kerja kedua bertugas menarik tali ris bawah yang bertempat di
buritan kapal lambung sebelah kanan.
c. Kelompok kerja ketiga bertugas menarik tali kolor dengan gardan yang
dikendalikan oleh dua orang ABK sebagai penarik dan empat orang lainya
sebagai penyusun.
Kegiatan ini berlangsung dengan cepat sampai cincin-cincin dinaikan ke
atas kapal. Seiring dengan naiknya tali kolor, maka lembaran-lembaran jaring juga
ditarik para ABK yang lainnya. Setelah cincin naik ke atas semua, maka tali kolor
yang dililitkan ke gardan akan dilepas dari gardan. Setelah cincin naik ke atas
kapal, orang yang tadi menarik tali kolor yang menggunakan alat bantu gardan
tadi akan berpindah ke lambung kanan untuk menarik jaring, begitu pula para
ABK yang tadinya menarik tali ris, baik tali ris bawah yang berada di haluan
maupun tali ris atas yang berada di buritan akan berpindah tempat untuk menarik
jaring.
41
Tabel 4.3 Posisi Daerah Penangkapan Ikan KM. Sinar Surya Abadi
WAKTU BUANG JARING POSISI
NO.
HARI TANGGAL LINTANG BUJUR
2. Rumpon
Rumpon merupakan salah satu media pengumpul ikan yang terbuat dari
rangkaian tali dengan sejumlah daun kelapa yang pada salah satu ujung tali
diberi pemberat dan pelampung, pada KM. Sinar Surya Abadi terdapat dua jenis
rumpon :
a. Rumpon haluan
rumpon haluan adalah rumpon yang diletakan pada luar bagian sisi kanan
kapal yang dekat dengan haluan kapal .
b. Rumpon Buritan
Rumpon Buritan adalah rumpon yang diletakan pada luar bagian kapal
dekat dengan bagian buritan kapal .
Kedua rumpon ini dipasang sesaat setelah tibanya kapal dilokasi
penangkapan ikan dan dibiarkan terendam sampai tiba waktu operasi
penangkapan ikan.
Dibawah ini adalah pekerjaan membuat rumpon pada saat KM. Surya
Sinar Abadi masih berada di pelabuhan Juwana. Setelah rumpon seluruhnya
selesat terpasang, maka nakhoda bersiap-siap untuk bertolak ke fishing ground.
b.Gelok Cabut
Sesuai dengan namanya gelok cabut dapat di fungsikan dengan berpindah
ke tempat yang telah disediakan. Berfungsi untuk membatu dan memudahkan
ABK dalam penarikan jaring.
4. Serok
Serok atau cargo net berfungsi untuk mengangkut dan memindahkan hasil
tangkapan dari alat tangkap purse seine ke atas geladak dek kapal. Serok yang
terdapat di KM. Surya Sinar Abadi berdiameter 1meter dengan bagian tepi mulut
serok berkontruksikan besi baja sebagai kerangka jaring dengan mata jaring 1,5
inchi.
45
5. Gardan
Gardan berfungsi untuk menarik tali kolor dan tali pelampung serta
digunakan pula untuk membantu pengangkatan benda-benda berat di kapal yang
dihubungkan melalui takal atau block pada ujung boom. Garadan pada KM. Surya
Sinar Abadi berjumlah 2 buah yang terletak di sebelah kiri dan kanan lambung
tengah kapal dengan menggunakan tenaga putaran yang berasal dari mesin induk.
6. Echo Sounder
Echo Sounder adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang obyek-obyek bawah air, yakni bekerja berdasarkan pemancaran
gelombang suara dan diterima kembali setelah dipantulkan oleh target. Alat ini
dilengkapi dengan transducer yang dapat memancarkan gelombang suara secara
vertikal. Pada KM. Surya Sinar Abadi alat Echo Sounder digunakan sebagai acuan
penetuan kedalaman perairan menurut penuturan Pak Jumono (Tekong KM. Surya
Sinar Abadi). Selain untuk melihat kedalaman perairan, alat ini juga digunakan
untuk mengetahui bentuk dasar perairan, jenis dasar perairan dan mengetahui suhu
air. Biasanya suhu air merupakan salah satu ciri daerah dikatakan layak untuk
dilakukan operasi penangkapan ikan. Biasanya kapal yang ia kendalikan
melakukan penangkapan ikan dengan kisaran suhu air 270-280 C.
8. Lampu Pelampung
Lampu pelampung merupakan rangkaian lampu yang dialiri listrik
bersumber tenaga dari accu (aki) dan dipergunakan untuk mengumpulkan ikan.
Sebagai penggati sementara lampu-lampu kapal yang dimatikan pada saat
pengoperasian alat tangkap purse seine. Lampu pelampung mempunyai peranan
48
yang sangat penting oleh karena itulah penanganan harus kepada orang yang
benar-benar paham mengenai kelistrikan. di KM. Surya Sinar Abadi di tangani
langsung oleh seorang Juru Arus.
Berikut ini adalah gambar Lampu Pelampung pada KM. Surya Sinar
Abadi, yaitu :
Jumlah
No Nama Ikan Nama Latin
(Kg)
1 - 1.475
Semar
2 Sotong Loligo sp 160
Total 3.590
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan ikan dengan jumlah yang terbesar
adalah jenis ikan semar, yaitu sebanyak 1.475 kg. Sedangkan ikan dengan jumlah
terkecil pada ikan swangi, yaitu dengan jumlah 140 kg.
Berikut ini adalah dokumentasi jenis ikan yang tertangkap pada KM.
Surya Sinar Abadi, yaitu :
Keterangan gambar :
Gambar A adalah ikan Semar
Gambar B adalah ikan Sotong / Cumi
Gambar C adalah ikan Swangi / Mata Besar
Gambar D adalah ikan Kembung / Banyar
Gambar E adalah ikan Layang
Gambar F adalah ikan Sembulak / Sarden
Gambar G adalah ikan Layur
52
4.3 Pembahasan
Sesuai dengan pengamatan di lapangan pada KM. Surya Sinar Abadi,
maka pengujian kualitas air dapat dilakukan berdasarkan 2 parameter, yaitu
parameter fisika dan parameter kimia.
4. Sembang
5. Banyar
05,27 LU 113,05 BB 25 73 1. Layang
2. Swangi
6 3. Kembung 550
4. Layur
5. Sembulak
05,27 LU 113,06 BB 19 76 1. Kembung
2. Layang
7 3. Layur 210
4. Swangi
5. Semar
05,27 LU 113,07 BB 16 88 1. Cumi
2. Kembung
8 3. Layang 55
4. Swangi
5. Semar
05,26 LU 113,06 BB 15 74 1. Semar
2. Swangi
9 3. Layur -
4. Layang
5. Kembung
05,26 LU 113,05 BB 17 87 1. Semar
2. Kembung
10 3. Layang 45
4. Swangi
5. Sotong
05,25 LU 113,04 BB 27 94 1. Semar
2. Layang
11 3. Layur
625
4. Kembung
5. Sotong
6. Sembulak
Sumber : Pengamatan di KM. Surya Sinar Abadi, 2008
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pada setting hari pertama, dengan suhu
240C, kedalaman 70 m, mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 445 kg. Hal ini
berarti pada saat itu ikan yang tertangkap dapat hidup dengan range suhu sekitar
240C, dan berada pada kedalaman antara 0-70 meter di bawah permukaan laut.
Suhu 240C sudah termasuk kondisi yang memungkinkan untuk menjadi tempat
tinggal ikan.
54
Pada setting kedua dapat dilihat bahwa suhu yang terdapat pada lokasi
tergolong dingin. Perairan ini memiliki kedalaman 68 meter Hal ini tentunya
menjadi sebuah alasan bagi ikan untuk tidak memilih lokasi dengan kondisi
demikian sebagai tempat tinggal. Hal ini terlihat dari jumlah hasil tangkapan yang
menurun drastis dari setting pertama, yaitu 290 kg.
Pada setting hari ketiga, hasil tangkapan mengalami kenaikan, yaitu
berbeda 470 kg dari hari sebelumnya. Hasil tangkapan saat setting ketiga adalah
760 kg. Hal ini disebabkan oleh suhu yang juga mengalami kenaikan menjadi
270C, karena menurut Hefni Effendi, ”Kisaran suhu optimum bagi ikan di perairan
adalah 200C – 300C”. Suhu yang demikian, sudah tergolong hangat, karena pada
ummumnya sifat ikan cenderung memilih perairan sebagai tempat tinggal dengan
suhu yang relatif hangat..
Pada saat setting keempat, kapal tidak mendapatkan hasil sama sekali. Hal
ini terjadi karena kedalaman perairan yang cukup dalam, yaitu 76 meter. Tetapi
suhunya berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Suhu menjadi dingin
karena sinar matahari tidak dapat menembus perairan yang otomatis dapat
membuat suhu perairan menjadi lebih tinggi lagi.
Yang terjadi pada setting hari kelima hampir sama dengan pada saat
setting ketiga, yaitu setelah dilihat dengan menggunakan alat echo sounder,
kedalamannya naik menjadi 92 meter dibanding dengan hari sebelumnya.
Sedangkan hasil tangkapan 615 kg. Dan hal serupa terjadi pada suhu yang relatif
menjadi lebih hangat, yaitu 260C, hal ini menjadi tempat tinggal yang cukup baik
bagi makhluk hidup khususnya ikan. Hal ini sangat besar peranannya dalam masa
perkembangbiakan ikan dan masa pertumbuhan ikan.
Oleh karena ikan lebih cenderung memilih perairan yang hangat dalam hal
tempat tinggal, maka pada saat setting keenam, suhu hampir sama dengan setting
sebelumnya. Yaitu hanya mengalami penurunan 20C dari setting kelima. Dengan
alasan suhu yang tergolong hangat inilah maka KM. Surya Sinar Abadi
mendapatkan hasil tangkapan yang tidak jauh beda dari setting sebelumnya, yaitu
hanya menurun sebanyak 65 kg saja.
55
Seperti yang terjadi pada hari-hari sebelumnya, pada setting hari ketujuh,
kondisi di perairan suhu memegang peranan penting bagi keberadaan ikan. Hal ini
terbukti pada saat suhu menurun menjadi 190C, dengan kedalaman 76 meter, hasil
tangkapan menjadi 210 kg. Dengan kondisi demikian, maka ikan akan cenderung
tidak memilih lokasi tersebut menjadi tempat tinggal, karena suhu yang tergolong
dingin serta kedalaman dalam menyebabkan ikan-ikan tersebut akan berpindah
dan mencari lokasi yang pastinya dengan kualitas perairan yang lebih baik lagi.
Hasil tangkapan pada hari kedelapan adalah 55 kg. Dengan kedalaman 88
meter, suhu 160C. Yang terjadi di lapangan, pada hari tersebut terdapat lumba-
lumba di sekitar rumpon. Seperti yang dikatakan Nakhoda, hal ini juga sangat
berpengaruh pada hasil tangkapan, karena ikan-ikan yang menjadi target purse
seine akan memilih lari karena terdapat lumba-lumba di sekitar rumpon tempat
ikan target sebelumnya berada. Penyebab lainnya yang sangat berpengaruh adalah
suhu yang tergolong dingin.
Serupa dengan kejadian pada hari kedelapan, pada hari kesembilan masih
terlihat lumba-lumba. Malahan semakin bertambah banyak, hingga ke lambung
kiri dan kanan kapal. Walaupun kedalamannya hingga 74 meter, tetapi suhunya
masih terbilang rendah. Hasil yang didapat juga tidak ada.
Pada hari kesepuluh, hasil tangkapan menjadi 45 kg. Pada hasil tersebut
didominasi oleh ikan Semar. Karena menurut penuturan sang Nakhoda, bahwa
ikan Semar agak tahan terhadap perubahan kondisi perairan yaitu dalam hal
kualitas perairan. Maka ikan semar menjadi dominan dalam hal hasil tangkapan.
Namun hal ini tidak selalu terjadi, karena seperti kejadian-kejadian sebelumnya,
untuk parameter fisika salah satu parameter yang mempunyai andil di dalam
perairan adalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim dan menyebabkan ikan
berpindah tempat.
Hari kesebelas bisa dibilang keadaan mendukung. Baik dari segi parameter
fisika, bahkan yang pada hari-hari sebelumnya terdapat lumba-lumba, namun pada
hari ini sudah tidak terlihat lagi pada saat sebelum melakukan setting. Ini juga
menjadi salah satu alasan mengapa hari ke sebelas hasil tangkapan menjadi 625
kg. Disamping itu, hal pendukung lainnya adalah dalam segi suhu. Apabila dilihat
56
dari penunjukan nilai derajat suhu yang mencapai angka 270C, ini merupakan
kategori suhu hangat, dan seperti kita ketahui bahwa ikan lebih senang mencari
perairan yang suhunya 200C sampai 300C. Jadi sudah jelas dapat dikatakan bahwa
pada kondisi demikian, ikan lebih betah daripada kondisi-kondisi sebelumnya.
Dari semua yang telah disebutkan di atas, maka dapat diambil presentase
jumlah ikan hasil tangkapan terbanyak adalah pada setting ketiga, yaitu dengan
jumlah 760 kg. Hal ini terjadi dikarenakan suhu yang juga mengalami kenaikan
menjadi 270C, karena menurut Hefni Effendi, ”Kisaran suhu optimum bagi ikan di
perairan adalah 200C – 300C”.
Sedangkan presentase jumlah ikan hasil tangkapan terkecil yaitu pada
setting keempat dan setting kesembilan. Pada setting keempat nilai kedalaman
mencapai angka 76 meter, angka demikian terbilang dalam. Dengan dalamnya
perairan, tetapi kondisi tersebut tidak didukung oleh faktor suhu. Suhu yang
disenangi ikan adalah kisaran 200C – 300C. Sedangkan nilai suhu pada setting
keempat adalah 160C.
Seperti yang terlihat pada saat setting kesembilan, yang menjadi faktor
utama tidak adanya ikan hasil tangkapan adalah dalam hal suhu yang
menunjukkan angka 150C. Disamping itu faktor lain yang menjadi penyebab tidak
adanya ikan hasil tangkapan adalah tetap pada faktor kecerahan yang
menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus perairan dengan kedalaman
yang maksimum, dan pada kedalaman juga menjadi penentu keberadaan ikan. Hal
ini sangat berpengaruh dalam hal ikan hasil tangkapan.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab tidak adanya ikan hasil tangkapan
adalah adanya lumba-lumba di sekitar rumpon. Hal ini menyebabkan ikan-ikan
yang menjadi target alat tangkap purse seine berpindah ke tempat yang lebih
aman.
57
2. Pengambilan Sampel
Pada saat pengambilan sampel, penulis menggunakan kayu sebagai alat
bantu untuk pengambilan air pada kedalaman ± 10 meter. Dengan posisi botol dan
jerigen yang terikat kuat, dan kayu yang telah terikat botol dan jerigen tersebut
dicelupkan ke air. Dan kira-kira selang waktu 10-15 detik, kayu tersebut diangkat
kembali. Dan sebelum botol atau jerigen tersebut sampai di atas permukaan, maka
botol atau jerigen tersebut harus sudah ditutup. Hal ini dilakukan untuk
60
menghindari air sampel tadi terkontaminasi oleh udara atau kondisi di luar.
Perlakuan ini dilakukan pada ketiga titik lokasi pengambilan sampel.
Setelah itu, botol atau jerigen tadi dimasukkan ke dalam cool box yang
telah terisi es batu yang telah dihancurkan, dan cool box tadi langsung
dimasukkan ke palkah yang terisi es.
3. Penyerahan Sampel ke Laboratorium
Setelah penulis tiba di darat, semua botol dan jerigen yang berisi air
sampel tadi langsung dimasukkan ke dalam pendingin dengan media kulkas
dengan suhu sekitar 40C. Setelah 2 hari, penulis menyerahkan sampel tadi ke
laboratorium, tentunya dengam media pendingin cool box yang terisi es batu.
Selama dilakukan pengujian di laboratorium, botol dan jerigen yang berisi air
sampel tadi disimpan di dalam media pendingin kembali, yaitu kulkas. Berikut ini
adalah gambar dari media penyimpanan air sampel di dalam laboratorium, serta
alat-alat yang digunakan dalam pengujian analisa kualitas air berdasarkan
parameter kimia, antara lain :
a. Media Pendingin (Kulkas)
Pada saat pengambilan sampel pertama, dilihat bahwa kadar zat besi
menunjukkan angka 3,68 mg/l. Karena keberadaan besi adalah dalam keadaan
asam, maka dapat dilihat bahwa pH pada lokasi pengambilan sampel pertama
tergolong dalam sifat asam. Disamping itu, keberadaan besi ini menunjukkan
keberadaan ikan yang berarti bahwa banyaknya besi adalah menunjukkan
banyaknya plankton dan menjadi penanda bahwa di daerah itu terdapat ikan yang
banyak. Hal ini terjadi karena plankton tersebut adalah sumber makanan pada
ikan. Angka kadar salinitas dengan angka 20,1 adalah termasuk dalam batas
ambang kadar salinitas di perairan laut.
66
Ditinjau dari hasil tangkapan pada lokasi pengambilan sampel ketiga ini,
jumlahnya mengalami kenaikan dibandingkan dengan lokasi kedua.
Dari ketiga lokasi pengambilan sampel, hasil tangkapan terbesar berada
pada pengambilan sampel di lokasi pertama, hal ini disebabkan oleh kadar zat besi
(Fe) yang terkandung di lokasi pengambilan sampel pertama ini tergolong lebih
tinggi dari kedua lokasi lainnya, yaitu 3,68 mg/l. Faktor lainnya yang berpengaruh
adalah kadar pH dan BOD yang bervariasi, sebab kadar BOD yang rendah
menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak tercemar. Sedangkan pH dalam ketiga
lokasi pengambilan sampel diatas masih termasuk dalam baku mutu kualitas air
laut, yaitu berkisar antara 7-8,5. ini berarti di perairan tersebut terdapat ikan yang
bisa hidup dalam kondisi demikian. Sedangkan kadar BOD di lokasi p engambilan
sampel pertama adalah 18,5 mg/l. Nilai tersebut berarti kadar oksigen yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang berada di lokasi sampel tersebut adalah
sebanyak 18,5 mg/l selama 5 hari.
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek yang dilaksanakan di KM. Surya Sinar Abadi
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. KM. Surya Sinar Abadi merupakan kapal yang dibuat pada tahun 1997, yang
memiliki tanda selar GT. 80 No. 909 Fp. Kapal ini dinakhodai oleh Pak
Jumono. Pada bagian haluannya berbentuk miring, sedangkan buritannya
berbentuk Cruiser Spoon I. Kapal ini memiliki panjang 28 meter, lebar 7,25
meter, dan tinggi 4 meter.
2. KM. Surya Sinar Abadi memiliki beberapa alat navigasi, diantaranya adalah
GPS bermerk Garmin, dengan tipe GP. Navigator buatan Taiwan. Selain itu
kapal ini memiliki Kompas yang digunakan untuk menentukan arah pelayaran.
Untuk mengukur kedalaman dan bentuk dasar perairan, kapal ini dilengkapi
dengan Echo Sounder bermerk Furuno FCV-667. Alat komunikasi yang
terdapat pada KM. Surya Sinar Abadi adalah Radio SSB dengan tipe IC-728.
Lampu yang digunakan untuk mengumpulkan ikan adalah lampu Himawari
dan lampu GLX dengan daya 400-1000 watt, dan memiliki tegangan 220 volt
berjumlah 40 buah.
3. KM. Sinar Surya Abadi melakukan operasi penangkapan ikan pada subuh hari
yaitu antara pukul 04.00 – 09.00 WIB. Dalam satu hari operasi penangkapan
ikan dapat di laksanakan satu kali setting atau penurunan alat tangkap. Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan gerombolan ikan yaitu dengan
menggunakan alat bantu rumpon pada siang hari dan alat bantu rumpon yang
dipasang di lambung kanan kapal. Pada KM. Surya Sinar Abadi juga
menggunakan alat bantu lampu (pencahayaan) untuk mengumpulkan ikan
yang dipasang pada lambung kiri dan kanan kapal.
4. Hasil pengamatan Potensi Fishing Ground Dengan Menggunakan Parameter
Kualitas Air Pada KM Surya Sinar Abadi berdasarkan parameter fisika dari 11
68
69
kali melakukan setting, jumlah ikan hasil tangkapan terbanyak adalah pada
setting ketiga, yaitu dengan jumlah 760 kg. Hal ini terjadi dikarenakan suhu
yang juga mengalami kenaikan menjadi 270C, karena kisaran suhu optimum
bagi ikan di perairan adalah 200C – 300C.
5. Jumlah ikan hasil tangkapan terkecil yaitu pada setting keempat dan setting
kesembilan. Pada setting keempat nilai kedalaman mencapai angka 76 meter,
angka demikian terbilang dalam. Dengan dalamnya perairan, tetapi kondisi
tersebut tidak didukung oleh faktor suhu. Suhu yang disenangi ikan adalah
kisaran 200C – 300C. Sedangkan nilai suhu pada setting keempat adalah 160C.
6. Faktor lain yang juga menjadi penyebab tidak adanya ikan hasil tangkapan
adalah adanya lumba-lumba di sekitar rumpon. Hal ini menyebabkan ikan-
ikan yang menjadi target alat tangkap purse seine berpindah ke tempat yang
lebih aman.
7. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-3, hari ke-7 dan hari ke-11.
Tahap-tahap dalam proses Pengamatan Potensi Fishing Ground Berdasarkan
Parameter Kimia adalah tahap persiapan, tahap pengambilan sampel, dan
tahap penyerahan sampel ke laboratorium.
8. Hasil Pengamatan Potensi Fishing Ground Berdasarkan Parameter Kimia dari
ketiga lokasi pengambilan sampel dapat dilihat bahwa jumlah hasil tangkapan
terbesar berada pada pengambilan sampel di lokasi pertama, hal ini
disebabkan oleh kadar zat besi (Fe) yang terkandung di lokasi pengambilan
sampel pertama ini tergolong lebih tinggi dari kedua lokasi lainnya, yaitu 3,68
mg/l.
9. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah kadar pH dan BOD yang bervariasi,
Sedangkan pH dalam ketiga lokasi pengambilan sampel diatas masih termasuk
dalam baku mutu kualitas air laut, yaitu berkisar antara 7 - 8,5. Sedangkan
kadar BOD di lokasi pengambilan sampel pertama adalah 18,5 mg/l. Nilai
tersebut berarti kadar oksigen yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
berada di lokasi sampel tersebut adalah sebanyak 18,5 mg/l selama 5 hari.
70
5.2 SARAN
Diharapkan kepada nelayan-nelayan Indonesia pada umumnya, dan
nelayan Kecamatan Juwana khususnya agar pada saat penentuan fishing
ground juga dapat memperhatikan atau mengamati parameter kualitas air,
khususnya pada parameter fisika dan parameter kimia. Karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap kemungkinan posisi keberadaan ikan, yang nantinya
akan berpengaruh pada jumlah ikan hasil tangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Diktat Mata Kuliah. 2000. Biologi Ikan Semester IV. Politeknik Negeri
Pontianak
Pemilik Kapal
Kumono
Darat Laut
Pengurus 1 Tekong
Bu Susi Jumono
Motoris 1 Wakil 1
Pengurus 2 Kamdi Yato
Pak Karno
Motoris 2 Wakil 2
Pengurus 3 Sukanto Kifli Ason
Pak Sis
ABK
Lampiran 2. Surat Keterangan Berlayar KM. Surya Sinar Abadi
Lampiran 3. Tanda Pelunasan Pungutan Perikanan KM. Surya Sinar Abadi
Lampiran 4. Surat Izin Penangkapan Ikan KM. Surya Sinar Abadi
Lampiran 5. Sertifikat ANKAPIN III Nakhoda KM. Surya Sinar Abadi
Lampiran 6. Surat Ijin Berlayar KM. Surya Sinar Abadi
Lampiran 7. Peta Kecamatan Juwana, Jawa Tengah
Lampiran 8. Konstruksi Alat Tangkap Purse Seine KM. Surya Sinar Abadi
Keterangan :
1. Pelampung
2. Pemberat
3. Cincin (ring)
5. Tali pelampung
6. Tali pemberat
9. Selvege
a. Kantong
b. Sayap
Lampiran 9. Baku Mutu Air Laut
Lanjutan Lampiran 9. Baku Mutu Air Laut
LEMBAR KONSULTASI
Kerja Praktek Akhir ( KPA )
Konsultasi Paraf
Hari/ Tanggal Materi
Ke- Pembimbing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mengetahui Pembimbing,
Koordinator KPA,