Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Disusun Oleh :
ADE SUNARDI
NPM : 106010175
Pembimbing :
1. H. Daman Pribadi, Drs. M.Ag.
2. Waluyadi, SH., MH.
FALKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON 2010
TERORISME DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003
Mengetahui :
H. NENDAR DARKONI, SH., MH. Hj. HASTUTI. KL, SH., MM. MH.
TERORISME DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003
Mengetahui :
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur penulis panjatkan kepa Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dalam menganalisanya, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
perbaikan penulisan selanjutnya, namun penulis tetap berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi semua
pembaca.
saran dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu pada
sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Unswagati Cirebon, Bapak Dr. H. Djakaria Machmud, SE, SH., M.Si
MH.
3. Pembantu Dekan I Fakultas Unswagati Cirebon, Ibu Hj. Hastuti KL, SH. MM.
MH.
4. Bapak Moh. Sigit Gunawan, SH. MKn. selaku Kepala Bagian Hukum Publik.
iv
5. Bapak Drs. H. Dawam Pribadi, M.Ag. selaku pembimbing satu, yang telah
6. Bapak Waluyadi, SH., MH., selaku pembimbing dua, yang telah banyak
8. Segenap karyawan dan seluruh staff Tata Usaha Fakultas Hukum Unswagati
Kesempurnaan hanya milik Allah dan tidak ada manusia yang sempurna,
begitu juga dengan penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak
penempatan dan penyusunan kata yang salah, untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Terorisme Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 ........................................................................ 83
B. Materi Terorisme Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2003 ......................................................................... 89
C. Penyelesaian Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 ............................................. 97
BAB V PENUTUP
iv
ABSTRAK
Tindak pidana terorisme yang timbul pada saat ini diakibatkan oleh tiga
hal yaitu, kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan. Ketiga faktor ini
merupakan persoalan yang cukup mendasar dalam teriadinya suatu tindak pidana
terorisme, apalagi pada saat ini terorisme identik dengan Islam. Para teroris
mengatasnamakan jihad sebagai dasar mereka melakukan tindak pidana terorisme,
yang sebenarnya mereka telah melakukan kekeliruan dalam mengartikan makna
dari pada jihad itu sendiri. Sementara dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun
2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menganggap bahwa
terorisme itu merupakan perbuatan melawan hukum yang dapat membahayakan
serta menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara, dengan menimbulkan
suasana teror dan rasa takut serta menimbulkan korban yang bersifat masal. Untuk
itu penulis ingin mengetahui bagaiman cara pandang hukum Islam mengenai
tindak pidana terorisme yang teriadi sekarang ini, serta bagaiman cara
penyelesaian dan penanganan tindak pidana terorisme menurut hukum Islam dan
menurut Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003, serta hal-hal apa saja yang
menjadi hambatan dalam proses pemberantasan tindak pidana terorisme baik
menurut hukum Islam maupun menurut Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003.
Adapun metode yang digunakan penulis adalah, metode deskriptif analitis
dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, yang bertujuan
menggambarkan fakta-fakta dari beberapa data yang diperoleh, dengan kegiatan
mengumpulkan data sekunder tentang objek penelitian yang diperoleh dari hasil
penelitian yang kemudian dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Permasalahan yang dihadapi oleh hukum Islam dalam pemberantasan
tindak pidana terorisme adalah, adanya salah mengartikan makna jihad oleh kaum
muslim itu sendiri, dan Al-Quran yang merupakan sumber agama islam jelas
sangat menentang terhadap aksi terorisme. Sedangkan menurut Undang-undang
Nomor 15 Tahun 2003 masih adanya beberapa pasal yang terdapat dalam
Undang-undang tersebut yang seharusnya diganti, karena menimbulkan
kerancuan. Adapun proses penyelesaian dan penanganan tindak pidana terorisme
menurut hukum Islam yaitu dengan menciptakan rasa cinta damai, kasih sayang,
toleransi, serta adanya dialog antar umat beragama untuk tidak mengsalah artikan
makna dari jihad itu sendiri dalam setiap pelaksanaanya. Sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 kita harus menegakkan supermasi hukum
yang berlaku di negara Indonesia, sehingga tindak pidana terorisme dapat
dihapuskan di negara Indonesia.
v
BAB I
PENDAHULUAN
pertanyaan pelik yang belum memperoleh jawaban tuntas. Usaha berbagai pihak
yang tunggal bukan berarti tidak memiliki jati diri, namun dengan
dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial polltik yang
sama dalam masyarakat modern.2 Hal ini berbeda dengan monokulturalisme yang
1
Philips J Vermonte, Terorisme Definisi, Aksi, dan Regulasi, Imparsial, Jakarta, 2003,
hlm.25.
2
www.lebahmuda.multiply.com/journal/multi-culture
1
2
persatuan yang menjadi cermin dari harmonisasi dalam pluralitas. Sila ketiga
Dalam hal ini, terorisme bisa dibaca sebagai bagian artikulasi benturan
antar peradaban sehingga perlu diadakan dialog peradaban.3 Hanya saja, bila
kemudian ditarik garis lurus dalam Barat dan Islam, adalah sebuah kekeliruan
mendasar. Sebab, Barat tidak tunggal, Islam juga tidak tunggal. Salah satu
buktinya adalah kasus invasi Amerika Serikat ke Irak, justru negara yang paling
keras menentang invasi itu adalah Jerman, Perancis, dan Rusia yang Barat.
Sebaliknya, tidak semua negara Arab membela Irak dari invasi Amerika Serikat,
Dalam tingkat lebih khusus, harus dibaca, bila memang terjadi benturan,
benturan, tetapi tidak semua kalangan Islam melakukan aksi terorisme untuk
didialogkan antara umat Islam dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan
catatan, yang melakukan terorisme dari mereka yang merasa ada benturan dibenak
umum umat Islam, hanya sebagian kecil Muslim. Dalam hal ini, penting
sekutunya, sebagai kelompok besar yang di dalamnya ada kelompok kecil yang
3
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0309/01/opini/521035.htm
3
ganjalan dalam benak mereka dengan Amerika Serikat dan sekutunya, sebenarnya
Islam dalam kasus Afganistan-Irak, dibanding sikap Amerika Serikat atas Israel-
Palestina. Tentu saja ini persoalan tidak baru, tetapi justru di sinilah persoalan
sebenarnya yang ada dalam benak umat Islam, yang tidak pemah ditanggapi
secara serius.
yang sudah bertahun-tahun tidak berobah. Sebaliknya, saat Irak dan Afganistan
yang melakukan kesalahan misalnya, bukan hanya dicarikan solusi damai, tetapi
dibombardir. Tentu saja, ada imajinasi di kalangan umat Islam, negara Amerika
Serikat dan sekutunya yang kuat ini, tengah melakukan politik diskriminasi.
satu sisi, ini disebabkan keadaan umat Islam sendiri yang lemah meski umumnya
memiliki geografis dan wilayah yang strategis dan subur. Di sisi lain, ada negara-
negara besar secara ekonomi dan politik (meski wilayahnya amat kecil seperti
Inggris) yang mampu menentukan peta politik-ekonomi dunia. Dalam hal ini,
Amerika Serikat dan sekutunya dibayangkan sebagai negara kuat, tetapi sama
memaksakan kehendak.
kalangan Islam, menyikapi hal itu dengan antusias untuk belajar dari apa yang
besar di Amerika Serikat dan sekutunya, seperti rasionalitas, demokrasi, hak asasi
Serikat dalam kasus Palestina. Sebagian Muslim lain, yang tidak puas dengan
Muslim teroris.
masih tetap relevan. Bahkan akan terus relevan selama umat manusia hidup dalam
perbedaan. Namun, seruan tersebut harus lebih disederhanakan pada isu-isu yang
lebih spesifik dan nyata. Pesan dialog antar peradaban mungkin akan lebih
bermakna bila dipersempit lagi pada isu dialog antar budaya. Dialog antar
Sedangkan dialog antar budaya jelas sangat terfokus baik isu maupun result atau
hasil yang ingin dicapainya. Budaya merupakan inti dari peradaban, atau dengan
kata lain peradaban adalah cerminan dari suatu budaya. Bila kita menyebut
peradaban barat misalnya maka pikiran kita akan langsung terasosiasi dengan
Dialog antar budaya, dengan demikian, menjadi sangat penting untuk bisa
membangun kesepahaman.
Indonesia, atau aksi teror yang pernah terjadi di Filipina Selatan misalnya, Pada
Akibatnya ratusan ribu orang tewas dan yang lainnya kehilangan tempat tinggal
mereka.
pembangunan dan penentuan nasib sendiri warga Islam di sana. Namun, semua
pihak yakin hal itu gagal total. Bahkan para pemimpin Moro mengatakan mereka
4
Ibid,hlm.25-26
6
ditipu dan Manila tidak memenuhi janjinya. Di Basilan, Maya Ali, kepala kantor
teknologi dan pembangunan lokal menilai gagasan otonomi itu sebuah lelucon.
Walaupun dengan tekonologi lama dan sederhana, tetapi hal tersebut tetap
Singkatnya, ruang dan peluang yang dimiliki oleh kelompok teroris untuk
sebuah ancaman serius karena relatif sulit menentukan kapan dan dimana
bisnis legal yang melintas batas negara, namun pada saat yang sama ia juga
dan transportasi.
5
Ibid., hlm. 26
7
melalui gaya hidup dan kemakmuran yang ditrasnfer melalui citra televisi, internet
dan lain-lain, mendorong orang untuk mendapatkannya dengan cara mudah yakni
melalui bisnis-bisnis illegal, yang sering disebut sebagai kelompok black dollar,
Menurut Indriyanto Seno Aji, hal ini terjadi karena adanya dua paradigma
terorisme saat ini justru menimbulkan ketidakpuasan berbagai pihak yang tidak
tidak menyentuh kepada akar penyebab timbulnya aksi terorisme. Apalagi pelaku
teroris dewasa ini cenderung identik dengan identitas muslim yang terjadi pada
6
Indriyanto Seno Adji, Bali, Terorisme dan Ham, Kompas, Selasa, 29 Oktober 2001,
hlm. 4.
8
pelaku teror Born Ball ataupun World Trade Center. Namun sebenarnya ada sisi
menarik dari para pelaku teror tersebut terutama untuk kasus Bom Bali.
ketidakadilan yang umat Islam rasakan terutama dari dunia Barat. Hal ini perlu
sehingga anggapan islam sebagai agama yang penuh kekerasan dapat dibantah
dengan tegas, padahal kita semua sepakat bahwa islam merupakan agama yang
membawa rahmat bagi segenap manusia yang tercermin dari qjarannya yang
penuh akan nilai-nilai keadilan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia,
Dalam prinsip dasar ajaran Islam pelaksanaan keadilan tidak boleh berat
terorisme oleh orang atau kelompok lain seperti yang telah dituduhkan oleh
Amerika Serikat kepada jaringan AL Qaeda, Jamaah Islamiyah atau pun Iraq.
mengklaim bahwa dirinya yang paling benar dan orang lainlah yang bersalah
sehingga mereka punya alasan melakukan tindakan terhadap orang lain. Karena
merasa paling benar maka kebenaran tersebut dijadikan parameter untuk menilai
orang lain yang belum tentu benar menurut pandangan yang lain. Kesalahan
itu merupakan suatu kejahatan yang bersifat global dan dampaknya dapat
merugikan kepentingan umat manusia, demikian juga tindak pidana terorisme itu
B. Identifikasi Masalah
7
M.Abdul Gani, Jurnal Ilmu Hukum, LITIGASI, Fak. Hukum Unpas Volume 4, Nomor 1
Februari 2003, hlm. 83-84
10
C. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
masalah terorisme.
2. Kegunaan Praktis
D. Kerangka Pemikiran
yang adil dan beradab, karena didalam sila ke 2 memuat mengenai masalah:8
orang lain;
8
Pancasila, Fokusmedia, Jakarta, hlm. 40.
11
1945.
Hak Asasi Manusia yang dilanggar oleh para teroris didalam Undang-
Selama ini yang menjadi sasaran para teroris di Indonesia ialah kaum
minoritas dan itu sangat bertentangan dengan hak asasi manusia. Dalam
sebagai alasan mereka melakukan teror, dalam aksinya itu para teroris memakai
terorisme. dalam hukum Islam jihad itu diatur dalam AL QUR'AN. Seperti yang
9
Undang-Undang Dasar 1945 Dan Amandemennya, Fokusmedia, hlm. 26.
10
Ibid,hlm. 27.
11
Moctar Naim, Kompendium Himpunan Ayat-ayat AL-QUR’AN yang berkaitan dengan
HUKUM, HASANAH, Jakarta, 2001.
12
12
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu X, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta, 1986, hlm. 118.
13
Ibid.
14
Ibid.
13
mempertahankan diri dari musuh yang mulai menyerang, pada saat ini umat Islam
selalu disudutkan dan dipojokan oleh penerapan standar barat yang selalu
menuduh bahwa umat Islam itu sebagai teroris. Oleh karena itu selalu
membela agama dan aqidah yang diyakini, seperti di Palestina dan Libanon, tetapi
jangan melampaui batas, dalam Islam boleh beperang tetapi jangan sampai
membunuh rakyat sipil yang tidak berdosa seperti orang tua, jompo, dan juga
anak-anak, apabila musuh sudah menyerah itu jangan sampai dibunuh. Jelas
bahwa Islam sangat mulia dan adil terhadap sesama manusia, tetapi pada saat ini
menuntut ketidakadilan.
berjuang di jalan Allah untuk memerangi orang kafir. Pada saat ini umat Islam
teraniaya oleh kebijakan dari barat seperti terjadi di Palestina dan Libanon dalam
hal ini jihad dibolehkan untuk mempertahankan diri dan aqidah, jihad menurut
Pada saat ini banyak orang yang mengatasnamakan jihad tetapi pada
Jadi arti perang (jihad) yang dimaksud para teroris itu tidak sesuai dengan
perangnya (jihad) dengan cara yang menyimpang, misalnya dengan cara bom
dengan ajaran Islam sendiri karena dalam ajaran Islam tidak diperbolehkan
mengenai sanksi bagi tindak pidana pembunuhan, membunuh orang adalah dosa
besar.
orang. Hukum ini wajib di Qisas, berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila
15
Din Syamsudin, dalam bukunya, HD Haryo Sasongko, Terorisme, Dialog, dan
Toleransi, Pustaka Grafiksi, Jakarta, 2006, hlm. 10.
16
Ibid.
15
dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau
dapat diketahui bahwa perbuatan terorisme itu tidak diperbolehkan dalam ajaran
agama Islam.
yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia, karena dalam prakteknya perbuatan
terorisme itu banyak membunuh ribuan manusia dan perbuatan itu telah
Negotirto:
17
As’ad As Sahamrani penerjemah Erwin Yuandani, Menyingkapi Terorisme Dunia, Era
Intermedia, Solo, 2005, hlm. 13-14.
16
Dari sini dapat dijelaskan bahwa tindak pidana terorisme itu merupakan
terorisme merupakan kejahatan yang paling berbahaya dalam abad ini, karena
tindak pidana terorisme saat ini memakai teknologi tinggi dan berimplikasi sosial,
kemanusiaan, keadilan dan HAM, oleh karena itu tindak pidana terorisme sangat
dimusuhi oleh setiap umat manusia. Tindak pidana terorisme merupakan tindak
pidana intemasional yang mempunyai dampak global dan salah satu kejahatan
18
Perum negotirto, Kumpulan Peratuan Perundangan Anti Terorisme, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2006, hlm. 15.
17
E. Metode Penelitian
berikut:
1. Metode Pendekatan
tertulis).
19
Hugo Grotius, dalam bukunya, Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana
Internasional, refika ADITAMA, Bandung, 2000, hlm. 14.
20
Ibid.
18
meliputi :
1) Al-Qur’an
2) Buku-buku
3) Undang-Undang
4) Sumber Lain.
kepustakaan.
4. Analisis Data
F. Sistematika Penulisan
penulisan.
Bab ini akan membahas mengenai apa itu tindakan terorisme dan
dalam Islam dan merupakan tindakan yang salah. Bahwa dalam aksi
sebaik-baiknya.
Bab V PENUTUP
A. Sejarah Terorisme
penguasa yang dianggap sebagai tiran. Pembunuhan terhadap individu ini sudah
dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari Terorisme dengan mengacu pada
Meski istilah Teror dan Terorisme baru mulai populer abad ke-18,
rezim teror.22
21
Loudewijk F. Paulus, Terorisme, http://buletinlitbang.dephan.go.id.
22
Rikard Bangun, Indonesia di Peta Terorisme Global, http://www.polarhome.com, 17
November 2002
23
Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut
Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia. 24 Pada pertengahan abad ke-19,
Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka
percaya bahwa Terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan
terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi
Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan
ideologi.26
kedua Terorisme dimulai di Aljazair di tahun 50an, dilakukan oleh FLN yang
tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa yang disebut sebagai
tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun
60an dan terkenal dengan istilah "Terorisme Media", berupa serangan acak
23
Muhammad Mustofa, Memahami Terorisme: Suatu Perspektif Kriminologi, Jurnal
Kriminologi FISIP UI, vol 2 no III, Desember 2002hlm, 30.
24
Loudewijk F Paulus, Loc. Cit.
25
History Of Terrorism, www.terrorismfiles.org/encyclopedia/history_of_terrorism.
26
Loudewijk F Paulus, Loc. Cit.
27
Muladi, Demokrasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia, The Habibie Centre,
Jakarta, 2002, hlm. 168.
24
radikalis setelah era perang Vietnam dan munculnya ide perang gerilya
kota;
lintas.
Namun Terorisme bentuk ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang
ketika itu sebagian besar buta huruf dan apatis. Seruan atau perjuangan melalui
tulisan mempunyai dampak yang sangat kecil. Akan lebih efektif menerapkan
"the philosophy of the bomb" yang bersifat eksplosif dan sulit diabaikan. 28 Pasca
yang meluas menjadi konflik Timur - Barat dan menyeret beberapa negara Dunia
tangan pihak ketiga, pergolakan dalam negeri di seklan banyak negara Dunia
Ketiga, membuat dunia labil dan bergejolak. Ketidakstabilan dunia dan rasa
yang dianggap fundamental dan sah, membuka peluang muncul dan meluasnya
28
Muladi, Hakekat Terorisme dan Beberapa Prinsip Pengaturan dalam kriminalisasi,
Jurnal Kriminologi Indonesia FISIP UI, no. III, Desember 2002, hlm. 1.
25
B. Pengertian Terorisme
sudah ada ahli yang merumuskan, dan dirumuskan di dalam peraturan perundang-
dan jelas sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya tanpa
definisi ini diperlukan agar tidak terjadi salah tangkap, dan berakibat merugikan
hak asasi manusia yang seharusnya wajib dihormati oleh semua orang beradab.
dijadikan ongkos kebiadaban, dan kedamaian hidup antar umat manusia jelas-jelas
29
Loudewijk F Paulus, Loc. Cit.
26
menggunakan kategori "jihad", tetapi jika manusia yang tidak berdosa menjadi
korban dan kepentingan publik menjadi rusak berantakan serta negara dilanda
merta berarti meniadakan definisi hukum tentang terorisme itu. Menurut hukum
sifat jahat perbuatan itu dan dengan demikian lantas bisa diartikan bahwa pelaku
terorisme bebas dari tuntutan hukum. Nullum crimen sine poena, begitu bunyi
sebuah asas hukum tua, yang bermakna, bahwa tiada kejahatan yang boleh
dibiarkan berlalu begitu saja tanpa hukuman, tetapi karena faktanya terorisme
sudah bukan lagi sekadar internasional crime dan sudah menjadi internationally
organized crime maka sangatlah sulit untuk memberantas kejahatan ini tanpa
Kata teroris dan terorisme berasal dari kata latin "terrere "yang kurang
lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata "teror" juga bisa
korbannya. Akan tetapi, hingga kini tidak ada definisi terorisme yang bisa
yang tidak berdosa. Tidak ada negara yang ingin dituduh pendukung terorisme
Ada yang mengatakan seseorang bisa disebut sebagai teroris sekaligus juga
sebagai pejuang kebebasan. Hal itu tergantung dari sisi mana masing-masing
perluasam paradigma arti dari Crimes Against State menjadi Crimes Against
lengkap diluar KUHP kekhususan hukum acaranya, sistem kompromi dengan cara
Untuk memahami makna teroris lebih jauh dan mendalam kiranya perlu
dikaji telebih dahulu pengertian atau definisi terorisme yang dikemukakan oleh
baik beberapa lembaga maupun beberapa penulisan atau pakar ahli, yaitu:
28
30
Muladi, Demokrasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia,Op. Cit, hlm. 171.
31
Ibid, hlm. 172.
32
A.C Manullang, Menguak Tabu Intelejen Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei, Jakarta,
Januari 2001, hal. 151.
33
Al-Madkhaly, Muhammad, Terorisme dalam Tinjauan Islam, Makhtabah Salafy Press,
Tegal, 2002, hlm. 1-2.
29
34
Abdul Wahid, Sunardi, Muhammad Imam Sidik, Kejahatan terorisme dal perspektif
agama, HAM dan hukum, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 30.
35
Ibid, hlm. 29.
36
Ibid, hlm. 31.
37
Ibid.
30
merupakan suatu kejahatan yang luas, karena selain menggunakan teknologi yang
merupakan perbuatan melawan hukum, tetapi tindak pidana terorisme yang saat
ini teriadi banyak yang berlatar belakang politik untuk mendapatkan suatu hal,
orang rela mengorbankan kepentingan rakyat yang tidak berdosa seperti peristiwa-
peristiwa yang terjadi di tanah air, mereka tega mengorbankan rakyat yang tak
berdosa demi mencapai tujuan yang mereka inginkan apapun bentuk dari
38
Muhammad Mustofa, Op. Cit.
39
Fauzan, Saya Teroris (“Sebuah Pledoi”), Republika, Jakarta, 2002, hlm. 24.
40
Abu Bakar Baasyir, Terorisme di Indonesia, Forum Studi Islam Surakarta, Surakarta,
2004, hlm. 16.
31
tujuan dari para terroris itu ialah salah dan bertentangan dengan nilai-nilai
Dalam hal tipologi, tindak pidana terorisme dapat terbagi dalam beberapa
Tipe kesatu
"Political terrorism adalah bentuk terorisme yang
dirancang untuk menimbulkan ketakutan di kalangan
masyarakat dengan tujuan politik secara umum, semua
terorisme ditengarai bermuatan politik setidaknya,
demikianlah pandangan klasik mengenai terorisme,
karenanya tipe political terrorism menjadi sangat
dominan, dan dengan mudah ditemukan dalam berbagai
kasus.
Tipe kedua
Nonpolitical terrorism, kekerasan dan ancaman kekerasan
dilakukan diluar motif politik. Jadi terorisme non politik
adalah bentuk terorisme yang dilakukan untuk tujuan-
tujuan tertentu, seperti motif ekonomi, balas dendam,
penyelamatan, maupun semata-mata karena kegilaan.
Tipe ketiga
Quasi terrorism. Menggambarkan kegiatan incidental
guna melakukan kejahatan kekerasan yang bentuk dan
caranya menggunakan metode teror. Ilustrasi dari tipe ini
dapat ditemukan pada kasus-kasus pembajakan pesawat
atau penculikan tokoh yang tidak didasarkan pada
motivasi idiologis. Dalam tipe quasi terrorism ini, para
pelaku terror lebih tertarik untuk melakukan tindakan
teror, semata-mata karena untuk memperoleh uang
tebusan.
41
Abdul Wahid, Sunardi, Muhammad Imam Sidik Op. Cit. hlm. 31-32.
32
Tipe keempat
Dalam mengkaji terorisme, satu hal yang perlu diingat adalah adanya
perbedaan sudut pandang tentang terorisme. Lebih dari itu, terorisme hingga
saat ini menjadi sebuah gejala sosial yang kompleks. Sudut pandang dan
Istilah teror (isme), pertama kali, populer pada masa Revolusi Perancis
42
Luqman Hakim, Terorisme di Indonesia, Forum Studi Islam, Surakarta, hlm. 19-22.
33
Aksi teror juga dilakukan Zealot (hidup pada 66-73 M), sebuah organisasi
tindakan asusila dan tindakan yang bersifat anti Yahudi. Mereka menggunakan
pisau kecil yang disebut sica yang disembunyikan di balik jaket. Dengan senjata
sica tersebut, aksi Zealot sering disebut Sicarii. Aksi sicarii dilakukan dengan cara
Teror sebagai sebuah aksi yang sistematis dikenal sejak Revolusi Perancis
(1789-1794). Pada masa itu, muncul apa yang dikenal dengan French
Revolusionary State yaitu membentuk sebuah masyarakat baru yang lebih baik.
terror, without which virtue is helpless. ... terror is nothing but justice,
Pertama, regime de la terreur tidak dilakukan dengan acak (random) dan tidak
terror yang digambarkan saat ini. Kedua, tujuan French Revolution's terrorism
munculnya sentimentil anti monarki (anti penguasa). Pada abad ini, muncul aksi
deed".
stigma teroris. mereka dengan tegas menolak stigma teroris yang melekat pada
kebebasan demi tanah air dari penjajahan bukan terorisme tetapi freedom fighters.
Pada awal tahun 1990, muncul istilah narco terrorism dan istilah gray area
orang dengan motivasi ekonomi yang bergelut dalam perdagangan obat terlarang.
Narco terrorism muncul akibat pertemuan antara penjualan obat terlarang dengan
gerakan yang mengancam stabilitas nasional oleh orang atau kelompok bukan
negara.
Bila ditelaah lebih mendalam pada awalnya kata terror merupakan jargon
politik yang berasal dari bahasa Perancis yang selanjutnya diserap kedalam bahasa
lahirnya pemerintahan yang memiliki sifat teror terutama pada awal pasca
Republik Perancis.
Bila pada masa pasca revolusi perancis terorisme dilakukan Negara dalam
bentuk penekanan terhadap lawan politiknya, maka pada dewasa ini terminologi
yang umum tentang terorisme adalah, bentuk kekerasan yang dilakukan oleh
kelompok atau individu yang sebagian besar ditunjukan pada komunitas muslim
Pandangan ini ternyata tampak lebih nyata ketika dunia barat melakukan upaya
2) Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman
a. Syariat,
b. Fiqih.
a. Ibadah,
b. Muamalah.
a. Al'Quran,
b. Hadist,
c. Ijtihad.
secara keseluruhan;
Islam;
43
Mohammad Daud Ali Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 52-54.
37
kewajiban daripada hak, dalam Islam kewajiban itu ialah suatu hal yang harus
dulu baru menerima upah, Islam juga sangat menghargai dan menghomiati
sesama umat manusia, Islam ialah agama pelindung bagi segenap mausia
karena dalam prakteknya di gerakan oleh rasa keimanan dan akhlak yang
terpuji.
44
As’ad As Sahamrani, Op. Cit.
38
itu haruslah tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan atau terorisme. Setiap
adalah konsep universal yang harus diperjuangkan dan dibela setiap manusia,
pihak luar yang menunjukan sikap bermusuhan atau tidak mau hidup
tujuan yang baik sekalipun, Islam menegaskan bahwa pembasmian suatu jenis
alasan etik dan moral sedikit pun yang bisa membenarkan suatu tindakan
oleh kelompok Islam tertentu, maka sudah pasti alasannya bukan karena
ajaran etika moral Islam, melainkan agenda lain yang tersembunyi di bank
peperangan yang sah saja Islam tidak mengizinkan tindakan yang demikian
39
terhadap mereka yang tidak terlibat alasan yang berperang pun meski
adalah:
sebagai representasi agama sehingga setiap konflik yang muncul antar negara
disebut juga konflik agama seperti konflik antar negara-negara Arab dan
Israel, padahal yang menjadi pelaku kekerasan atau teror berasal dari
negara lain. Kedua pandangan tersebut memang sulit untuk diterima, tetapi di
45
Abdul Wahid, Sunardi, Muhammad Imam Sidik, Op. Cit, hlm. 43.
40
sisi lain juga sangat sulit untuk ditolak. Sebab, dalam era teknologi seperti
sekarang ini, sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, sehingga
nanti tidak terbukti pada titik ini, agama sering dijadikan bulan-bulanan dan
negatif tehadap agama kian tersebar karena ada bau tidak sedap dan
tersebut.
harus disikapi dengan kearifan dan penuh kesabaran. Salah satu caranya
ruang, kita tentu mengangankan ruang publik yang terbuka, toleran dan
beradab.
BAB III
sebagaimana yang terjadi di Bali bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia-
tertentu sehingga dengan mudah diduga bahwa pelaku teror adalah pihak-pihak
terjadinya tindak pidana terorisme yang terjadi di Negara Indonesia, untuk itu
dibutuhkan kewaspadaan dari semua pihak, baik dari pihak pemerintah atau
negara dan tentunya semua lapisan masyarakat, hal tersebut perlu dilakukan
46
Bambang Abimayu, Teror Bom Di indonesia, Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 82-90.
40
42
dan dipenjara.
Desember 1984 Gedung seminari Alkitab Asia Tenggara di Jl.
berhasil diketahui.
20 Januari 1985 Peledakan terhadap Candi Borobudur yang
Candi Borobudur.
13 September 1991 Sebuah Bom meledak secara tidak sengaja di
pelaku.
15 Mei 2000 Ada Peledakan Bom Di Gereja Kristen
Medan.
4 Juli 2000 Sebuah Bom meledak di kejaksaan Agung,
belum terungkap.
12 Oktober 2002 Diskotik Paddy’s Café dan Sari Club. Legian,
luka-luka.
5 Desember 2002 Restourant siap saji Mc Donal’s Jl. Sam
tinggi itu.
21 Maret 2005 Ledakan Bom terjadi di Batu Merah,
itu.
17 Juli 2009 Bom Jakarta 2009, 17 Juli 2009, dua ledakan
Bali telah menjadi kata kunci bagi gerbang kelangsungan hidup bangsa
Indonesia. Ketika negeri ini memasuki krisis ekonomi dan hamper semua
wilayah menderita akibat krisis itu, Bali tetap tegak dengan tegar. Wisatawan
asing yang datang membawa dollar menemukan Bali bagaikan the lost
paradise, surga yang hilang, karena murahnya kehidupan yang diukur dengan
dollar.
seribu dewa itu, Bali adalah the last paradise, surga yang terakhir. Wisatawan
pariwisata.
Salah satu sebab dan sekaligus prasyarat mengapa Bali bagaikan the
last resort yang tidak terganggu krisis adalah keamanannya. Sebagai pulau
Indonesia, Ratio antara Polisi dengan penduduk tercatat 1 : 294. Ini jauh lebih
Namun, perlu dicatat, bahwa hingga Oktober 2002, Polda Bali berada
pada status Kelas B-l. artinya, Polda dipimpin oleh seorang Kapolda
47
History Of Terrorism, http: // www.terrorismfiles.org/ encyclopedia/ history_of_
terrorism.html.
47
sebelum akhir 2002 (akhirnya setelah kasus bom Bali naik menjadi status
Kelas A). Status ini berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh Polda, karena menyangkut alokasi dana (anggaran) yang lebih kecil
kelemahan Polda Bali, juga agak terbantu oleh setidaknya dua faktor, yaitu :
sangat intern dan ekstensif, sehingga membuat Polisi Bali relatif lebih terbuka
terhadap orang luar, termasuk gagasan-gagasan dari luar institusi Polri. Kedua,
potensial.48
Suatu situasi yang pada satu sisi membentuk citra bagus, sebagaimana
ditampilkan oleh Polisi Pariwisata, namun pada sisi lain juga menyebabkan
48
Ibid.
48
Itulah wajah Bali hingga 12 Oktober 2002, ketika terjadi tiga kali
dan satu di kawasan Renon, Denpasar. Bom Bali bukan hanya mengubah
Pada tingkat dan skala lokal, dampak bom Bali bukan hanya sekedar
masyarakat Bali sendiri dan terlebih lagi bagi Kepolisian setempat. Bom Bali
efek teror yang betul-betui mencapai sasaran teror, yaitu menyebarkan rasa
berikut ini:
Pertemuan Persiapan
oleh Amrozi, Muhammad Ali Imron alias Alik (30), Umar alias Patek (35),
Umar alias Wayan (35), Idris alias Joni Saputra alias Gembrot (35), Did Matin
alias Amar Usman alias Muktamar alias Djoko Supriyanto (32) dan Fatih alias
Fat alias Kudama alias Abu Umar alias Abdul Aziz alias Heri alias Imam
Samudra (35).
49
dibeli di toko Tidar Kimia dan Aneka Kimia. Kedua toko berada di Surabaya.
Di took Tidar Kimia, Amrozi membeli satu ton Kalium Klorat (KC103), dua
zak Sulfur, safu long bubuk Alumunium, 25 kilogram Tawas, dan satu ember
Dan toko Tidar Kimia menghubungi toko Aneka Kimia untuk membantu
pengadaan.
Mobil Mitsubishi L-300 dibeli Amrozi dari Anas. Mobil inilah yang
akan digunakan untuk membawa bom yang akan diledakkan di Bali. Setelah
cara menggerinda dan memahat nomor palsu, nomor mesin dan nomor rangka.
rangka, akan memutus kaitan dengan para pelaku, terutama pemilik mobil atau
Rp. 120 juta rupiah. Uang yang dikumpulkan terdiri atas mata uang rupiah,
50
ringgit Malaysia, dollar Singapura dan dollar Amerika Serikat. Jumlah dana
kelompok ini berangkat secara terpisah dan semuanya berada di Bali tanggal 5
situasi lokasi yang akan diledakkan dan kesiapan kelompok eksekutor dibahas
secara intensif.
Legian, Kuta. Diduga, pemilihan lokasi ini dilakukan oleh orang luar Bali
yang tidak begitu mengetahui situasi. Dugaan ini berkaitan dengan banyaknya
orang yang tewas justru bukan merupakan warga negara Amerika Serikat,
perkembangan situasi.
sebuah Showroom Toko Mitra Motor di Jalan Gatot Subroto, Denpasar. Selain
membeli sepeda motor, mereka juga menyewa mobil Kijang Grand Extra
motor. Hal ini dikuatkan dengan penemuan residu peledak berupa HMX,
Tetril, Nitrat dan PETN di bawah jok dan kunci-kunci sepeda motor Fl-ZR
tersebut. Selain itu motor juga dipasangi 3 buah swicth yang nampaknya
digunakan sebagai pemicu jarak jauh (remote) dari bom yang akan
dari jarak jauh ini tidak digunakan, dan yang digunakan adalah handphone
Malam Peledakan49
pelaksanaan lapangan. Malam harinya, mobil yang sudah dipasangi bom dan
diperkirakan juga membawa bahan peledak siap pakai., namun tidak sebanyak
dan sebesar yang diletakkan di dalam mobii L-300. Kemungkinan besar, motor
Jalan Legian merupakan salah satu jalan paling ramai dan macet di
semacam klub malam dan kafetaria. Kemacetan kian memuncak di atas pukul
sepuluh malam. Biasanya dari pukul 10.00 WITA sampai pukul 04.00 WITA,
jalan ini, ditambah dengan banyaknya kendaraan yang berhehti, terutama taksi
peledakan. Kondisi macet dan ramai jelas menguntungkan pelaku karena tidak
pada saat yang bersamaan ada dua ledakan di jalan Legian, Kuta dan satu
49
Ibid.
53
Skenario 1
Legian dan menunggu pelaku yang membawa mobil L-300 (pelaku B).
Paddy's Café dan meletakkan tas berisi bom di sebuah kursi (bisa juga
meja) yang berada di antara bar tengah (lantai 1) dan meja DJ (Disc
Skenario 2
membawa tas berisi bom segera masuk dan mengambil posisi duduk di
kursi yang ada di bar tengah (lantai 1). Beberapa saat kemudian,
Skenario 3
kursi yang berada di antara bar tengah dan meja DJ. Pelaku A tetap di
meninggalkan lokasi.
Skenario 4
berada di antara bar tengah dan meja DJ. Pelaku A tetap di dalam
korban jiwa sebanyak 8 orang, satu orang tewas dengan kondisi Sangat
mengenaskan karena berada sangat dekat dengan bom yang meledak. Hanya
betis ke bawah dan dada, kepala yang utuh, sementara tubuhnya hancur terkena
ledakan.
Para saksi mata yang lolos dari maut menyebut ledakan berasal dari
segera disusul dengan nyala api dan kebakaran. Di lokasi kejadian ditemukan
Pukul 23.15.03
Mitsubishi L-300 yang ditinggal dalam keadaan mati di depan Sari Club
mengundang perhatian pengunjung dan pejalan kaki yang melintasi Sari Club.
mendahului.
56
Mobil Carry dan diikuti taksi yang berada di belakang L-300 bisa
kiri dan tidak bisa mundur karena ada Kijang Abu-abu Metalik DK-1257-JC
1706-BQ dan Timor Biru Metalik DK-53-GA serta beberapa mobil lainnya
keluar. Ketika itulah, dalam jarak waktu hanya 3 detik, mobil Mitsubishi L-300
yang berada di depan Sari Club meledak. Ledakan sedemikian besar dan
hancumya gardu tegangan rendah yang berada di samping Sari Club akibat
ledakan.
Kebakaran bisa cepat terjadi karena Sari Club adalah bangunan semi permanen
yang terbuat dari kayu. Beberapa orang tewas seketika dalam keadaan
luas, juga sangat keras. Dari kondisi korban, dapat disimpulkan banyak yang
tewas karena kerasnya suara (di samping rambatan hawa panas). Sampai
57
beberapa menit selanjutnya tidak ada yang bisa mendekati pusat ledakan
keadaan tubuh utuh, namun "hangus" karena terbakar. Pada lokasi ledakan
Pukul 23.15.33
Tiga puluh detik setelah ledakan kedua di jalan Legian, persis di depan
Sari Club, terjadi ledakan ketiga di Jalan Puputan, Renon, Denpasar. Lokasi
ledakan di trotoar jalan yang berjarak diagonal 100 meter dari Konsulat
Amerika Serikat di Jalan Hayam Wuruk, Renon dan sekitar 300 meter dari
jiwa. Kerusakan hanya pada beton trotoar dan dahan, ranting-ranting serta
sebagai handphone merek Nokia dengan kode body DMC 00455-3. Para saksi
yang mendengar ledakan tersebut melukiskan suara yang keras, meskipun efek
ledakan tidak sekeras suaranya. Jika dihitung dari interval waktu yang sama
control dilakukan dari Pelaku yang sama di Legian, meskipun tidak tertutup
yang sama.
58
Pasca Peledakan50
di samping musholla, salah seorang melepas helm dan kaus tangan kulit,
kemudian mengambil kain lap dari atas jok sepeda motor disebelahnya, dan
kain lap tersebut ditutupkan di atas jok sepeda motor Yamaha yang
diparkirnya.
Diperkirakan, paling lama dalam waktu empat hari setelah hari peledakan,
Dampak Peristiwa51
50
Ibid.
51
Ibid.
59
internasional.
dan fungsional terjadi begitu cepat dan berlangsung dalam skala yang sangat
besar. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa dalam kilas balik
Indonesia dipertaruhkan.
dari konflik horizontal berpeluang besar untuk muncul ke permukaan. Jika saja
Muslim.
ekonomi dan validasi organisasi Polri, bahkan hingga politik luar negeri
undang Antiterorisme ke DPR. Tetapi, kedua payung hukum ini segera pula
yang cukup, sehingga dengan laporan tersebut seseorang dapat ditangkap atas
kecurigaan terlibat dalam tindak pidana terorisme. Hal lain yang tidak lazim
setiap orang yang diduga keras melakukan tindak pidana terorisme berdasarkan
bukti permulaan yang cukup untuk waktu paling lama 7 x 24 (tujuh kali
tujuh hari tanpa kejelasan akan dilakukan penahanan atau tidak atas dirinya. Di
untuk waktu paling lama satu hari, dan selebihnya harus dengan surat
biasanya bersuara keras, sudah ditahan Polisi atau memilih diam. Mayoritas
pada tingkat lokal, nasional dan internasional, maka bom Bali adalah sebuah
ujian berat bagi kekuatan lokal, yaitu legitimasi adat dan agama Hindu.
Kerukunan antar umat beragama dan antar etnik sedang dipertaruhkan dalam
kasus ini.
internasional.
memelihara keutuhan dan integritas nasional dari setiap bentuk ancaman baik
yang datang dari luar maupun dari dalam. Untuk itu, maka mutlak diperlukan
landasan hukum yang kuat, dan kepastian hukum yang kuat, serta kepastian
memiliki unsur membuat rasa takut kepada orang lain, dan rasa takut itu
juga harus ditujukan kepada orang yang banyak atau massal. Seumpama
tidak termasuk dari unsur ini, maka kejahatan tersebut hanya masuk di
pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. Sedangkan Pasal 9
menentukan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara
puluh) tahun. Jadi bedanya hanya pidana penjara paling singkat yaitu antara 4 dan
3 tahun.
ketentuan bagi tindakan yang memiliki niat untuk tindak pidana terorisme,
tapi tidak berhasil. Ini terdapat di Pasal 7 dengan pidana penjara paling
Ada juga tindak pidana lain dari tindak pidana terorisme, akan
tetapi ia berkaitan dengan terorisme. Tindak pidana ini diatur dalam Pasal
20-24. Contoh dari tindak pidanan ini adalah seperti usaha mengintimidasi
penyidik dalam penyidikan kasus teroris. Hanya saja, tindakan ini tidak
52
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Pasal 36-42.
53
Dikdik, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, 131.
65
52
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Pasal 36-42.
53
Dikdik, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, 131.
66
negaranya (dalam hal ini melindungi warga negaranya dari aksi-aksi terorisme)
melawannya.
Delik berasal dari bahasa Latin yakni kata delictum. Dalam bahasa
Jerman disebut delict, dalam bahasa Perancis disebut delit, dan dalam
oleh pakar hukum telah disetujui bahwa strafbaar feit disebut delict.56
macam arti dan para sarjana itu mempunyai batasan dan alasan tersendiri
tentang delik menurut pakar dan ahli hukum pidana seperti tersebut di
bawah ini:
54
Ibid.
55
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Pasal 43:
56
Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1990, hlm.32.
67
54
Ibid.
55
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Pasal 43:
56
Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1990, hlm.32.
68
b. Peristiwa pidana;
c. Perbuatan pidana;
d. Tindak pidana.
57
Ibid.
58
Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm.54.
69
Mengenai pengertian yang baku dan definitive dari apa yang disebut
dengan Tindak Pidana Terorisme itu, sampai saat ini belum ada keseragaman.
tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang dapat diterima
tersebut. Oleh karena itu menurut Prof. Brian Jenkins, Phd., Terorisme merupakan
hal tersebut dapat dilihat dari usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan
otentik adalah pengertian yang diambil secara etimologis dari kamus dan
59
Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm.16.
60
Indriyanto Seno Adji, Loc. Cit.
61
Muhammad Mustofa, Op. Cit, hlm. 35.
62
Kunarto, Intelejen Pengertian dan Pemahaman, Jakarta, Cipta Manunggal, 1999,
hlm.19.
70
perbuatan apa saja yang dikategorikan ke dalam Tindak Pidana Terorisme, diatur
dalam ketentuan pada Bab III (Tindak Pidana Terorisme), Pasal 6, pasal 7, bahwa
63
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, Citra Umbara, Bandung, 2007, hlm. 215.
64
Ibid.
71
3) Menggunakan kekerasan;
mengintimidasi pemerintah;
Islam kata terorisme tidak dibahas secara khusus sebagai “terorisme”. Akan
tetapi ia mengukuti bab jinâyah. Di sisi lain, karena melihat bentuk kejahatan
yang paling dicari oleh Amerika dan koalisi-koalisinya adalah Usamah bin
Ladin. Aksi yang dilakukan termasuk mengebom dan aksi teror terhadap
sekutunya (seperti Inggris, Australia dan lain-lain) baik sipil maupun militer.
Kenyataan ini menurut Islam pada dasarnya adalah salah. Menurut fiqh Islam,
orang yang akan diperangi haruslah bebas dari 2 krateria: 1) Kafir yang
Islam.67 Maka, ketika orang tersebut bukan kafir dzimmî atau musta`manîn
menentangnya, maka barulah ia boleh diperangi yang dalam hal ini disebut
dengan jihad.
Seumpama kafir harbî itu adalah militer, maka ia boleh diperangi. Jikalau
kafir harbî itu adalah warga sipil, maka tidak diperkenankan untuk membunuh
65
‘Abd Allah bin Husain Bâ’alwî, `Is’âd al-Rafîq wa Bughyah al-Shâdîq (Indonesia: Dâr
`Ihyâ` al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.t.), 138-139.
66
Usamah bin Ladin, Karya Asli Fatwa dan Wawancara Usamah bin Ladin (Jakarta:
Ababil Press, 2001), 63.
67
Wahbah al-Zuhaylî, al-Fiqh al-`Islâmî wa `Adillatuh (Damaskus: Dâr al-Fikr, 2004),
vol. 8, 5855.
73
perempuan, anak kecil, orang gila, orang tua uzur, orang cacat, orang buta,
bisu, yang tidak mampu berperang, agamawan (seperti rahib), atau petani,
selagi mereka tidak ikut memerangi orang Islam. Ketika mereka memerangi
membunuh di sini. Ini disesuaikan dengan ruh-ruh syariat, bahwa warga sipil
dibunuh.69
Sehingga, dalam hal ini, pada tahun 1980 M/1401 H di Damascus telah
awal di dalam Islam. Dalam Islam, jihad merupakan hak abosulut pemimpin
bagi negara itu. Oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi mana-mana bagian dari
rakyatnya
68
al-Zuhaylî, al-Fiqh al-`Islâmî, vol. 8, 5855-6.
69
Muhammad Afifi al-Akiti, Defending The Transgressed by Censuring The Reckless
Against The Killing of Civilians (Germany: Warda Publication, 2005), 20.
70
Al-Zuhaylî, al-Fiqh al-`Islâmî, vol. 8, 6454-5.
74
untuk melakukan jihad tanpa ada perintah dari pemimpin negara tersebut. 71 Ini
dinyatakan oleh Syaikh Wahbah al-Zuhaylî dan dinukil juga oleh Syaikh
yang mereka klaim dengan jihad pada warga negara (sipil) yang tidak dalam
keadaan perang bersama negara asal mereka. Ini adalah kesalahan besar
kebanyakannya salah di sisi Islam. Salah satu yang selalu dipakai oleh martir
adalah praktek misi bunuh diri (martydom). Kalau dahulu, ketika masih dalam
perang dunia kedua, tentera Jepang yang setia dengan Kaisar Jepang
tersendiri bagi para martir Jepang tersebut. Sedangkan di dunia modern ini,
misi bunuh diri adalah dengan cara membajak pesawat, bom bunuh diri, dan
lain-lain.73
71
Suheil Laher, “Indiscriminate Killing”, dalam The State We Are In – Identity, Terror
and The Law of Jihad, ed. Aftab Ahmad Malik (Bristol: Amal Press, 2006), 53.
72
Al-Zuhaylî, al-Fiqh al-`Islâmî, vol. 8, 5852; Afifi al-Akiti, Defending The
Transgressed, 21.
73
“Suicide Attack”, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Suicide_attack, diakses
tanggal 21 Mei 2010.
75
Praktek seperti ini adalah salah besar. Dalam Islam, segala jenis bunuh
diri diharamkan dan ia termasuk dosa besar.74 Ini berdasarkan surah al-Nisâ`
metode yang dipakai oleh para martir di zaman sekarang adalah termasuk
praktek bunuh diri yang diharamkan. Ini mengecualikan sebuah misi yang
dapat berakibat mati karena dibunuh musuh, yang mana secara dasarnya
musuh, lalu dia dibunuh oleh pasukan yang lain. Secara mendasar, walaupun
ini seperti praktek membunuh diri, akan tetapi ini tidak termasuk dalam
kategori membunuh diri yang diharamkan karena secara realnya ia tetap saja
dibunuh oleh orang lain dan dalam aksinya masih memungkinkan ia tidak
74
`Ahmad bin Muhammad `Ibn Hajar, al-Zawâjir (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.t.), vol. 2, 95
75
Afifi al-Akiti, Defending The Transgressed, 24.
76
pidana.
Asas pokok hukum pidana " tak ada hukuman kalau tak ada
kesalahan
" (An act does not make a person gutty unless mind is guilty / actus non
facitt reum, nisi mens sit red). Kesalahan dimaksud adalah sengaja ( The
a) Tak berhati-hati;
a) Act yakni perbuatan aktif yang juga ada pakar yang menyebut
perbuatan positif;
b) Ommission yakni tidak aktif berbuat. Hal ini karena tidak aktif.
sebagainya.
perintah.
78
Menurut Satochid Kartanegara, unsur delik terdiri dari unsure obyektif dan
unsur subyektif.
1) Unsur Obyektif
berupa:
a) Suatutindakan;
b) Suatu akibat;
c) Keadaan (omstandigheid).
2) Unsur Subyektif
b) Schuld (Kesalahan).
b. Menurut Moeljatno
lahir, oleh karena perbuatan yang mengandung kelakuan dan akibat yang
perbuatan pidana biasanya diperlukan juga adanya, hal ihwal atau keadaan
1) Unsur-unsur subyektif
2) Unsur-unsur obyektif
dan membahayakan bagi kedaulatan bangsa dan negara yang dilakukan dengan
dan teror terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
masal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta
benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan, atau kehancuran terhadap objek-
objek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau
fasilitas Intemasional.
76
Abdul Wahid,Sunardi,Muhammad Imam Sidik, Op. Cit., hlm. 76.
81
76
Abdul Wahid,Sunardi,Muhammad Imam Sidik, Op. Cit., hlm. 76.
82
Pasal ini adalah termasuk delik materil yang ditekankan pada akibat yang
dilarang yaitu hilangnya nyawa, hilangnya harta atau kerusakan dan kehancuran.
tercemarnya atau rusaknya kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
membuang zat energi, dan atau komponen lain yang berbahaya dan beracun
kedalam tanah, udara, air dan permukaan yang membahayakan terhadap orang
atau barang.
tujuannya.
83
menyatakan bahwa, tindak pidana terorisme yang diatur dalam undang-undang ini
dikecualikan dari tindak pidana politik, tindak pidana yang berkaitan dengan
tindak pidana politik, tindak pidana dengan motif politik, dan tindak pidana
politik, sosial dan ekonomi dapat diwujudkan tanpa perlu adanya rasa takut
tindak pidana terorisme selalu berkonotasi politik, tetapi penekanan lebih pada
dinyatakan bahwa, tindak pidana terorisme yang diatur dalam undang-undang ini
bukan merupakan tindak pidana politik, atau tindak pidana dengan motif politik,
Dalam hal ini perbuatan yang dilarang dan dikategorikan sebagai kegiatan
tindakan delik formil yang belum menimbulkan dampak apapun, kepada orang
lain yang terlalu berlebihan. Pasal ini juga memungkinkan kepada aparat untuk
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas, bahwa adanya unsure batin dari
pembuat hendak menjangkau secara luas yaitu rumusan "dengan maksud untuk
menimbulkan teror."
membuat tidak dapat dipakai atau merusak bangunan untuk pengamanan lalu
77
Ibid., hlm. 79.
85
Tindak Pidana Terorisme di atas mengatur tentang tindak pidana terorisme yang
unsurnya:
2) Melawan hukum;
3) Memasukan ke Indonesia.
78
Ibid., hlm. 85.
86
api dan amunisi secara ilegal dalam artian kepemilikan senjata-senjata yang
Pasal di atas, juga termasuk dalam delik baru dan itu tergolong ke dalam
delik formil yang titik tekannya menyangkut perbuatan yang dilarang, dan
kaitannya dengan yang ada dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
dan yang lain ialah tindak pidana berupa dengan sengaja menyediakan atau
terorisme.
79
Ibid.
BAB IV
dalam Islam kata terorisme tidak dibahas secara khusus sebagai “terorisme”.
Akan tetapi ia mengukuti bab jinâyah. Di sisi lain, karena melihat bentuk
Kenyataan ini menurut Islam pada dasarnya adalah salah. Menurut fiqh
Islam, orang yang akan diperangi haruslah bebas dari 2 krateria: 1) Kafir yang
Islam. Maka, ketika orang tersebut bukan kafir dzimmî atau musta`manîn (yaitu
menentangnya, maka barulah ia boleh diperangi yang dalam hal ini disebut
dengan jihad.
melimpah ruah mengenai hal ini, dan kita menyaksikan bahwa para ahli hukum
Islam telah mengkaji aspek-aspek yang berkaitan dengan persoalan ini. Kita
83
88
banyak dan penyelidikan atas tujuan politik yang bermaksud memecah belah
“penggunaan senjata, di darat dan di laut, siang atau malam hari, untuk
disebutkan dalam masalah ini. Kita juga mendapati teks Islam yang berkenaan
menguntungkan orang lain. Selama dia taat pada ketetapan, perjanjian ini mesti
diperhatikan.
Lebih jauh lagi, kita juga mendapati persyaratan sistem moral Islam
yang terdiri dari konsep-konsep yang tidak diketahui oleh hukum positif
termasuk dosa besar dan begitu pula fitnah. Oleh karena itu, kita meyakini
penyerangan atas mereka sebagai kejahatan besar yang mesti dihukum seberat-
serangan berupa apapun terhadap orang tak berdosa sebagai kejahatan besar.
karena Allah, dan orang-orang tua laki-laki dan wanita yang tidak berdaya
…” (QS. 4:75).
pelindung para tertindas.” Beliau juga berkata: “Bagiku orang yang rendah
adalah mulia hingga aku memperoleh hak-hak untuk mereka, dan orang yang
persatuan. Selain itu keadaan yang tenang bisa berubah menjadi fitnah dan
dengan dalih dakwah islamiyyah, lalu membunuh dan merampas harta dan lain
lain. Contoh konkritnya adalah usaha pembunuhan terhadap Raja Abdul Aziz
bin Abdurrahman Alu Faishol tahun 1353 H, penyerangan Masjidil Haram oleh
Juhaiman bin Saif Al- Utaibi dan Muhamad bin Abdullah Al-Qohthoni tahun
1407H silam, penyerangan Saddam Husain ke Kuwait 1411 H dan lain lain.
ancaman sebagai realisasi tindak kriminal baik dari perorang atau kelompok
teror dan kerusakan dan dikategorikan sebagai permusuhan kepada Allah dan
Allah dan rasul-Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang atau
dunia dan di akhirat mereka memperoleh siksa yang besar.” (QS Al-Maidah :
33)
negara. Yang paling kejam adalah yang digencarkan oleh Yahudi terhadap
fisabilillah.
pada Bab III (Tindak Pidana Terorisme), Pasal 6, 7, bahwa setiap orang
definisi yang dikemukakan oleh banyak pihak, yang menjadi ciri dari suatu
80
Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Op. cit.,
pasal 6.
81
Ibid., pasal 7.
93
3. Menggunakan kekerasan.
pemerintah.
Dalam kasus bom Bali tanggal 12 Oktober tahun 2002, apabila kita
kekerasan atau ancaman kekerasan, telah menimbulkan rasa takut terhadap orang
secara luas, dengan cara meledakan bahan peledak itu disebut sebagai tindak
amunisi, atau suatu bahan peledak, atau bahan-bahan lainnya yang berbahaya,
terorisme saat ini justru menimbulkan ketidakpuasan berbagai pihak yang tidak
akan datang sebagai akibat tersumbatnya jalan damai dalam mengatasi berbagai
Apalagi pelaku teroris dewasa ini cenderung identik dengan identitas muslim yang
terjadi pada pelaku teror Bom Bali ataupun World Trade Center. Namun
sebenarnya ada sisi menarik dan para pelaku teror tersebut terutama untuk kasus
Bom Bali.
ketidakadilan yang umat Islam rasakan terutama dari dunia Barat. Hal ini perlu
sehingga anggapan islam sebagai agama yang penuh kekerasan dapat dibantah
dengan tegas, padahal kita semua sepakat bahwa islam merupakan agama yang
membawa rahmat bagi segenap manusia yang tercermin dari ajarannya yang
penuh akan nilai-nilai keadilan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia,
nama agama dalam melakukan setiap aksinya dan mengatasnamakan jihad dalam
setiap pelaksanaanya, tetapi apa yang mereka lakukan itu salah dan mereka telah
melakukan kekeliruan terhadap makna dari jihad mereka melakukan terror dan
ketakutan terhadap manusia dengan cara meledakan Bom dan membunuh banyak
orang.
95
akibat dari hubungan antar agama negara, ketika Negara dipersepsikan sebagai
representasi agama.82 Sehingga setiap konflik yang muncul antar negara disebut
juga konflik antar agama seperti konflik antara negara Arab dan Israel, padahal
yang menjadi pelaku kekerasan atau teror berasal dari kelompok-kelompok dalam
masyarakat yang memang memiiki perbedaan agama. Namun sulit untuk menarik
Kita perlu menerapkan definisi terorisme dengan tepat supaya kita tidak
kejahatan serta menganggap perjuangan tanpa moral sebagai jihad. Dimana dalam
tidak bersalah dan tidak terlibat. Dalam peperangan yang sah saja Islam tidak
mengizinkan tindakan yang demikian, terhadap mereka yang tidak terlibat dan
penggagas sendiri.
Islam sebab tindakan kejahatan seseorang harus dibedakan dengan Islam. Islam
adalah suatu ajaran yang suci sebagaiman tercantum dalam AL-QUR'AN dan di
82
Ibid., hlm. 42.
96
diperluas dengan tafsir keagamaan yang inklusif dan esotolik harus sering
yang sempit akan sulit menjadi nalar cerdas dalam menyikapi pluralitas sosial dan
menjadi faktor utama timbulnya terorisme pada saat ini ialah faktor ketidakadilan,
pada saat ini lahirnya ketidakadilan memandang sesuatu dengan parameter yang
keliru yang tenyata parameter tersebut cenderung bersifat sepihak, dan akhirnya
keadilan, dan kehormatan, akan tetapi, perjuangan itu haruslah tidak dilakukan
harus dimulai dengan premis bahwa keadilan adalah konsep universal yang harus
untuk berjuang dan berperang terhadap para penindas musuh-musuh Islam, dan
pihak luar yang menunjukan sikap bermusuhan atau tidak mau hidup
berdampingan secara damai dengan Islam dan kaum muslim. Islam sebagai agama
83
Philip J Vermonte, Op. Cit., hlm. 250
97
dengan kemungkaran pula. Tidak ada alasan etik dan moral sedikit pun yang bisa
ada tindakan-tindakan teror yang dilakukan oleh kelompok Islam tertentu, maka
sudah pasti alasanya bukan karena ajaran etik moral Islam, melainkan agenda lain
pemerintah dan aparat hukum yang kurang meyakinkan atau belum professional
sebenarnya punya misi mulia untuk menjaga kewibawaan negara hukum akhirnya
maka Amrozi, Imam Samudera dan para pelaku terorisme lainnya dapat dijerat
dalam proses penyelesaian dan penanganan tindak pidana terorisme oleh Undang-
98
ini.
mengenai tindak pidana terorisme, ialah mengajarkan rasa cinta damai dan kasih
ini, membangun wacana dialog serta keterbukaan yang penuh semangat toleransi,
ketika truth claim dari suatu kalangan keagamaan tertentu masih dominan dan
truth claim itu kemudiaan digulirkan dalam bentuk kekerasan untuk memvonis
pihak lain yang dipandangnya salah satu bahkan sesat. Jawabannya sudah jelas,
tidak mungkin.
ketika yang akan gotong royong justru saling berbeda pendapat tentang satu sama
lain mengenai perlu tidaknya jembatan itu dibangun. Apalagi yang akan dibangun
dengan kerangka yang desain serta konstuksinya berbeda namun sudah diklaim
bahwa itulah yang benar dan konstruksi itu pulalah yang harus diikuti.
Hambatan atau permasalahan yang dihadapi oleh hukum pidana dalam hal
ini oleh Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 dalam proses peyelesaian dan
Pengertian suasana teror dan tase, takut secara meluas itu sama
kabur dan tidak jelas batasanya yang pada giliranya akan sangat
undang ini atau tidak. Setiap orang dengan demikian akan khawatir
terorisme.
100
terorisme saja.
melainkan pada orang-orang yang tidak berdosa dan masyarakat sipil. Teror
hak asasi manusia (HAM). Di dalam hukum Islam memang ada tindakan
hukum (syari'ah), seperti masih diakuinya sanksi dalam bentuk hukuman mati.
Tetapi cara-cara keji seperti yang dilakukan oleh para pelaku tindak pidana
Dalam pandangan hukum Islam solusi yang terbaik agar tidak terulang
cinta damai dikalangan masyarakat, hal ini sesuai dengan makna atau hakekat
dari Islam itu sendiri. Rasa cinta damai ini menunjukan pula akan fitrah
ini, oleh karena itu usaha untuk menumbuhkembangkan rasa cinta damai di
komitmen untuk berlaku jujur dan tidak berat sebelah dalam membuat suatu
Keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan hukum dan keadilan sosial.
103
Selain itu hal yang terpenting adalah, bahwa jangan ada lagi salah
tafsir atau salah untuk mengartikan terorisme sebagai bagian dari "jihad",
yang jelas-jelas bahwa agama Islam dan hukum Islam tidak pernah
melakukan teror, merugikan orang lain dan semua hal yang dapat
atau sikap fanatisme yang terlalu berlebihan tanpa melihat suatu permasalahan
dari sisi objektifhya, atau melihat pada ajaran atau hukum Islam yang
dalam ajaran atau pandangan yang salah dengan melakukan tindak pidana
terorisme yang bersembunyi di balik nama agama atau hukum islam yang
mengatasnamakan "jihad".
sosial. Secara teoretik konflik sering didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
menunjukkan adanya pertentangan antara dua pihak atau lebih yang saling
berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan tetapi juga untuk
104
konflik timbul karena adanya ketidak sesuaian dalam hal proses-proses sosial.
hal yang langka seperti: nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan sebagainya,
dimana tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh
konflik lebih sering dipandang sebagai sesuatu yang bersifat negatif, hal ini
karena orang melihat dampak dari konflik yang bersifat kekerasan (seperti
bersifat materi maupun non materi. Konflik sering dianggap sebagai sesuatu
konflik dibuat untuk empat tujuan. Pertama, konflik tidak boleh hanya
84
Burton Jhon, Conflict Resolution and Prevention, Mac Milan Press, London, 1990.
105
suatu fenomena sosial. Kedua, konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak
berjalan linear. Siklus hidup suatu konflik yang spesifik sangat tergantung dari
konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal dalam bentuk
suatu proposisi kausalitas bivariat. Suatu konflik sosial harus dilihat sebagai
kedisiplinan dari para aparat penegak hukum agar berbuat adil dan bijaksana
Terorisme harus dapat berlaku secara efektif, sehingga tercipta keadaan yang
aman, damai, dan sejahtera. Upaya yuridis yang berupa pengaturan hukum
harus disadari sebagai suatu hal yang penting, karena aturan hukum
harkat dan martabat manusia. Hak-hak asasi manusia, seperti hak bebas dari
ketakutan, hak untuk dilindungi jiwa dan nyawanya, dan hak-hak lainnya yang
dan perlindungan yang hams diberikan oleh negara adalah berupa penegakkan
wenang.
dalam Undang-undang tersebut, maka pelaku atau para pelaku tindak pidana
tersebut, sehingga diharapkan akan timbul efek jera, dan akan menekan
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kita perlu menerapkan definisi terorisme dengan tepat supaya kita tidak
At-Taubab ayat 5, 24, 16, 73, 74, 111, As-Shoffayat 10-11, Al-Anfal ayat
apapun, bukan alat kekerasan yang tampil dengan sangar dan beringas.
meskipun untuk tujuan yang baik, dimana untuk mencapai suatu tujuan
sekalipun.
terhadap tindak pidana terorisme yang dilakukan oleh hukum pidana, ialah
104
109
- Rumusan pasalnya bersifat karet (pasal 6, pasal 20, dan pasal 22);
dirinya yang paling benar. Jadi intinya hambatan untuk menciptakan tata
cara dan kasih sayang, dialog serta toleransi itu terganjal oleh sifat
3. Dalam pandangan hukum Islam solusi yang terbaik agar tidak terulang
sayang dan menghindarkan ucapan, sikap dan tingkah laku yang dapat
perselisihan;
110
beragama.
dapat berlaku secara efektif, agar tidak terjadi lagi tindak pidana terorisme
B. Saran
hukum Islam adalah suatu kekeliruan yang besar, maka dari itu harus
adanya suatu kesepahaman atas makna dari jihad itu sendiri, dengan
kembali mengacu pada Al’Quran dan Hadist, sehingga tidak ada lagi
sehingga tidak ada penafsiran yang salah atas isi pasalnya, terutama
3. Agar solusi di atas dapat dilaksanakan hrus ada kerjasama dari setiap
segala bentuk terorisme. Apa yang dihasilkan dari terorisme hanya akan
watak dari terorisme yang identik dengan kekerasan dan teror. Peristiwa
tercipta satu kesatuan yang utuh diantara semuanya sehingga tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
A.C Manullang, Menguak Tabu Intelejen Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei,
Jakarta, Januari 2001.
Daud Ali, Islam Untuk Disiplin, Ilmu Hukum, Sosial dan Politik, Bulan Bintang,
Jakarta, 1988.
Daud Ali, Hukum Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998.
113
Hajar, `Ahmad bin Muhammad `Ibn. al-Zawâjir. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.t.
Philips J Vermonte, terorisme definisi, aksi, dan regulasi, imparsial, Jakarta, 2003.
Undang-Undang :
Sumber Lain :
http://akitiano.blogspot.com/2009/12/kejahatan-terorisme-kajian-prespektif.html
http://abualitya.wordpress.com/2009/01/21/definisi-terorisme/
http: //alghuroba.org/index.php?read=54
http: //id.wikipedia.org/wiki/Terorisme
http: //groups.yahoo.com/group/assunnah/message/32044
http: //www.detiknews.com/read/2008/11/09/015608/1033710/10/kronologi-bom-
bali-eksekusi-mati-amrozi-cs.
http: //www.Kompas.Com/kompas-cetak/0211/13/opini/berb04.html.
Indriyanto Seno Adji, Bali, Terorisme dan Ham, Kompas, Selasa, 29 Oktober
2001.
115
M. Abdul Gani, Jurnal Ilmu Hukum, Litigasi, Fakultas Hukum Pasundan Volume
4, Nomor 1 Februari 2003.
Usamah bin Ladin, Karya Asli Fatwa dan Wawancara Usamah bin Ladin
(Jakarta: Ababil Press, 2001), 63.
www.lebahmuda.multiply.com/journal/multi-culture.