You are on page 1of 12

Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

ARTI PENTING PENDIDIKAN TINGGI


MENURUT AGAMA DAN BUDAYA MINANGKABAU
Oleh,
H. MAS'OED ABIDIN

Visi Misi Pendidikan Indonesia ;


Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan Suatu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. (UUD-45)
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara”, dan
"Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab, serta
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
(UU No. 20 th 2003, Sistem Pendidikan Nasional)

MUKADDIMAH
Sudah lama kita mendengar ungkapan, “jadilah kamu berilmu yang
mengajarkan ilmunya ('aaliman), atau belajar (muta’alliman), atau
menjadi pendengar (mustami’an), dan jangan menjadi kelompok
keempat (rabi'an), yakni tidak tersentuh proses belajar mengajar dan
enggan pula untuk mendengar. Pendidikan dan menuntut ilmu adalah
satu kewajiban asasi anak manusia.
Bimbingan agama menyebutkan, “menuntut ilmu adalah wajib, bagi
setiap lelaki dan perempuan muslim” (Al-Hadist). Dan pesan Rasul SAW
juga mengingatkan, “siapa yang inginkan mendapat keberhasilan di
dunia, hanya didapat dengan ilmu, dan siapa yang inginkan akhirat juga
dengan ilmu, dan siapa yang inginkan keduanya juga dengan ilmu” (Al-
Hadist). Dengan ilmu, seseorang akan mengabdikan kehidupannya

H Mas’oed Abidin 1
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

dengan ikhlas, cerdas dan pintar, berilmu dan berakhlak, serta beramal
shaleh dengan ilmunya yang menjelmakan hasanah pada diri,
kerluarga, dan di tengah umat di kelilingnya.

FENOMENA GLOBAL YANG MENCEMASKAN

Di tengah kehidupan kini, tampak ada satu fenomena


mencemaskan. Infiltrasi budaya asing terasa berat menghimpit.
Pengaruhnya tampak kepada perubahan perilaku masyarakat.
Pengagungan kekuatan materi (materialistic) secara berlebihan, sangat
kentara. Kecenderungan memisah kehidupan duniawi dari supremasi
agama (sekularistik) mulai menjadi-jadi. Pemujaan kesenangan indera,
mengejar kenikmatan badani (hedonistik), mulai susah menghindari.
Secara hakiki, perilaku umat menjauh dari nilai-nilai budaya luhur.
Di Minangkabau, kaedah-kaedah – adat basandi syarak, syarak
basandi Kitabullah -, mulai terabaikan. Keadaan makin diperparah,
dengan kemalasan menambah ilmu, dan enggan berprestasi. Akhirnya,
rela atau tidak, situasi tersebut telah ikut mengundang maraknya
kriminalitas, sadisme, dan krisis secara meluas.
Paradigma giat merantau dalam menuntut ilmu1, telah bergeser
kepada semata menumpuk materi, mengabaikan ilmu dan
keterampilan. Akibatnya, tumbuh ketidakberdayaan generasi.
Ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan lemahnya
minat menyerap informasi dan komunikasi. Kondisi ini telah menjadi
penghalang pencapaian keberhasilan di segala bidang. Hilang network,
menjadi titik lemah penilaian terhadap generasi bangsa.2
Tantangan berat dapat diatasi dengan kejelian menangkap peluang.
Memacu peningkatan kualitas diri, mendorong ke proses pembelajaran
terpadu (integrated). Memacu diri memasuki pendidikan di tingkat
perguruan tinggi, dan pengamalan contoh baik (uswah) dari akhlak
agama (syari’at, etika religi), serta nilai luhur adat istiadat
Minangkabau.

MENGHADAPI ARUS KESEJAGATAN


Arus kesejagatan (globalisasi) yang deras secara dinamik perlu
dihadapi dengan penyesuaian-penyesuaian. Artinya, arus kesejagatan
tidak boleh mencabut generasi dari akar budaya bangsanya.
Arus kesejagatan (globalisasi) mesti dirancang untuk dapat ditolak
mana yang tidak sesuai, dan dipakai mana yang baik.3 Tidak boleh ada
kelalaian dan berpangku tangan di tengah mobilitas serba cepat, dan

H Mas’oed Abidin 2
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

modern. Persaingan tajam kompetitif, tidak dapat dielakkan, ketika laju


informasi dan komunikasi efektif tanpa batas.
Pertanyaannya, apakah kini siap menghadapi perubahan cepat
penuh tantangan?. Tanpa kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
berkualitas, lulusan perguruan tinggi, yang berani menerapkan ilmu,
dengan kekuatan budaya, teguh (istiqamah) beragama, maka terjangan
globalisasi itu, amat sulit dihadapi. Karenanya, semua elemen dalam
masyarakat harus mampu bersaing dalam tantangan sosial budaya,
ekonomi, politik di era ini. Globalisasi akan mengait ke semua aspek
kehidupan manusia. Salah satunya, melalui penguasaan iptek, ICT
dan akhlak yang teguh.

HILANGNYA AKHLAK MENJADIKAN SDM LEMAH


Perilaku individu dan masyarakat, selalu menjadi ukuran tingkatan
moral dan akhlak. Hilang kendali menjadi salah satu penyebab
lemahnya ketahanan bangsa. Lantaran rusaknya sistim, pola dan politik
pendidikan.
Hapusnya panutan, lemahnya peran tokoh, dan pemangku adat
dalam mengawal budaya syarak, serta pupusnya wibawa keilmuan di
dalam mengamalkan syariat agama Islam, selama ini, telah
memperlemah daya saing anak nagari.
Lemahnya tanggung jawab masyarakat, juga berdampak kepada
tindak kejahatan yang meruyak secara meluas. Interaksi nilai budaya
asing yang bergerak kencang, telah ikut melumpuhkan kekuatan
budaya luhur di nagari Dalam struktur kekerabatan, terasalah pagar
adat budaya mulai melemah. Fungsi lembaga pendidikan mulai
bergeser ke bisnis. Dan, generasi mulai malas menambah ilmu.
Hilang keseimbangan telah mendatangkan frustrasi sosial yang
parah. Tatanan masyarakat berhadapan dengan berbagai kemelut.
Krisis nilai ikut menggeser akhlak Tanggungjawab moral sosial
mengarah ke tidak acuh (permisiveness).
Perilaku maksiat, aniaya dan durjana, mulai payah membendung.
Pergaulah di tengah kehidupan juga mengalami gesekan-gesekan.
Dalam menerapkan ukuran nilai, terjadi pula pergeseran tajam. Ini amat
membahayakan. Krisis kridebilitas dan "erosi kepercayaan" jadi sulit
dihindari. Peran orang tua, di mimbar kehidupan juga mengalami
kegoncangan wibawa.
Membiarkan terbawa arus deras perubahan sejagat tanpa
memperhitungkan jati diri, telah menyisakan malapetaka budaya.4

H Mas’oed Abidin 3
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

Bahaya mengancam ketika lemahnya jati diri. Keadaan ini terjadi karena
kurang komitmen kepada nilai luhur, nilai agama (syarak), yang sejak
lama sesungguhnya telah menjadi anutan bangsa.5
Lemahnya jati diri dipertajam tindakan isolasi diri, dan tidak mampu
menguasai “bahasa dunia” dalam politik dan ekonomi, paham agama
dan tatanan social, serta budaya. Generasi bangsa mulai di jajah
budaya asing di negerinya sendiri. Tertutuplah peluang peran-serta
dalam kesejagatan.6 Hilangnya percaya diri, lebih banyak disebabkan
oleh,
a. Lemah penguasaan teknologi dasar penopang
perekonomian bangsa,
b. Lemah minat menuntut ilmu.
Kesenjangan sosial dan kemiskinan telah mempersempit
peluang pendidikan dan kesempatan mendapatkan pekerjaan secara
merata. Idealisme generasi muda tentang masa depan mulai kabur.
Berawal dari terseoknya perjalanan budaya (adat) dengan mengabaikan
nilai agama (syarak). Penyakit sosial yang kronis, mulai menggerogoti
sendi-sendi kehidupan, di antaranya kegemaran berkorupsi. Lemahnya
syarak (aqidah tauhid) di tengah mesyarakat menjadi cerminan perilaku
yang tidak Islami. Umat mulai senang melalaikan ibadah.

MENGOPTIMALISASIKAN PERAN RUMAH TANGGA


Jati diri bangsa dibentuk oleh kuatnya peranan ibu bapa di rumah
tangga, yang menjadi kekuatan inti dalam masyarakat.7 Semangat dan
dorongan cita-cita besar, kekayaan kearifan, dimulai menanam di
persemaian rumah tangga (extended family). Kedalaman pengertian
dan pengamalan perilaku beradat dan beragama, kejelian melihat
perubahan situasi – alun bakilek alah ta kalam -, mendorong minat lebih
kuat untuk meraih pendidikan tinggi.
Untuk itu, perlu di dahulukan nelakukan ;
a. penguatan lembaga keluarga (extended family),
b. pemeranan peran serta masyarakat secara pro aktif, “singkek
ba uleh, kurang ba tukuak”
c. peneguhan komitmen menjaga perilaku hidup beradat
berbudaya.

Setiap generasi yang lahir di satu rumpun bangsa (daerah) wajib


dijadikan ;
1. Kekuatan yang peduli dan pro-aktif dalam menopang

H Mas’oed Abidin 4
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

pembangunan bangsa.
2. Kekuatan mewujudkan kesejahteraan yang adil merata dalam
program-program pembangunan.
3. Sadar akan manfaat menjadi penggerak pembangunan
dengan jelas berkesinambungan, menggerakkan partisipasi
yang tumbuh dari bawah dan di payung dari atas. Setiap
individu di dorong untuk maju, rasa aman yang menjamin
kesejahteraan.8
4. Generasi penerus yang sadar dan taat hukum.

Upaya ini dapat dilakukan dengan memulai dari lembaga keluarga


dan rumah tangga, melalui pemeranan orang tua, ibu bapak, ninik
mamak, unsur masyarakat dalam kekerabatan adat Minangkabau, yang
lebih efektif.

GENERASI PENYUMBANG
Membentuk generasi penyumbang (innovator) dalam bidang
pemikiran (aqliyah) harus menjadi sasaran utama.9 Keberhasilan
didapat dengan keunggulan institusi di bidang pendidikan. Pendidikan
ditujukan untuk membentuk generasi yang menguasai pengetahuan,
dengan kemampuan identifikasi masalah yang dihadapi, mengarah
kepada kaderisasi, dengan penswadayaan kesempatan-kesempatan
yang ada.10
Generasi baru mesti dibentuk melalui perguruan tinggi (ma’had al
‘aliy), dengan kemampuan mampu mencipta, sebagai syarat utama
keunggulan. Kekuatan budaya dalam masyarakat akan menyatukan
semua potensi yang ada. Generasi muda berilmu harus menjadi aktor
utama di pentas kesejagatan. Mereka mesti dibina dengan budaya kuat
yang berintikan "nilai-nilai dinamik" dan relevan dalam kemajuan di
masa ini. Mesti memiliki budaya luhur (tamaddun), bertauhid, kreatif
dan dinamik.

PENDIDIKAN DENGAN PENGUATAN NILAI BUDAYA (TAMADDUN)


Masyarakat maju yang tamaddun, adalah masyarakat berbudaya
dan berakhlaq. Akhlaq adalah melaksanakan ajaran agama (Islam).
Memerankan nilai-nilai tamaddun -- agama dan adat budaya -- di dalam
tatanan kehidupan masyarakat, menjadi landasan kokoh meletakkan
dasar pengkaderan (re-generasi).
Pengkaderan melalui strategi pendidikan mesti berasas akidah
agama (Islam) yang jelas tujuannya. Membuat generasi dengan

H Mas’oed Abidin 5
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

tasawwur (world view) yang integratik dan umatik, sifatnya


bermanfaat untuk semua, terbuka dan transparan.
Generasi bangsa dapat berkembang dengan pendidikan akhlak, budi
pekerti dan penguasaan ilmu pengetahuan. Akhlak karimah adalah
tujuan sebenar dari proses pendidikan. Akhlak adalah wadah diri
menerima ilmu-ilmu yang benar, membimbing umat ke arah amal
karya, kreasi, inovasi, motivasi yang shaleh. Sesungguhnya akhlak
adalah jiwa pendidikan, inti ajaran agama, buah dari keimanan.
Apabila sains dipisah dari aqidah syariah dan akhlak, akan lahirlah
saintis tak bermoral agama, dengan ilmunya banyak, tetapi imannya
tipis, dengan kepedulian di tengah bermasyarakat sangat sedikit. Ilmu
tanpa agama lebih menjauhkan kesadaran tanggung jawab akan hak
dan kewajiban asasi individu secara amanah, sebagai nilai puncak
budaya Islami yang sahih.
Sikap penyayang dan adil, mengikat hubungan harmonis dengan
lingkungan, ulayat, dan ekosistim, menjadi lebih indah dan sempurna.
Sesuatu akan selalu indah selama benar. Budaya berakhlak mulia
adalah wahana kebangkitan bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa
ditentukan oleh kekuatan budayanya. Memperkaya warisan budaya
dengan aqidah tauhid, istiqamah pada syari’at agama Islam,
akan menularkan ilmu pengetahuan yang segar, dengan tradisi
luhur. 11

MEMBENTUK SUMBER DAYA MANUSIA BERKUALITAS

Kita wajib membentuk sumber daya umat (SDU) yang berciri


kebersamaan dengan nilai asas "gotong royong", berat sepikul ringan
sejinjing, atau prinsip ta'awunitas. Beberapa model dapat
dikembangkan di kalangan generasi masa depan. Antara lain,
pemurnian wawasan fikir disertai kekuatan zikir, penajaman visi, melalui
melalui gerakan pendidikan tinggi.
Bila pendidikan ingin dijadikan modus operandus di dalam
membentuk SDM, maka di samping kurikulum ilmu terpadu dan
holistik, perlu dirancang kualita murabbi yang sedari awal
dibina terpadu, dengan metodologis berasas tamaddun yang
holistik. Kekuatan hubungan ruhaniyah (spiritual emosional) berasas
iman dan taqwa akan memberikan ketahanan bagi umat.
Hubungan ruhaniyah ini akan lebih lama bertahan daripada
hubungan struktural fungsional. Maka, perlu domein ruhiyah itu
dibangun dengan sungguh-sungguh.

H Mas’oed Abidin 6
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

MENGUATKAN LEMBAGA PENDIDIKAN


Tujuan pendidikan secara sederhana adalah membina anak didik
agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik sehingga
sanggup menghadapi tantangan hidupnya di masa yang akan datang
dengan kecerdasan yang dimilikinya.
Pada saat ini lembaga pendidikan kita belum dapat menghasilkan
apa yang diharapkan karena proses pendidikan belum berjalan dengan
benar. Di antaranya ;
• Pendidikan terlalu akademis, kurang menghubungkannya
dengan kenyataan dalam kehidupan.
• Pendidikan masih saja menekankan pada jumlah informasi
yang dapat dihafal, bukan bagaimana menggunakan informasi
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
• Pendidikan kurang menekankan pada berfikir kritis dan kreatif.
• Pendidikan kurang memberi tekanan pada pembentukan nilai
dan sikap yang mencerminkan agama dan budaya serta etos
kerja yang baik.
• Orientasi pendidikan pada lulus ujian dan ijazah, bukan pada
kemampuan nyata yang dimiliki.

Longgarnya evaluasi belajar telah menimbulkan dampak negatif


yakni kurang terdorong anak didik untuk belajar serius, karena mudah
lulus walau kurang belajar.
Perlu ada kepastian pemerintah di daerah, dengan satu
political action yang mendorong pengamalan ajaran Agama
(syarak) Islam, melalui jalur pendidikan formal dan non-formal.
Political will ini sangat menentukan dalam membentuk generasi
masa datang yang kuat. Beberapa langkah nyata dapat ditempuh ;
• Memperbaiki proses belajar mengajar sehingga tekanan tidak
lagi hanya pada penguasaan jumlah informasi, tetapi
bagaimana mencari dan mengolah informasi secara kritis dan
kreatif, pembentukan kepribadian dan sikap yang baik.
• Sekolah perlu memiliki perpustakaan yang menyediakan
sumber belajar yang lengkap untuk memperluas wawasan
siswa dan tidak mencukupkan hanya pada buku teks.
• Keberhasilan sekolah di ukur dari kemampuan siswanya
memenuhi standar
• Dorong sekolah untuk bersaing secara sehat dengan
mengutamakan mutu.

H Mas’oed Abidin 7
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

• Perlu pembudayaan nilai-nilai budaya Minangkabau yang


berakar ke Islam dalam keseharian di sekolah oleh seluruh
warga tanpa kecuali.
Pemerintah daerah perlu mengontrol pertumbuhan sekolah swasta
melalui penetapan standar yang ketat. Sosialisasi pengetatan standar
mutu sekolah-sekolah secara terus menerus, mesti dilakukan secara
konsisten.
Mengembangkan keteladanan (uswah hasanah) dengan sabar,
benar, dan memupuk rasa kasih sayang melalui pengamalan warisan
spiritual religi Menguatkan solidaritas beralaskan iman dan adat istiadat
luhur. “Nan kuriak kundi nan sirah sago, nan baik budi nan
indah baso”.
MEMBANGUN SAHSIAH GENERASI
Generasi bangsa mesti hidup mempunyai sahsiah12 (‫ )شخصية‬yang baik.
Sahsiah atau keperibadian terpuji melukiskan sifat yang mencakup gaya
hidup, kepercayaan, kesadaran beragama dan harapan, nilai, motivasi,
pemikiran, perasaan, budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap dan watak,
akan mampu menghadirkan kesan positif dalam masyarakat bangsa dan
Negara.
Faktor kepribadian tetap diperlukan dalam proses pematangan
perilaku yang mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial
dan rohani seseorang.13 Ciri kepribadian yang mesti ditanamkan
merangkum sifat-sifat,
1. Sifat Ruhaniah dan Akidah, mencakup ;
a. keimanan yang kental kepada Allah yang Maha Sempurna,
b. keyakinan mendalam terhadap hari akhirat, dan
c. kepercayaan kepada seluruh asas keimanan (arkan al
iman) yang lain.
2. Sifat-Sifat Akhlak, tampak di dalam perilaku;
a. Benar, jujur, menepati janji dan amanah.
b. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan,
c. Tawadhu’, sabar, tabah dan cekatan,
d. Lapang dada – hilm --, pemaaf dan toleransi.
e. Bersikap ramah, pemurah, zuhud dan berani bertindak.
3. Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani, meliputi,
3.1. Sikap Mental,
a. Cerdas teori, amali, dan sosial, menguasai hal
takhassus,
b. Mencintai bidang akliah yang sehat, fasih, bijak

H Mas’oed Abidin 8
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

penyampaian.
c. Mengenali ciri, watak, kecenderungan masyarakat
Nagari
3.2. Sifat Kejiwaan,
a. emosi terkendali, optimis dalam hidup, harap kepada
Allah,
b. Percaya diri dan mempunyai kemauan yang kuat.
c. Lemah lembut dan baik dalam pergaulan dengan
masyarakat.
3.3. Sifat Fisik,
a. sehat tubuh,
b. berpembawaan menarik, bersih, rapi (kemas)
c. penampilan watak menyejukkan.

Semua sikap utama itu dapat dibentuk melalui pendidikan, dan


mengamalkan agama dengan benar, dan tidak menyimpang dari ruh
syari’at.
Maknanya, dengan pendidikan tinggi, generasi bangsa mampu
melakukan strukturisasi ruhaniyah dalam upaya membuat generasi
yang bertanggung jawab.

MENETAPKAN
ENETAPKAN LANGKAH KE DEPAN
Pembinaan generasi muda yang akan mewarisi pimpinan berkualitas
wajib mempunyai jati diri, padu dan lasak, integreted inovatif. Langkah
yang dapat dilakukan adalah mengasaskan agama dan akhlak mulia
sebagai dasar pembinaan.

Langkah drastik berikutnya mencetak ilmuan beriman taqwa seiring


dengan pembinaan minat dan wawasan untuk mewujudkan delapan
tanggung jawab hidup;
1) Tanggungjawab terhadap Allah, dengan iman kukuh, dan ibadah
istiqamah.
2) Tanggungjawab terhadap Diri, baik dari aspek fisik, emosional,
mental maupun moral, dan mampu berkhidmat kepada Allah,
masyarakat dan negara.
3) Tanggungjawab terhadap Ilmu, menguasai ilmu mendalam dan
menelusuri dimensi spiritualitas Islam dalam ilmu pengetahuan
untuk tujuan kesejahteraan manusia.
4) Tanggungjawab terhadap Profesi, yang selalu menjaga kepercayaan
dan memelihara maruah diri dengan amanah.
5) Tanggungjawab terhadap Nagari, menjaga keselamatan anak Nagari
dengan ikhlas.

H Mas’oed Abidin 9
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

6) Tangungjawab Terhadap Sejawat, menghindari tindakan yang


mencemarkan, dan selalu menjaga kemajuan bersama karena Allah.
7) Tanggungjawab terhadap Bangsa dan Negara, menjaga kerukunan
dalam syari’at Allah.
8) Tanggung jawab kepada Rumah Tangga dan Ibu Bapa, mewujudkan
hubungan mesra dan kerjasama yang erat di antara institusi
pendidikan dengan rumahtangga.
Generasi muda ke depan mesti menyatukan akidah, budaya dan
bahasa bangsa, untuk dapat mewujudkan masyarakat maju, berteras
keadilan sosial yang terang.
Strategi pendidikan maju, dan berperadaban, menjadi satu nikmat
yang wajib dipelihara, agar selalu bertambah.

KESIMPULANNYA ;
Ajaran tauhid mengajarkan, agar kita senantiasa
menguatkan hati dengan iman dan taqwa, serta berperilaku
dengan akhlak mulia. Ketahuilah, bahwa Allah selalu beserta
orang yang beriman.
Dengan bermodal keyakinan tauhid ini, generasi terpelajar mesti
bangkit dengan pasti dan sikap yang positif.
a. Menjadi sumber kekuatan dalam proses pembangunan
b. Menggerakkan integrasi aktif,
c. Menjadi subjek dan penggerak pembangunan nagari dan
daerahnya sendiri.14
Sebagai penutup, mari kita lihat perubahan di tengah arus
globalisasi ini sebagai satu ujian, yang mendorong kita untuk selalu
dapat berbuat lebih baik.

‫ى‬
َّ ‫صل‬
ََ ‫ل الله‬ ُ ْ‫سو‬ َُ ‫ل َر‬ َ ‫ قَا‬:‫ت‬ ْ ََ ‫ى الل ُهَ ع َنْهََا قَال‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ة َر‬ َ ‫ش‬َ ِ ‫ن عَائ‬ ْ ََ‫ع‬
‫م‬ ََ
ْ َ ‫ل‬ ‫و‬ ِ ‫د‬ْ ‫ب‬َ ‫ع‬ ْ ‫ال‬ ‫ب‬ُ َْ ‫و‬ ُ ‫ُن‬ ‫ذ‬ ‫ت‬
َْ َ ‫ر‬ ُ ‫كث‬ ‫َا‬ ‫ذ‬ِ ‫إ‬ :‫م‬
َ
َّ
َ َ َ‫ه عَلَي ْ َهِ و‬
‫سل‬ َ ُ ‫الل‬
‫ل ابْتَل َه ُ الله عََّز َو‬
ِ ‫م‬
َ َ‫ن الع‬ َ ‫م‬
ِ ‫فُره َا‬ ِّ َ ‫ما يُك‬
َ ‫ه‬ ُ َ‫ن ل‬ْ ُ ‫يَك‬
(‫ه )رواه أحمد‬ ِّ َ ‫ن لِيُك‬ ُ ْ ‫ل بِال‬َّ ‫ج‬
ُ ْ ‫فَرهَا عَن‬ ِ ‫حْز‬ َ
Jika dosa manusia sudah terlalu banyak, sementara tidak ada
lagi amal yang bisa menghapuskannya. Maka Allah SWT
menguji mereka dengan berbagai kesedihan, supaya dosa-dosa
mereka terhapus. (HR. Ahmad [24077]. 15

H Mas’oed Abidin 10
Arti Penting Pendidikan Tinggi Menurut Agama dan Budaya Minangkabau

Ketika bangsa ini sedang meniti cobaan demi cobaan, di tengah arus
kesejagatan yang melanda, mari tanamkan keyakinan kuat, bahwa di
balik itu semua, pasti ada tangan kekuasaan Allah SWT, yang sedang
merancang sesuatu yang lebih baik untuk kita, sesudahnya ……. , (inna
ma'al 'ushry yusraa).
Sebagai bangsa kita mesti sadar bahwa apapun yang terjadi di alam
ini adalah atas kehendak dan izin Allah Yang Maha Kuasa.
Maka sikap terbaik dalam menghadapi ujian demi ujian ini, adalah
sabar pada terpaan awal kejadian dengan ridha.16
Mari kita tingkatkan kekuatan iman dan taqwa.
Amalkan akhlak mulia sesuai adat istiadat bersendi syarak.
Jaga ibadah dengan teratur, dan menguatkan diri sambil berdoa ;

َ ُ ‫سأَل‬ َ ‫م إنِي أ‬َ َّ


‫ضى‬
َ ‫ق‬
َ ‫ضى بَعْد َ ال‬
َ ِ‫ك الّر‬ ْ ّ ِ ّ ُ ‫الل‬
‫ه‬
“Duhai Allah, hamba mohon kepada-Mu sikap ridha dalam
menerima ketentuan-Mu”

Semoga Allah memberi kekuatan memelihara amanah bangsa ini dan senantiasa
mendapatkan redha-Nya.

A m i n.

Bukittinggi , 22 Maret 2008.

H Mas’oed Abidin 11
1
Catatan Akhir
“Karatau madang di ulu, babuah babungo balun, marantaulah buyuang dahulu, dek di rumah
paguno balun.” Dan pelajaran yang berisi, “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian,
bersakit-sakit dahulu, bersenang kemudian”, telah mulai hilang, sehingga generasi sekarang
tumbuh menjadi generasi instant yang malas. Satu kekayaan merantau, di bawah tahun 1970-
an, umumnya generasi Minang merantau untuk menuntut ilmu dengan kerja sambilan
berdagang, agar terbentuk peribadi mandiri yang tidak memberati orang lain. Sekarang, kondisi
seperti itu, menurun tajam.
2
Pepatah Arab meyebutkan ‫ ل تنه عن خلق وتأتي مثله عار عليك اذا فعلت عظيم‬artinya, Jangan lakukan
perbuatan yang anda tegah, karena perbuatan demikian aibnya amatlah parah.
3
Lihat QS.3:145 dan 148, lihat juga QS.4:134, dan bandingkan QS.28:80.
4
Lihat QS.30:41
5
Melemahnya jati diri tersebab lupa kepada Allah atau hilangnya aqidah tauhid, lihat
QS.9:67, lihat juga QS:59:19.
6
Lihat QS.9:122, supaya mendalami ilmu pengetahuan dan menyampaikan peringatan
kepada umat supaya dapat menjaga diri (antisipatif).
7
Lihat QS.66:6 bandingkan dengan QS.5:105.
8
Lihat QS.4:58, selanjutnya dasar equiti (keadilan) adalah bukti ketaqwaan (QS.5:8)
9
QS.3:139 menyiratkan optimisme besar untuk penguasaan masa depan. Masa depan – al
akhirah – ditentukan oleh aktifitas amaliyah (QS.6:135) bandingkan dengan QS.11:93 dan
QS.11:121, bahwa kemuliaan (darjah) sesuai dengan sumbangan hasil usaha.
10
Lihat QS.9:105, amaliyah khairiyah akan menjadi bukti ditengah kehidupan manusia (dunia).
11
Lihat QS.4:9, mengingatkan penanaman budaya taqwa dan perkataan (perbuatan) benar.
12
Syakhshiyah didifinisikan sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem psyikofisikal di dalam diri
seorang yang menentukan tingkah laku dan fikirannya yang khusus. Sistem psyikofisikal
merangkum segala unsur-unsur psikologi seperti tabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi,
bersama dengan unsur-unsur fisikal seperti bentuk tubuh, saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerik
seseorang (G.W Allport, dalam ”Pattern and Growth in Personality”, lihat juga, Mok Soon Sang,
1994:1).
13
Syakhshiyah mempunyai tiga ciri keunikan dengan arti kebolehan atau kemampuan
untuk berubah dan di ubah; sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman dan organisasi. Maka
syakhshiyah bukan sekadar himpunan tingkahlaku, tetapi melibatkan corak tindakan dan
operasi yang bersifat konsisten.
14
“wa man yattaqillaha yaj’allahuu makhrajan”(QS.65:2-3) Lihat pula QS.3:160, dan QS.47:7.
15
Berkata Imam al-Mundziri, rawi-rawinya terpercaya, lihat Kanzul Ummal Imam al-Hindi, nomor:
6787, Faidhul Qadir Imam al-Manawi nomor hadits: 838)
16
Dalam riwayat Imam Ahmad dilaporkan, bahwa ridha terhadap qadha’, tawakkal setelah
berusaha, syukur menghadapi nikmat, dan sabar atas bala’ (mushibah) adalah tuntunan
para Nabi (Syara’a man qablana) yang tetap dipelihara oleh Islam dan selalu ditekankan oleh
Rasulullah SAW dalam setiap tindakan keseharian.

You might also like