You are on page 1of 15

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KOTA MALANG

JAWA TIMUR
KOTA MALANG

ADMINISTRASI

Profil Wilayah
Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota besar kedua
di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari
permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Kota yang
pernah dianggap mempunyai tata kota yang terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda
ini, kini banyak dikeluhkan warganya seperti kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas,
suhu udara yang mulai panas, sampah yang berserakan atau harus merelokasi
pedagang kaki lima yang memenuhi alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai
permasalahan tata kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian
tersendiri. Dari segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah
sekitarnya seperti Batu dengan agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau
situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh
dari kota membuat para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan
sekaligus tempat belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota
Malang dari kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.

Tabel V. 1. LUAS WILAYAH KOTA MALANG

No. Kecamatan Luas (Km²)

Kedungkandang 36,89
2 Klojen 8,83
3 Blimbing 17,77
4 Lowokwaru 22,60
5 Sukun 20,97
Total 110,06
Sumber : Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Malang 2001

Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 07°46'48" - 08°46'42" Lintang
Selatan dan 112°31'42" - 112°48'48" Bujur Timur, dengan luas wilayah 110,06 km2
dengan batas-batas sebagai berikut :
ƒ Batas Utara : Kabupaten Malang
ƒ Batas Selatan : Kabupaten Malang
ƒ Batas Timur : Kabupaten Malang
ƒ Batas Barat : Kabupaten Malang
Kota Malang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kedungkandang, Klojen, Blimbing,
Lowokwaru, dan Sukun serta 57 kelurahan.
Daerah penyelidikan mempunyai elevasi antara 300 - 1.694 m di atas muka air laut
dan secara morfologi dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu satuan
morfologi dataran yang menempati bagian tengah dan selatan, satuan morfologi
pebukitan bergelombang menempati bagian timur dan utara, dan satuan morfologi
pegunungan menempati wilayah bagian barat, utara dan timur. Karena letaknya yang
cukup tinggi, Kota Malang memiliki udara yang sejuk dengan suhu rata-rata
24,13°C dan kelembaban udara 72% serta cerah hujan rata-rata 1.883 milimeter
per tahun
Secara geologi daerahnya disusun oleh batuan hasil kegiatan gunungapi yang terdiri
dari tufa, tufa pasiran, breksi gunung api, aglomerat, dan lava. Secara hidrogeologi
akumulasi air tanah di Cekungan Malang dijumpai pada lapisan akuifer yang dapat
dipisahkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok akuifer dengan kedalaman
kurang dari 40 m, kelompok akuifer dengan kedalaman antara 40 - 100 m, dan
kelompok akuifer dengan kedalaman antara 100 - 150 m
Berdasarkan kuantitas dan kualitas air tanahnya, potensi air tanah di Cekungan
Malang dikelompokkan menjadi 4 (empat) wilayah potensi air tanah, yaitu :
ƒ Wilayah potensi air tanah besar;
ƒ Wilayah potensi air tanah sedang;
ƒ Wilayah potensi air tanah kecil;
ƒ Wilayah potensi air tanah langka.
Penggunaan lahan di daerah ini berupa hutan belukar yang menempati bagian barat,
utara, dan timur. Tanah pesawahan menempati bagian selatan yang merupakan
pedataran, tanah perkebunan, dan selebihnya merupakan tanah pemukiman penduduk
perkotaan dan pedesaan.

PENDUDUK

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Dalam kurun waktu 6


PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA MALANG 1998-2003 tahun dari tahun 1998
sampai tahun 2003,
729.249

763.465
741.815
717.590
708.907

jumlah penduduk Kota


Surakarta tidak
571.244

800.000

700.000 mengalami kenaikan


yang cukup nyata. Pada
JUMLAH PENDUDUK

600.000

500.000
tahun 1998, penduduk
400.000
Kota Surakarta
berjumlah 708.907 jiwa,
300.000
dan menjadi 763.465
200.000
jiwa pada akhir tahun
100.000
2003. Pertumbuhan
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003
penduduk rata-rata
adalah 0,17%.
TAHUN
Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2003,
yaitu sebesar 0,33%,
sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 0,01% terjadi pada tahun 2002. Jumlah
penduduk Kota Surakarta tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 dapat dilihat pada
grafik di atas. Dan untuk lebih jelasnya tentang pertumbuhan penduduk tiap kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel V. 2. JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TAHUN 1998 s/d 2003
Tahun
Kecamatan
1998 1999 2000 2001 2002 2003
Blimbing 153.785 155.315 158.063 160.625 162.677 163.492
Lowokwaru 142.929 145.514 148.283 151.357 45.210 156.300
Klojen 120.429 119.771 119.592 119.743 128.520 125.701
Sukun 155.801 158.684 161.906 165.153 168.871 169.089
Kedungkandang 135.963 138.306 141.405 144.937 65.966 148.883
Jumlah 708.907 717.590 729.249 741.815 571.244 763.465
Sumber: Basis Data 2003 Pemerintah Kota Malang

Sebaran dan Kepadatan Penduduk


Seperti kondisi kota pada umumnya, bahwa hunian terpadat berada di pusat kota
yaitu di Kecamatan Klojen memiliki hunian terpadat dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 13.867 jiwa per km persegi. Sedangkan tingkat kepadatan
penduduk terendah berada di wilayah Kecamatan Kedungkandang dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 3.459 jiwa per km persegi.

Tabel V. 3. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK


Penduduk
No Kecamatan Luas (Km²)
Jumlah Kepadatan
1 Kedungkandang 36,89 149.853 3.767
2 Klojen 8,83 117.308 13.307
3 Blimbing 17,77 156.361 8.923
4 Lowokwaru 22,60 166.395 7.459
5 Sukun 20,97 161.750 7.730
Total 110,06 772.642 6.878
Sumber : Kota Malang Dalam Angka 2002

Tenaga Kerja

Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan sampai dengan bulan April 2003,
sebanyak 13.126 jiwa. Padahal jumlah lowongan kerja yang ada hanya 440. disini
dapat dilihat adanya ketidak seimbangan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah
lowongan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel V. 4. DATA PENCARI KERJA DAN LOWONGAN / PENEMPATAN BULAN : JANUARI


S/D APRIL 2003
No Uraian Januari Februari Maret April
1. Pencari Kerja
Sisa Bulan Lalu 12.433 12.568 12.865 13.002
Pendaftaran Baru 1.247 1.485 214 837
Pencaker aktif 13.707 14.053 13.079 13.839
Penempatan 1.007 819 77 713
Penghapusan 132 369 - -
Pencaker belum ditempatkan 12.568 12.865 13.002 13.126
2. Lowongan
Sisa Bulan Lalu 386 529 475 498
Pendaftaran Baru 115 765 100 655
No Uraian Januari Februari Maret April
Lowongan Terbuka 1.536 1.294 575 1.153
Pemenuhan 1.007 819 77 713
Penghapusan - - - -
Lowongan Belum Terpenuhi 529 475 498 440
Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Malang 2003

Tabel V. 5. DATA PERUSAHAAN DAN TENAGA KERJA DIRINCI MENURUT KEWARGANEGARAAN


TAHUN 2003 (BULAN APRIL)
WNI WNA JUMLAH
KLUI TK TK TK
Per. Per. Per.
L P Jum. L P Jum. L P Jum.
1. Pertanian 6 22 8 30 - - - - 6 22 8 30
2.Pertambangan - - - - - - - - - - - -
3. Industri 727 11.791 16.019 2.781 - 6 2 8 727 11.797 16.021 27.818
4. Listrik Gas Air 8 302 272 574 - - - - 8 302 272 574
5. Bangunan 40 2.573 616 3.189 - - - - 40 2.573 616 3.189
6. Perdagangan 372 9.206 11.798 21.004 - 2 - 2 372 9.208 11.798 21.006
7. Angkutan 5 2.093 584 2.677 - - - - 5 2.093 584 2.677
8. Keuangan 92 6.113 1.316 7.429 - - - - 92 6.113 1.316 7.429
9. Jasa 178 1.975 1.664 3.639 - 1 3 4 178 1.976 1.667 3.643
Jumlah 1428 34.075 32.277 66.352 - 9 5 14 1.428 34.084 32.282 66.366
Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Malang 2003

EKONOMI

Kondisi Perekonomian Daerah

Tabel V. 6. DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN


DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI EKONOMI Th.2000
2000
Pertambangan
No Bidang Jumlah
, dan Penggalian , Perdagangan (%)
Hotel, dan
Industri
0.11% 1 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 32.22
, Restoran
, Pengolahan 32.22% 2 Bangunan 2.89
35.84%
3 Listrik Gas, dan Air Bersih 0.55
, Bangunan 4 Pengangkutan dan Komunikasi 7.76
2.89%
5 Keuangan 8.33
Pertanian, 0.67% Listrik Gas, dan 6 Jasa – jasa 11.64
Air Bersih, 0.55%
7 Pertanian 0.67
, Jasa – jasa Pengangkutan
11.64%
, Keuangan 8 Industri Pengolahan 35.84
8.33% , dan Komunikasi
7.76% 9 Pertambangan dan Penggalian 0.11

Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian
Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan (35,84%), kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (32,22%), sektor jasa-jasa (11,64%), sektor
keuangan (8,33%). Sedangkan sektor lainnya (11,97%) meliputi sektor pengangkutan
dan komunikasi, pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.
Tabel V. 7. REALISASI TOTAL EKSPORT TAHUN 2000
- Perhiasan emas $ 14,012,484.01
- Lantai kayu jati $ 34,425.30
- Alas kaki $ 885,859.99
- Kerai gulung plastik $ 507,419.27
- Sapu ijuk $ 598,792.44
- Kerajinan perak $ 11,570.18
- Tembakau $ 16,893.00
- Tepung tapioka $ 665,515.18
- Keranjang rotan $ 192,178.96
- Furniture $ 2,843,451.12
- Kayu meranti merah $ 647,966.16
- Rajutan plastik $ 347,425.63
Realisasi total eksport(dalam $ US) $ 20,763,981.24

Total kegiatan ekonomi tahun 1999 menunjukkan sektor perdagangan, hotel dan
restoran menjadi penyumbang terbesar kedua. Nilainya Rp 1,8 trilyun. Sebesar 61
persen dari penduduk usia produktif kota ini mencari nafkah di sektor perdagangan.
Selain perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya. Berbagai macam
industri seperti makanan, minuman, kerajinan emas dan perak sampai garmen berdiri
di kota ini. Kawasan Kotalama penuh dengan industri berukuran sedang sampai berat,
juga kerajinan keramik. Kerajinan kera-mik di Dinoyo misalnya, mulai berkembang dan
mendapatkan tempat di kalangan pencinta keramik di Tanah Air.

Sektor industri, yang merupakan 37 persen dari total kegiatan perekonomian, menjadi
penyumbang terbesar. Nilainya Rp 2,26 trilyun. Komoditas industri ini mampu
menembus pasaran ekspor. Hanya sayangnya realisasi ekspor Kota Malang tahun-
tahun belakangan ini nilainya terus menurun. Dari total nilai 74,5 juta dolar AS, me-
nurun setengahnya menjadi 30,9 juta dolar AS pada tahun 1999, dan tahun 2000 turun
lagi menjadi 20,1 juta dollar AS.
Kawasan perdagangan seperti Jalan Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar mampu
melayani kebutuhan warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang melainkan
juga warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung.

Keuangan Daerah

Tabel V. 8. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2001


PENERIMAAN JUMLAH (Rp)
- Bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu Rp 5,707,276,000.00
- Bagian pendapatan asli daerah Rp 25,655,116,800.00
- Bagian dana perimbangan Rp 218,696,636,370.00
- Bagian pinjaman daerah Rp -
- Bagian lain-lain penerimaan yang sah Rp 17,573,721,350.00
TOTAL Rp 267,633,550,520.00
PENGELUARAN
- Belanja rutin Rp 208,681,386,636.00
- Belanja pembangunan Rp 58,952,163,884.00
TOTAL Rp 267,633,550,520.00
Dari sisi penerimaan APBD kota Malang pada tahun 2001, penerimaan daerah yang
berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 81% atau
sekitar 218,6 milyar dari sekitar 267,6 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 9% atau sekitar 25,6 milyar. Sedangkan
penerimaan lain yaitu sebesar 5,7 milyar yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu.
Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir
sekitar 77% atau sekitar 208,6 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan,
dialokasikan hanya sebesar 58,9 milyar atau sekitar 23%. Dengan alokasi dana
pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin,
salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan
anggaran belanja seperti sebagai berikut; Belanja pembangunan difokuskan pada
sektor yang bersifat cost recovery. Penerimaan PAD kota Malang perlu ditingkatkan
seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-
sumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber
pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah

FASILITAS UMUM dan SOSIAL

Fasilitas Pendidikan
Dalam kurun waktu antar tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 terjadi peningkatan
jumlah sarana pendidikan di Kota Malang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel V. 9. PERKEMBANGAN SARANA PENDIDIKAN
No. Tahun SD SMP SMU Perguruan Tinggi
1. 1996/1997 372 100 99 34
2. 1997/1998 372 99 88 37
3. 1998/1999 372 100 88 38
4. 1999/2000 368 100 93 41
Tabel V. 10. JUMLAH SEKOLAH TIAP KECAMATAN DI KOTA MALANG TAHUN 2003
TK SD MI SLTP SMU SMK
No. Kecamatan
N S N S N S N S N S N S
1 Blimbing 0 49 61 10 0 5 3 14 8
2 Lowokwaru 0 42 52 5 0 5 4 12 11
3 Klojen 1 70 26 24 1 5 8 19 5
4 Sukun 0 51 55 12 1 11 3 13 9
5 KedungKandang 0 41 54 6 0 20 4 11 5
Jumlah 1 253 248 57 2 46 22 69 10 6 38
Sumber : Diknas Kota Malang 2003

Fasilitas Kesehatan
Jumlah Rumah Sakit selama tahun 2001 - 2002 tidak ada perubahan, begitu pula
dengan Puskesmas dan Klinik KB. Namun jumlah apotek, lab medis,rumah bersalin,
optik, BP dan BP Gigi di luar RS terjadi peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel V. 11. JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 2001 - 2002
No SARANA KESEHATAN 2001 2002
1. RS Umum 7 7
2. RSU Pembantu RSU 1 1
3. RSU Pembantu ABRI 1 1
4. RSU Pembantu BUMN 1 1
5. Rumah Sakit Swasta 4 4
6. RS Khusus Bedah 0 0
7. RS Anak dan Bersalin 1 1
No SARANA KESEHATAN 2001 2002
8. RS Bersalin 1 1
9. Rumah Bersalin 10 17
10. Puskesmas 15 15
11. Puskesmas Pembantu 33 33
12. Puskesmas Keliling 14 14
13. Posyandu 630 617
14. Pondok Bersalin Desa - -
15. BP diluar RS 21 46
16. BP Gigi di luar RS 18 48
17. Klinik KB 52 52
18. Apotek 106 110
19. Rumah Obat / Toko Obat 10 16
20. LAB. Medis 11 13
21. Optik 20 26
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Malang

PRASARANA dan SARANA PERMUKIMAN

Komponen Air Bersih


Kebutuhan air minum Kota Malang dipenuhi oleh Perusahaan Air Minum Jawa Timur.

Sumber air baku Kapasitas (l/dt) Pengelolaan air bersih Kota Malang sebagian besar
Mata air 744,5 bahan bakunya berasal dari di Wilayah Kabupaten
Malang. Menurut data tahun 2001, Sumber air yang
Air Permukaan 2.300 dipakai Kota Malang terdiri dari 1 sungai, air tanah
Sumur Dalam - sebanyak 3 sumber dan 1 sumber lain.

Sedangkan penyimpanan (reservoir) air bersih di wiIayah Kota Malang terletak di


daerah Dinoyo, Betek, Mojolangu dan Buring. Kebutuhan air bersih penduduk Kota
Malang dapat dipenuhi melalui sistem perpipaan dan non perpipaan yang dikelola oleh
PDAM. Di Kota Malang terdapat 7 perusahaan Air Minum dengan kapasitas produksi:
potensial : 4.002 liter/detik
efektif : 3.004 liter/detik
Jumlah Penduduk menurut data tahun 2001 sebanyak 6.620.934 jiwa, sedangkan air
minum yang disalurkan ke rumah tangga / tempat tinggal sebanyak 49.052.350 m3
sehingga rata-rata penyediaan air minum PDAM per penduduk daerah Eks
Karesidenan Malang per kapita sebanyak 7,41 m3.

Tabel V. 12. JUMLAH TENAGA KERJA PERUSAHAAN AIR MINUM DAERAH EKS KARESIDENAN MALANG
TAHUN 2001
Jenis Kelamin
No Keterangan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Jumlah Tenaga Kerja 1.355 376 1.731
2. Jumlah Pekerja Teknis/Produksi 852 33 885
3. Jumlah Pekerja Administrasi 503 343 846
Tabel V. 13. DATA PAM JAWA TIMUR DAERAH EKS KARESIDENAN MALANG TAHUN 2001
Rumah Sosial Sosial Instansi Khusus/
No. Ket. Niaga Industri Jumlah
Tangga Umum Khusus Pemerintah lainnya
1. Banyak
188.981 1.255 3.865 5.420 221 1.073 243 201.058
pelanggan
2. Persentase
banyak 93,99 0,62 1,92 2,70 0,11 0,53 0,12 100,00
pelanggan (%)
3. Banyak air
minum yang
40.268,01 1.494,92 2.521,63 1.888,95 157,87 2.647,55 73,42 49.052,35
disalurkan
(000 m3)
4. Rata-rata
penggunaan
air minum per 213 1.191 652 349 714 2.467 302 244
pelanggan
(m3)
5. Persentase
penggunaan
82,09 3,05 5,14 3,85 0,32 5,40 0,15 100,00
air minum per
pelanggan (%)
6. Nilai air minum
yang
37.944.492 417.172 1.610.283 6.064.418 547.279 7.876.559 97.007 54.557.210
disalurkan
(ribuan rupiah)

Permasalahan pelayanan air bersih adalah tingginya tingkat kehilangan air akibat
terjadinya kebocoran pada pipa distribusi serta rendahnya tingkat pelayanan.
Berdasarkan data tahun 2000 bahwa Tingkat kebocoran air PDAM sebesar 35%.

Tabel V. 14. KAPASITAS TERPASANG (L/DETIK) TIAP BANGUNAN PRODUKSI


No. Bangunan Produksi Kap. Terpasang (l/dt) Kap. Produksi (l/dt)
1. Wendit I 510 485
2. Wendit II 500 475
3. Wendit III 25 15
JUMLAH 1035 975
Sumber: PDAM Malang

Tabel V. 15. DATA PDAM MALANG


Keterangan Satuan Jumlah
Jumlah HU terpasang (unit) 60
Jumlah jiwa per Hidran Umum (jiwa/HU) 10
Jumlah Mobil Tangki yang aktif (unit) 2
Jumlah rata-rata jiwa per sambungan rumah (jiwa/SR) 7
Jumlah Pelayanan Air Minum Penduduk Kota (%) 61
Tingkat Konsumsi Air Minum (l/or /hr) 120
Volume Air Terjual (m3/bulan) 2.129.577
Tingkat kehilangan air (%) ± 36.09
Jumlah pegawai jiwa 553
Sumber: PDAM Malang

Tabel V. 16. TARIF DASAR AIR MINUM


Tarif Tarif rata- Waktu mulai berlaku Rata-rata Jumlah biaya OP Tingkat
dasar air rata air tarif air minum pendapatan / bulan tahun 2001 efisiensi
minum minum (tgl/bln/tahun) tahun 2001 (Rp/bulan) penagihan (%)
(Rp/ m3) (Rp/ m3) (Rp / bulan)
650,- 1.502,- 1 Desember 2000 3.108.564.901,- 2.108.040.794,- 92
Sumber: PDAM Malang
Tabel V. 17. JUMLAH PINJAMAN, CICILAN HUTANG DAN JANGKA WAKTU PINJAMAN
Jumlah Pinjaman Jumlah cicilan hutang Jangka waktu pinjaman
SLA (Rp) RPD (Rp) SLA RPD SLA RPD
(Rp/tahun) (Rp/tahun) (tahun...s/d (tahun...s/d
tahun...) tahun.....)
3.058.606.991,- 10.056.000.000,- 160.809.120,- 687.712.650,- 20 th + 5 th GP 15 th + 5 th GP

Sumber: PDAM Malang

Tabel V. 18. KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA MALANG


Kapasitas Produksi Kebutuhan
Kebutuhan Selisih
Jumlah Penduduk Eksisting ideal
Total (Lt//hr) (Lt//hr)
l/dt l/hari Kota Besar
772.642 3.004 259.545.600 135 l/orang/hari 104.306.670 -155.238.930

Sumber: Hasil Analisa

Dari hasil analisa didapat bahwa total produksi PDAM Kota Malang sudah bisa
memenuhi kebutuhan penduduk di Kota Malang dengan kelebihan produksi sebesar
155.255.930 l/hari. Penanganan yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan
jaringan distribusi, dengan melakukan penambahan dan dengan mengurangi tingkat
kebocoran.

Komponen Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kota Malang sebagian besar ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki jumlah personel 1637 (PNS dan Pasukan
Kuning). Organisasi pemungutan retribusi oleh Subdin Pendataan dan PUSM dan
bekerja sama dengan U.D Hatiga yang dikontrak pada tahun 2002 dalam
pengangkutan sampah.
Biaya pengelolaan sampah per tahun adalah 2.074.038.000,- dan penerimaan retribusi
sampah 1.575.000.000,-
Rata-rata timbunan sampah kota 1.850 m3 / hari dan volume rata-rata sampah yang
telah dikelola 1.370 m3/hari.
Tabel V. 19. SARANA PENGOLAHAN SAMPAH
No. Jenis Jumlah
1. Sarana Pengumpul Sampah
- Gerobak sampah 425 unit
- Becak sampah –

2. Sarana Pemindahan Sampah


- TPS 80 unit
- Transfer Depo 48 unit
- Container / Landasan 141 unit
Container

3. Sarana Pengangkut Sampah


- Truk Sampah -
- Dump Truck 14 unit
- Arm Roll Truck 17 unit

4. Peralatan di TPA
- Buldozer 2 unit
- Back Hoe 2 unit
- Loader 1unit
- traktor 1unit
Tabel V. 20. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH
No Nama/Lokasi Luas Sistem Status Jarak dari Jarak Ke
(Ha) Pengolahan Tanah pusat ke TPA Pemukiman
(km) Terdekat (km)
1. TPA Supit Urang 12 Semi Sanitasi Milik Pemkot 15 1,700
Kel Mulyorejo Landfill
Kel Sukun

Tabel V. 21. KEBUTUHAN PENANGANAN SAMPAH KOTA MALANG


Sampah
Perkiraan
Timbulan Sampah yang
Jumlah Penduduk timbulan Selisih
Kota Besar terangkut
sampah total
saat ini
763.465 3,25 liter/orang/hari 2.481 m3 1.370 m3 1.141,08 m3
Sumber: Hasil Analisa
Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25
liter/orang/hari, Kota Malang dengan jumlah penduduk 763.465 jiwa, menghasilkan
2.481 m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000.
Namun Kota Malang baru dapat mengelola sebanyak 1.370 m3. Sehingga banyaknya
sampah yang belum terlayani adalah 1.111 m3 atau 44%.
Komponen Sanitasi/Limbah Cair
Pengelolaan limbah dilayani dengan fasilitas pengelolaan setempat (on site system)
dan fasilitas pengelolaan terpusat (off site system) . Fasilitas on site system terdiri dari
fasilitas on site dan fasilitas komunal. Sedangkan fasilitas off site system
menggunakan IPLT dan IPAL.
Tabel V. 22. FASILITAS PENGELOLAAN SETEMPAT (ON SITE SYSTEM)
Fasilitas On Site Fasilitas Komunal
Tangki Cubluk Jumlah penduduk MCK Tangki Septik Jumlah
Septik (unit) yang terlayani (unit) komunal (unit) penduduk
(unit) (jiwa) terlayani
- - - 6 6 3017 KK

Tabel V. 23. FASILITAS PENGELOLAAN TERPUSAT


Biaya operasi dan Kapasitas
No Jenis Pengelola Keterangan
pemeliharaan pengolahan
1. IPLT Supit UPTD Pengelola Rp 1.500.000,- per penampungan Sistem perpipaan (sewerage):
Urang Tinja dan Air Limbah bulan dan Pipa servis (m) : 12.132,00
pengerukan Pipa kolektor (m) : 2.217,00
Pipa Utama (m) : 1.421,20

2. IPAL UPTD Dinas Rp 1.712.500,- per 16000 jiwa jenis pengolahan UASB
di Kebersihan bulan
Kelurahan Subdin Pendataan Organisasi Pemungutan Retribusi
Mergosono dan PUSM
Rp 169.624.000,- Biaya pengangkutan
per bulan
Rp 6000,-/m2 Tarif penyedotan tinja
berdasarkan Perda No 10 tahun
2001
Sumber:
IPLT=Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL=Instalasi Pengolahan Air Limbah
Komponen Drainase
Secara umum kondisi drainase di Kota Malang terutama pada saluran drainase
tertutup, sebagian besar sudah cukup tua peninggalan jaman penjajahan Belanda.
Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumpatan dan
tidak berfungsinya manhole sebagi street inlet. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan
bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan
intensitas curah hujan.

Ditinjau dari kondisi fisik kota yang merupakan dataran tinggi dengan aliran utama
berupa sungai, maka saluran yang terdapat di Kota Malang dapat dibagi menjadi 2
(dua) saluran drainase makro dan drainase mikro.
1. Wilayah drainase makro
2. Drainase mikro, berkembang dengan 2 pola yaitu:

ƒ Drainase tertutup, umumnya merupakan peninggalan Belanda yang


terdapat pada kawasan perumahan mewah (Kawasan Ijen) dan pusat kota.
ƒ Drainase terbuka, umumnya merupakan upaya pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah kota bersama dengan masyarakat setempat,
telah tersedia merata di sisi kanan-kiri jalan.

Selain berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan, drainase di Kota Malang juga
difungsikan sebagai saluran pembuangan limbah domestik (mix drain) yang secara
tidak langsung telah menimbulkan proses sedimentasi yang dapat berakibat terhadap
terjadinya luapan air.
Panjang saluran
a. Saluran sekunder (m) : 8.446 (Kec. Klojen)
b. Saluran primer (m) : 6.198 (Kec. Klojen)
Daerah genangan
a. Luas (Ha) : 1,00
b. Tinggi (cm) : 15
c. Lama (jam) :1
d. Frekuensi (kali/tahun) : setiap hujan lebat
e.
Komponen Jalan
Jaringan jalan merupakan unsur utama dalam pembangunan kota utamanya yang
berhubungan dengan strategi pengembangan dan perluasan kota. selanjutnya
klasifikasi sistem jalan utama di kota Malang menurut fungsinya terdiri dari jalan arteri
Primer dan sekunder yang merupakan poros Utara—selatan dan sebagian besar untuk
rute Timur-Barat merupakan jalan kolektor.

Tabel V. 24. PANJANG JALAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN


No Fungsi Panjang (km)
1. Arteri Primer 30,1
2. Arteri Sekunder 28,6
3. Kolektor Primer I 26,2
4.. Kolektor Primer II 23,4
5. Kolektor Primer III 76,79
6. Kolektor Primer IV 179,95
7. Kolektor Sekunder 18,4
8. Lokal Primer 0,4
9. Lokal Sekunder 282,5
Total 663.34
Sumber: DPU Kota Malang
Perkerasan jalan di Kota Malang kondisinya relatif baik, namun masih banyak jalan-
jalan lokal yang kondisinya kurang baik. Permukaan jalan memburuk akibat
kurangnya pemeliharaan dan air yang tergenang tidak dapat mengalir karena
kurangnya sistem drainase yang memadai.
Secara umum kondisi jaringan jalan yang ada di Kota Malang pada tahun 2000
adalah jalan dalam kondisi rusak sepanjang 86,41 Km, jalan dalam kondisi sedang
sepanjang 398,31 Km dan jalan dalam kondisi baik sepanjang 180,92 Km.
Permasalahan sektor jalan kota dl Kota Malang pada umumnya berkisar pada masalah
kecelakaan lalu lintas, kurang lengkapnya sarana prasarana transportasI, dan
penerapan sistem lalu lintas jalan kota yang kurang sempurna.

Secara umum permasalahan sektor jalan kota di Kota Malang dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Permasalahan Keselamatan Jalan Raya
Permasalahan keselamatan jalan raya terjadi pada beberapa lokasi yang berada
di dalam kota, yaitu :
• Pada persimpangan-persimpangan yang tidak dilengkapi tanda pengatur lalu
lintas dimana sering terjadi konflik IaIu lintas.
• Pada jalan yang lampu lalu lintasnya tidak berfungsi dengan baik atau
geometriknya tidak baik.
• Akses ke terminal, dimana terdapatnya konflik antar pejalan kaki, angkutan kota
dan lalu lintas lainnya
• Sisi ruas jalan yang digunakan untuk berbagai kegiatan,seperti pedagang kaki
lima, parkir mobil, becak dan lalu lintas pejalan kaki yang tidak teratur.
2. Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan data dari polisi lalu lintas Kota Malang, kecelakaan lalu lintas yang
terjadi pada tahun 1997- 2001 adalah sebagai berikut:

Tabel V. 25. TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS KOTA MALANG TAHUN 1997-2001
Tahun Kejadian
No. JenIs Kecelakaan
1997 1998 1999 2000 2001
1. Meninggal 76 59 64 42 23
2. Luka Parah 62 65 68 72 57
3. Luka Ringan 553 225 144 241 204
Total 691 349 276 255 284
Sumber: Polresta Malang, 2001

Lokasi rawan kecelakaan yang terjadi periode tahun tersebut terdapat pada ruas.-
ruas jalan utama seperti :
a. Jl. Kolonel Sugiono
• Pada Persimpangan reI K.A dengan JI. Sartono, JI. Kebalen Wetan, JI.
Martadinata
• Sekitar Persimpangan JI Satsuit Tubun dan akses ke Terminal Gadang dan
Pasar Induk Gadang.
b. Supriadi
• Berdekatan dengan RS Supraon dan STM Nusantara.
c. Jl. MT. Haryono
• Sekitar Pasar Dinoyo
• Disepanjang ruas jalan yang melintasi Kelurahan Tlogomas (sekitar
Perumahan Bukit Hijau dan Permata Hijau) hingga terminal Landungsari.
d. Jl. Basuki Rachmad yang berdekatan dengan kantor Telkom dan pada ruas Jl
Sudarmo yang berdekatan dengan persimpangan JI. Ciliwung dengan pasar
buah.
3. Kapasitas persImpangan
a. Permasalahan kapasitas yang dijumpai pada beberapa persimpangan utama
yang menjadi lokasi kritis yang telah dilengkapi dengan lampu lalu lintas tetapi
masih memerlukan perbaikan serta adanya pelebaran jalan untuk menambah
kapasitas.
b Beberapa perlengkapan lampu lalu lintas memerlukan pergantian karena alat
penggontrol lampu sudah tidak berfungsi pada saat penyalaan.
4. Jalan satu arah
a. Sistim satu arah banyak diterapkan pada ruas jalan di Kota Malang terutama
pada pusat kota. Pengendara akan menempuh jarak lebih jauh apabila ingin
memutar arah dan harus menuju ke putaran-U
b. Sistim seperti ini terutama berdampak pada trayek angkutan kota yang
lintasannya bervariasi.
5. Akses ke terminal
a Persimpangan yang berdekatan dengan terminal pada umumnya mengalami
kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh banyaknya angkutan kota dan bus
yang keluar masuk terminal. Sedangkan pada akses terminal terjadi konflik
antara pejalan kaki, angkutan kota, bus dan kendaraan lainnya.
b. Permasalahan utama yang terjadi pada Terminal Arjosari ditimbulkan oleh
persimpangan JI. Raden Intan dimana angkutan kota membelok dari jalan utama.
Pada Terminal Gadang kondisi sangat macet terutama pada persimpangan jalan
K.S. Tubun yang berdekatan dengan Pasar Gadang yang kegiatan utamanya
memanfaatkan sebagian badan jalan sehingga mempengaruhi lalu lintas
dipersimpangan. Diterminal Landungsari juga mengalami kemacetan yang terjadi
pada pintu keluar menuju jalan utama karena lampu lalu lintas pada lokasi ini
sudah tidak ada atau tidak berfungsi lagi
6. Dampak angkutan terhadap arus lalu lintas
• Banyak angkutan kota yang beroperasi sangat berpengaruh terhadap lalu lintas
terutama pada masalah kemacetan
• Trayek angkutan umum yang melalui pusat kota terpencar ke berbagai jalan
yang berbeda.
7. Parkir di badan jalan
Pada umumnya ruas jalan dalam kota dimanfaatkan sebagai lahan parkir kecuali
pada jalan-jalan utama yang memiliki papan larangan. Pada beberapa ruas jalan
diijinkan parkir dengan sistim serong dan tegak lurus. Hal ini akan berdampak pada
kapasitas ruas jalan dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Sedangkan pada
kawasan pusat kota permasalahannya lebih krusial lagi dengan adanya berbagai
kegiatan yang memanfaatkan badan jalan seperti pedagang kaki lima, pejalan kaki,
kendaraan parkir dan lalu lintas kendaraannya lainnya.
8. Parklr dan larangan berhenti
Penerapan larangan parkir yang ada memerlukan perbaikan-perbaikan untuk
menghindari terjadinya permasalahan lalu lintas yang baru. Berdasarkan
pengamatan yang diperoleh sebagian besar angkutan umum melakukan
pelanggaran terhadap rambu-rambu larangan parkir, sehingga mengganggu lalu
lintas lainnya.
9. Persimpangan rel kereta api
• Persimpangan reI kereta api yang ada di Kota Malang memotong jalur utama lalu
lintas utara - selatan pada dua tempat. Jika pintu persimpangan tertutup, antrian
kendaraan semakin bertambah bahkan kendaraan berhenti memenuhi jalan
sehingga pada saat pintu terbuka menimbulkan hambatan bagi lalu lintas
sebaliknya.
• Kondisi permukaan jalan jelek sehinga mempengaruhi kapasitas di
persimpangan seperti pada JI. Martadinata, JI. Sugiono dan JI. Sartona
10. Putaran-U
Putaran-U pada jalan-jalan utama, terutama yang memiliki pembatas sempit
menimbulkan kesulitan bagi kendaraan yang memutar dalam sekali putaran
sehingga mengakibatkan gangguan keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
11. Pedagang kaki Lima
Banyaknya pedagang kaki lima yang beroperasi di pinggir jalan menyebabkan
gangguan lalu lintas di dalam kota. Permasalahan lainnya disebabkan oleh
pengemis jalanan, penjual koran serta pengamen jalanan yang cenderung
beroperasi dekat lampu lalu lintas di perempatan jalan.
12. Becak
Permasalahan becak sangat mengganggu kelancaran lalu lintas, hal ini terutama
terjadi pada kawasan CBD.
13. Truk
Meskipun secara resmi truk dilarang memasuki pusat kota, tetapi untuk keperluan
bongkar muat barang dibagian selatan CBD, DLLAJ mengijinkan truk berhenti di
JI. Kapten Tendean, Jl. Kyai Thamin. Hal ini menyebabkab kapasitas jalan
tersebut berkurang dan mengganggu arus Ialu lintas serta keselamatan pejalan
kaki.

You might also like