Professional Documents
Culture Documents
A. Landasan Teori
Komunikasi :
Adalah suatu proses dimana satu orang, kelompok, atau organisasi
mentransfer beberapa jenis informasi/pesan kepada orang, kelompok, atau
organisasi lain (receiver)
M O D E L K O M U N IK A S I
G AN G G U AN
(N O IS E )
K O M U N IK A T O R K O M U N IK A N
P esan P esan
T ra n s - yang
yang P e n y a n d ia n
P e n y a n d ia n m is i M e - D ita n g k a p
D im a k s u d K e m b a li
( E n c o d in g la lu i M e - ( P e r c e iv e d
(In te n d e d ( D e c o d in g )
d ia M e a n in g )
M e a n in g )
U m p a n B a lik
Peran Komunikasi :
1. Untuk memberi instruksi (direct action)
2. Untuk memperbaiki sesuatu (corrected action)
3. Untuk berkoordinasi (coordinated action)
4. Sebagai media sosialisasi
5. Untuk membangun kepercayaan
C. Analisa :
Louis XIV mempunyai gaya komunikasi yang merupakan perpaduan antara
Socaratic, reflective, dan candidate dimana membahas persoalan dengan hati-hati
sebelum memutuskan (tidak ingin memutuskan segala sesuatu dengan enteng), tidak
mau menyakiti hati lawan bicaranya (rakyatnya) ketika berkomunikasi dan bisa
menjadi pendengar yang baik (seperti pada saat di merly dimana ia selalu
mendengarkan katika ada rakyatnya yang berbicara kepadanya dan hampir selalu
berkata “aku akan melihat”), dan mendasarkan pembicaraanya pada tersedianya
informasi. Komunikasi yang dilakukan oleh Louis XIV tersebut juga mengindikasikan
adanya perhatian dari komunikator dan komunikan dan pemahaman terhadap pesan
yang disampaikan, selain itu ia juga membedakan cara komunikasinya untuk recipient
yang berbeda.
MOTIVASI
A. Landasan Teori
Definisi Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
- Seperangkat proses yang mendorong, mengarahkan dan menjaga perilaku
manusia ke arah pencapaian beberapa tujuan
- Proses yang menimbulkan intensitas seseorang, mengarahkan dan menjaga
agar orang tersebut tetap berupaya mencapai suatu tujuan
- Faktor-faktor psikologis yang ada dalam diri seseorang yang menentukan arah
bagi perilaku orang tersebut di dalam organisasi, menentukan tingkatan
upaya orang yang bersangkutan, serta tingkatan konsistensi yang
bersangkutan dalam menghadapi tantangan
- Segala sesuatu yang menyebabkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu
(dorongan) dan mengarahkan perilakunya
- ke arah pencapaian sesuatu tersebut secara konsisten
Dimensi Kinerja
D IM E N S I
K IN E R J A
K E M A M P U A N
K IN E R J A
K E M A U A N
K E S E M P A T A N
(M O T IV A S I)
Kemampuan
Tidak dapat dipungikiri bahwa Louis XIV mempunyai bakat dalam hal
militer, perencanaan dan perusahaan, serta pada bidang pemerintahan. Selain itu
ia juga mempunyai kecerdasan dan merupakan orang yang berpendidikan karena
dibesarkan di wilayah kerajaan.
Kualitas besar raja Louis XIV bersinar lebih cemerlang dari raja
sebelumnya dengan alasan pribadi yang begitu unik dan tak tertandingi dalam
tindakannya; ia adalah sosok yang sangat pahlawan, jadi diresapi dengan alam.
Tetapi yang paling mengesankan keagungan itu muncul bahkan dalam yang paling
signifikan seperti dalam gerak tubuh, dan tanpa arogansi; proporsi seperti
pematung yang akan memilih untuk model, sebuah wajah yang sempurna dan
penampilan yang pernah dipercayakan kepada manusia; semua keuntungan ini
didukung oleh karunia alam yang didapatkannya sebagai seorang raja dengan
pesona tunggal yang belum pernah ada yang menyamainya. Dia terlihat sangat
bermartabat dan megah dengan gaunnya seperti saat mengenakan jubah negara,
atau di atas kuda di kepala pasukannya.
Dia unggul dalam segala macam latihan dan suka memiliki semua fasilitas
untuk itu. Tidak ada kelelahan atau stres yang membuat kesan apapun pada sosok
heroik ketika disiram hujan atau salju, ditusuk dengan dingin, bermandikan
keringat atau ditutupi dengan debu, ia selalu sama. Kecuali dalam yang paling
ekstrim dan cuaca yang luar biasa, Louis XIV lebih banyak menghabiskan waktu
nya di luar rumah setiap hari.
(Sumber: Saint-Simon's Portrait of Louis XIV from "Parallele des trois premiers rois
Bourbons" (written in 1746), Ecrits inedits de Saint-Simon I, 84 sqq in J.H.
Robinson, Readings in European History 2 vols. (Boston: Ginn, 1906), 2:285-286)
Kesempatan
Louis XIV mempunyai kesempatan yang luar biasa besar karena dia adalah
keturunan dari raja perancis yang sebelumnya yaitu Louis XIII. Ia memperoleh
tahta sebagai reja perancis pada saat usianya 4 tahun dan sepeninggal Mazarin ia
mulai menguasai perancis sebagai raja yang berkuasa penuh. Ia memanfaatkan
kesempatan itu untuk mencapai ambisinya menjadi seorang raja dengan
kekuasaan absolut dan memperluas wilayah kekuasaannya
C. Analisa :
Dalam dimensi kinerjanya, Louis XIV mempunyai motivasi, kemampuan, serta
kesempatan yang besar. Motivasi yang ia miliki adalah untuk menjadi seorang raja
yang absolut dimana apabila dikaitkan dengan teori kebutuhan oleh Abraham Maslow
dirinya ingin mendapatkan kebutuhan yang paling tinggi dimana dimulai dari phisycal
needs security needs social needs esteem needs dan sampai ke self
actualization needs.
Louis XIV juga terlihat menerapkan sistem keadilan dimana dia mulai
mereformasi undang-undang, meningkatkan penegakan hukum dan memberikan
subsidi kepada koloni negaranya yang berada di luar negeri. Selain itu ia juga
memberikan punishment terhadap bawahannya yang melanggar aturan sebagaimana
kasus yang menimpa menterinya yaitu Nicholas Fouquet. Hal ini sesuai dengan aplikasi
teori motivasi dengan teori keadian serta menerapkan reward and punishment.
Selain itu Louis XIV juga mempunyai banyak kemampuan untuk mencapai
ambisinya dimana ia mempunyai bakat dalam hal militer, perencanaan dan
perusahaan, serta pada bidang pemerintahan dan dapat membawa diri dalam berbagai
situasi dan kondisi. Selain terntunya tidak dapat dipisahkan dari kesempatan yang
sudah ia miliki sejak lahir sebagai penerus tahta kerajaan dari ayahnya yaitu raja
Louis XIII
PROBLEM SOLVING
A. Landasan Teori
Pengertian Problem Solving
Semua orang mengambil keputusan, apalagi seorang pemimpin sering
sekali mengambil keputusan untuk mengatasi masalah (problem solving). Bahkan
dalam beberapa hal pengikut mengharapkan agar hal tersebut dilakukan oleh
pemimpinnya. Problem solving dapat diartikan sebagai proses membuat pilihan
dari beberapa alternatif yang ada dan proses memilih langkah-langkah dan
tindakan yang harus dilakukan untuk menangani persoalan yang dihadapi atau
untuk mencari keuntungan dari kesempatan yang ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambian keputusan :
1. Individu pembuat keputusan
a. Gaya direktif (directive style)
b. Gaya analitis (analytical style)
c. Gaya konseptual (conseptual style)
d. Gaya keperilakuan (behavioral style)
2. Pengaruh kelompok dalam pengambila keputusan
Dewasa ini kian banyak digunakan pengambilan keputusan oleh kelompok
meski mengandung kelemahan
3. Perbedaan budaya
Latar belakang budaya pembuat keputusan bisa mempengaruhi cara orang
tersebut memilih masalah, kedalaman analisis, pentingnya menempatkan
logis tidaknya hal tersebut serta rasionalitasnya, ataukah dalam hal apakah
harus membuat keputusan secara otokratis oleh pemimpin itu sendiri atau
haruskah keputusan diambil secara kelompok
4. Hambatan waktu
Tidak jarang kualitas keputusan yang dihasilkan kurang memuaskan karena
terbatasnya waktu
Cara untuk meningkatkan kualitas keputusan
1. Memungkinkan akses ke sarana dan informasi yang diperlukan, yang dalam
keputusan kelompok dapat dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat
(group consensus), masing-masing menuliskan pendapatnya, baik secara fisik
maupun virtual (delphi technique)
2. Dengan menekankan pada pentingnya mengikuti peraturan dan prosedur
3. Dengan membuat keputusan menjadi sedemikia rupa sehingga bisa terstruktur
B. Problem Solving Louis XIV
Sehari setelah kematian Kardinal Mazarin, Louis XIV, yang pada saat itu
berusia 23, menyatakan tekadnya untuk menjadi raja yang nyata dan satu-satunya
penguasa di Perancis. Dia pernah mengatakan: "Sampai saat ini saya telah senang
mempercayakan urusan pemerintah saya ke Kardinal ini. Kalian [Sekretaris dan
menteri negara] akan membantu saya dengan nasehat Anda ketika saya meminta. Saya
meminta ketertiban Anda untuk menyegel tidak mendapat perintah kecuali dengan
perintah saya, Anda tidak boleh menandatangani apa pun, bahkan paspor tanpa
perintah saya. "
Louis juga menggantungkan jabatan menterinya pada para bangsawan yang
berasal dari keluarga bangsawan baru (bukan bangsawan dari pemerintahan
sebelumnya). Seperti itu Michel Le Tellier, sekretaris negara untuk perang; Hugues de
Lionne, sekretaris untuk urusan luar negeri; dan Nicholas Fouquet, pengawas
keuangan. menteri-Nya diharapkan akan tunduk kepadanya dan Louis tidak bermaksud
pembagian kewenangannya dengan mereka."
Louis XIV tidak ingin memperbolehkan Protestan untuk mempraktekkan iman
mereka di sebagian besar Katolik Perancis. Mungkin ia dimotivasi oleh agama, tetapi
lebih mungkin bahwa Louis, yang percaya pada motto, "satu raja, satu hukum, satu
iman," merasa bahwa keberadaan minoritas ini merongrong otoritas politiknya sendiri.
C. Analisa :
Karena Louis XIV menerapkan kekuasaan yang absolut, pengambilan
keputusan yang dia lakukan kebanyakan hanya dipengaruhi oleh faktor individu
meskipun dia juga mendengarkan apa yang disampaikan oleh rakyatnya dan
menggantungkan beberapa urusan pada beberapa menteri kepercayaannya seperti
Michel Le Tellier, sekretaris negara untuk perang; Hugues de Lionne, sekretaris untuk
urusan luar negeri; dan Nicholas Fouquet, pengawas keuangan, akan tetapi
bawahannya tersebut tetap harus tunduk kepada perintahnya. Segala sesuatunya
harus tunduk pada perintahnya, namun tidak pernah memutuskan sesuatu secara
tergesa-gesa. Tipe pengambilan keputusan gaya Louis XIV ini merupakan perpaduan
antara gaya Gaya direktif (directive style) dan Gaya analitis (analytical style) namun
jarang melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusannya (meskipun kadang
meminta saran dari menterinya, itupun pada saat ia memintanya saja) sehingga bisa
terjadi pengambilan keputusan yang kurang berkualitas atau salah dalam pengambilan
keputusan. Salah satu kesalahan terbesarnya yang menyebabkan hancurnya masa
pemerintahannya adalah keputusan dimana ia hanya memperbolehkan satu agama di
perancis yaitu katholik dengan motonya “satu raja, satu hukum, satu agama” dimana
menyebabkan adanya pemberontakan dari kaum huguenot.