You are on page 1of 11

KOMUNIKASI

A. Landasan Teori
 Komunikasi :
Adalah suatu proses dimana satu orang, kelompok, atau organisasi
mentransfer beberapa jenis informasi/pesan kepada orang, kelompok, atau
organisasi lain (receiver)

M O D E L K O M U N IK A S I
G AN G G U AN
(N O IS E )

K O M U N IK A T O R K O M U N IK A N

P esan P esan
T ra n s - yang
yang P e n y a n d ia n
P e n y a n d ia n m is i M e - D ita n g k a p
D im a k s u d K e m b a li
( E n c o d in g la lu i M e - ( P e r c e iv e d
(In te n d e d ( D e c o d in g )
d ia M e a n in g )
M e a n in g )

U m p a n B a lik

 Peran Komunikasi :
1. Untuk memberi instruksi (direct action)
2. Untuk memperbaiki sesuatu (corrected action)
3. Untuk berkoordinasi (coordinated action)
4. Sebagai media sosialisasi
5. Untuk membangun kepercayaan

 Macam-macam gaya komunikasi :


1. Noble
Berkata sesuatu yang ada dalam benaknya, cenderung tidak menyaring apa
yang ada dalam benaknya sehingga cenderung untuk berbicara langsung pada
pokok persoalan yang ingin disampaikan
2. Socratic
Gemar membahas persoalan secara hati-hati sebelum memutuskan, gemar
berargumentasi dan tidak mempermasalahkan lamanya diskusi
3. Reflective
Lebih suka tidak berkata apapun bila perkataannya menyakitkan perkataan
orang lain sehingga cenderung menyenangkan lawan bicara, meskipun kadang
dibumbui hal-hal yang tidak benar atau dusta, pendengar yang baik
4. Magistrate
Berkata sesuatu yang ada dalam benaknya, tetapi juga sering bicara rinci
terutama mengenai hal-hal yang terkait dengn diri mereka, sering merasa
lebih tinggi dibandingkan orang lain, cenderung mendominasi pembicaraan
5. Candidate
Analitis dan gemar berbicara tetapi hangat dalam pembicaraan dan suportif,
biasanya mendasarkan pembicaraan pada tersedianya informasi dengan cara
yang sangat menyenangkan
6. Sanator
Silih berganti memilih gaya noble dan gaya reflektif sesuai kebutuhan dan
bukan merupakan gaya campuran sebagaimana gaya magister dan gaya
kandidat

 Komunikasi yang efektif :


1. Individu
a. Adanya perhatian dari komunikator dan komunikan
b. Pemahaman komunikan pada pesan yang disampaikan
c. Diterimanya pesan oleh komunikan tanpa adanya paksaan
d. Menyadari keberadaan dari pesan yang dikirimkan
2. Organisasi
a. Ada beberapa pola komunikasi (formal dan informal) di dalam organisasi
b. Adanya ketentuan mengenai siapa yang boleh berbicara dengan siapa
c. Adanya spesialisasi pekerjaan sehingga komunikasi menjadi fokus
d. Informasi sering dijadikan senjata atau alat untuk menguasai sesuatu (the
power of information)
B. Komunikasi Louis XIV
Louis XIV mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan baik dan
mendengarkan dengan pemahaman yang cepat; mempunyai banyak cara komunikasi
yang disesuaikan dengan ketepatan terhadap kualitas orang (recipient) yang berbeda;
alasan kesopanan selalu serius, selalu berwibawa, selalu dibedakan dan disesuaikan
berdasarkan usia, pangkat, dan jenis kelamin setiap individu, serta untuk para wanita.
Seperti pada saat di Marly, semua orang memiliki kesempatan untuk
berbicara dengan Louis XIV setidaknya lima atau enam kali dalam satu hari, ia akan
mendengarkan, dan hampir selalu menjawab, "Aku akan melihat," dengan tujuan agar
tidak memutuskan segala sesuatu dengan enteng. Tidak pernah memberikan jawaban
atau pidato yang akan memberikan rasa sakit hati; sabar sampai akhir dalam segala
urusan dan dalam hal layanan pribadi; sepenuhnya menguasai wajah/raut mukanya,
cara, dan kepribadiannya; tidak pernah memberikan jalan bagi ketidaksabaran atau
kemarahan. Jika ia diberikan teguran, itu jarang, dalam beberapa kata, dan tidak
pernah tergesa-gesa dalam menyikapinya. Dia tidak pernah kehilangan kendali atas
dirinya lebih dari sepuluh kali sepanjang hidupnya, dan itupun hanya terjadi kepada
bawahannya, dan tidak lebih dari empat atau lima kali secara serius.
(Sumber: Saint-Simon's Portrait of Louis XIV from "Parallele des trois premiers rois
Bourbons" (written in 1746), Ecrits inedits de Saint-Simon I, 84 sqq in J.H. Robinson,
Readings in European History 2 vols. (Boston: Ginn, 1906), 2:285-286)

C. Analisa :
Louis XIV mempunyai gaya komunikasi yang merupakan perpaduan antara
Socaratic, reflective, dan candidate dimana membahas persoalan dengan hati-hati
sebelum memutuskan (tidak ingin memutuskan segala sesuatu dengan enteng), tidak
mau menyakiti hati lawan bicaranya (rakyatnya) ketika berkomunikasi dan bisa
menjadi pendengar yang baik (seperti pada saat di merly dimana ia selalu
mendengarkan katika ada rakyatnya yang berbicara kepadanya dan hampir selalu
berkata “aku akan melihat”), dan mendasarkan pembicaraanya pada tersedianya
informasi. Komunikasi yang dilakukan oleh Louis XIV tersebut juga mengindikasikan
adanya perhatian dari komunikator dan komunikan dan pemahaman terhadap pesan
yang disampaikan, selain itu ia juga membedakan cara komunikasinya untuk recipient
yang berbeda.
MOTIVASI

A. Landasan Teori
 Definisi Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai berikut :
- Seperangkat proses yang mendorong, mengarahkan dan menjaga perilaku
manusia ke arah pencapaian beberapa tujuan
- Proses yang menimbulkan intensitas seseorang, mengarahkan dan menjaga
agar orang tersebut tetap berupaya mencapai suatu tujuan
- Faktor-faktor psikologis yang ada dalam diri seseorang yang menentukan arah
bagi perilaku orang tersebut di dalam organisasi, menentukan tingkatan
upaya orang yang bersangkutan, serta tingkatan konsistensi yang
bersangkutan dalam menghadapi tantangan
- Segala sesuatu yang menyebabkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu
(dorongan) dan mengarahkan perilakunya
- ke arah pencapaian sesuatu tersebut secara konsisten
 Dimensi Kinerja

D IM E N S I
K IN E R J A

K E M A M P U A N

K IN E R J A

K E M A U A N
K E S E M P A T A N
(M O T IV A S I)

 Aplikasi Teori Motivasi


Motivasi diharapkan agar mendapatkan tujuan dan sasaran organisasi yang
memenuhi pula tujuan dan sasaran individual, yang dapat dilakukan dengan :
1. Motivasi dengan teori kebutuhan
Yang paling terkenal dari teori kebutuhan ini adalah teori dari Abraham Maslow
dimana seseorang akan berusaha memenuhi kebutuhannya dari tingkat paling
rendah sampai kepada tingkat paling tinggi mulai dari phisycal needs 
security needs  social needs  esteem needs  self actualization needs
2. Motivasi dengan menetapkan tujuan
Menunjukkan jalan ke mana organisasi hendak dibawa. Seorang pegawai tidak
akan termotivasi apabila ia tidak memiliki, dan tahu ia tidak memiliki, keahlian
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, apabila tujuan-
tujuan tersebut jelas dan menantang, maka tujuan tersebut berfungsi secara
lebih efektif sebagai motivator dalam kinerja individual ataupun kinerja
kelompok (Goal Setting Theory - Locke)
3. Motivasi dengan menerapkan harapan
Menunjukkan harapan apa yang diinginkan untuk memacu kepada bawahannya
agar bekerja dengan sungguh-sungguh
4. Motivasi dengan bersikap adil
Memberikan keadilan kepada bawahan dengan tidak membeda bedakan satu
sama lain
5. Motivasi dengan hadiah dan hukuman
Memberikan penghargaan terhadap bawahan yang mempunyai prestasi dan
memberikan hukuman kepada yang membuat kesalahan
6. Motivasi dengan merancang pekerjaan
Pekerjaan dirancang sedemikian rupa sehingga menyenangkan bagi pegawai/
bawahan

B. Motivasi Louis XIV


 Motivasi
Lahir pada 5 September 1638, Louis dianggap sebagai "anak yang
diberikan oleh dewa," dari Louis XIII yang telah lama menikah dan istrinya
Habsburg, Anne dari Austria. Ia menggantikan ayahnya di atas takhta pada usia
empat. Namun, ia juga seorang anak terlantar, dirawat oleh pelayan dan pernah
hampir tenggelam di kolam karena tidak ada yang mengawasinya. Namun, ibunya,
Anne dari Austria menanamkan dalam dirinya rasa takut abadi "kejahatan
terhadap Allah". Sementara ibunya bupati bangsawan besar dan hakim di
parlement Paris meluncurkan pemberontakan besar tapi tidak terkoordinasi (yang
Fronde dari 1648-1653) sebagai reaksi terhadap sentralisasi kebijakan menteri
dari Louis XIII yaitu Kardinal Richelieu dan penggantinya, Mazarin. Keluarga
kerajaan itu dua kali diusir dari Paris, dan pada satu saat Louis XIV dan Anne
pernah dijadikan tahanan virtual di istana kerajaan di Paris. Perang saudara ini
membawa Louis XIV kemiskinan, kemalangan, ketakutan, penghinaan, dingin dan
kelaparan. Berbentuk karakter ini dan ia tidak akan memaafkan baik Paris,
bangsawan, atau orang-orang biasa yang memotivasinya menjadi seorang raja
yang kuat dan mempunyai kekuasaan. Setelah menjadai raja, ia termotivasi untuk
memperluas weilayah kekuasannya sampai ke luar negeri.
Dalam rangka memotivasi bawahan dan rakyatnya, di dalam negeri,
parlement kehilangan kekuasaan tradisional mereka untuk menghalangi undang-
undang; struktur peradilan direformasi oleh kode prosedur sipil (1667) dan
prosedur pidana (1669), meskipun masih terjadi tumpang tindih dan yang agak
membingungkan undang-undang yang belum direformasi. menciptakan dan
meiningkatkan penegakan hukum (1667) dari kantor letnan jenderal polisi untuk
Paris, yang kemudian ditiru di kota-kota lain. Louis juga tidak segan menghukun
menterinya yang bermasalah dimana hal ini ditunjukkan pada saat Fouquet mulai
memamerkan kekayaan dan kekuasaan besar yang ia kumpulkan dalam
pelayanannya terhadap raja, Louis memerintahkan agar dia ditangkap dan
dipenjarakan.
Dalam hal industri perdagangan, lewat menterinya Colbert, Louis XIV
mengembangkan subsidi negara untuk koloni di luar negeri, menciptakan kontrol
yang ketat terhadap standar kualitas dan tarif protektif yang tinggi. Sebagai
pengontrol keuangan umum, Colbert sangat tajam dalam mengurangi defisit kas
tahunan negara dan bersikap lebih adil, menciptakan perpajakan yang efisien,
walaupun pembebasan pajak untuk para bangsawan, ulama, dan beberapa
anggota borjuasi lanjutan.
(sumber: www.louis-xiv.de)

 Kemampuan
Tidak dapat dipungikiri bahwa Louis XIV mempunyai bakat dalam hal
militer, perencanaan dan perusahaan, serta pada bidang pemerintahan. Selain itu
ia juga mempunyai kecerdasan dan merupakan orang yang berpendidikan karena
dibesarkan di wilayah kerajaan.
Kualitas besar raja Louis XIV bersinar lebih cemerlang dari raja
sebelumnya dengan alasan pribadi yang begitu unik dan tak tertandingi dalam
tindakannya; ia adalah sosok yang sangat pahlawan, jadi diresapi dengan alam.
Tetapi yang paling mengesankan keagungan itu muncul bahkan dalam yang paling
signifikan seperti dalam gerak tubuh, dan tanpa arogansi; proporsi seperti
pematung yang akan memilih untuk model, sebuah wajah yang sempurna dan
penampilan yang pernah dipercayakan kepada manusia; semua keuntungan ini
didukung oleh karunia alam yang didapatkannya sebagai seorang raja dengan
pesona tunggal yang belum pernah ada yang menyamainya. Dia terlihat sangat
bermartabat dan megah dengan gaunnya seperti saat mengenakan jubah negara,
atau di atas kuda di kepala pasukannya.
Dia unggul dalam segala macam latihan dan suka memiliki semua fasilitas
untuk itu. Tidak ada kelelahan atau stres yang membuat kesan apapun pada sosok
heroik ketika disiram hujan atau salju, ditusuk dengan dingin, bermandikan
keringat atau ditutupi dengan debu, ia selalu sama. Kecuali dalam yang paling
ekstrim dan cuaca yang luar biasa, Louis XIV lebih banyak menghabiskan waktu
nya di luar rumah setiap hari.
(Sumber: Saint-Simon's Portrait of Louis XIV from "Parallele des trois premiers rois
Bourbons" (written in 1746), Ecrits inedits de Saint-Simon I, 84 sqq in J.H.
Robinson, Readings in European History 2 vols. (Boston: Ginn, 1906), 2:285-286)

 Kesempatan
Louis XIV mempunyai kesempatan yang luar biasa besar karena dia adalah
keturunan dari raja perancis yang sebelumnya yaitu Louis XIII. Ia memperoleh
tahta sebagai reja perancis pada saat usianya 4 tahun dan sepeninggal Mazarin ia
mulai menguasai perancis sebagai raja yang berkuasa penuh. Ia memanfaatkan
kesempatan itu untuk mencapai ambisinya menjadi seorang raja dengan
kekuasaan absolut dan memperluas wilayah kekuasaannya

C. Analisa :
Dalam dimensi kinerjanya, Louis XIV mempunyai motivasi, kemampuan, serta
kesempatan yang besar. Motivasi yang ia miliki adalah untuk menjadi seorang raja
yang absolut dimana apabila dikaitkan dengan teori kebutuhan oleh Abraham Maslow
dirinya ingin mendapatkan kebutuhan yang paling tinggi dimana dimulai dari phisycal
needs  security needs  social needs  esteem needs  dan sampai ke self
actualization needs.
Louis XIV juga terlihat menerapkan sistem keadilan dimana dia mulai
mereformasi undang-undang, meningkatkan penegakan hukum dan memberikan
subsidi kepada koloni negaranya yang berada di luar negeri. Selain itu ia juga
memberikan punishment terhadap bawahannya yang melanggar aturan sebagaimana
kasus yang menimpa menterinya yaitu Nicholas Fouquet. Hal ini sesuai dengan aplikasi
teori motivasi dengan teori keadian serta menerapkan reward and punishment.
Selain itu Louis XIV juga mempunyai banyak kemampuan untuk mencapai
ambisinya dimana ia mempunyai bakat dalam hal militer, perencanaan dan
perusahaan, serta pada bidang pemerintahan dan dapat membawa diri dalam berbagai
situasi dan kondisi. Selain terntunya tidak dapat dipisahkan dari kesempatan yang
sudah ia miliki sejak lahir sebagai penerus tahta kerajaan dari ayahnya yaitu raja
Louis XIII
PROBLEM SOLVING

A. Landasan Teori
 Pengertian Problem Solving
Semua orang mengambil keputusan, apalagi seorang pemimpin sering
sekali mengambil keputusan untuk mengatasi masalah (problem solving). Bahkan
dalam beberapa hal pengikut mengharapkan agar hal tersebut dilakukan oleh
pemimpinnya. Problem solving dapat diartikan sebagai proses membuat pilihan
dari beberapa alternatif yang ada dan proses memilih langkah-langkah dan
tindakan yang harus dilakukan untuk menangani persoalan yang dihadapi atau
untuk mencari keuntungan dari kesempatan yang ada.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambian keputusan :
1. Individu pembuat keputusan
a. Gaya direktif (directive style)
b. Gaya analitis (analytical style)
c. Gaya konseptual (conseptual style)
d. Gaya keperilakuan (behavioral style)
2. Pengaruh kelompok dalam pengambila keputusan
Dewasa ini kian banyak digunakan pengambilan keputusan oleh kelompok
meski mengandung kelemahan
3. Perbedaan budaya
Latar belakang budaya pembuat keputusan bisa mempengaruhi cara orang
tersebut memilih masalah, kedalaman analisis, pentingnya menempatkan
logis tidaknya hal tersebut serta rasionalitasnya, ataukah dalam hal apakah
harus membuat keputusan secara otokratis oleh pemimpin itu sendiri atau
haruskah keputusan diambil secara kelompok
4. Hambatan waktu
Tidak jarang kualitas keputusan yang dihasilkan kurang memuaskan karena
terbatasnya waktu
 Cara untuk meningkatkan kualitas keputusan
1. Memungkinkan akses ke sarana dan informasi yang diperlukan, yang dalam
keputusan kelompok dapat dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat
(group consensus), masing-masing menuliskan pendapatnya, baik secara fisik
maupun virtual (delphi technique)
2. Dengan menekankan pada pentingnya mengikuti peraturan dan prosedur
3. Dengan membuat keputusan menjadi sedemikia rupa sehingga bisa terstruktur
B. Problem Solving Louis XIV
Sehari setelah kematian Kardinal Mazarin, Louis XIV, yang pada saat itu
berusia 23, menyatakan tekadnya untuk menjadi raja yang nyata dan satu-satunya
penguasa di Perancis. Dia pernah mengatakan: "Sampai saat ini saya telah senang
mempercayakan urusan pemerintah saya ke Kardinal ini. Kalian [Sekretaris dan
menteri negara] akan membantu saya dengan nasehat Anda ketika saya meminta. Saya
meminta ketertiban Anda untuk menyegel tidak mendapat perintah kecuali dengan
perintah saya, Anda tidak boleh menandatangani apa pun, bahkan paspor tanpa
perintah saya. "
Louis juga menggantungkan jabatan menterinya pada para bangsawan yang
berasal dari keluarga bangsawan baru (bukan bangsawan dari pemerintahan
sebelumnya). Seperti itu Michel Le Tellier, sekretaris negara untuk perang; Hugues de
Lionne, sekretaris untuk urusan luar negeri; dan Nicholas Fouquet, pengawas
keuangan. menteri-Nya diharapkan akan tunduk kepadanya dan Louis tidak bermaksud
pembagian kewenangannya dengan mereka."
Louis XIV tidak ingin memperbolehkan Protestan untuk mempraktekkan iman
mereka di sebagian besar Katolik Perancis. Mungkin ia dimotivasi oleh agama, tetapi
lebih mungkin bahwa Louis, yang percaya pada motto, "satu raja, satu hukum, satu
iman," merasa bahwa keberadaan minoritas ini merongrong otoritas politiknya sendiri.

C. Analisa :
Karena Louis XIV menerapkan kekuasaan yang absolut, pengambilan
keputusan yang dia lakukan kebanyakan hanya dipengaruhi oleh faktor individu
meskipun dia juga mendengarkan apa yang disampaikan oleh rakyatnya dan
menggantungkan beberapa urusan pada beberapa menteri kepercayaannya seperti
Michel Le Tellier, sekretaris negara untuk perang; Hugues de Lionne, sekretaris untuk
urusan luar negeri; dan Nicholas Fouquet, pengawas keuangan, akan tetapi
bawahannya tersebut tetap harus tunduk kepada perintahnya. Segala sesuatunya
harus tunduk pada perintahnya, namun tidak pernah memutuskan sesuatu secara
tergesa-gesa. Tipe pengambilan keputusan gaya Louis XIV ini merupakan perpaduan
antara gaya Gaya direktif (directive style) dan Gaya analitis (analytical style) namun
jarang melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusannya (meskipun kadang
meminta saran dari menterinya, itupun pada saat ia memintanya saja) sehingga bisa
terjadi pengambilan keputusan yang kurang berkualitas atau salah dalam pengambilan
keputusan. Salah satu kesalahan terbesarnya yang menyebabkan hancurnya masa
pemerintahannya adalah keputusan dimana ia hanya memperbolehkan satu agama di
perancis yaitu katholik dengan motonya “satu raja, satu hukum, satu agama” dimana
menyebabkan adanya pemberontakan dari kaum huguenot.

You might also like