You are on page 1of 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan dewasa ini berkembang semakin pesat dan semakin

kompleknya persoalan pendidikan yang dihadapi bukanlah tantangan yang

dibiarkan begitu saja, tetepi memerlukan pemikiran yang konstruktif demi

tercapainya kualitas yang baik. Dalam mengelola interaksi belajar mengajar,

guru harus menyadari bahwa pendidikan tidak hanya dirumuskan dari sudut

normatif, pelaksanaan interaksi belajar mengajar merupaka alat untuk

menanamkan nilai-nilai tersebut kedalam diri siswa, yang sekaligus mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Akhir dari proses interaksi belajar mengajar

diharapkan siswa merasakan perubahan-perubahan dalam diri untuk

memahami perubahan yang terjadi itu dapat dilihat dari jangkauan kemampuan

seperti kognitif domain, afektif domain, psikomotorik domain

Propesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen

tetapi merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang

teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi memiliki suatu tingkah

laku yang dipersyaratkan.

Guru yang professional menjadikan pandidikan atau proses pembelajaran

yang berkualitas, sehingga peserta didikpun senang mengikuti proses

pembelajaran tersebut, sehingga sumber manusia yang dihasilkan dari lulusan

sekolah berkualitas dan nantinya bisa bersaing di era globalisasi. sebaiknya

1
2

guru yang tidak professional bisa menjadikan pendidikan yang tidak

berkualitas.

Kedudukan guru sebagai tenaga pengajar professional mempunyai visi

dan misi. Visinya adalah terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai

dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi

setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Misinya

adalah mengangkat martabat tenaga pengajar, menjamin hak dan kewajiban

tenaga pengajar, meningkatkan mutu pendidikan nasional, mengurangi

kesenjangan ketersediaan tenaga pengajar antar daerah dari segi jumlah, mutu

kualifikasi akademik, dan kompetensi.

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan

merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum

menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar,

maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.

Hubungan guru dengan siswa adalah hubungan fungsional , dalam arti

pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan yang akan di capai baik

guru maupun siswa sama - sama mempunyai tujuan tersendiri. Meskipun

demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan

instruksional.

Guru menurut undang-undang tentang guru (2003:2) adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik.


3

Ada lima macam kegiatan guru yang termasuk kegiatan pemgembangan

profesi. Kelima macam kegiatan itu adalah: (1) melaksanakan kegiatan karya

tulis/karya ilmiah dibidang pendidikan; (2) menemukan teknologi tepat guna di

bidang pendidikan; (3) membuat alat pelajaran/peraga atau alat mimbingan; (4)

menciptakan karya seni; dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Sampai hari ini, hanya kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang

pendidikanlah yang dilengkapi dengan buku pedoman, sedangkan yang lain

belum ada buku pedomannya. Oleh karena itu menurut Debdikbud,1995:6-7

kegiatan karya tulis/karya ilmiah dianggap yang paling berpeluang untuk

mendapatkan angka kredit bagi jabatan guru.

Sayangnya, karena petunjuk teknis untuk kegiatan nomor 2 sampai

dengan nomor 5 belum terlalu operasional, menjadikan sebagian terbesar guru

menggunakan kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) sebagai kegiatan

pengembangan profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru dan pengawas yang

merasa kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya.

Guru memegang peran dalam mencerdaskan bangsa karna itu, berbagai

kebijakan dan kegiatan telah dan akan terus dilakukan untuk meningkatkan

karir, mutu, penghargaan, dan kesejahteraan guru. Harapanya, mereka akan

lebih mampu bekerja sebagai tenaga professional dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya. Salah satu kebijakan penting adalah dikaitkanya

promosi kenaikan pangkat/jabatan guru degan prestasi kerja. Prestasi kerja

guru tersebut, sesuai dengan tupoksinya, berada dalam bidang kegiatannya: (1)

pendidikan, (2) proses pembelajaran, (3) pengembangan profesi dan (4)


4

penunjang proses pembelajaran. Keputusan menteri Negara pendayagunaan

aparatur Negara nomor 84/1993 tentang jabatan fingsional guru dan angka

kreditnya, serta keputusan bersama mentri pendidikan dan kebudayaan da

kepala BAKN nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang petunjuk

pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, pada prinsipnya

bertujuan untuk membina karir kepangkatan dan profesionalisme guru.

Kebijakan itu diantaranya mewajibkan guru untuk melakukan ke empat yang

menjadi bidang tugasnya, dan hanya bagi mereka yang berhasil melakukan

kegiatan dengan baik di berikan angka kredit.

Motivasi untuk mengembangkan dan melaksanakan tugas professional

sebagai guru bisa muncul dari dalam diri sendiri atau motivasi yang dirangsang

dari luar dirinya. Motivasi dari dalam diri (instrik) keinginan, minat, dan

ketertarikan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan motivasi dari luar

dirinya(ekstrinsik) seperti ingin mendapatkan hadiah atau penghargaan. jika

dorongan itu ada, maka rintangan atau hambatan apapun, serta betapapun

beratnya tugas yang dihadapi akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

pendidikan biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang mamadai

dan mendukung. Sarana dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai

peralatan yang canggih, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang

memungkinkan untuk diwujudkan. Jika sarana dan prasarana terbatas maka

tidak akan mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.

Penulis ingin mengetahui apakah profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa tersebut sudah diterapkan secara baik dan menyeluruh di segala
5

bidang khususnya di SMP Negeri 6 Tangerang .dari uraian di atas untuk

mengetahui lebih lanjut tentang profesionalisme guru terhadap belajar siswa,

penulis bermaksud melakukan penelitian yang diberi judul “pengaruh

profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berikut masalah yang terlihat dari paparan latar belakang di atas :

1. Bagimana pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa di

SMP Negeri 6 Tangerang?

2. Apakah ada pengaruh motivasi guru terhadap kualitas belajar siswa di SMP

Negeri 6 Tangerng?

3. Bagaimana kegiatan pengembangan profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa di SMP Negeri 6 Tangerang?

4. Apakah ada pengaruh sarana prasarana terhadap kualitas belajar siswa di

SMP Negeri 6 Tangerang?

5. Seberapa besarkah jabatan guru terhadap profesionalisme guru di SMP

Negeri 6 Tangerang?

C. Pembatasan Masalah

Masalah profesionalisme guru adalah masalah yang cukup luas untuk

diteliti, jika dikaitkan dengan kualitas belajar siswa di SMP Negeri 6

Tangerang. Dengan demikian dari penelitian ini penulis membatasi masalah


6

yang akan dibahas adalah “Pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka masalah

tersebut harus dirumuskan terlebih dahulu rumusan masalah pada penelitian

adalah: Apakah terdapat pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa di SMP Negeri 6 Tangerang.

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil dari pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas belajar

siswa akan memberikan kegunaan bagi perorangan maupun instansi

dibawah ini :

1. Bagi penulis

Manfaat yang ingin dicapai penulis adalah untuk memberi masukan

pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai pengaruh profesionalisme

guru yang dikaitkan dengan kualitas belajar siswa.

2. Bagi sekolah

Dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah SMP Negeri 6

Tangerang mengenai pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa, serta hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi pengembangan dunia pendidikan.


7

3. Bagi pihak lain

Untuk pihak lain dalam hal ini pembaca, diharapkan dapat menimbulkan ide

yang lebih baik dalam membuat sebuah skripsi atau karya ilmiah sekaligus

juga memperluas wawasan bagi mereka yang sekiranya tertarik dalam

masalah-masalah yang berkitan dengan media pendidikan.


8

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata “profesi” yang artinya suatu bidang

pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan yang khusus jadi profesi adalah suatu

pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu

pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh

sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan

pelatihan secara khusus.

Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental

dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa

mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. (M. Surya,

2007:214)

Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide

professional dan karir”. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme

adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu

meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar

kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan.

8
9

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Hasan Alwi (2001)

mendefinisikan tentang :

Profesionalisme adalah suatu untuk mencapai profesional

Profesi adalah Bidang pekerjaan yang dilandasi kependidikan, keahliaan,

(keterampilan,kejujuran).

Profesional adalah yang bersangkutan dengan profesi dan memerlukan

kepandaian khusus untuk menjalankannya.

Profesionalitas adalah kemampuan untuk bertindak secara profesional.

Profesionalisasi adalah proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan

para anggota profesi dalam mencapai criteria yang standar dalam

penampilannya sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisme adalah suatu

upaya untuk mencapai professional

Dalam buku menjadi guru professional dikatakan bahwa,

profesionalisme diartikan sebagai proses pertumbuhan, perawatan, dan

pemeliharaan, untuk mencapai tingkat prestasi yang optimal.

a. Ciri-ciri profesionalisme guru

Menurut Arifin (2000) mengemukakan Agar guru dapat

melaksanakan fungsi keprofesionalannya maka harus mempunyai ciri-

ciri, yaitu :

1) Memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar meliputi :

a) Menetukan bahan ajar

b) Mengelola kelas

c) Menentukan metode-metode pembelajaran


10

d) Menentukan media pembelajaran

2) Memiliki kemampuan dalam merencanakan program pengajaran

meliputi:

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

b) Menyusun dan melaksanakan pengajaran

3) Memiliki kemampuan mengevaluasi pengajaran meliputi :

a) Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung

b) Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran

Perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru

Indonesia yang professionalisme yaitu:

1) Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang.

2) Penguasaan ilmu yang kuat.

3) Keterlampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan

teknologi

4) Pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak

dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut

mempengaruhi perkembangan profesi guru yang professional. Apabila

syarat-syarat profesionalisme guru diatas itu terpenuhi akan mengubah

peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis.

b. Prinsip-prinsip profesionalime guru.


11

Guru menurut undang-undang guru (2003:2) adalah pendidik

professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mambimbing,

mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. guru sebagai

tenaga professional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk

setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu, oleh karna itu perlu di

perhatikan beberapa prinsip profesi guru. profesi guru merupakan bidang

khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketaqwaan, dan akhlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

5) Memikiki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja.

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.
12

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan.

Martinis Yamin mengemukakan secara konseptual unjuk kerja

guru menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan mencakup tiga

aspek yaitu:

1) Kemampuan professional mencakup:

a) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan

yang harus di ajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari

bahan yang diajarkan itu.

b) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan.

c) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan

pembelajaran siswa.

2) Kemampuan sosial mencakup Kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa

tugasnya sebagai guru.

3) Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

a) Pemampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya

sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta

unsur-unsurnya.

b) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilainya

seharusnya dianut oleh seorang guru.


13

c) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

teladan bagi siswanya

c. Aspek- aspek kompetensi guru professional.

Seorang guru yang professional tentunya harus memiliki kompetensi

professional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang

harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut :

a) Kompetensi Pedagogik

Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogic adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, pengembangan

peserta didik berbagai potensi yang dimilikinya.

b) Kompetensi kepribadian

Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b

dikemukakan bahwa yand dimaksud dengan kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, dewasa, berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c) Kompetensi professional

Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c

dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi professional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan


14

mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yand ditetapkan dalam standar nasional pendidikan

yang meliputi menguasai subtansi keilmua yang terkait dengan bidang

studi, menguasai struktur dan metode keilmuan

d) Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir

d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar.

d. Indikator profesionalisme guru.

Agar dapat mencapai profesionalisme guru yang memuaskan, tentu

saja harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme

guru itu, dan dalam hal ini apabila profesionalisme guru dapat benar-benar

di tingkatkan maka akan muncullah indikator sebagai berikut :

a) Berakhlak mulia

b) Kepribadian yang berwibawa

c) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

d) Memiliki kepribadian yang mantap

e) Memiliki kepribadian yang dewasa

f) Mengevaluasi kinerja sendiri


15

g) Mengembangkan diri secara berkelanjutan

h) Memahami pesrta didik secara mendalam

i) Merancang pembelajaran

j) Melaksanakan pembelajaran

k) Pengembangan peserta didik untukmengaktualisasikan berbagai

potensiyang dimilikinya

l) Merancang dan melasanakan evaluasi pembelajaran

m)Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

n) Menguasai struktur dan metode keilmuan

o) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik

p) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame

pendidik dan tenaga kependidikan

q) Mampu berkomunikasi bergaul secara efektif dengan oranges tua

peserta didik dan masyarakat sekitar

2. Pengertian Kualitas Belajar Siswa.

Davis dalam Yamit (2004:8) membuat definisi kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Pengertian kualitas secara umum adalah gambaran dan karakteristik yang

menyeluruh dari barang-barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya

dalam memuaskan kebutuhan yang di tentukan dalam konteks pendidikan.

Pengertian mutu mencakup input, proses dan pendidikan (Depniknas, 2001:2).


16

Skiner dalam buku belajar dan pembelajaran berpandangan bahwa

belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi

lebih baik.sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Jadi,

belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap

orang yang berlangsung sepanjang hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang

telah belajar dalam hidupnya adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri

oaring itu yang mungkin disebabkan terjadinya perubahan pada tingkat

pengetahuan, sikap dan keterampilan

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Pengertian kualitas belajar siswa adalah baik buruknya suatu prilaku

siswa dalam kegiatan belajar. (Skiner,2006).

Jadi kualitas belajar siswa adalah suatu ukuran atau hasil baik buruknya

yang telah dicapai dalam suatu proses belajar yang dinyatakan dengan nilai,

dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat-kalimat yang dapat

memberikan cerminan ukuran dari hasil belajar siswa setelah mengalami

pengalaman belajar dalam periode tertentu, atau ukuran yang diperoleh dari

aktifitas belajar yang dilakukan dalam rangka menambah pengetahuan,

keterampilan, dan sikapyang telah direalisasikan dengan tingkah laku.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kualitas adalah (ukuran) baik buruk

suatu benda, kadar, taraf atau derajat kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).

Dengan demikian yang dimaksud dengan kualitas adalah proses, perbuatan,

cara, dan segala upaya serta kegiatan untuk meningkatkan tujuan.

a. Jenis-jenis kegiatan belajar siswa


17

Menurut Candi, beberapa jenis kegiatan belajar siswa yang meliputi:

1) kegiatan belajar mandiri dipandang baik sebagai proses dan juga tujuan.

Belajar mandiri dipandang sebagai metode belajar dan juga karakteristik

pelajar itu sendiri. Seperti : Keterampilan bertanya, Mencari informasi

dalam bacaan, Menggunakan mesin internet pencari bahan-bahan

pelajaran.

2) Kegiatan tatap muka kegiatan pembelajaran yang berupa prose interaksi

antara peserta didik dengan guru. Seperti: ceramah, presentasi, diskusi

kelas,Tanya jawab

3) Kegiatan Terstruktur kegiatan pembelajaran yang mengembangkan

kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor,

teman belajar. Seperti: penugasan, observasi lingkungan

b. komponen-komponen belajar siswa.

Menurut Gagne dalam buku belajar dan pembelajaran, belajar terdiri dari

tiga komponen penting yaitu:

1) Kondisi eksternal.

2) Kondisi internal.

3) Hasil belajar.

c. Ciri – Ciri belajar siswa.

William Burton dalam buku proses belajar menyimpulkan uraian tentang

ciri-ciri belajar siswa belajar sebagai berikut:

1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui

(under going).
18

2) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri

yang mendorong motivasi yang kontinu.

3) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid.

4) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-

pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan

kematangan murid.

5) Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada

kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

d. Faktor-faktor belajar siswa

Factor belajar siswa Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor kondisional yang ada sebagai berikut:

1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan

banyak kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,

merasakan,berfikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-

kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,

kebiasaan, dan minat.

2) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat

melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor

kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat

kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

3) Faktor minat dan usaha. Belajar dangan minat akan mendorong siswa

belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat.


19

4) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah, akan

menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar

yang sempurna.

5) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebiah berhasil dalam

kegiatan belajar, karena ia lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang

cerdas akan lebih mudah berfikir kreatif dan lebih cepat mengambil

keputusan.

e. Indikator Kualitas Belajar Siswa

a) Caramah

b) Presentasi

c) Mendiskusikan bahan-bahan pelajaran

d) Tanya jawab

e) Keterampilan bertanya

f) Membaca bahan-bahan pelajaran

g) Menggunakan mesin internet pencari bahan-bahan pencari internet

h) Penugasan

i) Observasi lingkungan

B. Hasil Penelitian Yang Relevan.

Banyak penelitian tentang masalah profesionalisme guru kaitannya

dengan kualitas belajar siswa. Menurut Dian Maya Shofiana (2002), UIN

Syarif Hudayatullah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Jakarta, Hasil


20

penelitiannya yang berjudul “Profesionalisme guru dan hubungannya dengan

prestasi belajar siswa di MTS Al-Jamii’ah Tegallega Cidolog Sukabumi”

menunjukan bahwa secara persial ada pengaruh secara signifikan antara

profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa. Persamaannya dengan

penelitian yang saya buat adalah pada variable profesionalisme guru secara

teori ada persamaan namun dari isi lokasi dan karakter guru tentunya berbeda,

perbedaan yang lain adalah pada variable lainnya seperti prestasi belajar sisw,

sehingga penelitian ini masih layak dilaksanakan.

C. Kerangka Berfikir

Input Proses Output


Profesionalis Proses belajar Kualitas
me mengajar belajar

1.Kompetensi 1. Guru 1. Kegiatan


paedagogik tatap muka
2. Siswa
2.Kompetensi 2. Kegiatan
professional 3. Fasilitas belajar
4. Kurikulum mandiri
3.Kompetensi
kepribadian 5. Silabus 3. Kegiatan
terstruktur
4.Kompetensi 6. RPP
Sosial

Feedback
21

Kompetensi kepribadian, kompetensi paedagogik, kompetensi

professional, kompetensi sosial merupakan bagian dari profesionalisme guru

apabila bagian dari kompetensi profesionalisme guru tersebut terdapat di

aplikasikan dengan baik dalam proses belajar mengajar maka akan

mengahasilkan kualitas belajar meningkat, tetapi apabila kualitas belajar siswa

itu menurun maka kembali lagi kita lihat apakah profesionalisme guru itu tidak

dimiliki oleh guru tersebut atau terdapat kesalahan dalam PBM yaitu yang

didalamnya terdapat guru, siswa, fasilitas, kurikulum, silabus, RPP, buku

sumber, evaluasi.

Jadi jika guru yang memiliki kompetensi baik akan menghasilkan

kualitas belajar siswa yang meningkat, namun sebaliknya guru yang tidak

memiliki kompetensi yang baik menyebabkan kualitas belajar siswa menurun

karena pada dasarnya siswa lebih senang dan termotivasi dalam belajar apabila

guru menguasai materi, memiliki wawasan luas, menggunakan berbagai variasi

metode mengajar, menggunakan media dan sebagainya. Sehingga akan

menimbulkan pengaruh timbal balik terhadap kualitas yang baik dalam

mencapai prestasi belajar

Guru merupakan jabatan professional dimana seorang guru tidak hanya

dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengajar, tetapi lebih

dari itu guru juga harus dapat melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab

sebagai seorang guru. tugas guru secara umum dapat dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu sebelum memgajar, saat mengajar, dan setelah mengajar. tugas

guru sebelum mengajar antara lain membuat program semester atau tahunan,
22

membuat satuan pelajaran, dan rencana pengajaran. tugas guru saat mengajar

adalah memberi motivasi dan apersepsi, melakasanakan proses belajar

mengajar serta membimbing siswa dalam pembelajaran. Adapun tugas guru

setelah mengajar meliputi upaya pengadaan penilaian, pengadaan analisis hasil

belajar, melaksanakan program perbaikan, dan mencatat kemajuan hasil belajar

siswa.

Profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru

memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu

pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang

mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu

peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan

kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Tugas mulia itu

menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda

memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap

eksis, baik sebagai individu maupun sebagai professional.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Kemudian,

meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

Guru yang professional menjadikan pendidikan atau proses pembelajaran

yang berkualitas, sehingga peserta didik pun senang mengikuti proses

pembelajaran tersebut, sehingga sumber manusia yang dihasilkan dari lulusan


23

sekolah berkualitas dan nantinya dapat bersaing di era globalisasi. Sebaliknya

guru yang tidak professional bisa menjadikan pendidikan yang tidak

berkualitas. guru memegang peran dalam mencerdaskan bangsa. karena itu,

berbagai kebijakan dan kegiatan telah dan akan terus dilakukan untuk

meningkatkan karir, kualitas, penghargaan dan kesejahteraan guru.

Pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik atau siswa.

Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri.

Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, siswa harus belajar. Bila siswa

belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diperkirakan dapat terjadi

terhadap suatu penelitian dan masih memerlukan pembuktian baik secara

kualitatif maupun kuantitatif melalui uji hipotesis dalam kaitannya dengan

asumsi yang dibeikan.

“Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pernyataan”. (Sugiyono, 2005 : 70).

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan harus berdasarkan

teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta – fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritik terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik.
24

Berdasarkan tinjauan teoritik yang telah dipaparkan di atas maka penulis

dapat mengemukakan hipotesa : “Terdapat pengaruh yang positif antara

profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa di SMPN 6 Tangerang”.


25

BAB III

METODELOGI PENELITAN

A. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai adalah hal

yang sangat penting, agar setiap kegiatan yang dilakukan terutama yang

berkaitan dengan penelitian dapat berjalan searah dengan yang ditetapkan.

1. Untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya profesionalisme guru Di SMP

Negeri 6 Tangerang.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas belajar siswa Di SMP Negeri 6

Tangerang.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara profesionalisme guru

terhadap kualitas belajar siswa Di SMP Negeri 6 Tangerang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penulis melakukan penelitian bagi penyusunan proposal ini

adalah di SMA Negeri 6 yang terletak di jl.cemara raya perumnas 1,

Kelurahan Karawaci Baru, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.

2. Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menetukan waktu

penelitian dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian

tersebut pada bulan maret s/d bulan Agustus 2010.

25
26

Adapun lebih jelasnya tentang jadwal penelitian ini, maka penulis uraikan pada

table berikut ini.

No Nama Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agust


1 Persiapan proposal
2 Penyelesaian proposal

skripsi
3 Pelaksanaan sidang

proposal skripsi
4 Pelaksanaan penelitian

dan pengumpulan data


5 Bimbingan skripsi
6 Pelaksanaan sidang

skripsi

C. Metode penelitian

Didalam setiap penelitian penggunaan metode yang tepat adalah hal yang

sangat penting karena turut menentukan keberhasilan penelitian itu sendiri. Hal

ini untuk dapat menghasilkan keakuratan dan validitas data yang diperoleh.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dalam pembuatan skripsi ini

penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kuantitatif.

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa atau keadaan , kejadian yang terjadi pada saat sekarang

oleh subjek yana sedang diteliti. (Subana dan Sudrajat,2001 :27). Penelitian ini

juga menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi.

Metode penelitian deskritif ini bertujuan untuk pemecahan masalah

secara sistematis dan factual mengenai fakta-fakta dan sifat sifat populasi.
27

Dalam setiap penelitian diperlukan metode untuk mencapai keberhasilan tujuan

penelitian. Tujuan penelitian sifat dari masalahnya memainkan peranan penting

dalam menentukan metode yang cocok untuk melakukan suatu penelitian,

metode deskritif sendiri dalam penggambaran secara umum dari objek

penelitian kemidian diadakan analisa atau pembahasan untuk dapat

mengumpulkan suatu kebulatan kesimpulan sebagai suatu kebenaran ilmiah.

D. Populasi dan sampel

1. Pengertian Populasi

Mengetahui jumlah populasi merupakan hal penting sebelum

penelitian dilakukan agar dapat lebih memudahkan didalam menentukan

jumlah sampel yang akan digunakan. “Populasi adalah keseluruhan dari

subjek penelitian”.(Adang Rukhiyat, 2003:35).

Jadi, populasi merupakan objek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempumyai kaitan dengan masalah

yang diteliti yaitu 30 Orang. Dalam hal ini, peneliti ingin meneliti yaitu

pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa di SMP

Negeri 6 Tangerang.

2. Pengertian Sampel

Dalam melakukan penelitian tidak semua populasi akan diteliti. Tetapi

sebagian saja yang akan diteliti. Sebagian populasi yang diambil tersebut

dikatakan sebagai sampel. Jika dari populasi tadi yang diambil adalah
28

keseluruhan siswa khususnya kelas VII dan VIII SMP Negeri 6 Tangerang

sebagai populasi adalah 30 orang, dan untuk kepentingan penelitian ini atas

dasar besarnya populasi yang dikategorikan besar yaitu diatas seratus.

Apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua,

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjek

besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25%

atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu tenaga dan

dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena

menyangkut banyak sedikitnya data, dan besar resiko yang ditanggung oleh

peneliti (Arikunto, 2002: 112).

E. Data dan sumber Data

1. Pengertian Data

Keterangan atau intisari mengenai sesuatu hal yang bisa berbentuk

kategori atau bisa berbentuk bilangan, kesemuanya itu dinamakan data

(Sudjana, 2000:4).

Sumber data meliputi:

a. Data Primer

Menurut M. Iqbal Hasan. M.M. (2002:32) Data primer adalah data

yang diperoleh atau dikumpulkan penelitian atau yang bersangkutan

yang memerlukanya. Data primer disebut juga data asli atau data baru.

Data primer ini diperoleh dengan cara:

1).Angket atau kuesioner


29

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang

pribadi atau hal-hal yang dianggap perlu. Angket digunakan untuk

mendapatkan data tentang pendapat responden terhada pengaruh

profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa.

Menurut Ketut Sukardi (2002:162) Angket adalah pertanyaan

yang harus dijawab oleh responden yang langsung diberikan untuk

mengungkapkan pengalaman-penglaman yang telah dialami

responden maupun pengalaman yang dialami pada saat-saat tertentu.

Menurut Mandalis (2000:67) Angket adalah teknik pengumpulan

data melalui formulasi-formulasi yang berisi pertanyaan yang

diajukan secara tertulis pada seseorang atau tanggapan dan informasi

yang diperlukan oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Menurut M. Iqbal Hasan, M.M.(2002:33) data Sekunder adalah

data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah

ada. Data itu biasanya dari perpustakaan atau dari laporan-laporan

peneliti yang tersedia data sekunder ini diperoleh dengan cara:

1).Dokumentasi

Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula

bahwa sebagai objekyang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh

inforamasi, kita memperhatikan 3 macam sumber, yaitu tulisan


30

(papen), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam

mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah

menggunakan metode dokumentasi.

2).Kepustakaan (library reseach)

Penelitian kepustakaan yaitu riset yang dilakukan dengan mencari

landasan-landasan teori yang berhubungan dengan objek yang diteliti

yakni dengan cara membawa buku atau mencari referensi

diperpustakaan, majalah atau sumber-suber lain yang relevan dengan

permasalahan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti akan gunakan dalam penelitian

ini adalah teknik studi kepustakaan, dan teknik komunikasi tak langsung

(observasi, dan angket). karena ketiga alat ini merupakan alat pengumpulan

data dari sejumlah teori dan sejumlah responden yang menjadi sampel

dalam penelitian ini.

a. Teknik angket

Angket adalah kumpulan atau daftar pertanyaan yang diajukan

secara tertulis kepada responden. Responden adalah orang yangn

diharapkan memberikan respon atau jawaban (Adang Rukhiyat 2003:48).

Melalui angket ini, responden dapat menjawab beberapa

pertanyaan dengan leluasa (bebas), karena responden tidak dipengeruhi

oleh peneliti secara langsung.


31

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket berfungsi

untuk menghimpun data atau informasi mengenai masalah yang

diselidiki, didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab secara tertulis, artinya penelitian memberikan daftar pertanyaan

tertulis yang disusun untuk dijawab oleh responden, dalam rangka

pengumpulan data dan informasi yang diperlukan merupakan bagaimana

data yang diperlukan dalam penelitian ini dalam suatu penelitian.

Teknik-teknik diatas akan dijadikan alat untuk memperoleh data

atas variabel-variabel yang akan diteliti, variabel-variabelnya

diantarannya adalah:

Dalam kaitannya dengan kegiatan pengumpulan data, maka dalam

penelitian ini untuk memeperoleh data mengenai pengeloaan biaya

pendidikan digunakan teknik pengumpulan angket atau kuesioner yang

disebarkan , guru, dan siswa di SMP Negeri 6 Tangerang.

“Angket atau kuesioner adalah instrument pengumpulan data yang

digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden

secara tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim

melalui media tertentu”. (Subana, Rahadi, dan Sudrajat , 2005 : 30)

1) Profesionalisme Guru

a. Definisi konseptual
32

Profesionalisme guru secara konseptual didefinisikan

sebagai kompetensi guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yang bermutu melalui kepribadian, pedagogik,

professional, dan sosial. Sehingga mencapai tujuan pendidikan

yang berkualitas.

b. Definisi operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang akan diteliti

pengaruhnya untuk memperjelas batasan pengkajian terhadap

variable-variabel tersebut, maka berikut akan dikemukakan

batasannya melalui definisi operasional.

Variable profesionalisme guru indicator penelitiannya

meliputi: kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian,

melaksanakan pembelajaran, pemahaman terhadap peserta didik,

merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, penguasaan

materi pembelajaran, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan orang tua pesrta

didik dan masyarakat.

Berikut adalah kisi-kisi angket yang akan digunakan untuk

mengukur variable profesionalisme guru.

TABEL I

KISI-KISI ANGKET
33

UNTUK MENGUKUR PROFESIONALISME GURU

Variabel Dimensi/Aspek Indikator No.Butir


1.Kompetensi • Berakhlak mulia 1

Kepribadian • Berwibawa 2,3

• Menjadi teladan bagi 4

peserta didik
5,6
• Memiliki kepribadian yang

mantap
7
• Memiliki kepribadian yang

dewasa
8
• Mengevaluasi kinerja

sendiri
Profesionalisme 9
• Mengembangkan diri secara
guru
berkelanjutan
2.Kompetensi 10,11

Paedagogik 12
• Memahami peserta didik
13,14
• Merancang pembelajaran
15
• Melaksanakan pembelajaran
16,17
• Pengembangan peserta

didik

• Merancang dan

melaksanakan evaluasi
3.Kompetensi
pembelajaran
Profesional
34

• Menguasai subtansi

4.Kompetensi keilmuan 21,22

Sosial • Menguasai struktur dan

metode keilmuan

23,24

• Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara efektif

dengan peserta didik 25

• Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara secara

efektif dengan sesame

pendidik

• Mampu berkomunikasi dan

bergaul secara efektif

dengan orang tua peserta

didik dan masyarakat

sekitar

Jumlah pernyataan 25
Angket profesionalisme guru yang akan disebarkan memiliki lima

alternative jawaban yang masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut:

a).Selalu (SL)………………………… diberi skor 5

b). Sering(S)…………………………. diberi skor 4


35

c). Kadang-kadang(KD)……………… diberi skor 3

d). Tidak Pernah(TP))………………… diberi skor 2

Kualitas belajar siswa merupakan gambaran dan karakteristik yang

menyeluruh dalam proses kegiatan pendidikan yang kompleks yang

terlibat dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan potensi,

tuntutan dan kebutuhan belajar siswa. Kualitas belajar siswa

diharapkan bisa membawa perubahan pada diri siswa dan mampu

menciptakan generasi yang unggul di masa depan.

Mampu tidaknya siswa dalam meningkatkan kualitas belajar

dengan memberikan otonomi yang lebih besar di SMP Negeri 6

Tangerang.

Untuk data dari variable kualitas belajar siswa, maka dalam

penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data atau angket

kuesioner yang diberikan kepada siswa di SMP Negeri 6 Tangerang.

a. Definisi konsetual

Kualitas belajar siswa secara konseptual di definisikan sebagai

kegiatan belajar siswa yang dimiliki oleh siswa meliputi kegiatan

tatap muka, kegiatan terstruktur, dan kegiatan belajar mandiri

untuk dapat mempengaruhi, mendorong, nengajak, para siswa agar

dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas.

b. Definisi operasional

Sedangkan variable kualitas belajar siswa dengan indicator

penelitian meliputi: presesentasi, mendiskusikan bahan-bahan


36

pelajaran, Tanya jawab, ceramah, penugasan, obsrvasi lingkungan,

keterampilan bertanya, membaca bahan-bahan pelajaran dari

berbagai sumber informasi, membuat ringkasan bahan-bahan

pelajaran, menggunakan mesin internet pencari bahan-bahan

pelajaran.

Berikut adalah kisi-kisi angket yang akan digunakan untuk

mengukur kualitas belajar siswa.

TABEL II

KISI-KISI ANGKET

UNTUK MENGUKUR KUALITAS BELAJAR SISWA

Variabel Dimensi/Aspek Indikator No. Butir


1.Kegiatan • Presentasi 1,2

Tatap muka • Mendiskusikan bahan-bahan 3,4

pelajaran

• Tanya jawab 5,6

7,8
• Ceramah

Kualitas 2.Kegiatan 9,10


• penugasan
belajar Terstruktur 11,12
• observasi lingkungan
siswa

3.Kegiatan
• Keterampilan Bertanya
Belajar Mandiri 13,14,15
• Membaca bahan-bahan pelajaran
16,17,18
37

dari berbagai sumber informasi

• Membuat ringkasan bahan-bahan 19,20,21

pelajaran yang telah dipelajari

• Menghafal bahan-bahan 22,23

pelajaran

24,25

• Menggunakan mesin internet

untuk mencari bahan-bahan

pelajaran

Jumlah Pernyataan 25

memiliki lima alternative jawaban yang masing-masing jawaban diberi skor

sebagai berikut:

a).Selalu (SL)………………………….. diberi skor 5

b). Sering(SR)…………………………. diberi skor 4

c). Kadang-kadang(RR)………………. diberi skor 3

d). Tidak Pernah(TP)………………… .. diberi skor 2

b. Uji Instrumen Penelitian

1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Validitas yang akan


38

digunakan untuk penelitian ini adalah dengan analisis data dalam

penelitian ini adalah Product Moment.

n∑ xy − ( ∑ x )( ∑ y )
ΓXY =
(n.∑ x 2
)(
− (∑ x) . ∑ y 2 − (∑ y)
2 2
)
Dimana

r = Koefisien korelasi product moment

n = Jumlah sample

∑ X = Besaran nilai variabel x

∑ Y = Basaran variabel y

∑ XY = Jumlah perkalian antara variable x dan y

2. Reabilitas

Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan

bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memikih jawaban-

jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable

akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya

memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun datanya

diambil, tetap akan sama. Maka dari itu untuk memperoleh indeks

reabilitas teknik analisis yag digunakan yaitu dengan menggunakan rumus

spearman-Brown, yaitu:

2 xΓ1 / 21 / 2
Γ11 =
(1 + Γ1 / 21 / 2 )
39

Dengan keterangan:

Γ11 = reabilitas instrumen

Γ1 / 21 / 2 = Γxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrument.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Syarat

a. Uji Normalitas

Asumsi bahwa populasi berdistribusi normal, asumsi

normalitas telah melancarkan teori dan metoda sebegitu rupa, sehingga

banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan

cepat. Pengujian normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah

populasi berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi

kuadrat (X 2 ).

K
( F0 − Fn ) 2
Χ2 = ∑
i =1 Fn

Dimana

Χ2 = Chi kuadrat

Fo = Frekuensi yang diobservasi

Fn = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria Pengujian:
40

= Χhitung ≤ Χtabel , diterima Ho = populasi tidak berdistribusi


2 2
Jika

normal

Χ 2 hitung > Χ 2 tabel , diterima Ha = populasi berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Selain daripada asumsi kenormalan tentang populasi maka

dalam penelitian ini juga akan dimisalkan bahwa populasi bersifat

homogen. Uji homogenitas atau uji kesamaan rata-rata dari varian

dalam penelitian ini digunakan uji F, dengan rumus sebagai berikut:

var iansterbes ar
Fhitung =
var iansterkec il

F hitung =1/2 ( dk varians terbesar -1, dk varians terkecil -1)

Kriteria pengujian:

Jika : Fhitung < Ftabel, terima Ho = data homogen

Fhitung > Ftabel, tolak Ho = data tidak homogeny

Rumus

n∑x 2 − ( ∑x )
2

S1 =
n( n −1)

n∑ y 2 − ( ∑ y )
2

S2 =
n( n − 1)

2. Uji Hipotesis

Dengan didapatnya suatu kesimpulan dari masalah yang diteliti

dengan benar merupakan tujuan dari penelitian, untuk menetapkan suatu


41

kesimpulan yang benar dalam prosesnya harus didasarkan pada data yang

sudah diolah.

Data yang sudah terkumpul akan kurang berarti apabiala pengelolaan data

tidak dilaksanakan dengan baik dan benar.

Pentingnya pengelolaan data berdasarkan pendapat Dr. Hermawan wasito

(1997:87):

” Data yang telah terkumpul dalam taha pengumpulan data perlu diolah

dulu, tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul

menjadikannya dalam susunan yang baik dan rapi untuk kemudian di

analisis.

Adapun teknik analisis yang digunakan adalah teknik Regresi linier

dengan kriteria, sebagai berikut:

a. Hipotesis Statistik

dimana bila:

Ho : b = 0 Tidak ada pengaruh dan signifakan antara profesionalisme

guru terhadap kualitas belajar siswa di SMP Negeri 6

Tangerang.

Ha : b ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

profesionalisme guru terhadap kualitas belajar siswa di

SMP Negeri 6 Tangerang.

b. Regresi

Mencari koefisien antara variabel “X” dan “Y” dengan menggunakan

rumus Regresi linier


42

Rumus

Υ = α + bX ,

Persamaan regresi direntukan dengan least sum of square method:

( ∑Y )( ∑ X ) − ( ∑ X )( ∑ XY )
2

a=
n∑ X − ( ∑ X ) 2 2

n( ∑ XY ) − ( ∑ X )( ∑Y )
b=
n (∑ X ) − (∑ X )
2 2

Dimana:

Υ = Variabel terikat

Χ = Variabel bebas

α = Nilai konstanta

n = Jumlah subjek penelitian

∑XY = Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari x dan y

∑X = Jumlah deviasi skor X setelah terlebih dulu dikuadratkan

∑Y = Jumlah deviasi skor y setelah terlebih dulu dikuadratkan

Perhitungan adanya hubungan antara variabel

profesionalisme guru p terhadap kualitas belajar siswa di SMP Negeri

6 Tangerang, dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah

variabel “X” dan “Y” terdapat hubungan atau pengaruh yang

independent atau sebaliknya dependent.

3. Hipotesis signifikan

Untuk menguji hipotesis maka akan digunakan Uji hipotesis menggunakan

penghitungan nilai Thitung dengan Ttabel sebagai berikut:


43

a. Penghitunga n nilai Thitung menggunakan rumus

b
t=
SD

2
 −

∑  X − X 
SD =
n −1

b. Penghitungan nilai btabel menggunakan tabel distribusi normal untuk

diterima dua arah yaitu dengan n = 125 – 2 = 123 signifikan α = 0,05


atau 5%

4. Kriteria Uji Hipotesis

Hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan antara Thitung

dengan Ttabel dimana apabila:

a. Thitung ≥Ttabel , maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya

terdapatt pengaruh antara pengelolaan biaya pendidikan terhadap

profesionalisme guru pada SMP Negeri 6 Tangerang.

b. Thitung ≤Ttabel , maka hipotesis nol (Ho) diterima, artinya tidak

terdapat pengaruh antara profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa pada SMP Negeri 6 Tangerang


44
45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi ( gambaran ) Data

Data penelitian ini menyangkut dua variabel yang terdiri dari satu

variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah

profesionalisme guru, sedangkan variabel terikat adalah kualitas belajar siswa.

Jumlah obyek penelitian yang datanya telah memenuhi syarat untuk di analisa

ada 30 orang guru SMP Negeri 6 Tangerang.

Cara pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada

responden yang berisikan pernyataan yang terdiri dari empat pilihan jawaban

dan setiap pilihan jawaban diberikan skor 1-4.

Setelah selesai menghitung jumlah skor yang didasarkan dari jawaban

responden pada angket, maka penulis akan menyajikan hasil tersebut dalam

bentuk tabel (Lampiran 2).

Adapun rumus teknik deskripsi prosentase adalah sebagai berikut :

F
P= x100 %
Ν

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Banyaknya Responden

Hasil angket dapat dideskripsikan sebagai berikut :

45
46

1. Profesionalisme guru Negeri 6 Tangerang ( X)

a. Kompetensi kepribadian ( Item no.1 s/d no.9)

Tabel. 1

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
1 20 43% 22 48% 3 7% 1 2%

2 14 30% 27 59% 4 9% 1 2%

3 17 37% 26 56% 3 7% 0 0%

4 23 50% 19 41% 3 7% 1 2%

5 20 43% 22 48% 4 9% 2 3%

6 21 46% 17 37% 3 7% 1 2%

7 14 30% 19 41% 3 7% 0 0%

8 21 46% 22 48% 4 9% 2 3%

9 17 37% 19 42% 7 15% 1 2%

Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa profesionalisme

guru di SMP Negeri 6 dilihat dari kompetensi kepribadiannya

menggambarkan bahwa sebagian besar guru sering (59%) ikut serta

dalam seminar pendidikan dan rapat-rapat yang diadakan kepala

sekolah. Dan sebagian besar guru (50%) berpenampilan baik dan

sopan.

b. Kompetensi Pedagogik ( Item no.10 s/d no.17 )

Tabel. 2
47

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
1 20 43% 19 42% 7 15% 0 0%

0 20 43% 24 53% 1 2% 1 2%

1 17 37% 21 46% 7 15% 1 2%

1 19 42% 24 52% 2 4% 1 2%

1 21 46% 23 50% 2 4% 0 0%

2 22 48% 21 46% 2 4% 1 2%

5
Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa profesionalisme

guru di SMP Negeri 6 dilihat dari kompetensi pedagogik

menggambarkan bahwa sebagian besar guru selalu (43%) membuat

satuan pelajaran (RPP) untuk setiap mata pelajaran yang akan

diajarkan. Dan sebagian besar guru selalu (53%) mengevaluasi hasil

belajar siswa.
48

c. Kompetensi Profesional ( Item no.11 s/d no.15 )

Tabel. 3

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
18 22 47% 21 46% 3 7% 0 0%
19 21 46% 23 50% 2 4% 0 0%
20 16 35% 21 46% 8 17% 1 2%
Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa profesionalisme guru

di SMP Negeri 6 dilihat dari kompetensi profesional menggambarkan

bahwa sebagian besar guru selalu (47%) menguasai bahan atau materi

pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Dan sebagian besar guru

sering (50%) menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

d. Kompetensi Sosial ( Item no.21s/d no.25 )

Tabel. 4

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
21 22 48% 20 43% 4 9% 0 0%
22 17 37% 22 48% 6 13% 1 2%
23 16 35% 29 63% 1 2% 0 0%
24 18 39% 26 57% 1 2% 1 2%
20 19 42% 24 52% 2 4% 1 2%
Sumber : hasil survey data (2010)
49

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa profesionalisme guru

di SMP Negeri 6 dilihat dari kompetensi sosial menggambarkan bahwa

sebagian besar guru selalu (48%) memotivasi siswa dengan berbagai cara

positif. Dan sebagian besar guru sering (63%) bekerja sama dengan siswa

sekolah dalam kegitan belajar mengajar pengembangan dan kemajuan

sekolah .

2. Kualitas belajar siswa SMP Negeri 6 Tangerang ( Y)

a. Kegiatan tatap muka ( Item no.1 s/d no.8 )

Tabel. 5

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
1 18 39% 20 43% 6 13% 2 4%

2 16 35% 22 48% 6 13% 2 4%

3 17 37% 24 52% 4 9% 1 2%

4 21 45% 15 33% 7 15% 3 7%

5 18 39% 22 48% 4 9% 1 2%

6 16 35% 20 43% 6 16% 2 4%

7 17 37% 15 33% 4 9% 1 2%

8 18 39% 20 43% 4 9% 0 0%
Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kualitas belajar

siswa di SMP Negeri 6 dilihat dari kegiatan belajar tatap muka

menggambarkan bahwa 45% siswa selalu terbuka atas saran dan kritik
50

yang disampaikan guru. 52% siswa sering komitmen dan memiliki etos

belajar tinggi dalam melaksanakan tugas. Dan 15% kadang-kadang siswa

terbuka atas saran dan kritik yang disampaikan guru.

b. Kegiatan terstruktur ( Item no.9 s/d no.14 )

Tabel. 6

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
Item F % F % F % F %
9 18 39% 21 46% 7 15% 0 0%

10 19 41% 22 48% 4 9% 1 2%

11 17 37% 19 41% 7 15% 3 7%

12 18 39% 20 44% 6 13% 2 4%

13 21 46% 19 41% 6 13% 0 0%

14 27 59% 15 33% 3 7% 1 2%
Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kualitas belajar

siswa di SMP Negeri 6 dilihat dari kegiatan terstruktur menggambarkan

bahwa 59% siswa selalu menciptakan suasana dan iklim belajar yang sehat

melalui penciptaan hubungan belajar yang harmonis. Dan 48% siswa

sering melakukan kegiatan belajar observasi.

c. Kegiatan belajar mandiri ( Item no.15 s/d no.25)

Tabel. 7

No. Alternatif Pilihan


SL Sr Kd TP
51

F % F % F % F %
Item
15 21 46% 19 41% 4 9% 2 4%

16 17 37% 21 46% 7 15% 1 2%

17 18 39% 20 44% 3 7% 0 0%

18 16 35% 19 41% 4 9% 2 4%

19 17 37% 15 33% 7 7% 1 2%

20 18 39% 20 44% 4 9% 2 4%

21 17 37% 21 46% 3 7% 2 4%

22 21 46% 19 41% 4 9% 3 7%

23 18 39% 21 46% 3 7% 1 2%

24 21 46% 19 41% 4 9% 2 4%

25 37 37% 20 44% 7 15% 0 0%


Sumber : hasil survey data (2010)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kualitas belajar

siswa di SMP Negeri 6 dilihat dari kegiatan belajar mandiri

menggambarkan bahwa 46% siswa selalu menumbuhkan keterampilan

bertanya kepada guru. Dan 46% siswa sering membaca bahan-bahan

pelajaran untuk terus meningkatkan kualitas belajarnya.

B. Pengujian persyaratan analisis

1. Uji Normalitas

Selanjutnya data yang diperoleh mengenai profesionalisme guru

(Variabel x) dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, disusun

berdasarkan nilai terendah dan tertinggi, yaitu sebagai berikut:


52

88,81,82,83,84,84,85,85,86,87,87,87,87,87,88,88,88,89,89,89,89,90,90,90

90,90,91,91,91,91.

Berdasarkan data tersebut diatas , diketahui bahwa nilai terendah

adalah 88, dan nilai tertinggi 91 dan untuk menganalisa data variable x

penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

2. Mencari data nilai rentangan (R)

R= Data terbesar – data terkecil

= 91-80

= 11

3. Mencari nilai rentangan (BK)

BK=1 + (3,3) Log n

=1 + (3,3)log 30

=1 + (3,3) (1,477)

= 5,8 dibulatkan = 6

4. Mencari nilai panjang kelas (i)

R
i=
BK
11
=
6
= 1,8
=2

5. Membuat tabulasi dengan table penolong

Kls
No F1 X1 F1x1 (x1-x) (x1-X) FI(XI-X)
interval
1 88-81 2 81 162 -7,73 59,7529 119,5058
2 82-83 2 83 166 -5,73 32,8329 65,6658
53

3 84-85 4 85 340 -3,73 13,9129 55,6516


4 86-87 6 87 552 -1,73 2,9929 17,9574
5 88-89 7 89 623 0,27 0,0729 0,5103
6 90-91 9 91 819 2,27 5,1529 46,3761
30 2662 305,667

6. Mencari Rata-Rata (mean)

88,73

Mencari simpangan baku (standar deviasi)

Mencari nilai Z- score untuk batas kelas interval


54

Luas tiap
Batas
NO z Luas 0-z Kelas fe fo
kelas
interval

1 79,5 -2,89 0,4981 0,01 1,31 2

2 81,5 -2,26 0,4881 0,0137 0,41 2

3 82,5 -1,96 0,4744 0,0688 2,06 4

4 84,5 -1,32 0,4056 0,88 2,64 6

5 86,5 -0,69 0,2549 0,1507 4,52 7

6 88,5 -0,07 0,0279 0,227 6,81 9

92,5 1,18 0,3810 -0,3531 30

Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung ):

0,36+1,16+1,82+0,02+1,36+0,70

5,78

Dengan membandingkan x2 hitung dengan nilai x2tabel untuk =

0,05 dan derajat kebebasan (dk) =k-1=6-1=5, maka dicari pada table chi-

kuadrat di dapat X2>X2tabel artinya distribusi data tidak normal dan jika
55

X2hitung <X2tabel atau 5,78<11,070 maka data profesionalisme guru di

SMP Negeri 6 Tangerang adalah berdistribus normal.

Selanjutnya data yang diperoleh mengenai kualitas belajar siswa

(Variabel Y) dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, disusun

berdasarkan nilai terendah dan tertinggi, yaitu sebagai berikut:

76,77,77,78,78,78,78,79,80,80,80,81,81,82,82,82,83,83,84,84,84,85,85,85

86,86,86,86,87,87,87,87.

Berdasarkan data tersebut diatas , diketahui bahwa nilai terendah

adalah 76 dan nilai tertinggi 87 dan untuk menganalisa data variable x

penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

6. Mencari data nilai rentangan (R)

R= Data terbesar – data terkecil

= 87-76

= 11

7. Mencari banyaknya kelas (BK)

BK=1 + (3,3) Log n

=1 + (3,3)log 30

=1 + (3,3) (1,477)

= 5,8 dibulatkan = 6

8. Mencari nilai panjang kelas (i)


56

R
i=
BK
11
=
6
= 1,8
=2

9. Membuat tabulasi dengan table penolong

Kls
No F1 X1 F1x1 (x1-x) (x1-X) FI(XI-X)
interval
1 76-77 3 78 234 -5,03 25,3009 75,9027
2 78-79 4 79 316 -4,03 16,2409 64,9636
3 80-81 5 81 405 -2,03 4,1209 20,6045
4 82-83 5 83 415 -0,03 0,0009 0,0045
5 84-85 5 85 425 1,97 3,8809 19,4045
6 86-87 8 87 696 3,97 15,7609 126,0872
87,5 30 2491 306,967
5. Mencari Rata-Rata (mean)

83,03
57

Luas tiap
Batas
NO z Luas 0-z Kelas fe fo
kelas
interval
1 75,5 -2,36 0,4909 0,0327 0,981 3
2 77,5 -1,73 0,4582 0,0939 2,817 4
3 79,5 -1,10 0,3643 0,5451 6,35 5
4 81,5 -0,47 0,1808 0,1835 5,505 5
5 83,5 0,14 0,0557 0,1251 3,753 5
6 85,5 0,77 0,2794 0,2776 8,328 8
87,5 1,40 0,4192 0,1398 30

Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung ):

4,15+0,49+0,28+0,04+0,41+0,01

5,38

Dengan membandingkan x2 hitung dengan nilai x2tabel untuk = 0,05 dan

derajat kebebasan (dk) =k-1=6-1=5, maka dicari pada table chi-kuadrat di dapat

X2>X2tabel artinya distribusi data tidak normal dan jika X2hitung <X2tabel atau

5,38<11,070 maka data profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Tangerang adalah

berdistribus normal.
58

C. Uji hipotesis

Jika kedua variable berdistribusi normal, maka rumus korelasi yang

digunakan adalah prodict moment,jika salah satu variabel peneliti tidak

berdistribusi normal, maka korelasi yang digunakan adalah ‘sperment”

∑X = 106 ∑XY= 9283

= 228549 ∑y = 2624

= 395

= 0,35
59

Berdasarkan perhitungan tersebut diatas diperoleh koefisien korelasi sebesar

0,55jadi terdapat hubungan kuat antara profesionalisme giru terhadap kualitas belajar

siswa untuk dapat menginterpretasi kan berapa kuat hubungan antara dua variabel

tersebut maka dapat pedoman sebagai berikut :

= 0,55

Uji Deterninasi

Besarnya sumbangan (kontribusi ) variabel X terhadap Y dengan rumus :

KD = r2x100%

= 0,552 x 100%

= 3025 x 100 %

= 0,303

Uji signifikan dengan rumus t hitung:


60

Persamaan regresi dari table

∑x = 2624

∑y =2774

∑x2 = 232449

∑Y2 = 242769

∑XY =235208

Dengan rumus =Y=a+bx

= 0,14

a
61

Jadi Y =a + bx

=81,45 Y+0,14 x

Tabel

Item pernyataan Butir No 1 (Variabel X)


62
63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian pada bab terdahulu selanjutnya peneliti akan menarik

kesimpulan atas pembahasan pengaruh profesionalisme guru terhadap kualitas

belajar siswa di SMP Negeri 6 Jalan Cemara Raya Perumnas1 Tangerang yaitu

sebagai berikut :

A. Kesimpulan.

1. Profesionalisme guru di SMPN 6 Tangerang sudah baik yang mana antara

guru dengan siswa dapat bekerja sama dengan baik sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan lancar dan dapat menghasilkan belajar

siswa yang berkualitas.

2. Pengangkatan dan penempatan guru di SMP Negeri 6 Tangerang diatur

berdasarkan musyawarah yang ditetapkan

3. Dalam rangka mengembangkan kualitas belajar siswa di SMP Negeri 6

Tangerang guru dapat mengembangkan kompetensi

4. Penilaian kualitas belajar siswa oleh guru sudah dapat pertanggung

jawabkan dengan hasil yang baik.

B. Saran –saran

1. Untuk meningkatkan profesionalisme guru hendaknya dapat lebih

meningkatkan kemampuan terhadap kualitas belajar siswa karna akan

berpengaruh terhadap profesionalisme guru


64

2. Untuk meningkatkan kualitas belajar siswa hendaknya guru selalu

mengikut sertakan sisw jika ada kegiatan seperti pengayaan, obsevasi

lingkungan

You might also like