You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan-pekerjaan untuk pemukiman dan bangunan, bahkan dalam bidang engineering
secara umum dilakukan diatas tanah, maka sifat-sifat tanah perlu mendapat perhatian. Sifat-
sifat tanah tersebut antara lain adalah klasifikasi tanah berdasar atas butir dan sifat rheologi,
potensi mengembangan dan mengkerut tanah, tata air/atau drainase tanah (wetness), tebal
tanah sampai ke hamparan batuan, kepekaan erosi, bahaya banjir, daya menyangga tanah
(daya dukung tanah), potensi terjadinya korosi, lapisan organic, mudah tidaknya tanah digali,
dan sebagainya.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
o Untuk memenuhi salah satu mata kuliah Teknik Penyehatan
b. Tujuan Khusus
o Untuk mengetahui dari sifat-sifat tanah
o Untuk syarat-syarat tanah yang layak untuk dijadikan lahan pemukiman
BAB2
SIFAT SIFAT TANAH YANG PENTING UNTUK PEMUKIMAN DAN BANGUNAN

2.1 Klasifikasi tanah berdasarkan besar butir dan rheologi


Sistem klasifikasi tanah berdasar atas ukuran besar butir dan sifat-sifat rheologi dilakukan
berdasarkan system Unified dan system American Association of a State Highway Officials
(AASHO). Sistem Unified digunakan untuk mengevaluasi tanah yang akan digunakan untuk
lapangan terbang, pondasi, jalan, dan kegunaan lain yang dikembangkan oleh Cassagarande
(1942) dan diperbaiki oleh United State Deewartement of Defense (1968). Sedangkan system
AASHO (1961) digunakan untuk mengevaluasi tanah untuk lokasi dan pembuatan jalan dan
merupakan perbaikan dari system Public Roads Administtrasion’s (PRA) tahun 1942.
Menurut system unified, tanah-tanah dikelaskan berdasar atas distribusi ukuran butir,
plastisitas (derajat keteguhan tanah), batas cair (kandungan air tanah pada batas antara tanah
dalam keaadaan cair dengan plastis), dan kandungan bahan organik. Menurut AASHO,
tanah-tanah dikelaskan berdasarkan distribusi ukuran butir, batas cair, dan indeks plastisitas
(selisih batas cair dengan batas plastis). Batas plastis merupakan kadar air tanah terendah
apabila tanah masih dibuat benang dengan diameter 0,5 cm tanpa terjadi retakan. Terdapat
perbedaanpenentuan batas-batas ukuran butir antara system unified, system AASHO, dan
system USDA.
Menurut sistem unfied, tanah-tanah dikelaskan ke dalam tanah berbutir kasar (50% atau
lebih berukuran lebih kasar dari 0,074 mm), tanah berbutir halus (lebih dari 50% lebih halus
dari 0,074), dan tanah berkadar organik tinggi. Tanah berbutir kasar dubedakan menjadi
tanah berkerikil (lebih dari 50% lebih kasar dari 4,7 mm), dan tanh berpasir (lebih dari 50%
lebih halus dari 4,7 mm), tanah berburtir halus dibedakan berdasarkan nilai batas cair 50 dan
kandungan bahan organik.
Pada survei tanah untuk pertanian, besar butir tanah tidak dipisahkan menurut saringan
0,074 sebagai peembeda antara fraksi kasar dan fraksi halus, dan saringan 4,7 mm sebagai
pembeda antara pasir dan kerikil. Persen besar butir lebih halus dari 0,074mm dan lebiih
halus dari 4,7 mm dapat diperkirakan dari kelas tekstur tanah USDA. Apabila butir tanah
tidak dipisahklan secara langsung dengan saringan 0,074 mm, dan saringan 4,7 mm, maka
pengklasifikasian tanah menurut sistem Unified diperkirakan dari kelas tekstur tanah USDA,
sedangkan menurut AASHO, tanah dikelaskan dalam 7 kelas yaitu A-1 sampai dengan A-7,
kelas A-1 adalah tanah yang mempunyai kualitas baik untuk bahan jalan dan lokasi jalan.
Kualitasnya semakin rendah dengan naiknya angka indeks. Kelas A-7 adalah tanah yang
mempunyai kualitas buruk. Kualitas tanah untuk bahan dan lokasi jalan ditunjukan secara
tepat oleh indeks AASHO (AASHO group indeks) yang dikemukakan oleh steele (1946,
dalam jumikis,1962). Nilai tersebut berkisar dari 0 sampai dengan 20. Semakin tinggi nilai
index AASHO, kualitas tanah untuk lokasi dan pembuatan jalan semakin buruk.
Nilai indeks AASHO ditentukan oleh persen besar butir yang lebih halus dari 0,074 mm,
bats cair, dan indeks plastisitas. Pada survey tanah pertanian tidak memisahkan butir tanah
dengan saring 0,074 mm, maka nilai indeks AASHO tidak dapat ditentukan, walaupun
persen besar butir hanya digunakan nilai indeks Unified.(USDA,1971).
2.2 Potensi mengembang dan mengerut
Tanah yang demikian dalam klasifikasi tanah disebut tanah vertisol atau grumusol. Tanah
ini mempunyai mineral liat tipe 2.1 (montmorilonit,smekrit) yang tinggi sehingga dimusim
kemarau terjadilah retakan selebar 25cm atau lebih. Dalam pemetaan tanah, sifat-sifat tanah
tersebut dan penyebarannya di daerah survey diuraikan lebih mendalam

2.3 Tata Air Tanah


Pemetaan menyajikan pula data tentang keadaan drainase tanah, permeabilitas, dalamnya air
tanah, dan lain-lain. Dengan data tersebut, dapat diperkirakan adanya hambatan-hambatan
penggunaan alat-alat berat, timbulnya bahaya genangan air, atau kemungkinan-kemungkinan
timbulnya kerusakan-kerusakan terhadap kontruksi-kontruksi dibawah tanah karena tanah air
tanah yang buruk

2.4 Tebal Tanah Sampai ke Hamparan Batuan


Adanya hamparan batuan pada kedalaman 2 m atau kurang dapat dilihat penyebarannya
dalam peta tanah. Jenis batuan tersebut diidentifikasikan pula dalam kegiatan pemetaan
tanah> Hal tersebut sudah tentu membantu dalam rencana pembuatan bangunan-bangunan
yang memerlukan bagian tanah yang tidak perlu dalam

2.5 Kepekaan Erosi


Pemetaan tanah juga memberi informasi tentang kepekaan tanah terhadap erosi. Lereng
adalah salah satu factor yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi. Sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi daya kohesi tanah sperti kandungan tanah liat, debu, bahan organic dan
sebagainya, juga besar pengaruhnya terhadap kepekaan erosi. Sifat-sifat ini kadang-kadang
berbeda untuk masing-masing horizon tanah, sehingga kepekaan erosi dan masing-masing
lapisan berbeda pula.

2.6 Lereng
Curamnya lereng merupakan factor yang menentukan dalam kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan untuk meratakan tanah tersebut. Hal tersebut akan menetukan banyaknya tanah
yang harus digali diatas lereng dan ditimbunkan kebagian bawah lereng. Kemungkinan-
kemungkinan tersebut dapat dipelajari dari peta tanah yang pada umumnya menggambarkan
pula penyebaran berbagai tingkat kecurangan lereng. Lereng juga
mempengaruhipembangunan bangunan-bangunan dibawah tanah, ataupun pembuatan jalan.

2.7 Daya Dukung Tanah (Bearing Capacity)


Pemetaan tanah menganalisa susunan besar butir dan plastisitas tanah, dan tanah-tanah
tersebut dapat pula diklasifikasikan ke dalam sistem Unified dan AASHO. Klasifikasi ini
dapat membantu mengevaluasi tanah untuk pembangunan pondasi dangkal (shallow
foundation) dan menentukan daya pemadatan (case of compaction), trafficability, kerapatan
(sendity), sifat-sifat menahan air (moisture relationship), dan sebagainya.

2.8 Kemungkinan terjadinya Erosi


Bangunan dari beton kadang-kadang menjadi rusak pada tanah-tanah yang sangat masam,
kadang bangunan yang dibuat dari baja mengalami korosi pula pada tanah yang sangat
mengandung garam (saline) ataupun yang sangat masam. Penyebaran tanah yang dengan
kemasaman dan kandungan garam yang tinggi disajikan dalam kegiatan-kegiatan pemetaan
tanah.

2.9 Lapisan Gambut


Walaupun disebagian besar tanah-tanah di Indonesia tidak banyak mengandung lapisan
gambut, tetapi dengan dikembangkan daerah-daerah pemukiman di daerah rawa-rawa, hal hal
tersebut perlu mendapat perhatian pula. Lapisan tanah gambut (muck and peat) bersifat
sangat lembek dan tidak stabil, dan jika kering mengalami penurunan (subside). Dalam
penyebaran tanah gambut digambarkan masing-masing dan diuraikan sifat-sifatnya lebih
lanjut dalam laporan pemetaan tanah.

2.10 Penggalian Tanah


Menggali tanah yang gembur jauh lebih mudah

You might also like