You are on page 1of 2

HINDARI PENYAKIT HATI, ENGGAN DAN MALAS

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Ramadan adalah bulan suci. Besar dampaknya bagi pembentukan watak insan melakukan
ubuduyah sempurna di dalamnya. Kita disuruh melakukan amal kebaikan sesuai kemampuan.
Maknanya adalah sekuat hati dan dengan rajin serta tak pernah bosan. Ingatlah pesan Rasulullah
Shallalahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda ; “Lakukanlah amal itu sebatas kesanggupanmu.
Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga kalian merasa bosan, dan sesungguhnya
amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan terus menerus sekalipun sedikit.”
(HR.Muttafaqun ‘Alaih)
Pesan ini mengingatkan kita supaya menghindari suatu penyakit hati yang berbahaya, yang
disebut « futhur » yang memiliki efek minimalnya tumbuhnya rasa malas, lamban dalam
melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya dilakukan dengan penuh semangat. Seperti contoh
di awal Ramadhan rajin, di ujung bulannya amaliyah Ramadhan tidak dilakukan lagi. Malas
adalah penyebab utamanya. Kemalasan menjadikan kita lalai mengerajakan sesuatu dengan
sempurna dan baik.
Ada beberapa faktor penyebab timbulnya futuur atau sikap malas ini. Pertama ; Al Ghuluwwu
Tasyaddud wa t-Tanaththu’ fi d-Dien. (melampaui batas dan berlebihan dalam menjalankan
aturan agama). Berlebihan memaksakan diri dalam melakukan amaliyah tanpa
mempertimbangkan kondisi diri, fisik, kesehatan, psikis, menjadi pemicu lahirnya sifat futuur.
Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah sikap ghuluw (belebih-lebihan) dalam beragama,
karena sesungguhnya orang sebelum kamu telah binasa akibat sikap itu.” (HR. Ahmad).
Penyebab kedua disebut As Syaraf wa Mujawazatu l-Had fie Ta’athi l-Mabahits.
(melampaui batas kewajaran melakukan yang mubah atau dibolehkan). Contoh dalam hal makan
minum, Abu Sulaiman berkata: “Barangsiapa yang kenyang maka ia akan mudah ditimpa
enam penyakit, yakni : hilangnya rasa nikmat, tidak mampu memetik hikmah, lenyap rasa
kasih sayang – karena ia mengira bahwa semua makhluk kenyang seperti dirinya, malas
dalam beribadah, dan menguatnya dorongan nafsu syahwat.”
Ketiga, adalah Mufarraqatul Jama’ah wa t-Tafarruq (memisah dari berjamaah dan lebih
mengutamakan hidup ‘uzlah atau menyendiri). Rasulullah SAW bersabda: “Berjamaah kalian,
karena sesungguhnya syetan menyertai orang yang sendiri, dan dia akan menjauhi orang
yang berdua. Barangsiapa yang ingin masuk ke taman surga hendaklah ia komitmen dengan
jamaah.” (H.R. Tirmidzi). Maka dalam Ramadhan sangat disenangi umat melaksanakan shalat
berjamaah, mengaji Alquran dengan bersama (tadarrus), Buka bareng (iftharus-shaim), yang
bertujuan meningkatkan upaya kebersamaan dalam lingkungan dan keluarga.
Keempat disebabkan Dukhuulu jaufihi syai’un muharraman au bihi syubhat. (tubuh
termasuki yang haram atau syubhat). Rasulullah bersabda : “ Tubuh yang tumbuh dari sesuatu
yang haram, maka ia lebih banyak tempatnya di neraka. ” (H.R At Tirmidzi). Puasa Ramadhan
melatih diri meninggalkan yang halal agar lebih sanggup meningalkan yang haram.
Kelima adalah Qillatu tazakkuri l-Maut wa d-Daru l-Akhirah (kurang mengingat kematian
dan kehidupan akhirat). Rasulullah SAW bersabda: “Dulu aku melarang kalian berziarah
kubur, namun sekarang berziarahlah, karena hal itu akan menjadikan sikap zuhud di dunia
dan akan mengingatkan pada akhirat.”(H.R. Ahmad). Tujuan terakhir amalan Ramadhan
adalah melepaskan diri dari belenggu syaithan dan menjauhkan diri dari azab neraka jahannam.
Terakhir adalah berlarut-larut dalam melakukan maksiat dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seorang mukmin melakukan dosa, berarti ia telah memberi
setitik noda hitam pada hatinya. Jika ia bertaubat, tidak meneruskannya, dan memohon
ampunan, maka hatinya kembali berkilau. Akan tetapi jika ia berulang-ulang melakukan hal
itu, maka akan bertambah pula noda hitam yang menutupi hatinya, dan itulah ‘Ar Raan’
sebagaimana yang difirmankan ‘Azza wa Jalla, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (H.R. Ahmad dan Ashhaabus
Sunan). Shaum Ramadhan mendidik kita untuk menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
Banyak lagi yang menjadi faktor penyebab penyakit futuur ini. Diantaranya, menyepelekan
kewajiban harian, memperlambat mendirikan shalat wajib, lalai melaksanakan shalat
rawatib, meninggalkan tilawah al Qur’an, mengabaikan kebutuhan jasmani dalam
beribadah, berteman dengan orang yang memiliki penyakit futuur, malas dan enggan.
Ada beberapa upaya untuk mengobati penyakit futuur atau lalai ini. Diantaranya, (a).
Menjauhi perbuatan dosa dan kemaksiatan kecil atau besar. (b). Tekun melaksanakan ‘amal
yaumiyah (amal harian), (c). memperbanyak zikir, melaksanakan shalat nawafil, membaca Al
Qur’an. (d). menghadiri majelis-majelis ilmu, pengajian, serta bergaul dengan orang-orang yang
shaleh dan ahli ibadah. (e). membahas perjalanan sejarah para shahabat atau orang-orang shaleh
lainnya. (f). mengingati kematian dan kejadian akhirat yang pasti akan dilalui dengan mengingati
kenikmatan surga dan pedihnya azab neraka. (g). menjalankan ajaran agama tidak setengah hati.
(h). senantiasa mengoreksi diri. (i). menerapkan sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupan. (j).
Mengatur waktu dengan cermat. (k). menghindarkan dari sikap berlebihan dalam menjalankan
ajaran agama.
Moga Ramadhan kita tahun ini dapat memperbaiki diri dan amalan kita, sehingga terjauh dari
penyakit hati yang berbahaya ini, yaitu enggan dan malas.
Wassalu a’lamu bis-shwaab.

You might also like