You are on page 1of 13

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA

Market Development of World Coffee and Its Implication for Indonesia

Reni Kustiari

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161

ABSTRACT

The fast growing trend of world coffee production in the world creates an excess of its supply,
encouraging a more intense of competition among the exporting countries. This situation leads to a decreasing
trend of fluctuate price of world coffee. The objective of this paper is to assess the world coffee market behavior in
order to make an appropriate strategy and direction of coffee industry policies. Indonesia’s market share in
traditional market tends to decrease, and therefore, it is necessary to diversify market destination and commodity
composition, in addition to efforts to increase the export of processed coffee.

Key words: market share, export-import, competitiveness, coffee

ABSTRAK

Pesatnya perkembangan produksi kopi dunia telah menyebabkan terjadinya kelebihan pasokan kopi
dunia sehingga mengakibatkan persaingan antar negara produsen menjadi semakin ketat dan pada akhirnya
harga cenderung tertekan. Tulisan ini bertujuan mengkaji perkembangan pasar kopi dunia agar dapat menjadi
pertimbangan dalam menyusun strategi dan arah kebijakan komoditas kopi Indonesia. Pangsa pasar kopi
Indonesia di pasar-pasar tradisional cenderung menurun, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya antara lain
mendiversifikasi pasar tujuan dan produk kopi serta meningkatkan ekspor kopi olahan.

Kata kunci : pangsa pasar, ekspor-impor, daya saing, kopi

PENDAHULUAN disimpan sebagai carry over stocks oleh peda-


gang dan eksportir, sebagai cadangan bila
terjadi gagal panen. Konsekuensi dari besar-
Kopi merupakan salah satu komoditas nya jumlah kopi yang diekspor adalah keter-
perkebunan yang memiliki peran penting da- gantungan Indonesia pada situasi dan kondisi
lam menunjang peningkatan ekspor nonmigas pasar kopi dunia. Sementara itu, konsumsi
di Indonesia. Pada tahun 2004 perolehan kopi dalam negeri masih tergolong rendah de-
devisa dari komoditas kopi menghasilkan nilai ngan konsumsi per kapita sekitar 0,5-0,6 kg
ekspor sebesar US$ 251 juta atau 10,1 persen per tahun (Yahmadi, 2005).
dari nilai ekspor seluruh komoditas pertanian, Untuk merumuskan arah pengemba-
atau 0,5 persen dari ekspor non-migas atau ngan kopi yang relevan, maka perlu peng-
0,4 persen dari nilai total ekspor (AEKI, 2005). kajian pasar kopi dunia yang berubah secara
Penurunan nilai ekspor selain karena harga di dinamis. Tulisan ini bertujuan membahas per-
pasar internasional yang menurun juga karena kembangan pasar kopi dunia dan kebijakan
kualitas kopi dari Indonesia diduga menurun. serta strategi untuk meningkatkan industri kopi
Sebagian besar kopi Indonesia diusahakan Indonesia.
oleh petani dengan luas garapan rata-rata
berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun 2004
luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN
ha dengan produksi sebesar 675 ribu ton EKSPOR
(Ditjenbun, 2004). Sekitar 61 persen dari jum-
lah produksi tersebut diekspor sedangkan Perkembangan produksi kopi dunia
sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan yang melebihi peningkatan permintaan telah

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

43
menyebabkan kelebihan pasokan dan meng- sementara produktivitas tanaman kopi Indo-
akibatkan persaingan antar negara produsen nesia hanya sekitar 500-600 kg/ha. Penurunan
menjadi semakin ketat. Dalam periode 1999- pangsa ekspor Indonesia tidak sepenuhnya
2004, rata-rata produksi kopi dunia mencapai merefleksikan adanya penurunan daya saing
7,3 juta ton (FAO, 2004a). Brasilia mempro- ekspor kopi Indonesia, karena daya saing di
duksi 2,1 juta ton yang 24 persen di antaranya pasar internasional tergantung pada negara
jenis robusta, diikuti Vietnam 737 ribu ton pengekspor lainnya. Analisis daya saing
(robusta 95%), Kolombia 650 ribu ton (robusta ekspor kopi dengan menggunakan model
2%), Indonesia 614 ribu ton (robusta 90%), pangsa pasar konstan (CMS) menunjukkan
dan India 286 (robusta 62%). bahwa daya saing kopi Indonesia di pasar
Pangsa Indonesia di pasar kopi dunia dunia cenderung meningkat (Kustiari, 2007).
cenderung menurun, walaupun volume Pangsa negara-negara pengekspor di
ekspornya meningkat dalam periode tahun pasar kopi olahan relatif rendah, kecuali
1986-2004 (Tabel 1). Namun karena volume Brasilia. Rata-rata pangsa Brasilia di pasar
ekspor kopi Vietnam dan Brasilia mengalami kopi terlarut sekitar 14 persen dalam periode
peningkatan drastis, masing-masing sebesar 2000-2004, turun dari 31 persen dalam
18,7 persen dan 2,8 persen per tahun, maka periode 1986-1989. Kopi yang diimpor oleh
rata-rata pangsa ekspor Indonesia mengalami negara konsumen diekspor kembali dalam
penurunan dari 6,7 persen dalam periode bentuk kopi olahan. Hal ini mengindikasikan
1986-1989 turun menjadi hanya 5,5 persen bahwa kopi tidak hanya penting bagi negara
dalam periode 2000-2004. Berbeda dengan produsen tetapi juga penting bagi negara
Indonesia, rata-rata pangsa Vietnam di pasar konsumen. Di antara enam negara produsen
kopi dunia menunjukkan peningkatan yang utama hanya Meksiko yang mempunyai pang-
drastis. Dalam periode 1986-1989 pangsa sa relatif tinggi di pasar kopi sangrai (SITC
Vietnam di pasar kopi biji hanya 0,7 persen, 0712) dunia pada periode 1986-1989 yaitu 4,6
namun dalam periode 2000-2004 melonjak persen, namun dalam periode 2000-2004
menjadi 13,92 persen. turun menjadi hanya 1,7 persen. Sebaliknya
Peningkatan ekspor kopi Vietnam pangsa negara pengekspor lainnya di pasar
yang drastis didukung oleh produktivitas ta- kopi olahan (kopi sangrai dan kopi terlarut)
naman yang tinggi yaitu sekitar 3 ton/ha, cenderung meningkat.

Tabel 1. Perkembangan Rata-rata Pangsa Pasar Beberapa Negara Pengekspor di Pasar Kopi Dunia

Negara pengekspor (%)


Produk kopi
Indonesia Brasilia Vietnam Kolombia Meksiko India
Kopi Biji (SITC 0711)
1986-1989 7,31 23,98 0,75 15,04 4,99 2,18
1990-1999 7,09 20,12 4,89 14,83 4,43 2,77
2000-2004 6,08 25,36 13,92 10,84 3,24 3,04
Kopi Sangrai (SITC 0712)
1986-1989 0,09 0,001 0,14 0,00 4,63 0,02
1990-1999 0,15 0,22 0,69 0,24 1,72 0,42
2000-2004 0,40 0,88 0,22 0,12 1,74 0,12
Kopi Terlarut (SITC 0713)
1986-1989 0,14 31,05 0,00 5,11 0,19 1,31
1990-1999 0,85 21,86 0,09 4,11 2,29 3,52
2000-2004 1,25 14,31 0,22 3,11 3,54 4,79
Kopi Total (071)
1986-1989 6,7 18,6 0,7 14,1 4,7 2,0
1990-1999 6,3 18,9 4,4 13,3 4,2 2,7
2000-2004 5,5 23,8 12,5 9,9 3,2 3,1
Sumber: United Nations, 2005.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

44
Peran kopi Indonesia di negara-nega- yang dianjurkan agar memperoleh hasil yang
ra pengimpor utama cenderung menurun maksimal.
(Tabel 2). Pangsa kopi dari Indonesia di Keberhasilan Vietnam ini tidak terle-
Amerika Serikat, Jerman maupun Jepang pas dari keterlibatan pemerintah yang relatif
masing-masing turun dari rata-rata 3,7, 6,0 besar dalam mengembangkan kopi. Pemerin-
dan 16,9 persen dalam periode 1986-1989 tah Vietnam membangun irigasi, jalan-jalan di
menjadi 3,5, 4,9 dan 12,8 persen pada periode sentra-sentra produksi kopi, melakukan peneli-
2000-2004. Pangsa Indonesia di pasar-pasar tian, memberikan penyuluhan dan mengucur-
tersebut tampak menurun, yang diduga karena kan kredit serta memberikan hak pengolahan
pangsa Indonesia direbut oleh Vietnam yang dengan luas areal tidak terbatas hingga 50
diindikasikan oleh meningkatnya pangsa pasar tahun. Produktivitas kopi di Vietnam lebih
Vietnam di Jerman dan Jepang yaitu masing- tinggi dibandingkan dengan di negara-negara
masing dari 0,22 dan 0,04 persen menjadi produsen kopi lainnya karena kopi banyak
12,0 dan 5,9 persen. Bahkan di Amerika diusahakan oleh perusahaan negara (AEKI,
Serikat rata-rata pangsa Vietnam menjadi 10,5 2002a). Sementara di Indonesia, sebagian
persen dalam periode 2000-2004, naik dari 3,2 besar diusahakan oleh petani yang memiliki
persen dalam periode 1990-1999.

Tabel 2. Perkembangan Rata-rata Pangsa Pasar Beberapa Negara Pengekspor di Beberapa Pasar Tujuan (%)

Pengimpor Indonesia Brasilia Vietnam Kolombia Meksiko India


Amerika
Serikat
1986-1989 3,73 19,96 0,00 10,78 13,33 1,00
1990-1999 3,16 18,58 3,18 14,07 15,35 1,22
2000-2004 3,46 19,22 10,53 14,66 10,45 0,63
Jerman
1986-1989 6,04 14,75 0,22 32,13 3,77 1,14
1990-1999 7,58 15,17 3,62 26,20 0,86 2,96
2000-2004 4,91 27,26 12,03 10,20 0,37 2,57
Jepang
1986-1989 16,96 29,28 0,04 14,83 2,22 1,08
1990-1999 15,17 27,00 2,88 17,27 1,07 1,44
2000-2004 12,81 26,85 5,87 18,21 0,95 1,06
Sumber: United Nations, 2005.

Daya saing ekspor Vietnam yang keterbatasan modal dan sumber daya manu-
selalu meningkat di pasar kopi dunia diduga sia, sehingga kopi yang diproduksi oleh petani
terkait dengan faktor kekhususan aset (asset mutunya kebanyakan masih asalan.
specificity). Vietnam berada di daerah sub Selain karena bantuan badan-badan
tropis yang memiliki perbedaan iklim yang internasional, berbagai upaya terus dilakukan
tegas, enam bulan hujan dan enam bulan pemerintah negara-negara produsen kopi gu-
berikutnya kemarau. Iklim demikian sangat na mempertahankan kelangsungan industri
cocok untuk budidaya kopi karena pada waktu kopinya. Di bidang harga, pemerintah mene-
proses berbunga, tanaman kopi membutuhkan tapkan harga dasar pembelian kopi bersama-
cuaca kering. Jika hujan maka bunganya akan sama dengan pengekspor. Penetapan harga
rontok sehingga tidak menjadi putik. ini dikeluarkan oleh Menteri Pertanian atas
Selain itu, tanah di Vietnam lebih su- usul asosiasi kopi Vietnam (Vietnam Coffee
bur, disertai pula etos kerja petaninya yang and Cocoa Association-VICOFA). Pada tahun
berdisiplin tinggi dan progresif. Produktivitas 2001, Vietnam melakukan penambahan areal
kopi yang tinggi di Vietnam dan Brasilia kopi arabika seluas 40 ribu ha (20 ribu ha
masing-masing sekitar 2 ton dan 3 ton per ha, sudah ditanami dan 20 ribu ha sedang
dimungkinkan karena sistem pengelolaan per- ditanami). Proyek perluasan areal kopi arabika
taniannya sangat intensif dan pemupukan ini mendapat bantuan dari Badan Bantuan
dilakukan dengan tepat sesuai dengan dosis Pembangunan Perancis (French Development

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

45
Agency) sebesar 40 juta dolar AS. Target dunia per tahun adalah 4,4 juta ton. Selan-
pengembangan kopi arabika adalah seluas jutnya, dalam periode 2000-2003, laju pening-
100 ribu ha hingga tahun 2005, sebagai upaya katan konsumsi di negara pengekspor relatif
memperbaiki proporsi kopi arabika terhadap tinggi, yang tampak dari rata-rata konsumsi
kopi robusta (AEKI, 2001a). Di pasar interna- dunia per tahun naik menjadi 4,9 juta ton,
sional, jumlah kopi arabika yang diperdagang- sementara total rata-rata konsumsi di negara-
kan mencapai 7 persen sedangkan kopi ro- negara pengimpor hanya menjadi 3,7 juta ton.
busta hanya 30 persen. Rata-rata konsumsi per kapita tertinggi dicapai
oleh Finlandia 11,2 kg per tahun dalam perio-
de tahun 2000-2003 (ICO, 2004). Urutan beri-
PERKEMBANGAN KONSUMSI DAN IMPOR kutnya ditempati oleh Norwegia dan Denmark
dengan tingkat konsumsi per kapita masing-
Rata-rata jumlah permintaan impor masing 9,1 kg dan 8,9 kg per tahun.
dunia dalam periode 1999-2004 hanya 6,9 juta Dalam periode 1990-2003, konsumsi
ton. Permintaan terbesar dari Amerika yaitu total tampak menurun karena penurunan kon-
sebesar 1,4 juta ton, diikuti Eropa 2,8 juta ton, sumsi per kapita per tahun di beberapa negara
Afrika 334 ribu ton, Asia Pasifik 670 ribu ton, pengimpor. Penurunan rata-rata konsum-si per
dan konsumsi negara-negara produsen 1.8 kapita per tahun antara lain terjadi di Denmark
juta ton (LMC, 2006). Laju peningkatan pro- (15,3%), Finlandia (10,3%), Perancis (4,9%),
duksi kopi dunia yang drastis sejak tahun 1999 Jerman (12,5%), Belanda (32,5%), Norwegia
tersebut telah menyebabkan harga kopi ber- (10,9%), Swedia (22,9%) dan Amerika Serikat
fluktuasi dengan kecenderungan menurun. (8,4%). Dalam periode sepuluh tahun terakhir
Tabel 3 menunjukkan rata-rata kon- (1993-2003), konsumsi per kapita per tahun di
sumsi kopi di beberapa negara pengimpor. negara pengimpor secara keseluruhan turun
Dalam periode 1990-1993, rata-rata konsumsi sekitar 4,47 persen. Peningkatan konsumsi per
total per tahun di negara pengimpor adalah 3,6 kapita tertinggi tercatat di negara Belgia (53%),
juta ton, sedangkan rata-rata konsumsi kopi Yunani (46,9%), Itali (14,6%), Jepang (19,7%)
dan Portugal (40,4%).

Tabel 3. Tingkat Konsumsi Kopi di Beberapa Negara Pengimpor Utama, Periode 1990-1993 dan 2000-2003

Rata-rata per kapita Rata-rata konsumsi total


Negara pengimpor (kg/tahun) (000 ton/tahun)
1990-1993 2000-2003 1990-1993 2000-2003
Belgia 5,2 7,9 53,5 84,7
Denmark 10,5 8,9 54,4 47,7
Finlandia 12,5 11,2 62,9 58,3
Perancis 5,7 5,5 328,2 323,4
Jerman 7,7 6,7 615,8 552,7
Yunani 2,8 4,7 26,8 44,5
Italia 4,8 5,5 272,2 316,5
Jepang 2,7 3,2 336,5 411,7
Belanda 9,9 6,7 149,6 107,1
Norwegia 10,2 9,1 43,7 41,2
Portugal 3,1 4,3 30,2 44,0
Spanyol 4,3 4,4 167,0 174,9
Swedia 11,4 8,2 98,2 72,8
Amerika Serikat 4,4 4,1 1.117,0 1.159,1
Total Pengimpor 4,8 4,6 3.647,1 3.691,5
Konsumsi Dunia t,a,d t,a,d 4.415,3 4.860,2
Sumber : ICO, 2004
Keterangan : t.a.d : tidak ada data

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

46
Konsumsi per kapita di negara pro- kat, yang mengindikasikan bahwa industri
dusen pada umumnya masih sangat rendah. pengolahan kopi di negara-negara konsumen
Pada tahun 2001, konsumsi per kapita di lainnya berkembang dengan pesat, terutama
Indonesia, Vietnam dan India masing-masing di negara-negara Italia, Perancis dan Inggris.
0,62, 0,36 dan 0,24 kg per kapita. Brasilia Oleh karena itu, jika Indonesia ingin
merupakan negara produsen dengan konsum- meningkatkan pangsanya di pasar kopi olahan
si per kapita tertinggi. Pada tahun 1965, harus berusaha secara sungguh-sungguh agar
konsumsinya mencapai 4,72 kg, namun pada dapat bersaing di pasar kopi olahan dunia.
tahun 1985 turun menjadi 2,27 kg dan kemu- Ekspor kopi olahan ke negara konsumen
dian naik menjadi 3,99 kg per kapita pada utama terutama terkendala oleh tarif impor
tahun 2001 (ITC, 2002). yang tinggi, yaitu sekitar 12-20 persen (ITC,
Berdasarkan jenis produk, impor kopi 2002). Selain itu, konsumen sering kali mem-
umumnya dilakukan dalam bentuk kopi biji punyai cita rasa yang berbeda-beda dan lebih
(SITC 0711) yaitu sebesar 87,9 persen dan suka mencampur sendiri. Sementara negara-
sebagian kecil dalam bentuk kopi sangrai negara konsumen mempunyai pengalaman
(SITC 0712) sebesar 6,1 persen dan kopi dalam roasting dan blending kopi. Upaya
terlarut (SITC 0713) sebesar 6,0 persen. pengembangan industri kopi olahan harus
Pangsa impor Amerika Serikat di pasar kopi dilakukan dengan pertimbangan yang matang
biji tampak menurun, sebaliknya pangsa impor karena industri roasting dan blending kopi me-
Jerman dan Jepang cenderung meningkat. Hal merlukan skala ekonomi yang besar.
ini disebabkan antara lain oleh konsumsi kopi
per kapita di Amerika Serikat yang terus
menurun dari waktu ke waktu walaupun PERKEMBANGAN HARGA
konsumsi total tampak sedikit meningkat. Dari
Tabel 4 tampak bahwa volume impor kopi Tanaman kopi sangat peka terhadap
olahan oleh negara konsumen utama menun- bencana embun upas dan kekeringan karena
jukkan kecenderungan yang meningkat. dapat meningkatkan serangan penyakit pada
Walaupun ekspor kopi olahan dari negara- tanaman dan pada akhirnya dapat menggagal-
negara produsen hanya meningkat relatif kecil, kan sebagian besar pertanaman kopi. Karena
namun impor kopi olahan oleh Amerika Seri- tanaman baru akan menghasilkan sesudah 3-5
kat, Jerman dan Jepang cenderung mening-

Tabel 4. Perkembangan Rata-rata Pangsa Negara Pengimpor Utama Menurut Produk Kopi, Tahun 1986-2004
(1000 ton)

Jenis produk
Pengimpor Kopi biji Kopi sangrai Kopi terlarut
Volume (%) Volume (%) Volume (%)
Amerika
Serikat
1986-1989 1.112,1 26,50 17,4 8,94 26,9 11,34
1990-1999 1.111,5 23,70 20,7 6,12 26,9 9,55
2000-2004 1.215,4 23,52 40,4 9,91 38,3 8,25
Jerman
1986-1989 625,9 14,92 2,9 1,49 13,2 5,54
1990-1999 777,1 16,57 9,2 2,73 16,4 5,83
2000-2004 866,6 16,77 26,8 6,58 33,2 7,14
Jepang
1986-1989 264,7 6,31 1,4 0,71 24,8 10,46
1990-1999 319,2 6,81 2,2 0,66 25,3 8,98
2000-2004 388,7 7,52 3,8 0,93 24,2 5,20
Sumber: United Nations, 2005.

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

47
tahun, maka harga kopi di pasar dunia sangat (kopi robusta) mengalami peningkatan yang
fluktuatif dan pada akhirnya akan berpengaruh drastis sebagai dampak dari keberhasilan
pada harga kopi di pasar domestik. program-program peningkatan produktivitas di
Selain kelebihan pasokan, yang me- kedua negara tersebut. Selain itu, harga yang
nyebabkan harga jatuh adalah siklus produksi turun drastis ini diduga sebagai akibat dari
dan harga, yang biasa terjadi pada komoditas permainan pembeli-pembeli kelas dunia
primer. Untuk kopi siklusnya 35 tahun, dimana (roasters dan pengimpor) atau perusahaan
sekali dalam 35 tahun harga turun ke titik multinasional yang melakukan pembelian me-
terendah, kemudian naik lagi sejalan dengan lalui perwakilan yang tersebar di sentra-sentra
berkurangnya pasokan (AEKI, 2001b). produksi kopi negara produsen, seperti Nestlé
di Lampung.
Fluktuasi harga kopi yang terjadi tidak
terlepas dari perkembangan produksi kopi Perkembangan harga FOB kopi Indo-
dunia, terutama produksi kopi Brasilia sebagai nesia dan Vietnam menunjukkan bahwa sebe-
produsen utama. Peningkatan harga kopi lum tahun 1989, yaitu pada saat kuota ekspor
tahun 1994 (Gambar 1) terjadi karena pe- dan impor masih diberlakukan, nilai ekspor per
nurunan ekspor dari Brasilia sebagai akibat unit masih dapat dipertahankan di atas US$
dari terjadinya satu kali bencana kekeringan 1/kg (Tabel 5). Namun pada masa perdaga-
dan dua kali embun upas yang terjadi dalam ngan bebas, nilai per unit ekspor kopi dari
satu tahun (ITC, 2002). Sedangkan tingginya Indonesia dan Vietnam seringkali berada di
harga kopi arabika pada tahun 1997 karena bawah US$ 1/kg. Hal ini antara lain karena
terjadi penurunan volume ekspor dari bebe- sebagian besar ekspor dari kedua negara
rapa negara pengekspor yang mengalami tersebut adalah kopi jenis robusta yang
penurunan produksi sebagai akibat bencana El harganya paling rendah dibandingkan dengan
Nino dan karena perkebunan kopi di Brasilia jenis lainnya. Nilai per unit ekspor kopi dari
terkena embun upas (terakhir melanda Brasilia Brasilia, Vietnam, Kolombia dan Meksiko
pada tahun 2000). Harga semua jenis kopi tampak lebih tinggi karena sebagian besar
tampak menurun dan mencapai harga teren- ekspor dari negara-negara tersebut berupa
dah pada tahun 2001 disebabkan oleh produk- kopi arabika yang harganya lebih mahal.
si kopi di Brasilia (kopi arabika) dan Vietnam Selain itu diduga kualitas kopi yang diekspor
oleh keempat negara tersebut termasuk kopi

5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
(US$/kg)

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004

Brasilian Colombian Komposit Robusta Other Mild

Sumber : ICO, 2004

Gambar 1. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dunia, Tahun 1980-2004

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

48
Tabel 5. Perkembangan FOB Kopi Negara Pengekspor Utama, Tahun 1986-2004 (US$/kg)

Tahun Indonesia Brasilia Vietnam Kolombia Meksiko India


1986 2,75 4,38 4,95 4,47 4,22 3,38
1987 1,88 2,11 2,82 2,52 2,34 2,19
1988 1,84 2,34 1,60 2,95 2,83 2,41
1989 1,36 1,94 1,32 2,49 2,15 1,75
1990 0,90 1,39 0,93 1,79 1,80 1,70
1991 0,99 1,31 0,86 1,87 1,85 1,36
1992 0,89 1,05 0,72 1,35 1,48 1,24
1993 1,00 1,26 0,90 1,51 1,49 1,45
1994 2,59 2,75 1,54 3,06 2,17 2,61
1995 2,65 3,13 2,74 3,43 4,17 2,95
1996 1,64 2,53 1,79 2,78 2,82 2,45
1997 1,67 3,36 1,44 3,83 3,86 2,96
1998 1,70 2,50 1,65 3,13 3,66 2,14
1999 1,37 1,86 1,46 2,45 2,72 1,75
2000 0,98 1,75 0,96 2,27 2,43 1,43
2001 0,80 1,07 0,63 1,50 1,71 1,38
2002 0,73 0,85 0,54 1,46 1,52 1,10
2003 0,84 1,04 0,78 1,51 1,48 1,24
2004 0,89 1,42 0,79 1,78 1,55 1,39
Sumber: United Nations, 2005.

berkualitas tinggi. Dalam kondisi persaingan disarankan untuk dijadikan sebagai instrumen
antar negara produsen yang semakin ketat, kebijakan dalam meningkatkan ekspor mau-
Vietnam seringkali melakukan ekspor dengan pun harga di tingkat petani, karena elastisitas
potongan harga. Sejak tahun 2000 nilai per permintaan ekspornya bersifat inelastik. Cara
unit ekspor kopi dari Vietnam selalu lebih ren- lainnya untuk meningkatkan volume ekspor
dah dibandingkan dengan kopi dari Indonesia. kopi adalah melalui peningkatan kuota ekspor
kopi Indonesia di pasar internasional, sedang-
Santoso dan Syafa’at (1999) menya- kan untuk meningkatkan penerimaan petani,
takan bahwa untuk membangun dan mening- selain melalui peningkatan harga dapat juga
katkan keragaan kopi Indonesia perlu diper- dilakukan dengan meningkatkan produktivitas
hatikan berbagai faktor antara lain harga yang melalui perbaikan teknologi budidaya kopi.
mempunyai peran sangat dominan. Harga kopi
ini sangat berpengaruh di dalam mendorong Posisi negara pengekspor kopi yang
perluasan areal kopi (new planting maupun cukup sulit karena harga kopi yang cenderung
produktif), suplai kopi, ekspor kopi, harga dan rendah diperparah oleh adanya tuntutan pasar
konsumsi kopi domestik. Sementara itu, harga khususnya Masyarakat Eropa berkenaan de-
kopi di Indonesia lebih ditentukan oleh harga ngan aspek healthy protect (perlindungan
kopi dunia yang merupakan variabel ekso- kesehatan) dan eco-friendly cultivation (cara
genus. Oleh karena itu kebijakan kopi Indone- bercocok tanam yang ramah lingkungan). Isu
sia diarahkan untuk dapat mengantisipasi ge- kandungan Ochratoxin khususnya Ochratoxin
jolak harga kopi dunia untuk dimanfaatkan A (OTA) pada kopi telah lama berhembus di
semaksimal mungkin guna meningkatkan ke- Eropa dan bahkan European Union menetap-
ragaan kopi Indonesia. kan batas kandungan OTA pada kopi.
Faktor lainnya yang cukup berpenga-
ruh adalah tingkat nilai tukar yang ternyata MASALAH, TANTANGAN DAN PELUANG
dapat mendorong peningkatan harga kopi
petani dan volume ekspor kopi Indonesia. Bidang pengolahan dan pemasaran
Namun demikian, peubah nilai tukar ini tidak produk kopi masih menghadapi beberapa per-

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

49
masalahan (Dirjen BP2HP, 2003). Pertama, nasan global, adanya penerapan bioteknologi
rendahnya daya saing produk kopi, baik kopi dalam proses produksi dan pasca panen, dan
biji maupun kopi olahan yang disebabkan oleh aspek pemasaran.
rendahnya mutu dan tampilan produk, ren- Ketiga, untuk menjadikan produk kopi
dahnya tingkat efisiensi produksi dan pema- dan olahannya mempunyai daya saing kuat,
saran, rendahnya akses pelaku usaha terha- baik di dalam maupun di luar negeri dibutuh-
dap informasi, lemahnya budaya pemasaran kan pengetahuan secara rinci preferensi kon-
dan kewirausahaan pelaku, serta minimnya sumen yang berkembang, termasuk mening-
sarana dan prasarana pengolahan dan pema- katnya tuntutan konsumen akan informasi
saran produk kopi. Kedua, rendahnya tingkat nutrisi serta jaminan kesehatan dan keamanan
keberlanjutan usaha-usaha pengolahan dan produk-produk pertanian.
pemasaran produk kopi yang disebabkan oleh
kecilnya skala usaha (tidak mencapai skala Keempat, perwujudan ekonomi dari
ekonomi); masih tersekatnya subsistem pro- kepedulian masyarakat akan kelestarian ling-
duksi usaha tani (on-farm) dengan pengolahan kungan dan hak asasi manusia telah memaksa
dan pemasaran; belum berorientasi pasar; masuknya aspek lingkungan dan hak asasi
pemanfaatan teknologi yang kurang ramah manusia dalam keputusan ekonomi, baik kon-
lingkungan; kurang profesionalnya sumber sumsi, produksi maupun perdagangan.
daya manusia; serta lemahnya kemitraan dan Kelima, munculnya negara-negara pe-
kelembagaan usaha. Ketiga, pembangunan saing (competitor) yang menghasilkan produk
pengolahan dan pemasaran produk kopi sejenis (Vietnam dan India) semakin memper-
belum banyak menyentuh masyarakat bawah, sulit pengembangan pasar kopi, baik di nega-
khususnya para petani kecil sehingga hasilnya ra-negara tujuan ekspor tradisional (Amerika
pun belum banyak dinikmati oleh petani kopi. Serikat, Jerman dan Jepang) maupun negara-
Belum tercerminnya sifat kerakyatan dalam negara tujuan ekspor baru (wilayah potensil
sistem dan usaha-usaha pengolahan dan pengembangan).
pemasaran produk kopi ini disebabkan oleh Namun demikian, masih terdapat pe-
berbagai kendala seperti: kebijakan makro luang-peluang untuk pengembangan perkopi-
yang kurang mendukung/berpihak kepada an Indonesia sebagai berikut. Pertama, per-
petani kecil; rendahnya akses petani terhadap mintaan produk-produk kopi dan olahannya
modal, teknologi dan pasar; mekanisme pasar masih sangat tinggi, terutama di pasar
yang tidak sehat; kesenjangan infrastruktur domestik dengan penduduk yang melebihi 200
antara pedesaan dan perkotaan; serta minim - juta jiwa merupakan pasar potensial. Kedua,
nya kelembagaan ekonomi di pedesaan. peluang ekspor terbuka terutama bagi negara-
Beberapa tantangan yang dihadapi negara pengimpor wilayah nontradisional se-
oleh industri perkopian Indonesia adalah seba- perti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah
gai berikut. Pertama, perlunya menyikapi tun- dan Eropa Timur. Walaupun perdagangan ke
tutan pembangunan ekonomi domestik dan Timur Tengah masih sering terjadi dispute
perubahan lingkungan ekonomi internasional, payment. Ketiga, kelimpahan sumberdaya
baik karena pengaruh liberalisasi ekonomi alam dan letak geografis di wilayah tropis
maupun karena perubahan-perubahan funda- merupakan potensi besar bagi pengembangan
mental dalam pasar produk pertanian interna- agribisnis kopi. Produk kopi memiliki sentra
sional. produksi on-farm, yang hanya membutuhkan
Kedua, perlunya menyikapi perubahan keterpaduan dengan industri pengolahan dan
pada sisi permintaan yang menuntut kualitas pemasarannya. Keempat, permintaan produk
tinggi, kuantitas besar, ukuran seragam, ra- kopi olahan baik pangan maupun non pangan
mah lingkungan, kontinuitas produk dan pe- cenderung mengalami kenaikan setiap tahun,
nyampaian secara tepat waktu, serta harga sebagai akibat peningkatan kesejahteraan
yang kompetitif. Dari sisi penawaran yang penduduk, kepraktisan dan perkembangan
terkait dengan produksi, perlu diperhatikan teknologi hilir. Kelima, tersedianya bengkel-
masalah pengurangan luas lahan produktif, bengkel alat dan mesin pertanian di daerah
perubahan iklim yang tidak menentu akibat serta tersedianya tenaga kerja. Seperti alat
fenomena El-Nino dan La-Nina serta pema- pemecah biji kopi, alat pengupas kulit kopi,
dan lantai jemur.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

50
Peluang untuk pengembangan per- an kebijakan pembangunan sebagai berikut.
kopian Indonesia ditunjukkan juga oleh hasil Pertama, kebijakan makro ekonomi (moneter,
penelitian Desianti (2002) yang menyatakan fiskal) yang mendukung pembangunan sistem
bahwa profitabilitas yang diperoleh petani kopi dan usaha agribisnis; Kedua, kebijakan pe-
secara finansial dan ekonomi di seluruh ngembangan industri yang memberikan prio-
wilayah pengamatan mengalami keuntungan. ritas pada pengembangan kluster industri
Dengan demikian perkebunan kopi rakyat di (industy cluster) agribisnis; Ketiga, kebijakan
Indonesia layak untuk diteruskan dan secara perdagangan internasional yang netral baik
ekonomi perkebunan kopi rakyat mampu secara sektoral domestik maupun antar nega-
berjalan secara efisien. Hasil analisis terhadap ra dalam kerangka mewujudkan suatu free
nilai DRCR untuk wilayah-wilayah perkebunan trade yang fair trade; Keempat, pengemba-
kopi berkisar antara 0,35 dan 0,90, sementara ngan infrastruktur daerah; Kelima, pengemba-
nilai PCR berkisar antara 0,52 dan 0,97. ngan kelembagaan baik lembaga keuangan,
Kesimpulan yang sama dihasilkan penelitian dan pengembangan kelembagaan
oleh penelitian Agustian et al. (2003) yang dan organisasi ekonomi petani; Keenam, pen-
menunjukkan bahwa usaha pengolahan kopi dayagunaan sumberdaya alam dan lingkung-
bubuk rakyat sangat dominan menggunakan an; Ketujuh, pengembangan pusat-pusat per-
biaya input domestik. Relatif sedikitnya kan- tumbuhan agribisnis daerah; Kedelapan, keta-
dungan input impor dalam biaya produksi hanan pangan; dan Kesembilan, kebijakan
pengolahan kopi bubuk maka diharapkan usa- khusus komoditi spesifik (Dirjen Bina Produksi
ha pengolahan kopi akan memiliki daya saing Perkebunan, 2003).
yang kuat di masa mendatang. Hal ini Sejalan dengan kebijakan di atas di-
diperkuat oleh hasil analisis terhadap nilai perlukan strategi yang dapat mempercepat
DRCR dan PCR sebagai indikator keunggulan proses bangkitnya perkopian Indonesia se-
komparatif dan kompetitif masing-masing hingga agribisnis perkopian dapat memberikan
sebesar 0,38 dan 0,46. Artinya usaha pengo- sumbangan yang berarti dalam pengemba-
lahan kopi bubuk rakyat dilakukan secara ngan perekonomian nasional melalui pening-
efisien dan memiliki daya saing. katan pendapatan, khususnya pendapatan pe-
tani, penciptaan lapangan kerja dan berkem-
bangnya industri yang menghasilkan nilai
KEBIJAKAN DAN STRATEGI tambah tinggi dengan menggunakan bahan
PEMBANGUNAN PERKOPIAN INDONESIA baku domestik dan pelestarian lingkungan hi-
dup. Strategi yang dimaksud mengandung
Dalam beberapa tahun terakhir harga elemen sebagai berikut :
kopi cenderung berada pada tingkat rendah 1. Inventarisasi dan konsolidasi areal perke-
dan posisi negara-negara produsen kopi bunan kopi ke dalam unit-unit manajemen
sangat tidak menguntungkan, karena terjadi yang memenuhi skala ekonomis untuk
kelebihan pasokan di pasar kopi dunia. Hal ini pengembangan suatu industri terpadu ver-
menyebabkan pihak produsen dan eksportir basis kopi di setiap wilayah utama peng-
kopi di Indonesia mengalami kesulitan dalam hasil kopi. Kawasan Industri Masyarakat
mencari terobosan-terobosan dan upaya-upa- Perkebunan (KIMBUN) perlu dibangun di
ya dalam rangka mengangkat harga kopi. setiap wilayah tersebut sebagai media un-
Dengan terjadinya perubahan lingkungan baik tuk pengembangan agribisnis kopi terpadu
lingkungan internal maupun eksternal, maka yang pembangunannya terus dikembang-
kebijakan dan strategi pengembangan agri- kan dari waktu ke waktu.
bisnis perkopian perlu dirumuskan dan ditata 2. Penentuan dan penetapan lokasi-lokasi
kembali. Telah ditetapkan visi pengembangan industri kopi terpadu dalam KIMBUN-
perkopian Indonesia, yaitu mengembangkan KIMBUN kopi di setiap wilayah penghasil
sistem dan usaha agribisnis perkopian yang utama kopi dengan kriteria utamanya ada-
berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan lah daya saing dari produk yang dihasil-
dan terdesentralisasi. kan.
Untuk mewujudkan sistem dan usaha 3. Mengembangkan organisasi petani seba-
agribisnis yang demikian diperlukan serangkai- gai media untuk mengembangkan penge-

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

51
lolaan perkebunan kopi yang efisien, pro- pernah mensosialisasikan program “arabika-
duktif dan progresif khususnya dalam hal nisasi” dengan perbandingan ideal antara
penerapan teknologi baru atau pola pe- produksi kopi arabika dan kopi robusta 30 : 70
ngembangan perkebunan yang baru serta persen, sementara komposisi produksi kopi
sebagai media negosiasi yang kuat de- arabika dan kopi robusta ketika itu adalah
ngan mitra bisnis dan bekerjasama de- sekitar 9 : 91 persen. Bersamaan dengan itu,
ngan Pemerintah. kopi spesialti yang telah ada di Indonesia dan
4. Memfasilitasi dan merangsang investasi telah dikenal di manca negara harus tetap
perusahaan swasta atau BUMN dalam dipelihara dan dipertahankan karena merupa-
membangun industri yang berbasis pada kan salah satu aset negara yang tidak ternilai
kopi dan produk turunan lainnya. harganya.
5. Mengembangkan networking antar asosia- Dalam hal konsumsi kopi domestik,
si petani, antar asosiasi petani dengan konsumsi kopi di Indonesia masih termasuk
asosiasi perusahaan pengolahan produk rendah dibandingkan dengan negara-negara
kopi, dan pelaku-pelaku lainnya dalam sis- konsumen kopi dan beberapa negara pro-
tem agribisnis kopi. Hal ini dapat direpre- dusen kopi, yaitu hanya sebesar 0,6 kg per
sentasikan sebagai koordinasi vertikal kapita per tahun. Oleh karena itu, Indonesia
(Simatupang, 1998). dengan jumlah penduduk mencapai 210 juta
jiwa dan tingkat konsumsi kopi yang tergolong
6. Membangun kelembagaan semacam rendah, merupakan peluang yang cukup besar
“Coffee Board” sebagai “services provider” di dalam meningkatkan konsumsi kopi di
bagi para pelaku dalam usaha dan sistem dalam negeri. Apabila tingkat konsumsi kopi
agribisnis perkopian ini. dalam negeri dapat mencapai 1 kg, maka kopi
Menurut Hakim (2003) beberapa hal yang dapat diserap di dalam negeri akan
yang perlu diperhatikan dalam strategi pema- menjadi sebesar 210 ribu ton per tahun. Dan
saran kopi menghadapi isu global adalah jika peningkatan konsumsi kopi domestik
strategi internal (ke dalam negeri) berupa kon- tersebut dapat meningkat secara gradual,
versi tanaman pengembangan kopi arabika, maka masalah ekspor selama ini akan dapat
dan peningkatan konsumsi domestik; serta dikurangi.
strategi eksternal (ke luar negeri) dengan Sebagai strategi eksternal, khususnya
menjaga pangsa pasar, terobosan pasar baru, untuk menjaga pangsa pasar, upaya-upaya
dan pengembangan kerjasama bilateral dan untuk mempertahankan dan meningkatkan
multilateral. pangsa pasar harus terus dilakukan misalnya
Langkah melakukan konversi dari ta- dengan mengikuti misi dagang ke Amerika
naman kopi ke tanaman lainnya seharusnya Serikat (conference and exhibition), Uni Eropa
dapat diarahkan oleh pemerintah sehingga (The Royal Agricultural Show, International
jelas pada posisi berapa target produksi dan Coffee Conference and Exhibition, dan
luas areal tanaman kopi yang dikehendaki, International Coffee and Tea Exhibition and
sehingga posisi Indonesia sebagai negara Symposium) dan Jepang (Coffee day).
produsen kopi dunia ke depan tidak semakin Selain menjaga pangsa pasar yang
surut dan digantikan oleh negara lain. sudah ada, AEKI juga berupaya untuk me-
Kopi arabika di Indonesia sebagian ngadakan terobosan ke pasar-pasar yang baru
besar tergolong sebagai kopi spesialti, dengan (non tradisional market). Terobosan pasar
nama-nama legendaris seperti Mandheling baru tersebut ditujukan ke negara-negara yang
coffee, Gayo Mountain coffee, Toraja coffee impor kopinya dari Indonesia masih sedikit
dan Java coffee. Berdasarkan hasil penelitian atau belum ada serta ke negara-negara yang
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PPKKI), telah mengenal dan mengimpor kopi Indo-
Indonesia masih memiliki wilayah/daerah yang nesia, namun tidak langsung dengan pihak
secara potensial dapat di kembangkan untuk eksportir kopi Indonesia (melalui pihak ketiga).
budidaya kopi arabika. Selain itu, masih ter- Peluang pasar yang masih terbuka saat ini
dapat wilayah-wilayah perkebunan kopi robus- adalah kawasan Eropa Timur, China dan
ta yang sebenarnya sesuai untuk tanaman Rusia. China dengan jumlah penduduk lebih
kopi arabika. Pada awal tahun 1993, AEKI dari 1 milyar merupakan potensi pasar yang

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

52
sangat menjanjikan. Jika dapat mengalihkan Ketiga, meningkatkan koordinasi, efisiensi dan
kebiasaan masyarakat China dari minum teh efektifitas pelayanan dalam pengolahan dan
ke minum kopi, maka akan sangat besar kopi pemasaran produk kopi. Keempat, meningkat-
yang dapat diserap oleh negera tirai bambu kan sinergi perdagangan antar daerah. Kelima,
tersebut. Saat ini, China menjadi incaran pasar meningkatkan sinergi antar asosiasi di bidang
bagi negara-negara produsen kopi seperti pengolahan dan pemasaran produk kopi.
Brasilia, Kolombia, India dan Vietnam. Salah Keenam, menyesuaikan dan menyempurna-
satu industri kopi Indonesia yang telah mem- kan ketentuan-ketentuan serta kebijakan, agar
buka pasarnya di negeri China ini adalah kopi tercipta iklim yang kondusif bagi pengem-
Kapal Api. bangan sistem dan usaha pengolahan dan
Berbeda dengan China, masyarakat pemasaran produk kopi. Ketujuh, keberpi-
Rusia setelah memisahkan diri dari Uni Sovyet hakan kepada petani kecil dan UKM dalam
mengalami pergeseran menjadi peminum kopi. pengolahan dan pemasaran produk kopi de-
Beberapa kendala dalam memasuki pasar kopi ngan tetap mendorong usaha-usaha skala
ke Rusia adalah daya beli masyarakat yang besar. Kedelapan, mengembangkan promosi,
masih rendah serta tatanan sosial politik yang misi dagang dan penguatan fungsi atase per-
belum baik. tanian serta asosiasi dan lembaga perwakilan
Indonesia di luar negeri. Kesembilan, mendo-
Negara-negara Eropa Timur sebenar- rong terciptanya sumber daya manusia yang
nya merupakan pangsa pasar yang baik. andal dibidang perdagangan, market intelli-
Namun adanya kendala dalam hal pemba- gence dan negosiasi. Kesepuluh, mendorong
yaran seperti terjadinya dispute, maka telah terbentuknya Pola Kemitraan antara usaha
menyebabkan banyaknya eksportir Indonesia skala besar dengan petani atau koperasi, dan
yang enggan mengadakan terobosan pasar ke mendorong terbentuknya sistem yang menga-
wilayah ini. rah ke koordinasi vertikal. Kesebelas, Mendo-
Terakhir berkenaan dengan kerjasama rong kebijakan makro yang kondusif untuk
bilateral dan multilateral, untuk menghindari pengembangan investasi di bidang pengo-
terjadinya kelebihan pasokan yang berkepan- lahan dan pemasaran, termasuk industri pe-
jangan maka negara-negara produsen harus nunjang yang ramah lingkungan dan berkelan-
bekerjasama untuk mengadakan program jutan. Keduabelas, memfokuskan kepada pro-
pembatasan ekspor kopi sebagai upaya untuk duk kopi dan produk olahannya dengan mem-
mengurangi pasokan kopi di pasar dunia. perhatikan aspek pasar dan sumber daya,
Vietnam dan Indonesia adalah dua negara serta revitalisasi industri perkopian yang sudah
produsen kopi yang paling merasakan keru- ada dan mendukung pengembangan klaster
gian jika harga kopi robusta terus terpuruk industri.
karena kedua negara tersebut adalah negara Dinamika pembangunan industrilalisa-
produsen robusta terbesar di dunia. Oleh si perkopian ke depan adalah dengan pene-
karena itu, Indonesia selalu bekerjasama rapan strategi dan memperhatikan semangat
dengan Vietnam untuk mengadakan program Otonomi Daerah yang tertuang dalam Undang-
pembatasan ekspor kopi dari kedua negara Undang Nomor 22 Tahun 1999. Dengan
tersebut sebagai upaya mengurangi pasokan memperhatikan masalah dan tantangan yang
kopi di pasar dunia. dihadapi serta potensi dan peluang yang ada
Beberapa strategi yang perlu dilaku- maka kebijakan pembangunan pengolahan
kan dalam pembangunan pengolahan dan dan pemasaran produk kopi dirumuskan seba-
pemasaran produk kopi dan olahannya (Dirjen gai berikut. Pertama, pembangunan sistem
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perta- dan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran
nian, 2003). Pertama, meningkatkan keterli- produk kopi diarahkan pada peningkatan daya
batan dan peran masyarakat, swasta dan ke- saing melalui pembinaan perbaikan mutu dan
lembagaan agribisnis dalam usaha pengo- tampilan produk kopi dan olahannya, peman-
lahan dan pemasaran produk kopi. Kedua, faatan teknologi tepat guna yang ramah
meningkatkan peran kelembagaan sosial bu- lingkungan, peningkatan efisiensi pemasaran
daya dan kelembagaan ekonomi yang telah dan promosi, serta mendukung pengemba-
mengakar dan menyatu di masyarakat dalam ngan klaster industri. Kedua, pembangunan
pengolahan dan pemasaran produk kopi. sistem dan usaha-usaha pengolahan dan

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

53
pemasaran produk kopi didasarkan atas Selain itu, untuk mempertahankan
sumberdaya dan budaya lokal, pemanfaatan atau bahkan meningkatkan pangsa pasar da-
teknologi ramah lingkungan, dan orientasi lam kondisi persaingan yang semakin ketat,
pasar. Ketiga, pengembangan usaha-usaha maka produktivitas harus ditingkatkan (mene-
pengolahan dan pemasaran produk kopi skala kan biaya produksi) sehingga harga relatif kopi
rumah tangga, usaha kecil menengah (UKM) Indonesia lebih murah dan pada akhirnya daya
dan koperasi dilakukan dengan mengembang- saing ekspor kopi Indonesia dapat meningkat.
kan akses terhadap modal, teknologi dan pa- Selain itu kualitas (mutu) kopi biji dan kopi
sar serta bimbingan kewirausahaan. Keempat, olahan yang diekspor Indonesia harus diting-
seluruh kegiatan pembangunan pengolahan katkan dan dijamin kontinuitas pasokannya.
dan pemasaran produk kopi dilakukan dengan Upaya ini dipandang urgen mengingat produk
pola pemberdayaan pelaku usaha serta keter- kopi yang diekspor Indonesia didominasi oleh
tiban penuh dari masyarakat dalam perenca- kopi dengan kualitas medium sampai rendah.
naan, pelaksanaan dan tanggung jawab serta Perbaikan mutu kopi harus selalu diupayakan
resiko. Kelima, pembangunan pengolahan dan agar kualitas kopi yang diekspor sesuai de-
pemasaran produk kopi sepenuhnya didukung ngan preferensi konsumen. Hal itu dapat di-
oleh kebijakan pengembangan IPTEK yang capai dengan melakukan kerjasama antara
memadai. Keenam, Pemerintah pusat, Kabu- petani, peneliti dan pengimpor. Peneliti ber-
paten dan Kota berperan memberi pelayanan fungsi sebagai mediator antara petani dan pe-
fasilitasi dan bimbingan, menata regulasi dari ngimpor. Lembaga penelitian menyampaikan
peraturan-peraturan dan norma yang menja- kepada petani deskripsi kriteria kopi yang di-
min kepastian berusaha. inginkan oleh konsumen dan tingkat harga
yang akan diterima. Selain itu peneliti menye-
diakan teknologi yang diperlukan oleh petani,
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN sehingga petani dapat bekerja dengan baik
karena telah ada kepastian pasar.
Tidak seperti kopi biji, permintaan dan Pangsa kopi Indonesia di pasar tradi-
harga kopi olahan cenderung selalu mening- sional (Jerman dan Jepang) cenderung menu-
kat. Diversifikasi produk ini dapat dikembang- run, padahal kopi Indonesia sudah dikenal di
kan pada skala UKM dan juga skala besar, dua negara tersebut. Oleh karena itu Indone-
mengingat teknologi pengolahan kopi relatif sia harus senantiasa menjaga, memelihara
sederhana dan dapat dirancang dalam berba- dan bahkan meningkatkan pangsanya. Selain
gai skala usaha, sehingga nilai tambah dari itu perlu dicari terobosan ke pasar baru, yakni
produk olahan kopi ini dapat dinikmati oleh negara-negara yang impor kopinya dari
petani pengolah kopi. Dengan demikian, pros- Indonesia masih sedikit atau belum ada. Untuk
pek pengembangan perkopian di Indonesia itu perlu promosi dan jaringan pemasaran
akan semakin cerah dengan meningkatnya da- yang jitu.
ya saing dan efisiensi memproduksi specialty Pemerintah dan Swasta (AEKI) hen-
coffee yang bermutu tinggi, aman dikonsumsi daknya secara proaktif perlu memantau
dan ramah lingkungan, sehingga mampu perkembangan perkopian dunia, agar industri
mempertahankan dan meningkatkan pangsa perkopian Indonesia dapat lebih bermanfaat
pasar dalam dan luar negeri. Kondisi tersebut bagi pembangunan ekonomi nasional. Terma-
dapat dicapai dengan menjalankan kebijakan suk upaya untuk meningkatkan konsumsi kopi
dan program kerja pembinaan serta penga- dalam negeri guna mengurangi ketergantu-
wasan pengolahan dan pemasaran kopi dalam ngan kepada pasar ekspor dan mendorong
unit usaha kopi skala UKM dan besar dalam petani agar terlibat aktif dalam program pe-
kerangka kerja koordinasi vertikal. Motivasi ningkatan kualitas. Upaya yang perlu dilaku-
dari koordinasi vertikal antara lain adalah ke- kan antara lain adalah panen dengan petik
kuatan pasar (market power), keuntungan merah dan proses pasca panen yang benar
teknis (technical advantage), jaminan suplai dapat terlaksana sesuai dengan yang diharap-
(supply assurance), menghindari pajak (tax kan, serta meningkatkan teknologi pembibitan
avoidance) dan biaya transaksi minimum (mi- dan budidaya. Selain itu, perlu upaya mendo-
nimum transaction cost). rong diberlakukannya sistem insentif yang

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1, Juli 2007 : 43 - 55

54
memadai dengan pemberlakuan grading yang Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.
baik. Hal lain yang diperlukan adalah pening- 2004. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi
katan efisiensi pemasaran, terutama mulai dari 1990-2004. Departemen Pertanian, Direk-
tingkat pedagang, pengekspor dan pengimpor/ torat Jenderal Bina Produksi Perkebunan,
Jakarta.
konsumen.
FAO. 2004a. Production Yearbook 1986-2004.
FAO, Rome.
DAFTAR PUSTAKA FAO. 2004b. Trade Yearbook 1986-2004. FAO,
Rome.
Agustian, A., et al. 2003. Analisis Pengembangan Hakim, N. 2003. Strategi Pemasaran Kopi Dalam
Agroindustri Komoditas Perkebunan Rak- Menghadapi Over Supply, Isu Ecolabelling
yat Dalam Mendukung Peningkatan Daya dan Isu Ochratoxin. Warta Penelitian Kopi
Saing Sektor Pertanian. Pusat Penelitian dan Kakao, 9(1): 22-38.
Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Pene- International Coffee Organization. 2004. Price-
litian dan Pengembangan Pertanian, elasticity of Demand and Coffee Con-
Departemen Pertanian, Bogor. sumption in Importing Countries. Interna-
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2001a. Vietnam tional Coffee Organization, London.
Kembangkan Arabika Besar-besaran. Kopi International Coffee Organization. 2005. Coffee
Indonesia. Edisi Agustus. Jakarta. Statistics 1980-2004. International Coffee
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2001b. Vietnam Organization, London.
dan Brazil Bisa Kolaps. Kopi Indonesia. International Trade Centre-UNCTAD/WTO. 2002.
Edisi September. Jakarta. Coffee: An Exporters’s Guide. United
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2002. Vietnam Nations, New York.
Akan Kendalikan Produksi Kopi. Kopi Kustiari, R. 2007. Analisis Ekonomi Tentang Posisi
Indonesia. Edisi April. Jakarta. dan Prospek Kopi Indonesia di pasar
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2005. Statistik internasional. Disertasi Doktor. Program
Kopi 1980-2005. Asosiasi Eksportir Kopi Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Indonesia, Jakarta. Bogor.
Desianti, L. C. 2002. Dampak Kebijakan Pemerintah Landell Mills Commodities Studies. 2006. Commo-
Terhadap Profitabilitas dan Daya Saing dity Bulletin. 1993-2006. LMC International
Kopi Robusta Indonesia. Tesis Magister Ltd. New York.
Sains. Fakultas Pascasarjana, Institut Simatupang, P., et al. 1998. Koordinasi Vertikal
Pertanian Bogor, Bogor. Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan
Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pema- Daya Saing dan Pendapatan Dalam Era
saran Hasil Pertanian. 2003. Kebijakan Globalisassi Ekonomi (kasus Agribisnis
dan Program Pemasaran dan Pengemba- Kopi). Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
ngan Industri Kopi di Indonesia. Warta Pertanian, Badan Penelitian dan Pe-
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 19(1): 9- ngembangan Pertanian, Departemen Per-
21. tanian, Bogor.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. United Nations. 2005. Statistical Yearbook 1990-
2003. Kebijakan dan Strategi Pembangun- 2004. United Nations, New York.
an Perkopian Nasional. Warta Pusat Yahmadi, M. 2005. Pemasaran Kopi Indonesia di
Penelitian Kopi dan Kakao, 19(1): 1-8. Pasaran Global. Buletin N0. 6. AEKI Jawa
Timur.

PERKEMBANGAN PASAR KOPI DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Reni Kustiari

55

You might also like