You are on page 1of 116

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 01 : Agar Ramadhan... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=91&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 01 : Agar Ramadhan Penuh Rahmat, Berkah dan


Bermakna
Rabu, 20 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Hari ini kita memasuki bulan suci Ramadhan. Banyak
hikmah yang bisa kita petik di bulan suci dan mulia ini, yang semuanya mengarah
pada peningkatan makna kehidupan, peningkatan nilai diri, maqam spiritual, dan
pembeningan jiwa dan nurani.

Kewajiban puasa ini bukan sesuatu yang baru dalam tradisi keagamaan manusia.
Puasa telah Allah wajibkan kepada kaum beragama sebelum datangnya Nabi
Muhammad Saw. Ini jelas terlihat dalam firman Allah berikut, “ Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa " (Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menegaskan tujuan final dari disyariatkannya puasa, yakni tergapainya
takwa. Namun, perlu diingat bahwa ketakwaan yang Allah janjikan itu bukanlah
sesuatu yang gratis dan cuma-cuma diberikan kepada siapa saja yang berpuasa.
Manusia-manusia takwa yang akan lahir dari “rahim” Ramadhan adalah mereka yang
lulus dalam ujian-ujian yang berlangsung pada bulan diklat itu.

Tak heran kiranya jika Rasulullah bersabda,” Banyak orang yang berpuasa yang tidak
mendapatkn apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus " (HR. An-Nasai dan Ibnu
Majah).

Mereka yang berpuasa, namun tidak melakukan pengendapan makna spiritual puasa,
akan kehilangan kesempatan untuk meraih kandungan hakiki puasa itu.
Lalu apa yang mesti kita lakukan?

Beberapa hal berikut ini mungkin akan bisa membantu menjadikan puasa kita penuh
rahmah, berkah, dan bermakna :

Pertama, mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.

Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat korelatif
dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu. Hal ini juga bisa
menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang bernar tentang puasa.

Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan para
sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu. Rasulullah
bersabda,

” Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu


pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan
doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakan
kalian pada para malaikat-Nya. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik
dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapat rahmat
Allah di bulan ini " (HR. Ath-Thabrani).

1 of 3 8/30/2007 10:55 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 01 : Agar Ramadhan... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=91&PHPSESS...

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat – dan tentu saja kita semua
—bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga. Maka
menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan Ramadhan
ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan di
bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan, maka kita akan
meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu bulan ini bertabur
rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk menggapainya. Jika pintu surga
dibuka, kita akan berlari kencang untuk memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita
tidak akan mau mendekatinya sehingga dia akan menganga.

Kedua, membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.

Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu.
Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan
membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan pada
saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk
meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang
berbobot dan berisi.

Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan, “ Barang siapa yang puasa Ramadhan dan
mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan,
maka itu akan menjadi pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya " (HR. Ibnu Hibban
dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita harus
siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan “sekolah
moralitas dan etika”, tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan bertarung
membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih mengokohkan
sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan. Berlatih
menjernihkan otak dan akal pikiran.

Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh
makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota
badan.
Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan perasaan
kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang, solidaritas, simpati, dan
empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi batinnya.
Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak melakukan
hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal yang
haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari Allah, mulut
kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia. Kaki kita tidak
melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian, tangan kita tidak pernah
menyentuh harta haram.

Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan hati tidak

2 of 3 8/30/2007 10:55 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 01 : Agar Ramadhan... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=91&PHPSESS...

bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama, angkara, rakus dan


tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, “ Jika kamu berpuasa, maka
hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa.
Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada hari
kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak berpuasa) sama
dengan hari kamu berpuasa.”

" Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya
maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak minum "
(HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan amal ke
depan.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=91

3 of 3 8/30/2007 10:55 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 02 : Tipologi Manusi... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=92&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 02 : Tipologi Manusia Penyambut Ramadhan


Rabu, 20 September 06 - by : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi OnLine : Setiap bulan Ramadhan menjelang, kita bisa membagi
kaum muslimin dalam beberapa kategori dan model, yaitu :

Pertama, kalangan yang sangat antusias menyambut Ramadhan, karena sadar


akan banyaknya bonus rahmat dan pahala yang akan mereka dapatkan di bulan
itu.
Kedua, mereka yang biasa-biasa saja dalam menyambut kedatangan bulan suci
ini, tanpa ekspresi dan tanpa apresiasi apa-apa. Karena mereka tidak mengerti
apa sebenarnya yang ada dalam Ramadhan.
Ketiga, mereka yang gembira dengan kedatangan Ramadhan, hanya karena
mereka diuntungkan secara materi walaupuan mereka miskin secara ruhani.
Keempat, golongan yang merasa ketakutan dengan kedatangan bulan
Ramadhan.

Terus terang, klasifikasi ini baru saja saya dapatkan dan tiba-tiba saja muncul dari
benak saya, ketika saya membaca beberapa buku dan melihat fenomena sosial yang
berkembang di masyarakat. Saya pun tidak tahu, apakah klasifikasi itu benar atau
malah salah dan mungkin mengada-ada. Namun sekali lagi, saya katakan bahwa
fenomena itu ada, minimal yang penulis tangkap dari gejala sosial yang ada.

Golongan pertama

Golongan pertama adalah mereka yang menyadari sepenuhnya makna dan nilai yang
ada dalam Ramadhan. Sehingga, jauh-jauh hari sebelum bulan suci ini hadir di
hadapannya, mereka telah berkemas-kemas untuk mengarungi perjalanan rohani yang
demikian mengasyikkan.

Semua perbekalan untuk menjalani perjalanan rohani itu telah mereka persiapkan
dengan sebaik-baiknya dan sematang-matangnya. Mereka menyadari bahwa
perjalanan rohani yang akan ditempuhnya dalam sebulan itu bukan perjalanan yang
mudah dan gampang. Ia memerlukan stamina fisik dan rohani yang mapan, sehingga
perjalanan itu bisa dilakukan dan dilalui dengan baik.

Pembiasaan-pembiasaan pembuka sebagai latihan, akan dilakukannya. Termasuk


melakukan puasa-puasa sunah di bulan Sya’ban, atau mungkin bahkan sudah
dilakukan pada bulan Rajab. Pokoknya, kelompok ini betul-betul siap menghadapi
perjalanan rohani selama bulan Ramadhan.

Mereka mengerti benar peta perjalanan rohani itu dengan sebaik-baiknya. Akibatnya,
secara mental mereka tidak terkejut dan bahkan merasakan hentakan kenikmatan,
kala akan memasuki bulan suci ini. Penulis kira, golongan ini bukanlah golongan
mayoritas di tengah umat dewasa ini. Mereka adalah para pemburu takwa.

Golongan kedua

Golongan kedua adalah mereka yang biasa-biasa saja dalam menyambut kedatangan

1 of 3 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 02 : Tipologi Manusi... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=92&PHPSESS...

bulan suci ini. Tak ada riak spiritual dan gairah jiwa yang meluap-luap penuh
gembira menyambut bulan ampunan dan suci ini. Kehadiran Ramadhan sama sekali
tidak mempengaruhi kebangkitan spiritualnya, tidak menggairahkan “urat-urat”
kepekaan nuraninya. Tak ada yang berubah. Tak ada yang bergeser. Jiwanya
demikian dingin, walaupun suasana bulan suci telah memercikkan
kehangatan-kehangatan. Hati mereka tak lagi terangsang untuk memeluk erat sang
tamu agung ini.

Di bulan suci ini, bukan tidak mungkin manusia semacam ini banyak jumlahnya.
Bahkan, bisa menjadi bagian paling besar dari lapisan umat ini. Namun, saya
berharap dan berdoa, semoga tidak. Untuk mereka, bonus-bonus Ramadhan tiada
guna dan mereka memang tidak berhak mendapatkannya.

Golongan ketiga

Kelompok ketiga adalah kelompok yang gembira dengan kehadiran bulan Ramadhan,
karena mereka merasa bahwa kedatangannya dianggap akan membuat mereka
menangguk keuntungan besar. Siapa mereka? Mereka adalah sosok-sosok pencari
“nafkah” dengan kehadiran bulan suci.

Di benaknya, yang bertaburan bukan pahala-pahala yang Allah turunkan dari langit
karena amal-amalnya yang sempurna. Yang terbayang dalam benaknya adalah
“honor-honor” jutaan atau amplop-amplop dalam sekali tampil di publik, di media
radio dan televisi, atau di mana saja yang dianggap mendatangkan uang.

Hatinya sama sekali tidak terpaut dengan “imaan dan ihtisaab” di bulan Ramadhan.
Yang tertayang dalam benaknya adalah seberapa banyak penghasilan yang akan dia
dapatkan dengan kehadiran bulan suci ini. Baginya tak perlu apakah bulan ini bulan
ampunan atau bukan bulan ampunan, yang penting aliran uang mengalir deras ke
kantong atau rekening.

Tak ada dalam kamusnya, bahwa malam-malamnya harus diisi dengan salat tarawih
dengan khusyu’ dan penuh makna. Malamnya-malamnya malah dia sibukkan untuk
tayang sana, tayang sini sambil tertawa bekakan, seakan Ramadhan adalah bulan tawa
dan bukan bulan amal.

Malam-malamnya penuh dengan fatwa-fatwa dan seruan beramal, sementara dia


sendiri tengah “membakar” dirinya dengan ucapan-ucapan yang sebenarnya dia
sendiri tidak pernah, bahkan hanya untuk sekedar berniat melakukannya. Mulut
berbusa-busa mengajak orang mentadabburi Al-Quran, namun dia sendiri untuk
menyentuh, ya untuh menyentuh saja, demikian enggan.

Sosok ini bisa menimpa seorang pedagang, bisa seorang artis dan selebritis, bisa
seorang kiyai, bisa seorang ustadz ternama, bisa seorang qari’-qariah, bisa seorang dai
kondang, bisa seorang presenter, bisa seorang pengelola televisi, radio, pengelola
pengajian, pengelola transportasi, dan siapa saja yang menjadikan uang sebagai target
utama pada saat Ramadhan datang menjelang.

Saya yakin, kelompok ini ada dan bahkan jauh-jauh hari telah melakukan kalkulasi
sejauh mana Ramadhan kali ini dia bisa eksploitasi sebaik-baiknya. Dia memang
puasa, namun puasanya kosong dari makna dan spirit Ramadhan yang sebenarnya.
Mereka memang puasa, namun puasa yang tidak memiliki bobot apa-apa. Hampa!!

2 of 3 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 02 : Tipologi Manusi... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=92&PHPSESS...

Golongan keempat

Kategori terakhir adalah sosok manusia yang demikian ketakutan dengan kehadiran
Ramadhan. Kelompok ini saya anggap sebagai kelompok yang sangat parah
dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga.

Kelompok ini menjadikan Ramadhan sebagai momok yang selalu menghantui


dirinya. Sebulan sebelum Ramadhan datang, mereka telah menggigil karena akan tiba
bulan suci ini. Mereka merasa ngeri karena harus menahan makan dan minum, harus
sembunyi-sembunyi jika mereka tidak puasa, mereka harus malu jika kepergok
sedang makan-makan.

Bahkan bukan itu saja, ada diantara mereka yang merasa terancam roda hidupnya
dengan kedatangan bulan suci ini. Mereka merasa bahwa Ramadhan telah
menyumbat rizkinya.

Mereka bisa saja terdiri dari pelaku bisnis haram, para pengelola night-night club
yang diperintahkan untuk ditutup selama Ramadhan. Mereka bisa saja adalah para
pelacur kelas kakap yang setiap harinya menjual kehormatan kepada para si hidung
belang. Bisa saja mereka adalah para pedagang makanan di pinggir-pinggir jalan,
yang seakan hidup menjadi kiamat karena penghasilan drastis berkurang. Mereka bisa
saja pengelola restoran atau siapa saja yang menganggap bahwa Ramadhan bukan
bulan penyucian diri dan jiwa.

Saya tidak berani berkomentar sosok macam apakah mereka. Yang jelas, mereka
bukan pemburu takwa, bukan pula manusia yang mengharap ridha Tuhannya. Mereka
tidak akan dapat nilai apa-apa di bulan mulia ini.

Kalau mungkin saya tambahkan, maka kelompok terakhir adalah kelompok pongah
yang dengan terangan-terangan tampil di depan orang menampilkan “keberaniannya”,
bahwa mereka tidak puasa tanpa alasan apa-apa. Untuk yang terakhir ini, hanya Allah
yang bisa memasukkan ke dalam neraka.

Kita berdoa, semoga kita masuk pada golongan pertama. Golongan yang semangat
menyambut kedatangan Ramadhan yang mulia. Semangat memeluk nilai-nilai dan
semangat pula memaknainya.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=92

3 of 3 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 03 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=93&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 03 : Ramadhan dan Gelora Jihad


Kamis, 21 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Ramadhan Bulan Istimewa

Tersebar imej kurang baik di kalangan sebagian orang bahwa Ramadhan adalah bulan
istirahat dan bulan malas-malasan. Memang, ada suatu fenomena kurang Islami
terjadi, tatkala umat Islam melewati bulan suci Ramadhan.

Di berbagai kantor, para karyawan seakan-akan kurang bersemangat bekerja dengan


alasan sedang puasa. Seusai shalat Zhuhur, kita dapati mereka bergeletakan di
mushalla atau masjid untuk tiduran, berdalih bahwa tidurnya orang puasa adalah
ibadah. Para ibu rumah tangga pengeluaran belanjanya naik, mall dan pasar lebih
ramai dibandingkan masjid, khususnya sepuluh hari terakhir dari Ramadhan.

Gejala negatif seperti ini terjadi, karena sebagian umat Islam kurang memahami
esensi bulan Ramadhan sebagai bulan jihad, bulan panen pahala, dan bulan penuh
berkah. Padahal, semangat Ramadhan yang difahami Rasulullah tercermin dalam
sebuah hadits, “ Seandainya umatku tahu (keutamaan) apa yang ada pada bulan
Ramadhan, niscaya berharap agar satu tahun seluruhnya terdiri dari Ramadhan.”

Ramadhan berasal dari kata-kata bahasa Arab “ramadl” maknanya “membakar’.


Ramadhan adalah bulan kesempatan umat Islam untuk membakar dosa lebih intensif
dibandingkan dengan bulan lain. Mengapa membakar dosa?

Pertama, amalan puasa adalah ibadah istimewa dan berpahala istimewa yang mampu
meningkatkan ketakwaan dan menepis semua bentuk kemunkaran dan maksiat.
Kedua, pada bulan ini umat Islam mendapatkan panen pahala karena ada malam
yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar, dan
ketiga, dilipatgandakannya pahala semua amalan muslim dan muslimah. Yang wajib
dilipatgandakan 70 kali dan yang sunnah disamakan dengan pahala amalan wajib.
Dengan keistimewaan ini, dosa umat Islam terbakar oleh banyaknya pahala amalan
kebajikan yang diraih pada bulan Ramadhan.

Barangkali, di sinilah rahasianya mengapa Rasulullah senantiasa menanti bulan


Ramadhan, sehingga berdoa, “ Allahumma baarik lanaa fi Rajaba wa Sya’baan wa
ballighnaa Ramadlan ” (Ya Allah berkati kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban
dan antarkan kami sampai ke bulan Ramadhan.).

Selain dari pada itu, Beliau senantiasa berkhurtbah ketika menyambut awal
Ramadhan. Di antara isi khutbahnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan An
Nasa’i adalah sebagai berikut:

“ Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penuh berkah. Allah mewajibkan atas
kamu puasa di bulan itu.Pada bulan itu semua pintu neraka terbuka lebar dan semua
pintu neraka Jahim tertutup rapat serta syetan-syetanpun dibelenggu. Di dalamnya
terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Baragsiapa yang tidak

1 of 4 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 03 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=93&PHPSESS...

mendapatkan kebaikannya, maka sesungguhnya orang yang tidak beramal kebaikan


pada bulan ini sungguh amat merugi.
Konotasi “pintu-pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka tertutup rapat dan
syetan-syetanpun dibelenggu ”,

Maksudnya bahwa orang yang berpuasa berkesempatan besar untuk masuk surga dan
jauh dari neraka. Karena dengan puasanya ia berpahala besar dan pasti tidak bisa
digoda oleh syetan yang terkutuk.
Kalau ada orang puasa yang masih bisa digoda syetan, berarti puasanya belum benar
dan pasti tidak sempurna. Mengapa demikian? Orang yang berpuasa menurut syariat
Islam akan menahan diri dari makan, minum, dan segala yang bisa membatalkan
puasanya, atau pun segala yang bisa mengurangi pahala puasanya.

Ramadhan dan Jihad

Puasa adalah ibadah yang bernuansa jihad melawan hawa nafsu. Orang yang tidak
bisa menahan nafsu syahwatnya, nafsu amarahnya, nafsu seksualnya, dan nafsu-nafsu
lainnya selama berpuasa, berarti puasanya akan ditolak Rabbul Izzati. Rasulullah
pernah menegaskan dengan sabdanya: “ Barangsiapa yang tidak meninggalkan
ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh darinya untuk meninggalkan
makanan dan minumannya.”

Inilah jihad muslim yang tiada hentinya, karena nafsu al ammarah bis suu’ senantiasa
menyertainya, baik di kala jaga atau tidur. Namun, selain jihad melawan hawa nafsu
ini, umat Islam diperintahkan juga berjihad melawan kekafiran dan kesyirikan. Jihad
untuk mempertahankan diri dari serangan kaum kufar ini sering disebut dengan jihad
qitali.

Allah swt. telah mensyariatkan jihad melawan kekufuran sebagai sarana ibadah dan
perjuangan untuk menyiapkan individu muslim yang mampu membawa beban untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ibadah puasa penuh dengan kebaikan dan
sumber pengkaderan untuk menyiapkan generasi yang mau berkorban lii’laai
kalimatillah.

Tahun demi tahun dilewati umat Islam dan Ramadhan penuh dengan kenangan
peristiwa besar yang menggambarkan jihad kaum muslimin. Sejak Islam datang
menembus gelapnya kekufuran dan kesyirikan menuju cahaya Islam, umatnya telah
menghadapi jihad besar melawan kezhaliman dalam menegakkan keadilan.

Jihad yang disyariatkan Islam bertujuan mencapai dua sasaran:

Pertama : Untuk mempertahankan diri dari serangan asing dan mempertahankan


tanah air di mana mereka tinggal.
Kedua : Mempertahankan dakwah Islamiyah dan ajaran-ajaran Ilahi sekaligus
melindungi para pembawa panji-panjinya, demi menebarkan ajaran Islam dengan
al-hikmah, almau’izhah al hasanah dalam suasana penuh aman dan kedamaian.

Jihad disyariatkan Islam agar ajaran Islam tetap tersebar ke seantero dunia. Dakwah
bagaikan air yang harus dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat manusia. Bila tidak
disyariatkan jihad, maka kebatilan akan menggusur yang hak, kerusakan akan
menghantui dunia, dan panji-panji Islam akan tumbang diserang kekufuran.
Diwajibkannya jihad bukan untuk ekspansi, intimidasi, kekuasaan, dan memperbudak
umat manusia, tapi jihad disyariatkan untuk meluruskan yang bengkok, menebarkan

2 of 4 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 03 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=93&PHPSESS...

keadilan, dan kesejahteraan di atas bumi ini.

Dari sini, jihad dalam Islam dijadikan salah satu tonggak pengaman ajaran Islam dan
memiliki kedudukan khusus dalam akidah dan ajaran Islam yang harus. Dijadikan
sentral perhatian umat Islam dalam melaksanakan semua aktifitas kehidupannya.

Jihad Qitali di Bulan Ramadhan

Umat Islam sejak zaman Rasulullah saw. sangat memahami esensi bulan Ramadhan
sebagai sarana pendidikan jihad fi sabilillah. Marilah kita lihat peristiwa besar yang
menggambarkan jihad umat Islam untuk mempertahankan dakwah sepanjang masa
pada bulan Ramadhan :

1. Perang Badar yang terjadi pada tangal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah. Perang
Badar dianggap sebagai perang terbesar dan kemenangan terbesar yang diraih
umat Islam di awal pertumbuhannya di Madinah.
2. Fathu Makkah yang terjadi pada tahun ke delapan hijrah. Jihad ini merupakan
kemenangan untuk menghancurkan tuhan-tuhan berhala dan menancapkan
panji kebenaran.
3. Pada Ramadhan tahun 9 Hijrah, Rasulullah saw. menerima utusan dari Tsaqif
untuk membaiat Nabi Muhammad Saw.
4. Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang Qadisiyyah dimana
orang-orang Majusi di Persia ditumbangkan.
5. Pada Ramadhan tahun 53 Hijrah, umat Islam memasuki pulau Rhodes di
Eropa.
6. Pada bulan Ramadhan tahun 91, umat Islam memasuki selatan Andalusia (
Spanyol sekarang)
7. Pada Ramadhan tahun 92 H., umat Islam keluar dari Afrika dan membuka
Andalus dengan komandan Thariq bin Ziyad
8. Pada bulan Ramadhan tahun 132 H., Dinasti Umawiyah ditumbangan dan
berdirilah daulah Abbasiyah.
9. Pada bulan Ramadhan tahun 254 H., Mesir memisahkan diri dari daulah
Abbasiyah dengan pimpinan Ahmad bin Thaulun.
10. Pada Ramadhan tahun 361 H., dimulainya pembangunan Masjid Al-Azhar
yang kelak menjadi universitas Al-Azhar di Kairo.
11. Pada bulan Ramadhan tahun 584 H., Sholahuddin Al-Ayyubi mulai menyerang
tentara Salib di Siria dan berhasil mengusir mereka.
12. Pada Ramadhan 658 H., Umat Islam berhasil menghancurkana tentara Tartar di
perang “Ain Jalut”
13. Pada Ramadhan tahun 675 H., Raja Bebes dan tentaranya berhasil mengusir
tentara Salib secara total.
14. Pada bulan Ramadhan 1393 tentara Mesir berhasil merebut terusan Suez dan
mengusir tentara penjajah, Israel dari Sinai.

Demikianlah beberapa contoh peristiwa besar di bulan Ramadhan sepanjang sejarah


umat Islam yang dipenuhi dengan nuansa jihad mempertahankan tegaknya dakwah
Islamiyah di muka bumi ini.

Tuntutan Jihad Sekarang Lebih Luas

Ketika musuh-musuh Islam menyerang dengan berbagai macam cara untuk

3 of 4 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 03 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=93&PHPSESS...

memadamkan cahaya agama Allah, kondisi ini menuntut umat Islam agar melakukan
jihad dalam berbagai aspek kehidupan. Jihad terhadap hawa nafsu adalah jihad setiap
saat bagi setiap muslim yang masih waras dan sehat. Jihad qitaali adalah wajib bila
umat Islam diserang dengan senjata seperti di Palestina, Afghanistan, Irak, Bosnia,
dan belahan bumi lainnya.

Selain jihad nafsiy dan jihad qitaali, masih banyak lagi tuntutan jihad lainnya,
sebanyak aneka ragam serangan musuh. Di antara jihad-jihad yang dituntut sekarang
adalah:

1. Jihad tablighi, yaitu jihad dengan lisan untuk menyampaikan ajaran Islam
dengan penuh hikmah, kelembutan, dan kesejukan. Kita diwajibkan jihad
tablighi ini sebagai jihad bil-lisan untuk meluruskan berbagai penyimpangan
yang terjadi dalam masyarakat.
2. Jihad ta’limi, yaitu jihad melalui pendidikan, baik formal atau non formal.
Saat ini umat Islam sangat dituntut untuk menekuni jihad ta’limi ini, karena
sekolah-sekolah unggulan umat Islam masih perlu peningkatan kualitas dan
kuantitas. Apalagi sekolah-sekolah yang dikelola yayasan pendidikan non Islam
sarat dengan unsur-unsur yang bisa memadamkan semangat keislaman siswa.
3. Jihad Maali, yaitu jihad dengan harta dalam rangka menebarkan syiar Islam,
melindungi kaum fuqara’ dan masakin dari kekufuran yang sering mengintai
mereka. Jihad maali ini sering disebut Al-Qur’an lebih dulu daripada jihad
binnafsi, karena: Pertama, mengeluarkan harta lebih mudah dari pada
berkorban dengan jiwa. Kedua, jihad binnafsi membutuhkan biaya yang tak
terbatas. Ketiga, sebagian orang ada yang lemah jasmaninya atau merasa takut
perang. Keempat, para pemilik harta dianggap musuh sebagai kekuatan
pendukung para mujahid.
4. Jihad Siyasi: yaitu jihad memperjuangkan Islam lewat politik, lewat pemilu,
memilih anggota DPR/MPR untuk melakukan perubahan undang-undang
kearah pemenangan dakwah Islamiyah.

Bulan Ramadhan tahun ini (2004 red) adalah Ramadhan yang sangat istimewa bagi
kita sebagai bangsa Indonesia, karena kita telah menghadapi perhelatan besar yaitu
pemilu dan pemilihan presidan dengan wakilnya secara langsung. Sudah barang tentu
umat Islam dituntut untuk meningkatkan jihad nafsi, jihad tablighi, ta’limi, siyasi dan
jihad maali untuk pemenangan dakwah.

Wallahu a’lamu bish shawab.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=93

4 of 4 8/30/2007 10:56 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=94&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat Tepat Bertaubat


Kamis, 21 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Kemuliaan dan keistimewaan bulan Ramadhan telah


disadari. Di dalamnya ada rahmat, keberkahan, kebaikan, keselamatan, ampunan yang
tak terhingga, pahala yang berlipat ganda, dan kenikmatan berlimpah ruah.

Karena itu, Rasulullah saw. menjelaskan dalam sabdanya, “ Seandainya manusia


mengetahui kebaikan dan keistimewaan yang ada di bulan Ramadhan, maka mereka
akan menginginkan seandainya seluruh bulan yang ada menjadi bulan Ramadhan ”.

Semangat berlomba-lomba dalam ibadah dan kebaikan menjadi ciri khas dari
Ramadhan. Secara umum, kecenderungan kaum muslimin meningkatkan ibadahnya
sangat tinggi di bulan Ramadhan. Orang awam pun berlomba-lomba meningkatkan
ibadahnya, seperti: memakmurkan masjid, bersedekah, menambah shalat sunah,
melaksanakan tarawih, memberikan buka puasa, dan lainnya. Semangat beribadah
dan melakukan kebaikan belum sempurna bila seseorang belum memiliki kepedulian
terhadap usaha menghindari perangkap-perangkap dosa.

Bahkan, memelihara dan menjaga diri dari dosa dan menjauhkan segala
perangkap-perangkapnya, sangat besar fadhilah dan keutamaannya di sisi Allah swt.
Mari kita renungkan riwayat hadits Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang tujuh
golongan yang akan dilindungi oleh Allah swt. di akhirat kelak, dimana tidak ada
perlindungan selain perlindungan Allah swt.

Bulan Ramadhan di samping menyediakan banyak peluang ibadah dan kebaikan, ia


juga membuka lebar-lebar pintu untuk menjauhkan diri dari maksiat dan dosa. Upaya
menjauhkan diri dari dosa dan maksiat, tidak terlepas dari keharusan orang bertaubat
dan membersihkan diri dari dosa-dosa dan maksiat mereka yang pernah terjerumus ke
dalamnya. Itulah istighfar dan taubat.

Urgensi Taubat

Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, kecuali Rasulullah saw.
Kenyataan ini mengharuskan setiap orang introspeksi diri dan kembali bertaubat
kepada Allah swt. Rasulullah saw. sendiri yang telah bebas dari dosa, selalu
beristighfar dan bertaubat tidak kurang dari tujuh puluh kali setiap hari. Dalam
riwayat lain, seratus kali. ( HR. Bukhari-Muslim).

Dalam Al-Qur'an ditemukan banyak ayat tentang pentingnya bertaubat. Diantaranya,


“dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar
kalian meraih kemenangan”. (An-Nur: 30)

Ayat ini turun di Madinah kepada generasi terbaik umat ini, dari Muhajirin dan
Anshar. Bahwa, bila mereka ingin meraih kemenangan, kejayaan, dan kebahagiaan,
maka harus dengan syarat bertaubat. Padahal, mereka telah mempersembahkan
segalanya untuk perjuangan iman melawan siksaan dan intimidasi kafir Quraisy,
menghadapi segala rintangan dan penderitaan dalam berhijrah, dan menghadapi
kilatan pedang, serangan musuh, dan ancaman syahid dalam berjihad di medan

1 of 5 8/30/2007 10:57 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=94&PHPSESS...

perang.

Ayat ini seolah-olah menyatakan bahwa tidak cukup hanya dengan beriman,
berhijrah, dan berjihad untuk mencapai kemenangan. Tetapi, harus pula dengan
banyak bertaubat.

Ayat lain menyatakan hakikat yang lebih menggetarkan hati. Allah swt. Berfirman, “
dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka pasti orang-orang yang zhalim ”.
(Al-Hujurat; 11).

Kewajiban Taubat dan Keutamaannya

Wahsyi, pembunuh Hamzah, paman tersayang Rasulullah saw. pernah ragu-ragu


masuk Islam, karena takut dosanya tidak akan terampuni dan taubatnya tidak diterima
oleh Allah swt. Namun, setelah mendapat jawaban dari Rasulullah saw. berdasarkan
ayat-ayat al-Qur'an, tanpa ragu dia pun masuk Islam dan bertaubat menuju ke
Madinah.

Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, " Sesungguhnya Wahsyi, pembunuh Hamzah ra. paman
Rasulullah saw. menulis surat kepada Rasulullah saw. dari Mekkah, yang
menyebutkan bahwa sesungguhnya aku ingin masuk Islam, namun yang menjadi
penghalangku dari masuk Islam, adalah ayat Al-Qur'an yang turun kepada Anda, yaitu
firman Allah swt.,

“ Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan)
yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa (nya), (Al-Furqan; 68).

Aku telah melakukan tiga perkara itu. Sekarang apakah aku berpeluang untuk
bertaubat? Kemudian turun firman Allah swt., “kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al-Furqan;
70).
Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu.
Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat, yaitu
beramal shaleh, dan aku tidak tahu apakah aku dapat melakukan amal shaleh atau
tidak?
Kemudian turun firman Allah swt., “ Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
(An-Nisa: 116).

Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi menulis surat
lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat yang juga terdapat dalam ayat
tersebut, dan aku tidak tahu apakah aku mendapatkan ampunan atau tidak?

Kemudian turun firman Allah swt., “ Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang


melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar; 24).

2 of 5 8/30/2007 10:57 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=94&PHPSESS...

Rasulullah saw. pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi tidak lagi
melihat ada syarat dalam ayat tersebut, maka dia pun bertolak menuju Madinah dan
masuk Islam.”

Keadilan dan kebijakan Allah swt. menentukan bahwa setiap bani Adam berdosa,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. dari Anas bin Malik,
Rasulullah saw. Bersabda, "setiap anak Adam bersalah, dan sebaik-baik orang yang
bersalah adalah orang-orang yang bertaubat". (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim
).

Namun, Allah swt. tidak zhalim terhadap manusia. Ketika mereka berpeluang untuk
bersalah, maka Allah swt. membuka lebar-lebar pintu taubat untuk membersihkan
dosa-dosanya.

Oleh karena itu, Allah swt. telah mewajibkan taubat atas setiap hamba-Nya. Allah
swt. Berfirman, “ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. Mereka itu balasannya
ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala
orang-orang yang beramal. (Ali Imran: 133-136)

Rasulullah saw. mengilustrasikan keutamaan taubat dalam haditsnya mengenai diri


beliau sendiri, "aku adalah nabi taubat dan nabi yang penuh kasih sayang". (HR.
Muslim).

Rasulullah saw. juga menggambarkan orang-orang yang bertaubat kepada Allah swt.,
bahwa mereka di sisi Allah swt. sangat mulia dan Allah swt. sangat senang dengan
taubat seseorang, lebih daripada senangnya seorang pengelana yang menemukan
kembali onta beserta perbekalannya yang hilang di padang pasir, sedangkan dia
sendiri tidak lagi memiliki perbekalan lainnya selain itu. Sehingga saking
gembiranya, dia berseru; "Ya Allah swt. Engkau hambaku, dan aku adalah
tuhan-Mu", tanpa dia sadari kekeliurannya yang sangat fatal.

Hakikat Taubat Nasuha dan Syarat-syaratnya

Hakikat taubat nasuha adalah kembali kepada Allah swt. dengan mengenal betul
tentang sifat-sifat Allah swt., nama-nama-Nya, dan pengaruh-pengaruh-Nya dalam
diri sendiri dan di alam semesta. Seorang yang kembali kepada Allah swt. harus
disertai kesadaran bahwa dia telah lari dari Allah swt. dan terperangkap dalam jerat
musuh-Nya. Hal itu disebabkan kebodohannya akan hakikat Tuhannya dan
keberanian menentang-Nya.

Seseorang harus benar-benar kembali kepada Allah swt. dengan niat membersihkan
diri dan mendekat kepada-Nya, dengan memenuhi syarat-syarat sahnya taubat berikut
ini:

3 of 5 8/30/2007 10:57 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=94&PHPSESS...

1. Ikhlas karena Allah swt. bukan karena lainnya.


2. Langsung melepaskan diri dari dosa, tanpa menunda-nunda.
3. Menyesali perbuatan dosa.
4. Bertekad dan berazam tidak akan mengulanginya lagi.
5. Mengembalikan hak-hak anak Adam AS.
6. Masih dalam masa taubat yang diterima, yaitu;
7. Sebelum sakaratul maut
8. Sebelum matahari terbit dari ufuk Barat.

Setelah bertaubat, seseorang dapat mengecek hakikat taubatnya melalui :

1. apakah perasaan berdosa telah merasuk ke dalam jiwanya atau belum?


Perasaan itu terdiri dari:
Perasaan akan adanya pelanggaran besar dan dosa
Perasaan akan keagungan Dzat Allah swt. yang dilanggar perintah-Nya
dan larangan-Nya.
Perasaan akan kepastian balasan yang diterima karena pelanggaran itu,
bila tidak bertaubat.

2. Selalu diliputi kekhawatiran dari ketidak mampuan menepati hak-hak taubat


sehingga tidak diterima Allah swt. Kekhawatiran itu harus lebih ditingkatkan
bila terdapat tanda-tanda kerancuan taubat berikut :
Mata yang masih buram akan kebenaran dan telinga yang masih
terhalang oleh syahwat dari mendengar nasihat dan kata-kata yang hak
dan benar.
Hati yang masih membeku dan belum mencair dengan sentuhan ayat-ayat
Allah swt.
Nurani yang masih lengah dan lalai
Tidak gemar dan merasakan kenikmatan dalam menjalankan amal shalih
Motivasi bertaubat untuk meraih keuntungan dunia dan martabat baik di
mata manusia lebih kuat dibanding karena ikhlas mencari ridha Allah
swt. dan derajat tinggi di sisi-Nya.

Tanda-tanda Taubat Diterima

Ada beberapa indikasi dan tanda taubat seseorang diterima Allah swt., diantaranya:

1. Kondisi, perilaku, dan akhlak seseorang lebih baik daripada sebelumnya.


2. Kekhawatiran selalu menghantuinya akan sanksi Allah swt. dan tidak pernah
merasa aman darinya sekejap pun, bila melakukan kesalahan dan dosa lagi.
3. Hatinya diliputi penyesalan dan ketakutan akan keluar dari rahmat dan
ridha-Nya
4. Harapan dan kerinduan yang mendalam dan selalu menggelitik hati untuk
mencapai keridhaan Allah swt.

Demikianlah sekilas bahasan tentang taubat nasuha. Bulan Ramadhan yang penuh
barakah ini sangat cocok untuk bertaubat, kemudian memulai hidup dengan lebih
shalih dan lebih banyak beramal. Selamat berusaha maksimal.

4 of 5 8/30/2007 10:57 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 04 : Ramadhan, Saat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=94&PHPSESS...

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=94

5 of 5 8/30/2007 10:57 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 05 : Shaum, Kesehat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=96&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 05 : Shaum, Kesehatan dan Etos Kerja


Jumat, 22 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Pendahuluan

Agama Islam adalah agam yang diturunkan Allah, melalui Rasul-rasul-Nya. Di


antaranya membawa peraturan-peraturan dan hukum yang harus ditaati manusia
muslim. Peraturan itu tidak akan berubah dan telah sempurna. Ajaran Islam
mencakup seluruh bidang kehidupan manusia di dunia ini, termasuk bidang
kesehatan.

Di antara sabda Nabi Muhammad Saw tentang kesehatan, adalah : “ Berpuasalah


kalian, maka kalian akan sehat.”

Islam mengatur kesehatan dan menentukan untuk apa kita harus sehat serta
menjelaskan tujuan hidup kita di dunia. Tentang tujuan hidup manusia, Allah
berfirman, “ Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi
kepada-Ku ”.

Sabda Rasulullah saw., “ Mohonlah kepada Allah keselamatan dari penyakit dan bala,
sesungguhnya, tiada suatu pemberian Allah sesudah iman yang lebih baik dari
keselamatan.”

Definisi Shaum

Secara bahasa (lughoh), shaum berarti imsak (menahan diri), yaitu menahan diri
secara umum, apakah menahan diri dari berbicara, bergerak, makan, dan minum.

Secara istilah syar’i, shaum adalah menahan diri dari dua syahwat, yaitu syahwat
perut dan syahwat seksual. Menahan diri dari makan dan minum serta mencampuri
istri, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari (maghrib).

Puasa (shaum) harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw., yaitu
dengan menjaga segala sesuatu yang membatalkan puasa. Menjaga adab-adab puasa
yang merusak nilai puasa dan mengerjakan amalan-amalan yang dianjurkan selama
puasa.

Pengertian Sehat

Keadaan sehat bukan semata-mata dari kondisi fisik seseorang saja, tapi keadaan
psikis dan sosialnya juga menentukan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat
defisi sehat, sebagai berikut :

“ Health is a condition of physical, mental, and social well-being and not just merely
the absent of disease and infirmity.”

Sehat adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan yang baik (sehat) dari fisik,

1 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 05 : Shaum, Kesehat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=96&PHPSESS...

mental, dan sosial, bukan hanya sekedar terbebas dari penyakit dan kecacatan.
Puasa dalam hubungannya dengan kesehatan, akan memberikan pengaruhnya yang
sangat positif dan mendasar, yaitu menghadapi permasalahan kesehatan dari segi
pendekatan promotif, preventif, dan kuratif.

Dengan berpuasa, seseorang akan mengatur perilaku hidupnya. Mengatur atau


menahan hawa nafsunya dari berbagai perilaku yang merugikan kesehatan, baik fisik,
mental, maupun sosial. Karena sebagaimana kita ketahui, bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang atau
masyarakat tersebut.

Misalnya, suka makan terlalu banyak akan menyebabkan kegemukan, yang akan
memberikan resiko kepada beberapa jenis penyakit. Perilaku penyimpangan seksual
akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit kelamin yang berbahaya. Merokok
dapat menyebabkan penyakit paru-paru dan jantung dan sebagainya.

Para sarjana telah melakukan penelitian terhadap sejumlah gejala dan tindak kejiwaan
yang dibawa oleh syari’at seperti shalat, puasa, kasih sayang dan sebagainya. Mereka
mencoba untuk menemukan pengaruh dari ajaran ini pada sel-sel tubuh manusia, apa
yang terjadi pada sel-sel otak dan sel-sel tubuh lainnya?

Penelitian ilmiah ini sampai pada suatu kenyataan yang mengagumkan, yang
menambah keimanan mereka. Sehingga, mereka menjadi tekun beragama dan teguh
menjalankan syari’at-syari’at-Nya. Benarlah apa yang difirmankan Allah, “
Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah
para ulama (cendekiawan)” (Fathir : 28)

Terhadap Tubuh/Jasmani, puasa memberikan pengaruh yang positif terhadap


kesehatan, antara lain:

1. Pemeliharaan tubuh dari sisa-sisa kelebihan zat tubuh pada sel.


Dalam keadaan puasa, tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang
tersimpan. Sekiranya zat makanan tersebut habis, maka mulailah digunakan
atau dioksidasi jaringan-jaringan tertentu.

Bagian tubuh yang paling pertama digunakan adalah bagian yang terlemah atau
sakit, seperti jaringan dengan peradangan dan pernanahan. Dari jaringan
tersebut yang pertama diproses adalah jaringan yang rusak atau telah tua, untuk
selanjutnya dikeluarkan oleh tubuh.
Puasa dalam hal ini bertindak sebagai pisau operasi yang membuang sel-sel
yang rusak atau lemah dari bagian tubuh yang sakit. Selanjutnya memberi
kesempatan kepada peremajaan sel-sel, sehingga lebih aktif.

2. Melindungi Manusia dari Penyakit Gula


Pada waktu puasa, kadar gula darah akan turun. Hal ini menyebabkan kelenjar
pankreas berkesempatan untuk istirahat. Kita mengetahui fungsi kelenjar ini
adalah untuk menghasilkan hormon visulin. Hormon ini berfungsi mengatur
kadar gula dalam darah, mengubah kelebihan gula menjadi glukogen yang
disimpan sebagai cadangan di otot dan hati.

3. Menyehatkan Sistem Pencernaan


Di waktu puasa, lambung atau sistem pencernaan lainnya akan istirahat selama
lebih kurang 12-14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini

2 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 05 : Shaum, Kesehat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=96&PHPSESS...

cukup mengurangi beban kerja lambung dari makanan yang bertumpuk dan
berlebihan.

4. Puasa Mengurangi Berat Badan yang Berlebih


Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah diketahui
bahwa rasa lapar tidaklah karena kekosongan perut dari makanan semata, tetapi
juga dipengaruhi penurunan kadar gula dalam darah.

Oleh karena itu dianjurkan berbuka dengan yang manis terlebih dahulu,
sehingga bisa mengurangi makan yang berlebihan pada waktu berbuka,
sehingga tidak menghilangkan hikmah puasa yang mengharuskan hemat,
zuhud, melatih nilai rohani, dan lain-lain.

Etos Kerja dalam Islam

Dalam konsep Islam, kerja atau pekerjaan seseorang tidak terlepas dari fungsi
hidupnya di muka bumi ini yairu mengabdi kepada Allah swt. semata (Q.S.
Adz-Dzariyat : 56). Dalam konsep Islam, pekerjaan seseorang merupakan bagian dari
usahanya dalam memfungsikan dirinya sebagai hamba yang selalu mengabdi kepada
Allah swt. Oleh karena itu, pekerjaan merupakan ibadah. Dengan kesadaran
demikian, maka hampir tidak mungkin seseorang akan melakukan penyelewengan
atau kecurangan dalam pekerjaannya.

Puasa sebagai salah satu motivator bagi perbaikan kehidupan rohani dan jasmani
seseorang, secara tidak langsung juga akan meningkatkan kebaikan nilai kerja dan
usaha-usahanya. Seperti yang diisyaratkan oleh Rasulullah bahwa Allah menyukai
seseorang yang dalam melakukan pekerjaannya, dilakukan dengan profesional dan
tepat guna.

Kesimpulan

1. Ibadah secara umum berarti setiap aktivitas /kerja/amal yang baik dari
seseorang yang dilaksanakan sesuai dengan agama dan diniatkan karena Allah
semata.
2. Dari batasan di atas dapat dipahami, bahwa dalam Islam tidak ada pembatasan
amal atau pekerjaan seseorang untuk bersifat dunia semata atau ukhrawi semata
(sekularisme).
3. Shaum sebagai salah satu rukun Islam yang lima, memberikan kontribusi yang
jelas bagi kesehatan ataupun etos kerja seseorang, asalkan dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk yang digariskan dalam syari’at.
4. Pengalaman menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan segala
persyaratannya (menahan berbagai dorongan nafsu, amarah, dan sebagainya)
yang diulang setiap hari selama satu bulan penuh dan diulang kembali setiap
tahun, bila benar-benar dimulai dengan niat dan kesiapan iman akan
merupakan suatu proses belajar yang efisien dan efektif dalam menuntun
perilaku dan disiplin diri.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

3 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 05 : Shaum, Kesehat... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=96&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=96

4 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 06 : Agar Waktu Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=97&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 06 : Agar Waktu Tak Menguap Percuma


Senin, 25 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

" Time is Money " (Waktu adalah uang)

" Al-waqtu kas-saif illam-taqtho'hu qatha'aka " (Waktu ibarat pedang, jika kamu tidak
memotongnya, niscaya pedang itu yang akan memotongmu).

" Al-Waqtu huwal-hayaah " (waktu itu adalah kehidupan itu sendiri). Karenanya ada
ungkapan lain senada: " al-waqtu 'amaar au damaar " (waktu adalah keceriaan atau
kebinasaan).

Betapa banyak ungkapan-ungkapan senada yang mengindikasikan keberhargaan dan


ketinggian nilai waktu bagi kehidupan.

Penting dan berharganya waktu ditunjukkan Allah swt., sehingga Ia bersumpah


dengan masa (baca: waktu) dalam firman-Nya, "Demi masa, sesungguhnya manusia
itu benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran" (Al-'Ashr: 1-3).

Demikian juga dalam ayat-ayat yang lain, Allah swt. bersumpah dengan beragam
waktu dalam sehari semalam, "Wallaili idzaa yaghsya" (demi waktu malam saat
kelam), "wadh-dhuhaa" (demi waktu dhuha), "wal-fajri" (demi waktu fajar) dan
seterusnya.

Secara kontekstual, ayat-ayat Allah swt. di atas mengisyaratkan dengan jelas tentang
kemuliaan dan ketinggian nilai waktu. Sebagaimana ia juga mengisyaratkan bahwa
manusia sangat akrab dengan keburukan dan malapetaka, karena terlena dari kejapan
masa. Juga memberikan pengertian bahwa tidak ada yang lebih mahal harganya
daripada umur yang dikaruniakan pada manusia.

Penting dan mahalnya harga waktu, juga dijelaskan dalam teks-teks hadits Rasulullah
saw., sebagai sumber kedua setelah Al-Qur'an, antara lain :
" Dua nikmat yang banyak orang rugi di dalamnya, yaitu kesehatan dan waktu luang "
(al-hadits).

" Kedua kaki seorang hamba tidak akan melangkah pada hari Kiamat sehingga ia
ditanya tentang empat perkara, yaitu: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang
masa mudanya untuk apa ia lewatkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan
kemana ia belanjakan, dan tentang ilmunya untuk apa ia gunakan " (HR. Al-Bazzar
dan Ath-Thabrani).

" Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum
masa tua, kekayaanmu sebelum kemiskinan, kesehatanmu sebelum sakit, masa hidup
sebelum engkau mati " (Al-Hadits).

Kesadaran akan penting dan berharganya waktu tersebut, juga dimiliki para salafuna

1 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 06 : Agar Waktu Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=97&PHPSESS...

shalih (pendahulu kita). Mereka mengungkapkan kesadaran itu dengan kata-kata


indah, antara lain:
" Orang mukmin tidak bergerak melangkah kecuali untuk tiga perkara, yaitu:
membekali diri untuk akhirat, atau mencari nafkah untuk hidup, atau sekedar
menikmati hal-hal yang tidak diharamkan ".

" Saya (Umar bin Khathab ra.) benci melihat orang punya waktu luang tanpa diisi
dengan aktivitas berdimensi ukhrawi, tak pula kegiatan duniawi ".

" Kewajiban lebih banyak dari pada waktu yang tersedia ".

" Peluang adalah emas, kesibukan adalah keberkahan, tidak dapat mengatur waktu
adalah bencana ".

" Malam dan siang adalah modal kekayaan orang mukmin. Keuntungannya adalah
sorga, sedangkan kerugiannya adalah neraka".

Sehingga, kita pun dapat meneladani mereka dengan ungkapan nurani: "Tiada waktu
tanpa tilawah dengan al-Qur'an", "Tiada saat-saat, tanpa aktivitas yang diridhai-Nya",
“Tiada peluang kecuali bermanfaat". Itulah ungkapan nurani yang bermuara pada
firman Sang Pencipta nurani: "Maka jika engkau berpeluang (waktu kosong)
hendaknya diisi (dengan yang bermanfaat)" (Al-Insyirah: 7).

Waktu….. oh waktu……, demikian berharga engkau. Masa…. Oh masa, tiada


berguna penyesalan atas masa lalu.

Ramadhan merupakan salah satu masa dan waktu bagi kehidupan kita. Bahkan, Islam
memandang Ramadhan adalah waktu dan peluang investasi kebajikan untuk
kehidupan akhirat, saat Allah meminta pertanggungjawaban setiap waktu dan masa
yang digunakan manusia. Tak terkecuali.

Investasi yang ditawarkan bukan sekedar sesuatu yang mendatangkan keuntungan


duniawi belaka. Keuntungannya pun tidak sekedar keuntungan, tetapi keuntungan
yang berlipat ganda, untung dunia dan akhirat.

Sebagai ilustrasi, jika ada seseorang kaya raya menawarkan kepada Anda modal besar
untuk diinvestasikan dalam sebuah bisnis mulia. Bahkan orang kaya itu memberikan
hibah pemberian kepada Anda dan bukan pinjaman modal. Apa sikap Anda dan
bagaimana selayaknya Anda lakukan terhadap modal besar tersebut?
Karena harta modal itu pemberian untuk anda, Anda bebas bersikap dan
memperlakukannya. Tetapi pantaskah Anda berfoya-foya dengan harta itu? Layakkah
Anda mensia-siakan hartanya? Bijakkah Anda ketika Anda hanya berucap "syukron"
(terima kasih), tanpa ada upaya bagaimana agar Anda bisa hidup wajar dan penuh
keceriaan?

Selaku orang bijak dan pandai berterima kasih, tentunya Anda harus memanfaatkan
pemberian orang kaya itu dengan sebaik-baiknya, yang manfaatnya tidak hanya untuk
Anda, kemungkinan besar untuk orang banyak, juga bermanfaat untuk kehidupan
yang berdimensi ukhrawi. Selaku orang beriman dan beragama, tentunya Anda harus
membuat sebuah planning yang tepat guna, sehingga pemberian orang yang banyak
itu dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Demikian juga halnya di dalam bulan Ramadhan, Allah swt. dengan syariat-Nya

2 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 06 : Agar Waktu Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=97&PHPSESS...

memberikan banyak hadiah berlipat ganda, selama Anda menjalankan


syariat-syariat-Nya di bulan suci ini. Hadiah itu bermuara kepada 'bonus' Allah
berupa kebahagiaan lahir batin di dunia dan akhirat, karena tercapainya diri yang
fitrah, bersih dari segala noda, salah, dan dosa.

Karenanya, sangat pantas dan wajar jika kita mampu memanfaatkan pemberian Allah
swt. selama bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sehingga, waktu-waktu kita
pun selama itu tidak terbuang percuma dan lewat tanpa buah manis bagi kehidupan
kita.

Caranya….? Buatlah perencanaan yang matang jauh sebelum Anda memasuki bulan
suci Ramadhan kali ini. Ada baiknya, jika Anda juga melakukan evaluasi terlebih
dahulu terhadap waktu-waktu Anda pada bulan Ramadhan tahun lalu. Setelah itu,
baru Anda buat planning Ramadhan tahun ini.

Dalam planning, tentunya diperhatikan hal-hal yang terkait dengan planning, seperti
tujuan, aspek-aspek aktifitas yang mengacu pada dimensi tujuan yang ditentukan.
Kemudian dibuat sistematika pelaksanaan dan evaluasi berkala, lalu buatlah program
yang dapat menunjang capaian tujuan yang ditentukan.

Tujuan : Tujuan akhir dari aktivitas Ramadhan adalah meningkatnya kepribadian


muslim. Acuan kepribadian muslim tersebut adalah mukmin multazim (komitmen)
dengan Islam baik dalam aspek akidah, ibadah, dan muamalah (baca: orang
muttaqin).

Hal-hal yang termasuk dalam aspek akidah seperti: keyakinan wajibnya shaum,
keikhlasan niat dan motivasi, bergembira dan berdo'a, kesiapan meraih tujuan shaum.
Pada aspek ibadah, tujuan antaranya seperti: memahami hukum-hukum ibadah,
memahami etika shaum dan amalan utama serta hikmah shaum. Sedangkan aspek
muamalah diarahkan kepada aktivitas bernuansa moralitas bergaul, seperti:
silaturahim, saling memaafkan, berlapang dada, kebersamaan dan lainnya.

Dari tujuan akhir dan tujuan antara serta bentuk-bentuk aktivitas tersebut, kita dapat
menentukan berbagai kegiatan dengan beragam aspeknya (ruhiah, fikriah dan
jasadiah). Kegiatan-kegiatan dalam aspek ruhiah, contohnya: ibadah wajib, nawafil
(ibadah sunnah), i'tikaf, tarawih atau qiyamullail, tilawah Al-Qur'an 1 juz perhari dan
lainnya.

Dari aspek fikriah, seperti: mengikuti kegiatan kuliah shubuh, menentukan bacaan
Islam tertentu, mendatangi ustadz atau orang-orang yang dipercayai kompeten dalam
berkonsultasi dalam bidang-bidang tertentu. Juga menghadiri acara-acara ilmiah,
serta jangan lupa hindari debat dengan orang lain.

Sedangkan aspek jasadiah, kita dapat membuat program-program yang terukur,


seperti: tidak isrof (berlebihan) dan segala hal, makan sahur yang cukup, makanan
halal dan bergizi, senam ringan 15 menit sehari dan aktifitas positif lainnya.

Keberhasilan Anda dalam planning merupakan sebagian dari keberhasilan Anda


dalam mencapai cita-cita dan tujuan mulia. Awali usaha Anda dengan tekad,
kemauan kuat. Kemudian, bersihkan hati, ikhlaskan niat. Mulai pembuatan rencana
dengan ungkapan verbal sikap ketundukan kepada Allah swt.,
"Bismillahir-Rahmanir-Rahim".

3 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 06 : Agar Waktu Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=97&PHPSESS...

Secara umum ada 6 tahap mengelola waktu secara efektif dan efesien :

1. Selalu kembali pada misi hidup : mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat
dan menolak mengerjakan hal-hal yang tidak penting, tidak terkait dengan
tujuan hidup.
2. Perhatikan peran kita : harus ada keseimbangan dalam mengerjakan peran
sebagai individu, ibu (istri), ayah (suami), pendidik, pekerja.
3. Tetapkan tujuan apa yang ingin kita capai tiap pekan : membantu agar kita
tetap fokus untuk mengerjakan hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan
hidup.
4. Perencanaan pekanan : membantu kita untuk membuat prioritas, sekaligus
melakukan hal lain (sediakan waktu untuk persiapan dan perencanaan.
Perbaharui jadwal harian dan pekanan).
5. Lakukan dengan integritas : jika sesuatu terjadi di luar rencana kita, mana yang
harus didahulukan? Berpikir sejenak sebelum memberikan reaksi, selalu
kembali pada tujuan hidup.
6. Evaluasi terus belajar untuk mengatur waktu

Jangan lupa senantiasa budayakan bermusyawarah dalam perencanaan. Benar…,


Anda punya kebebasan untuk mewujudkan kepentingan Anda, tetapi sangat benar
orang lain mempunyai kebebasan untuk meraih cita-cita hidup demi kepentingan
dirinya. Karenanya, musyawarah dengan orang di sekitar Anda merupakan jalan
terbaik untuk mewujudkan cita dan impian Anda. Selamat bekerja.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=97

4 of 4 8/30/2007 10:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 07 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=99&PHPSESS...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 07 : Ramadhan dan Limpahan Kasih Sayang


Selasa, 26 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Kasih sayang dan rahmat Allah swt. berlimpah dalam
bulan Ramadhan. Pintu-pintu rahmat terbuka lebar dan pintu-pintu kemurkaan-Nya
tertutup rapat. Syaitan yang menjadi simbol perusak dan pengganggu ketentraman
dan kasih sayang antara manusia, dibelenggu dengan erat di neraka. Kondisi telah
dibuat sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin dapat menumbuhkan dan
menyuburkan rasa kasih sayang antara mereka, khususnya orang-orang yang butuh
bantuan dan ditimpa kemalangan dari orang-orang yang beriman.

Memang, risalah Ramadhan bukan hanya menumbuhkan kasih sayang antara sesama
orang-orang yang beriman dan manusia secara umum. Namun, kasih sayang adalah
salah satu misi dan target pokok dari puasa dan ibadah Ramadhan, yang tersirat
dalam misi puncak, yaitu agar kaum mukminin bertakwa. Allah swt. berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakw” (Al-Baqarah: 183).

Kasih sayang antara sesama umat Islam dan orang-orang yang beriman merupakan
salah satu faktor penting dalam kesempurnaan iman. Diriwayatkan dari Anas bin
Malik ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, " Demi Allah swt. yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, tidak akan beriman seorang dari kalian, hingga dia mencintai
sesuatu bagi saudaranya (yang beriman) sebagaimana apa yang dicintai untuk dirinya
sendiri ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah saw. memberikan perumpamaan tentang cinta dan kasih sayang antara
orang beriman laksana sebatang tubuh yang saling bertenggang rasa, saling
menopang, saling mengasihi, dan berbagi rasa. Rasulullah saw. Bersabda,"
perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah
laksana sebatang tubuh, dimana bila salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka
seluruh tubuh akan merasakan demam dan 'kesulitan tidur ". (HR. Muslim)

Bahkan, kasih sayang antara umat Islam merupakan salah satu karakter dan sifat
pokok atau utama yang ditetapkan Allah swt. atas umat Muhammad saw. Sifat ini
sangat dipuji oleh Allah swt. sebagaimana firmannya, " Muhammad itu adalah utusan
Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka ” (Al-Fath:29)

Dalam bulan Ramadhan, rasa kasih sayang dan cinta antara umat Islam, sangat tepat
untuk disemai dan dipupuk kembali, sehingga tumbuh subur dan bersemi. Kasih
sayang itu berupa segala macam bentuk kebaikan dan pembelaan terhadap sesama
mukmin. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "
barang siapa yang menutup aib saudaranya yang muslim di dunia, maka Allah swt.
akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang membantu
menyelesaikan masalah yang menghimpit saudaranya (yang beriman) di dunia, maka
Allah swt. akan menyelesaikan masalah yang menghimpitnya pada hari kiamat. Dan
Allah swt. pasti menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya
(yang beriman) ". (HR. Muslim).

1 of 4 8/30/2007 11:05 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 07 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=99&PHPSESS...

Membina Sifat Kasih Sayang

Rasulullah saw. memberikan contoh dan keteladanan berkenaan dengan kasih sayang.
Rasulullah saw. adalah sosok yang penuh kasih dan sayang. Sifat kasih sayang telah
terbina dalam diri beliau sejak masih belia. Diantara faktor yang sangat berpengaruh
dalam menumbuhkan sifat kasih sayang dalam diri beliau adalah kecintaan dan kasih
sayang terhadap binatang, khususnya terhadap kambing yang beliau gembala.

Rasulullah saw. Menyebutkan bahwa tidak seorang nabi dan rasul pun yang diutus
oleh Allah swt., melainkan pernah menggembala kambing. Termasuk Rasulullah saw.
pernah menggembala kambing beberapa tahun, ketika masih remaja. Hikmahnya
yang tersirat dalam aktivitas menggembala kambing adalah Allah swt. menguji dan
mendidik mental para nabi dan rasul agar bersabar dan bersifat kasih sayang terhadap
binatang, sehingga mereka lebih bisa mencintai dan lebih menyayangi manusia,
umatnya, dan sesama makhluk yang lain.

Sesungguhnya, kasih sayang terhadap binatang itu sendiri adalah sifat dan perilaku
yang sangat mulia di sisi Allah swt. dan mendapat imbalan yang agung dari-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata; Rasulullah saw. Bersabda, " ketika
seorang sedang berjalan-jalan, dia merasakan sangat kehausan. Kemudian dia
menemukan sebuah sumur, lalu dia turun ke sumur itu dan minum sepuas-puasnya.
Ketika dia naik, tiba-tiba dia melihat ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya
menjilat tanah karena kehausan. Dia berkata pada dirinya, pasti anjing ini ditimpa
kehausan seperti aku tadi mengalami kehausan. Lalu diapun kembali turun ke sumur
dan memenuhi 'khuff' (sepatu)nya dengan air, memegangnya dengan mulutnya,
kemudian dia merangkak naik untuk memberi minum anjing itu. Allah swt. berterima
kasih kepadanya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya, ‘wahai Rasulullah
saw. apakah kami mendapat ganjaran dalam melayani binatang?’ Rasulullah saw.
Bersabda, "dalam tiap-tiap makhluk yang memiliki hati yang masih segar ada pahala
dan ganjaran ". (HR. Samarkandi).

Dalam praktek sahabat, dapat kita simpulkan betapa serius mereka membina kasih
sayang itu dalam diri mereka, dengan berusaha melayani sesama saudara. Betapa
menakjubkan gambaran kasih dan cinta yang terjalin antara para sahabat Anshar
terhadap kaum Muhajirin. Gambaran kasih dan cinta mereka cukuplah diwakili oleh
ayat al-Qur'an sebagai berikut, “ Dan orang-orang yang telah menempati Kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang
Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
(Al-Hasyr: 9).

Oleh karena itu, dalam potret diri Umar bin Khattab, seorang khalifah yang sangat
bijak dan kasih terhadap rakyatnya, kita temukan beberapa riwayat tentang cintanya
terhadap rakyatnya. Dari Anas bin Malik ra. diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab
ra. pada suatu malam sedang keliling melakukan ronda. Dia melewati sekelompok
orang yang mampir untuk menginap (di kota Madinah). Dia sangat khawatir dan takut
ada orang yang mencuri barang-barang mereka.

Kemudian Umar mendatangi Abdurrahman bin Auf ra. yang kaget dan bertanya, "apa
yang membuat Anda datang pada larut malam seperti ini, wahai Amirul Mukminin?

2 of 4 8/30/2007 11:05 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 07 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=99&PHPSESS...

Dia menjawab, "aku melewati sekelompok orang yang mampir. Naluriku berkata, bila
mereka bermalam dan tidur, aku takut mereka akan kecurian. Maka ikutlah denganku
agar kita menjaganya malam ini. Keduanya pun bertolak. Keduanya duduk dekat
orang-orang itu semalam suntuk, untuk menjaganya, hingga ketika melihat subuh
telah tiba, Umar menyeru, "wahai orang-orang, shalat subuh...shalat
subuh...berkali-kali. Setelah melihat mereka telah bergerak dan bangkit dari tidurnya,
keduanya pun bangkit dan menuju ke masjid.

Bahkan, para sahabat tidak hanya menyayangi orang-orang yang beriman. Kasih
sayang mereka juga tercurah bagi para ahli dzimmah, yaitu orang-orang non-muslim
yang berlindung dalam khilafah Islam.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatthab melihat seorang laki-laki tua dari ahli
dzimmah yang meminta-minta dari satu pintu ke pintu yang lain. Umar berkata
kepadanya, "kami telah berbuat tidak adil terhadap Anda. Kami telah mengambil
jizyah (upeti) dari Anda ketika Anda masih muda, namun saat ini kami telah
menyia-nyiakan Anda. Kemudian Umar memerintahkan agar mencukupi makanannya
dari baitul mal (gudang perbendaharaan negara) milik kaum muslimin".

Kasih Sayang Rasulullah SAW.

Allah swt. selalu penuh perhatian terhadap hamba-hamba-Nya, dan diantara kasih
sayang-Nya, Dia menganugerahkan risalah-Nya kepada manusia lewat pengutusan
seorang Rasul, yang sangat kasih dan cinta kepada umatnya. Allah swt. menegaskan
hal itu dalam firman-Nya, “ Sesungguhnya telah datang kepada kalian, seorang rasul
dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang yang beriman”. (At-Taubah: 128).

Dengan misi sebagai teladan bagi seluruh manusia, seorang Rasul haruslah orang
yang terbaik. Muhammad bin Abdullah adalah orang yang terbaik itu. Beliau
memiliki segala kelayakan dan keistimewaan sebagai seorang yang paling pantas
dijadikan teladan dan panutan. Dalam ayat di atas tergambar jelas sebagian sifat
istimewa Rasulullah saw. itu.

Sifat yang tergambar dalam ayat itu adalah kepedulian Rasulullah saw. terhadap
umatnya yang sangat mendalam. Beliau sangat prihatin dan penuh belas kasih
terhadap orang-orang yang beriman. Dengan segala upaya, beliau menyelamatkan
mereka dari perangkap-perangkap kemusyrikan, kekafiran, kefasikan, kemunafikan,
dan kezhaliman. Beliau terus-menerus menghalau segala musuh, baik hawa nafsu
ataupun syaitan dari umatnya.

Bentuk perhatian Rasulullah saw. terhadap umatnya dan kasih sayang beliau kepada
mereka terlihat jelas pada saat beliau berada dalam sakaratul maut. Layaknya seorang
yang akan meninggalkan dunia ini, Rasulullah saw. pun sangat mengkhawatirkan
orang-orang yang dicintainya.

Namun, tidak seperti orang kebanyakan, yang ketika dalam sakaratul maut sering
mengingat dan menyebut-nyebut kekasihnya, isterinya, anaknya tercinta, binatang
piarannya yang tersayang, dan lain-lain. Rasulullah saw. hanya mengingat umatnya.
Beliau terus-menerus mengadu kepada Tuhannya, “umatku... umatku…, bagaimana
nasib umatku setelah peninggalanku?”. Beliau sangat mengkhawatirkan umatnya
kembali kepada kemusyrikan, kekufuran, dan kesesatan.

3 of 4 8/30/2007 11:05 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 07 : Ramadhan dan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=99&PHPSESS...

Oleh karena itu, mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban setiap umat Islam.
Rasulullah saw. berada dalam urutan kedua setelah Allah swt. dalam skala prioritas
cinta seorang muslim (At-Taubah ayat: 24).

Nah, sudahkah kita menempatkan Rasulullah saw. sebagai kekasih, teladan, dan
uswah tertinggi dari seluruh manusia lainnya? Ataukah kita masih lebih
mengagungkan kyai, ulama, pemimpin, tokoh politik, negarawan dan lain-lain,
melebihi pengagungan kita kepada Rasulullah saw.?

Konsekuensi yang paling penting disadari oleh umat dari menteladani Rasulullah
saw. adalah mentaati dan mengikuti sunnah beliau. Mari kita ukur sikap meneladani
kita kepada Rasulullah saw. dari sisi itu, khususnya dalam hal kasih sayang dan cinta.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=99

4 of 4 8/30/2007 11:05 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 08 : Peristiwa Histori... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=101&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 08 : Peristiwa Historis di Bulan Ramadhan


Rabu, 27 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Bulan ramadhan adalah salah satu bulan yang sangat
bernilai historis dalam Islam, disamping predikatnya sebagai bulan terbaik untuk
ibadah puasa dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa historis itu sangat berperan dalam
perkembangan Islam dan penyiarannya. Peristiwa-peristiwa itu menjadi renungan
yang mendalam pada saat kaum mukminin menunaikan puasa.

Inspirasi dan pengaruh yang dipantulkan oleh peristiwa historis itu selalu memacu
semangat kaum muslimin untuk meneruskan risalah Islam ke seluruh alam. Al-Qur'an
adalah tuntunan yang membuka jalur-jalur kesuksesan dan titian menuju kejayaan
serta kemuliaan. Itulah awal peristiwa historis dalam bulan ramadhan. Hasil tarbiyah
Al-Qur'an itu terbukti dalam perang Badar dan perang penaklukan Mekkah.

1. Pengangkatan Muhammad saw. sebagai Rasul dan awal turunnya Al-Qur'an

Ketika Allah swt. hendak memuliakan Muhammad saw. sebagai Rasul dan Nabi-Nya,
setiap kali Rasulullah saw. hendak membuang hajatnya dan pergi jauh ke padang
pasir, hingga berjarak sangat jauh dari pemukiman dan beliau telah sampai di
lembah-lembah Mekkah, tidak ada pohon dan batu pun yang beliau jumpai, melaikan
selalu mengucapkan salam kepada beliau dengan,
‫ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ‬
Salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah (utusan Allah swt.)

Kemudian, Rasulullah saw. menengok ke kanan dan ke kiri serta ke belakangnya.


Namun, beliau tidak melihat siapa-siapa, yang ada hanyalah pohon dan batu. Hal itu
berlangsung beberapa lama, hingga Allah swt. mengutus Jibril dengan membawa
kemuliaan dari Allah swt. ketika Rasulullah saw. berada di gua Hira, dengan turunnya
lima ayat pertama dari surah Al-Alaq, “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq:
1-5).

Allah swt. Berfirman, “ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)...” (Al-Baqarah: 185).

Allah swt. Berfirman, “ Haa Miim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan,
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya
Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul ” (Ad-Dukhan: 1-5)

Allah swt. Berfirman, “ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat

1 of 5 8/30/2007 11:08 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 08 : Peristiwa Histori... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=101&PHPSES...

dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ” (Al-Fajr: 1-5).

2. Perang Badar

Allah swt. Berfirman, “....jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, ...” (Al-Anfal:
41).

Hari itu adalah hari dimana terjadi pertempuran antara pasukan kaum muslimin
melawan orang-orang musyrik di perang Badar. Peristiwa Perang Badar terjadi pada
Jum'at pagi tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Rasulullah saw. keluar
bersama para sahabat pada hari Senin, delapan hari setelah bulan ramadhan masuk.

Rasulullah saw. mengangkat Amru bin Ummu Maktum atau Abdullah bin Ummu
Maktum untuk memimpin shalat orang-orang yang ada di Madinah. Setelah sampai di
Rauha, Rasulullah saw. memerintahkan Abu Lubabah untuk kembali ke Madinah,
dan mengangkatnya sebagai amir selama Rasulullah saw. pergi.

Dalam kisah perang Badar yang diisyaratkan oleh ayat-ayat yang mulia ini,
Muhammad bin Ishaq dengan sanadnya – dalam sirah nabawiyah - berkata; “setelah
Rasulullah saw. mendengar Abu Sufyan akan bertolak dari Syam, beliau
menyemangati kaum muslimin agar menghadangnya, dan Rasulullah saw. Bersabda,
"Inilah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Maka keluarlah
kalian untuk menghadangnya, semoga Allah memberikan harta rampasan kepada
kalian”.

Maka orang-orang pun bersegera menyambut seruan itu. Walaupun sebagian orang
ada yang merasa ringan, namun yang lain ada juga yang merasa berat. Hal itu
disebabkan mereka tidak menyangka bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi
peperangan.

Ketika dekat dengan wilayah Hijaz, Abu Sufyan telah memerintahkan mata-matanya
untuk mencari dan menyelidiki informasi. Dia juga bertanya kepada kabilah-kabilah
yang berpapasan dengannya, karena khawatir terhadap kafilahnya. Sehingga, ada
sebagian kafilah yang memberitakan kepadanya, bahwa Muhammad saw. telah
meminta para sahabat beliau untuk mencegatmu dan kafilahmu.

Maka Abu Sufyan pun mengambil ancang-ancang dan berhati-hati setelah itu.
Kemudian, dia mengupah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari untuk diutus kepada
penduduk Makkah agar keluar membela kafilah dagang mereka, dan mengabarkan
kepada mereka bahwa Muhammad saw. bersama para sahabatnya telah
mengancamnya dan mencegatnya. Maka, keluarlah Dhamdham bin Amru Al-Ghifari
segera bertolak ke Makkah.

Sementara, Nabi Muhammad saw. bersama para sahabat beliau telah sampai ke suatu
lembah, yang dinamakan dengan Dafaran. Lalu Beliau bertolak darinya, namun di
salah satu bagian lembah tersebut, beliau mendapat khabar bahwa Quraisy telah
bertolak ke arah Rasulullah saw. untuk membela kafilah mereka.

Kemudian, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabat, memberitahukan


tentang berita dari Quraisy. Maka, berdirilah Abu Bakar ra., beliau berbicara yang
baik. Kemudian, berdirilah Umar bin Khatthab ra. dan beliau berbicara yang baik.

2 of 5 8/30/2007 11:08 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 08 : Peristiwa Histori... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=101&PHPSES...

Lalu berdirilah Miqdad bin Amru seraya berkata, “wahai Rasulullah, majulah ke arah
yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada anda, karena kami akan selalu bersama
anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti Bani Israil berkata kepada Musa,
Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya
selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama
Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti
di sini saja." (Al-Maidah; 24).

Namun, bertolaklah Anda dan Tuhan Anda. Dan berperanglah, karena kami akan
berperang bersama Anda dan Tuhan Anda. Demi Allah, yang telah mengutus Anda
dengan kebenaran, seandainya Anda membawa kami ke Barkil Gamad’ yaitu suatu
kota di Habasyah (Etiopia), maka kami bertahan dan bersabar bersama Anda untuk
menuju kepadanya, hingga Anda mencapainya.”

Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya dengan sabda yang baik dan
mendo’akan kebaikan untuknya, "Berilah pendapat untukku wahai orang-orang!”.
Rasulullah saw. mengarahkan maksud beliau kepada orang-orang Ansar, - hal itu
disebabkan mereka adalah terbanyak jumlahnya - dan hal itu disebabkan pula oleh
baiat mereka kepada Rasulullah saw. di Aqabah.

Mereka berkata, “wahai Rasulullah saw. sesungguhnya kami bebas dari perlindungan
terhadap diri Anda, hingga Anda sampai ke negeri kami. Bila Anda telah sampai ke
negeri kami, maka Anda telah berada dalam perlindungan kami. Kami akan
melindungi dan membela Anda dari segala sesuatu yang kami bela, sebagaimana
anak-anak dan isteri-isteri kami”.

Rasulullah saw. merasa khawatir bahwa orang-orang Anshar tidak memandang wajib
bagi mereka untuk membela Rasulullah saw. dan menolongnya, melainkan hanya atas
musuh yang menyerang beliau di Madinah, dan bahwa mereka tidak harus ikut serta
menyerbu musuh yang jauh dari negeri Madinah.

Setelah Rasulullah saw. menyatakan sabda tersebut, Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata,
“Demi Allah, seolah-olah Anda menginginkan kami wahai Rasulullah saw.?”

Rasulullah saw. Bersabda, " benar”.

Sa’ad bin Mu’adz ra. Berkata, “ kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan
Anda, dan kami telah bersaksi bahwa risalah yang Anda bawa dan emban adalah
kebenaran dan haq. Kami juga telah memberikan sumpah dan janji kami kepada
Anda, bahwa kami akan mendengar dan mentaati anda. Maka, majulah terus wahai
Rasulullah saw. kemanapun Allah swt. menyuruh Anda.

Karena demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran. Seandainya Anda
menyuruh kami untuk menceburkan diri kami ke dalam lautan ini dan Anda telah
menceburkan diri ke dalamnya, maka kami pun akan ikut menceburkan diri kami ke
dalamnya bersama Anda. Tidak akan ada seorang pun yang tertinggal.
Kami tidak akan takut dan benci bertemu dengan musuh-musuh kami besok. Karena
sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam perang, jujur
ketika bertempur, dan semoga Allah swt. menampakkan kepada Anda apa yang
menyenangkan hati Anda. Maka bertolaklah bersama kami dengan keberkahan dari
Allah swt.”.

3 of 5 8/30/2007 11:08 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 08 : Peristiwa Histori... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=101&PHPSES...

Maka, tampaklah kebahagiaan dalam diri Rasulullah saw. dengan pernyataan Sa’ad.
Hal itu membuat beliau bersemangat, seraya bersabda, “bertolaklah kalian dengan
keberkahan dari Allah swt. dan bergembiralah. Karena sesungguhnya Allah swt. telah
menjanjikan kepadaku salah satu dari dua kelompok Quraisy, dan demi Allah,
seolah-olah aku melihat kehancuran kaum itu saat ini”.

Perang Badar berakhir setelah bulan Ramadan atau awal dari Syawwal.

3. Penaklukkan Mekkah

Penaklukkan Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan. Penyebab


perang ini adalah terjadinya pertempuran antara Bani Bakar melawan Bani Khuza'ah.
Pemicu pertempuran antara keduanya adalah seorang dari Bani Al-Khadrami,
namanya Malik bin Abbad, yang merupakan sekutu dari Bani Bakar, keluar untuk
berdagang.
Ketika dia sampai ke tanah Khuza'ah, mereka melakukan kejahatan terhadap Malik
bin Abbad, membunuhnya, dan merampas harta bendanya. Kemudian, Bani Bakar
pun membalas dendam dan membunuh salah seorang dari Bani Khuza'ah.

Permusuhan ini berlarut-larut hingga Islam menjadi penghalang antara keduanya


dalam permusuhan, dan orang-orang lebih tertarik dengan isu Islam dan dakwahnya.
Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah saw. dengan Quraisy,
syarat-syarat perjanjian yang berlaku bagi Rasulullah saw. dengan Quraisy juga
berlaku atas para sekutu masing-masing.

Diantara ketentuan syarat perjanjian tersebut; bahwa barang siapa ingin masuk ke
dalam sekutu Rasulullah saw., boleh melakukannya, dan barang siapa yang ingin
masuk ke dalam sekutu Quraisy, dipersilahkan. Bani Bakar masuk ke dalam sekutu
Quraisy dan Bani Khuza'ah masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw.
Bani Bakar merasa ada peluang untuk melakukan pembalasan kepada Bani Khuza'ah.
Naufal bin Mu'awiyah bersama pengikutnya, yaitu pemimpin Bani Bakar - namun
tidak semua Bani Bakar ikut bersamanya - keluar menyerang Bani Khuza'ah di
lembah mereka dan sumur mereka, yaitu Al-Watir. Mereka membunuh orang-orang
yang ada dan terjadilah pertempuran.

Quraisy ikut memasok senjata kepada Bani Bakar, dan dengan sembunyi-sembunyi
mereka juga ikut membantu dalam pasukan Bani Bakar, hingga mereka berhasil
mendesak Bani Khuza'ah sampai ke dekat areal tanah haram. Dengan perbuatan ini,
maka Quraisy telah melanggar salah satu syarat perjanjian damai, dan dengan
demikian mereka telah memaklumkan perang terhadap Rasulullah saw. dan kaum
muslimin.

Rasulullah saw. pun menyiapkan pasukan untuk menyerang Makkah. Rasulullah saw.
keluar bertolak dari Madinah pada hari ke sepuluh bulan Ramadhan. Rasulullah saw.
berangkat dari Madinah dalam kondisi puasa, demkian pula para pasukan beliau.
Namun ketika sampai di Kadid, antara Asfan dan Amaj, Beliau berbuka, demikian
pula para pasukan beliau ikut berbuka.

Rasulullah saw. berhasil menaklukkan Mekkah dengan gilang-gemilang, tanpa


banyak menumpahkan darah. Allah swt. melukiskan hal itu dalam firman-Nya,
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penerima taubat.” (An-Nashr: 1-3).

4 of 5 8/30/2007 11:08 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 08 : Peristiwa Histori... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=101&PHPSES...

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=101

5 of 5 8/30/2007 11:08 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 09 : Ramadhan yang ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=102&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 09 : Ramadhan yang bertabur Hikmah


Kamis, 28 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Demikian banyak keistimewaan yang ada di dalam bulan


Ramadhan ini. Andaikata tersingkap semua hikmah bagi manusia di depan matanya
dengan telanjang, maka pastilah dia akan berharap sebelas bulan sisanya menjadi
Ramadhan. Sederet keistimewaan bisa kita dapatkan dalam hadits-hadits Rasulullah
yang secara gamblang menggambangkan apa yang ada dalam bulan suci ini.

Coba kita baca hadits berikut ini :

“ Semua amal manusia untuknya, kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh hingga


700 kali. Allah berfirman, “Kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku akan membalasnya.
Sebab ia meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumnya karena Aku.” Orang
yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: kegembiraan ketika berbuka dan
kegembiraan saat berjumpa Rabbnya. Sesungguhnya bau mulut orang yang puasa
lebih harum di sisi Allah dibandingkan bau kesturi ” (HR. Bukhari Muslim)

Puasa demikian istimewa di mata Allah. Dia hargai puasa tanpa ada batas pahala.
Allah akan membalasnya sesuai dengan kadar takwa yang dia persembahkan kepada
Allah. Sesuai apakah puasa yang dilakukan seratus persen untuk Tuhannya atau
karena hal lainnya.

Allah memberi harga yang demikian mahal, bahkan sampai bau mulut mereka. Dia
lebih harum dari minyak kesturi. Sebuah penghargaan yang sangat luar biasa. Sebuah
nilai yang tiada tara. Puasa demikian spesial kedudukannya di sisi Allah.

Di bulan ini, doa-doa yang dipanjatkan pada Allah saat berbuka, tak lagi ditolak.
Waktu berbuka menjadi sangat istimewa di bulan ini. Doa-doa yang terlontar dari
mulut yang tidak lagi kotor dan belepotan dengan kata-kata keji dan munkar, menjadi
demikian berharga di sisi Allah.

Doa mereka tidak akan tertolak. Doa mereka akan tembus menembus lapis-lapis
langit menuju Sang Maha Pengabul doa. :” Sesungguhnya orang yang berpuasa saat
berbuka memiliki doa yang tidak akan tertolak ” (HR. Ibnu Majah).

Doa mereka menjadi demikian mujarab. Doa mereka menjadi demikian berbobot di
sisi Allah.

Keistimewaan bulan ini terlihat dengan dibukanya surga Allah, ditutupnya


neraka-Nya, dan dibelenggunya syetan-syetan. Allah memberi kesempatan bagi kaum
muslimin untuk memburu surganya dan mengejar dengan kencang
karunia-karunia-Nya yang ditaburkan sedemikian rupa di bulan Ramadhan.

Bulan Ramdhan adalah penghulu bulan-bulan lainnya. Karena, bulan ini adalah bulan
merekahnya bunga ketaatan, semburatnya kedekatan pada Tuhan. Bulan ini adalah
bulan ampunan, rahmah, dan keridhaan.

Orang-orang yang berpuasa akan menjadi tamu VIP surga, sehingga dia akan

1 of 3 8/30/2007 11:10 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 09 : Ramadhan yang ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=102&PHPSES...

diperkenankan masuk secara khusus dari sebuah pintu yang disebut dengan
Ar-Rayyan. Dalam sebuah hadits ditegaskan, “ Sesunggguhnya di dalam surga itu
adalah sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan. Darinya orang-orang yang berpuasa
akan memasuki surga dan tidak akan memasukinya kecuali orang yang puasa ” (HR.
Bukhari – Muslim).

Kala orang-orang yang berpuasa masuk secara keseluruhan, maka pintu itu akan
segera ditutup kembali, dan tertutuplah bagi siapa saja untuk memasukinya. Barang
siapa yang masuk darinya, maka dia akan minum. Siapa yang minum, maka dia tidak
akan haus untuk selamanya.

Ramadhan menjadi demikian spesial, karena Allah turunkan Al-Quran yang mulia di
bulan ini. Allah turunkan Kitab Suci petunjuk ini di bulan ini. Allah beri kesempatan
kaum muslimin untuk memburu malam seribu bulan di bulan yang suci ini, dengan
melakukan i’tikaf di mesjid-mesjid. Allah buka kesempatan agar manusia bisa
menjadi laksana bayi yang baru dilahirkan ibunya, tatkala dia sukses melakukan
puasa.

Rasulullah bersabda,
“ Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan
ridha Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu…Barang siapa yang
menghidupkan malam-malam Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah,
niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu " (HR. Muslim).

Terbuka lebar bagi kita semua untuk bersih dari dosa-dosa masa lalu kita. Kemudian,
kita membangun gugus amal kita dengan lebih baik dan lebih indah. Kita hapus
dosa-dosa kita dengan amal-amal mulia yang Allah perintahkan dan kita jauhi semua
larangan Allah dengan sungguh-sungguh. Puasa akan menjadi perisai diri dari neraka,
laksana seseorang yang memakai perisai saat berperang : " Puasa adalah perisai. Ia
adalah benteng dari sekian banyak benteng kaum muslimin " (HR. Thabrani).

Bukti lain bahwa Ramadhan demikian istimewa adalah karena seseorang yang
melakukan ibadah umrah pada bulan ini, sama dengan melakukan ibadah haji di
bulan lain.
Bahkan, Rasulullah juga menegaskan,
“ Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan " (HR. Tirmidzi ).

Tak heran, jika Allah menjanjikan kepada setiap orang yang memberi buka pada
orang yang puasa, dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapat
oleh mereka yang puasa. Tanpa dikurangi sedikitpun pahala itu dari orang yang
puasa.

Puasa juga akan memberikan syafaat pada pelakunya di hari kiamat, Rosulullah saw.
bersabda,
“ Puasa dan Al-Quran akan memberikan syafaat bagi seorang hamba di hari Kiamat.
Puasa akan berkata: Wahai Tuhanku, aku telah menghalanginya dari makan dan
minum pada siang hari. Sedangkan Al-Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, aku
telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka perkenankanlah syafaatku
kepadanya. Maka syafaat keduanya diperkenankan ”. (HR. Ahmad).

Diantara sekian banyak yang mungkin bisa kita tangkap dan rasakan dari ibadah
puasa adalah bahwa dia menjadi sarana pembersihan jiwa, latihan diri untuk
menjauhi segala larangan-Nya, melatih diri menyempurnakan ibadah kepada Allah

2 of 3 8/30/2007 11:10 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 09 : Ramadhan yang ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=102&PHPSES...

semata. Puasa selain bisa membuat jasmani menjadi sehat, sebagaimana dikatakan
oleh para dokter, ia juga bisa menjadikan aspek kejiwaan manusia mengungguli
aspek materi. Unsur-unsu yang memiliki sifat-sifat kehewanan menjadi terkuburkan.
Sebab, saat itu setiap pelaku biasa dilatih untuk sabar dan ikhlas hanya karena Allah.

Puasa akan membuat unsur tanah terkalahkan, sehingga dia tidak menjadi laksana
binatang. Ruhnya menguasai dirinya, sehingga dia melambung tinggi menuju derajat
para malaikat. Dalam puasa terdapat kemenangan ruh atas materi, akal dan pikiran
atas nafsu syahwat. Puasa berfungsi mematahkan gelora syahwat dan mengangkat sisi
nalurinya.

Puasa akan menajamkan rasa syukur nikmat kepada Allah. Saat dia lapar, dia akan
merasakan bahwa kenyang demikian nikmatnya. Saat dia haus, dia akan merasakan
betapa nikmatnya regukan air. Perasaan syukur nikmat ini menjalarkan kerja-kerja
solidaritas dan empati yang demikian besar terhadap sesama.

Puasa memiliki sisi hikmah ijtimaiyyah.Karena pelaksanaan puasa Ramadhan akan


mengajak pada kasih sayang, persamaan, lemah lembut antara seorang muslim
dengan muslim lainnya.

Puasa juga akan melahirkan kecerdasan-kecerdasan dan kepekaan pikiran. Sehingga


disebutkan, bahwa barang siapa yang membikin perutnya lapar, maka
pikiran-pikirannya menjadi agung dan istimewa. Sementara itu, Lukman Al-Hakim
berkata kepada anaknya, “ Wahai anakku jika perut telah penuh sesak, maka pikiran
akan tidur lelap dan hikmah (sikap bijak) akan keruan dan tubuh akan menjadi
demikian malas untuk beribadah.”

Maka sudah sangat pantas jika kita mengerti keistimewaan dan hikmah Ramadhan,
jika kita semua bertekad bulat untuk menjadikan Ramadhan ini sebagai bulan zuhud,
ta’abbud, berbuat kebajikan terhadap orang-orang yang fakir dan miskin. Jadikan ia
sebagai bulan menjaga pencernaan, menjaga mulut, membersihkan jiwa dan raga.
Jangan tunda untuk menjadi hamba Allah yang selalu mengejar nikmat Allah. Mari
kita telurusuri lorong-lorong hikmah Ramadhan itu dengan antusiasme yang
membara.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=102

3 of 3 8/30/2007 11:10 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 10 : Akrab Dengan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=103&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 10 : Akrab Dengan Al-Quran


Kamis, 28 September 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan


oleh Allah swt. Isinya merupakan penyempurna dan pengoreksi semua isi kitab suci
terdahulu. Dengan diturunkannya ayat terakhir dari Al-Qur’an, berarti terhentilah
wahyu dari langit dan berakhirlah pengutusan para rusul ke dunia. Nabi Muhammad
saw. sebagai penerima wahyu terakhir tersebut adalah pemungkas para Rasul
(Al-Ahzab: 40)

Al-Qur’an merupakan undang-undang langit terakhir yang berfungsi mengubah


undang-undang samawi sebelumnya. Apa yang masih dianggap relevan dengan
tuntutan zaman masih tersirat dan atau tersurat di dalamnya, karena Al- Qur’an
adalah puncak dari perundang-undangan Ilahi dan pemungkas wahyu samawi. Isi
kitab samawi sebelumnya yang telah diubah oleh tangan-tangan kotor manusia,
dikoreksi dan diluruskan. Undang-udang pokok yang dibutuhkan umat manusia
sampai akhir zaman untuk mengatur kehidupannya telah lengkap tercantum dalam
Al-Qur’an.(Al Maidah 3)

Al-Qur’an diturunkan berfungsi membenarkan dan meluruskan apa yang ada pada
kitab suci sebelumnya serta menyempurnakan risalah para Nabi terdahulu, untuk
dijadikan sebagai risalah universal yang mencakup semua kebutuhan manusia, kapan
dan dimana saja mereka berada. (Al-Ma’idah: 48)

Kesempurnaan dan Kelengkapan Isi Al-Qur’an

Dalam surat Al-Ma’idah ayat 3 Allah menyatakan, “ Pada hari ini telah Aku
sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku lengkapkan nikmatKu kepadamu dan
telah Aku ridlai Islam sebagai agamamu.”

Ayat ini menyuratkan dua hal pokok. Pertama, Allah telah menyempurnakan isi
Al-Qur’an. Dalam artian dari aspek kualaitas, ajaran Al-Qur’an amat sempurna dan
tidak terdapat kontradiksi sama sekali. Kedua, Allah telah mencukupkan atau
melengkapkan nikmat-Nya kepada Muhammad saw. Diantara nikmat yang paling
agung adalah nikmat Islam. Berarti Allah telah melengkapkan ajaran Islam.

Kelengkapan ajaran Al-Qur’an ini ditinjau dari segi kuantitas ajarannya. Menuntut
ayat tersebut, ajaran Al-Qur’an telah mencakup semua aspek hukum dan aspek
kehidupan manusia. Sebagaimana yang ditegaskan Allah, “Tidak satu pun yang Kami
abaikan dalam Al-Qur’an ini” (Al-An’am: 38).

Para ahli tafsir mengatakan maksud ayat ini, bahwa Allah tidak menginggalkan
sedikit pun masalah-masalah agama dalam Al Quran. Allah telah menjelaskan
semuanya, baik dengan terperinci maupun secara global yang diterangkan oleh
Rasulullah saw. atau ijma’ dan qiyas. (Al Jami’ Li ahkaamil Quran, Al Qurthubi, juz
VI hal 420)

Dalam ayat lain ditegaskan, ”Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an untuk
menerangkan segala sesuatu”. (Al Jami’ Li ahkaamil Quran,Al Qurthubi, juz X hal

1 of 4 8/30/2007 11:11 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 10 : Akrab Dengan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=103&PHPSES...

164)
Menurut ayat-ayat tersebut, , segala sesuatu sudah ada dan diatur oleh Allah swt.
dalam Al-Qur’an. Bagi orang yang mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ada
dalam Al-Qur’an, akan sempurna merasakan nikmat Allah dalam penghidupan dan
kehidupan di atas dunia ini.

Kalau kita bawa maksud Al-Qur’an ini kepada suatu konotasi yang lebih sempit,
yaitu pedoman hidup dan hukum, maka Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan
aturan hukum yang sempurna dan lengkap. Tidak ada lagi aturan atau hukum pokok
yang dibutuhkan manusia yang tertinggal. Apabila manusia berpedoman pada
Al-Qur’an, mengikuti dan menjalankan peraturan-peraturan hukum yang ada di
dalamnya, maka akan sempurnalah nikmat kehidupan umat manusi di dunia ini. (Al
Jami’ Li Ahkaamil Quran, Al Qurthubi, juz VI hal 420)

Manusia Membutuhkan Petunjuk Al-Qur’an

Totalitas dan kesempurnaan ajaran yang dimiliki Al-Qur’an menuntut peganutnya


agar komitmen terhadap Islam secara total. Seorang muslim tidak boleh mengambil
satu aspek saja dari ajarannya, akan tetapi ia harus mengambil semua aspek dari
ajaran-ajaran Islam secara utuh. Al-Qur’an mencela Bani Israil yang menerima
sebagaian ayat dan menolak sebagian yang lainnya sesuai dengan kemauan dan hawa
nafsu mereka. (Al-Baqarah: 85).

Untuk menghadapi era globalisasi sekarang ini, manusia amat membutuhkan


petunjuk Al-Qur’an, karena kebutuhannya melebihi kebutuhan umat manusia
terdahulu. Ada beberapa alasan yang menyebabkan kita amat membutuhkan petunjuk
Al-Qur’an.

Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah saw. untuk membebaskan ummat manusia


dari kegelapan menuju cahaya hidup yang terang benderang (Ibrahim: 1). Dan sebagai
pedoman hidup penuntun ummat manusia ke jalan kehidupan yang lurus
(Al-Baqarah: 183 dan Al-Isra’: 9). Mengikuti petunjuk Al-Qur'an adalah jaminan
kebahagiaan pribadi dan masyarakat, kebahagiaan dunia dan akhirat, karena pembuat
petunjuk itu adalah Pencipta dan Yang Maha Tahu tentang ciptan-Nya.

Pedoman dan petunujuk hidup itu berlaku bagi seluruh ummat manusia, baik bagi
orang Arab manupun orang non Arab, baik orang pandai ataupun orang biasa, baik
kelas atas, menengah, atau pun kelas bawah. Oleh karena itu, Allah swt. Yang Maha
bijaksana menurunkan Al-Qur’an ini dengan uslub yang mudah, yang dapat difahami
oleh ummat manusia. Bahkan, Al-Qur’an sendiri mengulang-ulang pernyataan ini
empat kali dalam satu surat Al-Qamar: 17, 22, 32 dan 40 sebagai berikut:
" Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran ? " (Al-Qamar : 17, 22, 32 dan 40)

Para sahabat Nabi dengan berbagai macam jenis kemampuan penalaran mereka,
dengan mudah memahami, mencerna, dan mengamalkan Aquran, karena mereka siap
mendengar, menerima, dan mentaatinya. Namun, Rasulullah saw. pernah mengadu
kepada Allah swt. tentang sikap kaumnya terhadap Al-Qur'an ini, sebagaimana
direkam oleh Al-Qur'an sendiri : " Dan Rasul berkata (mengadu): Wahai Rabbku,
sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan "
(Al-Furqaan: 30).
Ibnu Katsir mengatakan bahwa tidak beriman dan tidak membenarkan Al-Qur’an
termasuk "mahjura". Tidak mentadabburi (menelaah) dan tidak memahaminya adalah

2 of 4 8/30/2007 11:11 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 10 : Akrab Dengan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=103&PHPSES...

termasuk "mahjura". Tidak mengamalkannya dan tidak melaksanakan perintah dan


menjauhi larangannya adalah termasuk "mahjuro".

Pengaduan itu terhadap kaumnya yang memusuhi Aquran (orang-orang kafir),


bagaimana kalau terjadi pada ummatnya sendiri !!!

Berinteraksi dengan Al-Quran dan Mentadabburinya

Ada empat macam cara interaksi dengan Al-Qur'an :


1. Tilawah ( membacanya ).
2. Tadabbur ( menelaahnya ).
3. Hifzh ( menghafalnya ).
4. Al-amal bihi ( mengamalkannya ).

Tadabbur (penelaahan) Al-Qur’an diperintahkan oleh Allah swt. dan salah satu cara
berinteraksi (ta'amul) dengan Al-Qur'an. Allah swt. berfirman, “Ini adalah sebuah
Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran
mendapatkan pelajaran" (Shaad: 29)." Maka apakah mereka tidak mentadabburi
Al-Qur'an ataukah hati mereka terkuci? " (Muhammad: 24 ).

Tadabbur adalah salah satu cara untuk memahami Al-Qur’an. Kitab-kitab Tafsir yang
kita kenal dan kita baca sekarang adalah hasil usaha yang optimal dari para ulama
dalam mentadabburi dan memahami Aquran.

Tadabbur menurut bahasa berasal dari kata ‫ ﺩﺑــﺮ‬yang berarti menghadap, kebalikan
membelakangi. Tadabbur menurut ahli bahasa Arab adalah ‫ ﺍﻟـﺘـﻔـﻜّـﺮ‬memikirkan.
Maka, tadabbur bisa berarti memikirkan akibat dari sesuatu atau memikirkan maksud
akhir dari sesuatu. Sedangkan, tadabbur menurut istilah adalah "penelaahan universal
yang bisa mengantarkan kepada pemahaman optimal dari maksud suatu perkataan ".

Namun, tadabbur itu sendiri terikat dengan mengamalkannya, karena para


Salafushshalih mengartikan tadabbur dan tilawah yang sungguh-sungguh
(Al-Baqarah: 121) dengan mengamalkannya. Jadi, pengertian tadabbur adalah,
"Usaha memahami ayat-ayat Al-Qur'an yang sedang dibaca atau didengar dengan
disertai kekhusyukan hati dan anggota badan serta dibuktikan dengan
mengamalkannya".

Untuk berinteraksi dengan Al-Qur'an dan melakukan tadabur yang optimal


membutuhkan kiat-kiat sebagai berikut:

1. Memperhatikan Adab atau Sopan-santun dalam Tilawah.

Supaya tilawah Al-Qur'an memberikan manfaat dan buah serta menghasilkan


dampak positif dan istiqamah, perlu diperhatikan adab dan sopan santun ketika
membaca Al-Qur'an antara lain :
‫( ﺣﺴـﻦ اﻟﻨﯿـﺔ‬motivasi yang baik), keihklasan, totalitas hanya untuk
mendapatkan ridha Allah swt.
‫( اﻻﺳﺘﻌﺎذة واﻟﺒﺴـﻤﻠﺔ‬dimulai dengan Isti"adzah dan Basmalah) karena hal
tersebut diperintahkan oleh Allah (An-Nahl: 98 ).
‫( اﻟﻄﮭـﺎرة‬kesucian) hati dan jasad, suci lahir dan batin. Bahkan dianjurkan
membaca Al-qur'an itu dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil.
‫( ﺗـﻔـﺮﯾﻎ اﻟﻨﻔـﺲ ﻋﻦ ﺷـﻮاﻏﻠـﮭﺎ‬tidak disibukan dengan selain Al-Qur'an).

3 of 4 8/30/2007 11:11 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 10 : Akrab Dengan ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=103&PHPSES...

‫( ﺣﺼـﺮ اﻟﻔـﻜـﺮ ﻣﻊ اﻟﻘـﺮءان‬konsentrasi penuh dengan Al-Qur'an)


‫( اﺧﺘـﯿﺎر اﻷوﻗـﺎت واﻷﻣـﺎﻛﻦ اﻟﻤـﻨـﺎﺳﺒـﺔ‬memilih waktu dan tempat yang cocok).

2. Memperhatikan cara-cara Talaqqi ( menerima pelajaran ).


‫( اﻟﺘـﻠﻘﻲ ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ اﻟﺨﺎﺷـﻊ‬menerimanya dengan hati yang khusyuk).
‫( اﻟﺘـﻠﻘﻲ ﺑﺎﻟـﺘـﻌﻈﯿـﻢ‬menerimanya dengan rasa takzim) seperti halnya seorang
prajurit mendapatkan perintah dari komandannya atau seorang hamba
sahaya mendapat perintah dari majikannya.
‫( اﻟﺘـﻠـﻘﻲ ﻟﻠﺘـﻨـﻔﯿـﺬ‬menerimanya untuk dilaksanakan).

3. Memperhatikan Tujuan Pokok dari Al-Qur’an.

Ketika mentadabburi Al-Qur'an, hendaknya terhujam dalam benak kita tujuan


pokok dan essensi diturunkannya Al-qur'an, yang antara lain:
Petunjuk jalan menuju kepada Allah swt. bagi setiap individu ataupun
bagi seluruh ummat manusia.
Merealisasikan pembentukan pribadi muslim yang sempurna dan yang
seimbang.
Merealisasikan masyarakat Islam berwawasan Al-Qur’an.
Membimbing ummat dalam pergumulannya dengan situasi jahili yang
berada disekelilingnya.

4. Mengikuti Jejak Langkah Para Sahabat dalam Berinteraksi dengan


Al-Qur’an.
Pandangan yang universal terhadap Al-Qur’an.
Melepaskan segala bentuk prasangka sebelum masuk berinteraksi dengan
Al-Qur'an.
Penuh keyakinan akan benarnya nash-nash Aquran.
Merasakan bahwa ayat yang dibaca atau didengar adalah ditujukan
kepadanya.

5. Beruasaha Hidup dalam Ruh Al-Qur'an.


Tidak bertele-tele dalam memahaminya.
Menjauhkan cerita-cerita Israiliyyat .
Melepaskan nash-nash Al-Qur’an dari keterikatan dengan tempat dan
waktu.

6. Dibantu dengan disiplin Ilmu-ilmu lain.


Menguasai pokok-pokok ulumul Qur’an.
Memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Melepaskan perbeadaan-perbedaan penafsiran para ulama tafsir dan
kembali kepada makna hakiki dari Al-Qur’an.
Diperluas dengan penguasaan Sirah Nabawiyah dan Sejarah kehidupan
para Sahabat.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=103

4 of 4 8/30/2007 11:11 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 11 : Kala Doa Tak La... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=104&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 11 : Kala Doa Tak Lagi Ditolak


Senin, 02 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Salah satu karakteristik bulan suci Ramadhan adalah ia


dikenal juga dengan Syahrud Du’a, bulan terkabulnya doa. Hal ini sebagaimana
ditegaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan Ubadah bin
Ash-Shamit ra., beliau memberi berita gembira kepada para sahabatnya dengan
sabdanya,

‫ﺃﺗﺎﻛﻢ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺷﻬﺮ ﺑﺮﻛﺔ ﻳﻐﺸﺎﻛﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﻓﻴﻨﺰﻝ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﻳﺤﻂ ﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ﻭﻳﺴﺘﺠﻴﺐ‬
‫ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﻟﻰ ﺗﻨﺎﻓﺴﻜﻢ ﻓﻴﻪ ﻭﻳﺒﺎﻫﻲ ﺑﻜﻢ ﻣﻼﺋﻜﺘﻪ ﻓﺄﺭﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ‬.‫ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺪﻋﺎء‬
‫ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺧﻴﺮﺍً ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺸﻘﻲ ﻣﻦ ﺣﺮﻡ ﻓﻴﻪ ﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ‬

“ Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan penuh dengan keberkahan yang
dicurahkan Allah kepada kalian, maka Ia menurunkan rahmat-Nya di dalamnya,
menghapus dosa-dosa dan mengabulkan di dalamnya doa. Allah swt. melihat kepada
antusias atau semangat kalian dalam (mengisi) Ramadhan, dan membangga-bangakan
kalian di hadapan para malaikat-Nya. Untuk itu perlihatkan kebajikan memancar dari
diri kalian, sebab sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang diharamkan
atau dijauhkan rahmat Allah di bulan Ramadhan”. (HR Ath-Thabari).

Sesunguhnya inilah kesempatan emas untuk banyak memohon kebaikan dunia dan
akhirat kepada Allah swt. Semua obsesi dan keinginan kita tumpah ruahkan kehadirat
Ilahi di bulan suci ini. Sebab, orang yang berpuasa memiliki senjata pamungkas yang
tak terkalahkan dan pasti diijabahi, yaitu doa.
Rasulullah saw. bersabda,

‫ﺇﻥ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﻋﻨﺪ ﻓﻄﺮﻩ ﺩﻋﻮﺓً ﻣﺎ ﺗُﺮﺩ‬

“ Sesugguhnya orang yang berpuasa di saat berbuka puasa memiliki doa yang tidak
akan ditolak ” (HR Ibnu Majah).

Kenapa begitu? Karena orang yang berpuasa hatinya tunduk, jiwanya pasrah, dan
sangat dekat dengan Rabbnya serta patuh kepada-Nya. Ia sengaja meninggalkan
makan dan minum dalam rangka taat kepada Allah swt. Ia berusaha keras mengekang
keinginan syahwatnya sebagai bentuk ketundukan yang paripurna terhadap Allah swt.

Begitu kuatnya korelasi antara bulan Ramadhan dengan doa, maka di sela-sela
penjelasan tentang kewajiban puasa Ramadhan dan hukum-hukum yang terkait
dengannya dalam surat Al-Baqarah 183-187, Allah swt. justru menengah-nengahinya
dengan penjelasan tentang doa. Bukan shalat, bukan zakat, juga bukan haji atau
syahadat yang disinggung, melainkan doa. Allah swt. berfirman, “ Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran ” (Al-Baqarah: 186).

Ayat ini didahului dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa (Al-Baqarah:

1 of 3 8/30/2007 11:13 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 11 : Kala Doa Tak La... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=104&PHPSES...

183-185) dan diakhiri dengan ayat yang terkait dengan puasa pula (QS Al-Baqarah:
187). Tentunya kita yakin seyakin-yakinnya, bahwa penyusunan urutan ayat-ayat
tersebut bukan tanpa hikmah. Salah satu hikmah yang bisa kita tangkap adalah
urgensi dan posisi doa bagi orang yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan
Ramadhan.

Ayat tersebut turun dilatarbelakangi oleh pertanyaan seorang badui (orang dusun)
yang bertanya kepada Nabi saw., “ Ya Rasulullah, apakah Rabb kita dekat sehingga
cukup kita bermunajat (berbisik atau berucap pelan), ataukah Ia jauh hingga harus
kita panggil (dengan keras)?” Nabi Saw diam, lalu Allah swt. menurunkan ayat 186
dari surat Al-Baqarah tersebut (Tafsir Ibnu Katsir I/196).

Agar doa kita dikabulkan oleh Allah swt., maka kita mesti mengetahui dan
memperhatikan syarat, etika, dan sebab-sebab terkabulnya doa, yang tentu saja tidak
mungkin dibahas secara rinci di sini. Namun demikian, di dalam ayat di atas
sesungguhnya Allah swt. secara implisit telah menyinggung 2 (dua) syarat
terkabulnya, yaitu:

1. “ Fal yastajiibuuli ”.
Berusaha secara maksimal memenuhi segala perintah Allah swt. Sebab,
bagaimana akan dikabulkan doa kita, jika saat kita berdoa kepada Allah swt.,
ternyata pada saat yang sama kita juga bermaksiat kepada-Nya.
2. “ Wal yu’minuubi ”.
Mengimani Allah swt. dengan sebenar-benarnya. Termasuk di sini adalah
mengimani dan tsiqah (percaya) dengan pemberian dan karunia Allah swt.
Karena itulah Rasulullah saw. melarang seseorang berdoa kepada Allah dengan
mengatakan:

‫اﻟﻠﮭﻢ اﻏﻔﺮﻟﻲ إن ﺷﺌﺖ‬

“ Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa)ku jika Engkau kehendaki ” (HR Muslim).

Dalam kehidupan seorang muslim, doa sangat erat kaitannya dengan kwalitas dan
ubudiyah (pengabdian)nya kepada Allah swt. Dengan doa kesempurnaan ubudiyah
seorang hamba kepada Allah swt. benar-benar dapat terealisasi.

Doa mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat bagi kehidupan seorang muslim,
apalagi saat berdoa ia dalam keadaan berpuasa. Doa akan menjanjikan faedah-faedah
duniawi dan ukhrawi, di antaranya:

1. Ibadah kepada Allah swt., tunduk dan patuh kepada-Nya. Dan inilah hakekat
tujuan ibadah dan buahnya.
2. Sebagai asset ukhrawi, tabungan pahala di sisi Allah di akhirat nanti manakala
tidak dikabulkan permohonannya di dunia. Tentu saja ini lebih bagus dan lebih
bermanfaat.
3. Dengan berdoa kepada Allah sesungguhnya kita telah memurnikan dalam
mentauhidkan-Nya. Sebab, saat itu kita telah memutus ketergantungan kita
kepada manusia dan tamak terhadap apa yang dimilikinya.

Nah, haruskah kita sia-siakan lagi hari-hari Ramadhan ini dengan melewatinya tanpa
satu permohonan apa pun yang kita minta kepada Allah, padahal inilah saatnya doa
tak lagi ditolak!!?

2 of 3 8/30/2007 11:13 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 11 : Kala Doa Tak La... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=104&PHPSES...

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=104

3 of 3 8/30/2007 11:13 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 12 : Melejitkan Kece... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=105&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 12 : Melejitkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual di


Bulan Ramadhan
Senin, 02 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Tanpa Terasa, Ramadhan yang agung telah hadir


kembali di tengah kehidupan kita. Syukur yang tak terhingga kita ucapkan kepada
Allah swt., karena Dia memberikan kesempatan kepada kita untuk memasuki bulan
suci-Nya yang mulia ini. Bulan yang selalu didamba kehadirannya oleh Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman, karena di dalamnya berlimpah rahmat, ampunan, dan
pembebasan dari api neraka.

Pada bulan suci ini diturunkan Al-Quran. Kitab suci yang memberikan pencerahan
nurani dan jiwa kita semua. Yang membebaskan kita dari belenggu-belenggu nafsu
syahwat kita, yang membebaskan kita dari kesempitan dunia menuju kelapangan
agama. Di bulan ini, para malaikat berbondong turun menebarkan rahmat pada
semesta. Mereka turun pada malam paling agung, yang dikenal dengan Malam Seribu
Bulan (Lailatul Qadr).

Bulan suci yang Allah janjikan bagi pelakunya yang ikhlas dan penuh harap
ridha-Nya, akan mendapatkan ampunann-Nya yang luas. Bulan yang di saat buka
doa-doa tidak lagi terhalang hijab untuk dikabulkan oleh-Nya.

Ia adalah bulan “perburuhan” untuk merapat ke hadirat Allah. Bulan amal dalam
bentuknya yang sempurna. Bulan yang andaikata orang tahu apa yang ada di
dalamnya, pastilah mereka akan mendambakan semua bulan menjadi Ramadhan.

Ramadhan, sebagaimana yang Allah sinyalir pada surat Al-Baqarah ayat 183 adalah
tangga ampun menggapai takwa dan ridha Tuhannya. Maka, sungguh amat beruntung
seseorang yang memasuki gerbang Ramadhan dengan lapang dada, berkat
kerinduannya yang terpendam sekian lama.

Kerinduan yang memuncak ini, akan membuatnya mengisi bulan ini dengan
amal-amal saleh, yang akan mengantarkannya ke gerbang kekudusan Tuhannya.
Baginya, puasa dianggap kesempatan terakhir untuk beramal, sebab bukan tidak
mungkin di tahun mendatang dia dipanggil harus menghadap Tuhannya. Maka,
sungguh merugilah seseorang yang memasuki bulan Ramadhan ini, namun tidak
mendapat ampunan Allah kala keluar darinya.

Ramadhan akan melahirkan sosok manusia yang memiliki kecerdasan emosional


(EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi. Orang yang berpuasa akan mampu
menajamkan makna spiritualitasnya saat ia mampu menjadikan Ramadhan sebagai
wilayah God Spot dengan nuansa Rabbani yang kental.

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual (SQ) itu? Danah Zohar dan Ian
Marshal mendefinisikan SQ sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna
atau nilai. Yaitu kecerdasan perilaku dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas
dan kaya. SQ adalah kecerdasan untuk melihat bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. SQ adalah pondasi yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan

1 of 3 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 12 : Melejitkan Kece... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=105&PHPSES...

tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ : Spiritual Intelligent, Bloombury,
Great Britain).

Pendidikan yang Luar Biasa

Pada bulan Ramadhan, kita diajarkan untuk mengendalikan emosi kita secara matang.
Ramadhan mengajarkan kita agar mampu menahan lapar dan haus serta menahan
hawa nafsu seksual. Yang menurut Al-Ghazali, dalam buku master-piece-nya Ihya’
Ulumuddun, dianggap puasa kalangan “awam”. Ramadhan mengajarkan sesuatu pada
bukan hanya menahan lapar dan haus serta dorongan nafsu seksual. Kita diajarkan
untuk mengendalikan emosi kita.

Tak heran jika Rasulullah sering bersabda, bahwa sekian banyak manusia yang tidak
mendapatkan apa-apa dari puasanya, karena dia tidak mampu menahan emosinya.
Puasanya dia kotori dengan umpatan dan cacian, dengan kebohongan dan keculasan,
dengan adu domba dan merendahkan sesama. Suatu saat Rasulullah bersabda, “Jika
ada seseorang yang mencaci dan mengajakmu melakukan pertarungan, katakan
padanya saya sedang puasa, saya sedang puasa.”

Sabda Rasulullah di atas mengandung makna bahwa seseorang yang berpuasa selama
Ramadhan, hendaknya mampu menaklukkan emosinya, bahkan pada tingkatan dia
dicaci maki. Satu pendidkan pengendalian emosi yang sangat luar biasa.

Ramadhan akan menciptakan sebuah “ruang hangat” bahwa kita bukan hanya
meningkatkan kadar kecerdasan emosional. Namun, pada saat yang bersamaan kita
akan mampu menggenjot kecerdasan spiritual. Kita akan menjadi hamba yang merasa
sangat membutuhkan Tuhan. Kita akan merasakan betapa keagungan Tuhan begitu
besar.
Malam-malam kita akan bertaburan tasbih, tahmid, dan tahlil serta takbir yang
menggema di dinding-dinding nurani kita. Mulut kita akan selalu basah dengan zikir
dan tilawah Al-Quran. Muka kita akan tertunduk sujud di hadapan kebesaran
Ar-Rahman.

Kita akan merakan kekerdilan kita di hadapan kebesaran-Nya. Kita berusaha


mengadopsi akhlak-Nya dan meniru sifat-sifat-Nya. Agar kita menjadi demikian peka
dan cerdas menyikapi hidup ini dan agar kita dengan jernih mampu memaknai
kehidupan ini. Sebuah ladang amal untuk akhirat.

Ramadhan akan menyuguhkan pada kita sikap God-sentristik yang kemampuan untuk
menjadikan semua urusan berpangkal dan berujung pada Tuhan. Karena Tuhanlah
kita melakukan sesuatu dan untuk Tuhanlah kita lakukan sesuatu itu. Dengan sikap
ini, akan mampu membingkai pikiran dan kalbu kita dengan keikhlasan serta kita
mampu menguburkan rasa pamrih.

Dari jiwa kita akan lahir kerendahan hati dan terkubur rasa takabbur, congkah, dan
pongah. Dari diri kita akan lahir rasa syukur dan terkubur sikap kufur. Dari jiwa kita
akan lahir optimisme dan akan terkubur pesimisme. Akan lahir sikap adil dan akan
terkubur sikap zhalim. Intinya, dengan kecerdasan spiritual yang kita bangun, kita
akan menjadi kosmik kecil dari sifat-sifat Allah. SQ ini akan membuat kita senantiasa
menyemburatkan nilai-niali rabbani.

Dengan Ramadhan, kita akan mampu menjernihkan dinding-dinding hati yang kotor
dan untuk selanjutnya mampu membersitkan kecerdasan spiritual. Semoga puasa kita

2 of 3 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 12 : Melejitkan Kece... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=105&PHPSES...

tahun ini diterima di sisi-Nya. Amien.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=105

3 of 3 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 13 : Mewujudkan T... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=106&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 13 : Mewujudkan Taqwa Budaya dan Peradaban


dengan Ramadhan
Kamis, 05 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Ternyata, ketinggian peradaban dan kemajuan budaya


bukan semata karena faktor material. Bukan pula hanya karena kemajuan
pengetahuan dan teknologi. "Di masyarakat tempat berkembang IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi), manusia tidak pernah dan tidak akan menemukan
hakekat dirinya. Sungguh kami adalah bangsa yang sengsara, karena keterbelakangan
dan krisis moral. Negara-negara industri yang kini nampak maju dalam segi materi,
sesungguhnya secara perlahan sedang melangkah menuju kehancuran, kegelisahan
dan kesengsaraan hidup". Demikian Maurice Buccaile dalam bukunya Manusia
Makhluk Misterius.

Lalu, siapa yang dapat menjadi 'Juru Selamat' peradaban manusia yang kini sedang
menghadapi permasalahan krusial. Siapa yang mampu menjadi 'Penentu Arah'
kehidupan manusia. Siapa dan bagaimana umat manusia dapat mempertahankan
eksistensi hidupnya agar lebih bermakna dan memiliki nilai bagi kemaslahatan
bersama? Siapa dan siapa ……?

Seorang pemikir Barat non-muslim Rene Dubos pernah mengungkap isi hati dan
fikirannya dalam tulisannya berjudul "So Human An Animal" (diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab "Insaniyatul-Insan"): "Yang dapat menyelamatkan manusia dari
kondisi gelisah dan krisis moral dalam kehidupan hanyalah hidup beragama".

Bagi umat Islam, "hidup beragama" adalah beriman, berakhlak mulia, beribadah dan
bertakwa kepada Allah swt. dalam arti seluas-luasnya. Allah swt. memberikan isyarat
bahwa umat Islam pada hekekatnya adalah ummat yang layak mengusung peradaban
umat manusia, firman-Nya,
Dan demikianlah Kami jadikan kalian (umat Islam) umat yang wasath (berkeadilan
dan terpilih). ( Al-Baqarah: 143).

Allah menegaskan kembali, bahwa umat Islam adalah umat tertinggi dari umat-umat
yang lain dikala mereka merealisasi keimanan yang merasuk dalam hati sanubari
mereka, firman-Nya,

‫ﻭﺃﻧﺘﻢ ﺍﻷﻋﻠﻮﻥ ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ‬

"Dan kalian adalah umat tertinggi jika kalian sebagai orang-orang yang mukmin" (
Ali Imran).

Peradaban yang dikehendaki Islam bukan peradaban yang hanya memperhatikan


aspek materi, jasmani dan instink manusia atau kenikmatan dunia lainnya yang
bersifat fana. Peradaban yang diusung umat Islam adalah peradaban yang
menghubungkan manusia dengan Tuhannya, yang membina relasi antara bumi
dengan langit.

Dunia dalam persepsi setiap muslim, diciptakan sebagai sarana hidup dan kehidupan
menuju kehidupan abadi di akhirat. Karenanya, peradaban manusia yang dibangun

1 of 4 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 13 : Mewujudkan T... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=106&PHPSES...

Islam adalah peradaban yang menggabungkan unsur spiritual dengan material,


sekaligus menyeimbangkan antara akal dengan hati, menyatukan ilmu dengan iman,
dan meningkatkan moral seiring dengan peningkatan material.

Untuk membangun peradaban yang dikehendaki Islam itu, Allah tidak membiarkan
manusia terombang-ambing hanya mengandalkan kekuatan akal dan usaha
kemanusiaannya saja. Tetapi, Allah swt. membantu meringankan beban hidup
manusia dalam menentukan arahan dan bimbingan agar mampu membangun
peradabannya di muka bumi.

Karenanya, Allah swt. dengan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Nya mengutus seorang
rasul dengan ajaran yang sesuai dengan kriteria peradaban yang dikehendaki. Ajaran
yang perhatian kepada aspek spiritual dan material, aspek idealis dan realistis. Ajaran
yang rabbani dan insani, moralis dan konstrukstif, juga yang peduli dengan
aspek-aspek individual dan aspek sosial. Sehingga, terwujud peradaban yang
seimbang dan moderat yang menjadi dasar munculnya ummatan wasathan, yang
menuntun umat manusia menuju hidup berkeadilan.

Untuk keperluan 'mega proyek' manusia itu, Allah swt. menurunkan sebuah Kitab
Suci yang berisikan pesan-pesan wahyu yang berfungsi sebagai pengarah dan
petunjuk umat manusia dalam mengusung pembangunan peradaban yang berkeadilan.
Allah swt. menurunkan kitab suci, buku pedoman itu di bulan suci Ramadhan,
sebagaimana firman-Nya, “ Bulan Ramadhan diturunkan padanya Al-Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan sebagai
al-furqan (pembeda antara yang haq dan bathil) ” (Al-Baqarah: 185).

Sebuah bukti konkrit, bahwa mengemban amanat hidup, yakni membangun


peradaban manusia dengan nilai-nilai keadilan dan bermoral, tidak segampang
mengucapkan dan menceramahkannya dengan kata-kata indah memukau sekalipun.
Karena Allah swt. begitu perhatian-Nya, mengutus seorang rasul berbudi luhur dan
berkepribadian tinggi, sebagaimana memberikan pedoman dan petunjuk berupa
Al-Qur'an yang berisi pesan-pesan sarat makna dan esensi serta aspek-aspek hidup
dan kehidupan.

Diturunkannya Al-Qur'an pun tidak di sembarang waktu dan tanpa perhatian dengan
situasi dan kondisi. Tetapi, Al-Qur'an diturunkan pada saat kesiapan moral spiritual
sang penerima tugas, berada dalam kondisi mapan dan dalam kesempatan dimana
umat mendapat kewajiban ilahi dengan penuh ikhlas dan penuh tanggung jawab.
Mengapa …. ???

Karena untuk mengemban amanat pembangunan peradaban yang dikehendaki Islam,


memerlukan manusia-manusia berdaya dan berkualitas, yakni insan mukmin
seutuhnya. Merekalah yang siap menjunjung tinggi dan memberikan keharuman
semerbak bagi peradaban rabbani tersebut.

Mereka itulah orang-orang yang disebut-sebut Al-Qur'an sebagai "muttaqin", yaitu


manusia mukmin yang multazim (komitmen) terhadap Islam secara utuh: akidah,
ibadah, dan muamalah. Sehingga, kehidupan yang dijalankannya tidak dengan
cara-cara arogan tanpa pertimbangan yang matang. Manusia yang senantiasa
berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku, agar sikap dan perilakunya tidak
menyimpang dari jalan yang digariskan "Sang Pemberi" amanat.

Suatu ketika, sahabat Umar bin Khathab ra. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka'ab:

2 of 4 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 13 : Mewujudkan T... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=106&PHPSES...

"Maa haqiqat at-taqwa" (apa hakekat takwa?). Sahabat Ubay balik bertanya kepada
Umar ra: “Pernahkah engkau berjalan pada jalan yang penuh dengan duri ?”.
"Pernah" jawab Umar. ra. "Apa yang engkau lakukan saat itu wahai Umar ?", Tanya
Ubay kembali. Umar bin Khathab menjawab: "Tentunya aku berjalan dengan sangat
berhati-hati".

Kemudian Ubay bin Ka'ab menjelaskan: "wa dzaalika haqiqat at-taqwa" (itulah
hakekat takwa). Sehingga, Umar r.a memberikan definisi takwa dengan kata-kata
beliau: "at-Taqwa hiya al-masy-yu fil ghobati bil-hadzar" (takwa adalah berjalan di
hutan dengan hati-hati).

Maka, takwa tidak hanya identik dengan rasa takut di dalam mesjid saja. Takwa harus
tercermin pada sikap hati-hati dan takut kepada Allah swt. dalam semua dimensi
kehidupan, keyakinan, ideologi, sosial, politik, ekonomi, termasuk juga budaya dan
peradaban.

Allah swt. merekayasa sebuah syariat di bulan Ramadhan untuk maksud dan tujuan
tertentu. Shaum (bisa dibaca: Shiyam) selama bulan Ramadhan diwajibkan bagi
seluruh orang beriman untuk menunaikannya. Diharapkan, penunaian kewajiban itu
mampu menjadikan para pelaku shiyam menjadi orang-orang yang bertakwa sejati,
yaitu jujur dalam keimanannya, ikhlas dalam amal ibadahnya, lurus pemikirannya,
mulia akhlaknya, santun sikap dan perilakunya, serta benar, adil, dan ihsan dalam
menjalankan tugas-tugas hidupnya di berbagai aspek kehidupan.

Karenanya, kegitan-kegiatan Ramadhan mengarah kepada pembentukan manusia


yang memiliki kualifikasi kemampuan mengemban misi peradaban ilahiah,
sebagaimana juga memiliki kepribadian utuh dalam aspek ruhian, aqliah, dan
jasadiah.

Dari aspek ruhiah, kita dapatkan berbagai aktivitas Ramadhan yang membimbing
setiap mukmin memelihara dan meningkatkan kerohaniannya. Sebut saja shalat
taraweh atau qiyamullail (shalat malam), tilawah Al-Qur'an, i'tikaf dan sebagainya.

Dalam memenuhi kebutuhan aqliah, setiap mukmin dapat merasakan nikmat


mendengarkan kuliah shubuh lewat beragam acara di media massa atau langsung di
mesjid-mesjid. Ia juga dapat menghadiri kuliah Zhuhur atau ceramah tarawih. Atau
barangkali ada yang mampu membuat planning program membaca buku-buku
tertentu selama Ramadhan. Semuanya dilakukan dalam rangka menambah wawasan
keislamannya, agar ia dapat melaksanakan ibadah kepada Allah swt. dengan landasan
ilmu, bukan sekadar taklid buta. Juga bermanfaat untuk menimba pengetahuan umum
lainnya yang tidak ia dapat di luar Ramadhan.

Demikian pula arahan-arahan yang berorientasi jasmani. Dapat kita cermati dari
syariat-syariat selama shaum Ramadhan, seperti: makan sahur, sebagaimana dalam
hadits "Lakukanlah makan sahur, karena padanya terdapat keberkahan" (Al-Hadits),
atau syariat mensegerakan ifthar (berbuka puasa) dengan makanan yang halal, sehat
dan bergizi. Juga syariat larangan makan dan minum yang berlebihan (isrof) seperti
dalam firman Allah swt., "Makan dan minumlah, jangan berlebihan".

Jika makna "manusia beradab" adalah ia yang memiliki moralitas agama yang mulia.
Dalam bulan Ramadhan ini, setiap mukmin dilatih selama sebulan untuk menjadi
manusia seperti itu. Karena, ia dilatih selama sebulan untuk memelihara lisan,
bersikap dan berperilaku moralis, serta mampu mengendalikan hawa nafsunya.

3 of 4 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 13 : Mewujudkan T... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=106&PHPSES...

Masyarakat berperadaban adalah masyarakat ideal yang dicita-citakan Islam, yaitu


sosok masyarakat yang diwarnai oleh jalinan solidaritas sosial yang tinggi, rasa
persaudaraan yang solid antara umat manusia.Masyarakat seperti itu bukan khayalan,
bukan sesuatu yang utopis, karena masyarakat seperti itu pernah wujud di Madinah di
bawah bimbingan dan arahan Rasulullah saw.

Ramadhan merupakan peluang besar untuk melakukan training menjadi manusia


yang adil dan beradab, yakni manusia yang memiliki jiwa sosial dan solidaritas,
manusia bersih dan peduli terhadap lingkungan dan masyarakat. Pada saat itu, setiap
mukmin dilatih melakukan sedekah, infak atau zakat, sebagai indikasi bersih dan
peduli. Ia juga dilatih untuk dapat merasakan keletihan dan rasa lapar, agar ia
memiliki rasa welas, kasih sayang kepada si miskin papa, tidak bersikap beringas,
keras tanpa ada sedikit rasa kemanusiaan.

Sudahkah kriteria manusia muttaqin itu kita raih? Sudahkah sifat dan sikap beradab
tersebut kita miliki? Sudahkah nilai-nilai Ramadhan tersebut tercermin pada
kehidupan masyarakat dan bangsa kita ?

Tentunya masing-masing yakin, bahwa manusia-manusia yang menjiwai Ramadhan


dalam diri mereka dan shaum yang dilakukan, telah mampu menjadikan dirinya
manusia yang adil dan beradab. Maka, niscaya jiwa dan hati mereka akan terpanggil
untuk membantu saudara-saudaranya yang tengah mengalami kesulitan dan
kesempitan, secara moril maupun materil.

Kita pun yakin, bahwa manusia semacam itu tidak akan tega membiarkan umat Islam
di Aceh, Maluku, Nusa Tenggara, bahkan di Palestina, Kasymir, Sudan serta tempat
lainnya yang dalam kesengsaraan yang tiada henti. Mereka juga tidak menginginkan
bangsa ini terpecah belah. Sebab, kesatuan dan persatuan adalah motto peradaban
yang tinggi, menuju masyarakat global yang beriman kepada Allah swt.

Harapan dan cita-cita itu dapat kita wujudkan dengan tekad bulat dan hati nurani yang
bersih, manakala kita mampu menjadikan Ramadhan sebagai momen mewujudkan
takwa dalam berbudaya dan berperadaban, yaitu dengan membuat "Planning
Ramadhan" yang efektif dan efesien. Semoga…

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=106

4 of 4 8/30/2007 11:18 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 14 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=107&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 14 : Membangun Taqwa Sosial Lewat Ramadhan


Kamis, 05 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Kalimat taqwa yang didefinisikan secara umum oleh


ulama dengan ungkapan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan
segala larangan-Nya, menjadikan taqwa mencakup segala aspek kebaikan. Di antara
model kebaikan yang hendak dibangun oleh Ramadhan adalah rasa empati terhadap
sesama yang kita sebut dalam tulisan ini sebagai taqwa sosial.

Dalam teori ukhuwah, persaudaraan dan semangat untuk saling mengayomi (takaful)
akan terealisasi jika didahului oleh ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling
memahami), dan ta’awun (saling membantu). Jika kita menerapkan teori ini untuk
membuktikan tesis bahwa Ramadhan dapat membangun taqwa sosial, maka kita akan
sampai kepada kesimpulan bahwa Ramadhan kaya dengan praktek-praktek
pemenuhan aspek-aspek teori di atas.

A. Ramadhan Mengajarkan Kita untuk Saling Ta’aruf

Allah memerintahkan kaum muslimin agar selalu membuka diri dan banyak
melakukan kontak dengan orang. Membuka diri kepada banyak orang memang bukan
pekerjaan tanpa resiko, karena dari sini proses saling mempengaruhi bergulir. Kalau
kita tidak tanggap, maka boleh jadi membawa petaka, kita bisa terseret dalam
perilaku negatif.
Karenanya, saat memerintahkan ta’aruf dalam ayat 13 Surah al Hujurat, Allah
mengarahkan ta’aruf kepada sasaran membangun semangat berlomba-lomba untuk
mencapai derajat taqwa.

Semangat taqwa ini tidak mungkin ditemukan dalam komunitas yang tidak kenal
Allah, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan hanya berlomba-lomba meraih
kesenangan sesaat. Tetapi, ia ditemukan dalam kelompok masyarakat yang hanif,
memiliki kepedulian terhadap perintah Allah, dan tidak senang kemaksiatan
merajalela.

Dalam menjalin ta’aruf ini, Rasulullah mengarahkan kita untuk mencari teman yang
baik dan bisa mentransfer kebaikannya kepada kita, bukan sebaliknya. Rasulullah
saw. bersabda,

ِ ِ‫ﻲ ﺻَّﻠَﻰ ﺍﻟَّﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳََّﻠﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﺠَﻠِﻴﺲِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟ‬
‫ﺢ‬ ِّ ِ‫ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻋَﻦْ ﺍﻟ َّﻨﺒ‬
ْ‫ﺦ ﺍﻟْﻜِﻴﺮِ ﻓَﺤَﺎﻣِﻞُ ﺍﻟْﻤِﺴْﻚِ ﺇِﻣَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳُﺤْﺬِﻳَﻚَ ﻭَﺇِﻣَّﺎ ﺃَﻥ‬ ِ ِ‫ﻚ ﻭَﻧَﺎﻓ‬
ِ ْ‫ﺴ ْﻮءِ ﻛَﺤَﺎﻣِﻞِ ﺍﻟْﻤِﺴ‬َّ ‫ﻭَﺍﻟْﺠَﻠِﻴﺲِ ﺍﻟ‬
ْ‫ﺗَﺒْﺘَﺎﻉَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﺇِ ّﻣَﺎ ﺃَﻥْ ﺗَﺠِﺪَ ﻣِﻨْ ُﻪ ﺭِﻳﺤًﺎ ﻃَِّﻴﺒَﺔً ﻭَﻧَﺎﻓِﺦُ ﺍﻟْﻜِﻴﺮِ ﺇِﻣَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳُﺤْﺮِﻕَ ﺛِﻴَﺎﺑَﻚَ ﻭَﺇِﻣَّﺎ ﺃَﻥ‬
‫) ﺗَﺠِﺪَ ﺭِﻳﺤًﺎ ﺧَﺒِﻴﺜَﺔً ) ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬

Dari Abu Musa, dari Nabi saw., “Perumpamaan sahabat yang saleh dan sahabat yang
tidak baik seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya, atau minimal
kamu mencium aroma harumnya. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membuat
bajumu terbakar, atau minimal engkau mencium aroma yang tidak sedap” (HR.
Muslim)

1 of 4 8/30/2007 11:51 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 14 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=107&PHPSES...

Bahkan, dalam hadits yang lain, Rasulullah menyebutkan bahwa teman kita memiliki
peran dominan dalam kualitas keberagamaan kita,

‫ﻦ ﺧَﻠِﻴﻠِ ِﻪ‬
ِ ‫ﻝ ﺍﻟَّﻠ ِﻪ ﺻَّﻠَﻰ ﺍﻟَّﻠ ُﻪ ﻋَﻠَﻴْ ِﻪ ﻭَﺳَﻠَّ َﻢ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳ‬
ُ ‫ﻝ ﺭَﺳُﻮ‬
َ ‫ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎ‬
ٌ‫ﻦ ﻏَﺮِﻳﺐ‬ ٌ َ‫ﻓَﻠْﻴَ ْﻨﻈُﺮْ ﺃَﺣَ ُﺪﻛُﻢْ َﻣﻦْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻞُ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﻋِﻴﺴَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺣَﺴ‬

Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang itu terkait erat
dengan agama saudaranya. Hendaklah engkau memperhatikan dengan siapa dia
berteman” (HR.Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ahmad)

Ramadhan secara intensif mengarahkan kita untuk bertemu dengan kelompok


masyarakat yang saleh, atau yang ingin berubah menjadi saleh. Di antara
sarana-sarana ta’aruf di bulan Ramadhan adalah sahur bersama keluarga. Keluarga
yang sibuk merasakan saat sahur bersama keluarga adalah sarana untuk lebih saling
mengenal dan lebih dekat dengan anggota keluarga.

Sarana lain adalah buka puasa bersama. Ini bisa dilakukan untuk membangun
komunikasi dengan komunitas baru, atau ingin mempererat hubungan dengan
komunitas yang sudah ada. Bisa dilakukan di keluarga besar, paguyuban, RT, Masjid,
perkantoran, antara guru dengan siswanya, dengan rumah-rumah panti asuhan, panti
jompo, narapidana dan sebagainya.

Salat tarawih adalah juga sarana efektif untuk ta’aruf. Jika pertemuan sholat ini
berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang, insya Allah akan lebih
mendekatkan kita dengan saudara kita yang lain.

Tadarus bersama, dengan membaca al Qur’an dan mengkaji beberapa maknanya


adalah juga sarana ta’aruf yang baik. Sedang ta’aruf yang paling intensif bisa
dilakukan pada saat i’tikaf, di mana kita memiliki kesempatan untuk tinggal bersama
selama 10 hari di dalam satu masjid, dengan tujuan sama ingin mendekatkan diri
kepada Allah.

B. Ramadhan Mengajarkan Kita untuk Saling Tafahum

Jika sarana-sarana yang tersedia di atas bisa dimanfaatkan dengan baik, kita akan
mengenal lebih dekat saudara kita, baik secara fisik, psikologi, maupun
pemikirannya.
Kesalahpahaman sering terjadi akibat tidak tergalinya informasi tentang teman kita
secara baik. Padahal, dengan pengenalan yang baik itu kita akan terhindar dari
larangan Allah, seperti mudah marah, berburuk sangka, dan membincangkan yang
tidak pada tempatnya tentang teman.

Untuk membangun sikap mudah memahami teman, Ramadhan mengajarkan kita agar
tidak mudah marah, tidak boleh berburuk sangka dengan orang, dan tidak boleh
ghibah.

ْ ُ‫ﺢ ﺃَﺣَﺪُﻛُ ْﻢ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺻَﺎﺋِﻤًﺎ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺮْﻓ‬


‫ﺚ‬ َ َ‫ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟَّﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺭِﻭَﺍﻳَ ًﺔ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺻْﺒ‬
‫)ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺠْﻬَﻞْ ﻓَﺈِﻥْ ﺍﻣْﺮُﺅٌ ﺷَﺎﺗَﻤَ ُﻪ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﺗَﻠَﻪُ ﻓَﻠْﻴَﻘُﻞْ ِﺇﻧِّﻲ ﺻَﺎﺋِﻢٌ ﺇِّﻧِﻲ ﺻَﺎﺋِﻢٌ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬

“Dari Abu Hurairah ra. Jika kalian berpuasa, hendaklah tidak berkata kotor dan
sembrono. Apabila ada orang yang mengumpatnya atau mengajaknya untuk
berkelahi, katakanlah: aku sedang puasa, aku sedang puasa”. (HR.Muslim)

2 of 4 8/30/2007 11:51 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 14 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=107&PHPSES...

Dalam hadits lain disebutkan :

‫ﺼﻮْﻡُ ﺟُﻨَّﺔٌ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺨْﺮِﻗْﻬَﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ‬


َّ ‫) ﺍﻟ‬

“Puasa itu adalah benteng, selama tidak ada yang menembusnya” (HR.An-Nasai).
Dalam Sunan Ad Darimi disebutkan, yang bisa merusak benteng puasa itu adalah
ghibah.

Larangan Allah untuk marah, buruk sangka, dan ghibah ini baru bisa kita lakukan
manakala kita telah mengenal saudara kita dengan baik. Dengan demikian, larangan
marah ini tidak berdiri sendiri, tetapi didahului dengan saling mengenal secara baik
lewat sarana-sarana Ramadhan yang disebut di atas.

C. Ramadhan Mengajarkan Kita untuk Saling Ta’awun

Setelah kita mengenal baik saudara kita, kita akan memahami kecenderungan jiwa
maupun kondisi ekonomi mereka. Orang yang memahami kondisi saudaranya secara
umum, lebih mudah untuk membantu daripada orang yang tidak kenal sama sekali.
Sasarannya adalah orang-orang miskin yang terdeteksi dari interaksi mereka yang
panjang selama Ramadhan.

‫ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋَّﺒَﺎﺱٍ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺮَﺽَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟَّﻠﻪِ ﺻَّﻠَﻰ ﺍﻟَّﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّ َﻢ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻃُﻬْﺮَ ًﺓ‬
ٌ‫ﻲ ﺯَﻛَﺎﺓ‬َ ِ‫ﻞ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻓَﻬ‬ َ ْ‫ﺼَﺎﺋِﻢِ ﻣِﻦْ ﺍﻟَّﻠﻐْﻮِ ﻭَﺍﻟ َّﺮﻓَﺚِ ﻭَﻃُﻌْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ ﻣَﻦْ ﺃَﺩَّﺍﻫَﺎ ﻗَﺒ‬
ّ ‫ﻟِﻠ‬
‫ﺼﻠَﺎﺓِ ﻓَﻬِﻲَ ﺻَﺪَﻗَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺎﺕِ )ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ‬ َّ ‫)ﻣَﻘْﺒُﻮﻟَﺔٌ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَ ّﺩَﺍﻫَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟ‬

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. mewajibkan zakat fithrah sebagai
pembersih orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak pantas, dan untuk
memberikan makan buat orang-orang miskin…” (HR.Abu Dawud).

Selain zakat fithrah, Rasulullah saw. mencontohkan kepada kita untuk lebih
dermawan di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits disebutkan,

َ‫ﻋﻦ ﺍﺑْﻦِ ﻋَّﺒَﺎﺱٍ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟَّﻠﻪِ ﺻَّﻠَﻰ ﺍﻟَّﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّ َﻢ ﺃَﺟْﻮَ َﺩ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﺎﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻛَﺎﻥ‬
...‫ﻥ ﻓِﻲ ﺷَﻬْﺮِ ﺭﻣﻀﺎﺕ‬ ُ ‫ﺃَﺟْﻮَﺩَ ﻣَﺎ ﻳَﻜُﻮ‬
‫))ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ‬

“Ibnu Abbas berkata, Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan dalam
bidang kebajikan, dan kedermawanan beliau meningkat selama bulan Ramadhan”.
(HR. Muslim)

Taqwa tidak dapat diraih dengan mengabaikan aspek sosial dan hanya sibuk dengan
urusan pribadi. Bukan hanya taqwa yang tidak diraih, bahkan keimanan kita pun
menjadi tanda tanya besar, apakah benar kita orang yang beriman, atau kita adalah
orang yang hanya mengaku beriman tanpa bukti.

Orang yang perlakuannya kasar dengan anak yatim dan tidak peduli dengan orang
miskin dikatakan orang yang mendustakan agama. Allah berfirman,
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberikan makan orang miskin”.
(Al-Maa’uun: 1-30 )

Sebaliknya, orang yang peduli dengan sesama digambarkan secara jelas oleh Allah
sebagai salah satu variable meraih taqwa. Allah berfirman,

3 of 4 8/30/2007 11:51 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 14 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=107&PHPSES...

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
(Yaitu) orang-orang yanag menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun
sempit…” (Ali Imran: 133-134)

Sedangkan di tempat lain, Allah menggandengkan kalimat suka memberi dengan


taqwa, sebagai isyarat bahwa dua kalimat adalah kembar siam. Apabila dipisahkan,
maka taqwa tidak mungkin diraih.

Ramadhan adalah bulan motivasi meningkatkan kepedulian sosial, mudah-mudahan


kita terpacu meraihnya, karena tanpanya tujuan puasa “la’allakum tattaqun” tidak
akan terealisasi.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=107

4 of 4 8/30/2007 11:51 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 15 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=108&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 15 : Membangun Taqwa Politik dengan Ramadhan


Kamis, 05 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Menurut Bapak sosiologi Islam Ibnu Khaldun, panggung


politik dan kekuasaan adalah posisi yang banyak diidam-idamkan orang karena
kenikmatannya. Di dunia politik ini, terkumpul segala macam kenikmatan, dari harta
kekayaan yang berlimpah, kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan fisik, dan
kenyamanan psikologi (karena selalu dihormati). Karena kenyamanan ini, banyak
orang bersaing untuk mendapatkannya. Dan kalau sudah berkuasa, sangat sedikit
yang dengan sukacita menyerahkannya kepada orang lain.

Karakter inilah yang barangkali bisa menafsirkan kita kepada sebuah fenomena
kenapa mayoritas penguasa diturunkan dengan cara yang tidak formal, dan kenapa
banyak pejabat mengalami post power syndrome saat turun dari jabatannya. Salah
satu penyebab jeleknya citra politik di mata mayoritas adalah karena banyak penguasa
yang berbuat semena-mena dengan lawan politiknya demi mempertahankan
kekuasaannya.

Benarkah politik itu sejatinya kotor, ataukah kekotoran itu adalah benalu kekuasaan
di saat penguasa sudah lupa dengan tujuan semula saat dilantik menjadi pemimpin?
Dengan penuh keyakinan, penulis menyatakan bahwa politik adalah salah satu agenda
penting dalam dakwah. Politik adalah keniscayaan dalam mewujudkan totalitas
beragama, dan politik adalah salah satu cara untuk menggapai taqwa. Tetapi dunia ini
sangat rentan godaan, sehingga memerlukan energi besar agar praktisinya tidak
mudah terjangkiti oleh virus-virus politik kotor.

Lalu, apa kaitan Ramadhan dengan taqwa? Benarkah Ramadhan bisa menjadi solusi
carut marutnya dunia perpolitikan? Mampukah Ramadhan menciptakan taqwa di
sektor politik?

Mencermati pernyataan Ibnu Khaldun di atas, penulis akan menggali sejauh mana
Ramadhan mampu membangun karakter taqwa di dunia politik. Tulisan ini menyoroti
dua sudut: Pertama, masyarakat terhadap penguasa, dan kedua, penguasa yang
menjalankan roda pemerintahan.

A. Masyarakat yang menentukan pilihan politik

Masyarakat memiliki peran penting dalam membangun budaya taqwa dalam politik.
Masyarakat yang bertaqwa, tidak akan membiarkan pemimpinnya berbuat
semena-mena. Dalam pidato politik saat dikukuhkan menjadi Khalifah Islam setelah
Rasulullah, Abu Bakar sadar betul bahwa kekuasaan mudah menyeret seseorang
kepada penyelewengan.

Karenanya, beliau meminta masyarakat - yang pada saat itu mayoritas bertaqwa -
untuk memantau kinerja kepemimpinan beliau. Dalam pidatonya yang singkat beliau
berkata,

‫ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ﺧﻴﺎﻧﺔ‬، ‫ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﺃﻣﺎﻧﺔ‬، ‫ ﻭﺇﻥ ﺃﺳﺄﺕ ﻓﻘﻮﻣﻮﻧﻲ‬، ‫ ﻓﺄﻋﻴﻨﻮﻧﻲ‬، ‫ﻓﺈﻥ ﺃﺣﺴﻨﺖ‬. ‫ﺇﻧﻲ ﻭﻟﻴﺖ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﻟﺴﺖ ﺑﺨﻴﺮﻛﻢ‬
...

1 of 4 8/30/2007 11:52 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 15 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=108&PHPSES...

“Sesungguhnya aku sekarang telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, padahal
aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Jika aku
profesional, maka dukunglah kinerjaku, tapi jika aku asal-asalan, maka luruskan
diriku. Kejujuran adalah amanah, dan kebohongan adalah pengkhianatan… ”.

Salah satu cara membentuk masyarakat taqwa adalah dengan metode Ramadhan..
Ramadhan secara intensif melatih masyarakat muslim untuk mencintai nilai-nilai
kebaikan, mampu menahan nafsu untuk tidak melakukan perbuatan keji.
Bersemangat melaksanakan shalat secara berjamaah, dan berani menegur imamnya
jika melakukan kekeliruan.

Ramadhan yang sukses juga akan menekan persoalan bangsa yang sangat akut
sekarang ini, yaitu korupsi. Karenanya, permasalahan serius yang disoroti Allah pasca
ayat-ayat tentang Ramadhan adalah problematika korupsi, yang dalam ajaran Allah
pemberantasannya baru akan efektif manakala dilakukan oleh orang-orang yang
bertaqwa. Allah berfirman, “ Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui” (Al-Baqarah: 188).

Ramadhan sangat intensif mengenalkan nilai-nilai kebaikan untuk masyarakat.


Nilai-nilai yang diperkenalkan sangat bervariasi, mulai dari kedisiplinan, kejujuran,
keikhlasan, melatih sikap empati, sampai kepada pengenalan hak-hak pemimpin dan
yang dipimpin.

Kedisiplinan dikenalkan lewat jadwal berbuka dan imsak, kapan boleh makan dan
minum dan kapan tidak boleh; kapan waktu berangkat ke masjid, dan jam berapa
harus bangun sahur. Kejujuran diasah lewat kesportifan orang untuk tidak melakukan
hal-hal yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada satu pun orang yang tahu dia
melakukannya. Keikhlasan tumbuh dari praktek puasa yang tidak mungkin diketahui
orang lain, kecuali kalau kita sendiri yang menceritakannya.

Ramadhan melatih kita untuk lebih peduli terhadap sesama dengan program memberi
makan orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, sedekah, dan zakat. Ramadhan
juga mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin dalam shalat, kapan harus
menaatinya, dan bagaimana menegurnya jika berbuat kesalahan.

Masyarakat Ramadhan dengan karakteristik di atas tidak mungkin tertarik memilih


pemimpin yang tidak seirama dengan mereka, hanya karena tampilan fisik calon
pemimpin, atau karena teror money politics. Mereka telah terbiasa dengan sukarela
tidak makan seharian selama sebulan tanpa dibayar dengan uang. Andaikan ada yang
ingin membayar mereka agar membatalkan puasa, mereka pasti tidak akan melakukan
itu.

Masyarakat Ramadhan juga tidak akan segan-segan memberikan peringatan kepada


pemimpin yang salah. Mereka sangat sadar bahwa pilihan mereka harus mendukung
nilai-nilai ketaqwaan yang telah mereka bangun dengan susah payah, sebagaimana
mereka merasa tidak nyaman di saat shalat di belakang imam yang bacaan serta
sikapnya tidak baik.

Masyarakat Ramadhan juga tidak akan melanjutkan tradisi korupsi yang telah

2 of 4 8/30/2007 11:52 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 15 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=108&PHPSES...

beranak-pinak. Mereka adalah orang pertama yang akan menghapus tradisi ini.
Selama Ramadhan, mereka telah dilatih untuk memakan makanan yang halal dan
thayyib, dan tidak akan korupsi pada saat berbuka dan sahur. Mereka tidak berani
untuk berbuka sebelum waktunya, demikian juga dengan makan setelah waktu sahur
lewat.

Dengan sikap seperti itu, penguasa yang punya niat korupsi akan berfikir seribu kali
untuk melakukannya, lantaran masyarakatnya tidak mendukung, bahkan akan
mengadilinya. Suburnya korupsi di negeri ini adalah akibat banyaknya pejabat yang
korup yang berkolaborasi dengan pengusaha atau rakyat yang membutuhkan bidang
yang digarap oleh pejabat.

B. Penguasa yang Menjalankan Roda Pemerintahan.

Godaan kekuasaan sangat besar, baik harta, tahta maupun wanita. Penguasa sangat
rentan dengan godaan harta. Banyak pengusaha yang siap menanamkan investasi jasa
keuangannya jauh-jauh hari sebelum menjadi penguasa, dengan harapan nanti kalau
berkuasa akan mendapatkan proyek-proyek besar.

Kalau tidak berhasil mendekati penguasa atau calon penguasa, mereka coba masuk
dari jalur keluarga, baik istri maupun anak-anak mereka. Banyak sudah pemimpin
yang harus turun dari jabatannya lantaran skandal korupsi, dan penyalahgunaan
kekuasaan untuk memperkaya diri dan keluarga mereka.

Pejabat juga sangat rentan dengan godaan wanita. Betapa banyak pemimpin yang
harus meninggalkan tahtanya gara-gara terlibat skandal dengan wanita simpanan.
Betah dengan tahta adalah godaan lain yang melekat kental di sebagian penguasa.
Demi mempertahankan tahtanya, dia singkirkan lawan-lawan politiknya dengan
berbagai macam cara. Ada yang dicampakkan ke dalam sel, ada yang diasingkan,
bahkan ada yang dihabisi nyawanya.

Tetapi pejabat yang telah dicelup dengan nilai Ramadhan dan sukses dalam
prosesnya, Insya Allah lahir dengan tampilan yang berbeda. Ramadhan tidak hanya
diwajibkan kepada masyarakat kecil, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat.
Ramadhan mengajarkan mereka untuk berhias dengan sifat jujur, cinta masjid,
merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, memperkecil nafsu serakah terhadap
dunia, hati-hati dengan godaan lawan jenis, siap menerima kritik, memberantas
korupsi dan lainnya.

Kejujuran tumbuh dari terlatihnya mereka berpuasa tanpa harus berbuka, meskipun
tidak dilihat oleh orang lain. Mereka juga sering ke masjid menyatu dengan rakyatnya
untuk sama-sama shalat berjamaah. Seringnya mereka beribadah, insya Allah
menjadikan mereka semakin merasakan kedekatan kepada Allah. Sehingga nafsu
serakah dunia dan hebatnya godaan syahwat menjadi jinak dan terkendali..

Penguasa yang bertaqwa seperti di atas, akan membawa dampak positif buat diri,
keluarga, dan rakyatnya. Pemimpin yang lulus puasa Ramadhan adalah pemimpin
yang salih secara pribadi, rajin beribadah, jujur, berdedikasi tinggi, siap menerima
kritik membangun, tidak tergiur oleh berbagai godaan.

Pemimpin yang lulus ujian Ramadhan adalah pemimpin yang berwibawa di dalam
keluarganya, menjadi contoh buat isteri dan anak-anaknya, dan menciptakan
lingkungan rumah yang kondusif buat ibadah kepada Allah. Ia adalah pemimpin yang

3 of 4 8/30/2007 11:52 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 15 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=108&PHPSES...

selektif memilih bithanahnya (orang dekatnya) sehingga selalu mengingatkannya jika


terjadi kekeliruan. Ia juga akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung
terwujudnya nilai-nilai taqwa dalam kehidupan.

Di antara wujud nilai taqwa dalam kehidupan sehari-hari yang akan digulirkan oleh
pemimpin jenis ini adalah: Gerakan Peduli Pemuda, Gerakan kembali mencintai
masjid, menghidupkan nilai-nilai ukhuwah terhadap sesama, gerakan sumbangan
sukarela dalam membangun kekuatan ekonomi negara, gerakan anti pornografi,
gerakan menghidupkan malam dengan ibadah.

Gerakan peduli pemuda tumbuh dari kesadaran pemimpin dalam merespon perintah
Allah untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Kealfaan memperhatikan
perkembangan pemuda berakibat fatal bagi kualitas keberagamaan mereka, sekaligus
menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan suatu negara.

Sedangkan gerakan kembali cinta masjid, muncul dari kenikmatan yang mereka
dapatkan di saat sholat berjamaah dan merasakan dampak positifnya berkumpul di
masjid jika dibandingkan dengan berkumpul di tempat-tempat keramaian yang lain.
Nilai-nilai ukhuwah terbangun dengan seringnya berkumpul bersama di dalam tempat
yang suci.

Sumbangan sukarela dapat digerakkan karena rakyat melihat bahwa pemimpin


mereka juga mengeluarkan infaq, sedekah, sama seperti yang mereka lakukan.
Sedangkan gerakan anti pornografi dapat efektif karena pemimpinnya tidak pernah
terperangkap dalam jerat ini dengan energi besar dari Ramadhan. Dan, gerakan
mengisi keheningan malam dengan ibadah, mereka gulirkan saat merasakan betapa
indahnya shalat tahajjuad dan i’tikaf di hari-hari akhir Ramadhan.

Ramadhan yang menyentuh kutub pemimpin di satu sisi dan masyarakat di sisi yang
lain, akan melahirkan ketaqwaan dari keduanya sekaligus. Pemimpin yang bertaqwa
akan menggulirkan kebijakan-kebijakan yang menopang terealisasinya ketaqwaan di
masyarakat. Dan, masyarakat yang bertaqwa akan menjadi pengawas berlangsungnya
nilai-nilai ketaqwaan di kalangan elit.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=108

4 of 4 8/30/2007 11:52 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 16 : Mengikat Jalina... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=109&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 16 : Mengikat Jalinan Ukhuwah Dengan Ramadhan


Senin, 09 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Kebersamaan, saling tsiqah (percaya), bahu membahu,


kerja sama, perkenalan dan sejenisnya merupakan refleksi ukhuwah yang didasarkan
pada kesatuan ideologi dan keyakinan, bahkan kesatuan visi, misi, dan langkah dalam
perjuangan.

Alangkah indah hidup ini jika dapat hidup dalam suasana kebersamaan. Alangkah
manis hidup ini jika dapat berdampingan saling kasih dan sayang. Alangkah sejuk
hidup ini jika dapat bahu membahu karena cinta kebaikan. Betapa bahagianya jika
kita berjalan searah, seirama, sekeyakinan dalam menapaki langkah-langkah
perjuangan hidup dalam rangka menggapai ridha Allah swt.

Akan kah tali ukhuwah dapat terjalin antar kita, saat umat tercabik-cabik ? Akan kah
keindahan kebersamaan terwujud antar kita, ketika persatuan umat dirobek-robek?
Akan kah kemanisan hidup berdampingan dengan kasih sayang terjadi pada kita,
tatkala umat dibagi-bagi dalam golongan dan kelompok yang masing-masing kita
bersenang-senang dengan kelompok dan golongannya sendiri? Akan kah kesejukan
bahu membahu karena cinta kebaikan dirasakan, pada saat kita hanya peduli untuk
kepentingan sendiri, tanpa melihat kepada kepentingan bersama ?

Atau ukhuwah hanya menjadi slogan 'lip-servis' belaka, persaudaraan dan persatuan
sekedar 'pamflet' dalam ceramah-ceramah muballigh kita? Atau ia hanya berupa
ajaran teoritis normatif tanpa wujud nyata dalam kehidupan manusia???

Kalau kita yakin bahwa "innamal mu'minuuna ikhwatun" adalah pernyataan Allah
swt. dalam Al-Qur'an, sekaligus ia merupakan wahyu Allah kepada Rasul-Nya untuk
diserukan kepada umat manusia. Kalau kita yakin itu, maka mustahil wahyu itu hanya
berupa 'lip-servis' atau pajangan kata-kata dalam Kitab Suci, tanpa adanya
kemungkinan terwujud dalam kehidupan nyata.

Allah swt. menurunkan ayat-ayat-Nya dalam Al-Qur'an untuk dibumikan dan sangat
mungkin dibumikan, sebab ayat-ayat Al-Qur'an secara keseluruhan adalah ayat-ayat
hidup dan untuk kepentingan makhluk hidup, demi kesejahteraan mereka saat ini dan
saat mendatang.

Ternyata, dalam sejarah peradaban manusia ukhuwah semacam itu pernah terwujud
dan dicatat. Fenomena ukhuwah dalam kehidupan para sahabat Rasulullah saw. pada
masa keemasan dan kejayaan umat ini. Ukhuwah mereka ternyata dapat
mengguncang mereka yang dicap Allah sebagai musuh-musuh dakwah Islam, baik
dari kalangan orang tak beragama maupun dari kalangan umat beragama non muslim
sekalipun.

Persaudaraan dan kebersamaan para generasi awal Islam itulah yang pernah membuat
para pengkaji Islamologi dan sebagian pemikir Barat tercengang. Saat mereka
membaca sejarah Khubaib bin Adi yang tidak rela bebas dari penyiksaan kuffar dan
hidup senang, sementara Rasulullah saw. hidup tersiksa dan sengsara, bahkan sekedar
terluka. Saat mereka menyimak sejarah seorang sahabat Thalhah yang rela

1 of 3 8/30/2007 11:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 16 : Mengikat Jalina... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=109&PHPSES...

memberikan makanan malamnya yang tersisa diberikan kepada seorang tamu


Rasulullah saw.

Saat mereka saling membahu membangun parit besar dalam rangka mempertahankan
diri dan kota Madinah dari serangan pasukan koalisi (ahzab) di tahun ke 5 Hijriyah.
Saat mereka hidup berdampingan ibarat saudara kandung, saling memberi dan lapang
dada antara kaum muhajirin dan anshar. Ukhuwah yang tak tertandingi dalam
perjalanan sejarah manusia sebelum dan sesudah itu. Apa gerangan rahasianya?

Simak dan renungkan ayat-ayat suci dalam surat Al-Hujurat: 10, surat Ali Imran ayat
103, surat Al-A'raf, dan surat al-Anfal.

Dalam ayat-ayat tersebut Allah swt. menyatakan, bahwa ukhuwah Islamiah:

1. Didasarkan pada iman yang kokoh (Al-Hujurat: 10)


2. Dilandaskan pada proses ta'liful qulub (keterpautan hati), (Ali Imran:103)
3. Keterpautan hati bukan semata-mata rekayasa dan upaya manusia, tetapi ia juga
merupakan rahmat dan karunia Allah swt. (al-Anfal)
4. Sementara rahmat Allah swt. secara simultan hanya dapat diraih oleh
orang-orang yang bertakwa sebenarnya, komitmen kuat dengan ajaran Allah
dan
memiliki tingkat tawakkal yang tinggi (al-A'raf).

Karenanya, Allah swt. mengawali ayat perintah menegakkan amar makruf nahi
munkar dengan perintah beriman, bertakwa haqqa tuqaatihi, dan realisasi keislaman
selama hidup (Ali Imran: 102). Selanjutnya, Allah memerintahkan i'tishom
(berpegang dalam himpunan dengan tali Allah swt., yakni ajaran-Nya yang lurus),
jangan bercerai berai, agar terwujud ta'liful qulub (keterpautan hati) yang diawali
dengan kebersihan hati dalam berislam dan berjuang membela Islam, sehingga
ukhuwah dapat terjalin di antara kita (Ali Imran: 103).

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa ukhuwah akan terjalin di
antara orang-orang yang bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Sedangkan, takwa
merupakan tujuan ibadah shaum selama bulan Ramadhan.

Karena itu, bulan Ramadhan hendaknya dijadikan sebagai bulan penempa diri untuk
menjadi orang-orang yang siap untuk berukhuwah. Ramadhan dijadikan sebagai
peluang mewujudkan masyarakat harmonis, sekaligus sebagai momen menunjukkan
jati diri umat yang mencintai integritas bangsa dan negara serta siap menghadapi
upaya-upaya disintegtrasi bangsa di negeri yang kita cintai ini.

Peningkatan keimanan di bulan Ramadhan menjadi sangat menentukan tertanamnya


prinsip ukhuwah dalam diri setiap muslim. Karena keimanan itulah yang melandasi
amal-amal ibadah selama Ramadhan khususnya shaum, agar diterima dan diridhai
Allah swt.

Demikian juga aplikasi keimanan berupa aktivitas-aktivitas ibadah selama


Ramadhan, menjadi penentu cita-cita terwujudnya ukhuwah islamiah. Karena,
aktifitas ibadah merupakan indikator sikap takwa yang didasarkan keimanan,
sekaligus merupakan faktor penyebab turunnya rahmat Allah swt. berupa
ta'liful-qulub (keterpautan hati). Ta'liful qulub ini sebagaimana dijelaskan di atas
merupakan 'soko guru' bagi ukhuwah islamiah.

2 of 3 8/30/2007 11:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 16 : Mengikat Jalina... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=109&PHPSES...

Karenanya, berbagai syariat di bulan Ramadhan kebanyakan bernuansa kebersamaan


yang merupakan salah satu bentuk dari ukhuwah islamiah. Sebut saja misalnya shalat
tarawih berjamaah, shalat shubuh berjamaah, yang dilakukan tidak seperti biasanya
dilakukan sebagian umat di luar Ramadhan, mendengarkan kuliah shubuh, ifthar
jama'i (buka puasa bersama), makan sahur bersama, i'tikaf dan lainnya.

Demikian pula zakat dan anjuran sedekah di bulan Ramadhan, secara kontekstual
memberikan makna yang dalam dari salah satu bentuk ukhuwah islamiah. Karena,
sikap kepedulian kepada sesama adalah sikap yang didasarkan pada nilai-nilai kasih
sayang dan cinta kepada sesama. Kasih sayang dan cinta merupakan wujud dari
persaudaraan.

Refleksi zakat dan sedekah dalam kehidupan sosial adalah hidup sepenanggungan.
Tanpa pandang bulu dan tanpa melihat status sosial tertentu, sang muzaki siap hidup
bersama sepenanggungan, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Bahu membahu
dalam menghadapi masalah hidup.

Si kaya bukan berarti terbebas dari malapetaka dan musibah yang pada saat-saat
tertentu memerlukan bantuan si miskin papa. Demikian juga si miskin papa yang taat
beragama, di banyak kesempatan memerlukan keberadaan si kaya yang berada di
lingkungannya.

Ada beberapa saran dalam menjalin ukhuwah di bulan Ramadhan:

1. Jaga kebersihan hati.


Hati adalah panglima bagi sikap dan perilaku setiap orang,, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw. Karenanya, kebersihan hati merupakan
faktor utama masuk surga Allah swt. Sebab, hanya orang yang bersih hatinya
yang mendapatkan kenikmatan berjumpa dengan Allah swt. kelak di akhirat,
sebagaimana dalam firman-Nya, "Pada hari tidak ada manfaat harta dan
anak-anak kecuali ia yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". Bersih
dari noda syirik, noda riya, kotoran ghill (kemarahan) dan hasud (dengki).

2. Tingkatkan amal-amal ibadah secara kontinyu.

3. Terlibat dalam kegiatan kajian-kajian keislaman. Pemahaman yang benar dan


tepat akan memunculkan saling mencintai dan tumbuh keberanian untuk saling
menasehati.

4. Terlibat dengan aktifitas kebersamaan, seperti ifthar jama'i, i'tikaf bersama,


kepanitiaan program-program tertentu dan lain-lain.

5. Budayakan musyawarah dengan lingkungan kerja keislaman. "Wa amruhum


syuro bainahum."

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=109

3 of 3 8/30/2007 11:58 AM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 17 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=110&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 17 : Membangun Taqwa dalam Seni di Bulan


Ramadhan
Senin, 09 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Esensi seni adalah ungkapan keindahan yang dirasakan


dalam hati, dalam bentuk tulisan, kata-kata, gambar atau suara Dan sebagainya.
Dalam menuntut kreativitas budaya manusia, Al-Qur’an dan Al-Hadits hanya
memberikan petunjuk secara umum. Bahkan sering memberikan isyarat-isyarat
tertentu yang pengembangannya diserahkan kepada manusia, termasuk kebudayaan
(hasil karya akal budi manusia). Allah swt. telah membekali manusia dengan akal
budi, justru untuk mengembangkan aspek-aspek kehidupan yang diatur secara rinci
dalam Wahyu Ilahi. Sebagai perbandingan silakan tadabburi ayat 6 surat Ath-Thur:

" Dan laut yang di dalam tanahnya ada api " (Ath-Thur: 6).

Ayat ini menerangkan bahwa di bawah laut ada api. Secara kontekstual menjelaskan
bahwa di bawah laut ada energi. Ternyata sesuai dengan bukti ilmiah bahwa di dalam
laut ada minyak dan gas bumi yang merupakan sumber energi utama.

Dalam surat Al-Hadid ayat 25 Allah berfirman,

" Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasu-lNya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa" (al-Hadid: 25).

Realitanya sesuai dengan bukti ilmiah bahwa besi logam yang mengandung magnet
elementer, sebagai sumber listrik.

Demikian pula halnya dengan masalah kesenian, Islam hanya memberikan isyarat
umum tentang kesenian, ketika Rasulullah saw. bersabda,

‫ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺟﻤﻴﻞ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ‬

“ Allah itu Indah dan mencintai keindahan” (HR. Muslim).

Maksudnya, jika esensi kesenian adalah pengungkapan rasa indah, maka Allah swt.
tidak melarang kegiatan-kegiatan bernuansa seni. Namun masalahnya adalah: Seni
Islam yang mana dan kesenian yang bagaimana ?

Seni yang diperkenankan bahkan diridhai Allah swt. ialah seni yang mengungkapkan
sikap pengabdian kepada Allah swt. “Seni menjadi Islami jika ia mengungkapkan
pandangan hidup muslim”. Karena tidak ada seni tanpa melalui hubungan batin
antara seni dan spiritualitas senimannya atau penikmat seni itu. Maka, dapat
dikatakan bahwa “Seni Islam” timbul dari realitas Spiritual Islam yang menjelma
dalam bentuk indrawi dan menjadi faktor untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Inti realitas spiritual Islam adalah kesadaran akan keesaan Allah yang dicontohkan
Nabi Ibrahim as. sebagaimana dalam firman Allah swt.,

1 of 4 8/30/2007 12:49 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 17 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=110&PHPSES...

" Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (kalimat Tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada tiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpmaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat" (Ibrahim: 24-25).

Ayat di atas menjelaskan bahwa iman seorang mukmin di samping berfungsi sebagai
perisai dirinya dari malapetaka hidup dan kehidupan, ia juga merupakan simbol
pohon kehidupan yang mendasari semua kegiatan hidup muslim.

Dengan kata lain, bahwa setiap aktivitas hidup seorang mukmin hendaknya
dilandaskan pada nilai-nilai iman, agar tidak keluar dari rel dan jalur semestinya.
Termasuk seni, tanpa adanya rambu-rambu yang meneranginya, seni dapat
menjerumuskan pelakunya ke jurang kenistaan. Karenanya, tidak ada dalam kamus
Islam istilah "art for art" seni untuk seni. Yang ada adalah "seni untuk menunjukan
pengabdian dan ketaatan kepada sang Khaliq".

Seni yang merupakan refleksi asli kejiwaan setiap anak manusia, juga memerlukan
kontrol sosial. Sebab, tanpa kontrol sosial terhadap seni, tidak jarang orang 'mabuk'
seni. Seakan-akan seni adalah hidupnya, aktivitas seni bagai segala-galanya, ia lupa
diri bahwa di sisi kanan kirinya, bahkan di atas dan di bawahnya ada yang
mengintainya yakni kehidupan sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri, kebebasan
jiwanya ditemani dengan kebebasan lain dari lingkungan sosialnya. "Kebebasan
beraktivitas seninya berakhir saat dimulai kebebasan orang lain".

Fungsi sosial seni sering terabaikan. Seni selayaknya berperan juga sebagai alat
kontrol dan penggugah nurani serta rasa keadilan. Tapi sangat disayangkan,
peran-peran itu kurang berjalan dengan baik. Seniman dan penikmat seni hanya
berseni pada aspek keindahan atau asyik dengan karya seninya, tidak mau repot ikut
menjalankan kontrol sosial dan mendidik masyarakat. Bahkan tidak memberi
kontribusi bermanfaat bagi masyarakat.

Ironisnya, mereka menampilkan seni destruktif dan arogan di balik tameng “art for
art”, kebebasan berkreasi dan berimajinasi. Dalam bidang seni lukis atau seni rupa,
ada buku “Syuga” berisi foto-foto bugil Dewi Sukarno. Farah Fawcett dengan
foto-foto bugilnya di majalah Play-Boy. Dalam dunia perfilman, ada fenomena
penolakan kritik terhadap adegan ranjang, karena tuntutan artistik dalam
sinematografi.

Dalam dunia musik dimunculkannya lagu-lagu 'cengeng' dan 'murahan', musik yang
memekakkan gendang telinga dan membutakan mata hati. Dalam sastra, karya Ki
Panji Kusmin “Langit Makin Mendung” berisikan pelecehan terhadap nilai-nilai
agama. Di dunia internasional kita mendengar nama Taslima Nasrin dari Bangladeh
mengikuti jejak Salman Rushdi, yang membuat heboh dunia Islam dengan karyanya
“The Satanic Verses”.

Seni bukan segala-galanya dalam kehidupan muslim. Seni tidak dilarang oleh Islam,
tetapi Islam mengarahkan seni agar lebih bernilai dan bermakna bagi keimanan dan
keislaman setiap muslim. Maka, seni ditempatkan dalam domain tahsiniah
(suplemen), bukan dalam domain hajiyah (skunder) apalagi dharuriyah (primer).

Dari sini, kita dapat pahami bahwa seni hendaknya mengikuti aturan-aturan Ilahiyah

2 of 4 8/30/2007 12:49 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 17 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=110&PHPSES...

yang menempatkan seni pada kategori "mubahat" (sesuatu yang dibolehkan, namun
tidak bernilai "laghw" (sia-sia belaka). Karena ada masalah-masalah yang lebih
penting dari soal seni yang berstatus suplemen; di sana ada masalah primer dan
sekunder yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam kehidupan.

Sebagai contoh, model seni adalah nash-nash hadits yang berisi ancaman terhadap
alat musik dan penggunaannya cukup memberikan peringatan keras, yang harus
disikapi dengan berhati-hati dalam menggunakan alat musik. Selain adanya nash-nash
hadits yang menjelaskan rukhsah penggunaan alat musik seperti “duff” (rebana) pada
kesempatan-kesempatan tertentu.

Ikhtilaf di kalangan ulama tentang musik dan lagu hendaknya dihargai. Sebab,
ikhtilaf di antara mereka sebenarnya dalam hal penggunaan alat musik dan lagu yang
tidak mendatangkan mudharat dan dalam tempat serta suasana yang tidak bernuansa
maksiat. Selain itu, mereka sepakat bahwa musik yang dimainkan atau lagu yang
didendangkan untuk dan dalam kondisi, suasana atau tempat maksiat tidak
dibenarkan syariat Islam.

Ramadhan merupakan bulan yang sangat cocok untuk banyak merenung sambil
mengevaluasi diri, agar aktivitas seni yang dijual dan ditayangkan serta
dipersembahkan kepada masyarakat hendaknya diarahkan kepada seni yang
konstruktif. Seni yang memainkan peran kontrol sosial bagi kehidupan bangsa dan
negara.

Seni yang mengingatkan nurani agar senantiasa melakukan yang terbaik bagi hidup
dan kehidupan. Seni yang melembutkan sikap dan perilaku para pelaku kehidupan
berbangsa. Seni yang menggugah nurani para pemimpin bangsa agar selalu
berorientasi pada kepentingan negara. Seni yang mengingatkan nurani masyarakatnya
agar senantiasa bersikap dewasa dalam mengkritisi para negarawan kita.

Ramadhan hendaknya dapat dimanfaatkan untuk mentakwakan seni bagi kehidupan,


agar menjadi seni yang bermoral, bermartabat, bahkan menjadi seni yang diridhai,
tidak hanya oleh masyarkat yang cinta damai, tetapi lebih penting lagi dicintai dan
diridhai oleh Allah swt.

Anda boleh bersyair ria, tetapi bukan syair yang diungkapkan seorang Abu Nawas:

"jangan kau hina diriku, karena penghinaan itu tipuan obati diriku dengan dirinya
(pacarnya) sebagai obat".

Atau kata-kata Penyair Arab Syauqi :

"Ramadhan telah memalingkan dirinya (pacarnya) wahai pendambanya yang


senantiasa rindu, mencari kerinduannya"

Atau lebih buruk lagi ungkapan seorang pujangga Eliya Abu Madhi dalam
qashidahnya "ath-thalasim",

" aku datang, tidak tahu dari mana, tetapi aku telah datang aku melihat jalan di
depanku, aku pun berjalan bagaimana aku datang, bagaimana aku melihat? aku pun
tak tahu"

Bahayanya ungkapan ini karena mengindikasikan sikap ragu dan keraguan terhadap

3 of 4 8/30/2007 12:49 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 17 : Membangun Ta... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=110&PHPSES...

dasar-dasar keimanan, asal usul penciptaan, akhir kehidupan dan kenabian.

Atau anda pernah mendengar sebuah lagu yang syairnya "Dunia adalah rokok dan
cangkir" sebagai ekspresi "fly" dengan sebatang rokok dan secangkir khamr.

Memelihara pandangan, pendengaran, lidah dan langkah-langkah gerak kaki anda


merupakan bagian dari shaum anda. Menjaga hati dan menahan emosi serta
mengarahkan keinginan-keinginan jiwa juga bagian yang tak terpisahkan dari shaum
anda. Sebab, shaum tidak hanya dari menahan lapar dan dahaga, tetapi menahan
semua anggota badan dari perbuatan tidak baik juga adalah shaum yang diinginkan
Allah, agar para pelaku dan peserta ujian Ramadhan berhasil meraih predikat
muttaqin (orang-orang bertakwa).

Karenanya, saat jiwa anda berontak meminta kebutuhan keindahan seni, sebenarnya
saat itu anda diuji untuk mengarahkan keinginan itu ke arah yang disukai Allah swt.
dan Rasulullah saw. Mendengarkan dan membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan,
ternyata juga mampu melembutkan hati dan menjernihkan pikiran serta
membersihkan sikap perilaku pembaca dan pendengarnya.

Sesekali hibur dengan bacaan shalawat dan lagu-lagu nasyid yang menggugah hati
dan membangun spirit bekerja dan berjuang, seperti nasyid dalam album Snada :

Wahai saudaraku mari bersama


Kita bersatu berjuang
Menegakkan panji Ilahi
Agar berjaya slamanya
Hidup di dunia hanya sementara
Jangan kau sampai terlena
Bersiaplah mulai saat ini
Menuju hidup abadi

Reff.
Mari bersama
kita bahu membahu
Untuk mencapai tujuan mulia
Menggapai ridho Ilahi

Ya Allah….
ya Ilahi Robbi
Teguhkanlah iman kami
Dalam menempuh jalanMu

Boleh juga sesekali menghibur diri dengan menyaksikan tayangan TV pada program
yang sehat dan menyehatkan. Jangan sekali-kali merusak shaum dengan tontonan
yang 'menjijikan'. Demikian juga menghibur diri dengan seni berpenampilan islami
yang tidak merusak shaum dan tidak mengurangi pahala dan nilai shaum. Insya Allah
seni seperti itu mendapat status "TAKWA SENI" yang dibangun di bulan Ramadhan.
Semoga kita berhasil. Amien.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=110

4 of 4 8/30/2007 12:49 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 18 : Harmoni Keluar... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=111&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 18 : Harmoni Keluarga Muslim dalam Ramadhan


Senin, 09 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Dalam catatan sejarah Islam tertera informasi


kejadian-kejadian bersejarah di dalam bulan Ramadhan, seperti perang Badr, sebuah
peristiwa besar yang menentukan eksistensi umat Islam sepanjang sejarah manusia.
Fathu Mekkah (pembebasan kota Mekkah), peristiwa bersejarah yang lain, sebuah
peristiwa yang dianggap sebagai penyelamatan penduduk negeri dari kemerosotan
moral dan malapetaka akibat kezhaliman yang merajalela.

Namun, peristiwa-peristiwa 'militeris' tersebut tidak menafikan adanya


peristiwa-peristiwa yang terjadi di bulan Ramadhan yang sarat dengan nilai dan
norma rekonstruksi kehidupan rumah tangga muslim. Sehingga Ramadhan sejatinya
dijadikan momen untuk pendidikan dan pembinaan kehidupan keluarga samara
(sakinah mawaddah dan rahmah). Simak dan renungkan riwayat kepercayaan para
wanita muslimah, Aisyah ra. istri Rasulullah saw.,

“ Seperti biasanya Rasulullah saw. melakukan i’tikaf di mesjid pada sepuluh malam
terakhir. Di suatu Ramadhan aku sedang datang bulan (haidh), sehingga aku tidak
dapat memasuki mesjid di mana Rasulullah saw. beri’tikaf. Pada saat itu Rasulullah
memasukkan kepalanya ke dalam hujrah (kamar) ku agar aku dapat menyisirkan
rambut beliau”.

Demikian kisah seorang istri tentang perhatiannya kepada suaminya, sebaliknya


kepedulian suami kepada sang istri yang dicintainya. Mungkin ada orang yang
berpikir negatif, bahwa sang suami berlebihan dalam menyikapi istri. Dalam
pandangannya, seorang yang asyik beribadah seyogyanya tidak terusik dengan
aktivitas lain apalagi keharmonisan dengan keluarga.

Memang, dalam realitanya konsentrasi seseorang kepada suatu pekerjaan seringkali


membuat dirinya lupa terhadap pemberian hak pada orang lain yang harus ia
tunaikan. Apalagi keasyik-masyukan seseorang dalam berkomunikasi vertikal dengan
Allah, seringkali membuat dirinya lalai untuk berbuat baik kepada keluarga.

Ternyata, persepsi itu sangat paradoks dengan keteladanan figur kharismatik bagi
umat manusia. Kasus di atas merupakan jawaban tuntas dari mis-persepsi tersebut.
Sekaligus sebagai petunjuk bagi setiap muslim dalam menampakkan keharmonisan
keluarga selama Ramadhan. Karena Ramadhan bulan penuh berkah dan rahmat,
seyogyanya juga terealisir dalam kehidupan rumah tangga muslim.

Buktinya dapat kita lihat teladan manusia pilihan Allah swt. Betapapun khusyuknya
beliau dalam ketundukan dan kontemplasi kepada Sang Rabb, sama sekali tidak lupa
kepada keluarga. Hak-hak mereka tetap dijalankan, sebagaimana cerita Aisyah dan
Ummu Salamah, bahwa “Rasulullah saw. pagi-pagi dalam keadaan junub, bukan
karena mimpi junub, lantas beliau meneruskan berpuasa bulan Ramadhan”.

Bahkan, “Rasulullah saw. pernah mencium (istrinya) meskipun beliau tengah


berpuasa. Beliau bersentuhan (dengan istrinya) sedang beliau juga dalam keadaan
berpuasa. Sementara beliau adalah orang yang paling bisa mengendalikan nafsunya”,

1 of 3 8/30/2007 12:52 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 18 : Harmoni Keluar... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=111&PHPSES...

sebagaimana tutur seorang anggota keluarga Rasulullah saw.

Kisah di atas bukan sekedar kisah yang menyentuh masalah pemenuhan kebutuhan
biologis, bukan hanya pelajaran dalam masalah yang terkait dengan faktor dorongan
seksual. Tetapi secara psikologis, perlakuan Rasulullah saw. tersebut memberikan
keluarganya perasaan akan adanya kepedulian dan perhatian, meskipun dalam
saat-saat kerinduan yang mendalam kepada Rabbnya Yang Rahman dan Rahim.
Terbukti beliau juga mendorong keluarganya untuk meningkatkan ritual ibadahnya di
akhir-akhir bulan Ramadhan, “beliau mengencangkan ikatan kain sarungnya dan
membangunkan keluarganya di malam hari (untuk qiyamullail)”.

Pelajaran lain dari kehidupan rumah tangga Rasulullah saw. adalah mengajarkan
hidup hemat dan sederhana, seperti yang diceritakan Anas ra. selaku salah seorang
sahabat yang setia melayani beliau tidak kurang dari 10 tahun lamanya. Anas ra.
Bercerita, Rasulullah saw. suka berbuka dengan tiga buah kurma atau dengan sesuatu
yang tidak dimasak dengan api”. Dalam riwayat lain “dengan kurma kering dan air”.
Meminum air pun dilakukannya dengan dua kali atau tiga kali tegukan, seperti kata
Ummu Salamah istri Rasulullah saw.

Menghiasi meja makan dengan aneka makanan dan minuman merupakan sesuatu
yang mubah (boleh boleh saja). Mungkin sebagian orang mengatakan, "wajar dan
maklum saja karena seharian tidak bertemu dengan makanan dan minuman yang
dirindukannya".

Masalahnya bukan itu, tetapi manusia ketika diberikan kebolehan suka ‘over acting’.
Sikap berlebihan inilah yang tidak diperkenankan agama, sebagaimana firman Allah
swt., “makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan”. Jangankan Allah, manusia
saja tidak suka melihat orang lain berlebihan, tapi ‘dasar manusia’, tidak suka melihat
orang lain berlebihan, tetapi dirinya suka berlebihan.

Lalu ukuran kelebihan seperti apa? Jawabannya "istafti qalbaka" mintalah jawaban
fatwa kepada hati nuranimu yang fitri (bersih). Perhiasan dunia memang
diperuntukkan bagi kehidupan manusia, asal tidak melalaikannya dari pengabdian
kepada Allah swt. dan ingat kepada saudara-saudara sesama yang tidak dapat
merasakan kenikmatan yang dirasakannya. Istri Rasulullah saw. Ummul Mukminin
Aisyah ra. menjelaskan, bahwa uluran tangan Rasulullah saw. kepada sesama yang
membutuhkan, lebih cepat dan lebih dari angin yang bertiup kencang.

Keseimbangan pola hidup dan keharmonisan rumah tangga merupakan kunci dari
keberhasilan setiap muslim yang berobsesi menjadi orang cerdas secara spiritual,
intelektual, dan fisikal, sebagaimana yang diteladankan Rasulullah saw. Masih
banyak lagi kisah-kisah bersejarah keluarga Rasulullah saw. di bulan Ramadhan yang
seyogyanya dijadikan teladan bagi para keluarga muslim.

Yang jelas adalah bahwa bulan Ramadhan membuka peluang dan kesempatan besar
untuk mewujudkan keharmonisan rumah tangga. Mulai dari kebersamaan, suasana
keberagamaan, peningkatan kondisi rohani keluarga, dapat kita latih selama
Ramadhan, sebagaimana diteladani Rasulullah saw.

Makan sahur yang dianjurkan, di satu sisi dapat dijadikan momen meraih keberkahan
shaum di siang hari, secara fisik badan jadi sehat dan segar karena makan sahur. Di
sisi lain, makan sahur juga bisa dijadikan sarana menumbuhkan kebersamaan. Yakni,
sahur dilakukan secara bersama, berhimpun dalam satu meja, diawali dengan do'a

2 of 3 8/30/2007 12:52 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 18 : Harmoni Keluar... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=111&PHPSES...

bersama dan membereskan meja makan setelah selesai makan sahur.

Demikian juga ifthar (buka puasa) bersama keluarga. Ajaklah keluarga berdo'a yang
dapat dipimpin oleh salah seorang anggota keluarga. Dapat juga diadakan semacam
kultum (kuliah tujuh menit) secara bergantian dengan tema-tema arahan yang
bermanfaat untuk keluarga.

Saat ada kesempatan dan memungkinkan, berangkat bersama ke tempat shalat untuk
melakukan shalat tarawih berjamaah. Mendengarkan kuliah tarawih merupakan
sarana yang lain untuk menambah wawasan keluarga. Dapat juga sesekali shalat
tarawih dilakukan di rumah bersama keluarga.

Luangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga dalam rangka menunaikan


program "tadarus" (membaca al-Qur'an), bisa dengan cara bergantian. Yang penting
bukan mengejar khatam (tamat) bacaan al-Qur'an, tapi menumbuhkan kebersamaan
dalam suasana religius dapat dijadikan orientasi program semacam ini.

Pada sepuluh malam terakhir, keluarga dapat kita ajak untuk melakukan i'tikaf. Bagi
para istri, cukup melakukannya di dalam rumah dengan bimbingan dan arahan sang
suami, atau dapat bertanya kepada seorang ustadz yang mampu memberikan
fatwa-fatwanya terkait dengan i'tikaf para wanita muslimah.

Semoga Ramadhan kali ini akan melahirkan keluarga-keluarga takwa, yang


komitmen dengan ajaran Allah swt., konsisten dengan risalah Islam, tampil dengan
anggota-anggota keluarga yang berakhlak mulia dan mampu mewarnai kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sehingga, dengan keluarga-keluarga mulia produk
Ramadhan, akan lahir pula masyarakat yang adil dan makmur. Allah swt. pun
meridhoi kehidupan mereka di sebuah negara adil sejahtera. Semoga.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=111

3 of 3 8/30/2007 12:52 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 19 : Manajemen Diri ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=112&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 19 : Manajemen Diri di Bulan Suci


Rabu, 11 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Dicari : Manajer Kehidupan

Hidup bukanlah suatu kebetulan yang kemudian dipenuhi dengan aktivitas-aktivitas


manifestasi dari keinginan diri belaka, atau menghabiskan umur, menyibukkan diri
merespon kehidupan dunia an sich, seolah hidup ini tanpa akhir. Seolah tidak ada
kehidupan lagi setelah kehidupan dunia ini dan segala fasilitas yang telah dinikmati
itu tidak akan pernah dimintai pertangungjawaban.

Kalau demikian orang memperlakukan hidupnya, Allah swt. melukiskan


sesungguhnya ia hidup dalam fatamorgana. Segera ia akan mendapati “pepesan
kosong” dari seluruh apa yang diupayakannya di sepanjang hidupnya. Seperti yang
telah di “wanti-wanti” Allah swt.,

“ Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu ”. (Al-Hadid : 21)

Al-Qur’an menyebut kehidupan dunia ini sebagai “mataa’un qaliil” (kenikmatan bak
“sepotong roti”). Meski demikian, masih saja kebanyakan orang telah memberi harga
terlalu mahal untuk harga dunia ini, dengan menghabiskan seluruh hidup untuk hasil
yang sedikit dan sekejap saja.

Orang yang mampu memenej kehidupannya secara efektif untuk mencapai tujuan
hidupnya yang hakiki, yaitu mencapai keridhaan Allah swt. semata, disebut Allah
sebagai orang yang pandai bersyukur. Sebagai hasilnya, ia mendapatkan value added :
“Allah akan menambah nikmatNya” (Ibrahim: 7) dan di akhirat diberi tempat di
syurga dengan segala fasilitas kenikmatannya dan kekal di dalamnya (Al-Baqarah :
25).

Kata syukr dalam Al-Qur’an memiliki makna yang luas dan variatif, antara lain:
menghargai, mengenal batas, dan mengenal haq. Hamba yang padai bersyukur (abdan
syakuran) adalah hamba yang mampu menghargai kesempatan hidup dengan segala
anugerah nikmatnya dan mempergunakannya pada jalan Allah swt. Sayangnya,
manajer-manajer kehidupan itu sangatlah langka ditemui, seperti Allah swt.
informasikan,
“ Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai karunia yang besar (yang
diberikan-Nya) kepada manusia tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya ”
(An-Naml: 73)

“……..Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang bersyukur” (Saba’: 13)

1 of 4 8/30/2007 12:55 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 19 : Manajemen Diri ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=112&PHPSES...

Memenej kehidupan, meski bukan sesuatu yang mustahil, tetapi merupakan suatu
yang sangat sukar dipraktikkan. Syarat mampu memenej kehidupan hanya satu, yaitu
mampu memenej (mengendalikan) diri sendiri. Bulan suci Ramadhan adalah jadwal
tahunan latihan memanajemani diri sendiri.

Ramadhan: Bulan Pelatihan Manajemen Diri

Ramadhan adalah bulan pelatihan intensif yang standard operating procedures


(SOP)-nya didesain Allah swt. dengan tujuan menghasilkan manusia berkualitas
taqwa, yang indikatornya mampu memenej diri sendiri, dalam mengelola
sumber-sumber daya nikmat yang Allah anugerahkan (la’allakum tasykuruun), dan
selalu memelihara kualitas diri sesuai standard quality control dari Allah swt.
(la’allahum yarsyuduun).

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui


rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan (SOP) maka
hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya” (HR.
Ibnu Hibban dan Baihaqi).

SOP Ramadhan tidak saja mencakup pelaksanaan puasa itu sendiri dan pelarangan
makan dan minum atau hal-hal yang membatalkan puasa, tetapi juga mencakup
seluruh pengelolaan diri terhadap sumber-sumber daya yang dianugerahkan Allah
untuk mencapai tujuan. Bila SOP itu tidak diindahkan, maka puasanya terancam tidak
mengahasilkan value added apapun, seperti yang Rasulullah ingatkan, “Berapa
banyak orang melakukan puasa tetapi tidak ada yang diperolehnya dari puasa itu
kecuali lapar dan dahaga saja”.

Maka, setiap mukmin bila ingin mencapai kualitas taqwa harus dapat merencanakan
waktu, aktivitas, dan sumber-sumber daya nikmat Allah lainnya yang dianugerahkan
kepadanya secara efektif dan efisien dengan mengikuti SOP Ramadhan.

Manajemen Diri di Bulan Suci Ramadhan

Dengan memperhatikan dan mengikuti SOP Ramadhan, setiap mukmin diminta


kembali melakukan re-orientasi kehidupannya serta re-scheduling dan accustoming
(pembiasaan) totalitas aktivitas kesadaran, mental dan fisiknya secara paralel dengan
maksud eksistensinya sebagai hamba Allah swt.

Re-Orientasi Hidup

Beragama Islam adalah suatu hal peting, dan kemauan atau membiasakan diri untuk
menjalankan syari’at Islam bukanlah sesuatu yang automatically, karena ia menganut
Islam secara legalitas formal. Re-orientasi hidup setiap tahun di bulan Ramadhan,
dimaksudkan sebagai proses perbaikan dan peningkatan kualitas diri dimana seluruh
aktivitas diri paralel dengan tujuan hidup.

Allah swt. memformulasikan orientasi hidup bagi para hamba-Nya,


“Carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang membuat kerusakan” (al-Qashash: 77).

2 of 4 8/30/2007 12:55 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 19 : Manajemen Diri ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=112&PHPSES...

Lazimnya, sebelas bulan sebelum Ramadhan, aktivitas hidup lebih disibukkan pada
pencapaian kehidupan material-jasmani-duniawi dan melupakan porsi
ruhiyah-ukhrawi. Puasa Ramadhan mengingatkan pada kesadaran bahwa target
kehidupan harus diletakkan pada porsi yang seimbang.

Perencanaan Aktivitas kehidupan

Rescheduling dan accustoming menuntut suatu perencanaan hidup. Memenej diri


sendiri membutuhkan perencanaan yang jelas dan sistematik. Allah swt.
memerintahkan manusia untuk melihat posisi dan keadaan dirinya pada hari ini
sebagai rangkaian yang tidak terputus dari hari kemarin, dan mengevaluasi dengan
ukuran pencapaian target jangka pendek (dunia) maupun panjang (akhirat).

“ Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah!. Dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang dipersiapkannya untuk hari esok. Dan
bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan " (Al-Hasyr: 18).

Bulan suci Ramadhan menjadwal ulang aktivitas mukmin yang kurang atau lalai di
sebelas bulan sebelumnya. Ramadhan merupakan jadwal aktivitas penguatan bagi
mukmin yang berhasil meramadhankan sebelas bulan pra Ramadhan tahun ini.

Setiap mukmin yang tidak ingin kehilangan special moment dan berharga ini, ia harus
merencanakan aktivitas dirinya paralel dengan aktivitas Ramadhan yang padat. Mulai
semenjak sahur menjelang subuh sampai dengan sahur kembali. Melakukan
pengendalian nafsu yang diiringi pembiasaan shalat berjama’ah, tadabbur al-Qur’an,
shalat lail, menghidupkan sunnah-sunnah Rasul dalam aktivitas keseharian, i’tikaf,
meningkatkan kuantitas dan kualitas amal shalih dan sosial, pembinaan kesadaran
melalui zikrullah yang diperbanyak dan aktivitas taubat.

Strategi Manajemen Diri

Secara tersirat, sesungguhnya puasa Ramadhan menyajikan formulasi strategi


memenangkan kesadaran atas nafsu, yang melahirkan qalbun salim dan mengusir
keluar syaithan dari seluruh alur aliran darah dan kesadaran. Bila dijelaskan per-item,
prinsip strategi manajemen diri melalui puasa Ramadhan dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Memiliki komitmen yang hanif dan kuat. Komitmen puasa Ramadhan, adalah :
“imanan wahtisaban”. Tanpa itu, puasanya – meminjam istilah Erving Goffman
- hanyalah sebagai “presentation of self” yang memberikan nilai nihil bagi
pengembangan pribadi mukmin.
2. Konsisten dengan target hidup mencapai ridha Allah swt. dan tidak terlena
dengan target kehidupan material-jasmani-duniawi semata. Puasa adalah
ibadah yang diawali dengan pengendalian diri dan diakhiri dengan
mengagungkan Allah sebagai tanda kemenangan fitrah. Bila inkonsisten, akan
meruntuhkan seluruh sendi komitmen, dimana ridha Allah akan digantikan
riya. Maka, badan akan mendikte ruh. Kekuatan ruh terpenjarakan dalam
wadag tubuh.
3. Memfungsikan nikmat jasmani, kesadaran (fuad) serta sumber-sumber daya
nikmat Allah lainnya dengan seizin Allah swt. untuk mencapai tujuan akhirat
dan dunia secara seimbang. Bila keseimbangan ini tidak terjadi, misalnya

3 of 4 8/30/2007 12:55 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 19 : Manajemen Diri ... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=112&PHPSES...

tujuan material-jasmani-duniawi mendapat porsi yang lebih besar, maka nafsu


syahwat dan amarah (ghadhab) serta bisikan dan rayuan syaithan akan
mengendalikan kesadaran dan aktivitas, yang merupakan pintu awal kerusakan
sosial dan alam.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9)

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=112

4 of 4 8/30/2007 12:55 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 20 : Melatih Anak S... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=113&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 20 : Melatih Anak Shoum Sejak Dini


Rabu, 11 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Shaum di bulan Ramadhan bagi anak-anak belum baligh


bukanlah suatu kewajiban. Ulama salaf, seperti Ibnu Sirin dan Az-Zuhri
memandangnya sebagai sunnah. Imam Syafi’i berpendapat, anak-anak – bila orang
tua mereka telah memandang memiliki kondisi dan kemampuan yang memadai -
perlu dan penting sejak dini diperintahkan melaksanakan shaum, tetapi bukan sebagai
kewajiban syar’i bagi anak melainkan sebagai pelajaran (baca: latihan dan
pembiasaan). (Al-Katani: Mu’jamu Fiqh as-Salafi: 52).

Pendidikan anak sejak dini merupakan salah satu central issue yang yang mendapat
perhatian besar dalam Islam. Pendidikan adalah satu-satunya pintu membentuk
generasi bangsa yang memiliki karakter salimul aqidah (aqidah yang bersih), shahihul
i’badah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang kokoh), mutsaqaful fikri
(wawasan berfikir yang luas), qawiyul jismi (jasmani yang sehat dan kuat) dan
nafi’un lighairihi (bermanfaat bagi orang lain). Meminjam pernyataan M. Natsir
(Kapita Selekta) yang mengatakan, “ Maju Mundurnya sebuah bangsa sangat
tergantung dari pendidikan yang diselenggarakan bangsa itu ”.

Al-Qur’an, dalam banyak ayat, memerintahkan para orangtua untuk sejak dini
mendidik anak-anaknya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata pada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.
(Luqman: 13)

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari mengerjakan perbuatan yang munkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu, termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai”. (Luqman: 19).

Demikian juga halnya dengan pelatihan dan pembiasaan shaum bagi anak-anak.
Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan Rabi’ binti Muawwidz ra., pada suatu pagi di
hari Asy-Syura, beliau menulis surat kepada penduduk dusun di sekitar kota
Madinah, yang dihuni kaum Anshar:

“ Barang siapa yang pagi-pagi dalam keadaan berpuasa hendaklah ia


menyempurnakan puasanya. Barang siapa pagi-pagi sudah dalam keadaan berbuka,
hendaklah selebihnya ia sempurnakan. (Kemudian kaum Anshar ): “Setelah itu kami
selalu berpuasa pada hari asy-Syura dan menyuruh anak-anak kecil kami untuk ikut
berpuasa. Kami pergi ke masjid. Kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila ada
diantara mereka yang menangis karena minta makanan, kami berikan mainan tersebut
kepadanya, hingga hal itu berlangsung sampai waktunya berbuka ”. (HR Bukhari dan

1 of 5 8/30/2007 12:56 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 20 : Melatih Anak S... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=113&PHPSES...

Muslim).

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, anak-anak sudah lazim melaksanakan puasa.
Kesimpulan yang dapat kita cuplik dari hadits yang menceritakan Umar marah besar
kepada orang yang mabuk di bulan Ramadhan, “Celaka kau, sedangkan anak-anak
kecil kami saja menunaikan puasa”. (Bukhari, Bab Shaum as-Shibyan, 29-30)

Sungguh benar, shaum (ataupun ibadah-ibadah lainnya) belum menjadi suatu


kewajiban syariah bagi anak-anak, karena mereka belum berstatus mukallaf. Tetapi,
berdasar nash-nash Al-Qur’an dan hadits, merupakan kewajiban syariah kepada setiap
orang tua untuk mendidik, melatih, dan membiasakan mereka sejak dini untuk
melakukan shaum (dan ibadah-ibadah lainnya) sesuai dengan kemampuan mereka,
sebagai upaya persiapan bagi mereka bila saatnya tiba dimana ibadah itu telah wajib
mereka tunaikan, maka tidak ada suatu beban ataupun keberatan lagi pada mereka
apalagi adanya penolakan.

Melatih Berpuasa Sesuai Dengan Kemampuan dan Kondisi Anak

Pada masa kini, tumbuh suatu anggapan bahwa tindakan para orang tua kaum
muslimin memerintahkan anak berpuasa merupakan tindakan kekerasan orang tua
pada anak. Suatu anggapan yang tidak memiliki dasar pengetahuan apa pun. Karena,
pertama: melatih anak berpuasa tidak sama dengan mewajibkan mereka berpuasa.
Rasulullah saw. menegaskan: “Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak-anak yang
belum baligh”. Kedua, dalam melatih anak berpuasa, harus mempertimbangkan
kondisi dan kemampuan anak. Al-Qur’an menegaskan: “Allah swt. tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al-Baqarah: 286).

Dua prinsip di atas sangat gamblang mengimplikasikan bahwa tidak boleh ada unsur
paksaan dan kekerasan dalam mendidik anak. Akan tetapi justru sebaliknya, harus
memperhatikan kondisi dan kemampuan anak serta mengupayakan cara-cara
memotivasi dan membuat mereka gembira saat mereka latihan berpuasa.

Para ulama mengkaji soal kondisi dan kemampuan anak melakukan latihan shaum.
Usia anak dapat dijadikan indikator dari kondisi dan kemampuan anak. Ilmu
Psikologi Perkembangan misalnya, telah dapat mengindentifikasi perkembangan
kemampuan fisik dan mental anak pada umumnya dalam fase-fase usia tertentu.

Menjawab kapan atau pada usia berapa anak sudah dapat dianggap mampu dilatih
menunaikan shaum?. Berikut sekilas penjelasan para ulama yang penulis komentari
dari sisi psikologi dan sedikit contoh teknis penerapannya.

Imam Syafi’i, bersandar pada hadits Rasulullah yang memerintahkan para orang tua
untuk menyuruh anak-anak mereka melaksanakan shalat pada usia 7 tahun dan
memukul mereka karena meninggalkan shalat saat usia mereka menginjak sepuluh
tahun. Karena, anak dalam batas usia 7 tahun sampai dengan sepuluh tahun sudah
dapat dilatih melaksanakan shaum.

Sedangkan Ishaq membatasi sampai dengan usia 12 tahun. Imam Ahmad membatasi
pada usia 10 tahun. Batasan usia itu sesungguhnya merupakan patokan dasar bagi
para orang tua menilai kondisi dan kemampuan anak untuk melaksanakan suatu
kewajiban. (Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah Li Al-Thifli, 194)

Meski secara fisik dan psikologis, lazimnya anak pada usia 6 – 10 tahun ia dipandang

2 of 5 8/30/2007 12:56 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 20 : Melatih Anak S... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=113&PHPSES...

telah memiliki kesiapan yang memadai untuk melakukan shaum, tetapi orang tua
mesti pula menilai kondisi dan kemampuannya saat itu. Imam Auza’i memberi
panduan: “Jika ia (anak-anak) mampu menunaikan puasa pada tiga hari pertama
secara berturut-turut dan tidak merasa lemas, maka perintahkanlah untuk berpuasa
selanjutnya”.

Dengan demikian, dapat saja orang tua membagi tahapan puasa menurut kondisi dan
kemampuan anak. Misal, puasa dari mulai saat shubuh sampai dengan waktu Zhuhur,
kemudian dilanjutkan atau ditingkatkan sampai dengan waktu Ashar. Baru kemudian
meningkat sampai tahap sempurna, berpuasa dari mulai waktu shubuh sampai dengan
maghrib.

Meski anak memiliki kondisi dan kemampuan yang cukup prima untuk melaksanakan
shaum, tetapi motivasi dari orang tua sangat diperlukan agar kekuatan dan
kemauannya menunaikan puasa itu tetap terjaga. Seperti yang dilukiskan kaum
Anshar di Madinah saat puasa Asyura’, para orang tua mengajak anak-anak mereka
ke masjid, membuatkan mainan untuk mereka dan mengajak mereka bermain
bersama.

Hemat penulis, ini merupakan sebuah cara memotivasi anak dan mengalihkan atau
menjauhkan perhatian anak pada segala sesuatu yang mengingatkan ia pada rasa
lapar, seperti kegiatan memasak yang dilakuan ibunya di rumah dan aroma masakan
yang dapat mengundang rasa lapar anak. Juga merupakan cara menciptakan kendala
bagi anak untuk tidak dengan mudah ia mengambil makanan dari dalam rumah.

Dengan bersandar dari riwayat di atas, maka cara-cara lain yang dianjurkan kepada
para orang tua untuk memotivasi anaknya mau berpuasa, antara lain adalah
menyiapkan kata-kata pujian yang menunjukkan orang tua merasa bangga memiliki
anak yang meski masih kecil mampu melaksanakan puasa seperti layaknya orang
dewasa. Memberitahu mereka bahwa Allah swt. dan Rasulullah sangat menyenangi
anak-anak kecil yang melakukan ibadah puasa. Memberikan hadiah mainan yang
mendidik dan dapat melenakan ia dari keinginannya untuk berbuka. Tentu saja masih
banyak variasi dari cara-cara ini.

Tips Kegiatan Anak di Bulan Ramadhan

Dengan bersandar pada sunnah Rasulullah saat menyambut maupun aktivitas beliau
di bulan Ramadhan, dapat direfleksikan ke dalam kegiatan anak di bulan Ramadhan,
sebabagai berikut:

1. Mengadakan kegiatan kolosal anak-anak di lingkungan tempat tinggal atau


wilayah yang lebih luas, seperti pembudayaan membersihkan dan menghias
rumah dan lingkungan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan dan festival
pawai menyambut Ramadhan. Aktivitas ini dimaksudkan untuk memberikan
rasa kegembiraan kepada anak dengan tibanya bulan Ramadhan.
2. Membudayakan kegiatan saling meminta dan memberi maaf di antara
anak-anak baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti melalui surat,
telepon, sms, e-mail dengan kata dan ilustrasi gambar yang indah atau lucu.
Kegiatan ini merupakan salah satu cara agar anak memiliki kecerdasan emosi
dan sosial dalam pergaulannya.
3. Mengadakan ifthar jama’i (buka puasa bersama) baik dalam keluarga mapun
lingkungan yang lebih besar seperti di masjid atau di sekolah. Kegiatan ini akan
menjadi sebuah kesempatan yang dapat menggembirakan anak-anak dalam

3 of 5 8/30/2007 12:56 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 20 : Melatih Anak S... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=113&PHPSES...

melaksanakan puasa dan mempererat persahabatan antar mereka.


4. Menghidupkan sunnah-sunnah Rasul di bulan Ramadhan dalam keluarga atau
di sekolah dan masjid, seperti: melaksanakan shalat tarawih, membaca qur’an,
shalat dhuha, memberi shadaqah dan sebagainya yang dapat dimodifikasi
dengan selingan, misalnya pembacaan cerita atau permainan lainnya. Kegiatan
ini diharapkan dapat memperkenalkan sunnah-sunnah Rasul di bulan
Ramadhan kepada anak-anak dengan cara yang menggembirakan.
5. Melibatkan anak-anak dalam kepanitiaan penerimaan dan penyaluran zakat,
infaq dan shadaqah. Insya Allah melalui kegiatan ini anak-anak terlatih
kepekaan sosialnya dan mengembangkan potensi kepemimpinannya.
6. Mengadakan aneka perlombaan dalam berbagai bidang, seperti: lomba puasa,
tahsin dan tahfizh al-Qur’an, lomba berdo’a, lomba busana muslimah, lomba
melukis yang berkaitan dengan suasana Ramadhan, lomba kaligrafi, lomba
melantunkan nasyid, cerpen atau puisi-puisi religius, dan lain-lain. Melalui
kegiatan ini, diharapkan semakin kental dalam jiwa anak bahwa bulan
Ramadhan adalah bulan yang menyenangkan dan bulan yang memberi mereka
pengalaman yang banyak dalam mengembangkan potensi dan kemampuan
mereka.
7. Mengikutsertakan anak-anak dalam aktivitas i’tikaf yang dikelola khusus untuk
anak-anak agar tidak mengganggu kegiatan i’tikaf orang tua mereka. Insya
Allah kegiatan ini akan semakin melekatkan jiwa mereka pada masjid.

Tentu para orang tua akan tidak pernah kehabisan cara dalam memotivasi anak agar
mau melaksanakan latihan puasa dengan cara-cara yang menggembirakan dalam
berbagai bentuk kegiatan.

Manfaat Shaum Bagi Anak

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari latihan puasa bagi anak, antara lain:

1. Anak mempraktikkan dengan pengalaman langsung bahwa ia akan selalu


merasa diperhatikan oleh Allah swt. Dengan demikian, ia akan berusaha
berlaku jujur dan ikhlash dalam berkata, bersikap dan melakukan apa pun.
Sesungguhnya, pendidikan yang paling efektif adalah dengan mengalami secara
langsung.
2. Anak terlatih sabar dalam mengendalikan potensi emosinya. Jiwa anak yang
lebih mengedepankan emosinya dan belum mampu berfikir kedepan, terutama
saat menghendaki sesuatu atau konflik dengan teman, akan teredam melalui
shaum.
3. Anak terlatih dalam kemampuan mengendalikan segala keinginannya. Shaum
melatih anak tidak bersikap konsumerisme, menjauh dari pandangan
materialistik, apalagi perilaku hedonis.
4. Melatih anak memiliki pandangan ke depan dan sikap pejuang. Salah satu
ukuran anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah kemampuan ia
menunda kenikmatan sementara untuk mencapai kenikmatan jangka panjang.
Daniel Goleman, pencetus teori kecerdasan emosi mempopulerkan
marshmallow test.
Dari hasil tes itu ditemukan bahwa anak yang mampu menunda menyantap
marsmallow dengan menunggu beberapa saat sang peneliti kembali ke ruangan,
agar mereka mendapat marsmallow lebih banyak daripada mereka yang
menyantap langsung, ternyata sampai dengan SMU anak-anak ini memiliki
prestasi 200 poin lebih tinggi dari teman-temannya yang menyambar langsung

4 of 5 8/30/2007 12:56 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 20 : Melatih Anak S... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=113&PHPSES...

marsmallownya.
5. Mendidik anak mensyukuri nikmat Allah swt. melalui berbagai aktivitas ibadah
vertikal dan sosial.
Tentu saja, para pembaca dapat menambahkan lagi sejumlah manfaat lain yang
berimplikasi pada peningkatan potensi dan kemampuan anak sesuai dengan
kajian atau disiplin ilmu masing-masing, seperti dari sisi kesehatan, pendidikan
dan lain-lain.

Wallahu’alamu bish-showab.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=113

5 of 5 8/30/2007 12:56 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 21 : Pembinaan Kualitas Remaja Di Bulan Puasa


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Remaja: Periode Kekuatan dan Kelabilan

Ibnu Katsir, tatkala menafsirkan ayat: “Allah menciptakan kamu dari kelemahan,
kemudian menjadikan kuat setelah masa lemah, lalu menjadikan lemah kembali dan
beruban, Dia menciptakan sehendak-Nya, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa ”
(Ar-Ruum: 54), menjelaskan bahwa yang dimaksud masa kuat dalam ayat itu adalah
periode remaja (Adolescence) dan dewasa (Adulthood).

Dari sisi fisiologis dan psikologis, penulis memperkirakan “masa kuat” itu berada
pada fase remaja akhir (remaja paripurna, usia 14-21 tahun atau 15-22 tahun) dan
masa dewasa (21-30 tahun). Perkiraan penulis ini didasarkan pada realitas remaja
salaf yang pada masanya mampu menunjukkan kualitas kemampuannya dalam
berbagai bidang. Sebagai misal, Usamah bin Zaid di usianya yang baru 17 tahun
diberi amanah sebagai panglima perang dalam peristiwa Tabuk melawan Romawi.

Muadz bin Jabal saat diambil sumpah sebagai hakim agung, usianya masih 18 tahun.
Meski diusianya yang masih belasan tahun, Salim Maula Abu Hudzaifah diakui Umar
sebagai seorang kandidat pemimpin handal, sehingga Khalifah Umar bin Khattab
mengatakan: “Kalau Salim masih hidup, maka dialah yang layak menjadi
penggantiku”. Begitu pula dengan Abu Ubaidah, diusianya yang masih relatif muda
dikenal sebagai ahli manajemen dan ahli strategi perang besar yang pernah terjadi
dalam sejarah keemasan Islam periode awal.

Jauh sebelumnya, sejarah juga membuktikan bahwa perjuangan Islam tidak luput dari
peran kaum muda. Para Nabi, sebut saja Nabi Daud As, Nabi Yusuf As, Nabi Ibrahim
As, Nabi Ismail As, Nabi Isa As dan Nabi Muhammad sendiri adalah dari kalangan
muda. Selain itu, Al-Qur’an mengabadikan kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua),
kisah Ashabul Ukhdud, dan kisah Hawariyyun (pengikut Nabi Isa As).

Semuanya adalah orang-orang muda yang telah menunjukkan kekuatannya seperti


yang dituturkan Allah dalam surah Ruum ayat 54 di atas. Kekuatan yang menurut
Sayyid Quthb bukan saja ditunjukkan dari dimensi fisologis, tetapi psikologis (Fi
Zhilal al-Qur’an 5/2776), yang dalam terminologi psikologi dirumuskan usia mental
(mental age) mereka jauh lebih dewasa dari usia kalender (calendar age) mereka.

Zakiah Drajat (Kesehatan Mental, 1988/104) mengqiaskan, bahwa masa remaja


merupakan jembatan penghubung yang membentang antara masa bergantung pada
orangtua (masa anak-anak) dan masa mandiri, bertanggungjawab, memiliki prinsip,
dan berfikir matang (masa dewasa). “Jembatan” itu ditempuh kurang lebih selama 7
tahun. Perbedaan waktu yang cukup panjang itu tidaklah dilalui dengan stabil, tetapi
mengalami pancaroba (pubertas).

Masa remaja merupakan ujung dari masa anak-anak. Kemampuan remaja melalui
“jembatan pancaroba” itu ditentukan oleh rangkaian pendidikan di masa anak-anak.

1 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

Bagaimana jadinya di masa dewasa, sangat ditentukan dari kemampuan ia menempuh


masa 7 tahun pancaroba itu.

Oleh karena itulah, Islam memerintahkan para orangtua menyelenggarakan


pendidikan anak sejak dini sebagai pembentukkan fondasi karakter kepribadian
Islami yang kokoh. Sehingga, saat ia menempuh masa pancaroba, anak tetap pada jati
diri keislamannya.

Pertumbuhan fisik, intelektual, dan emosi pada masa remaja berlangsung sangat
cepat. Remaja tumbuh menjadi sosok yang kuat, wawasan keilmuannya bertambah
luas dan dalam, sehingga tumbuh pula sebagi sosok yang kritis. Sementara, dimensi
emosinya masih belum stabil, dimana keinginannya lebih menggebu ketimbang
pertimbangan rasionya. Sehingga, ia berkembang pula menjadi sosok “pemberontak”
terhadap realitas.

Maka, tidak dimungkinkan lagi para orangtua menganggap ia sebagai anak-anak yang
masih berusia 8 atau 10 tahun. Atau sebaliknya, dengan melihat tubuh fisiknya yang
besar, para orang tua memperlakukannya sebagai orang dewasa yang semuanya
mampu dilakukan secara mandiri dengan kemampuan berfikir matang dan
pengalaman banyak dengan emosi yang stabil.

Keliru dalam mendidik remaja, akan dapat berakibat fatal dalam perkembangan
mental, intelektual, dan spiritualnya. Sebagaimana hal tersebut terjadi pada para ABG
bangsa ini: konsumeris, materialistis, hedonis, dan mengalami penyimpangan
perilaku seperti madat, narkoba, penyimpangan seksual, tawuran, dan penyimpangan
psikis serta sosial lainnya.

Remaja : Antara Generasi Penerus dan Generasi Terakhir

Masa remaja bisa berujung pada masa kedewasaan yang berkarakter al-‘abdu
ash-shalih al-mushlih (hamba yang shalih secara individu dan manjadi penggerak
perubahan positif dalam masyarakatnya) atau pemuda yang “salah lagi lemah”.
“Salah” aqidah dan ibadahnya, “lemah” fisik, mental, dan kemampuannya.

Jangan sampai generasi muslim bangsa ini seperti generasi terakhir ummat sebelum
dimusnahkan dengan berbagai bencana. Allah swt. berfirman,

“Telah pulang yang taat dan digantikan oleh generasi baru, yang hanya
menyia-nyiakan shalatnya, serta menurutkan kehendak syahwatnya, memperluas
masyarakat perzinaan. Mereka akan menemui bermacam-macam bahaya dan
bencana” (Maryam : 59).

Hakikat Islam adalah perbaikan dan penyempurnaan akhlak. Indentitas ummat Islam
adalah akhlaknya. Abul A’la Al-Maududi mengatakan, musnahnya sebuah
masyarakat atau bangsa bila telah lenyap indentitas kebangsaannya atau hancur
melebur kedalam indentitas bangsa yang lain.

Allah swt. menegaskan bahwa musnahnya bangsa-bangsa yang pernah mentas di


panggung sejarah, pangkal musababnya adalah rusaknya akhlak sebagi akibat
“mendustakan agama”, bukan oleh sebab ekonomi atau lemah angkatan
bersenjatanya, seperti ditegaskan Allah swt.,

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah (Al-Qur’an dan

2 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

Terjemah Departeman Agama, memberi catatan kaki : “yang dimaksud


sunnah-sunnah Allah disini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka,
bencana, yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul”). Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)” (Ali Imron: 137).

Ahli hikmah mengatakan, “Umat-umat ini akan berdiri tegak dengan akhlak mulia,
jika tidak ada akhlak (tidak bermoral) maka umat itu akan punah”.

Puasa: Teknik Pengembangan Kualitas Remaja

Puasa sesungguhnya merupakan salah satu teknik pengembangan pribadi muslim,


baik dari sisi fisik maupun psikis. Terutama dari sisi kecerdasan emosi (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ). Bagi remaja yang lazimnya berkarakter intelektuaitasnya
tengah mengalami perkembangan pesat, kritis, tetapi dari sisi emosi labil dan dalam
proses pencarian diri, maka puasa merupakan teknik penyeimbang dari gejolak jiwa
remajanya itu.

Puasa akan meredam sisi negatif kecenderungannya dan mengoptimalkan potensi


serta kemampuan positifnya. Puasa mengembangkan sikap ihsan dan sabar yang
sesuai dengan pilar-pilar SQ dan EQ. Bahkan ihsan dan sabar merupakan pintu
masuk pada pengembangan SQ dan EQ.

SQ ditandai dengan kemampuan merasakan kehadiran Tuhan yang pada gilirannya


berimplikasi pada ketenangan jiwa. Kehadiran Allah swt. hanya akan dapat dirasakan
bila hati bersih dari aneka kotoran dan penyakit. Puasa adalah teknik penyucian jiwa
dari kotoran dan penyakit hati. Penyakit hati, seperti keangkuhan, dengki, berambisi
pada posisi tertentu dan riya merupakan sumber keresahan jiwa (stress).

Penyakit-penyakit hati itu akan tumbuh subur pada masa remaja yang mengalami
fluktuasi gejolak jiwa akibat rasionya mempertanyakan kembali konsep agama dan
Tuhan, ambisinya yang melampui pertimbangan akal sehatnya, dan kebutuhan pada
pengakuan sosial yang acapkali menampakkan dirinya pada tataran aksesoris
ketimbang esensi kemampuannya mengelola hidup secara mandiri. Melalui puasa,
remaja dilatih ikhlash dan rendah hati, yang tercermin dari ucapan dan perilakunya
lebih berorientasi pada obyektifitas ajaran Allah swt.

EQ ditandai dengan kemampuan mengelola emosi. Sedangkan sabar adalah kata lain
dari kemampuan mengendalikan emosi. Dalam sikap sabar terkandung 4C, yaitu:

Pertama : Commitment, yaitu niat atau tekad yang menghunjam dalam kalbu untuk
mencapai cita. Komitmen ini pula yang menentukan maju atau mundurnya usaha
seseorang. Dengan komitmen yang tinggi remaja tidak akan pernah putus asa.
Komitmen ini diperlukan remaja yang seringkali melakukan sesuatu tanpa orientasi
yang jelas.

Kedua : Consistence, yaitu satu padunya isi hati dan fikiran dengan ucapan dan
tindakan. Kecenderungan remaja cepat merubah arah tujuan hidupnya karena labilnya
emosi yang kemudian mempengaruhi keputusannya, hanya akan berakhir pada
kehampaan dan penyesalan. Dengan shibghoh puasa, remaja dilatih memiliki sikap
sabar yang salah satunya berdimensi konsisten dengan tujuan esensial dan tidak
pernah menggeser arah untuk tujuan yang temporer.

3 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

Ketiga : Consequence, yaitu siap dan sabar menanggung risiko. Remaja sangat
membutuhkan pengakuan bukan sekedar eksistensinya, tetapi juga kemampuannya
dalam memilih dan melakukan sesuatu dengan bertanggungjawab. Ibadah puasa akan
memperkokoh dorongan alamiahnya, berani, dan sabar menanggung risiko. Ia terlatih
tidak akan berhenti di tengah jalan oleh karena ia gagal, melainkan segera bangkit
meneruskan perjalanan yang belum usai.

Keempat : Continues, yaitu sikap sabar melalui proses tahap demi tahap secara
berkelanjutan. Sabar dalam ikhtiar merupakan penawar dari sikap remaja yang segera
ingin mendapatkan hasil secara instant.

Kriteria Pengembangan Program

Rancangan program pembinaan remaja di bulan puasa harus mempertimbangkan


aspek syariah, perkembangan karakter, dan kebutuhan pada tiap fase dan
permasalahan remaja. Ketiganya merupakan fundamen mendasar dan krusial dalam
membahas apa dan bagaimana membina remaja di bulan puasa.

Karena pertama, setiap fase mengindentifikasikan perkembangan fisik dan mental


yang berbeda-beda, sehingga implikasi tujuan, materi, dan model pembinaan remaja
itu berbeda-beda pula, sesuai dengan tahap perkembangan. Kedua, permasalahan
remaja secara umum perlu diketahui akar-akar pemicunya, sehingga program
pembinaan itu mencakup pula alternatif solusi dari permasalahan kenakalan remaja
itu.

Tanpa menimbang faktor syari’ah, psikologis, dan realitas tantangan itu, maka
program pembinaan remaja di bulan Ramadhan ini akan kurang diminati oleh remaja
itu sendiri, tidak memiliki relevansi yang signifikan terhadap realitas kebutuhan
remaja, dan kurang menimbulkan efek positif bagi perkembangan potensi dan
kemampuannya.

Program Pembinaan Remaja di Bulan Puasa

Secara umum, rancangan program pembinaan remaja di bulan Ramadahan, dapat


disusun sebagai berikut :

KEAGAMAAN

ASPEK PERKEMBANGAN

Kritis terhadap konsep dan praktik keagamaan yang tidak sejalan.


Perkembangan wawasan Keilmuan yang berimplikasi pada pertarungan pemikiran
keagamaan dan isme-isme
Pengalaman ruhaniyah menghendaki penyegaran makna lebih dari sekedar rutinitas
ritual atau kewajiban

PROGRAM PEMBINAAN
Penyegaran paham keagamaan sesuai dengan perkembangan wawasan keilmuannya
dan penerapan ekspresi aqidah, disiplin ibadah dan akhlak. Bentuk Program:
pesantren kilat, diskusi buku, tadabur Al-Qur’an, perbandingan agama/isme,
menghidupkan/pembudayaan sunnah Rasulullah di bulan Ramadhan (zikir, shalat
sunnah, improvisasi amal shalih, qiyamul lail, I’tikaf dsb)

4 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

KEBUTUHAN

ASPEK PERKEMBANGAN
Hubungan sosial yang lebih bermakna, mencapai peran sosial, pengembangan fisik
secara optimal, kebebasan memilih dan bertanggungjawab, pengembangan potensi
dan kemampuan, serta bimbingan pemikiran dan nilai yang demokratis.

PROGRAM PEMBINAAN
Pengembangan potensi dan Kemampuan: mental, IQ, jasmani, sosial. Bentuk
Program: pelatihan pengembangan potensi dan kemampuan seperti jadi da’i muda,
keterampilan, kepemimpinan, akademik, profesi. Pemberian kepercayaan dan
tanggungjawab melalui pelibatan dalam kepanitiaan ifthar jamai, ZIS, I’tikaf dan
kepengurusan masjid, pembentukan organisasi remaja mandiri, klub belajar, tadabur
alam, kreatifitas seni dan lomba, usaha kecil dsb.
Dialog kaum tua dan remaja. Bentuk: diskusi atau seminar dialogis dengan disiplin
adab berbeda pendapat/ukhuwah, mentoring, jumpa tokoh.
Melibatkan dalam rapat-rapat urusan kemasyarakatan.

KEPRIBADIAN

ASPEK PERKEMBANGAN
faktor internal (persepsi, sikap, motivasi)
faktor eksternal (keluarga, sekolah, masyarakat)

PROGRAM PEMBINAAN
Pengembangan kepribadian produktif. Bentuk pelatihan manajemen diri (EQ dan
SQ), adab mua’malah, social project team work.

PERMASALAHAN

ASPEK PERKEMBANGAN
Membolos, putus sekolah, berbohong, tindakan kekerasan, narkoba, cabul, membuat
gank, tawuran, mencuri, serta melawan orang tua dan guru

PROGRAM PEMBINAAN
Bimbingan konsep diri, pemecahan masalah, manajemen waktu, karier dan seks,
ruqyah dalam Islam dengan tinjauan pskologi dan manajemen.

JASMANI

ASPEK PERKEMBANGAN
Pertumbuhan fisik yang sangat cepat tetapi di lain sisi berakibat terjadinya
disharmonisasi antar pertumbuhan fisik, pertumbuhan alat kelamin, mengalami
gangguan kesehatan.

PROGRAM PEMBINAAN
Aktif dalam atau mengorganisir klub olah raga, disiplin dalam kesadaran pengaturan
gizi dan makanan, pakaian yang menutup aurat, gaya hidup muslim, organisasi
aktivitas dan teman bermain dan lain, pemeriksaan kesehatan, berbekam.

Dengan program pembinaan yang menempatkan remaja sebagai subyek pembinaan


melalui pembelajaran dialogis dan pemberian kepercayaan, keleluasaan ekspresi,
kreatifitas, dan pada pemberian beban tanggungjawab dalam bingkai kurikulum

5 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 21 : Pembinaan Kuali... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=114&PHPSES...

pembinaan remaja terpadu. Insya Allah program ini akan diminati oleh remaja itu
sendiri dan akan mengembangkan potensi serta kemampuan remaja sebagai generasi
muslim yang berkualitas, dapat terlaksana secara optimal, di samping meredam
gejolak jiwa negatif remaja.

Wallahu A’lamu Bish-Showab.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=114

6 of 6 8/30/2007 1:22 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 22 : Wanita Shalihah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=115&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 22 : Wanita Shalihah Di Bulan Suci


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Wanita di bulan Ramadhan memiliki banyak pilihan


untuk meningkatkan kualitas ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Bagi wanita yang masih produktif dan belum mencapai usia monopause, biasanya ada
jenjang masa haidh yang menghalanginya untuk menunaikan ibadah-ibadah tertentu
yang mensyaratkan kesucian jasmani.

Tapi, apakah masa haidh itu menjadi halangan wanita dalam mencapai kesempurnaan
ibadah di bulan Ramadhan? Apa pilihan-pilihan yang memungkinkan wanita untuk
memaksimalkan dirinya guna beramal dalam kondisi demikian? Bagaimana wanita
mengakselerasikan amalnya dalam mencapai ridha Allah dan balasan yang berlipat
dari-Nya?

Masa haidh bukan menjadi penghalang bagi wanita untuk beribadah dalam setiap
saat, termasuk di bulan Ramadhan. Masa haidh adalah ketetapan Allah swt. yang
tidak mungkin ditolak dan dijadikan ‘kambing hitam’ penyebab kurangnya amal
shaleh atau batasan dalam melakukan kebaikan. Wanita yang cerdas dan berorientasi
akhirat pasti melihat banyak pintu-pintu kebaikan yang terbuka untuknya dalam
kondisi apa pun, termasuk masa-masa haidh.

Masa-masa Suci

Masa-masa suci wanita adalah waktu yang sangat berharga, karena masa suci
merupakan periode dimana wanita bebas melakukan ibadah-ibadah tertentu yang
mensyaratkan kesucian. Oleh karena itu, puasa, shalat wajib ataupun sunah, umroh,
bertawaf, dan lain-lain dapat dimaksimalkan dalam bulan Ramadhan pada masa-masa
suci ini.

Shalat sunah hendaknya ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya sekaligus. Nilai


keutamaan shalat sunah di bulan Ramadhan ditinggikan oleh Allah swt. menjadi
senilai dengan nilai keutamaan shalat fardu di luar bulan Ramadhan. Hal ini
merupakan keuntungan yang besar, bila wanita memanfaatkannya pada masa-masa
sucinya.

Apalagi bila wanita lebih banyak memiliki waktu luang di rumah. Tugas memasak
dan urusan rumah tangga lainnya, -walaupun ia juga merupakan bentuk ibadah lain-
sebaiknya dilakukan pada waktu-waktu yang bukan waktu utama.

Waktu-waktu utama seperti sepertiga malam terakhir, malam hari lebih utama
daripada seluruh waktu siang secara umum. Sebelum subuh dan setelahnya hingga
waktu dhuha sebaiknya digunakan untuk beribadah mahdhah (murni) seperti shalat
sunah, membaca al-Qur'an dan lain-lain.

Saat-saat menjelang buka puasa, seharusnya wanita tidak lagi disibukkan oleh
urusan-urusan perlengkapan berbuka, tapi telah memusatkan diri dalam berdoa,
berzikir, dan bermunajat kepada Allah swt. Saat-saat menjelang buka puasa termasuk
waktu yang membuat kita sangat dekat dengan Allah swt. dan peluang makbulnya

1 of 5 8/30/2007 1:23 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 22 : Wanita Shalihah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=115&PHPSES...

doa sangat besar. Walaupun secara umum, sepanjang waktu kita berpuasa merupakan
jaminan waktu dimakbulkan doa seseorang oleh Allah swt.

Pada masa suci ini, terbuka lebar bagi wanita untuk meningkatkan interaksinya
dengan Al-Qur'an. Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, bisa diasah
terus-menerus sehingga dapat mencapai tingkat orang-orang yang mahir dalam
membaca Al-Qur'an. Latihlah lidah dengan tahsin dan memperbaiki bacaan
Al-Qur'an.

Tidakkah anda ingin mendapatkan janji Rasulullah saw., “Orang yang mahir dalam
Al-Qur'an, maka dia bersama para rasul yang mulia dan berbakti, sedangkan orang
yang membacanya dengan terputus-putus mengejanya, dan dia merasa kesulitan
dalam membacanya, maka baginya mendapatkan dua pahala. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Berumrahlah di bulan Ramadhan karena Rasulullah saw. berpesan kepada seorang


wanita Anshar, "Berumrahlah, karena umrah di bulan Ramadhan itu, pahalanya sama
dengan pahala berhaji bersamaku". (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya, perhiasan Anda adalah dua raka'at di waktu sahur, bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi yang tidak diketahui melainkan hanya oleh Allah swt.
semata-mata, air mata hangat yang membersihkan kesalahan-kesalahan, sujud yang
panjang di atas sajadah ibadah, rasa malu kepada Allah swt. ketika digoda oleh
instink-instink keburukan dan ajakan-ajakan syaitan.

Masa-masa Haidh atau Tidak Suci

Bersungguh-sungguhlah Anda dalam menegakkan kebaikan di jalan Allah swt. dan


bergembiralah dengan khabar gembira yang terdapat di dalam hadits, “bila seorang
wanita taat kepada Tuhannya, mendirikan shalat lima waktunya, menjaga
kehormatannya, dia pasti masuk ke surga Tuhannya" (HR. Ahmad).

Bangkit dan rapikanlah rumah Anda, perpustakaan pribadi Anda. Tunaikanlah tugas
Anda. dengarkanlah kaset yang bermanfaat, atau duduklah bersama para tetangga dan
teman-teman Anda lalu bahaslah bersama mereka bahasan yang dapat mendekatkan
Anda dan mereka kepada Allah.

Jangan sekali-kali Anda tunduk kepada kekosongan dan pengangguran. Perhatikanlah


penampilan Anda, kecantikan tubuh Anda, dan memakai wewangian di dalam rumah
Anda, duduk dengan tertib di majlis Anda, berakhlak baik menyambut suami Anda,
di hadapan anak-anak Anda, saudara-saudara dan kerabat-kerabat Anda serta
teman-teman Anda dengan senyuman yang tulus dan lapang dada.

Allah swt. menjanjikan balasan dan kedudukan yang sama di sisi-Nya pada setiap
wanita sebagaimana Dia menjanjikan kepada laki-laki. Dia memuji wanita
sebagaimana memuji laki-laki, Allah swt. Berfirman,

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk

2 of 5 8/30/2007 1:23 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 22 : Wanita Shalihah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=115&PHPSES...

mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab: 35).

Ayat ini menunjukkan bahwa Anda adalah pasangan dan mitra laki-laki, bahwa
pahala Anda tersimpan di sisi Allah swt. Jadi, Anda memiliki kesempatan berbuat
banyak kebajikan di rumah tangga Anda dan di masyarakat yang akan mengantar
Anda menuju ridha Allah swt.

Pilihlah teladan dalam hidup Anda, Asiyah isteri Fir'aun, Maryam, Khadijah, Aisyah,
Asma', Fathimah, semoga Allah meridhai mereka semuanya.. Mereka adalah
wanita-wanita terpilih dan baik-baik, wanita-wanita mukminah, ta'at, berpuasa dan
mendirikan shalat. Mereka ridha kepada Allah swt. dan Allah swt. pun ridha kepada
mereka.

Cobalah keberuntungan Anda dengan buku yang bermanfaat, kaset yang berfaidah,
baik dengan membaca ataupun mendengar. Simaklah tilawah yang merdu dari
Kitabullah. Semoga satu ayat saja dapat menggetarkan jiwa Anda, masuk ke dalam
hati dan menyentuh nurani Anda. Dengan demikian, bersamanya datanglah hidayah
dan cahaya, dan bersamanya hilanglah rasa putus asa, keraguan, syubhat, dan depresi.

Telaahlah dalam-dalam rekaman-rekaman hadits, bacalah sabda nabi dalam kitab


'Riyadhus Shalihin'. Pasti Anda mendapatkan obat yang mujarab dan ilmu yang
bermanfaat, yang menjaga Anda dari ketergelinciran dan kesalahan, menyembuhkan
Anda dari penyakit.

Jadi, obat Anda terdapat dalam wahyu yang ada dalam al-Qur'an dan sunnah.
Ketenangan Anda terdapat dalam keimanan. Kebahagiaan dan buah hati Anda ada
dalam shalat. Kesehatan hati Anda ada dalam keridhaan. Ketenteraman nurani ada
dalam kepuasan. Kecantikan wajah Anda ada dalam senyuman. Penjagaan
kehormatan Anda ada dalam hijab menutup aurat. Dan, kedamaian jiwa Anda ada
dalam berzikir.

Pakailah pakaian ketakwaan. Dengan demikian, Anda menjadi wanita paling cantik
sejagat, walaupun pakaian Anda compang-camping. Dan jadikanlah selendang Anda,
selendang rasa malu, karena dengan demikian Anda adalah wanita yang paling
anggun di alam semesta, walaupun Anda tidak beralas kaki. Jauhilah kehidupan
wanita-wanita bejat, kafir, ahli sihir, pelacur, dan tuna susila, karena mereka adalah
bahan bakar neraka jahannam.

“Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka” (Al-Lail: 15).

Kelolalah nikmat Allah swt. dengan mensyukuri dan mentaati-Nya. Allah swt
berfirman,

“Mereka mengetahui ni`mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan


kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir” (An-Nahl: 83).

Jauhilah sikap kufur nikmat, karena sikap demikian sangat berbahaya, Allah swt
berfirman,

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar ni`mat Allah dengan
kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?” (Ibrahim: 28).

Tetaplah di rumah Anda, melainkan untuk urusan penting. Karena sesungguhnya

3 of 5 8/30/2007 1:23 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 22 : Wanita Shalihah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=115&PHPSES...

rumahmu adalah rahasia kebahagiaanmu.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (al-Ahzab: 33).

Di dalam rumah, pasti Anda temukan hakikat kebahagiaan dan dapat menjaga
kehormatan Anda, wibawa, dan rasa malu Anda.

Sesungguhnya diantara jalan mencapai kebahagiaan dan meraih pahala kebaikan


Anda adalah dengan memahami agama Anda, sebagaimana Rasulullah saw.
Bersabda,
"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah swt., maka dia akan dipahamkan
tentang agama". (HR. Bukhari dan Muslim)

Sadarilah bahwa sesungguhnya amal Anda yang paling mulia adalah mengenal dan
mengetahui maksud Allah swt. dalam Kitab-Nya dan maksud Rasulullah saw. dalam
sunnahnya. Perbanyaklah mentadabburi dan mempelajari Al-Qur'an bersama
saudari-saudari Anda.

Wanita muslimah salehah adalah wanita yang pandai melayani suaminya dan
mentaatinya, setelah mentaati Tuhannya. Rasulullah saw. telah memuji wanita seperti
ini, dan menjadikannya sebagai teladan dimana laki-laki sangat beruntung
mendapatkannya. Ketika Rasulullah saw. Ditanya, "siapa wanita yang paling baik?”
Rasulullah saw. Bersabda, "wanita yang menyenangkan suami bila melihatnya,
mentaatinya bila menyuruhnya, dan tidak menentangnya dalam dirinya dan tidak pula
membelanjakan harta bendanya dengan sesuatu yang dibenci oleh suaminya". (HR.
An-Nasa'i)

Teladanilah Khadijah Al-Kubra istri pertama dan istri yang paling dicintai oleh
Rasulullah saw. Selama menikah dengannya, Rasulullah tidak pernah memikirkan
wanita lain di samping Khadijah. Rasulullah hidup dalam suasana yang penuh dengan
cinta dan kasih sayang.

Khadijahlah yang menghibur suaminya ketika dalam perjuangan dilanda berbagai


derita. Dialah yang mengorbankan seluruh hartanya ketika suaminya memerlukannya.
Dialah yang mendampingi suaminya dalam suka dan duka. Sehingga, Rasul bersabda,
"Tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan Khadijah."

Kebaktian pada suami di dalam Islam adalah ibadah yang utama. Oleh sebab itu,
hormatilah. Berikan kepadanya penghormatan dan kecintaan sepenuhnya. Insya
Allah, Allah akan memberkati keluarga yang seperti demikian.

Rasulullah saw. telah mengaitkan antara masuknya wanita ke surga dengan keridhaan
suaminya. Dari Ummu Salamah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, " Siapa pun
wanita yang meninggal dalam keridhaan suaminya, maka pasti masuk surga". (HR.
Tirmidzi)
Jangan sekali-kali Anda ragu, bingung dan merasa hina, karena ingin bertaubat. Allah
swt. mencintai orang-orang yang bertaubat mensucikan diri. Allah berfirman,

“...Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)

Taubat adalah mencuci hati dengan air mata penyesalan. Ia adalah api yang

4 of 5 8/30/2007 1:23 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 22 : Wanita Shalihah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=115&PHPSES...

membakar dalam hati, iba kepada diri sendiri dalam jiwa, rasa kehancuran dalam
nurani, dan cucuran air mata di pipi. Sesungguhnya, taubat itu adalah awal maqam
orang-orang yang berjalan menuju Allah swt. Ia adalah bekal dan modal bagi
orang-orang yang beruntung dan kunci istiqomah orang-orang yang condong kepada
agama Allah swt.

Seorang yang bertaubat harus berkeluh kesah, mengaduh dan menangis. Bila orang
lain merasa tenang dari azab Allah swt., hatinya tidak merasa tenang, dihantui oleh
rasa takut taubatnya tidak diterima. Bila orang lain merasa tenteram, dia tidak pernah
berhenti menangis tersedu-sedu. Bila orang lain beristirahat tenang, dia tidak
bosan-bosan merintih dan merinding kulitnya.

Bila dia mengingat besar dosanya dan banyak kesalahannya, kesedihannya


menjadi-jadi, api nuraninya membara, air matanya bercucuran, nafasnya
tersengal-sengal dan terasa sesak karena dadanya terasa seolah terbakar. Dia telah
berbulat tekad untuk berlomba-lomba menghadapi hari Esok, dan meremehkan segala
urusan dunia agar mampu melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam
dengan kecepatan setinggi-tingginya.

Ramadhan kali ini adalah pintu bagi kaum wanita untuk tampil paling cantik di sisi
Tuhannya. Penampilan pemburu takwa dan surga Allah.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=115

5 of 5 8/30/2007 1:23 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 23 : Gairah Sedekah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=116&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 23 : Gairah Sedekah Nabi di Bulan Suci


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Tidak ada yang meragukan keteladanan Rasulullah saw.


dalam berderma dan bersedekah. Beliau adalah orang yang paling dermawan dan
paling teladan dalam bersedekah. Rasulullah saw. tidak pernah menyisakan harta
benda dan membiarkannya berdiam di rumahnya lebih daripada satu hari. Beliau
selalu memberi sesuatu yang diminta oleh orang lain bila beliau memilikinya, dan
tidak pernah menolak atau menghardik orang yang meminta.

Di samping mencontohkan keteladanan dalam bersedekah dan berinfak, Rasulullah


saw. juga sering sekali menyuruh dan menganjurkan umatnya untuk berinfak dan
bersedekah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing. Dalam salah satu
hadistnya, Rasulullah saw. bersabda, "Jagalah dirimu dari api neraka walau hanya
dengan setengah biji kurma dan bila tidak menemukannya, maka hendaklah dengan
kalimat yang baik". (HR.Bukhari-Muslim)

Anjuran ini menggugah setiap mukmin untuk gemar berinfak dan bersedekah.
Namun, tidak semua orang yang mengaku muslim gemar berinfak dan berusaha
meneladani Rasulullah saw. Karena sesungguhnya, manusia diciptakan dengan tabiat
cinta harta dan sangat bakhil dengan harta yang ada di tangannya. Allah swt.
menjelaskan hal itu dalam firman-Nya sebagai berikut,

“dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.”


(Al-‘Aadiyaat:8).

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir“
(Al-Ma’arij: 19-21)

Kegemaran berinfak adalah bertolak belakang dengan tabiat dan karakter manusia
yang mencintai harta benda dan berlaku kikir. Menghalau sifat kikir dan mengikisnya
dari jiwa memerlukan usaha maksimal dan latihan terus-menerus. Karena bila tidak,
maka selamanya manusia akan difitnah dan diperbudak oleh harta benda. Harta benda
akan menjadi penghalang kebahagiaannya yang hakiki dan sejati. Ia
membelenggunya, sehingga tidak dapat menemukan jalur menuju kesenangan dan
kebahagiaan abadi di akhirat.

Sebaliknya, orang yang berhasil mengalahkan sifak kikirnya, adalah orang-orang yang
berbahagia dan berhasil melepaskan diri dari perbudakan harta dan dunia. Allah swt.
memuji orang-orang yang mampu mengalahkan sifat kikir dan cintanya yang
berlebihan terhadap harta benda, dan menjanjikan kepada mereka keberuntungan
yang tak terkira. Allah swt. Berfirman,

“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka

1 of 4 8/30/2007 1:24 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 23 : Gairah Sedekah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=116&PHPSES...

memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9).

Terapi, Al-Qur’an terhadap sifat kikir dan terlalu cinta kepada harta benda, telah
menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya harta benda itu hanyalah kenikmatan
semu, menipu dan melenakan. Ia hanyalah ujian dan fitnah bagi manusia. Allah swt.
Berfirman,

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Al-Anfaal: 28)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(Al-Baqarah: 261).

Tuntunan Rasulullah saw. dalam Bersedekah di Bulan Suci

Rasulullah saw. adalah orang paling besar dan paling banyak bersedekah dengan apa
yang dimilikinya. Beliau tidak pernah memandang banyak apa yang diberikannya,
karena Allah juga tidak memandangnya remeh dan sedikit. Tidak seorang pun
meminta sesuatu kepada beliau kecuali beliau selalu memberikannya, baik sedikit
ataupun banyak.

Sedangkan kegembiraan dan kebahagiaan beliau karena bisa bersedekah dengan


pemberian yang diberikannya adalah lebih besar dari pada kegembiraan orang yang
menerima sedekah itu karena mendapatkan apa yang dimintanya. Bila dihadapkan
kepada beliau seseorang yang membutuhkan bantuan, beliau lebih mengutamakannya
dibandingkan dirinya sendiri, kadangkala dengan makanannya dan kadangkala
dengan pakaiannya.

Rasulullah saw. mengeluarkan sedekah dan pemberiannya dengan bermacam-macam


cara. Kadangkala dengan memberikan hadiah, dengan bersedekah, dengan pemberian
dan penganugerahan, kadangkala juga dengan membeli sesuatu kemudian
memberikan barang tersebut sekaligus dengan harganya kepada penjualnya.
Kadangkala dengan meminjam sesuatu kemudian mengembalikan kepada pemberi
pinjaman, sesuatu yang lebih banyak dan lebih baik daripada sesuatu yang
dipinjamnya.

Rasulullah saw. menerima hadiah dan membalasnya dengan yang lebih banyak dan
lebih baik, sebagai kasih sayang dan memvariasikan bentuk-bentuk berbuat ihsan
dengan segala yang memungkinkan. Rasulullah saw. berbuat ihsan dengan apa yang
dimilikinya, dengan keadaannya dan perilakunya, dan dengan perkataannya.

Siapa pun yang berinteraksi dengan Rasulullah saw., tidak akan mampu menguasai
jiwanya dari kedermawanan. Karena kedermawanannya itu, Rasulullah saw. adalah
orang yang paling lapang dadanya dan paling bahagia jiwanya. Karena sesungguhnya,
sedekah dan perbuatan yang makruf itu mempunyai pengaruh luar biasa dalam
melapangkan dada.

Penyebab lain yang melapangkan dada, yang termasuk penyebab terbesar adalah
mengeluarkan hal yang merusak hati, yaitu sifat-sifat yang tercela seperti bakhil dan

2 of 4 8/30/2007 1:24 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 23 : Gairah Sedekah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=116&PHPSES...

kikir dan lain-lain. Walaupun seseorang sangat kaya dan berlebihan dalam hidup,
sifat-sifat itu akan menghalangi dari berinfak dan bersedekah.

Puasa yang mengharuskan orang untuk meninggalkan makan dan minum atau
mengurangi biaya konsumsinya dalam bulan puasa, membuat orang memiliki banyak
peluang dan kesempatan dalam menafkahkan kelebihan hartanya. Namun, gaya hidup
yang berlebihan dan makna puasa yang belum banyak diresapi dan disadari oleh umat
Islam, membuat banyak dari umat justeru mengeluarkan biaya dan dana konsumsi
yang lebih banyak di bulan Ramadhan daripada di bulan-bulan lainnya.

Seharusnya kita meneladani Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Beliau dikenal


sebagai orang yang paling banyak berderma dan bersedekah, dan pada saat bulan
Ramadhan, Rasulullah saw. meningkatkan kualitas dan kuantitas sedekah dan
infaknya. Simaklah riwayat berikut,

‫ ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺟﻮﺩ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺣﻴﻦ‬،‫ ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺟﻮﺩ ﺍﻟﻨﺎﺱ‬:‫ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ‬
‫ ﻓﻠﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺟﻮﺩ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ‬،‫ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻠﻘﺎﻩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻓﻴﺪﺍﺭﺳﻪ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬،‫ﻳﻠﻘﺎﻩ ﺟﺒﺮﻳﻞ‬
‫ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺢ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﺔ‬.

Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan. Dan
sesungguhnya beliau paling dermawan pada saat bulan Ramadhan. Ketika Jibril
datang menemui beliau pada tiap-tiap malam Ramadhan untuk mentadarruskan
Al-Qur'an. Rasulullah saw. lebih dermawan daripada angin yang bertiup bebas.” (HR.
Bukhari -Muslim)

Sungguh telah datang kepada kita bulan Ramadhan, dimana Allah membawa berkah
rahmat dan maghfirah di dalamnya. Ramadhan adalah bulan yang paling mulia di sisi
Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah
malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling
utama.

Inilah bulan, dimana Allah swt. mengundang kita untuk menjadi tetamu-Nya, untuk
dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini, nafas-nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi
ibadah, amal-amal kita diterima dan doa-doa kita diperkenankan dan diijabah.

Bermohonlah kepada Allah Rabb Anda dengan niat yang tulus dan hati yang suci,
agar Allah membimbing kita untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Mintalah kepada-Nya, agar Dia menuntun Anda kepada hidayah-Nya, dan
membersihkan hati Anda dari sifat kikir dan bakhil, dan sifat-sifat buruk lainnya.

Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.
Hindarilah kelaparan dan kehausan di hari yang dahsyat itu dengan bersedekah
kepada kaum fuqara dan masakin, yang diperintahkan oleh Allah swt. Tuhan sekalian
alam, satu-satunya Pelindung pada hari itu.

Ingatlah salah satu golongan dari tujuh golongan hamba yang akan dilindungi Allah
swt. di hari kiamat adalah golongan keenam; “...orang yang menafkahkan hartanya
dengan ikhlas karena Allah swt. sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya...” (HR.Bukhari dan Muslim)

Kasihilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatim Anda akan dikasihi Allah swt.
setelah anda meninggal. Hapuslah air mata anak yatim, niscaya Anda beruntung
meraih ridha Yang Maha Penyayang dan istana surga.

3 of 4 8/30/2007 1:24 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 23 : Gairah Sedekah... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=116&PHPSES...

Ingatlah pesan Rasulullah saw. ketika beliau bersabda, "aku bersama pengasuh anak
yatim di surga laksana dua jari ini, kemudian beliau mengisyaratkan dengan jari
telunjuk dan jari tengahnya lalu membukanya.” (HR. Bukhari, Turmudzi, dan Abu
Dawud).

Betapa mulianya orang-orang yang menyisihkan harta benda, waktu, dan umurnya
untuk mengasihi orang-orang yang bernasib malang dan menderita.

Sambutlah Ramadhan dengan semangat berderma dan bersedekah


sebanyak-banyaknya di jalan Allah swt.

Marhaban Yaa Ramadhan......

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=116

4 of 4 8/30/2007 1:24 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 24 : Zakat dan Pemb... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=117&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 24 : Zakat dan Pemberdayaan Masyarakat


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Salah satu pilar penting Islam adalah zakat, karena ia
bukan semata ibadah yang berdimensi individual namun juga sosial. Ia merupakan
instrumen penting pemerataan pendapatan, jika zakat dikelola dengan baik dan
profesional. Karena dengan zakat, harta akan beredar dan tidak berakumulasi di satu
tangan orang-orang kaya (Al-Hasyr : 7). Kewajiban mengeluarkan zakat disebutkan
sebanyak 36 kali dalam Al-Quran, dua puluh kali diantaranya digandengkan dengan
kewajiban menunaikan salat.

Secara kebahasaan, zakat berasal dari kata zaka yang berarti tumbuh dan
berkembang. Bisa juga zakat itu berarti suci, bertambah, berkah, dan terpuji. Secara
terminologi, zakat berarti: Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan
kepada orang-orang yang berhak, di samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri (Hukum Zakat: Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Litera Antar Nusa dan Mizan,
1996).

Zakat merupakan sarana paling tepat dan paling utama untuk meminimalisir
kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, sebagai satu bentuk sikap dari saling
membantu (takaful) dan solidaritas di dalam Islam (Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu,
Dr. Wahbah Zuhaili, Daarul Fikr, jilid II, hal.732).

Diantara hikmah zakat menurut Al-Qaradhawi adalah sebagai bentuk pembersihan


dan penyucian, baik material maupun spiritual, bagi pribadi orang kaya dan jiwanya,
atau bagi harta dan kekayaannya (Hukum Zakat, hal 848). Zakat adalah refleksi
keimanan seseorang kepada Allah swt. dan sebagai ungkapan syukur atas nikmat
yang dikaruniakan Allah kepadanya (Ibrahim: 7).

Ia juga menjadi sarana penolong dan pembantu bagi para mustahiq ke arah kehidupan
yang lebih baik dan sebagai pilar amal bersama antara pejuang yang tidak mampu
dengan orang-orang kaya (Al-Baqarah : 278). Zakat merupakan sumber dana bagi
pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh umat Islam. Seperti
sarana ibadah, pendidikan, kesehatan maupun sosial dan ekonomi kaum muslimin.

Dalam zakat terdapat dimensi sosialisasi cara berbisnis yang benar. Sebab, zakat
bukanlah memberikan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan harta hak orang
lain dari harta kita yang kita usahakan dan peroleh dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan dan hukum Allah (Al-Baqarah: 267).

Dalam zakat ada indikasi bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras
mendapatkan harta. Sebab, hanya mereka yang memiliki harta yang bisa
mengeluarkan zakat. Zakat yang dikelola dengan baik akan mampu membuka
lapangan kerja dan usaha yang luas sekaligus penguasaan aset-aset umat Islam (Zakat
dalam Perekonomian Modern, Dr. Didin Hafidhuddin, Gema Insana Press, 2002).

Dalam pandangan Al-Qardhawi, zakat merupakan ibadah maliyah ijtimaiyyah, yaitu


ibadah di bidang harta benda yang memiliki fungsi strategis, penting, dan
menentukan dalam membangun kesejahteraan masyakarat. Zakat akan melahirkan

1 of 3 8/30/2007 1:25 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 24 : Zakat dan Pemb... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=117&PHPSES...

dermawan yang suka memberi, bukan sosok yang menggerogoti. Seorang muzakki
akan terhindar dari sifat kikir yang merupakan “virus ganas” dan penghambat paling
utama lahirnya kesejahteraan masyarakat.

Zakat akan menjadi obat paling mujarab untuk tidak menjadi hamba dunia dalam
kadar yang melewati batas. Ia akan mengingatkan kita bahwa harta itu adalah sarana
dan bukan tujuan hidup kita.

Para muzakki akan memiliki kekayaan batin yang sangat tinggi, sehingga dia akan
menjadi manusia yang sebenarnya. Manusia yang suka meringankan beban orang
lain, yang memiliki kedalaman cinta pada sesama dan simpati pada manusia.
Tentunya, zakat pasti akan membuat harta kita berkembang dan penuh berkah.

Bagi si penerima (mustahiq), zakat memiliki arti yang penting. Karena dengan zakat,
dia menjadi terbebas dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang sering kali menjerat
langkah dan geraknya. Dengan zakat, akan muncul rasa persaudaraan yang semakin
kuat dari mereka yang menerima. Sebab, mereka merasa “diakui” sebagai bagian dari
“keluarga besar” kaum muslimin yang tidak luput dari mata kepedulian kaum
muslimin lain, yang Allah beri karunia berupa harta.

Dengan demikian, tidak akan muncul sifat dengki dan benci yang mungkin saja
muncul jika orang yang kaya menjelma menjadi sosok apatis dan tidak peduli kepada
orang-orang yang secara ekonomis tidak beruntung. Ini adalah praktik langsung dari
apa yang Rasulullah saw. sabdakan, “bahwa seorang muslim adalah saudara bagi
muslim lainnya” (HR. Bukhari-Muslim)

Tak ada yang menyangkal bahwa zakat memiliki dampak sosial yang sangat penting
dan akan mampu menjadikan masyarakat terberdayakan. Karena zakat merupakan
salah satu bagian dari aturan Islam yang tidak dikenal di Barat, kecuali dalam lingkup
yang sempit, yaitu jaminan pekerjaan. Jaminan pekerjaan dengan menolong
kelompok orang yang lemah dan fakir.

Zakat bukan hanya memberikan jaminan kepada orang-orang miskin kaum muslimin,
namun ia juga bisa disalurkan kepada semua warga negara apa saja yang berada di
bawah naungan Islam. Seperti yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Saat itu, zakat diberikan oleh Umar kepada orang-orang Yahudi yang
meminta-minta dan berkeliling dari pintu ke pintu. Umar memerintahkan agar
dipenuhi kebutuhannya dengan mengambil dari Baitul Mal kaum muslimin (Hukum
Zakat: 880).

Dengan zakat, akan lahir manusia-manusia mandiri, manusia-manusia suka bekerja,


dan tidak suka meminta-minta. Zakat akan mempersempit kelompok manusia miskin
dan akan menumbuhkan gairah manusia untuk menjadi muzakki dan bukan mustahiq.
Kesadaran untuk berzakat, akan mendorong setiap muslim bekerja dalam batas
optimal, dan akan memposisikan diri sebagai “sumber kebaikan” bagi yang lain.

Munculnya lembaga-lembaga zakat profesional di Indonesia saat ini, telah


memberikan harapan besar bagi usaha pemerataan distribusi harta kekayaan dan
meminimalisasi kemiskinan dan penderitaan yang banyak diderita masyarakat.
Munculnya Dompet Dhuafa’ (DD) Republika, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU),
Dompet Sosial Ummul Qura (DSUQ), Baitula Maal Muamalat telah terbukti
memberikan seberkas cahaya penyelamatan berarti untuk beberapa orang tak mampu.

2 of 3 8/30/2007 1:25 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 24 : Zakat dan Pemb... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=117&PHPSES...

DD misalnya telah berhasil membuka klinik LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma)


yang dananya dihimpun dari dana zakat, infak, dan sedekah. Di samping itu, ia juga
telah berhasil memberikan dana pendidikan melalui beasiswa bagi siswa-siswa SMP
Ekselesinsia.

Harapan pemberdayaan dan keberdayaan ini akan semakin cerah dan terbuka, jika
kita - umat Islam - semakin sadar untuk mengeluarkan zakat. Bulan Ramadhan kali
ini, merupakan saat yang tepat untuk melipatgandakan kesadaran itu. Semoga kita
berhasil. Amien.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=117

3 of 3 8/30/2007 1:25 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 25 : Menggapai Mal... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=118&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 25 : Menggapai Malam Seribu Bulan


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Keutamaan Malam Al Qadr

Dalam ramadhan, terdapat satu malam yang bergelimang berkah, yang populer
dengan sebutan lailatul qadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Malam
ini menambah daftar panjang kemuliaan bulan Ramadhan. Allah berfirman,

“Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan”. (Al-Qadr: 1-5)

Lailatul Qadar juga dapat menghapuskan dosa orang-orang yang melaksanakan


ibadah pada malam tersebut. Rasulullah saw. bersabda,

‫ﻣﻦ ﻗﺎﻡ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻭﺍﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﻪ‬

“Barangsiapa yang shalat pada malam lailatil qadr berdasarkan iman dan ihtisab,
maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Makna Lailatul Qadr

Al-Qadr dalam bahasa Arab memiliki tiga makna (lihat Fathul Bari), yaitu:

1. Ta’zhim ( ‫) ﺗﻌﻈﻴﻢ‬, artinya pengagungan dan penghormatan.


Al Qadr untuk makna ini terdapat dalam firman Allah,

‫ﻭﻣﺎ ﻗﺪﺭﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺣﻖ ﻗﺪﺭﻩ‬

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya”.


(Al-An’am :91)

2. Tadhyiq ( ‫) ﺗﻀﻴﻴﻖ‬, artinya penyempitan.


Al-Qadr untuk makna ini termuat dalam firman Allah,

‫ﻭﻣﻦ ﻗﺪﺭ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺯﻗﻪ ﻓﻠﻴﻨﻔﻖ ﻣﻤﺎﺁﺗﺎﻩ ﺍﻟﻠﻪ‬

“Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya”. (Ath-Thalaq: 7).

3. Al-Qadr ( ‫) ﺍﻟﻘﺪﺭ‬, artinya pasangan dari qadha, yaitu ketetapan yang diturunkan
oleh Allah kepada tiap-tiap manusia.

Tiga makna Al-Qadr ini jika dipasangkan dengan kata “Lailah” yang berarti malam,
maka artinya menjadi sebagai berikut :

1. Lailatul Qadr adalah malam yang penuh keagungan dan kehormatan.

1 of 4 8/30/2007 1:27 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 25 : Menggapai Mal... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=118&PHPSES...

Banyak hal yang membuat malam ini menjadi penuh keagungan dan
kehormatan sebagaimana dicatat oleh Ibnu Hajar, di antaranya:
Pertama, malam tersebut adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Begitu
agungnya Al-Qur’an, menyebabkan semua faktor yang mengiringinya menjadi
agung dan terhormat. Sebutan Al-Qur’an Al-‘Azhim, yang berarti Al-Qur’an
yang penuh keagungan sangat akrab di telinga kita. Menurut makna ini, malam
Al-Qadr menjadi mulia karena faktor turunnya A-Qur’an.

Kedua, malam ini disebut juga sebagai malam penuh keagungan karena
turunnya malaikat dengan seizin Tuhan mereka. Malaikat adalah makhluk
Allah yang mulia dan selalu taat dengan perintah Allah serta tidak pernah
berbuat dosa. Turunnya para malaikat, makhluk Allah yang mulia ini
menjadikan malam tersebut turut menjadi mulia.

Ketiga, Malam ini juga menjadi agung karena dijadikan oleh Allah sebagai
malam yang penuh barakah, rahmat, dan maghfirah. Keberkahan Allah di
malam ini tercurah, sifat rahmat-Nya ditebar buat seluruh makhluk-Nya, dan
pintu ampunan-Nya dibuka selebar-lebarnya. Keberkahan, rahmat, dan
maghfirah adalah ciri-ciri keagungan dan kehormatan.
Keempat, Malam ini juga menjadi agung karena akan membuat orang yang
menghidupkannya dengan ibadah menjadi agung dan terhormat.

2. Lailatul Qadr memiliki makna malam yang sempit. Sifat ini dialamatkan
kepada malam Al-Qadr, karena dua faktor: Pertama, ilmu tentang penentuan
qadar yang turun malam itu tetap menjadi rahasia Allah, dan manusia tetap
sempit pengetahuannya tentang hal ini. Kedua, bumi pada malam itu menjadi
sempit karena dijejali oleh turunnya malaikat yang begitu banyak.

3. Lailatul Qadr adalah malam penentuan Qadar. Pada malam itu


kejadian-kejadian yang akan terjadi setahun ke depan ditetapkan. Hal ini
sejalan dengan firman Allah,

“Haa Miim, Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, Sesungguhnya Kami


menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisiKami…” (Ad-Dukhan : 1-5)

Yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang


berhubungan dengan kehidupan makhluk, seperti: hidup, mati, rezeki, untung
baik, untung buruk, dan sebagainya. Al-Qadr di sini dimaksudkan sebagai
rincian tahunan dari Qadha Allah yang telah ditetapkan secara umum sejak
jaman azali.

Kapan Lailatul Qadr Terjadi ?

Para ulama berbeda pendapat tentang penentuan malam Al Qadr (lihat Fiqih Sunnah).
Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa malam Al-Qadr jatuh pada malam ke
21, ada yang mengatakan malam ke-23, ada yang mengatakan malam ke-25, ada yang
mengatakan malam ke-27, ada yang mengatakan malam ke-29, dan ada pula yang
mengatakan malam tersebut jatuh secara berpindah-pindah dari tahun yang satu ke
tahun berikutnya.

2 of 4 8/30/2007 1:27 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 25 : Menggapai Mal... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=118&PHPSES...

Pendapat mayoritas mengatakan bahwa malam Al Qodr jatuh pada malam ke-27. Hal
ini berdasarkan hadits-hadits berikut:

1. Hadits Riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Abdullah bin
Umar ra.:

‫ ﻣﻦ ﻛﺎن ﻣﺘﺤﺮﯾﮭﺎ ﻓﻠﯿﺘﺤﺮھﺎ ﻟﯿﻠﺔ اﻟﺴﺎﺑﻊ واﻟﻌﺸﺮﯾﻦ‬: ‫ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬

“Barangsiapa yang ingin berjaga-jaga dan bertemu dengan malam Al-Qadr,


maka berjaga-jagalah pada malam ke dua puluh tujuh”.

2. Hadits Riwayat Imam Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, dari Ubay
bin Ka’ab, dia berkata,

‫ إﻧﮭﺎ ﻟﻔﻲ رﻣﻀﺎن – ﯾﺤﻠﻒ ﻣﺎ ﯾﺴﺘﺜﻨﻲ – وو اﷲ إﻧﻲ ﻷﻋﻠﻢ أي ﻟﯿﻠﺔ‬, ‫واﷲ اﻟﺬي ﻻ إﻟﮫ إﻻ ھﻮ‬
‫ ھﻲ ﻟﯿــﻠﺔ اﻟﺴـﺎﺑﻊ‬, ‫ ھﻲ اﻟﻠﯿﻠﺔ اﻟﺘﻲ أﻣﺮﻧﺎ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﺑﻘﯿﺎﻣﮭﺎ‬, ‫ھﻲ‬
‫ ﻻ ﺷﻌﺎع ﻟﮭﺎ‬, ‫ ﺑﯿﻀﺎء‬, ‫ وأﻣﺎرﺗﮭﺎ أن ﺗﻄﻠﻊ اﻟﺸﻤﺲ ﻓﻲ ﺻﯿﺤﺔ ﯾﻮﻣﮭﺎ‬, ‫واﻟﻌﺸﺮﯾﻦ‬

“Demi Allah Yang tiada ilah kecuali Dia! Sesungguhnya ia jatuh di bulan
ramadhan. Dan Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam apa itu
gerangan? Ia adalah malam yang kami diperintahkan oleh Rasulullah saw.
untuk menghidupkannya. Ia adalah malam ke duapuluh tujuh. Dan tandanya
adalah terbitnya matahari pada subuh harinya, putih, tanpa sinar“.

Hikmah Tidak Adanya Kepastian Waktu

Di antara hikmah tidak dipastikannya kapan turunnya lailatul Qadar adalah:

1. Agar kita terus giat dan sungguh-sungguh beribadah, tidak hanya beribadah
pada hari-hari tertentu dan meninggalkan ibadah di hari-hari yang lain.
2. Untuk melatih kita istiqamah dalam amal.

Menggapai Lailatul Qadr

Lailatul Qodr tidak disambut dengan memasang obor, pelita, atau apa saja yang
bernuansa api. Ia juga tidak disambut dengan membuat kue-kue khusus menyambut
hadirnya malaikat, sebagaimana dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Baik api
ataupun makanan yang menyambut lailatul Qadr adalah seremonial yang bersifat fisik
dan tidak ada dasarnya dalam Islam, tidak sejalan dengan semangat Al-Qadr yang
bersifat maknawi.

Lailatul Qodar juga tidak disambut dengan cara memperindah rumah, membeli sofa
baru, memadati keramaian di mall-mall dan seterusnya. Perbuatan ini sangat jauh
panggang dari api, karena sangat berseberangan dengan apa yang dicontohkan
Rasulullah saw.

Kalau kita melihat keseriusan Rasulullah saw., isteri-isteri beliau dan para sahabat
menyongsong tibanya lailatul Qadr. Kita akan berkesimpulan bahwa Lailatul Qadr
adalah puncak kenikmatan yang dihadirkan oleh Allah di bulan Ramadhan.

Puncak kenikmatan ini sangat kecil kemungkinannya akan dirasakan oleh

3 of 4 8/30/2007 1:27 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 25 : Menggapai Mal... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=118&PHPSES...

orang-orang yang tidak meniti hari demi hari Ramadhannya dengan “iimanan” dan
“ihtisaban”. Karenanya, mereka menyambut malam tersebut dengan penuh
kesungguhan, dengan cara menghidupkan malam-malam mereka dengan beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah lebih daripada hari-hari biasanya.

Di antara cara menggapai lailatul Qodr adalah:

1. Menghidupkan malamnya dengan “imanan” dan “ihtisaban”.


Rasulullah saw. bersabda,

‫ﻣﻦ ﻗﺎم ﻟﯿﻠﺔ اﻟﻘﺪر إﯾﻤﺎﻧﺎ واﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﮫ ﻣﺎ ﺗﻘﺪم ﻣﻦ ذﻧﮫ‬

“ Barangsiapa yang shalat pada malam lailatil qadr berdasarkan iman dan
ihtisab, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu”
(HR.Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits yang lain disebutkan,

‫أﻧﮫ ﻛﺎن إذا دﺧﻞ اﻟﻌﺸﺮ اﻷواﺧﺮ أﺣﯿﻰ اﻟﻠﯿﻞ وأﯾﻘﻆ أھﻠﮫ وﺷﺪ اﻟﻤﺌﺰر‬

“Rasulullah saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadhan,


beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan
mengencangkan ikat pinggangnya (bersungguh-sungguh dalam ibadah dan
tidak bercampur dengan istrinya)."

Beliau menghidupkan malam-malam terakhir tersebut di masjid,


memperbanyak tadarus Al-Qur’an dan menghidupkan malam dengan ibadah.

2. Ketika kita bertemu dengan malam ini, Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk
membaca doa berikut:

‫اﻟﻠﮭﻢ إﻧﻚ ﻋﻔﻮ ﺗﺤﺐ اﻟﻌﻔﻮ ﻓﺎﻋﻒ ﻋﻨﻲ‬

“Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi maaf, senangkan memaafkan,


karenanya ampunilah daku”.
Semoga kita dapat menggapai malam yang penuh mulia, penuh keagungan, dan
penuh barakah ini. Amiin.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=118

4 of 4 8/30/2007 1:27 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 26 : I'tikaf Ramadhan http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=119&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 26 : I'tikaf Ramadhan


Rabu, 18 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Ibadah Pengendali & Penyejuk Hati

Memang benar, setiap jiwa ditanamkan kecintaan kepada duniawi, kita semua
merasakan itu. Maka, wajar kalau kita cinta kepada istri-istri kita, anak-anak, harta
kekayaan leimpah, emas, perak, rumah tinggal, kendaraan mewah. Namun, lebih
banar dan lebih wajar lagi kalau kecintaan tersebut dibatasi rambu-rambu dan
keteraturan. Karena jika tidak demikian, akan terjadi malapetaka bagi kita semua,
bahkan bagi kehidupan itu sendiri.

Manusia adalah makhluk serakah, makhluk yang tak kenal lelah dalam mencari harta
dunia. Ia makhluk yang suka bersaing, memiliki dorongan syahwat yang kuat
terhadap keinginan dirinya. Karenanya, jika manusia dibiarkan dalam kebebasan
tanpa rambu dan batas-batas hidup, kehancuran dan kebinasaan yang akan
dialaminya.

Allah swt. tahu itu semua, karena Dia yang mencipta, Dia pula yang memberikan
kebutuhan hidup baik moril maupun materil. Dia yang mengatur stabilitas kehidupan,
juga yang selalu mengawasi, membantu manusia dalam menjalankan misi hidupnya.
Oleh karena itu semua, Allah swt. sangat tahu akibat jauhnya manusia dari aturan dan
rambu-rambu kehidupan.

Diantara rambu dan aturan kehidupan untuk manusia adalah syariat Allah berupa
akidah, ibadah, dan muamalah. Karenanya, ibadah-ibadah dalam Islam diperuntukkan
menjaga diri manusia dari ketertipuan duniawi, ibadah yang berkonotasi taqorrub
kepada Allah agar dapat memelihara hati manusia dari bencana yang dapat menimpa
dirinya. Sebab, jika hati manusia baik dan terarah, maka amal perbuatannya pun akan
baik dan terarah.

Firman Allah swt., "Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya (tazkiyah
an-nafs) dan merugi orang yang mengotorinya" (QS adz-Dzariyat: 9-10).

Rasulullah saw. menjelaskan isyarat itu dalam sabdanya,

‫ﺃﻻ ﺇﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻣﻀﻐﺔ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺴﺪﺕ ﻓﺴﺪ ﺍﻟﺠﺴﺪ ﻛﻠﻪ ﺃﻻ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬
‫)ﻭﻣﺴﻠﻢ‬

“Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad
menjadi baik, tetapi jika ia rusak maka seluruh jasad akan menjadi rusak, ketahuilah
segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim).

Diantara ibadah pengarah dan pengendali hidup dan kehidupan manusia adalah
i'tikaf. Yaitu menetap di dalam mesjid dengan niat taqarrub kepada Allah, dengan
melakukan amal-amal ubudiyah. I'tikaf merupakan ibadah yang sangat dianjurkan
dalam Islam.

1 of 4 8/30/2007 1:28 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 26 : I'tikaf Ramadhan http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=119&PHPSES...

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Yang saya ketahui, bahwa tidak seorang pun
dari ulama yang tidak men-sunnahkan (mengatakan hukumnya sunnah).”

Imam Malik juga mengatakan, "Saya cermati dan analisa (dalil-dalil) I'tikaf. Kenapa
kaum muslimin banyak yang meninggalkan ibadah ini, padahal Rasulullah saw. tidak
pernah meninggalkannya (di bulan Ramadhan)".

Imam Az-Zuhri rahimahullah menyayangkan kalau sebagian kaum muslimin


meninggalkan ibadah sunnah ini, padahal Nabi Muhammad saw. sejak datang ke
Madinah tidak pernah meninggalkan ibadah ini sampai akhir hayatnya.

Rasulullah saw. selalu menghidupkan ibadah i'tikaf, karena beliau memahami


fadhilah (keutamaannya) dan merasakan kesejukkan hati. Memang, i'tikaf ini
merupakan ibadah yang mampu mengarahkan kecenderungan cinta dunia yang
dimiliki manusia. I'tikaf juga mampu mengingatkan gemerlapan harta kekayaan agar
tidak menjerumuskan.

I'tikaf terbukti mampu menuntun manusia untuk menjauhkan diri dari godaan
teman-teman hidup yang selalu mengajak manusia ke jalan kehancuran dan
malapetaka. Manusia akan aman dan tentram dari berbagai tipu muslihat 'syetan'
kehidupan.

Secara khusus, Rasulullah melakukan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan
Ramadhan, sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah ra., bahwa Nabi saw. selalu i'tikaf
pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau wafat. Kemudian, sunnah
i'tikaf ini dilanjutkan oleh para istri beliau (HR Bukhari dan Muslim).

Sedangkan pada tahun wafatnya, Nabi melakukan i'tikaf di bulan Ramadhan selama
20 hari (10 malam kedua dan terakhir dari Ramadhan), sebagaimana diriwyatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim. Hal itu dilakukan karena beberapa faktor :

1. Malaikat Jibril mengajarkan Nabi Al-Qur'an pada tahun wafatnya sebanyak 2


kali, maka sesuai dengan bilangan 20 hari. Sebab pada setiap tahun biasanya
malaikat Jibril hanya 1 kali mengajarkan beliau Al-Qur'an.

2. Nabi ingin meningkatkan amal sholihnya karena perasaannya akan kedekatan


ajalnya dengan turun ayat-ayat surat an-Nashr. Beliau memahami ayat-ayat
tersebut sebagai perintah Allah untuk memperbanyak bertasbih dan istigfar
karena dekatnya ajal beliau. Demikianlah Nabi memanjangkan ruku dan
sujudnya seraya membaca do'a: "subhaanakallohumma, wabihamdika,
Alloohummagfir lii", artinya: “Mahasuci Engkau ya Allah, puji-pujian bagiMu,
ampunilah aku ya Allah” (diriwayatkan Bukhari Muslim).

3. Nabi melakukan i'tikaf 20 hari pada saat itu, sebagai pengungkapan rasa syukur
kepada Allah swt., atas karunia dan taufik-Nya dalam menunaikan kebajikan
dalam kehidupan, seperti kemampuan berjihad, kesempatan mengajar,
melaksanakan shaum, qiyam, menurunkan al-Qur'an, dan sebagainya.

Allahu Akbar, itulah teladan kita, senantiasa menyadari bahwa usia panjang yang
dikaruniakan Allah handaknya dimanfaatkan untuk kebaikan-kebaikan. Sebab, apa
artinya umur panjang jika penuh dengan noda maksiat kepada Allah swt.

2 of 4 8/30/2007 1:28 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 26 : I'tikaf Ramadhan http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=119&PHPSES...

Suatu keteladanan prima dari seorang Rasul dan seorang anak manusia pilihan Allah.
Ketinggian dan kemuliaan diri yang disandangnya tidak membuat dirinya lupa.
Bahkan, semakin tinggi dan mulia, semakin ia buktikan syukurnya dan sikap serta
perilaku tunduk dan taatnya, yang dicontohkan dengan bertasbih dan istigfar. Yang
mengindikasikan bahwa ketinggian dan kemuliaan dirinya bukan semata-mata karena
dirinya, tapi semua itu karena ke-Maha-Kuasa-an dan Kehebaatan Allah swt.

Saat i'tikaf, seseorang hendaknya membersihkan pakaian dan tempat ibadahnya,


seperti yang diisyaratkan Rasulullah ketika i'tikaf di mesjid, beliau mengeluarkan
kepalanya ke hujrah (bilik rumah) Aisyah ra., seraya Aisyah yang sedang haidh itu
membersihkan rambut Rasul dan merapikannya, seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim.

Dalam i'tikaf, dianjurkan pula untuk melakukan kegiatan-kegiatan taqarrub lainnya,


seperti tilawah Al-Qur'an, mempelajari hadits Nabi saw., membaca buku-buku Islam,
mendengarkan nasehat dan arahan agama, tasmi' (mendengarkan bacaan Al-Qur'an)
dan kegiatan lain yang positif yang tidak membatalkan i'tikaf dan tidak mengurangi
nilai kekhusyuan ibadah di mesjid.

Penulis melihat adanya hal-hal yang 'ganjil' dalam masalah i'tikaf, sekaligus
merupakan kekeliruan persepsi, antara lain:

1. Sebagian orang menyangka bahwa i'tikaf itu hanya berlaku di 3 mesjid saja
yakni: mesjid Nabawi, mesjid Al-Aqsha dan mesjid Al-Haram di Mekkah.
Padahal, Allah swt. Berfirman,: "dan janganlah kamu gauli (istri-istrimu)
selama engkau I'tikaf di mesjid-mesjid" (QS. Al-Baqarah: 187).

Lafal "Al-Masajid" (di mesjid-mesjid) berarti dibolehkan di mesjid manapun.


Namun, dianjurkan melakukan i'tikaf di mesjid jami' (bukan musholla).
Sedangkan hadits: "La i'tikaafa illaa fil-masaajid ats-tsalaatsah" (tidak ada
i'tikaf selain di mesjid yang tiga) seperti yang diriwayatkan imam Ath-Thahawi
dalam bukunya "Misykatul Atsar 4/20" sekiranya hadits ini shahih, ini dapat
diartikan sebagai keutamaan i'tikaf di 3 mesjid ini, karena keutamaan 3 mesjid
ini dari yang lainnya, tidak berarti i'tikaf hanya disyariatkan di tiga mesjid ini
saja.

2. Mispersepsi yang lain adalah anggapan i'tikaf sebagai peluang bertemu handai
taulan, sehingga ada kecenderungan i'tikaf dijadikan ajang 'ngobrol' dengan
teman-teman yang jarang bertemu. I'tikaf berjamaah dibolehkan, bersama
keluarga, teman atau famili sekalipun, namun pertemuan saat i'tikaf tidak boleh
dijadikan saat 'kangen-kangenan', sehingga membuat gaduh mesjid dan bahkan
sangat mungkin mengganggu yang lain. Imam Ibnu Qoyyim ketika melihat
gejala i'tikaf seperti ini mengatakan, "Ini adalah satu warna (i'tikaf) yang sangat
berbeda dengan i'tikaf Rasulullah saw." (Zaadul Ma'ad 2/90).

3. Ada kekeliruan lain tentang i'tikaf. Sebagian orang meninggalkan tugas dan
kewajibannya di tempat kerja atau mengindahkan amanat dari seseorang
lantaran ingin melakukan i'tikaf. Sangat tidak adil dan tidak bijak seseorang
meninggalkan yang wajib untuk melakukan yang sunnah.

Semoga Allah swt. memberikan taufik dan kemudahan kepada kita yang berminat

3 of 4 8/30/2007 1:28 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 26 : I'tikaf Ramadhan http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=119&PHPSES...

dan berupaya mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah saw., sebagai tambahan


amalan kebajikan kita dan pemberat timbangan amal shalih di Akhirat kelak. Allah
swt. Berfirman,

"dan berbuatlah, sesungguhnya Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan


melihat amal kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Tahu
yang nampak dan tidak nampak, lalu meminta pertanggungjawaban amal perbuatan
kalian" (QS. At-Taubah: 105).

Allahu A'lam Bish-showab.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=119

4 of 4 8/30/2007 1:28 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 27 : Gairah Ibadah p... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=120&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 27 : Gairah Ibadah pada Sepuluh Hari Terakhir


Ramadhan
Kamis, 19 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Dalam Kitab Shahihain disebutkan, dari Aisyah ra, ia


berkata: "Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw.
mengencangkan kainnya, menjauhkan diri dari menggauli istrinya, menghidupkan
malamnya, dan membangunkan keluarganya." Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.

Adapun lafazh Muslim berbunyi: "Menghidupkan malam(nya), membangunkan


keluarganya, dan bersungguh-sungguh serta mengencangkan kainnya.”

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra.: "Rasulullah
bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak
beliau lakukan pada bulan lainnya."

Rasulullah saw. mengkhususkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan


amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, di antaranya:

1. Menghidupkan malam. Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau


menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau
menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah
ra., ia berkata,

"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shalat malam hingga pagi."

Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali:

"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang


muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian
malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan, dan
tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat
untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala
yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah
dari Tuhan Yang Maha suci dan Maha tinggi. Abu Ja'far berkata: “Hadiah yang
tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa.” (HR. Ibnu Abid-Dunya).

2. Rasulullah saw. membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam


sepuluh hari terakhir, sedang pada malam-malam yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar ra. disebutkan:

"Bahwasanya Rasulullah saw. melakukan shalat bersama mereka (para sahabat)


pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27)
dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak (shalat) keluarga dan
isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27) saja. "

Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam membangunkan


mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di dalamnya.
At-Thabrani meriwayatkan dari Ali ra.:

1 of 4 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 27 : Gairah Ibadah p... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=120&PHPSES...

"Bahwasanya Rasulullah membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari


bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu
melakukan shalat."
Dalam hadits shahih diriwayatkan: "Bahwasanya Rasulullah saw. mengetuk
(pintu) Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam seraya
berkata: Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat?" (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).

Beliau juga membangunkan Aisyah ra. pada malam hari, bila telah selesai dari
tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.

Diriwayatkan juga mengenai adanya targhib (dorongan) agar salah seorang


suami-isteri membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta
memercikkan air di wajahnya bila tidak bangun. (Hadits riwayat Abu Daud dan
lainnya, dengan sanad shahih.)

Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya


Umar melakukan shalat malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga
apabila sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan keluarganya untuk
shalat dan mengatakan kepada mereka: "Shalat! shalat!" Kemudian membaca
ayat berikut:
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya." (Thaha: 132).

3. Bahwasanya Nabi saw. mengencangkan kainnya. Maksudnya, beliau


menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya. Diriwayatkan juga bahwasanya
beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.
Dalam hadits Anas ra. disebutkan :

"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak


menggauli mereka).

Rasulullah saw. beri'tikaf pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan.”

Orang yang beri'tikaf tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya


berdasarkan dalil dari nash serta ijma'. "Mengencangkan kain" ditafsirkan
dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah.

4. Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.


Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas ra, bahwasanya Rasulullah pada
malam-malam sepuluh (akhir bulan Ramadhan) menjadikan makan malam
(berbuka)nya pada waktu sahur. Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id ra, ia
berkata:

"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin
menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu sahur
(saja). "
Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya wahai Rasulullah?
"Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Sesungguhnya
pada malam hari ada yang memberiku makan dan minum." (HR. Al-Bukhari)

Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam puasanya dan

2 of 4 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 27 : Gairah Ibadah p... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=120&PHPSES...

kesendiriannya dengan Tuhannya, karena munajat dan dzikirnya yang lahir dari
kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah, sehingga hatinya dipenuhi
al-ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan al-minnatur Rabbaniyah
(anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi memerlukan
makan dan minum.

5. Mandi antara Maghrib dan Isya'.


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah ra.:

"Rasulullah jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan
manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan kainnya dan
menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib
dan Isya."

Ibnu Jarir berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam dari
malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi dan
menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan turun
Lailatul Qadar.

Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun


Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan berhias
dengan mandi sebelumnya, lalu berpakaian bagus, sebagaimana hal tersebut
dianjurkan juga pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.

Namun, tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias
secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat, dan mensucikan
diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna,
jika ternyata batinnya rusak.

Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati
dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya ia
berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa. Allah
Ta'ala berfirman,
"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf: 26).

6. I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah ra. :


“Bahwasanya Nabi Saw senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari
Ramadhan, sehingga Allah mewafatkannya."

Nabi melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir yang di dalamnya dicari
Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan
pikirannya, dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada Tuhannya,
berdzikir, dan berdo'a kepada-Nya.

Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah: Memutuskan hubungan dengan


segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq.
Mengasingkan diri sesuai dengan yang disyari'atkan kepada umat ini, yaitu
dengan i'tikaf di dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan
lebih khusus lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana
yang telah dilakukan Nabi Saw.

3 of 4 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 27 : Gairah Ibadah p... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=120&PHPSES...

Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah, berdzikir,
dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal yang
menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada Tuhannya,
dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia tidak memiliki
keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Semoga Allah memberikan taufik
dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat Lathaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, h.
196-203)

Semoga sepuluh malam terakhir Ramadhan kali ini kita maknai dengan semestinya.
Amien.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=120

4 of 4 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 28 : Menjadi Hamba... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=121&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 28 : Menjadi Hamba Rabbani, Bukan Hamba


Ramadhani
Kamis, 19 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Setiap bulan Ramadhan datang, ada perubahan besar


pada beberapa orang. Dengan semangat, mereka melakukan ibadah-ibadah wajib dan
sunah dengan tingkat intensitas yang jauh berbeda dari bulan-bulan sebelumnya.
Namun sayang, setelah Ramadhan berlalu dan usai, maka berlalu pula dan usai
pulalah intensitas ibadah yang selama Ramadhan mereka lakukan.

Pendekatan cara beribadah seperti ini tentu sangat keliru dan tidak benar. Sebab,
hanya menjadikan Ramadhan sebagai tumpuan utama beribadah dan dengan
menyepelekan bulan-bulan lain. Maka, sama artinya bahwa kita melakukan ibadah
yang hanya bersifat musiman. Kita menjadi hamba musiman dan bukan hamba yang
selalu istiqamah dan lurus di jalan Allah.

Padahal, tujuan puasa yang sebenarnya adalah sebagaimana yang Allah firmankan,

“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan berpuasa kepadamu sebagaimana


telah diwajibkan atas orang-orang yang datang sebelum kamu agar kamu bertakwa
(Al-Baqarah: 183).

Yakni, membidani lahirnya ketakwaan kita kepada Allah secara berkesinambungan


dan kontinyu. Oleh karena itulah, Allah menggunakan kata tattaquun dalam bentuk
fi’il mudhari’ yang berarti untuk saat ini dan yang akan datang.

Artinya adalah bahwa dengan puasa, seseorang akan mampu melakukan internalisasi
ketakwaan ini dalam darah dagingnya, sehingga dia memiliki kepekaan rabbani yang
terus menerus, tanpa mengenal waktu, kondisi, dan ruang. Ketakwaaan yang
sebenarnya bukan hanya ada dan harus terasa di bulan Ramadhan, namun juga
hendaknya terus bergulir di luar bulan suci, sebagai buah dari latihan-latihan yang
melelahkan di bulan Ramadhan ini.

Sebab, ketakwaan tidak memiliki batas ruang dan zaman tertentu. Dia harus terus
mengalir deras kapan dan dimana saja dia berada. Bagi manusia takwa, dirinya akan
senantiasa berada dalam aura rabbani yang menggelegak-gelegak untuk melakukan
kebaikan dan kebajikan, untuk menjauhi larangan dan maksiat kepada Allah.

Dalam hari-harinya, akan terasa nuansa rabbaniyah yang menggerakkan dirinya untuk
senantiasa dekat dengan Allah, merapat ke sisi-Nya, mendekat ke hadirat-Nya. Mata
hatinya memiliki “radar” furqan yang sangat gampang membedakan antara yang
benar dan yang salah, antara yang batil dan yang hak, antara cahaya Tuhan dan
kegelapan syetan.

Nuraninya memiliki sensitivitas tinggi dalam memilah antara kebaikan dan kejahatan.
Hamba rabbani akan senantiasa berada dalam koridor-koridor lurus Tuhannya dan
akan senantiasa menjauhi jerat-jerat syetan.

Namun sekali lagi, aktivitas itu harus senenantiasa berlangsung tanpa henti dan jeda.

1 of 3 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 28 : Menjadi Hamba... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=121&PHPSES...

Gelombang ketakwaan itu harus terus bergolak dan berhembus di luar bulan
Ramadhan.

Suatu kali dikatakan kepada Imam Bisyr, bahwa ada sekelompok manusia yang hanya
bersungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan dan dia diminta pendapatnya
mengenai orang yang memiliki sikap beribadah seperti itu. Dia menjawab,
“Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengetahui hak Allah kecuali pada
bulan Ramadhan. Sesungguhnya orang shaleh akan senantiasa bersungguh-sungguh
beribadah sepanjang tahun.”

Jawaban ini mengisyaratkan bahwa seorang hamba rabbani, yakni hamba yang selalu
dekat dengan nilai-nilai ketuhanan, amal-amalnya akan senantiasa bertaburan bak
gemintang, kapan saja dan bulan apa saja. Keterikatan kita bukan pada bulan itu,
namun keterikatan kita senantasa berupa ketaatan kepada Allah.

Hamba rabbani akan menggetarkan dinding-dinding malam dengan dzikirnya, kapan


saja dan dimana saja. Hamba rabbani akan menggetarkan atap-atap langit dengan
tasbih dan tahmidnya kapan saja dan dimana saja.

Hamba rabbani akan menggelar “konser” tahlil di mesjid-mesjid, di


mushala-mushala, di kereta-kereta, di mobil-mobil dan dimana saja dia berada.
Bibirnya senantiasa basah dengan berdzikir kepada Allah, kalbunya penuh dengan
cahaya Allah. Hamba rabbani terus berjalan di atas shiratal mustaqim.

Hamba rabbani memiliki mata anti maksiat, telinga anti desas-desus, mulut anti
fitnah dan adu domba. Hatinya sebening mutiara dan pikirannya secerah bintang
kartika.

Tak heran jika hamba-hamba rabbani ini akan menjadi suluh dan secercah cahaya
yang akan memberikan penerangan terhadap manusia-manusia lain. Bukan hanya di
bulan Ramadhan saja, namun di setiap detakan waktu, di setiap tarikan nafas, di
setiap langkah kaki. Dia menjadi musuh utama hamba syaitani, manusia-manusia
yang mengabdi pada kehendak syetan dan hawa nafsunya.

Di bulan Ramadhan ini, kesempatan untuk melatih diri menjadi hamba rabbani
betul-betul terbuka lebar. Karena, bulan ini mengandung berbagai keistimewaan.
Bulan ini bulan paling mulia diantara sebelas bulan lainnya, bulan yang di dalamnya
rahmat dicurahkan, ampunan ditawarkan dengan gencar, pembebasan dari api neraka
dibuka lebar-lebar. Bulan yang di dalamnya tangan-tangan syetan dibelenggu, pintu
Rayyan dibuka menganga.

Bulan yang sedekah di dalamnya jauh lebih baik dari pada sedekah di bulan lainnya,
pahal-pahala amal dilipat tanpa diketahui jumlah lipatannya. Bulan dimana umrah
yang dilakukan pada bulan ini setara dengan ibadah haji di bulan lain, atau dalam
hadits lain disebutkan laksana melakukan haji bersama Rasulullah.

Bulan yang di dalamnya doa-doa tidak tertolak saat dipanjatkan pada saat berbuka.
Bulan yang di dalamnya Al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan dari Lauh
Mahfuzh ke langit dunia. Bulan yang menjadi tameng pelakunya dari api neraka,
laksana tameng mereka pada saat perang.

Bulan ini akan menjadi uji coba pertama siapa diantara kita yang mampu merengkuh
semua pahala di bulan suci untuk kita jadikan bekal menjadi hamba rabbani di

2 of 3 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 28 : Menjadi Hamba... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=121&PHPSES...

masa-masa mendatang. Bekal ketakwaan, bekal kesabaran, tahan uji, kepekaan sosial,
kearifan ucapan dan lainnya. Kelulusan kita di bulan ini sangat menentukan apakah
kita mampu menjadi hamba rabbani atau kita gagal mencapainya.

Maka, tidak ada cara lain bagi kita selain mengokohkan “otot” ketakwaan kita kepada
Allah di bulan suci ini, agar kita tidak menjadi ‘abdun ramadhani, hamba yang hanya
takwa, sabar dan tawakkal di bulan Ramadhan. Hamba yang hanya tahu hak dan
kewajibannya di bulan Ramadhan, hamba yang hanya menyucikan telinga, mata,
mulut, dan lisannya di bulan Ramadhan semata.

Kita berharap, bahwa puasa tahun ini akan mencetak kita menjadi hamba rabbani dan
bukan hamba ramadhani. Fakun ‘abdan Rabbaniyan wala Takun ‘Abdan
Ramadhaniyan. Semoga. Amien.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=121

3 of 3 8/30/2007 1:29 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 29 : Kembali Fitri de... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=122&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 29 : Kembali Fitri dengan Tampilan lebih Islami


Kamis, 19 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine :

Deskripsi Memaknai Idul Fitri

Sudah merupakan sunatullah, bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan.


Ramadhan yang kedatangannya selalu dirindukan oleh para salafus shaleh (ulama
terdahulu) enam bulan sebelumnya dan dimohonkan dalam do’a mereka, kini saatnya
akan berpisah dengan kita.

Imam Mu’alla bin al Fadhl rahimahullah berkata, “Dahulu para ulama senantiasa
berdo’a kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan!
Kemudian mereka juga berdo’a selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka
(selama Ramadhan).”

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa
dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung
dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan, membawa segudang pahala
untuk bekal di akherat.

Semoga kita termasuk para shaimin (orang yang berpuasa), yang akan mendapatkan
kebahagiaan luar biasa, yaitu saat bertemu Allah swt., sebagaimana disinyalir oleh
Rasulullah saw. dalam sabdanya, “Orang yang berpuasa akan memperoleh dua
kebahagiaan. Kebahagiaan saat berakhirnya ibadah puasa (berbuka) dan kebahagiaan
saat bertemu Rabb-nya kelak.” (Muttafaq ‘Alaih)

Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat iman dan
mengharap balasan Allah (ihtisaaban) semata. Maka, memasuki hari raya Idul Fitri
ini, berarti kita kembali kepada fitrah (kesucian). Jiwa kita telah fitri (suci) tanpa
dosa, sebagaimana sabda Nabi saw.,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan landasan iman dan


mengharap ba/asan dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosa sebelumnya, “
(Muttafaq ‘Alaih).

Karena itu, sepatutnyalah jiwa yang sudah fitri ini diupayakan secara maksimal untuk
dipertahankan dan dijaga dengan penunaian berbagai bentuk amal shalih pasca
Ramadhan. Sebab, keberhasilan meraih derajat taqwa melalui ibadah puasa
(A1-Baqarah/2: 183), bukan ditandai berakhirnya bulan Ramadban. Melainkan,
sejauh mana iltizam (konsistensi) orang-orang yang berpuasa dalam melakukan
ibadah pasca bulan Ramadhan. Sejauh mana kesinambungan harmonisasi hubungan
dengan Sang Khaliq (Allah swt.) terpelihara secara baik pasca Ramadhan.

Jangan sampai prestasi cemerlang yang diraih dengan kerja keras selama sebulan
penuh, terhapus oleh keburukan yang menyusul. Jangan sampai kesucian jiwa yang
dibangun susah payah selama bulan Ramadhan, tercemari oleh perbuatan maksiat,
begitu sayonara (berpisah) dengan Ramadhan.

1 of 3 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 29 : Kembali Fitri de... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=122&PHPSES...

Jika ini yang terjadi, maka sama halnya dengan orang yang mendirikan bangunan
indah nan megah dengan biaya mahal, lalu Ia sendiri yang merobohkannya. Allah
swt.. berfirman, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali, “(An-Nahl:
92).

Dikatakan kepada Imam Bisyr rahimahullah, “Sesungguhnya sekelompok kaum


sangat rajin dan bersungguh-sungguh beribadah di dalam bulan Ramadhan,
bagaimana pendapat anda?” Beliau lalu menjawab, “Seburuk-buruk kaum adalah
mereka yang tidak mengetahui hak Allah kecuali di bulan Ramadhan saja.
Sesungguhnya orang shalih akan selalu bersungguh-sungguh beribadah sepanjang
tahun (tidak hanya Ramadhan saja).”

lmam Asy-Syalabi rahimahullah pernah ditanya, “Mana yang lebih utama bulan
Rajab atau Sya’ban?” Beliau menjawab, “Kun Rabbaaniyyan walaa Takun
Sya‘baaniyyan! (Jadilah engkau muslim yang rabbani, selalu ingat Allah kapan saja,
jangan jadi Sya’bani, yang hanya beribadah di bulan Sya’ban saja). Dulu, Nabi saw.
amalnya selalu berkesinambungan.”

Ummul Mukminin, Aisyah ra. pernah ditanya, “Apakah Rasulullah saw. dulu
mengkhususkan suatu bulan tertentu untuk beribadah? Beliau menjawab, ‘Tidak Ada!
Beliau saw. selalu berkesinambungan.”

Tidak berarti secara kuantitas kita harus sama persis seperti ketika bulan Ramadhan
dalam beribadah kepada Allah swt. Tapi, yang dituntut dari kita adalah
mempertahankan keistiqomahan dalam menapaki manhaj Allah yang lurus,
memelihara kualitas semangat beribadah dan kesinambungan menta’ati Allah swt.

Sebab, menyembah dan menta’ati Allah tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Imam Hasan Al Bashri rahimahullah pernah berkata, “Sesungguhnya Allah tidak
membatasi amal seorang mukmin dengan suau waktu tertentu selain kematian”,
kemudian beliau membaca firman Allah, “Dan sembahlah Rabbmu sampai kematian
mendatangi mu,” (Al-Hijr (15): 99). (Lathaa ‘ifu ‘l Ma ‘arif, hal. 261).

Boleh jadi amal shalih kita pasca Ramadhan secara kuantitas menurun. Tapi, yang
penting kontinyu dan inilah yang terbaik, sebagaimana sabda Nabi saw., “Amal
(perbuatan) yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara kontinyu
meskipun sedikit,” (Muttafaq ‘Alaih).

Bulan Ramadhan memang telah berlalu, tapi musim-musim kebaikan lain segera
menyusul. Shalat lima waktu yang merupakan perbuatan agung dan hal pertama yang
akan dihisab di hari kiamat nanti, tidak berhenti dengan berakhirnya Ramadhan.

Jika puasa Ramadhan berakhir, maka puasa-puasa sunnah yang berpahala tidak kecil,
tidaklah berakhir bahkan menanti sentuhan kita. Seperti, puasa enam hari di bulan
Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan (Ayyaamul Bidh, han-han
putib; tgl 13, 14 dan 15 tiap bulan), puasa Asyura’ (tgl 10 Muharram), puasa Arofah
dan lain-lain.

Jika Qiyam Ramadhan dan Tarawih telah lewat. Maka, Qiyamullail (Tahajjud) tetap
disyari’atkan tiap malam. Bermunajat di tengah malam adalah kebiasaan orang-orang
shalih. Abu Sulaiman Ad Daaraani rahimahullah berkata, “Seandainya tidak ada

2 of 3 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 29 : Kembali Fitri de... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=122&PHPSES...

malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia.”

Jika zakat Fitrah berlalu, maka zakat wajib dan pintu sedekah masih terbuka lebar
pada waktu-waktu yang lain.

Karenanya, memasuki Idul Fitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri (suci), maka
‘tampilan’ kita harus lebih Islami. Termasuk dalam ‘tampilan’ di sini adalah tujuan,
orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlak, moral, perilaku, interaksi, policy,
aktivitas, kiprah, dan peran. Baik ‘tampilan’ keindividualan kita, kerumahtanggaan
kita, maupun ‘tampilan’ kesosialan kita. Baik ‘tampilan’ kerakyatan kita maupun
‘tampilan’ kepejabatan kita. Baik ‘tampilan’ dalam kesendirian kita maupun
‘tampilan’ dalam keramaian kita.

Ketika terjadi islamisasi ‘tampilan’ pasca Ramadhan, berarti ini merupakan indikator
diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena, jika Allah swt. menerima amal seseorang,
maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang
lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.

Seorang penyair Arab pernah mengingatkan dalam sya’irnya,

“Bukanlah hari raya Id itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekat Id itu
bagi orang yang bertambah ta’atnya (kepada Allah swt.).”

Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu ‘aamin wa antum bikhairin. Semoga


Allah swt.. menenima semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin ...

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=122

3 of 3 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 30 : Langkah ke dep... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=123&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi


Rubrik : Naungan Ramadhan

Tadabbur 30 : Langkah ke depan Alumni Ramadhan


Kamis, 19 Oktober 06 - by : Redaksi

PKS-Kab.Bekasi OnLine : Puasa pada bulan Ramadhan, bila ditunaikan dengan


memenuhi syarat dan rukun serta mengikuti tuntunan Rasulullah saw., pasti akan
menghasilkan orang-orang yang bertaqwa (Al Baqarah 183). Jikalau puasa kita benar,
maka kita menjadi orang bertakwa yang tak mungkin bisa tergoda oleh syetan.

Inilah barangkali makna hadits yang menyatakan bahwa pada bulan Ramadhan semua
pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka lebar dan semua setan dibelenggu.
sehingga setan tidak mungkin bisa memperdaya dan menggoda orang yang sedang
berpuasa secara benar.

Kendati puasa telah selesai, namun ketakwaan hasil puasa baru mulai kita buktikan
sehabis puasa. Idul fitri 1 Syawal disebut hari kemenangan, karena umat Islam telah
usai puasa dan pasti meraih ketakwaan yang hasilnya adalah syurga.

Kata “taqwa” telah disebutkan dengan kata dasar atau pecahan katanya didalam
Kitabullah. Terkadang anda membaca kata “ittaquu”, juga “al-Muttaqin”, “taqiyya”,
juga “yattaqun”, “ittaqi”, “wattaquni”, “yattaqi” dan “al-atqa”.

Kata tersebut telah digunakan dalam Al-Qur’an lebih dari 187 kali. Stresingnya lebih
pada surat-surat yang berbicara mengenai iman, kitab, Bani Israil, wasiat, warisan,
riba, menyusui serta pembalasan. Di antara contoh paling gampang dalam hal itu
adalah surat Al- Baqarah. Dalam surat ini, terdapat penyebutan 35 kali derivasi kata
taqwa. Begitu kentalnya makna taqwa, karena ia merupakan inti persoalan dan
puncak tujuan disyariatkannya semua ajaran Islam.

Bila kita teliti seluruh ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, konotasi takwa
mencakup banyak indikasi, antara lain:

1. Taqwa itu mencakup iman dan Islam.

Allah swt. Berfirman,


“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang
menepati janji apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar akan kesempitan,
penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (Al-Baqarah: 177).

2. Taqwa dan hubungannya dengan tipu daya musuh

Allah swt. Berfirman,


“Jika memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat
bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya
tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu.

1 of 4 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 30 : Langkah ke dep... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=123&PHPSES...

Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (Ali Imran: 120).

3. Taqwa dan hubungannya dengan menyambung silaturrahim.

Allah swt. Berfirman,


“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb-mu yang telah menciptakan diri
yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.“ (An Nisa: 2).

4. Taqwa berhubungan dengan kebenaran (al-hak) dan keadilan.

Allah swt. Berfirman,


“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Al-Maidah: 8 ).

5. Taqwa dan hubungannya dengan larangan memberikan loyalitas terhadap


orang kafir dan ahli alkitab yang senantiasa mengolok-olok Islam.

Allah swt. Berfirman,


“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil jadi
pimpinanmu,orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan
permainan,(yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musrik).Dan bertaqwalah kepada Allah jika
kamu betul-betul orang yang beriman.” (Al Maidah: 5)

6. Taqwa bermakna konsisten terhadap Islam dengan meninggalkan semua


yang tidak Islami

Allah swt. Berfirman,


”Dan bahwa ( yang kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dia
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain).Karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa (Al-An’am : 153)

7. Taqwa bermakna tidak mendiamkan kezaliman,

Allah swt. Berfirman,


“Dan peliharalah dirimu (taqwa) dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya“ (Al-Anfal: 25).

8. Taqwa dan iman tidak akan bertemu dengan hati orang yang meninggalkan
jihad dengan harta dan jiwa.

Allah swt. Berfirman,


“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta

2 of 4 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 30 : Langkah ke dep... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=123&PHPSES...

izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertaqwa.” (At Taubah : 44).

Ciri-ciri Muttaqin Ahli Surga

Allah swt. Berfirman,


“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran 133-135)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa cirri-ciri orang bertaqwa yang
dijanjikan akan masuk syurga yang luasnya seluas langit dan bumi adalah sebagai
berikut:

1. Senantiasa menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang ataupun sempit.


(Ali Imran: 134).
2. Senantiasa menahan amarahnya. (Ali Imran: 134)
3. Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. (Ali Imran: 134)
4. Senantiasa berbuat ihsan dalam ibadah dan kehidupannya, karena Allah
mencintai orang-orang yang melakukan ihsan. (Ali Imron :134)
5. Bila terjerumus dosa, ia akan mengingat Allah lalu meminta ampun dan tidak
akan pernah mengulanginya lagi. (Ali Imron 135)

Kita telah usai berpuasa, berarti kita harus membuktikan hasil puasa kita tersebut,
yaitu dengan ketakwaan yang harus kita implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Bila kita benar-benar taqwa, maka Allah akan melimpahkan kepada kita
hal-hal berikut:

1. Rahmat (QS. 98: 8)


2. Furqan (QS. 8: 29)
3. Berkah (QS. 7: 96)
4. Jalan keluar (QS. 65: 2)
5. Rejeki (QS. 65: 3)
6. Kemudahan (QS. 65: 5)
7. Dihapuskan kesalahannya (QS. 65: 5)
8. Ampunan (QS. 65:5), dan
9. Pahala yang besar (QS. 65:5)

Dengan ketakwaan yang dihasilkan oleh puasa, diharapkan kita akan keluar dari
berbagai macam krisis yang tengah membelenggu kehidupan kita. Pasca Ramadhan,
adalah masa memupuk ketakwaan yang kita peroleh di bulan Ramadhan, agar tidak
layu menuju Ramadhan selanjutnya.
Wallahu a’lamu bis shawab.

Sumber : 30 Tadabur Ramadhan - Menjadi Hamba Rabbani - IKADI

3 of 4 8/30/2007 1:30 PM
Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : Tadabbur 30 : Langkah ke dep... http://www.pks-kab-bekasi.org/cetakramadhan.php?id=123&PHPSES...

Situs PK Sejahtera Kabupaten Bekasi : http://www.pks-kab-bekasi.org


Versi Online : http://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihatramadhan&id=123

4 of 4 8/30/2007 1:30 PM

You might also like