You are on page 1of 13

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

A. Judul

Penerapan Metode Konstruktivisme dalam Membantu Kesulitan Siswa dalam


Menghitung Volume Kubus Dan Balok di Kelas V SDN 2 andolo

B. Lay Out Penelitian

No Tujuan penelitian Masalah Sub masalah Sumber data Instrument


1. Ingin membantu Volume Kubus 1.1 Menghitung Siswa Tes
kesulitan siswa dalam Volume Kubus
memahami konsep
1.2 Menyelesaikan
Volume Kubus
masalah yang
berkaitan
dengan volume
kubus
2. Ingin membantu Volume Balok 2.1 Menghitung Siswa Tes
kesulitan siswa dalam Volume Kubus
memahami konsep
2.2 Menyelesaikan
Volume Balok
masalah yang
berkaitan
dengan volume
kubus
3. Ingin membantu Satuan 3.1 Satuan antar Siswa Observasi
kesulitan siswa dalam Volume volume
memahami konsep
hubungan antar
satuan volume

C. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar (berfikir)
dan menempati kedudukan sebagai mother of sciences. Maka dari itu, dalam proses
pembelajaran matematika memerlukan proses berfikir dan lebih menekankan pada aktivitas
dunia rasio (penalaran). Dalam aktivitas penalaran, banyak melibatkan proses berfikir secara
abstrak, karena pada hakikatnya matemtika merupakan wujud dari proses berhitung yang
diwakili dengan angka dan simbol yang mempunyai arti yang sangat luas dan terkadang sulit
dipahami oleh sebagian siswa. Menurut johnson and rising (Tiurlina. 2005) “Matematika
adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika adalah
bahasa yang menggunakan simbol-simbol yang padat, jelas dan akurat. Simbol-simbol
matematika sangat padat tetapi mempunyai arti yang sangat luas”.

Siswa SD menurut jean piaget berada pada tahapan operasional konkrit (6-12 tahun)
sehingga cara berfikirnya lebih spesifik kepada benda-benda konkrit (nyata). Pada tahapan
ini anak belum mampu berfikir secara maksimal tentang benda-benda abstrak seperti pola
berfikir orang dewasa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menyesuaikan pembelajaran yang
akan dilakukan terhadap pola berfikir anak supaya pembelajaran lebih terarah dan efisien
serta pelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna bagi siswa.

Pola pembelajaran matemtika akan lebih bermakna jika dihubungkan dengan


kehidupan sehari-hari siswa, karena secara tidak sadar siswa telah mengaplikasikan proses
matematika dalam kegiatan kesehariannya, contohnya proses jual-beli dan bermain
(kelereng, dadu, monopoli dll) karena pada dasarnya matematika tumbuh dan berkembang
dari kehidupan sehari-hari dan juga matematika untuk membantu manusia dalam masalah
ekonomi, sosial, alam, dll (Kline. 2002).

Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa kelas V SDN 2 andoloadalah memahami
konsep volume balok dan kubus terutama dalam menyelesaikan beberapa soal pemecahan
masalah yang berhubungan dengan konsep volume balok dan kubus. Sebagai indikatornya
dapat dilihat dari test formatif kelas V, yaitu 5.2 dan 57% dari jumlah murid mendapatkan
nilai dibawah 6. hal ini bukan disebabkan karena rendahnya tingkat berfiikir siswa dikelas,
akan tetapi karena kurang tepatnya guru memilih metode yang tepat dalam menerangkan
konsep volume balok dan kubus tersebut. Karena menurut pengamatan penulis, guru tersebut
cenderung lebih memilih metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya, khususnya
dalam menerangkan konsep volume balok dan kubus dikelas V. menurut hansford (1998)
sumber-sumber luar yang dapat mempengaruhi guru pada waktu mengajar, selain kebutuhan
dan harapan yang akan datang dari dirinya yaitu sumber yang datang dari luar seperti : guru-
guru lain, orang tua, masyarakat, organisasi profesi, manajemen atau administrasi sekolah
dan lain-lain. Begitu pula sumber-sumber luar yang mempengaruhi siswa selain potensi,
wawasan dan kesiapan belajar.

Penulis manganalisis, jika proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan


metode yang tepat, maka semua miskonsepsi siswa tentang pelajaran matematika yang ruwet
dan membosankan akan hilang dan berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan
mengasyikan.

Maka dari itu, pendekatan yang paling sesuai dalam meningkatkan pemahaman siswa
pada konsep volume kubus dan balok adalah dengan pendekatan konstruktivisme. Karena
dalam pembelajaran konstruktivisme, guru tidak mengajarakan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan (pemecahan masalah) namun lebih kepada mempresetasikan
masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
masalah dan konstruktivisme sendiri menekankan bahwa titik-berat proses belajar-mengajar
terletak pada murid. Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu
murid mengkonstruksi koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Mereka
beperpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada
murid (student center learning).

Dasar pemikiran konstruktivisme adalah: pengetahuan merupakan hasil konstruksi


manusia. Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang yang
diajarkan, melainkan menciptakan sendiri pengertian (Bettencourt, dalam Suparno, 1997).
Menurut ahli konstruktivisme, pengetahuan tidak mungkin ditransfer kepada orang lain
karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri.

Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar-mengajar menghasilkan metode


pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada siswa (Fosnot, 1996; Lorsbach & Tobin,
1992). Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai orang
yang menanggapi secara aktif objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya,
serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek-objek dan peristiwa-peristiwa itu.

Menurut teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan
penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai
pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri
berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang
pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu
menguasai bagaimana caranya belajar (Novak & Gowin, 1984). Dengan itu, ia bisa jadi
pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan
dalam kehidupan.

Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar


yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Baginya perlu
dihindari pendidikan yang hanya menghasilkan orang yang sekadar menurut dan melakukan
perintah (dalam bahasa Jawa = dhawuh). Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya-
upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup-tumbuhnya budi-pekerti (rasa-fikiran, rokh)
dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan...” Menurutnya, jangan ada
perintah dan paksaan dalam pendidikan.

Constructivism is a theory of knowledge (epistemology) which argues that


humans generate knowledge and meaning from their experiences. Constructivism
is not a specific pedagogy, although it is often confused with constructionism, an
educational theory developed by Seymour Papert. Piaget's theory of
constructivist learning has had wide ranging impact on learning theories and
teaching methods in education and is an underlying theme of many education
reform movements. Research support for constructivist teaching techniques has
been mixed, with some research supporting these techniques and other research
contradicting those results. (wikipedia.2009)
Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai idea mereka sendiri
tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kefahaman
dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kefahaman atau kepercayaan
asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam peperiksaan mereka mungkin memberi
jawapan seperti yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahawa
pendidik yang cekap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses
menyusun atau membina pengalaman secara berterusan. Beliau juga menekankan
kepentingan penyertaan murid di dalam setiap aktiviti pengajaran dan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, timbul suatu permasalahan bagaimana upaya guru
mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep volume kubus dan balok dan diterapkan
dalam soal pemecahan masalah? Apa sebenarnya penyebab kesulitan siswa memahami
konsep volume kubus dan balok? Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada konsep volume kubus dan balok? Atas dasar inilah penulis terdorong
untuk melakukan penelitian mengenai upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa dengan
pendekatan konstruktivisme pada konsep volume kubus dan balok di kelas V SDN 2 andolo

D. Rumusan Masalah

Supaya pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
volume kubus dan balok?
2. Bagaimana upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus dan
balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
pada konsep volume balok dan kubus melalui pendekatan konstruktivisme?
E. Tujuan

Menurut Sudjana, tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai, diteliti dan dicari
sehingga menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Maka, tujuan dari penelitian
ini adalah :

1. Ingin meningkatkan pemahaman siswa pada konsep volume kubus dan balok dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme

2. Ingin membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus
dan balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

3. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan


masalah pada konsep volume balok dan kubus melalui pendekatan konstruktivisme

F. Manfaat

1. Manfaat bagi peneliti

a. Dapat menemukan jawaban atas hipotesis yang dilakukan

b. Memberikan gambaran buat guru untuk melakukan inovasi pembelajaran matematika


dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

2. Manfaat bagi guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya membantu
siswa yang takut dan cemas terhadap mata pelajaran matematika yang dianggap sulit,
terutama pada materi kubus dan balok.

b. Memiliki wawasan tentang salah satu upaya meningkatkan hasil pembelajaran


matematika pada umumnya dan konsep volume kubus dan balok pada khususnya
dengan melalui pendekatan konstruktivisme
c. Dapat mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran
sehari-hari

d. Guru lebih mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi sendiri pemahamannya

3. Manfaat bagi siswa

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran matematika setelah diberi bimbingan belajar yang menggunakan pendekan
konstruktivisme sehingga siswa tertarik dengan pelajaran matematika.

b. Siswa dapat lebih memahami konsep yang diajarjan karena pembelajaran berkaitan
dengan kehidupan kesehariannya

c. Siswa lebih bebas dalam mengkonstruksi sendiri pemahamannya berdasarkan


pengalaman sehari-hari karena dalam konstruktivisme guru merupakan fasilitator dan
pembelajaran bersifat student center learning

G. Kerangka Teoritik Konseptual dan Hipotesis

1. Volume Kubus dan Balok

Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak
ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan
ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok,
silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang
ditemukan di jalan
Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Satuan SI volume
adalah m3. Satuan lain yang banyak dipakai adalah liter (=dm3) dan ml. 1 m3 = 103 dm3 =
106 cm3
r

Gambar 1. Kubus

Volume kubus = r3 (r adalah rusuk kubus)

p l

Gambar balok

Volume balok = p.l.t (p adalah panjang, l adalah lebar dan t adalah tinggi)
2. Metode

Metode yang tepat dalam pembelajaran materi gerak benda ini yaitu dengan
menggunakan metode demonstrasi.

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah jawaban yang bersifat sementara terhadap


permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Persyaratan dalam
merumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas

b. Hipotesis harus dengan nyata menunjukan adanya hubungan antara dua variable
atau lebih

c. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka ditemukan sebuah hipotesis yaitu :


Jika pendekatan konstruktivisme digunakan untuk membantu siswa dalam memahami
konsep volume kubus dan balok maka hasil belajar siswa akan meningkat.

H. Cara Penelitian

Penelitian yang terjadi di lapangan yaitu melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas disebut dengan Classroom Action Research yang merupakan
bentuk khusus penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Jenis penelitian ini mampu
menawarkan pendekatan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam
bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar
mengajar di kelas.

Langkah- langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menemukan permasalahan


pembelajaran siswa kelas V SDN 2 andolo yaitu :
1. Menganalisis pembelajaran matematika di kelas
2. Menyebarkan instrumen (soal)
3. Mengevaluasi hasil jawaban siswa
4. Merumuskan hasil jawaban siswa

Menurut M.C Niff (1992 : 1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian
mengajar dan sebagainya.

Dari uraian diatas bahwa PTK adalah sebagai alat bentuk kajian yang reflektif oleh
pelaku tindakan untuk melaksanakan tugas, merencanakan, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan itu.

Karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu, penelitian didasarkan pada problema


yang harus dipecahkan yaitu harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh guru (E.Yusnandar, 2007 : 7). Jadi penelitian tindakan kelas
akan dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang
terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari
persoalan itu guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara
professional.

Persoalannya yaitu tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah
dilakukannya selama mengajar di kelas.

a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

1). An Inquiry on proactive from within

Karakteristik ini dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati dalam


pelaksanaan tugas sehari-hari guru sebagai pengelola program pembelajaran di
kelas.

2). A Collaborative affort between school teachers and teachers and teacher educator
Dalam PTK diselenggarakan secara kolaboratif dengan guru yang
kelasnya PTK. Tahapan penyelenggaraannya dimulai dari identifikasi
permasalahan serta diagnosa keadaan, perancangan tindakan perbaikan sampai
dengan pengumpulan serta analisa data refleksi mengenai temuan.

3). A refractive practice, made public

Keseluruhan proses pemantauan dan perbaikan kinerja dilakukan dengan


mengacu kepada kaidah-kaidah penelitian ilmiah. Guru yang berkolaborasi dalam
PTK harus mengembangkan peran ganda sebagai praktisi yang dalam
pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya juga sekaligus secara sistematis
meneliti sendiri.

b. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru karena akan terkait dengan
komponen pembelajaran yang mencakup :

1). Inovasi pembelajaran

Dalam inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah,


mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu
melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya.

2). Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas

Dalam aspek pengambangan kurikulum, guru kelas bertanggung jawab


terhadap pengambangan kurikulum dalam level sekolah atau kelas. Penelitian
tindakan kelas sangat bermanfaat jika digunakan sebagai salah satu sumber
masukan.

3). Peningkatan profesionalisme guru


Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan
guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan kemudian
meningkatkannya ke arah perbaikan secara professional.

Manfaat yang besar bagi guru secara aplikatif dapat dilihat bahwa hasil
penelitian tindakan kelas dipakai sendiri oleh penelitinya dan penelitiannya
terjadi dalam situasi yang nyata, pemecahan masalah maupun tindakannya
diperlukan kemudian hasilnya diterapkan dan dipraktikan secara konkrit.

I. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam penelitian diperlukan cara dan prosedur
yang efektif. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas.
Kemmis dan MC. Tagart dalam Yusnandar (2007 : 23) yang terdiri atas :

1). Rencana (Planning)

(a) Merancang pembelajaran Matematika tentang konsep gerak benda


menggunakan pendekatan keterampilan proses.

(b) Merancang lembar kerja siswa (LKS)

(c) Merancang alat percobaan yang akan digunakan dalam pembelajaran pada
konsep gerak benda

2). Tindakan (Pelaksanaan)

Tindakan pembelajaran tentang konsep gerak benda dengan menggunakan metode


demonstrasi

3). Observasi (observation)

(a) Pengamatan terhadap rencana pembelajaran

(b) Pengamatan terhadap aktivitas dan keterampilan mengajar guru


(c) Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa

4). Refleksi (reflection)

Mengevaluasi temuan-temuan yang dihasilkan oleh observasi, yang berkaitan


dengan kegiatan guru dan siswa. Sedangkan siklus berikutnya dimulai dari revisi
rencana (perbaikan rencana), tindakan, observasi dan refleksi seterusnya.

Daftar Pustaka

Chollar, Robert G. (1975). The Dynamics of Educational Change. New york : Mc Grawhill

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Tekhnik Penyusunan Skripsi. Jakarta :
Rosdakarya

Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika SD. Bandung : Remaja Rosdakarya

Osborne, Jonathan. (1992). Beyond Constructivism. London : King’s College

Russeffendi. (1996). Pendidikan Matematika. Jakarta : Dikti Depdiknas.

Suratno, Tatang. (2005). Constructivism and Argumentation In School Science. Bandung :


Khalifa

Tim Bina Karya Guru. (2007). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V. Jakarta :
Erlangga

Tiurlina. (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Serang : UPI Serang

Yusnandar, E. (2009). Metode Penelitian Pendidikan di SD. Serang : UPI Serang

You might also like