Professional Documents
Culture Documents
A. Judul
Siswa SD menurut jean piaget berada pada tahapan operasional konkrit (6-12 tahun)
sehingga cara berfikirnya lebih spesifik kepada benda-benda konkrit (nyata). Pada tahapan
ini anak belum mampu berfikir secara maksimal tentang benda-benda abstrak seperti pola
berfikir orang dewasa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menyesuaikan pembelajaran yang
akan dilakukan terhadap pola berfikir anak supaya pembelajaran lebih terarah dan efisien
serta pelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna bagi siswa.
Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa kelas V SDN 2 andoloadalah memahami
konsep volume balok dan kubus terutama dalam menyelesaikan beberapa soal pemecahan
masalah yang berhubungan dengan konsep volume balok dan kubus. Sebagai indikatornya
dapat dilihat dari test formatif kelas V, yaitu 5.2 dan 57% dari jumlah murid mendapatkan
nilai dibawah 6. hal ini bukan disebabkan karena rendahnya tingkat berfiikir siswa dikelas,
akan tetapi karena kurang tepatnya guru memilih metode yang tepat dalam menerangkan
konsep volume balok dan kubus tersebut. Karena menurut pengamatan penulis, guru tersebut
cenderung lebih memilih metode ceramah dalam setiap proses pembelajarannya, khususnya
dalam menerangkan konsep volume balok dan kubus dikelas V. menurut hansford (1998)
sumber-sumber luar yang dapat mempengaruhi guru pada waktu mengajar, selain kebutuhan
dan harapan yang akan datang dari dirinya yaitu sumber yang datang dari luar seperti : guru-
guru lain, orang tua, masyarakat, organisasi profesi, manajemen atau administrasi sekolah
dan lain-lain. Begitu pula sumber-sumber luar yang mempengaruhi siswa selain potensi,
wawasan dan kesiapan belajar.
Maka dari itu, pendekatan yang paling sesuai dalam meningkatkan pemahaman siswa
pada konsep volume kubus dan balok adalah dengan pendekatan konstruktivisme. Karena
dalam pembelajaran konstruktivisme, guru tidak mengajarakan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan (pemecahan masalah) namun lebih kepada mempresetasikan
masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan
masalah dan konstruktivisme sendiri menekankan bahwa titik-berat proses belajar-mengajar
terletak pada murid. Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu
murid mengkonstruksi koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Mereka
beperpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada
murid (student center learning).
Menurut teori ini, perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam kegiatan
penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai
pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri
berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan percikan pemikiran (insight) tentang
pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu
menguasai bagaimana caranya belajar (Novak & Gowin, 1984). Dengan itu, ia bisa jadi
pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan
dalam kehidupan.
D. Rumusan Masalah
Supaya pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
volume kubus dan balok?
2. Bagaimana upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus dan
balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme?
3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah
pada konsep volume balok dan kubus melalui pendekatan konstruktivisme?
E. Tujuan
Menurut Sudjana, tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai, diteliti dan dicari
sehingga menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Maka, tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Ingin meningkatkan pemahaman siswa pada konsep volume kubus dan balok dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme
2. Ingin membantu guru meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep volume kubus
dan balok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
F. Manfaat
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru kelas dalam upaya membantu
siswa yang takut dan cemas terhadap mata pelajaran matematika yang dianggap sulit,
terutama pada materi kubus dan balok.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran matematika setelah diberi bimbingan belajar yang menggunakan pendekan
konstruktivisme sehingga siswa tertarik dengan pelajaran matematika.
b. Siswa dapat lebih memahami konsep yang diajarjan karena pembelajaran berkaitan
dengan kehidupan kesehariannya
Volume atau bisa juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak
ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan
ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok,
silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu yang
ditemukan di jalan
Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Satuan SI volume
adalah m3. Satuan lain yang banyak dipakai adalah liter (=dm3) dan ml. 1 m3 = 103 dm3 =
106 cm3
r
Gambar 1. Kubus
p l
Gambar balok
Volume balok = p.l.t (p adalah panjang, l adalah lebar dan t adalah tinggi)
2. Metode
Metode yang tepat dalam pembelajaran materi gerak benda ini yaitu dengan
menggunakan metode demonstrasi.
3. Hipotesis
b. Hipotesis harus dengan nyata menunjukan adanya hubungan antara dua variable
atau lebih
c. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan.
H. Cara Penelitian
Penelitian yang terjadi di lapangan yaitu melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas disebut dengan Classroom Action Research yang merupakan
bentuk khusus penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Jenis penelitian ini mampu
menawarkan pendekatan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam
bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar
mengajar di kelas.
Menurut M.C Niff (1992 : 1) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk mengembangkan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian
mengajar dan sebagainya.
Dari uraian diatas bahwa PTK adalah sebagai alat bentuk kajian yang reflektif oleh
pelaku tindakan untuk melaksanakan tugas, merencanakan, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan itu.
Persoalannya yaitu tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang telah
dilakukannya selama mengajar di kelas.
2). A Collaborative affort between school teachers and teachers and teacher educator
Dalam PTK diselenggarakan secara kolaboratif dengan guru yang
kelasnya PTK. Tahapan penyelenggaraannya dimulai dari identifikasi
permasalahan serta diagnosa keadaan, perancangan tindakan perbaikan sampai
dengan pengumpulan serta analisa data refleksi mengenai temuan.
Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru karena akan terkait dengan
komponen pembelajaran yang mencakup :
Manfaat yang besar bagi guru secara aplikatif dapat dilihat bahwa hasil
penelitian tindakan kelas dipakai sendiri oleh penelitinya dan penelitiannya
terjadi dalam situasi yang nyata, pemecahan masalah maupun tindakannya
diperlukan kemudian hasilnya diterapkan dan dipraktikan secara konkrit.
I. Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang optimal, dalam penelitian diperlukan cara dan prosedur
yang efektif. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas.
Kemmis dan MC. Tagart dalam Yusnandar (2007 : 23) yang terdiri atas :
(c) Merancang alat percobaan yang akan digunakan dalam pembelajaran pada
konsep gerak benda
Daftar Pustaka
Chollar, Robert G. (1975). The Dynamics of Educational Change. New york : Mc Grawhill
Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Tekhnik Penyusunan Skripsi. Jakarta :
Rosdakarya
Tim Bina Karya Guru. (2007). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas V. Jakarta :
Erlangga