Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Akhir Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Jenjang Strata 1 Program Studi Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
Oleh :
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitakan oleh orang lain, kecuali yang scara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Faezal Kamil
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN EKSPOR TIMAH PUTIH
INDONESIA OLEH SINGAPURA TAHUN 1979 – 2003
Diajukan oleh :
PENDAHULUAN
ekspor pertambangan komoditi non migas yaitu timah dapat memberikan peran
kelompok komoditi primer dari sektor pertambangan. Timah putih masih tetap
perekonomian melalui ekspor (export drive) seperti yang telah dilakukan Jepang
dan empat Negara industri baru tersebut kemudian ditiru oleh Negara-negara
lebih baik.
tersebut benar-benar beragam jenisnya, pasarnya tersebar luas dan pelakunya juga
persaingan pasar dunia yang semakin ketat, suatu Negara harus mengetahui
ekonomi yang mengacu pada mutu sebagai landasan utama untuk menguatkan
struktur pasar dalam negeri agar dapat menunjang peningkatan ekspor dan
subtitusi impor. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
potensi sektor luar negeri sebagai elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi
dan luar negeri. Dengan demikian, hal itu akan lebih memperlancar arus barang
dan jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan
yang sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan
semakin ketat, antara lain dalam hal kualitas, disain, harga, pelayanan yang sesuai
dengan konsumen.
cukup banyak, salah satunya yaitu Negara Singapura. Dilihat dari segi
tersebut.
TABEL 1.1
Ringkasan ekspor Indonesia (Juta)
Dimana ekspor non migas dari tahun ke tahun menggeser dominasi ekspor migas
maka dapat dilihat perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 1981 – 2001.
Ekspor Indonesia pada tahun 1982 mengalami peningkatan cukup tajam yaitu
sebesar 20.328 juta, dimana dapat dilihat perkembangan ekspor non migasnya
lebih besar disbanding ekspor migas. Memang bila dibandingkan dengan tahun
1999 yaitu hanya sebesar 15.165 juta atau meningkat sebesar 34.05 persen.
Tetapi pada sektor non migas lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan sector
migas. Perkembangan nilai ekspor Indonesia sampai dengan tahun 1986 masih
didominasi oleh ekspor migas. Tetapi sejak tahun 1987 domonasi ekspor tersebut
Peralihan ekspor migas ke non migas terlihat lebih besar sampai dengan tahun
2003 dimana pada tahun tersebut ekspor non migas sebesar 48.876 juta
standar mutu produk dalam negeri sehingga dapat bersaiang di pasaran dunia
yaitu dengan mengolah bahan baku produk ekspor yang lebih kompetitif,
sehingga dengan demikian dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah di
dalam dan luar negeri. Indonesia dengan tanah yang subur dan beriklim tropika
lebih dikenal sebagai negara pengekspor hasil pertanian, perkebunan dan hutan.
ataupun barang tambang yang bernilai tinggi, seperti : emas, tembaga, almunium
dan timah putih yang menjadi komoditi terbesar dan menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara produsennya di dunia. Potensi biji timah di Indonesia
cukup besar tersebar di pulau Belitung, Bangka, Singkep dan Karimun. Pulau
beberapa negara yaitu Brazil, Peru dan Cina. Cina merupakan produsen timah
baru didunia, dimana bersama-sama dengan Brazil dan Peru menjadi saingan
utama Indonesia setelah Malaysia dan Thailand tidak lagi menjadi produsen
timah dunia.
Akibat jatuhnya harga timah, banyak perusahaan-perusahaan tambang
timah yang sejak semula bekerja dengan margin yang tipis seperti Malaysia dan
TABEL 1.2
Ringkasan Ekspor Timah Putih Berbagai Negara Tujuan (M.Ton)
Dari ringkasan data diatas, ekspor timah putih dari berbagai Negara,
singapura menjadi Negara yang paling banyak mengimpor timah putih dari
Indonesia. Dari tahun ke tahun Singapura masih tetap menjadi tujuan utama
Malaysia, inggris dan Negara-negara lain yang hanya bisa bertahan beberapa
tahun.
Bertitik tolak dari tujuan latar belakang masalah diatas, maka untuk
1979 – 2003. Dalam penelitian terdahulu (Fistina Devi, 2001), pendeketan yang
2. Variabel Produk Domestik Bruto Riil negara Singapura tahun 1979 – 2003.
3. Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tahun 1979 –
2003.
dan non ekonomi. Maka penelitian ini mencoba menetapkan factor-faktor yang
sebagai berikut :
a. Seberapa besar pengaruh harga timah internasional terhadap permintaan
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat
bangku kuliah.
3. Bagi Pemerintah
Dalam penulisan Skripsi terdiri dari 7 bab. Hal ini dimaksudkan untuk
BAB I PENDAHULUAN
penulisan skripsi.
penelitian yaitu tentang timah putih indonesia. Selain itu pada bab
dilakukan sebelumnya..
Pada bab ini berisikan uji hipotesis dan analisis data (analisis
A. Timah Putih
timah putih merupakan salah satu hasil pertambangan terkemuka karena banyak
menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang diperoleh dari timah putih
cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai timah putih dunia dengan
melibas negara-negara lain yang juga penghasil timah seperti Malaysia dan
Thailand.
beberapa negara yaitu Brazil, Peru dan Cina. Cina merupakan produsen timah
baru didunia, dimana bersama-sama dengan Brazil dan Peru menjadi saingan
utama Indonesia setelah Malaysia dan Thailand tidak lagi menjadi produsen
wilayah Riau, pulau Bangka, pulau Belitung dan pulau Singkep yang memang
Pada abad 17 para pedagang telah menggunakan mata uang timah sebagai alat
secara modern baru dimulai pada tahun 1852 di Belitung dan pada tahun 1860
berubah menjadi perusahaan Biliton. Timah yang dihasilkan dalam bentuk pasir
dan Belitung dengan tujuan utama merebut tambang timah. Setelah Perang Dunia
Oktober 1945) dan Bangka (30 November 1945) kepulauan Riau termasuk
kerjasama antara pemerintah dan GMB untuk 5 tahun, dengan hak mendapatkan
GMB. Dari segi pembangunan fisik, periode ini merupakan saat yang paling
menempati rangking kedua dalam produksi dunia. Dalam periode tahun 1961-
tahun 1966 Indonesia hanya menempati rangking keempat. Hal ini disebabkan
oleh :
Karena usaha pencarian cadangan baru boleh dikatakan tidak ada, maka
panjang segera digelar dengan harapan dapat menaikan devisa negara dari
Sumber devisa utama berasal dari ekspor minyak bumi, karet, kopi dan
mengesankan dalam masa Orde Baru. Selain sebagai penyumbang devisa yang
28.000 penduduk Indonesia. Potensi biji timah di Indonesia cukup besar dipulau
TABEL 2.1
Perusahaan Timah Dunia
Tin Brands
Country Brand producer
Belgium MC Metallo-Chimique N.V
Compania Minera Colquiri
SA
Bolivia ENAF Cesbra S/A
MAMORE Mineracao e Metalurgia
Ltda.
China JH Liuzhou China Tin Group
Company Ltd – Laibin
Smelter
PGMA0 Guangxi Pinggui PGMA
Co., Ltd.
YF Yifeng Tin Industry
(Chenzhou) Co., Ltd.
YS Gejiu Zili Mining and
Smelting Co., Ltd.
YT Yunnan Tin Company
Limited
Indonesia BANKA PT Timah Tbk
KOBA PT Koba Tin (Bangka
Island)
MENTOK PT Timah Tbk
Malaysia MALAYSIA Malaysia smelting
SMELTING corporation Bhd.
CORP
Russia NOK 99.9 Novosibirsk Integrated Tin
Works Inc.
Thailand PHUKET Thailand Smelting &
Refining Co., Ltd.
THAISARCO Thailand Smelting &
Refining Co., Ltd.
Sumber : LME, London Metal Exchange-www.lme.co.uk
The world centre for non-ferrous metal trading
Dengan adanya kebijakan pemerintah Orde Baru dalam hal penanaman
modal asing yang memberikan kesempatan bagi modal asing untuk turut
antara lain :
c. Koba, bangka.
memegang 25% saham sedangkan sisanya 75% dibagi pada suatu konsorium
yang terdiri dari tiga perusahaan Australia, antara lain: Colonial Sugar
e. Bangkinang.
itu dalam :
a. Daerah Asing (Virgin land), yaitu: daerah-daerah yang walaupun dari segi
diketahui. Daerah-daerah ini adalah Riau Utara dan Perairannya (di luar
lebih sulit, termasuk disini adalah cebakan primer di daratan Belitung, open
dengan berbagai jenis, yaitu : Banka Tin, Mentok Tin, Banka Low Lead dan
Koba Tin.
GAMBAR 2.1
Perusahaan Timah Indonesia dan Afiliansi
Sumber: www.pttimah.com
Perusahaan Timah Indonesia terbagi menjadi PT. Timah Tbk dan PT.
Koba Tin (Bangka Island). Sedangkan daerah operasi untuk PT. Timah Tbk
adalah Bangka dan Mentok dan daerah operasi untuk PT. Koba Tin adalah
Bangka. PT. Timah Tbk melakukan kerjasama dengan pihak swasta dengan 65 %
timah dan mineral ikutan lainnya serta bahan galian industri. Pt TT juga
d. PT Timah Industri
e. PT Timah Eksplomin
geohidrologi.
h. PT Koba Tin
galangan kapal, serta jasa pelayaran kapal penumpang untuk karyawan timah.
Produksi timah dunia pada table 2.2, dimana produksi dunia dibagi
dihasilkan yaitu: Amerika, Asia, Eropa, Ocean dan Afrika. Wilayah-wilayah ini
adalah produsen timah dunia. Untuk Asia saat ini yang menjadi produsen timah
terbesar dunia yang pertama adalah Cina dan produsen timah kedua adalah
Indonesia. Secara nyata Cina merupakan pemain dunia yang perannya akan
meningkat karena besarnya cadangan timah. Ekspor timah per tahun Cina sekitar
TABEL 2.2
Produksi Timah Dunia
World Tin Production
261,000 tonnes per annum (2001)
Region %
America 18
Asia 75
Europe 5
Oceania 1
Africa 1
Total 100
Sumber: LME, London Metal Exchange.
The world centre for non-ferrous metal trading
Cadangan timah dunia terdapat pada tiga wilayah dunia utama yaitu:
Brazil Tengah, Cina Selatan, Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand) dan
timah yang sejak semula bekerja dengan margin yang tipis seperti Malaysia dan
sebagai produsen yang sanggup memberikan supply secara terap dan pasti
pada pelanggan.
untuk beberapa tahun mendatang, karena memiliki cadangan yang cukup besar
dengan kadar timah yang tinggi. Selain itu ada juga cadangan timah baru
Sejak tahun 1996 sampai tahun 1999 konsumsi timah dunia cenderung
mengalami peningkatan sam pai mencapai 205.500 ton. Selama tahun 1999
konsumsi timah dapat ditingkatkan sebesar 17.700 ton berkat usaha dari
Internasional Tin Research Institute (ITRI) yang mencari industri berbasis timah,
misalnya amunisi, ballas roda, solder bebas timbale dan pemadam api. Produksi
logam timah Indonesia berasal dari PT. Tambang Timah Tbk dan PT. Koba Tin
pada tahun 1999 memproduksi sebesar 49.709 ton dan naik 3,9 % menjadi 51.629
ton pada tahun 2000. dilihat dari negara tujuan ekspor yaitu Belanda, Singapura
dan Jepang merupakan negara pengimpor timah Indonesia terpenting yaitu
TABEL 2.3
Nilai Ekspor Timah Putih Indonesia ke Singapura (Y)
Tahun 1979 – 2003. Nilai FOB (Milyar US $)
Ton. Pada sumber yang berasal dari BPS dan Internasional Finansial Statistik
terbitan IMF bahwa harga komoditas ekspor timah putih menggunakan mata
uang pounsterling per metric ton. Harga timah pada tabel 2.4 datanya diolah dari
Singapura.
Pada tahun 1979 harga timah putih internasional sebesar 2628 dollar AS
per m.ton dan pada tahun 1980 harga timah putih sebesar 3049 dollar AS per
m.ton atau dengan kenaikan pertumbuhan sebesar 16.02%. Pada tahun 1981
harga timah putih sebesar 3028 dollar AS per m.ton atau dengan pertumbuhan
sebesar -0.69%. Pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1984 harga timah putih
terus mengalami perubahan yaitu sebesar 3381 dollar AS per m.ton atau dengan
pertumbuhan sebesar 44.6% pada tahun 1982 dan tahun 1983 sebesar 5267 dollar
pada tahun 1984 harga timah putih internasional sebesar 5284 dollar AS per
m.ton atau dengan sedikit pertumbuhan sebesar 0.32%. pada tahun 1985 harga
timah putih sebesar 6402 dollar AS per m.ton atau dengan pertumbuhan sebesar
21.16%.
Harga timah putih internasional dari tahun 1979 sampai tahun 1985 terus
mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 1986 harga timah putih internasional
sebesar 6036 dollar AS per m.ton atau dengan penurunan pertumbuhan sebesar -
5.72% dari 21.16% pada tahun 1985. Penurunan pada tahun 1986 kembali terjadi
pada tahun 1987 dengan harga sebesar 4102 dollar As per m.ton atau penurunan
penurunan pada tahun 1988 yaitu sebesar 2681 dollar AS per m.ton atau dengan
pertumbuhan sebesar -34.64%. Pada tahun 1989 harga timah putih internasional
naik menjadi 3212 dollar AS per m.ton atau dengan kenaikan pertumbuhan
sebesar 19.81%, sedangkan pada tahun 1990 harga timah putih internasional naik
menjadi 4008 dollar AS per m.ton atau dengan pertumbuhan sebesar 24.78%.
Pada awal tahun 1991 harga timah putih internasional kembali mengalami
penurunan sebesar -11.53% dari 24.78% pada tahun 1990. Penurunan harga
timah putih internasional dari tahun 1991 terus terjadi pada tahun 1992 dimana
harga timah putih internasional turun menjadi 3188 dollar AS per m.ton atau
pertumbuhannya kembali turun dari -10.10% dari -11.53% pada tahun 1991.
harga timah putih internasional kembali menaik pada tahun 1993 sebesar 3202
kenaikan harga timah putih internasional cukup tajam dari tahun 1993 sampai
dengan tahun 1995 dimana pada kenaikan pada tahun 1993 pada tahun berikutnya
tahun 1994 harga timah putih internasional sebesar 6855 dollar AS per m.ton
dengan pertumbuhan sebesar 114.08%. Sedangkan pada tahun 1995 harga timah
putih internasional sebesar 8639 dollar AS per m.ton atau dengan pertumbuhan
sebesar 26.02% dan pada tahun 1996 harga timah putih internasional berkisar
sebesar 8422 dollar AS per m.ton atau dengan penurunan pertumbuhan sebesar -
2.51%. Pada tahun 1997 harga timah putih internasional sebesar 7330 dollar AS
atau penurunan harga timah putih internasional dari tahun 1997 tidak terjadi pada
tahun 1998 diman dari harga 7517 dollar AS per m.ton atau mengalami kenaikan
pertumbuhannya 2.55%. Pada tahun 1999 harga timah putih internasional tetap
terjadi penurunan yaitu sebesar 9206 dollar AS per m.ton atau dengan kenaikan
dollar AS per m.ton atau dengan penurunan pertumbuhan -12.25%. Tahun 2001
sebesar 7878 dollar AS per m.ton dengan pertumbuhan sebesar -2.48%. Pada
tahun 2002 harga timah putih indonesia berdasarkan harga internasional sebesar
7957 dollar AS per m.ton atau dengan kenaikan pertumbuhan 1.00%. Harga
timah putih internasional pada tahun 2002 terus kembali berubah pada tahun
2003 dimana menjadi sebesar 7758 dollar AS per m.ton atau dengan penurunan
TABEL 2.4
Harga Komoditas Timah Putih Di Pasar London
Tahun 1978-2003 (US Dollar /M.ton)
Perkembangan nilai tukar rupiah tahun 1996 – 2003; Pada tahun 1996
depresiasi pada juni tahun 1996, rupiah melemah pada posisi Rp 2.342 per dollar
AS dibandingkan dengan awal tahun 1996, ini diakibatkan karena adanya isu
Pada tahun 1997 perkembangan nilai tukar rupiah ditandai dengan gejolak
nilai tukar rupiah. Rupiah mengalami tekanan sangat hebat dimana arus balik
modal yang keluar negeri meningkat diikuti bermainnya spekulan di pasar valuta
asing yang semakin berdampak pada gejolak nilai tukar rupiah. Secara
keseluruhan nilai tukar rupiah pada tahun 1997 terdepresiasi 2.267 poin pada
level Rp 4.650 per dollar AS dibandingkan tahun 1996 sebesar Rp 2.383 per
mengubah sistem nilai tukar dari sistem mengambang terkendali menjadi sistem
mengambang bebas.
pada bulan januari nilai tukar rupiah mencapai Rp 9.500 per dollar AS ditambah
pada keluarnya investor sehingga tidak ada investor yang tertarik untuk
berinvestasi di Indonesia. Laju inflasi juga naik mencapai 6,88% di awal tahun
1998 bahkan nilai tukar rupiah sempat menembus angka Rp 16.000 per dollar
AS. Hingga akhir tahun 1998 secara keseluruhan situasi dan kondisi ekonomi
menunjukkan depresiasi sebesar 72,90% atau malemah 3.378 poin pada level Rp
8.032 per dollar AS tahun 1998 dibandingkan tahun 1997 sebesar Rp 4.650 per
dollar AS.
Akhir tahun 1999 awal pemerintahan baru yang terpilih secara demokratis
pada awalnya mampu menumbuhkan rasa percaya dan optimis masyarakat dan
dunia usaha, terlihat dari semakin membaiknya kondisi stabilitas sosial, politik
nasional. Adanya respon positif dari pasar ternyata mampu mendorong penjualan
valuta asing yang berdampak pada mneguatnya nilai tukar rupiah sebesar Rp
6.726 per dollar AS pada triwulan II dibandingkan pada triwulan I tahun 1999
dikisaran Rp 8.625 per dollar AS. Secara keseluruhan nilai tukar rupiah tahun
1999 menguat 932 poin pada level Rp 7.100 per dollar AS dibandingkan tahun
1998.
Pada tahun 2000 nilai tukar rupiah diharapkan diharapkan tetap stabil
dengan catatan perekonomian dan sosial, politik serta keamanan dalam negeri
yang mendukung bagi dunia usaha. Harapan tersebut ternyata tidak sesuai dengan
pertentangan diantara elit politik disertai juga gejolak keamanan dalam negeri di
beberapa daerah dengan isu SARA dan RAS kembali melanda Indonesia, hal
secara besar-besaran. Demikian juga aksi pembelian yang dilakukan oleh dunia
usaha untuk mengantisipasi pelunasan utang luar negeri yang telah jatuh tempo
pada bulan juni dan juli tahun 2000 kemudian disusul tingginya inflasi yang
mencapai Rp 8.400 per dollar AS melemah 2.495 poin dari tahun sebelumnya.
ini ditunjang oleh membaiknya factor fundamental ekonomi juga tidak terlepas
dari adanya intervensi dari Bank Indonesia untuk menjaga agar nilai tukar rupiah
Desember tahun 2003 nilai tular rupiah relative stabil pada level rata-rata
sebesar Rp 8.474 per dollar AS meskipun secara point to point rupiah melemah
dari Rp 8.345 per dollar AS menjadi Rp 8.420 per dollar AS. Dibandingkan
dengan tahun 2002 nlai tukar rupiah tahun 2003 menguat sekitar 8.71% rata-rata
Rp 8.572 per dollar AS. Secara keseluruhan nilai tukar rupiah tahun 2002
mengalami apresiasi sebesar Rp 8.940 per dollar AS dari tahun sebelumnya dan
ini juga berlangsung pada tahun 2003 rupiah juga terapresiasi Rp 8.465 per dollar
akan tetap optimis kisaran 3,4%-4,0%. Adapun laju inflasi diperkirakan akan
TABEL 2.5
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Tahun 1974-2003
konsep yang paling serimg digunakan sebagai tolak ukur tingkat perekonomian
pesat. Sedanglan yang disebut Produk Domestik Bruto (GDP) adalah nilai total
atas segenap out put akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik itu yang
sebesar 24.16%. dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1984 pendapatan nasional
dollar AS atau pertumbuhannya naik sebesar 18.51% terus pada tahun 1982 PDB
kenaikan ini terus terjadi pada tahun 1983 dimana pendapatan nasional Singapura
sebesar 17383.4 dollar AS atau naik dari pertumbuhan pada tahun 1982 sebesar
9.93% menjadi 13.87% tahun 1983. tahun 1984 kenaikan PDB Singapura masih
terjadi dimana naik sebesar 18774.5 dollar AS atau dengan pertumbuhan yang
penurunan dimana PDB negara tersebut sebesar 17690.9 dollar AS atau dengan
pertumbuhan yang menurun sebesar -5.77% dari pertumbuhan pada tahun 1984
sebesar 8.00% tetapi pada tahun 1986 PDB negara Singapura kembali naik
1.51%. Pada tahun 1987 pendapatan nasional Singapura memang terus membaik
sebesar 14.40%. Tahun 1988 PDB negara Singapura naik sebesar 25331.5 dollar
terus terjadi pada Produk Domestik Bruto Singapura sampai dengan tahun 1990
dimana pada tahun 1989 pendapatan nasionalnya sebesar 30115.1 dollar AS atau
Awal tahun 1991 kenaikan pada pendapatan nasional atau PDB Singapura
tetap terjadi dengan kenaikan sebesar 43188.8 dollar AS atau dapat dilihat
pada PDB negara Singapura masih mengalami kenaikan sebesar 49861.5 dollar
PDB negara Singapura tetap meningkat dengan kenaikan sebesar 58354.6 dollar
PDB Singapura sebesar 72610.9 dollar AS atau denga pertumbuhan yang naik
sebesar 24.43%. Pada tahun 1995 kenaikan terus terjadi pada pendapatan
nasional atau PDB negara Singapura diman kenaikanya sebesar 83930.2 dollar
AS atau dengan pertumbuhan yang meningkat sebesar 15.59%. Tahun 1996 PDB
meningkat sebesar 9.79%. Sedangkan pada tahun 1997 PDB Negara Singapura
penurunan sebesar -13.97%. Tetapi pada tahun 1999 pendapatan nasional negara
Pada awal tahun 2000 Produk Domestik Bruto negara Singapura terus
yang meningkat sebesar 12.16%. Kenaikan pada tahun 2000 kembali mengalami
AS pada tahun 2001 diman pertumbuhannya pada tahun 2001 turun sebesar -
7.30%. Kembali pada tahun 2002 PDB negara Singapura membaik dengan terjadi
sampai pada tahun 2003 dimana PDB negara tersebut sebesar 92368.0 dollar AS
TABEL 2.6
PDB Riil negara Singapura (Dollar AS)
Tahun 1978 – 2003
Ton. Pada sumber yang berasal dari BPS dan Internasional Finansial Statistik
terbitan IMF bahwa harga komoditas ekspor timah putih menggunakan mata
uang pounsterling per metric ton. Harga tembaga pada tabel 2.7 datanya diolah
terhadap poundsterling.
Pada tahun 1979 harga tembga internasional yaitu sebesar 106.5 US dollar
dan pada tahun 1980 yaitu sebesar 111.1 atau dengan pertumbuhan sebesar 4.4
persen. Sedangkan pada tahun 1981 harga tembaga interanasional sebesar 119.8
US dollar atau pertumbuhannya naik sebesar 7.9 persen dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 1982 harga tembga internasional sebesar 113.5 US dollar atau dengan
pertumbuhannya turun sebesar 5.2 persen. Pada tahun 1983 harga tembga
paling besar terjadi pada tahun 1988 yaitu dengan harga 853.3 US dollar dari
tahun sebelumnya yang hanya sebesar 82.3 US dollar atau dengan kenaikan
perubahan. Pada tahun 1990 harga tembaga sebesar 1167.4 US dollar dan pada
tahun 1991 harga tembaga turun menjadi 802.8 US dollar atau dengan penurunan
pertumbuhan sebesar 31.3 persen. Pada tahun 1992 harga tembaga internasional
sebesar 1894.7 US dollar sedangkan pada tahun 1993 harga tembaga international
sebesar 1996.5 atau dengan pertumbuhan sebesar 36.0 persen. Pada tahun 1996
harga tembaga internasional sebesar 5722.7 US dollar dan pada tahun 1997
sebesar 355 persen. Pada tahun 2000 harga tembaga internasional sebesar
sebesar 18390.0 US dollar atau pertumbuhannya turun sebesar 13.5 persen. Pada
pertumbuhannya naik sebesar 11.3 persen. Dan pada tahun 2003 harga tembga
TABEL 2.7
Harga Komoditas Tembaga Di Pasar London
Tahun 1978-2003 (US Dollar /M.ton)
KAJIAN PUSTAKA
1. Moehammad Oetomo
Menurut penelitian ini harga timah sejak tahun 1960 mengalami fluktuasi
yang sangat tajam terutama pada tahun 1974 dan berakhir tahun 1985, setelah itu
harga timah tetap mengalami fluktuasi sampai sekarang. Metode analisa yang
pengolahan data secara statistika adalah jumlah sampel dan homogenitas data,
artinya data harus berasal dari lingkungan yang sama. Populasi data atau jumlah
sampel harus diambil selama periode tiga tahun yang berasal dari lingkungan
yang sama yaitu PT. Kobatin. Dari penelitian yang dilakukan peneliti melihat
antara lain:
1). Harga timah Indonesia di pasar internasional yang bersaing dengan harga
negara pengimpor.
Selain itu peneliti melihat bahwa permintaan timah akan lebih meningkat
Product” dimana perusahaan harus menghasilkan suatu produk atau jenis produk
dibutuhkan konsumen.
2. Fistina Devi
1978 – 1997” meneliti hubungan faktor harga timah putih Indonesia, biaya
transportasi, konsumsi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terhadap
nilai ekspor timah putih Indonesia ke Singapura. Hal ini dilakukannya karena
timah putih Indonesia merupakan salah satu komoditi ekspor yang sangat
timah dunia, dimana saat sekarang juga banyaknya negara-negara lain yang
menjadi produsen timah dunia dan menjadi suatu persaingan bagi Indonesia
kesimpulan dan saran bagi perkembangan dan kemajuan ekspor hasil tambang
Model yang digunakan oleh Fistina Devi untuk meneliti pengaruh faktor-
faktor harga, transportasi, konsumsi dan nilai kurs rupiah terhadap dollar US
Kweba yang menjelaskan bahwa ekspor merupakan salah satu input fungsi
produksi agregat Neoklasik. Persamaannya adalah Y = f (X1, X2, X3, X4). Dimana
Nilai Ekspor (Y) adalah fungsi dari harga timah putih internasional (X1), kurs
nilai tukar rupiah (X2), biaya trnasportasi (X3) dan konsumsi dalam negeri (X4).
Logaritma natural (Ln) linier, baik variable maupun koefisien dengan metode
berikut:
Ln Y = α0 + α1 ln X1 + α2 ln X2 + α3 ln X3 + α4 ln X4 + e
Dimana :
e = Stochastic Error.
X3 = Biaya Transportasi.
Indonesia ke Singapura dan variabel indpendennya adalah harga, kurs nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, konsumsi dan biaya transportasi. Data yang digunakan
sebagai penelitian dari variabel dependen dan independennya adalah data tahunan
yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI),
DEPERINDAG).
timah putih Indonesia atas keseluruhan impor total Singapura dengan hasil
Singapura dalam FOB. Sedangkan konsumsi dalam negeri diperoleh dari data
Statistik Perindustrian dan Perdagangan. Dan kurs nilai tukar rupiah terhadap
konsumsi dalam negeri berpengaruh negatif dan nilai tukar rupiah terhadap dollar
dan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor timah
B. Landasan Teori
penduduk suatu negara dengan negara lain meliputi pergerakan barang secara
fisik atau suatu komitmen atas sumber daya ekonomi yang tampak (a tangible
Perdagangan luar negeri juga dapat meluaskan akses pasar dan merancang
a. Teori Klasik
Smith.
negara yang dapat menghasilkan sesuatu lebih banyak per unit masukan
TABEL 4.1
Keunggulan Absolut
Amerika 50 25
Inggris 40 100
dengan rasio barang terbalik, satu yard kain mempunyai harga yang sama
Gandum gandum
(karung) (karung)
S1 100
50
Amerika Inggris
Serikat
30 C 40
20 S0 20 C
12 S0
S1
15 20 25 50 70 80 100
Kain Kain
(Yard) (Yard)
gandum dengan harga yang sangat murah, yaitu hanya ½ yard kain untuk
titik C.
David Ricardo
lebih murah.
b. Teori Modern
- Padat karya.
- Labor intensive.
- Capital intensive.
- Padat modal.
negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah
masing negara.
memproduksinya.
makroekonomi,2002:346).
TABEL 4.2
Produksi Seorang Pekerja (dalam setahun)
Negara Kain Beras
(meter) (kg)
Negara A 500 2.000
Negara B 750 1.800
Sumber : Sadono Sukirno, 2002:347
dan beras. Pada tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa di negara B seorang
beras.
pula berlangsung diantara dua negara dimana salah satu negara tersebut
relatif dari kain dan beras dikedua negara itu. Di negara M, 800 m kain
sama nilainya dengan 2.000 kg beras, dan ini berarti di negara M harga
relatif di antara kain dengan beras 1:2½, dan berarti dinegara M harga
kain dan beras adalah 1:1⅔, dan ini berarti memperoleh semeter kain
kain adalah relatif lebih murah dari negara N dan harga beras lebih murah
dinegara M.
atau berbanding.
Televisi Televisi
(ribu unit) (ribu unit)
P 60
120 Cp
100 40
q
A P
20 B Ck
30 80 120 20 30 40 60
radio dan televisi dinegara Perancis adalah ditunjukan oleh garis q dan
baik dari harga relatif diantara radio dan televisi di Perancis dan Kanada.
Didalam contoh ini dimisalkan harga relatif antara radio dan televisi
adalah 1½:1. Dengan kurs ini Perancis dan Kanada akan memperoleh
keuntungan dari perdagangn luar negeri. Dalam grafik 4.2 (a) kurs
ditunjukan oleh garis q, dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa apabila
televisi adalah 1½:1, maka Kanada harus menjual 30.000 radio untuk
30.000 radio, yaitu seperti yang ditunjukan oleh titik Cp. Sedangkan di
2. Teori Permintaan
permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat epada suatu
f. Jumlah penduduk.
terutama dipengaruhi oleh tinggat harganya. Oleh sebab itu dalam teori
suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap suatu barang tersebut.
2002:76).
harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan
apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang
pembeli berkurang.
3. Elastisitas Permintaan
terhadap jumlah barang yang diminta maka dikatakan bahwa permintaan barang
adalah elastis. Sebaliknya, apabila perubahan harga relatif besar besar tetapi
permintaan silang.
Nilai koefisien elastisitas berkisar antara nol dan tak terhingga. Elastisitas
adalah nol apabila perubahan harga tidak akan mengubah jumlah yang diminta,
yaitu yang diminta tetap saja jumlahnya walaupun harga mengalami kenaikan
GAMBAR 4.3
Kurva Permintaan dan Koefisien Elastisitas Permintaan
Ed
0 Q Kuantitas
adalah lebih besar. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tak terhingga apabila
pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada dipasar.
Berapapun banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada harga tersebut,
GAMBAR 4.4
Jenis Elastisitas Permintaan
P
0 Q
Elastis
Kurva permintaan yang terdapat pada gambar 4.4 adalah bersifat elastis
yaitu kurva itu menggambarkan bahwa apabila harga berubah maka permintaan
perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas dari permintaan yang bersifat elastis
Hasil penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari
pembayaran terhadap barang yang dibeli para konsumen. Nilainya adalah sama
dengan harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli para pembeli. Kalau
harga berubah maka hasil penjualan dengan sendirinya akan berubah. Untuk
penjualan.
GAMBAR 4.5
Elastisitas Permintaan dan Hasil Penjualan
Harga D
A
P1
P C B
Q1 Q2 Kuantitas
(i) Permintaan terhadap barang X
Harga
D
H1 M
H L N
J1 J Kuantitas
hasil penjualan berkurang (atau sebaliknya, kalau harga turun hasil penjualan
bertambah), (ii) Permintaan tidak elastis dimana kenaikan harga akan
Pada baranag X dimisalkan harga adalah P. pada harga ini hasil penjualan
permintaan dari Q menjadi Q1. Hasil penjualan pada harga yang baru adalah OP x
OQ1 = OQ1AP1. Dengan demikian OQBP adalah lebih besar daripada OQ1AP1
dan berarti hasil penjualan pada waktu harga P adalah lebih besar daripada
sewaktu harga P1. Sedangkan, pada hasil penjualan barang Y yang permintaannya
tidak elastis dimana harga barang adalah H dengan demikian hasil penjualan
pernjualannya adalah OJ1MH1. Karena HLMH1 lebih besar dari J1JNL maka
permintaan adalah uniter (Ed = 1), perubahan harga (bertambah tinggi atau
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu
semakin tinggi harga barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap
terhadap suatu barang dari Negara lain, tetapi kecenderungan tersebut dapat
untuk membayar impor. Dimana besarnya impor lebih dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan nasional.
Apresiasi mata uang suatu negara akan meningkatkan harga relatif ekspor
penurunan harga ekspor dan akan mengakibatkan kenaikan harga relatif impor.
d. Harga Barang Lain.
Harga barang lain itu sangat tergantung pada jenis barang tersebut, apakah
memiliki hubungan yang sangat erat dengan barang yang akan di ekspor tersebut?
Apabila barang tersebut memiliki hubungan yang erat dengan barang yang
diekspor maka barang tersebut merupakan barang komplementer, dan harga dari
meningkat, dan sebaliknya jika barang tersebut merupakan barang subtitusi maka
C. Hipotesa
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sebagai subjek dan tujuan
adalah:
Pemilihan tahunan didalam pengujian hipotesis digunakan data dari tahun 1979 –
2003 sebagai akhir periode analisis yang disebabkan oleh terbatasnya data dan
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh dari :
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari studi kepustakaan, antara lain berasal dari : Badan Pusat Statistik
penelitian.
Pengertian umum tentang ekspor adalh kegiatan barang dan jasa antara
penduduk satu negara dengan negara lain yang meliputi ekspor barang, jasa,
angkutan, jasa asuransi, jasa komunikasi, dan jasa lainnya. Termasuk juga dalam
ekspor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa diwilayah domestic oleh
oleh banyak faktor salah satunya faktor harga. Dalam analisis ekonomi dianggap
bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga. Dalam
variabel harga timah putih berpatokan pada harga timah putih di pasar London
Adalah suatu nilai yang menunjukan jumlah mata uang dalam negeri yang
diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Asset harga itu sendiri
diartikan sebagai bentuk kekayaan atau suatu cara pengalihan daya beli
masyarakat menjadi daya beli dimasa yang akan datang (Lindert dan
Kindleberger, 1995:336).
akhir barang dan jasa yang diterima oleh penduduk suatu negara dalam jangka
waktu tetentu (biasanya satu tahun). Semakin besar produksi masyarakat, akan
meningkatkan daya beli dari masyarakat itu sendiri, ini akan berdampak ke sector
riil. Dalam kondisi demikian perusahaan tertentu akan membutuhkan dana yang
cukup besar guna menambah biaya operasionalnya. Bagi perusahaan publik dana
dan kenaikan produk domestik bruto dapat tercapai. Sebaliknya apabila tabungan
masyarakat turun maka investasi turun sehingga produk domestik bruto turun
oleh banyak faktor salah satunya faktor harga. Dalam analisis ekonomi dianggap
bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harga. Dalam
variabel harga timah putih berpatokan pada harga timah putih di pasar London
1. Analisis Regresi
dependen dengan independen. Dalam hal ini hubungan antara permintaan ekspor
sebagai berikut:
Yt = α0 + α1 ln X1 + α2 ln X2 + α3 ln X3 + α4 ln X4 + e
(1979-2003)
Logaritma Natural (Ln) linier, baik variabel maupun koefisien dengan metode
berikut:
Ln Yt = α0 + α1 ln X1 + α2 ln X2 + α3 ln X3 + α4 ln X4 + e
Pada kasus empiris, memberi kesan bahwa permintaan ekspor timah putih
Indonesia ke Singapura yang sebenarnya menyesuaikan secara berlahan-lahan
2. Pengujian Statistik
sebagai penduga secara statistik dan menguji kebenaran dari hipotesis yang ada.
a. Uji t (parsial)
variabel dependen.
t hitung = β / Se (β)
GAMBAR 5.1
Kurva Pengujian Individual Test
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
ttabel
b. Uji F
statistic dengan F tabel pada tingkat tertentu dan derajat bebas tertentu (Gujarati,
1997:121).
R² / k
F hitung =
(1 - R²) (n . k – 1)
N = Jumlah sampel.
Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak, berarti secara bersama-sama variabel
bebas tidak berpengaruh secara nyata dan signifikansi tehadap variabel terikat.
Di dalam penelitian ini nilai uji F dilihat dari tingkat signifikansi pada hasil
pengolahan data.
GAMBAR 5.2
Kurva Pengujian Uji F - Test
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
ttabel
dijelaskan. Nilai koefisien determinasi yang baik adalah yang semakin mendekati
R² = 1 Σ e1 ² / (N – K)
Σ Y ² / (N – 1)
1
2) 0 ≤ R² ≤ 1.
modelnya semakin baik. Sedangkan nilai R² yang bernilai nol berarti tidak ada
hubungan antara variebel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan (Gunawan
Sumodiningrat, 2003/2004:189-190). R² adalah sebuah fungsi yang tidak pernah
menurun (nondecreasing) dari jumlah variabel bebas yang terdapat dalam model
regresi. Bertambahnya jumlah variabel bebas, maka R² akan meningkat dan tidak
pernah menurun.
a. Multikolinieritas
antara lain adalah jika R² tinggi (mendekati 1), nilai F hitung tinggi < tetapi
- Transfomasi variabel
hubungan yang signifikan antar variabel penjelas, namun hal itu tidak perlu
terlalu dirisaukan apabila nilai R² model awal lebih besar dari nilai R² regresi
b. Heteroskedastisitas
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual ke residual atau dari pengamatan ke pengamatan lain tetap,
heteroskedastisitas.
varian.
berbeda jauh dengan observasi alain, yang satu bernilai sangat kecil dan yang
• Regresi auxiliary tanpa perkalian antar variabel independen (no cross term)
diatas. Jika kita mempunyai lebih dari dua variabel independen maka
variabel dari persamaan ei² akan lebih banyak. Dari persamaan ei² kita
dapatkan residualnya.
3. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji White
4. Jika nilai chi-squares hitung (n. R²) lebih besar dari nilai χ² kritis dengan
c. Autokorelasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(periode sebelumnya).
mempunyai efek yang sering kali bertahan selama lebih dari satu periode
waktu.
3. Inersia, akibat adanya Inersia atau kondisi psikologis aksi masa lampau
sering memiliki efek yang kuat pada aksi saat ini, sehingga gangguan
akan datang.
4. Manipulasi data. Data yang dipublikasikan sering kali dihasilkan dari
keliru) terautokorelasi.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji (D) dari
4. Apabila hipotesis nol adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif, maka
5. Apabila hipotesis nol adalah dua ujung yaitu bahwa tidak ada
6. Apabila Ho adalah dua ujung yaitu bahwa tidak ada Autokorelasi baik
GAMBAR 5.3
Statistik Durbin-Watson untuk menerangkan daerah-daerah mana yang termasuk
autokorelasi dan yang tidak autokorelasi
0 dL dU 2 4 - dU 4 - dL 4
Salah satu keuntungan dari uji DW yang didasarkan pada residual adalah
bahwa setiap program komputer untuk regresi slalu memberi informasi statistik d.
2005:183).
1. Melakukan regresi metode OLS dan kemudian mendapatkan nilai
residualnya.
2. Menghitung nilai d
tertentu tidak termasuk konstanta (k), kita cari nilai kritis dL dan dU di
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + еt
BAB VI
harga timah putih di pasar internasional, nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah, PDB riil Singapura dan harga tembaga internasional terhadap
permintaan ekspor timah putih Indonesia oleh Singapura. Alat analisis yang
digunakan meliputi : regresi berganda, uji hipotesis secara parsial dan serempak,
serta analisis koefisien determinasi. Pengujian kualitas data dilakukan dengan uji
asumsi klasik.
menentukan model baik itu linier maupun log-linier. Maka dari itu dilakukan uji
tidak signifikan pada secara statistik melalui uji t α=1%, α=10%, α=5%,
linier sama baiknya. Maka dari itu dalam penelitian ini akan
2. Pengujian Statistik
a. Uji t (parsial)
dependen.
1.708 lebih besar dari ttabel (1.325) dan tingkat probabilitas sebesar 0.1029
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
-1.325 -1.708
GAMBAR 6.1
Kurva Hasil Pengujian t-test pada Harga Timah Putih Internasional
Terhadap Permintaan Ekspor Timah Putih oleh Singapura
2.330 lebih besar dari ttabel (1.725) dan tingkat probabilitas sebesar 0.0304
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
1.725 2.330
GAMBAR 6.2
Kurva Hasil Pengujian t-test pada Nilai Tukar Dollar Amerika Terhadap Rupiah
Terhadap Permintaan Ekspor Timah Putih oleh Singapura
1.218 lebih kecil dari ttabel (1.725) dan tingkat probabilitas sebesar 0.2371
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
1.218 1.725
GAMBAR 6.3
Kurva Hasil Pengujian t-test pada Produk Domestik Bruto Singapura
Terhadap Permintaan Ekspor Timah Putih oleh Singapura
3.119 lebih besar dari ttabel (2.528) dan tingkat probabilitas sebesar 0.0054
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2.528 3.119
GAMBAR 6.4
Kurva Hasil Pengujian t-test pada Harga Tembaga Internasional
Terhadap Permintaan Ekspor Timah Putih oleh Singapura
b. Uji F
Singapura.
Tabel 6.2
Hasil Uji F
nilai Ftebel 2.87. hasil pengujian Ftest dapat digambarkan kedalam bentuk
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2.87 29.22
GAMBAR 6.5
Kurva Hasil Pengujian Uji F - Test
nilai Fhitung (29.223) > Ftabel (2.87) dan tingkat probabilitas sebesar 0.000 <
0.05 sehingga dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
signifikan antara variabel bebas yang terdiri dari harga timah putih
Tabel 6.3
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
sebesar 0.853902, hal ini berarti 85,39% variasi permintaan ekspor timah
putih oleh Singapura dijelaskan oleh variabel bebas harga timah putih
ini.
1. Uji Multikolinieritas
multi atau tidak. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode Klein.
X. Dalam uji Klein ini, R²X1X2X3..X4 lebih besar dari R² maka model
berikut :
Tabel 6.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel R² parsial R² model keteranagan
R² - X1 0.5869 Tidak ada multikolinieritas
R² - X2 0.8461 0.8539 Tidak ada multikolinieritas
R² - X3 0.0970 Tidak ada multikolinieritas
R² - X4 0.7765 Tidak ada multikolinieritas
menjelaskan dari model regresi. Jika asumsi model regresi linier klasik
penaksir tadi adalah penaksir tak bias kolinier terbaik (BLUE) jika
sangant efisien tetapi tidak berarti bahwa varians penaksir OLS akan
sampel tertentu.
2. Uji Heteroskedastisitas
cross term)
(cross term)
diatas. Jika kita mempunyai lebih dari dua variabel independen maka
variabel dari persamaan ei² akan lebih banyak. Dari persamaan ei² kita
dapatkan residualnya.
3. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji
berikut :
n R² ≈ χ²df
4. Jika nilai chi-squares hitung (n. R²) lebih besar dari nilai χ² kritis
dan sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ² kritis
sebagai berikut :
Tabel 6.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas no cross term
Karena nilai chi-squares hitung (χ²) lebih kecil dari nilai kritis chi-squares
3. Uji Autokorelasi
Tabel 6.7
Hasil Uji Autokorelasisitas
R-squared 0.853902
Adjusted R-squared 0.824683
S.E. of regression 0.143622
Sum squared resid 0.412543
Log likelihood 15.83017
Durbin-Watson stat 1.969817
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
- Bila DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du),
maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, yang berarti tidak ada
autokorelasi.
- Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulakan (ragu-ragu).
GAMBAR 6.6
Uji Durbin Watson (D-W test)
Gambar 6.6 menunjukan bahwa nilai DW-test berada pada daerah
dU≤d≤4-dU, yaitu dengan nilai DW-test yang sebesar 1.97 artinya menerima
C. Interpretasi Hasil
Dari hasil regresi pada tabel 6.1 diperoleh persamaan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan diatas serta melalui uji t, uji F dan uji
1. Nilai konstanta (α0) = 4.577 dapat diartikan apabila semua variabel bebas
(harga timah putih internasional, nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap
ekspor timah putih Indonesia oleh Singapura akan sebesar 4.577168 M.ton.
2. Nilai koefisien α1 = -0.1829 yang berarti jika harga timah putih internasional
berubah 1 persen, maka permintaan ekpsor timah putih oleh Singapura akan
lain (nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah Serikat, PDB Riil Singapura
mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang
3. Nilai koefisien α2 = 0.1999 yang berarti jika nilai tukar dollar Amerika
ekspor timah putih oleh Singapura akan mengalami kenaikan sebesar 0.1999
persen, dengan asumsi variabel yang lain (harga timah putih internasional,
PDB Riil Singapura dan harga tembaga Internasional) tetap (ceteris paribus).
mengkibatkan harga komoditi timah putih menjadi lebih murah bagi negara
terhadap permintaan ekspor timah putih dan menerima hipotesis yang diduga
signifikan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat tidak berdampak pada
sektor riil sehingga tidak mempengaruhi permintaan ekspor timah putih. Ini
yang lain (harga timah putih internasional, nilai tukar dollar Amerika Serikat
permintaan ekspor timah putih oleh Singapura sebesar 0.0873 persen. Hal ini
putih, dengan kata lain tembaga memiliki hubungan yang sangat erat dengan
A. Kesimpulan
permintaan ekspor timah putih oleh Singapura. Kenaikan 1 persen pada harga
2. Nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap rupiah, PDB riil Singapura dan harga tembaga internasional mampu
B. Saran
berikut :
1. Supaya harga timah putih Indonesia tidak terlalu murah dipasar internasional,
efisiensi dalam proses produksi, sehingga harga jual produk dapat bersaing
dengan harga internasional dan disamping itu kualitas yang dihasilkan tidak
terhadap dollar Amerika Serikat agar harga timah dipasar dunia menjadi lebih
tinggi.
selama ini menjadi tujuan ekspor timah putih, sehingga penerimaan devisa
Tahun Y X1 X2 X3 X4
1979 127.7 2628 643 9437.6 106.5
1980 140.7 3049 643 11718.1 111.1
1981 175.8 3028 692 13887.2 119.8
1982 198.4 3381 994 15266.3 113.5
1983 191.5 5267 1026 17383.4 127.4
1984 164.5 5284 1131 18774.5 87.5
1985 108.8 6402 1655 17690.9 32.3
1986 198.2 6036 1652 17958.3 85.3
1987 200.1 4102 1729 20544.2 82.3
1988 281.2 2681 1805 25331.5 853.3
1989 209.5 3212 1901 30115.1 1892.2
1990 225.4 4008 1901 36901.8 1167.4
1991 230.6 3546 1992 43188.8 802.8
1992 270.8 3188 2026 49861.5 1894.7
1993 291.9 3202 2110 58354.6 1996.5
1994 207.7 6855 2200 72610.9 1190.5
1995 249.4 6839 2308 83930.2 8360.8
1996 298.9 8422 2383 92143.7 5722.7
1997 310.7 7330 4650 95384.1 26040.5
1998 356.4 7517 8023 82055.9 10581.5
1999 310.6 9206 7100 82539.9 7953.7
2000 320.5 8078 9595 92.578 21260.2
2001 352.1 7878 10400 85824.3 18390
2002 367.5 7957 8940 88455.1 20468.1
2003 398.4 7758 8465 92368 19362.8
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/17/06 Time: 03:31
Sample: 1979 2003
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.132381 2.960112 2.071672 0.0548
LOG(X1) -1.766430 0.728972 -2.423180 0.0276
(LOG(X1))^2 0.104740 0.043062 2.432299 0.0271
LOG(X2) 0.322917 0.119689 2.697966 0.0158
(LOG(X2))^2 -0.020557 0.007566 -2.717047 0.0152
LOG(X3) 0.067034 0.075586 0.886861 0.3883
(LOG(X3))^2 -0.004184 0.004721 -0.886286 0.3886
LOG(X4) -0.054784 0.024554 -2.231123 0.0403
(LOG(X4))^2 0.003806 0.001672 2.275561 0.0370
R-squared 0.614131 Mean dependent var 0.016502
Adjusted R-squared 0.421196 S.D. dependent var 0.023549
S.E. of regression 0.017916 Akaike info criterion -4.932563
Sum squared resid 0.005136 Schwarz criterion -4.493768
Log likelihood 70.65704 F-statistic 3.183100
Durbin-Watson stat 2.612929 Prob(F-statistic) 0.023241
Hasil Uji White Cross Term
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/17/06 Time: 03:32
Sample: 1979 2003
Included observations: 25
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 9.770892 2.944506 3.318346 0.0078
LOG(X1) -1.225949 0.805005 -1.522908 0.1588
(LOG(X1))^2 0.063991 0.075916 0.842917 0.4190
(LOG(X1))*(LOG(X2)) -0.050705 0.090098 -0.562772 0.5860
(LOG(X1))*(LOG(X3)) 0.078643 0.064228 1.224427 0.2489
(LOG(X1))*(LOG(X4)) -0.044604 0.031546 -1.413920 0.1878
LOG(X2) -0.142977 0.514015 -0.278157 0.7866
(LOG(X2))^2 0.027935 0.033892 0.824224 0.4290
(LOG(X2))*(LOG(X3)) 0.032215 0.086982 0.370370 0.7188
(LOG(X2))*(LOG(X4)) -0.026389 0.029464 -0.895646 0.3915
LOG(X3) -1.112802 0.553299 -2.011211 0.0720
(LOG(X3))^2 0.011309 0.010204 1.108268 0.2937
(LOG(X3))*(LOG(X4)) -0.007069 0.031098 -0.227301 0.8248
LOG(X4) 0.539042 0.248540 2.168836 0.0553
(LOG(X4))^2 0.008538 0.007968 1.071654 0.3091
R-squared 0.845777 Mean dependent var 0.016502
Adjusted R-squared 0.629866 S.D. dependent var 0.023549
S.E. of regression 0.014327 Akaike info criterion -5.369666
Sum squared resid 0.002053 Schwarz criterion -4.638340
Log likelihood 82.12082 F-statistic 3.917240
Durbin-Watson stat 2.414654 Prob(F-statistic) 0.017829