You are on page 1of 6

HIDROPONIK

Disusun oleh:

Midian Romeo Siregar


A24070161

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HOLTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
I.PENDAHULUAN
Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini lebih umum disebut dengan
berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain
yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng,
pasir kali, gabus putih, dan lain-lain (Pinus Lingga, 1984).
Bertanam secara hidroponik telah dikenal lebih dari beratus-ratus tahun
yang lalu ini dapat kita lihat dari ditemukannya taman gantung (Hanging Garden)
di Babylonia. Namun kepopulerannya baru berlangsung sejak tahun 1936, saat Dr.
W.F. Gericke berhasil menumbuhkan tanaman tomat dalam kolam berisi air dan
nutrien di laboratoriumnya. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sebenarnya
yang dibutuhkan tanaman bukanlah tanah, tetapi nutrien yang dilarutkan dalam
air. Perkembangan selanjutnya teknik budidaya tanaman ini dikenal dengan nama
hydropnics (hydros yang berarti air dan ponos yang berarti kerja ). Dengan
demikian hidroponik adalah pengerjaan dengan air.
Setelah Perang Dunia II hidroponik berkembang pesat. Dalam
penerapannya tidak hanya mengunakan air, tetapi didukung media lain yang
bukan tanah sebagai penopang tanaman. Media lain yang dapat digunakan dapat
berupa pasir, kerikil, perlit, zeolit, sabut kelapa, spon, batu apung, dan sebagainya.
Media ini harus steril, tidak mempengaruhi jumlah unsur hara yang diberikan,
porus, dan dapat menyimpan serta mengalirkan air dan udara. Cara penanaman di
atas air belakangan ini malah sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan cara
penanaman di atas media lain yang lebih praktis, mudah di dapat dan dilakukan
seperti pasir, kerikil, sebagai tempat menancapkan tanaman.

II. METODE HIDROPONIK


Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat
dilakukan dengan tiga metode, yakni: metode kultur air, metode kultur pasir, dan
metode kultur bahan porous.

2
II.1. Metode Kultur Air
Metode kultur air adalah metode menumbuhkan tanaman dengan air. Air
sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti stoples atau tabung kaca atau
wadah lain, ke dalam air ini dicampurkan larutan pupuk atau larutan mineral
untuk menyuplai kebutuhan tanaman. Cara ini hanya cocok untuk menumbuhkan
tanaman, khususnya tanaman hias dan sekedar pajangan di ruang tamu. Wadah
yang digunakan hendaknya bersih untuk mencegah timbulnya gangguan penyakit
dan hama. Perlu juga diuji apakah wadah yang digunakan tidak bereaksi dengan
larutan mineral yang digunakan, agar terhindar dari pencemaran atau keracunan
akibat reaksi tadi. Air yang digunakan untuk mengisi kontainer adalah air kran
atau air ledeng. Tapi setiap air yang hendak digunakan hendaknya selalu diukur
tingkat keasamannya (pH). Tingkat keasaman perlu diukur untuk menjaga
keseimbangan jumlah unsur hidrogen yang dibutuhkan tanaman.
Tanaman yang dipindahkan atau ditanam dalam kontainer atau tabung
yang telah dipersiapkan bisa berupa stek bisa pula tanaman utuh. Jenis tanaman
biasaya adalah tanaman hias. Tanaman yang dipindahkan bisa berasal dari pot,
bisa pula dari pekarangan. Tanaman yang dipindahkan dari stek hendaknya
secepatnya dipindahkan setelah dibersihkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk
tanaman utuh, perlu dibersihkan secara hati-hati mengingat akar tanaman bisa
membawa penyakit atau hama lainnya.

II.2. Metode Kultur Pasir


Metode yang paling praktis dan lebih mudah diterapkan adalah metode
kultur pasir. Metode pasir bertindak sebagai media tumbuh tanaman, sedangkan
metode air bertindak sebagai penyuplai kebutuhan tanaman akan makanan.
Pasir ini bisa di dalam pot, bisa di atas tanah atau di wadah lain. Pada pasir
ini ditancapkan tanaman, sementara makanannya berupa pupuk disiramkan
setelah dilarutkan dalam air. Cara kerjanya adalah bahwa larutan pupuk/mineral
yang disiramkan pada tanaman mengalir sampai ke akar, dan bulu-bulu akar
menyerap mineral yang dikandung larutan.

3
Pasir yang digunakan dapat berupa pasir kali. Pasir kali tidak boleh
langsung digunakan, tetapi harus melewati perlakuan lebih dahulu, pasir ini
disterilkan melalui pemanasan hingga mencapai titik didih 100-150 derajat
celcius. Lewat pemanasan maka bisa dijamin semua penyakit dan hama yang
terkandung dalam pasir akan segera musnah.

II.3.Metode Kultur Porrus/ Agregate


Kecuali pasir dan air, masih ada beberapa media tanam lain yang dapat
digunakan. Diantaranya yang terkenal baik adalah kerikil, pecahan genteng dan
bata, gabus putih (Styrofoam), serbuk kayu dan lain-lain. Media seperti ini biasa
harus disterilkan lebih dahulu. Menyeterilkan media ini bisa dengan jalan
pemanasan, bisa pula hangat-hangat kuku. Semua bahan ini memiliki kadar
kesarangan yang tinggi dan amat baik untuk mengalirkan makanan dan menolong
tanaman sendiri
Bahan yang paling baik adalah vermikulit dan perlite. Kedua bahan ini
termasuk material asli yang mempunyai jumlah partikel yang cukup menyerap
panas. Bahan ini bisa dicampur dengan pasir kasar dengan perbandingan dua
bagian vermikulit atau perlite, satu bagian pasir. Melalui pencampuran kedua
bahan ini maka larutan akan dapat dialirkan sesuai kebutuhan tanaman denga
tingkat kebasahan yang ideal. Serbuk kayu termasuk salah satu pilihan untuk
media tanaman.

III. PEMBAHASAN
Bertaman secara hidroponik banyak dilirik orang karena banyak
keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan bertanam secara biasa di tanah.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam berhidroponik adalah: sesuai
untuk penanaman di tempat yang terbatas; lebih bersih; pemakaian pupuk atau
nutrien lebih efisien, awet, dan terkontrol; gulma tidak ada, hama dan penyakit
lebih sedikit; kegiatan pemeliharaan lebih sedikit; dan hasil produksinya lebih
seragam.

4
Hidroponik dengan menggunakan media air memiliki beberapa kelemahan
yaitu masih tergolong mahal dan cara ini hanya cocok untuk menumbuhkan
tanaman, khususnya tanaman hias dan sekedar pajangan di ruang tamu. Meskipun
tergolong mahal, di Negara maju seperti Eropa, metode ini sangat berkembang
pesat dan banyak di senangi orang. Untuk menyiasati harganya yang mahal dapat
juga digunakan bahan yang lebih murah seperti vas bunga, botol, mangkuk, atau
stoples. Hanya saja wadahnya harus dibersihkan untuk menghidari hama atau
penyakit yang dapat menyerang tanaman.
Bila ingin menanam tanaman dalam jumlah yang banyak dalam satu
kontainer atau petakan atau ingin menanam di areal yang luas maka metode yang
paling menguntungkan adalah metode kultur pasir. Akan tetapi ada kelemahannya
yaitu frekuensi penyiraman yang lebih singkat, lantaran pasir tidak dapat
menyimpan air.
Metode Kultur Porrus/ Agregate memiliki kelemahan yaitu dengan media
tanam ini tanaman mudah kering sehingga harus rajin menyiramnya. Untuk
menghindarkan kesulitan ini, ada baiknya dicampur dengan pasir. Pasir akan lebih
mampu menahan air dan tingkat kebasahan lebih lama sementara kerikil atau
pecahan genteng ini bertindak untuk mengalirkan air yang berlebihan. Campuran
yang terkenal baik adalah lima bagian kerikil dan tiga bagian pasir. Dengan
campuran tersebut tanaman cukup disiram dengan larutan sekali sehari. Bila
dengan menggunakan serbuk kayu, serbuk ini memiliki kecenderungan untuk
berubah atau menggumpal dan menjadi penghalang aliran larutan, terkadang
berubah busuk dan hancur, serta barang tentu menjadi sumber hama dan penyakit,
yang sekaligus membawa kerugian atau kematian bagi tanaman.

IV. KESIMPULAN
Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam yang sangat
menguntungkan sekaligus menyenangkan. Dari pembahasan di atas dapat kita
simpulkan bahwa kita sebaiknya memilih metode hidroponik dengan
mempertimbangkan baik dan buruknya sehingga kita dapat menikmati bercocok
tanam secara hidroponik dengan baik.

5
V. DAFTAR PUSTAKA
Lingga, Pinus. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Prihmantoro, Heru dan Yovita H.I. 1995. Hidroponik Tanaman Buah Untuk
Hobi dan Bisnis. Penebar Swadaya: Jakarta.

You might also like