You are on page 1of 4

c 

   

Pada garis besarnya ada lima cara atau jalan untuk mentakhrij hadis, yaitu:
1. Melalui pengenalan nama sahabat perawi hadis

2. Melalui pengenalan awal lafaz atau matan suatu hadis

3. Melalui pengenalan kata-kata yang tidak banyak beredar atau dikenal dalam pembicaraan,
tetapi merupakan bagian dari matan hadis (letak kata-kata tersebut bisa dimana saja, di awal, di
tengah atau di akhir matan

4. Melalui pengenalan topic yang terkandung dalam matan hadis

5. Melalui pengamatan tertentu terhadap apa yang terdapat dalam suatu hadis, baik matan atau
sanadnya.

 
  

Cara men-takhrij seperti ini hanya bisa dilakukan apabila telah diketahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis tersebut. Apabila nama sahabat diketahui maka pentakhrij ±an dapat
dilakukan dengan bantuan tiga macam kitab hadis, yaitu al-masanid (kitab musnad), al-ma¶ajim
(kitab-kitab mu¶jam), dan kutub al-athraf.

a. Al-Masanid (kitab-kitab musnad)


Al-masanid adalah jamak dari al-musnad yaitu semacam kitab yang disusun berdasarkan nama-
nama sahabat yang meriwayatkannya. Susunan nama-nama sahabat dalam kitab-kitab musnad
tidaklah sama ada yang disusun secara alfabetis,dan ada yang disusun berdasarkan kelompok
urutan waktu masuk islam atau keutamaan sahabat, di samping ada pula yang disusun
berdasarkan keutamaan kabilah atau kota.
Hasil karya berupa kitab musnad ini cukup banyak. Ath-thahhan menyebutkan sebanyak sepuluh
kitab yang diantaranya ialah musnad karya ahmad bin hanbal, musnad karya abu bakr Abdullah
bin az-zubair al-humaidi, dan musnad karya abu daud sulaiman bin daud ath-thayalisi. Dari
kitab-kitab yang disebutkannya dua di antaranya dibicarakan ath-thahhan lebih lanjut yaitu
musnad ahmad bin hanbal dan musnad abu bakr al-humaidi.

b.Al-Ma¶ajim (kitab-kitab Al-Mu¶jam)


Al-ma¶ajim atau kitab-kitab Al-Mu¶jam menurut istilah ulama ahli hadis adalah kitab-kitab hadis
yang disusun berdasarkan musnad sahabat, guru (suyukh), atau negeri-negeri tertentu. Diantara
kitab Mu¶jam yang terkenal ialah al-Mu¶jam al-Kabi¶r oleh abu al-Qasim Sulaiman bin Ahmad
ath-Thabrani (w. 360 H) yang memuat sekitar 60,000 buah hadis. Selain itu, al-Mu¶jam al-
Ausath, yang berisi sekitar 30,000 buah hadis, dengan nama guru-gurunya sebanayak 2000
orang, al-Mu¶jam as-Shagir, yang memuat 1000 buah hadis, dan al-Mu¶jam Ash-Shahabah karya
Abu Ya¶la Ahmad bin Ali al-Maushuli (w.307 H).

c. Kitab-Kitab Al-Athraf
Kata al-athraf jamak dari ath-tharf (sisi atau bagian). Maka kata tharf al-hadits, berarti bagian
dari matan yang menunjukan sisanya. Seperti kata kullukum ra¶in, atau kata bunia al-islam µala
khamsin. Kalimat yang pertama merupakan bagian atau potongan dari hadis yang menjelaskan
tentang kepemimpinan seseorang, seorang imam, atau seorang wanita. Kalimat yang kedua,
merupakan potongan dari hadis tentang dasar-dasar islam.
Pada kitab-kitab seperti ini, penyusun menyebutkan sebagian dari matan hadis dengan
menyebutkan sanad-nya, baik secara lengkap atau tidak. Kitab-kitab athraf pada umumnya
disusun berdasarkan nama-nama sahabat secara alfabetis, di samping ada juga yang
menyusunnya berdasarkan urutan alfabetis berdasarkan kata-kata awal dari matan hadisnya.
Di antara kitab-kitab athraf ialah:
- Athraf as-shahihain karya abu mas¶ud ibrahim bin Muhammad ad-dimasqi (w. 401 H).
- Al-asyraf µala ma¶rifat al-athraf karya ibn µAsakir (w. 571 H)
- Tuhfah al-Asyraf bi µMa¶rifat al-Athraf karya abu al-Hajjaj Yusuf Adurrahman al-Mizzi (w.742
H).
- Dzakhair Mawarits fi ad-Dalalah µala Mawadhi¶I al-hadits karya Abd al-Mugni an-Nablusi
(1050-1143).
Pada kitab-kitab yang terakhir ini menjadikan kutub as-sittah (dua kitab al-jami µash-shahih dan
empat kitab as-sunan) dan al-muwaththa¶ sebagai sumbernya.

j 
  

Dengan mengenal awal matan suatu hadis, maka hadis dapat di takhrij dengan menggunakan
bantuan beberapa kitab hadis yang dapat menunjuk kepada sumber utamanya. Kitab-kitab
dimaksud, ialah kitab-kitab yang memuat tentang hadis-hadis yang terkenal (al-musytaharah)nya
disusun secara alfabetis,dan kitab-kitab kunci serta daftar isi kitab-kitab hadis tesebut.

a. Kitab-Kitab Yang Memuat Hadis-Hadis Yang Banyak Dikenal Orang


yang dimaksud dengan hadis-hadis yang banyak dikenal orang atau al-musytaharah dalam
pembicaraan orang banyak, ialah hadis-hadis yang banyak beredar di masyarakat. Hadis-hadis
tersebut adakalanya shahih, hasan,atau dha¶if, bahkan Maudhu. Untuk itu, para ulama telah
menyusun kitab-kitab penunjuk yang menunjukan hadis-hadis yang beredar kepada sumber
asalnya. Dengan demikian,akan menjadi jelas nama yang harus menjadi pegangan umat dan
mana yang harus ditinggalkan. Kitab-kitab seperti ini banyak disusun oleh para ulama antara
abad 10 sampai 13 hijriah. Di antara kitab-kitab tersebut adalah:

- At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Badr ad-Din Muhammad bin Abdullah az-
Zarkyasi (w. 974 H);

- Ad-Durar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya as-suyuti (w. 911 H).

- Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayan Katsir min al-Ahadits al-musyhurah µala al-Alsinah, karya
Muhammad bin Abdurrahman as-sakhawi (w.902 H); dan

- Tashil as-Sabil ila Kasyf al-Iltibas µamma dara min al-Ahadits baina an-Nas, karya Muhammad
bin Ahmad al-Khalili (w. 1057 H).

b. Kitab Hadis Yang Matan-nya Disusun Secara Alfabetis


Kitab yang demikian berisi hadis-hadis yang diambil dari beberapa kitab dan disusun secara
alfabetis, dengan membuang sanadnya. Akan tetapi ditunjukan juga sunber utamanya, yang
memuat sanad-sanadnya secara lengkap. Pada kitab-kitab ini identitas sanad hanya dalam wujud
huruf-huruf singkatan. Untuk lebih memudahkan dalam mempergunakan kitab-kitab ini, harus
diketahui lebih dahulu awal matan dari hadis-hadisnya. Sebab, penyusunan hadis dilakukan
berdasarkan huruf pada awal matannya.
Di antara kitab-kitab yang termasuk kelompok ini, ialah al-ja¶mi ash-Shagir min Hadits al-Basyir
an-Nadzir dan al-jami µal-kabir, yang keduanya karya as-Suyuthi. Kitab hadis yang disebut
pertama meuat sekitar 10.031 buah Hadis, yang dinukil dari kitab karyanya sendiri, Jam¶u al-
Jawami.

c. Kitab-Kitab Kunci dan Daftar Isi Kitab Hadis Tertentu


di antara para ulama, khususnya ulama mutaakhirin, ada juga yang berusaha membuat kitab
kunci (al-miftah) dan kitab yang memuat daftar isi (al-fihris). Di antara kitab tersebut ialah
miftah ash-shahihain karya Muhammad as-syarif bin Musthafa at-Tauqidi (1312 H). Sistem
penyusunannya secara alfabetis, yakni potongan hadis dari shahih al-Bukhari dan Muslim
disusun dan diberi keterangan sperlunya saja tentang isi kitab/bab, nomor urut bab, jilid, dan
halamannya.

 
    !  ! "
 #
Untuk bagian ini, alat yang dipakai ialah al-mu¶jam al-mufahras li alfazh al-hadits an-nabawi
oleh A.J. Wensink, yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh Muhammad fuad Abd al-baqi.
Kitab ini disusun dengan merujuk kepada sembilan kitab hadis induk, yaitu dua kitab al-jami
µash-shahih, empat kitab as-sunan, al-muwaththa¶ Malik bin Anas, musnad Ahmad bin Hanbal,
dan musnad ad-darimi.

$ 
  %& #! c  
Cara mentakhrij melalui pengenalan topic ini dapat dipakai oleh mereka yang banyak mengasai
matan hadis dan kandungannya. Terdapat banyak kitab yang mentakhrij hadis dengan cara ini,
yang pada garis besarnya terdapat pada tiga bagian

‡ akitab-kitab yang memuat selurh bab dan topic ilmu agama. Kitab seperti ini banyak sekali, di
antaranya kitab al-jawami, al-mustakhrajah, al-mustadrakah µala al-jawami¶, al-majami¶, az-
zawaid, dan miftah kunuz as-sunnah.

‡ Kitab-kitab yang memuat banyak bab atau topic, akan tetapi tidak mencakup seluruh bab secara
lengkap, seperti kitab-kitab as-sunan al-muwaththa¶ah, dan al-mustakhrajah µala as-sunan.

‡ kitab-kitab yang hanya membahas bab atau topic-topik khusus, seperti kitab at-tarhib, at-targip,
al-akhlak, dan al-ahkam.
Kitab miftah kunuz as-sunnah yang disusun oleh Muhammad fuad Abd al-baqi merujuk kepada
14 kitab, yaitu : shahih al-bukhari, shahih muslim, sunan abu daud., jami¶at-turmudzi, sunan an-
nasa¶I, sunan Ibn Majah, sunan Ibn Malik, musnad Ahmad, musnad Abu Daud ath-thayalisi,
sunan ad-Darimi, musnad Zaid bin Ali, sirah Ibn hisyam, Magazi al-waqidi, dan thabaqah Ibn
Sa¶ad.

' 
  
&  #  &
Dengan mengenal ciri-ciri tertentu pada suatu hadis dapat menemukan dari mana hadis itu
terdapat. Cirri-ciri dimaksud seperti cirri-ciri maudhu¶, cirri-ciri hadits qudsi, cirri-ciri dalam
periwayatan dengan silsilah sanad tertentu, serta cirri-ciri yang lain.
Suatu contoh, jika diketahui ada matan hadis yang janggal (syadz), maka hadis tersebut dapat
dilihat lebih lanjut pada kumpulan hadis-hadis yang dha¶if atau maudhu¶, seperti kitab al-
maudhu¶ah al-kubra¶, begitu juga jika diketahui pada hadis tersebut ada cirri-ciri hadis qudsi,
dapat dilihat lebih lanjut pada kitab-kitab, seperti pada misykah al-anwar fi¶ma¶ruwiya¶an illahi
subhanahu wa ta¶ala min al-akhbar. Begitu juga halnya dengan cirri-ciri yang ditemukan pada
sanadnya.


You might also like