You are on page 1of 18

1

QUANTUM TEACHING BERBASIS KOMPETENSI

I. PENDAHULUAN

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama


dilakukan. Dalam setiap GBHN, Rencana Pembangunan Nasional Lima Tahunan
dan Rencana Strategis Pendidikan Nasional selalu tercantum bahwa peningkatan
mutu merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan.
Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya,
peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen
pendidikan serta pengadaan fasilitas pendidikan lainnya.
Sementara itu berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan
masih belum meningkat secara signifikan. Dari dalam negeri diketahui bahwa nilai
ujian akhir SD dan Sekolah Menengah rata-rata relatif rendah dan tidak
mengalami peningkatan yang berarti. Dari dunia usaha juga muncul keluhan
bahwa bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja
yang cukup. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan SMP merasa bekal
lulusan SD kurang memadai untuk memasuki SMP. Kalangan Sekolah Menengah
merasakan bahwa lulusan SMP tidak siap mengikuti pembelajaran di Sekolah
Menengah, dan kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan Sekolah
Menengah belum cukup untuk mengikuti perkuliahan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah kualitas
guru. Kompetensi guru bahkan merupakan faktor dominan dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar (PBM) yang efektif, disamping faktor motivasi siswa dan
sarana pembelajaran. Kompetensi guru meliputi : (1) Penguasaan Akademik ;
(2) Pengelolaan Pembelajaran; dan (3) Pengembangan Profesi (Ditendik, 2003).
Sehubungan dengan tuntutan kompetensi guru, maka setiap guru harus
mampu mengembangkan berbagai metode pembelajaran berikut merancang
model-model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas dan potensi siswa,
agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Seperti yang diamanatkan

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
2
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003), pasal 40 ayat (2) : Pendidik
dan tenaga kependidikan berkewajiban : menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

Pendekatan Kontekstual
Ada kecenderungan dewasa ini untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang berlandaskan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
‘ mengalami ‘ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘ mengetahui ‘-nya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi ‘ mengingat ‘ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah, yang terjadi
di kelas-kelas sekolah kita.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL)
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. CTL diharapkan menjadikan hasil
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa ‘bekerja’ dan ‘mengalami‘, bukan
merupakan transfer pengetahuan guru kepada siswa. Sebagaimana yang
dirumuskan oleh UNESCO tentang ‘Empat Pilar Pendidikan’ (The Four Pilars of
Education), dua pilar diantaranya sebagai berikut : (1) Belajar mengetahui
(Learning to know); (2) Belajar melakukan (Learning to do)
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti ‘apa makna belajar’, ‘apa
manfaatnya’ dan ‘bagaimana mencapainya’. Dengan begitu siswa akan sadar
bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna dalam hidupnya kelak. Sehingga
mereka termotivasi untuk mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya untuk menggapainya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pengarah,
pembimbing atau sebagai fasilitator . Tugas guru sebagai fasilitator adalah
membantu siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi mengajar dari pada memberi informasi. Lebih

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
3
jelasnya, tugas guru adalah mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan cara ‘ menemukan sendiri ‘,
bukan dari ‘ apa kata guru ‘.

Iklim Kelas (Classroom Climate) dan Komunitas Belajar (Learning Commu-


nity)
Dalam proses sekolah, yang penting bukan ‘apa’ materi yang diajarkan
ataupun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi tersebut
diajarkan. Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut menimbulkan apa yang
disebut iklim kelas (classroom climate) dan komunitas belajar (learning
community) Iklim kelas yang terbuka dan menyenangkan sangat kondusif untuk
mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, sebab dalam iklim semacam itu suasana
kelas akan bersifat demokratis sehingga proses pembelajaran akan dinamis
(Zamroni, 2003)
Sedangkan iklim kelas yang dinamis dan terbuka menciptakan komunitas
belajar yang produktif. Kebersamaan anggota kelas dalam mencapai tujuan
pembelajaran dapat meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar (Nasution,
2000)
Persoalannya adalah, bagaimana guru merancang pengelolaan kelas dan
memilih strategi yang tepat dalam proses pembelajaran, agar iklim kelas dan
komunitas belajar dapat tercipta pada saat guru menyajikan suatu topik materi
pembelajaran. Juga perlu dipertimbangkan karakteristik, kondisi kelas yang
dihadapi termasuk potensi anggota kelas (siswa) yang tentu beragam.
Perbedaan potensi siswa, dapat diatasi dengan alternatif model-model
pembelajaran, metode dan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan.
Banyak konsep dan beberapa model pembelajaran yang revolusioner dalam
rangka menjajagi pertanyaan : “ Learning how to learn ?” yang berpijak pada
kondisi psikologis dan karakter otak siswa (manusia).

Pembahasan tentang pengembangan metodologi pembelajaran yang


bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis dengan pendekatan

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
4
Quantum Teaching berbasis kompetensi terkait dengan teori-teori belajar,
misalnya Belajar Bermakna (Ausuble) dan Konstruktivisme (Piaget). Quantum
Teaching (QT) sebagai metode dalam proses pembelajaran sangat menarik untuk
dikaji lebih lanjut, karena metode ini memiliki kelebihan-kelebihan dibanding
metode pembelajaran yang telah dikenal sebelumnya. Kelebihan QT antara lain,
cocok untuk semua mata pelajaran, dapat diterapkan kepada pembelajar dari usia
9 sampai 24 tahun, juga dapat meningkatkan daya serap siswa secara dramatis
asal suasana kelas yang ada telah dikondisikan seperti yang disarankan.
Quantum Teaching dirancang untuk membantu guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip Belajar Menyenangkan
(Quantum Learning). Untuk mengiringi QT dan penerapannya di kelas, disarankan
pula menggunakan model-model pembelajaran Cooperative Learning (misalnya
type STAD, TGT dan Jigsaw) agar kompetensi yang dicapai siswa optimal,
kreatifitas siswa meningkat, suasana belajar demokratis dan dinamis. Namun
demikian masih banyak cara dan bentuk pembelajaran menyenangkan dalam
rangka percepatan belajar (Accelerated Learning) bagi para siswa.

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
5
II. BELAJAR BERMAKNA DAN SISTEM PEMROSESAN INFORMASI

Belajar Bermakna

Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi


seperti yang ditampilkan bagan di bawah ini :

Belajar dapat

Hafalan Bermakna

1. Materi disajikan 1. Materi disajikan


dalam bentuk dalam bentuk
final final
Secara
Penerimaan
2. Siswa
2. Siswa menghafal memasukkan
materi yang materi ke dalam
disajikan struktur kognitif
Siswa dapat
mengasimilasi
materi
pelajaran
1. Materi 1. Siswa
ditemukan oleh menemukan
siswa materi
Secara
Penemuan
2. Siswa
2. Siswa
memasukkan
menghafal
materi ke dalam
materi
struktur kognitif

Gambar 1 : Bentuk-bentuk belajar (menurut Ausubel)

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran


disajikan kepada siswa melalui penerimaanatau penemuan. Dimensi ke dua,
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Struktur kognitif yaitu fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalkisasi-generelisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada
siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
6
bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan.
Pada tingkat ke dua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya.
Dalam hal ini siswa telah mengalami belajar bermakna. Namun, siswa juga dapat
hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan
pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Dalam hal ini,
siswa belajar hafalan.
Penerapan belajar bermakna yang sederhana oleh siswa dapat dilakukan
dengan menggambarkan atau menyusun peta pikiran (mind mapping) setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran sebagai penguatan (reinforcement) atau
review.

Teori Konstruktivisme (Constructivism),


Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan konsep
dalam pembelajaran, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak
datang sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Konstruktivisme juga sangat cocok sebagai landasan filosofis pendekatan
kontekstual (CTL)
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa sendiri yang harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori
konstruksivisme adalah ide, bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran,

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
7
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum
objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Menurut pandangan
konstruktivis, ‘strategi memperoleh’ lebih diutamakan bukan ‘seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat’ pengetahuan. Dalam hal ini, tugas guru
adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
• menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
• memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menerapkan sendiri idenya, dan
• menyadarkan siswa agar dapat menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pe-
ngalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam
otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing kotak berisi informasi yang
bermakna berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai
berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda.
Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur kognitif)
dalam otak manusia tersebut.
Struktur kognisi dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu
asimilasi atau akomodasi. Asimilasi, maksudnya struktur kognisi yang sudah ada
dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pe-ngalaman
baru. Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2

PengembanganHal Penguata
baru Pembelajaran : Quantum
Metodologi Teaching created by
Pahyono@2004
(Benda, Peristiwa,
Gagasan)
Pada mulanya mengingat Cocok sekali Mengerti
Ketidakseimbangan Keseimban
konsep yang telah dimiliki Assimilasi
Tidak
Cocok
Cocok gan
8

Adaptasi
Jalan buntu (Belajar)
( tidak mengerti )
transformasi

Akomodasi

Gambar 2 : Proses Asimilasi dan Akomodasi

Lalu, bagaimanakah penerapannya di kelas ?


Bagaimanakah cara merealisasikannya pada kelas-kelas di sekolah kita ?
Pada umumnya, guru sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran
sehari-hari, yaitu pada waktu guru merancang pembelajaran dalam bentuk siswa
bekerja, siswa praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis
karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya. Oleh sebab itu,
mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak lagi.

Sistem Pemrosesan Informasi

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
9
Model pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi
kognitif menggambarkan proses mental sebagai transformasi informasi dari
stimulus (input) ke respons (output) , seperti yang diperlihatkan gambar di bawah
ini :

KONTROL EKSEKUTIF HARAPAN

E
F
L E GENERATOR
I K RESPONS
N T
G O
K R
U R
P
N
E
G R
E
A E G Coding MEMOR
N S N I
E I MEMORI JANGKA
P G JANGKA PANJAN
T S I PENDEK G
O T N
R O
D
R E

Gambar 3 : Sistem Pemrosesan Informasi


(Gagne, 1985)
Reseptor menerima sinyal-sinyal dari lingkungan (suara, gambar,
sentuhan, dll). Kemudian reseptor mengirimkan sinyal dalam bentuk impuls-
impuls elektrokimia ke otak. Impuls-impuls saraf dari reseptor diteruskan ke
registor penginderaan di dalam sistem saraf pusat dan disimpan selama waktu
yang sangat singkat. Seluruh informasi yang masuk sebagian kecil disimpan ke
dalam memori jangka pendek, sedangkan yang lain sebagian besar hilang dari
sistem. Proses ini disebut persepsi selektif. Memori jangka pendek dapat
disamakan dengan kesadaran. Contoh ketika kita mencari nomor telepon, setelah
menemukan kemudian menekan angka pesawat telepon. Kapasitas memori
jangka pendek terbatas, sehingga implikasinya penting sekali bagi pengajaran
atau instruksi pada umumnya. Memori jangka pendek disebut juga memori kerja.

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
10
Informasi dalam memori kerja kemudian dikode (coding), selanjutnya
disimpan ke dalam memori jangka panjang. Pengkodean (coding) merupakan
suatu proses transformasi informasi baru yang diintegrasikan pada informasi lama
dengan berbagai cara. Memori jangka panjang menyimpan informasi yang akan
digunakan di kemudian hari.
Informasi yang disimpan di memori jangka panjang, bila akan digunakan
harus dipanggil melalui generator respons. Dalam pikiran sadar, informasi
mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek, kemudian ke
generator respons. Tetapi untuk respons otomatis, informasi dari memori jangka
panjang mengalir langsung ke genator respons selama pemanggilan.
Generator respons mengatur urutan respons dan memicu efektor-efektor
berupa saraf-saraf motorik. Aliran informasi dalam sistem manusia diatur oleh
harapan dan kontrol eksekutif (norma, hukum, nilai, etika, dll.).
Setelah kita memahami sistem pemrosesan informasi, diharapkan guru
menyadari dan mengupayakan bagaimana cara menyajikan informasi agar dapat
disimpan ke dalam memori jangka panjang siswa semudah mungkin.

III. METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
11
Quantum Teaching (QT) pertama kali diterapkan di SuperCamp, yaitu
sebuah program percepatan Quantum Learning oleh Learning Forum pimpinan
Bobbi DePorter sang penemu QT. Learning Forum adalah suatu perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan kecakapan akademis dan kecakapan
pribadi.
Hasil survei J.V. Groenendal (1991) terhadap 6.042 orang alumni program
SuperCamp berusia 12 – 22 tahun menyatakan bahwa : SuperCamp mampu :
• 68 % meningkatkan motivasi
• 73 % meningkatkan nilai belajar
• 83 % meningkatkan rasa percaya diri
• 94 % meningkatkan harga diri
• 98 % melanjutkan penggunaan keterampilan.
Di dalam program SuperCamp, peserta memperoleh kiat-kiat untuk
mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreasi,, berkomunikasi dan
membina hubungan.
Metode dan model pembelajaran QT mulai dikenal di Indonesia pada tahun
1999 setelah sebelumnya dikenal tentang Quantum Learning.
Apakah Quantum Teaching itu ?
QT adalah suatu metode pembelajaran yang memadukan unsur seni dan
pencapaian tujuan yang terarah. QT berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas dan interaksi yang membangun landasan dan kerangka untuk
belajar bagi siswa. Quantum artinya interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Jadi Quantum Teaching dapat diartikan perpaduan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar siswa. Interaksi-interaksi
ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif. Interaksi-interaksi ini mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi ‘ cahaya ’ yang akan bermanfaat
bagi diri siswa dan bagi orang lain. QT adalah suatu metode percepatan belajar,
karena metode ini mampu menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses
belajar alamiah siswa dengan menggunakan musik, mendisain lingkungan, men-
disain bahan pengajaran yang sesuai, cara menyajikan yang efektif dan mendisain
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
12
QT mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Dengan kata lain QT memfasilitasi proses belajar siswa yang ‘ mudah ‘ dan
‘ menyenangkan ‘ (Quantum Learning) dan alamiah.
Azas Utama QT
QT berpijak pada prinsip : Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Strategi, model dan segala hal yang
berkaitan dengan QT- setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum
dan setiap metode interaksional dibangun di atas prinsip : Bawalah Dunia Mereka
ke Dunia Kita, dan antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka
Maksudnya, kita memasuki dunia
mereka (siswa). Setelah kita memasuki
dunia mereka, kita akan mudah me-
DUNIA
MEREK mimpin, menuntun dan memudahkan
A
perjalanan mereka menuju kesadaran
dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

DUNIA
Caranya, dengan mengaitkan apa yang
KITA guru ajarkan dengan sebuah peristiwa,
pikiran atau perasaan yang diperoleh
dari kehidupan di rumah, sosial, olah
raga, musik, seni, rekreasi atau aka-
demik mereka (siswa). Setelah kaitan
itu terbentuk, barulah dunia mereka
dibawa ke dunia kita, dan memberi
mereka pemahaman kita tentang isi
dunia. Pada fase ini mulai dikenal kosa-
DUNIA kosa kata baru (istilah) , model mental,
BARU rumus dan lain-lain. Setelah menjelajahi
MEREKA
kaitan dan berinteraksi, baik siswa

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
13
maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan ‘ Dunia Kita ‘ dapat diperluas
mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya, dengan pengertian
yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa
yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi
baru. Dengan demikian pembelajaran berlangsung dinamis.

Prinsip Quantum Teaching,


Dalam menerapkan QT di kelas, guru harus memahami prinsip-prinsip QT
sebagai berikut :
1. Segalanya bicara ;
Semua yang berada di lingkungan kelas, termasuk lembaran-lembaran
kertas yang dibagikan kepada siswa, rancangan pelajaran bahkan bahasa
tubuh guru semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan ;
Semua yang terjadi dalam ‘ orkestra ‘ pengajaran guru pastikan mempunyai
tujuan.
3. Pengalaman sebelum Memberi Nama ;
Otak siswa akan berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks
sehingga akan memicu rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar
paling baik terjadi pada saat siswa telah ‘mengalami’ informasi sebelum
siswa memperoleh ‘nama’ untuk apa yang mereka pelajari
4. Akui setiap Usaha ;
Belajar adalah resiko, maksudnya siswa yang sedang belajar berarti siswa
melangkah keluar dari kenyamanan. Oleh karena itu, pada saat mengambil
langkah ini, mereka layak mendapat ‘ pengakuan ‘ atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka
5. Jika layak dipelajari, maka layak untuk Dirayakan ;
Perayaan merupakan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan
asosiasi emosi positif dengan belajar. Perayaan dapat menguatkan
pemahaman (reinforcement) siswa terhadap apa yang baru dipelajari.

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
14
Model Quantum Teaching,
Model QT yang dikembangkan di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
(1) Bagian konteks, (2) Bagian isi.
Pada bagian konteks, QT diperlukan untuk menciptakan :
a. Suasana yang memberdayakan ;
Suasana kelas mencakup bahasa pengantar yang digunakan guru, cara
guru menjalin rasa simpati dengan siswa, sikap guru terhadap sekolah dan
belajar. Suasana yang menggembirakan akan membawa suasana belajar
yang menyenangkan.
b. Landasan yang kukuh ;
Landasan merupakan kerangka kerja guru : tujuan, keyakinan,
kesepakatan, kebijakan, prosedur dan aturan bersama yang menjadi
pedoman bersama guru dan siswa untuk bekerjasama di dalam komunitas
belajar.
c. Lingkungan yang mendukung ;
Lingkungan adalah cara guru menata (setting) ruang kelas, meliputi
pencahayaan, warna dinding/ ruangan, formasi meja kursi, tanaman hias,
jenis musik pilihan dan semua hal yang mendukung proses belajar.
d. Rancangan belajar yang dinamis ;
Merancang pembelajaran dengan memasukkan unsur-unsur penting yang
dapat menumbuhkan minat belajar siswa, mendalami makna dan
memperbaiki proses tukar menukar informasi. Dalam konteks QT, guru
dapat merancang pengajaran yang dikenal dengan akronim TANDUR
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan)
Jika keempat aspek konteks tersebut dipenuhi, maka akan tercipta rasa
saling memiliki dan saling menghargai dalam komunitas belajar, sehingga kelas
menjadi tempat komunitas belajar yang menyenangkan. Siswa masuk kelas akan
merasa senang bukan karena terpaksa.
Sedangkan bagian isi, QT membantu guru meningkatkan keterampilan dalam
penyajian materi pembelajaran, meliputi :
a. Penyajian yang prima (transfer expert)
Ada tujuh pedoman agar penyajian sukses :

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
15
1. Pahami apa yang anda inginkan, meliputi tujuan kognitif, afektif dan
psikomotorik untuk setiap kegiatan
2. Binalah jalinan dengan siswa. Tempatkan diri anda sebagai pelayan
siswa, sehingga dapat mengenal siswa lebih dekat. Guru harus
memahami latar belakang, minat, kegagalan dan kesuksesan yang
pernah dialami siswa masa lalu. Hal ini dapat meningkatkan
kredibilitas guru di mata siswa, sehingga terbentuk jalinan hati.
3. Bacalah mereka (siswa), dengan memperhatikan perilaku, sikap dan
informasi lain tentang keadaan siswa sekarang. Guru dapat minta
tanggapan siswa tentang pengaruh pelajaran, pemikiran dan
dampak yang ditimbulkannya, sehingga guru dapat mengidentifikasi
kebutuhan siswa dan menyesuaikan bahan pelajaran.
4. Targetkan kondisi siswa, maksudnya guru menargetkan kondisi
siswa untuk menyiapkan mereka mencapai sukses belajar. Tetapkan
target untuk setiap kegiatan belajar. Upayakan kondisi siswa
mencapai kondisi target.
5. Capailah modalitas mereka, melalui bahasa, suara, gerak dan jenis
kegiatan yang melibatkan modalitas belajar siswa (auditorial, visual
dan kinestetik)
6. Manfaatkan ruangan, kelas sebagai panggung orkestra
pembelajaran di kelas. Manfaatkan berbagai ruang di kelas sebagai
tempat penyajian, bercerita, umpanbalik, instruksi awal dan
pertemuan
7. Bersikaplah ikhlas, maksudnya guru dalam menyampaikan pesan
terbuka, jujur dan adil secara tulus dan ikhlas.
b. Fasilitasi yang fleksibel (flexible facilitation);
Bagaimana cara guru mempermudah kesiapan dan kemampuan siswa
dalam belajar ? Seperti yang dibahas pada halaman depan tentang
interaksi, QT menempatkan prioritas tinggi terhadap interaksi dalam
lingkungan belajar. Jika interaksi tidak berjalan seperti yang diharapkan,
maka siswa belajar di dalam kelas mengalami situasi jenuh, berulang kali

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
16
menatap jam dinding atau arlojinya, seolah-olah saat itu mereka telah
belajar lebih banyak
c. Keterampilan belajar
Apa pun mata pelajarannya, siswa dapat belajar lebih cepat dan efektif, jika
mereka menguasai keterampilan berikut ini :
• Konsentrasi terfokus
• Cara mencatat yang efektif
• Mengorganisasi belajar untuk tes
• Membaca dengan cepat
• Teknik mengingat
Selain lima keterampilan belajar di atas, guru perlu mengidentifikasi gaya
belajar masing-masing siswa, agar guru dapat membantu siswa memaksi-
malkan gaya belajar mereka masing-masing. Untuk mengidentifikasi gaya
belajar siswa, dapat menggunakan contoh instrumen terlampir. Dalam
kenyataannya, setiap siswa memiliki ketiga gaya belajar tersebut, tetapi
hanya satu gaya yang dominan. Pada bagian akhir, siswa dilatih membuat
model “peta pikiran” (mind mapping), untuk mengkonstruksi pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa seperti contoh di bawah ini

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
17
d. Kecakapan hidup (lifeskills)
Melatih kecakapan hidup kepada siswa, intinya adalah melatih siswa
membina dan memelihara hubungan dengan orang lain di sekolah. Dalam
konteks QT, melatih kecakapan hidup didefinisikan melatih siswa memiliki
kemampuan “Hidup di Atas Garis” atau “berkemampuan untuk
menanggapi”. Kita menyadari bahwa, setiap orang pasti mempunyai
‘masalah’ dalam kehidupannya. Oleh karena itu, siswa diarahkan untuk
menghadapi masalah hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari solusi pemecahannya.
Pemikiran di atas garis berujung pada kebebasan yang lebih besar. Siswa
tidak hanya berpangku tangan dan menyerah karena kegagalan., tetapi
menggunakan pengalamannya (kecakapan hidup) untuk menggerakkan diri
menuju sukses. Filosofinya, dari pada dikendalikan keadaan, lebih baik kita
menentukan tindakan kita sendiri.

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004
18
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis, 2001,Teori-teori Belajar, Cetakan ke tiga, Erlangga, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Program Pembangunan Nasional &


Rencana Strategis Pendidikan Nasional Tahun 2000-2004, Ditjen
Dikdasmen, Jakarta

_________________, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contexrual Teaching and


Learning (CTL), Dit.PLP, Ditjen Dikdasmen, Jakarta

Dryden, Gordon & Vos, Jeannette, 2003, The Learning Revolution (Terjemahan)
Cetakan VII, Penerbit Kaifa, bandung

Goleman, Daniel, 2003, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,


Cetakan V, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Meier, Dave, 2003, The Accelerated Learning (Terjemahan), Kaifa, Bandung

Nasution S, 2000, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan


ke tujuh, PT Bumi Aksara, Bandung

Pidarta, Made, 2000, Landasan Kependidikan, Cetakan ke dua, PT Rineka Cipta,


Jakarta

Porter, Bobbi de, et al, 2003, Quantum Learning, Terjemahan, Cetakan XVIII,
Kaifa, Bandung

Porter, Bobbi de, et al, 2003, Quantum Teaching, Terjemahan, Cetakan XIII, Kaifa,
Bandung

Santoso, AM Rukky, Right Brain, 2002, Terjemahan, Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta

Slavin, Robert E, 1995, Cooperative Learning Theory, Research and Practise,


Allyn & Bacon A simon & Schuster Company, Second Edition, Singapore

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, 2003, Lembaran Negara . Jakarta

Zamroni, 2003, Pendidikan untuk Demokrasi, Bigraf Publishing, Yogyakarta

---------

Pengembangan Metodologi Pembelajaran : Quantum Teaching created by


Pahyono@2004

You might also like