You are on page 1of 7

21

Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

ABSTRACT

PENDAHULUAN (+). Berdasarkan hasil Survey Kesehatan


Sebagai mana halnya dengan Rumah Tangga (SKRT) 1992 ditemukan
negara berkembang lain, Tuberkulosis bahwa TB Paru menjadi penyebab
(TB) paru di Indonesia masih merupakan kematian kedua di Indonesia.(8)
salah satu masalah kesehatan utama. Permasalahan yang paling menonjol
Dilaporkan oleh Badan Kesehatan Dunia dewasa ini berkaitan dengan peningkatan
(WHO), pada tahun 1994 terjadi kembali TB paru adalah perkembangan
pandemi TB paru yang melanda seluruh infeksi HIV dan terdapatnya Multi Drug
belahan bumi, terutama pada negara - Resistent Tubercolosis yaitu kuman
negara yang sedang berkembang.(14) tuberkulosa yang telah resisten dengan
Penyakit yang penyebabnya telah pengobatan standar yang dipergunakan
ditemukan oleh Robert Koch tahun 1882 saat ini. Kondisi ini terutama disebabkan
ini, teryata tidak pernah terbasmi dengan oleh pola penggunaan obat yang tidak
tuntas hingga saat sekarang. Kini, sekitar berkelanjutan atau tingginya kasus putus
1.7 milyar penduduk dunia telah obat pada pemakainya.(11)
terinfeksi kuman Mycobacterium Jika di negara-negara Afrika,
tuberculosa. Setiap tahunnya dilaporkan masalah utama peningkatan kembali
terdapat 20 juta kasus baru di seluruh insiden TB paru terkait dengan
dunia dengan angka kematian 3 juta meningkatnya prevalensi HIV maka di
setiap tahunnya. Sekitar 26% kematian Indonesia permasalah utama yang
pada orang dewasa disebabkan oleh TB berkaitan dengan pengobatan TB paru
paru dan 80% di antaranya berada pada adalah kurangnya pengertian dan
usia produktif di kawasan Asia Tenggara pengetahuan masyarakat tentang TB paru
saja diperkirakan terdapat 3.9 juta itu sendiri. Keadaan ini menyebabkan
penderita baru TB paru, dengan angka pemakaian obat yang tidak terkontrol,
kematian sekitar 1.3 juta orang per yang pada akhirnya akan menimbulkan
tahunnya.(1,3,12) penyakit-penyakit yang bersifat resisten
Di Indonesia sendiri diperkirakan dengan obat-obat anti tuberkulosa yang
terdapat lebih dari 500.000 kasus baru biasa dipergunakan, seperti M,
TB paru setiap tahunnya dengan BTA

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


22
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

Rifampisin, Ethambutol, Streptornisin Kompleks primer dan fokus primer


dan lain sebagainya.(10) merupakan TB paru primer, yang lebih
Sebagai perbandingan dari salah satu lanjut akan mengalami penyembuhan.
penelitian di FK. Unpad Bandung Mycobacterium tuberculosa tipe
ditemukan bahwa dari 431 penderita TB humanus merupakan bentuk yang paling
paru yang di obati, 98 orang (22.7%) dominan dalam penyakit pada manusia.
lalai dalam berobat dan 192 orang Basil tersebut berbentuk batang, bersifat
(44.6%) mengalami putus obat. mati dengan pemanasan dan cahaya
Sedangkan penderita yang berobat matahari serta tahan hidup berbulan-
teratur hanya 32,7%. Permasalahan bulan pada suhu kamar.(4)
utama dari keadaan tersebut adalah Berdasarkan data Dinkes Tk. I
masih rendahnya pemahaman penderita Sumatera Barat ditemukan bahwa daerah
dan keluarga tentang penyakit TB paru dengan kasus TB paru tertinggi adalah
itu sendiri.(12) Padang Pariaman, dengan 339 kasus
Fenomena inilah yang melatar baru. Untuk Kabupaten Padang
belakangi pengabdian ini, yang Pariaman, berdasarkan data Dinas TK. II
merupakan sarana dalam memberikan di ketahui daerah dengan kasus TB paru
kontribusi pengetahuan pada masyarakat, tertinggi adalah yang berada dalam
yaitu dengan mencoba mencari terobosan wilayah kerja Puskesmas Sungai Sarik
yang di pandang efektif yang dapat sebanyak 28 kasus baru. Data dari
meningkatkan pemahaman dan Puskesmas Sungai Sarik sendiri selama
pengetahuan masyarakat terhadap TB tahun 1999 ditemukan bahwa desa
paru, sehingga pada akhimya diharapkan Pincuran Sonsang mempunyai kasus
akan menurunkan insiden TB Paru di baru yang tinggi. Setelah
masyarakat. mempertimbangkan letak daerah,
transportasi dan kemudahan lainnya
Etiopatogenesis maka ditetapkan bahwa daerah tersebut
Penyakit kronis menular yang merupakan lokasi pengabdian.(9)
terjadi akibat masuknya kuman Desa Pincuran Sonsang sendiri
Mycobacterium tuberculosa compleks mempunyai luas daerah 2.65 km2
(M. bovis dan M. africanus dan lain dengan jumlah penduduk 1461 orang,
sebagainya). Basil masuk ke dalam yang terdiri dari 670 orang laki-laki dan
jaringan paru melalui saluran nafas 791 orang perempuan dengan 308 kepala
(droplet infection) sampai alveoli, jika keluarga. Sebagian besar penduduknya
daya tahan tubuh tidak memadai maka bekerja pada lahan pertanian dan
kuman akan berkembang biak sehingga sebagian kecil lainnya bekerja sebagai
terbentuk fokus primer (Fokus Ghon). pedagang, pegawai, buruh dan lain
Pada tahapan berikutnya akan menyebar sebagainya. Dari sisi pendidikan, tidak
ke kelenjar limfa sehingga akan ada data konkrit. Namun dari informasi
menimbulkan peradangan kelenjar limfa petugas kecamatan dikatakan bahwa
(limfa denitis) dan pembengkakan (limfa sebagian besar penduduk berada pada
denopati) kelenjar limfa. Struktur ini di tingkat pendidikan antara SD - SLTA.
sebut dengan kompleks primer.(4)

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


23
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

Hampir tidak ada anggota masyarakat kesehatan untuk seluruh anggota


yang Sarjana.(5) masyarakat, mengidentifikasi penyakit
Secara geografis daerah ini terletak pada secara dini dan melakukan pengobatan
ketinggian 40 meter di atas yang adekuat. Penelitian ini bertujuan
permukaan laut, beriklim tropis dengan untuk melihat pengetahuan masyarakat
suhu rata-rata 24ºC, tingkat curah hujan tentang TB Paru
mencapai 551 mm/tahun. Desa itu Dari kegiatan pengabdian ini
sendiri sebagian besar berupa dataran diharapkan akan dapat di ambil manfaat
rendah dengan sedikit bukit-bukit yang sebagai berikut :
tidak terlalu tinggi. 1. Tercapainya peningkatan tingkat
Berdasarkan administrasi pengetahuan dan pemahaman
pemerintahan, desa ini terbagi atas 3 masyarakat tentang TB paru yang
(tiga) dusun, yaitu Dusun Simpang diharapkan akan menurunkan
Empat, Dusun Air Sur dan Dusun Baruh. kasus TB paru.
Hampir tidak ada perbedaan yang berarti 2. Menambah kesadaran masyarakat
mengenai pekerjaan penduduk tiap untuk melakukan pengobatan
dusunnya. Batas-batas Desa Pincuran penyakit TB Paru secara
Sonsang adalah sebagai berikut : (5) maksimal.
Sebelah Utara dengan Lubuk Puar, Sei.
Tareh dan Kampung Duku. METODOLOGI
Sebelah Selatan dengan Limpato dan Kerangka pemecahan masalah
Kampung Duku. Sesuai dengan sifat proyek
Sebelah Barat dengan Toboh Sikambang pengabdian ini yang memakan waktu
dan Lubuk Puar. singkat maka pemecahan masalah di atas
Sebelah Timur dengan Limpato. dapat dilaksanakan dengan kegiatan
sebagai berikut :
Identifikasi dan perumusan masalah 1. Penyuluhan kesehatan tentang TB
Tuberkulosis paru (TB Paru) masih paru yang meliputi bahaya
merupakan masalah penyakit infeksi penyakit, pengobatan, tempat
utama di Indonesia. Permasalahan utama pengobatan.
dalam penanggulangan penyakit ini 2. Pemeriksaan kesehatan dan
adalah masih rendahnya pengetahuan pengobatan pada penderita yang
masyarakat tentang penyakit itu sendiri, bekerjasama dengan Puskesmas
yang menyebabkan angka putus berobat setempat.
cukup tinggi yang pada akhirnya 3. Pemeriksaan dahak penderita yang
menyebabkan kegagalan pengobatan di curigai dengan TB Paru.
yang sangat besar. Karakteristik penyakit
ini yang sangat menular di tunjang faktor Realisasi pemecahan masalah
pengobatan yang gagal menyebabkan Kegiatan yang dilakukan secara
penyakit berkembang lebih pesat. umum ditujukan untuk memberikan
Berkaitan dengan itu salah satu pengetahuan pada masyarakat berkaitan
alternatif yang dilakukan adalah dengan dengan TB Paru namun demikian tidak
meningkatkan upaya penyuluhan dilakukan penilaian tingkat pengetahuan

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


24
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

masyarakat setelah kegiatan dilakukan, Seluruh sampel teliti berjumlah 86


mengingat keterbatasan dana dan waktu orang, namun demikian yang dapat di
yang dibutuhkan tentunya lebih lama. identifikasi hanya 72 orang, yang terdiri
Dilakukan pengobatan terhadap dari 31 orang (43.1%) laki-laki dan 41
masyarakat diharapkan akan didapatkan orang perempuan (56.9%). Distribusi
kasus-kasus yang di curigai dengan TB umur berkisar antara usia 3.5 tahun
Paru di samping kasus-kasus lainnya. hingga 80 tahun. Secara lengkap dapat di
Namun demikian penekanan pada lihat pada tabel 1.
pengabdian ini adalah identifikasi TB
Paru. Tabel 1.Distribusi Umur Peserta
Penilaian tingkat pengetahuan dasar Penyuluhan dan pengobatan massal
terhadap TB Paru dilakukan dengan Desa Pincuran Sonsang
menggunakan skor berdasarkan hasil DISTRIBUSI JUMLAH %
jawaban peserta pengobatan terhadap UMUR
kuisioner yang diberikan. Dilakukan 0–9 4 5.5
penilaian terhadap 15 pertanyaan yang 10 – 19 2 2.7
diberikan terhadap peserta, Skor tersebut 20 – 29 5 6.9
terdiri dari 6 katagori, yaitu : 30 – 39 7 9.7
1. Katagori sangat baik: skor 90 – 100. 40 – 49 15 20.8
2. Katagori Baik : skor 80 – 89. 50 – 59 13 18.0
3. Katagori sedang : skor 65 – 79. 60 – 69 11 15.3
4. Katagori kurang : skor 55 – 64.
70 – 79 8 11.1
5. Katagori jelek : skor 45 – 54.
80 – 89 1 1.4
6. Katagori jelek sekali: skor < 45.
90 – 99 1 1.4
Metode kegiatan Jumlah 72 100.0
Secara umum metode kegiatan
terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu : Dari data ini ditemukan bahwa
1. Penyuluhan kesehatan, yang rata-rata umur peserta pengobatan adalah
berkaitan dengan masalah TB Paru 45.4  19.37 tahun. Namun demikian
secara langsung kepada masyarakat dilakukan pemilihan 30 orang peserta
dan dilanjutkan dengan kegiatan yang berumur 20 tahun ke atas dan
diskusi. didapatkan rata-rata umur.
2. Pemeriksaan fisik anggota
masyarakat yang di curigai dengan
TB Paru dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan dahak.
3. Melakukan pengobatan bersama-
sama dengan petugas Puskesmas.

HASIL
Karakteristik sampel teliti

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


25
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

Berdasarkan catatan medis dan sekali. Tidak ada peserta yang


pengobatan yang diberikan diketahui mempunyai tingkat pengetahuan yang
penyakit terbanyak adalah kelainan baik. Umumnya peserta menyatakan
reumatik, yang meliputi penyakit tidak tahu terhadap pertanyaan yang
Rheumatoid arhtritis, Osteoarthritis, diberikan. Skor rata-rata 43.5.
arhtritis dan mialgia sebanyak 25 orang
(34.7%), di susul oleh kasus hipertensi Pemeriksaan dahak
14 orang (19.4%), namun demikian Pemeriksaan dahak dilakukan di
penderita yang tidak mendapat kelainan bagian Mikro biologi FK.Unand terhadap
mencapai 12.5% (9 orang). Secara 30 orang peserta yang di pilih secara
lengkap terlihat pada tabel 2. acak (umur 20 tahun atau lebih). Peserta

Tabel 2.Distribusi penyakit utama pada penderita pengobatan massal Desa


Pincuran Sonsang
PENYAKIT JUMLAH % Ket
ISPA 8 11.1
Reumatik 25 34.7 RA,OA, Arthritis
Hipertensi 14 19.4
Curiga TB Paru 8 11.1 Batuk lama, riwayat berdarah,
keringat malam
Gastritis 6 8.4
Bronchitis/Asthma 2 2.8
Tanpa kelainan 9 12.5
Jumlah 72 100.0

Tingkat pendidikan peserta langsung mengeluarkan dahak pada saat


pengobatan massal relatif rendah, pemeriksaan dilakukan. Dari hasil
berdasarkan pencatatan lengkap terhadap pemeriksaan ditemukan tidak ada dahak
30 orang peserta yang berumur di atas 20 yang menunjukkan hasil BTA (+).
tahun dan di pilih secara acak didapatkan
bahwa 22 orang (73.3%) tidak tamat SD PEMBAHSAN
atau setingkat SD, 6 orang (20.0%) Pelaksanaan kegiatan pengabdian
SLTP/sederajat dan hanya 2 orang masyarakat yang secara efektifnya hanya
(6.7%) yang berpendidikan berlangsung 1 (satu) hari di pandang
SLTA/sederajat. sangat pendek jika dikaitkan dengan apa
yang diharapkan. Waktu pelaksanaan
Tingkat pengetahuan dasar juga sedikit mengalami pengunduran dari
Berdasarkan kuisioner yang di isi semula rencananya pada awal Juli 2002,
secara langsung oleh petugas terhadap 30 akhirnya berlangsung pada minggu ke-
orang peserta didapatkan bahwa tingkat IV Juli 2002 yaitu hari Selasa, 23 Juli
pengetahuan peserta mengenai TB 2002.
berkisar antara katagori jelek dan jelek

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


26
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

Dari hasil kegiatan berhasil masyarakat tidak mengalami perubahan


dilakukan pengobatan massal terhadap walaupun di desa tersebut sudah terdapat
86 anggota masyarakat walaupun hanya kelompok peduli TB paru. Hal ini terjadi
72 orang yang dapat di identifikasi oleh karena :
dengan baik, yang terdiri dari 43.1% 1. Masih kuatnya kepercayaan
laki-laki (31 orang) dan 56.9% masyarakat bahwa penyakit TB
perempuan. Hal yang menarik adalah paru disebabkan oleh faktor
umur peserta yang berkisar antara 3.5 termakan, bukan infeksi.
tahun – 80 tahun, dengan rata-rata 45.4 2. Lemahnya kemampuan
 19.37 tahun. Hal ini cukup komunikasi anggota kelompok
menggembirakan mengingat kelompok peduli TB Paru dalam
sasaran kita adalah penduduk yang meyakinkan anggota masyarakat
berusia di atas 20 tahun, khususnya lagi bahwa TB Paru disebabkan oleh
di atas 40 tahun. Hal ini didasarkan pada kuman, mengingat sebagaian
pertimbangan bahwa pada umur di atas besar anggota kelompok masih
40 tahun risiko terkena TB paru semakin berusia muda.
tinggi dan pendeteksiannya relatif lebih 3. Rendahnya pengetahuan dasar
mudah. Hal ini berbeda jika dilakukan anggota masyarakat terhadap TB
pada anak-anak. Paru sangat berkorelasi erat
Penyuluhan dirasakan cukup optimal dengan rendahnya pendidikan
karena dilakukan pada pertengahan anggota masyarakat.
waktu pengobatan massal, sehingga 4. Hampir tidak ada follow up
dapat di ikuti oleh seluruh peserta. terhadap anggota kelompok
Hampir tidak ada peserta yang pulang peduli TB paru, sehingga
saat penyuluhan dilakukan. Namun sebagian anggota sudah tidak
tingkat pendidikan peserta yang rata-rata aktif lagi dan pengetahuan yang
SD dan pengetahuan dasar peserta di dapat hanya digunakan untuk
terhadap TB paru yang masuk katagori diri sendiri.
jelek sekali menyebabkan kita merasa
pesimis terhadap kemungkinan Berdasarkan hasil pengobatan
penerimaan peserta terhadap penyuluhan massal yang dilakukan ditemukan
yang diberikan. penyakit terbanyak adalah golongan
Tingkat pengetahuan dasar yang di reumatik, yang meliputi arthritis, RA,
miliki oleh peserta ini pada dasarnya OA dan mialgia (nyeri otot) yang
hampir sama dengan yang ditemukan mencapai 34.7% peserta. Hal ini
oleh Andani dkk tahun 2001 di desa yang disebabkan oleh umur peserta yang rata-
sama yang juga mendapatkan tingkat rata 45 tahun ke atas yang cenderung
pengetahuan anggota masyarakat dalam sudah mengalami perubahan-perubahan
katagori jelek sekali. Mengingat kegiatan struktur tulang yang salah satu akibatnya
pengabdian ini adalah evaluasi terhadap adalah munculan rasa nyeri pada sendi /
kegiatan pengabdian terdahulu dapat tulang sebagai mana yang ditemukan
dikatakan bahwa tingkat pengetahuan pada pengabdian ini. Penyakit hipertensi
juga cukup tinggi, hal ini terutama

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003


27
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai TB Paru

berkaitan dengan pola hidup masyarakat 8. Depkes RI. 1992. Survei Kesehatan
yang tinggi lemak dan pemasukan garam Rumah Tangga. Jakarta. Litbang,
yang cukup tinggi. Depkes RI.
Ditemukan 8 orang peserta yang
9. Dinkes. Tk. II Sumbar. 2000. Data
menunjukkan gambaran klinis TB Paru,
kasus baru tuberkulosis. P2M
namun dari hasil pemeriksaan dahak Dinkes Tk. I Sumbar. 6 - 10.
tidak ditemukan BTA (+). Tidak adanya
hasil BTA (+) sangat terkait dengan pola 10. Manaf, A. 1997. Pemberantasan
pengambilan dahak yang bersifat tuberkulosis pada pelita VI. Cermin
sewaktu dan kualitas dahak yang Dunia Kedokteran. 115: 5 - 7.
dihasilkan (umumnya hanya
mengeluarkan air ludah). 11. Magianto, J. 2000. Penatalaksanaan
tuberculosis resisten multi obat.
KEPUSTAKAAN Majalah Kedokteran Indonesia. 50
1. Aditama. Y.T. 1997. Kebangkitan (1). 41 - 6.
infeksi. Medika. 1997. (4) : 307 - 9.
12. Soemantri, E. S. 1997. Masalah
2. Aditama.YT. 1995. Penyebab respirologi masa kini dan
kematian penderita penyakit paru. tantangannya di masa depan. Cermin
Cermin Dunia Kedokteran. 99: 11 - Dunia Kedokteran. 115: 41 - 4.

3. Aditama.YT. 1997. Perkembangan 13. Wibowo, S. Hudiarto, M. 1990.


mutakhir diagnosis tuberculosis Pedoman praktis diagnosis dan
paru. Medika. (4): 307 - 9. penatalaksanaan tuberkulosis paru.
Jakarta. Yayasan Penerbit IDI.
4. Amin, M. Alsagaff, H. Saleh, T.
1989. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya. 14. WHO. 1997. Tuberculosis, A
Airlangga University Press. 13 - 35. clinical manual for south east asia.
New York. Bulletin WHO.
5. Bagian Penerangan Kecamatan VII.
Koto Sei. Sarik. 2000. VII Koto
Sungai Sarik dalam angka.
Kecamatan VIII. Koto Sei. Sarik.

6. Dahlan. Z. 1997. Diagnosis dan


penatalaksanaan tuberculosis.
Cermin Dunia Kedokteran. 115 : 8 -
12.

7. Depkes RI. 1996. Pedoman penyakit


TBC dan penanggulangannya.
Jakarta. Dirjen PPM Depkes RI. 27
- 50.

Majalah Kedokteran Andalas Vol.27. No.1. Januari – Juni 2003

You might also like