Professional Documents
Culture Documents
Jika ada individu yang sehat, tentu ada pula individu yang sakit. Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah
orang yang hina. Mereka justru memiliki kedudukan yang sangat mulia.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan
dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon
menggugurkan daunnya."
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Psikologi kesehatan juga mencoba memahami keterkaitan antara kondisi sehat dan sakit, tidak hanya
secara fisik tapi juga secara psikis. Dengan menjaga kesehatan dan kesucian jiwa kita, Insya Allah dapat
membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik kita.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami dinamika psikologis individu yang tetap menjaga
kesehatannya, dinamika psikologis individu yang sehat namun kemudian mendapat diagnosa penyakit
kronis serta dinamika psikologis individu saat merespon keadaan sakit kronis yang sedang dialami.
Kita pasti pernah bertemu dengan orang yang tampak selalu sehat dan jarang sakit. Terbersit dalam
benak kita, apa yang dilakukan orang tersebut sehingga kesehatannya terjaga? How does he or she
maintain his or her health? Dinamika psikologis apa yang tercermin pada individu yang berhasil menjaga
kesehatannya?
Kita pernah pula berjumpa dengan orang yang sehat, namun setelah orang tersebut mendapat diagnosa
penyakit tertentu, muncul banyak perubahan pada dirinya. Perubahan fisik dan juga perubahan
emosional. Orang tersebut menjadi lebih sensitif perasaannya-lebih emosional, menjadi kurang
semangat dalam berkarya-malas, bahkan mungkin memperlihatkan perubahan perilaku yang sangat
berbeda dalam kesehariannya. Dinamika psikologis apa yang terlihat pada individu yang demikian?
Kita mungkin juga pernah bertemu dengan orang yang tengah berjuang dalam menghadapi penyakit
kronis yang dideritanya. Kita seolah dapat membaca cerminan jiwanya, antara yakin dan tidak yakin
bahwa dirinya bisa terbebas dari penyakit yang dideritanya. Terkadang kita melihat orang itu tampak
bersemangat dan akan melakukan apapun demi kesembuhannya, namun di saat lain kita meyaksikan
orang tersebut berada pada puncak keputusasaannya. Sehingga apapun yang kita katakan atau kita
lakukan seolah tidak terlalu bermakna bagi dirinya. Dinamika psikologis apa yang ada pada individu yang
demikian?
Individu ini menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang teramat penting. Bentuk kesadaran ini
tercermin dalam perilaku sehat (health behaviour). Perilaku sehat adalah perilaku seseorang dalam
mempertahankan status kesehatannya. Olah raga teratur dan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
adalah contoh perilaku sehat.
Individu selalu belajar (learn) dari kisah kesehatan orang lain. Proses ini adalah bagian dari dinamika
psikologis orang yang sehat. Karena ia mendapatkan pemahaman (insight) bagaimana menjaga
kesehatannya dan bagaimana terhindar dari penyakit yang dialami oleh orang lain. Sehingga jika ada
keinginan untuk melakukan perilaku yang tidak sehat (poor health behavior) - misal merokok - akan
selalu ada yang inform otaknya untuk tidak meneruskan keinginan berperilaku tidak sehat.
Individu yang sehat dapat melakukan banyak aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa
dengan penyakit kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan
performansinya. Kecemasan ini merupakan masalah tersendiri, bukan karena mendatangkan stres bagi
individu namun mempengaruhi kemampuan individu dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari.
Ketika suatu penyakit terjadi pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan terpengaruh. Dinamika
psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan seperti "siapa yang akan merawat
mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada akhirnya mereka tidak dapat bekerja lagi, bagaimana
mereka dapat membayar/menangani masalah keuangan? Jika selama ini individu tersebut merasa
mampu melakukan semua hal sendiri secara mandiri, dapatkah mereka kemudian menerima keadaan
baru mereka (jadi tergantung pada orang lain). Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan
hobi lama?
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya.
1. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung, stroke dan kanker.
Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita
tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan
menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan
menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body
image).
2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang umum terjadi.
Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan
membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi
jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri.
Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit
kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Kurang lebih
sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami depresi.
Untuk dapat memahami respon yang terjadi atas perubahan yang ada pada penderita penyakit kronis,
perlu pemahaman yang mendalam tentang diri individu (self) itu sendiri. Self merupakan salah satu
konsep utama dalam ilmu psikologi. Para psikolog mengacu pada self concept sebagai keyakinan atas
kualitas dan penilaian yang dimiliki seseorang.
Penyakit kronis dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada self concept dan self esteem. Beberapa
perubahan yang ada bisa bersifat sementara, walaupun ada juga yang bersifat permanen. Self concept
itu sendiri merupakan bagian dari self evaluation termasuk didalamnya beberapa aspek seperti body
image, prestasi, fungsi sosial dan the private self.
Body image merupakan penilaian dan evaluasi atas fungsi dan penampilan fisik seseorang. Body image
yang rendah berhubungan dengan harga diri yang rendah diikuti dengan terjadinya peningkatan depresi
serta kecemasan.
Jika keadaan penyakit kronis menjauhkan individu dari aktivitas ini, konsep diri individu yang
bersangkutan bisa terkoyak dan rusak. Namun jika pekerjaan dan hobi sama sekali tidak terpengaruh
oleh keadaan sakit dan sebagainya, individu dapat memperoleh kepuasan tersendiri dan meningkatkan
harga dirinya.
Dengan demikian, setiap individu memiliki dinamika psikologisnya tersendiri bilamana dikaitkan dengan
status kesehatannya. Antara individu yang sehat, individu yang sehat kemudian sakit dan individu yang
telah terkena penyakit kronis memiliki dinamika psikologis dan emosional yang harus dipahami.
Psikologi kesehatan mencoba memahami aspek kejiwaan (psikologis dan emosional) individu yang
berada pada salah satu situasi diatas (terlebih pada individu yang sakit).
"Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya" (Q.S Al-
Tagabun 64:11).
Dari lubuk hati yang bersih serta akal yang sehat, seseorang akan memperoleh kesehatan yang
sempurna. Bukankah banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor tidak
sehatnya kedua hal tersebut?
Selain itu individu seringkali mudah terkena penyakit karena ketidakmampuannya memelihara
keteraturan hidup. Tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga.
Serta kecenderungan untuk memeriksakan kesehatannya pada waktu sakit.
Padahal Islam menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari
mengobati). Kiranya dapat kita pahami bahwa secara umum Allah SWT telah menyatakan bahwa semua
penyakit ada obatnya.
Orang yang selalu tawakal, berpikiran positif, dan selalu menjaga kesucian hatinya, Insya Allah
pikirannya akan tenang, aliran darahnya lancar, dan jantungnya berdetak dengan normal. Jadi jelas
bahwa kesehatan jiwalah yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Dengan menjaga kesehatan
dan kesucian jiwa kita, Insya Allah dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik kita.
Psiko : jiwa
Logos : ilmu
Menurut :
Psikologi yaitu ilmu tentang prilaku manusia atau aktifitas-aktifitas manusia yang merupakan
manifestasi dari kehidupan jiwanya
Jiwa yaitu suatu kekuatan yang menyebabkan manusia itu hidup yang kemudian menyebabkan
manusia itu dapat berfikir, berprasaan dan berprilaku.
Diposkan oleh Renny Apriliyani di 8/27/2007 12:50:00 PM
Label: MATA KULIAH
SARANA PENDUKUNG
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia memiliki kajian yang sulit untuk diteliti secara
langsung. Oleh karena itu banyak ahli mencoba mendalaminya dengan melakukan penelitian baik secara
eksperimental maupun di lapangan.
Tujuan
Jenis Kegiatan
Penilaian
Nilai praktikum Psikologi eksperimen menyumbang sebesar 30 % terhadap nilai kuliah psikologi
eksperimen. Komponen nilai praktikum ini adalah nilai laporan, nilai responsi, nilai keaktifan, nilai
penguasaan materi dan nilai kedisiplinan.
2. Laboratorium Psikodiagnostika
Latar Belakang
Dalam rangka mendidik calon psikolog yang handal, maka lembaga pendidikan yang baik adalah
lembaga yang mampu membekali mahasiswanya dengan teori-teori yang memadai dan juga memberikan
kesempatan pada mahasiswa untuk melatih/ mempraktekan ilmunya, khususnya untuk mendiagnosis/
menentukan kondisi mental atau psikis seorang individu. Sehubungan dengan hal tersebut maka
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata mendirikan Laboratorium Psikodiagnostika.
Tujuan
Jenis Kegiatan
1. Diagnosis Intelegensi
2. Diagnosis Bakat dan Minat
3. Diagnosis Kepribadian
Mekanisme Kerja
Praktikum di luar Fakultas : yang bertanggung jawab atas peminjaman alat adalah asisten mahasiswa
(senior). Asisten yang bersangkutan akan meminjam alat tes yang diperlukan di laboratorium setelah
mengisi blangko peminjaman alat tes dengan rekomendasi dosen mata kuliah yang bersangkutan. Satu
orang asisten mahasiswa biasanya bertanggung jawab atas 10 orang mahasiswa.
2. Penelitian skripsi
Mahasiswa-mahasiswa yang berkepentingan, biasanya atas nama pribadi akan menghubungi pengurus
laboratorium untuk meminta blangko peminjaman alat tes dan mengisinya dengan rekomendasi dosen
pembimbing skripsinya.
3. Studi kasus
Pengajuan peminjaman alat tes sama dengan pada saat seorang/ kelompok mahasiswa yang sedang
melakukan penelitian.
<< kembali
a. Klinik Psikologi
Merupakan bidang layanan psikologis dalam bentuk konsultasi dan pemeriksaan psikologis (tes
psikologis). Masalah psikologis yang dapat ditangani meliputi :
Dunia Industri
Pendidikan
Keluarga
Kepribadian
Sosial
Pengelola
Lembaga Psikologi Terapan Soegijapranata ditangani oleh psikologi terapan dan juga peneliti yang
tergabung dalam Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata
Waktu Layanan
<< kembali
P2GPA didirikan oleh Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata di dukung oleh Fakultas Psikologi
Universitas Gent Belgia. Di dalam prakteknya, lembaga ini melakukan pelayanan kepada masyarakat
umum tanpa memandang lapisan maupun golongan
Layanan
P2GPA Renanning Siwi dapat memberikan pelayanan pada anak yang mengalami salah satu atau
beberapa gejala seperti : kesulitan belajar, sukar konsentrasi, sulit bergaul, sukar baca/ tulis, hiperaktif,
gagap, agresif, cemas/ geliasah, kurang terampil/ cekatan, sulit diatur, terlambat bicara.
Konsultan
Konsultan P2GPA adalah tim yang terdiri dari dokter dan psikolog
<< kembali
5. Center of Giftedness
Center of Giftedness didirikan pada tahun 2002 oleh Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata didukung
oleh Center for Study of Giftedness Universitas Nijmegen, Belanda.
Pusat layanan ini memberikan layanan kepada anak-anak berbakat, antara lain berupa: identifikasi
keberbakatan, pemeriksaan psikologis, konseling bagi orang tua dan guru, pengembangan potensi,
pelatihan, enrichment program, seminar dan lain-lain.
Center for Giftedness beralamat di Jl. Imam Bonjol 186A, Semarang Telp. (024_ 3580055, Fax (024)
8354566. Layaran diberikan setiap hari Senin s.d Jumat pukul 09.00 – 16.00 WIB.
Psikologi Kesehatan diakui oleh APA (American psychological Association) pada tahun 1978.
Keberadaan subdisiplin ini menunjukkan berkembangannya minat para ahli psikologi pada bidang
kesehatan, khususnya hubungan kesehatan dengan tingkah laku manusia.
Pada tahun 1991 Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang bekerjasama dengan beberapa
ahli mengorganisir seminar sehari tentang Kesehatan dan Psikologi. Berdasarkan hasil seminar sehari
tersebut Unika memutuskan untuk memperdalam dan mengembangkan Psikologi Kesehatan. Psikologi
Kesehatan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Psikologi bagi mahasiswa strata satu (S-1).
Pada tahun 1993 resmi didirikan Unit Psikologi Kesehatan sebagai bagian dari Fakultas Psikologi.
Keberadaan unit ini membuka peluang untuk penelitian, pendidikan dan pelayanan masyarakat dalam
bidang psikologi berkaitan dengan kesehatan.
Pada tahun 1996, berdasarkan pertimbangan bahwa psikologi kesehatan merupakan suatu kajian
psikologi secara terpadu terhadap kesehatan, bukan merupakan bagian terpisah dari bagian-bagian
psikologi, maka Unit Psikologi Kesehatan diganti menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Psikologi
Kesehatan.
Tujuan
Kegiatan
Kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) psikologi kesehatan mencakup 3 (tiga)
bidang yang sesuai dengan tugas sebuah universitas, yaitu pengembangan akademis, penelitian dan
pengabdian masyarakat.
Pengembangan Akademis
Penelitian
Penelitian-penelitian yang sudah dan sedang dilakukan oleh Puslitbang Psikologi Kesehatan mencakup
topik-topik sebagai berikut :
Pengetahuan, sikap, self efficacy, dan perilaku yang berkaitan dengan HIV/ AIDS
Perilaku merokok
Perilaku kesehatan remaja
Perilaku makan remaja (Konsumsi Narkoba/ NAZA)
Seksualitas remaja
Stres anak di rumah sakit
Pengabdian Masyarakat
Kerjasama
Puslitbang Psikologi Kesehatan sebagai lembaga maupun para anggotanya sebagai pribadi terlibat
dalam kerjasama dan networking dengan beberapa pihak :
<< kembali
lmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia [1]. Segi-
segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya[2].
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya
matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi
perawat.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Etimologi
2 Syarat-syarat ilmu
3 Pemodelan, teori, dan hukum
4 Matematika dan metode ilmiah
5 Bidang-bidang keilmuan
o 5.1 Ilmu alam
o 5.2 Ilmu sosial
o 5.3 Ilmu terapan
6 Tema terkait
7 Lihat pula
8 Referensi
9 Pranala luar
o 9.1 Sumberdaya
[sunting] Etimologi
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"[3] yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam
kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan
ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah
harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari
kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Istilah "model", "hipotesis", "teori", dan "hukum" mengandung arti yang berbeda dalam
keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk menjelaskan
sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa diuji oleh
percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan yang belum
didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan Hukum fisika atau hukum alam adalah generalisasi
ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.
Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa
pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak
menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori
dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya matematika sebagai
alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam semesta telah menjadi isu
utama bagi filsafat matematika.
Richard Feynman berkata, "Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah tempatnya
berada?", sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika sebagai "subjek
yang kita tidak pernah tahu apa yang sedang kita bicarakan, dan kita tidak tahu pula
kebenarannya." -->