You are on page 1of 26

1

STUDI BIAYA POKOK PENGOLAHAN TANAH SAWAH


DENGAN BERBAGAI ALAT PENGOLAH TANAH
DI KABUPATEN SOLOK DAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT

(The Study of Soil Tillage Cost in Wet Land Area with Several Soil Tillage
Equipment in Solok and Padang, West Sumatra)

Santosa1), Isril Berd1), Mislaini R.1), Yosi Yulita2), dan Risna Ermita2)

1) Dosen Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,


Universitas Andalas, Padang
2) Alumni Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang

ABSTRACT

This research was conducted in Subdistric Bukit Sundi, District Solok,


West Sumatra, on February – March 2008 and Padang City on April – May
2009. The objective of this research is to find work capacity of soil tillage
equipment and to find the cost of soil tillage with hoe, the power of pull livestock,
and hand tractor. The first type of soil tillage with hoe, the second type of soil
tillage with the power of pull livestock with implement moldboard plow, spike
tooth harrow , and leveler, and the third type of soil tillage with hand tractor.
This research with three times repetition. Each treatment is done on wet land with
size 10 m x 10 m. The result : the cost of soil tillage in first type is Rp
650.868,00/ha. The cost of soil tillage in second type is Rp 387.056,90/ha. The
cost of soil tillage in third type is Rp 268.301,34/ha. The cost of soil tillage with
hand tractor is the most cheap.

Key Word : Farm Machinery and Equipment, Cost of Soil Tillage

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten


Solok Sumatera Barat, pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, dan di
Kecamatan Pauh Kota Padang pada bulan April sampai dengan Mei 2009. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan kapasitas kerja dari masing-masing
alat pengolah tanah dan untuk mengetahui biaya pokok pengolahan tanah sawah
dengan menggunakan cangkul, bajak tenaga tarik ternak, dan traktor pada masing-
masing tipe pengolahan tanah. Penelitian ini terdiri dari tiga tipe pengolahan
tanah sawah. Tipe I yaitu pengolahan I dengan menggunakan cangkul dan
pengolahan II juga dengan menggunakan cangkul, tipe II yaitu pengolahan I
dengan bajak singkal tenaga tarik ternak dan pengolahan II dengan bajak garu
tenaga tarik ternak serta dilengkapi dengan alat perata, dan tipe III yaitu
pengolahan I dengan traktor implement bajak singkal dan pengolahan II dengan
traktor implement gelebeg. Masing-masing tipe pengolahan dilakukan tiga kali
pengulangan dengan menggunakan petak penelitian yang berukuran 10 m x 10 m,
untuk masing-masing pengulangan. Pada masing-masing pengulangan ditentukan
waktu total pengolahan untuk menghitung kapasitas kerja efektif dari alat,
2

sehingga dapat dihitung biaya pokok dari pengolahan tanah sawah dengan alat
pengolahan yang berbeda. Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh biaya pokok
pengolahan tanah sawah yaitu : tipe I sebesar Rp 650.868,00/ha, tipe II Rp
387.056,90/ha dan tipe III sebesar Rp 268.301,34/ha. Dari hasil yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa biaya pokok pengolahan dengan menggunakan traktor
lebih murah jika dibanding dengan menggunakan alat pengolah tanah sawah
lainnya, jadi disarankan pada petani sebaiknya menggunakan traktor untuk
mengolah tanah sawah karena biayanya lebih ekonomis.

Kata Kunci : Alat dan Mesin Pengolah Tanah, Biaya Pengolahan Tanah

PENDAHULUAN
Penduduk Kabupaten Solok Sumatera Barat umumnya bermata
pencaharian dari sektor pertanian dengan luas sawah 4,7 % dari total luas daerah
Kabupaten Solok yaitu ±25.500 Ha. Sebagian besar beras di Sumatera Barat
dihasilkan di daerah tersebut, hal inilah yang mengantarkan Solok sebagai sentra
peroduksi beras di Sumatera Barat. Beras yang dihasilkan di Solok cenderung
lebih diminati konsumen karena mempunyai kualitas yang bagus, hal ini dapat
dilihat dari rasa dan warna beras yang dihasilkan.
Sistem pengolahan tanah di Kabupaten Solok masih bervariasi,
masyarakat masih menggunakan cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan
untuk mengolah tanah dan akhir-akhir ini sudah mulai dioperasikan traktor untuk
mengolah lahan.
Pengolahan tanah sawah sebelum pertanaman dimaksudkan untuk
memberikan tempat yang baik bagi benih untuk berkecambah dan tumbuh dengan
baik serta menciptakan suatu keadaan tanah yang dipandang dari segi sifat
fisiknya cukup baik untuk pertumbuhan dari akar tanaman. Tujuan dari
pengolahan tanah adalah untuk menggemburkan tanah sehingga memungkinkan
penyerapan air dan perembesan ke dalam tanah dan memungkinkan akar tanaman
merembes ke dalam tanah dan mengontrol tumbuhnya siangan.
Penggunaan cangkul di Kabupaten Solok Sumatera Barat masih umum di
kalangan masyarakat. Biasanya cangkul digunakan untuk mengolah tanah apabila
luas lahan itu sempit dan sulit dilakukan pengolahan dengan bajak tenaga hewan
dan traktor, sedangkan untuk lahan yang luas, petani menggunakan bajak dengan
sumber tenaga hewan serta traktor untuk mengolah tanah. Namun penggunaan
cangkul juga karena hal kepemilikan alat oleh petani itu sendiri, mereka
beranggapan lebih efisien pengolahan tanah jika dilakukan sendiri karena tidak
akan mengeluarkan biaya pengolahan yang banyak jika dibandingkan dengan
menyewa traktor atau alat lain untuk mengolah tanah.
Penggunaan bajak tenaga hewan biasanya dilakukan petani atas
pertimbangan biaya yang murah karena sebagian mereka langsung mempunyai
alat tersebut untuk pengolah tanah sawah, sehingga untuk pengerjaan lahan sawah
dilakukan petani itu sendiri, tetapi bagi petani yang tidak memiliki alat bajak ini
akan disewa operator yang langsung sebagai pemilik bajak untuk proses
pengolahan tanah sawah, namun kekurangan yang mereka dapat dari perlakuan itu
adalah untuk mengolah lahan sawah memerlukan waktu yang relatif lama (tidak
efisien dari segi waktu), sehingga apabila diperhitungkan dari segi ekonomis
maka tidak efisien, dengan arti kata biaya yang dikeluarkan pun akan banyak.
3

Bagi masyarakat yang bertindak tanggap terhadap keefisienan waktu petani akan
memilih pengolahan tanah sawah dengan menggunakan traktor, yaitu dengan
menyewa jasa alat pertanian.
Dari ketiga alat pengolah tanah yaitu cangkul, bajak tenaga hewan, dan
traktor akan timbul permasalahan di Kabupaten Solok, yang masih melakukan
sistem pertanian tradisional tersebut tentang keefisienan alat jika dipandang dari
segi ekonomi yaitu menyangkut biaya pokok pengolahan tanah. Masyarakat
sendiri belum mengetahui secara pasti dari keefektifan alat dalam hal biaya pokok
yang murah untuk pengolahan tanah sawah dengan menggunakan cangkul, bajak,
atau traktor untuk mengolah tanah, karena walaupun pengolahan dilakukan sendiri
oleh petani itu juga diperhitungkan secara ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui kapasitas kerja alat
pengolah tanah dengan cangkul, bajak hewan, dan traktor, dan (2) untuk
mengetahui biaya pokok pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul, bajak
dengan sumber tenaga hewan, serta traktor.

METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret
2008, yang bertempat di salah satu lahan petani di Kecamatan Bukit Sundi,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dan di Kecamatan Pauh Kota Padang pada
bulan April sampai dengan Mei 2009.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan serta alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan
untuk diolah, cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan, traktor, buku, pena,
kalkulator, komputer, meteran, dan sebagainya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan yaitu pengamatan terhadap
masing-masing alat pengolah tanah hingga lahan siap untuk ditanam. Pengamatan
dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk berbagai tipe pengolahan tanah yaitu
dengan ukuran lahan ditetapkan 10 m x 10 m. Penelitian ini juga dilengkapi
dengan kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat petani.
Kondisi lahan dengan pengolahan dari ketiga tipe adalah sama yaitu
berupa lahan siap panen yang belum diolah, sehingga dilakukan 2 tahap
pengolahan yaitu pengolahan tanah satu dan pengolahan tanah dua sedangkan
untuk tipe III dilakukan pengolahan tanah tambahan. Ketiga tipe pengolahan
tanah tersebut adalah : (1) Tipe I yaitu pengolahan tanah I dengan cangkul dan
pengolahan tanah II dengan cangkul, (2) Tipe II yaitu pengolahan tanah I dengan
bajak singkal tenaga tarik ternak dan pengolahan tanah II dengan bajak garu
tenaga tarik ternak serta alat perata tenaga tarik ternak, dan (3) Tipe III yaitu
pengolahan tanah I dengan traktor bajak singkal dan pengolahan tanah II traktor
alat gelebeg.
Pengamatan
Pengamatan untuk aspek teknis yaitu menentukan kapasitas kerja alat
secara teoritis dan efektif dari masing-masing alat yang digunakan untuk
mengolah tanah sawah. Pengamatan secara ekonomis yaitu menentukan biaya
pokok pengolahan tanah sawah dengan memvariasikan jam kerja per tahun dan
memvariasikan luas lahan yang diolah.
4

Untuk memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian ini juga


dilengkapi dengan kuisioner. Kuisioner diberikan kepada masyarakat petani di
daerah setempat yaitu berupa kuisioner umum.
Aspek Teknis
Pengamatan aspek teknis dilakukan terhadap masing-masing alat dari
ketiga tipe pengolahan tanah.
Kapasitas Kerja Teoritis
Terlebih dahulu diukur lebar kerja dari alat yang digunakan dan ukur
kecepatan kerja alat dengan mengasumsikan jarak tertentu kemudian catat waktu
kerja alat pada jarak tersebut. Rumus yang digunakan mengacu pada Santosa
(2005).
Kkt = 0,0036 x L x Vteo…………………………… (1)
dengan : Kkt = Kapasitas kerja teoritis (ha/jam)
L = Lebar kerja pengolahan tanah (cm)
Vteo = Kecepatan kerja teoritis (m/detik)
Jika pada traktor kecepatan kerja teoritis dipengaruhi oleh slip pada roda,
sehingga :
Vteo = Vakt/(1 – S)……………………………….. (2)
dengan : Vakt = Kecepatan kerja di lapangan (m/detik)
S = Slip roda
Untuk kecepatan aktual digunakan rumus :
Vakt = S / t …………………………………………(3)
dengan : Vakt = Kecepatan kerja di lapangan (m/detik)
S = Jarak (m)
t = Waktu (detik)
Kecepatan Kerja Efektif
Untuk menghitung kecepatan kerja efektif diasumsikan luas lahan yang
diolah, kemudian catat waktu total pengolahan.
Rumus yang digunakan :
Kke = A / T…………..……………….……….. (4)
dengan : Kke = Kecepatan kerja efektif (ha/jam)
A = Luas total lahan (ha)
T = Waktu total (jam)
Efisiensi Kerja Lapang
η = (Kke/Kkt) x 100 %........................................... (5)
dengan : η = Efisiensi kerja lapang (%)
Kke = Kapasitas kerja efektif (ha/jam)
Kkt = Kapasitas kerja teoritis (ha/jam)
Slip Roda
Langkah awal yang dilakukan adalah menghitung diameter roda dan menghitung
jarak tempuh pada N kali putaran.
Rumus yang digunakan :
S = (Л D N – L) x 100 %........................................ (6)
ЛDN
dengan : S = Slip Roda (%)
Л D = Keliling roda (m)
D = Diameter roda (m)
L = Jarak tempuh traktor saat N kali putaran roda traktor (m)
5

N = Jumlah putaran roda traktor, diambil N = 10 kali putaran.


Aspek Ekonomis
Nilai biaya pokok yang didapat dari masing-masing alat tiap tipe dirata-
ratakan untuk mendapatkan biaya pokok dari masing-masing tipe (nilai biaya
pokok dihitung tiap tipe pengolahan tanah).
Pengamatan Terhadap Pengolahan Tipe I dan tipe II
Untuk menghitung biaya pokok digunakan rumus :
BP = {(BT/n) + BTT}/Kke…………………………… (7)
dengan : BP = Biaya pokok (Rp/ha)
BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
n = Jam kerja dalam 1 tahun (jam/tahun)
BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
Kke = Kapasitas kerja lapang efektif (ha/jam)
Perhitungan biaya tetap terlebih dahulu tentukan harga alat, nilai suku
bunga modal di bank per tahun, dan umur ekonomis alat mengacu pada Santosa
(2007) dan Irwanto (1983).
Rumus-rumus yang digunakan sebagai berikut :
BT = D + I…………………………….……………. (8)
dengan : BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
D = Penyusutan (Rp/tahun)
I = Bunga modal (Rp/tahun)
Penyusutan ditentukan dengan rumus :
D = (P – S)/N…………………………………..…. (9)
dengan : D = Penyusutan (Rp/tahun)
P = Harga alat (Rp)
S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P)
N = Umur ekonomis alat (tahun)
Bunga modal per tahun ditentukan dengan rumus :
I = r x (P + S)/2………………………………..….. (10)
dengan : I = Bunga modal (Rp/jam)
r = Suku bunga modal di bank per tahun (12 % /tahun)
P = Harga alat (Rp)
S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P)
Perhitungan biaya tidak tetap ditentukan terlebih dahulu berapa harga alat,
upah operator per hari, dan jam kerja tiap hari.
BTT = PP + BO…………………..……………….. (11)
dengan : BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam)
BO = Biaya operator (Rp/jam)
Untuk menghitung biaya pemeliharaan digunakan rumus :
PP = 2 % (P – S)/100 jam………………….……... (12)
dengan : PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam)
P = Harga alat (Rp)
S = Nilai akhir alat (Rp), (10 % P)
Untuk upah operator dihitung dengan menggunakan rumus :
BO = Wop/Wt…………………………….………. (13)
dengan : BO = Upah operator (Rp/jam)
Wop = Upah operator tiap hari (Rp/hari)
6

Wt = Jam kerja tiap hari (jam/hari)


Pengamatan Terhadap Pengolahan Tipe III
Untuk menghitung biaya pokok pengolahan dengan traktor tentukan terlebih
dahulu jam kerja alat per tahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
(a) Biaya pokok dihitung menggunakan persamaan (7), (b) Biaya tetap dihitung
dengan menggunakan persamaan (8), (c) Penyusutan dihitung dengan
menggunakan persamaan (9), dan (d) Bunga modal dihitung dengan menggunakn
persamaan (10).
Untuk menentukan biaya tetap ditentukan terlebih dahulu upah operator
per hari, jam kerja per hari, menghitung pemakaian bahan bakar, mencari
informasi harga oli dan harga bahan bakar. Untuk menentukan pemakaian bahan
bakar yaitu dengan mengisi tangki bahan bakar secara penuh dan catat berapa
lama waktu sampai bahan bakar itu habis, menentukan jumlah pemakaian oli yaitu
dengan mengisi satu liter oli dan tentukan waktu lama oli itu habis atau diganti
lagi.
Rumus-rumus yang digunakan sebagai berikut :
BTT = PP + BO + BB + Ol + Bg……………..……….. (14)
dengan : BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
PP = Biaya pemeliharaan (Rp/jam)
BO = Upah operator (Rp/jam)
BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
Ol = Biaya oli (Rp/jam)
Bg = Biaya grease “gemuk” (Rp/jam)
Biaya pemeliharaan dihitung dengan persamaan (12), sedangkan upah operator
dihitung dengan menggunakan persamaan (13). Biaya bahan bakar dapat dihitung
dengan rumus :
BB = Pbb x Hbb……………………………………… (15)
dengan : BB = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
Pbb = Pemakaian bahan bakar (liter/jam)
Hbb = Harga bahan bakar (Rp/liter)
Perhitungan biaya oli digunakan rumus :
Ol = Vp x Ho/JP……………………………..………. (16)
dengan : Ol = Biaya oli (Rp/jam)
Vp = Volume penggantian oli (liter)
Ho = Harga oli (Rp/liter)
JP = Jam penggantian oli (jam)
Untuk biaya grease “gemuk” dapat dihitung dengan rumus pendekatan :
Bg = 0,6 x Ol……….…………………….………….. (17)
dengan : Bg = Biaya grease “gemuk” (Rp/jam)
OI = Biaya oli (Rp/jam)

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penelitian di Solok
Pengolahan Tanah Sawah Tipe I
Pengolahan tipe I yaitu menggunakan cangkul untuk pengolahan tanah I
dan pengolahan tanah II juga menggunakan cangkul, gambar alat lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 1.
7

Gambar 1. Cangkul untuk Pengolahan I dan Pengolahan II di Sawah, di Solok

Kapasitas kerja efektif pengolahan tanah sawah tipe I disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe I , di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja efektif (Ha/jam)
I Cangkul 0,0082284
II Cangkul 0,0165950

Aspek Ekonomis
Biaya pokok pengolahan tanah tipe I disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah


Sawah Tipe I, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Biaya pokok (Rp/ha)
I Cangkul 435.120
II Cangkul 215.780
Biaya pokok pengolahan tipe I 650.868

Pengolahan Tipe II
Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak.
Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak,
dengan lebar mata bajak 23 cm, bentuk alat dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengolahan tanah II dengan garu yang menyerupai sisir yang ditarik dengan
tenaga ternak, alat ini mempunyai lebar 70 cm. Pada pengolahan tanah II ini
dilengkapai dengan alat perata yang terbuat dari bambu dengan panjang 150 cm,
bentuk alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Sebagaimana yang diutarakan
oleh Chatib (2006), bahwa salah satu jenis alat pengolahan tanah kedua adalah
garu jenis garu paku (spike tooth harrow).
8

Gambar 2. Bajak Singkal tenaga Tarik Ternak di Sawah, di Solok

Gambar 3. Alat Perata Tenaga Tarik Ternak di Sawah, di Solok


AspekTeknis
Kecepatan kerja pada pengolahan tanah sawah tipe II disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II dan pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolahan Kecepatan kerja (m/detik)
I Bajak singkal tarik ternak 0,25970
II Garu tarik ternak 0,41667
Alat perata tarik ternak 0,64516

Kapasitas kerja teoritis untuk tiap pengolahan tanah tipe II disajikan pada
Tabel 4.

Tabel 4. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada


Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja teoritis (ha/jam)
I Bajak singkal tarik ternak 0,0215
II Garu tarik ternak 0,1050
Alat perata tarik ternak 0,3483
9

Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan tanah sawah tipe II disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja efektif (ha/jam)
I Bajak singkal tarik ternak 0,018825
II Garu tarik ternak 0,039138
Alat perata tarik ternak 0,138900

Efisiensi kerja untuk masing-masing alat dapat dilihat pada Tabel 6.


Tabel 6. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Efisiensi kerja alat (%)
I Bajak singkal tarik ternak 87,44
II Garu tarik ternak 37,27
Alat perata tarik ternak 39,88

Aspek Ekonomis
Biaya pokok untuk masing-masing pengolahan pada pengolahan tanah
sawah tipe II ini disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Biaya pokok (Rp/ha)
I Bajak singkal tarik ternak 239.438,00
II Garu tarik ternak 115.167,56
Alat perata tarik ternak 32.450,88
Biaya pokok pengolahan tipe II 387.056,90

Pengolahan Tipe III


Pada pengolahan tanah sawah tipe III yaitu dengan menggunakan traktor
roda dua. Menurut Syafriddin, Berd, dan Amir (1983), traktor pertanian
merupakan sumber tenaga yang mempunyai peranan penting dalam
mengusahakan tanaman, terutama untuk kegiatan mengolah tanah. Traktor kecil
beroda dua biasa disebut dengan hand tractor adalah suatu mesin yang tersusun
dari sebuah motor dan mekanisme penggerak roda. Pengolahan tanah sawah tipe
III terdiri dari dua kali pengolahan yaitu pengolahan I dan pengolahan II. Untuk
pengolahan tanah sawah I dengan menggunakan traktor bajak singkal, dengan
lebar mata bajak 25 cm untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan
untuk pengolahan tanah II dengan menggunakan traktor gelebeg, yang
mempunyai lebar alat 90 cm, dan untuk lebih jelas alat dapat dilihat pada Gambar
5.
10

Gambar 4. Traktor dengan Implement Bajak Singkal di Sawah, di Solok

Gambar 5. Traktor dengan Implement Gelebeg di Sawah, di Solok


Aspek Teknis
Kecepatan kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan
tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kecepatan Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kecepatan kerja teoritis (m/detik)
I Traktor dengan implement 0,876
bajak singkal
II Traktor dengan implement 1,046
gelebeg

Slip Roda
Slip roda pada traktor mempengaruhi kecepatan kerja alat di lapangan
yaitunya dapat memperlambat kecepatan kerja. Slip roda pada pengolahan I lebih
besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.
11

Tabel 9. Slip Roda Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah


Sawah Tipe III, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Slip roda (%)
I Traktor dengan implement 11,12
bajak singkal
II Traktor dengan implement 4,46
gelebeg

Kapasitas kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah


sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja teoritis (ha/jam)
I Traktor dengan implement 0,078800
bajak singkal
II Traktor dengan implement 0,338904
gelebeg

Kapasitas kerja efektif pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah


sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja efektif (ha/jam)
I Traktor dengan implement 0,0556793
bajak singkal
II Traktor dengan implement 0,1457700
gelebeg
Efisiensi kerja alat pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah
tipe III dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I1 dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe III, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Efisiensi kerja alat (%)
I Traktor dengan implement 70,65
bajak singkal
II Traktor dengan implement 43,00
gelebeg

Aspek Ekonomis
Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe
III disajikan pada Tabel 13.
12

Tabel 13. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe III, di Solok

Pengolahan Alat Pengolah Tanah Biaya Pokok (Rp/ha)


Tanah
I Traktor dengan implement bajak 194.144,56
singkal
II Traktor dengan implement gelebeg 74.156,78
Biaya pokok pengolahan tanah sawah tipe III 268.301,34

Biaya Pokok Tiap Tipe Pengolahan Tanah Sawah

Untuk pengolahan tipe I dan tipe II jam kerja per tahunnya adalah sama
yaitu 2.100 jam, hal ini karena jam kerja per hari adalah 7 jam. Berbeda dengan
traktor yang mempunyai jam kerja 8 jam per hari, sehingga jam kerja per tahun
adalah 2.400 jam. Biaya pokok untuk masing-masing tipe pengolahan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya Pokok Masing-Masing Tipe Pengolahan Tanah Sawah, di Solok
Tipe Alat Pengolah Tanah Biaya Pokok (Rp/ha)
Pengolahan
I Cangkul + cangkul 650.868,00
II Bajak singkal + garu dan alat perata 387.056,90
tenaga tarik ternak
III Traktor implement bajak singkal + 268.301,34
traktor implement gelebeg

Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat
per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang
diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per
tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada
Gambar 6.
13

Biaya Pokok dan Jam Kerja per Tahun

800000

700000

600000
Biaya pokok (Rp/ha)

500000

400000

300000

200000

100000

0
500 700 900 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 2700 2900
Jam kerja per tahun (jam)
Biaya pokok Rp/ha) Tipe I
Biaya pokok Rp/ha) Tipe II
Biaya pokok Rp/ha) Tipe III

Gambar 6. Biaya Pokok Pengolahan Tanah Sawah pada Beberapa Tipe


Pengolahan Tanah, di Solok

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa biaya pokok pengolahan akan berubah
di setiap perubahan jam kerja per tahun. Biaya pokok pengolahan tanah sawah
dengan menggunakan traktor lebih murah jika dibandingkan dengan pengolahan
dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak.
Perbedaan biaya pengolahan ini disebabkan oleh waktu pengolahan untuk
luas lahan yang sama. Jika semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja
efektifnya akan semakin kecil, sehingga menyebabkan biaya pengolahan semakin
besar. Biaya pengolahan berbanding lurus dengan waktu total pengolahan lahan.
Pembahasan Kuisioner
Dari 50 orang respoden tentang status kepemilikan lahan dapat
disimpulkan bahwa masyarakat sudah bertindak sebagai petani pemilik yaitu
sebanyak 46 % dan mengusahakan sendiri sebanyak 22 %, selebihnya adalah
mengupahkan dan ada juga petani yang belum jelas tentang status kepemilikan
tanah yang digarap. Pada umumnya petani masih bertindak sebagai petani
keluarga yaitu 82 % dan yang lainnya sudah bertindak sebagai petani komersial,
dengan luas lahan kurang dari satu ha (62 %). Status lahan pada umumnya
diperoleh dari lahan milik kaum yang turun-temurun yaitu sekitar 78 %.
Kebanyakan petani hanya memiliki cangkul sebagai peralatan pertanian
yaitu 86 % dan ada juga yang memilki bajak tenaga tarik ternak dan traktor untuk
mengolah lahan. Untuk cara pengolahan tanah sawah masih secara manual yaitu
sekitar 34 % dan hanya 28 % petani yang menerapkan cara pertanian semi
mekanis, dengan status alat masih disewa untuk traktor sebagai alat pengolah
mekanis.
14

Keefektifan alat petani sudah mengetahui kalau dengan traktor lebih


efektif jika dibandingkan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik
ternak, tetapi dalam pelaksaan masih banyak dilakukan dengan cara manual untuk
pengolahan lahan. Hal ini karena petani belum memiliki traktor dan dalam hal
penyewaan masih butuh perhitungan karena petani belum mengetahui secara pasti
tentang kefektifan alat jika dilihat dari segi nilai ekonomi (biaya pokok dalam
pengolahan).
Untuk jam kerja petani yaitu 64 % bekerja 7 jam/hari dan ada juga yang
lebih dari 7 jam dan ini akan mempengaruhi upah pekerja per hari. Upah pekerja
petani rata-rata Rp 20.000/hari dan lebih dari itu jika jam kerja lebih dari 7
jam/hari.
Dalam sistem pengolahan lahan, masalah rentang waktu antara pengolahan
I dan pengolahan II tidak terlalu diperhatikan oleh petani setempat, seperti halnya
dengan menggunakan traktor dalam waktu 1 hari bisa berlangsung pengolahan I
dan pengolahan II, dengan dalam pengolahan tanah sekitar 10 cm – 20 cm.
penggunaan traktor untuk mengolah tanah menghabiskan bahan bakar 1 – 3
liter/hari. Jika jam kerja 8 jam/ hari maka dihabiskan bahan bakar 3 liter/hari.
Penggunaan traktor dengan bajak rotary pada umumnya belum dikenal petani,
namun untuk yang telah mengetahui menyimpulkan bahwa pemakain bajak rotary
tidak cocok digunakan karena pengolahan tanahnya dangkal, sehingga petani
hanya menggunakan traktor bajak singkal untuk pengolahan I dan gelebeg untuk
pengolahan II pada lahan sawah.

B. Penelitian di Padang
Pengolahan Tanah Sawah Tipe I
Pengolahan tipe I yaitu dengan menggunakan cangkul untuk pengolahan
tanah I dan pengolahan tanah II, gambar alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
7.

Gambar 7. Cangkul untuk Pengolahan I dan Pengolahan II, di Padang


15

Cangkul ini mempunyai panjang mata cangkul 21 cm, lebar mata cangkul
15 cm, dan tebal 2 mm, sedangkan panjang tangkai yaitu 72 cm.
Aspek Teknis
Kecepatan Kerja
Kecepatan kerja untuk tiap pengolahan adalah berbeda. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan lama waktu pengolahan untuk jarak tertentu. Pada penelitian ini
digunakan jarak 10 meter dengan beberapa kali ulangan untuk pengukuran waktu
pada jarak yang sama. Pada pengolahan I waktu pengolahan lebih lama karena
lahan masih terdapat jerami jika dibandingkan dengan pengolahan II. Kecepatan
kerja untuk pengolahan tipe I dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe I, di Padang
Kecepatan Kerja Aktual (m/s)
Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(cangkul) (cangkul)
1 0,0555 0,0847
2 0,0704 0,0893
3 0,0613 0,0961
Rata-rata 0,0619 0,0898

Kapasitas Kerja Teoritis


Kecepatan kerja teoritis (Kkt) untuk pengolahan I dan pengolahan II pada
pengolahan tipe I berbeda. Hal ini terjadi karena kecepatan kerja pada pengolahan
I lebih kecil karena pada lahan masih terdapat jerami. Pada pengolahan ke II
kecepatan kerja lebih besar karena lahan sudah bersih, sehingga kapasitas kerja
teoritis yang diperoleh juga lebih besar. Semakin besar kapasitas teoritis suatu alat
maka waktu pengolahan lahan semakin kecil. Dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe, di Padang

Kapasitas Kerja Teoritis (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(cangkul) (cangkul)
1 0,002997 0,004547
2 0,003802 0,004821
3 0,003310 0,005189
Rata-rata 0,003343 0,004849

Kapasitas Kerja Efektif


Pada pengolahan II kapasitas kerja efektifnya lebih besar dari kapasitas
kerja efektif pada pengolahan I. Hal ini disebabkan karena waktu pengolahan total
pada pengolahan tanah II lebih kecil dibandingkan dengan waktu total pada
pengolahan I untuk luas lahan yang sama. Penyebab lamanya waktu pengolahan I
lahan masih banyak jerami, sehingga waktu pengolahan menjadi lebih lama jika
16

dibanding dengan pengolahan II. Hasil perhitungan kapasitas kerja efektif


pengolahan I pada pengolahan tanah sawah tipe I disajikan Tabel 17.
Tabel 17. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe I, di Padang

Kapasitas Kerja Efektif (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(cangkul) (cangkul)
1 0,005612 0,009560
2 0,004748 0,011001
3 0,004889 0,012121
Rata-rata 0,005055 0,010790

Aspek Ekonomis
Biaya Tetap
Biaya tetap yang diperoleh adalah Rp 7.050/tahun. Biaya ini adalah sama
untuk pengolahan I dan pengolahan II, karena alat yang digunakan sama yaitu
cangkul. Biaya ini diperoleh dari hasil perhitungan biaya penyusutan alat sebesar
Rp 5.400/tahun dan bunga modal Rp 1.650/tahun.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah sebesar Rp 7.148,26/jam. Biaya ini diperoleh dari
biaya pemeliharaan alat Rp 5,40/jam dan upah operator sebesar Rp 7.142,86/jam.
Biaya tidak tetap untuk pengolahan I dan pengolahan II sama karena alat yang
digunakan sama yaitu cangkul.
Biaya Pokok
Biaya pokok yang diperoleh untuk masing-masing pengolahan tanah
berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan kapasitas kerja efektif alat.
Semakin besar kapasitas kerja efektif maka biaya pokok yang diperoleh akan
semakin kecil. Biaya pokok berbanding terbalik dengan kapasitas kerja efektif.
Biaya pokok masing-masing pengolahan pada pengolahan tipe I dapat dilihat pada
Tabel 18.

Tabel 18. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe I, di Padang

Biaya Pokok Pengolahan Tanah (Rp/ha)


Pengolahan I Pengolahan II Total
Ulangan
1 1.275.540,17 748.779,29 2.024.319,46
2 1.476.857,85 650.698,12 2.127.555,97
3 1.464.170,59 590.572,56 2.054.747,15
17

Rata-rata 1.416.089,02 590.572,56 2.079.511,63

Pengolahan Tipe II
Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak
(sapi). Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak
(sapi), dengan lebar mata bajak 12 cm. Pengolahan tanah II masih dengan bajak
singkal yang ditarik dengan tenaga ternak (sapi). Pada pengolahan tanah III
dengan menggunakan garu sisir yang panjangnya 100 cm, bentuk alat lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Garu Sisir Tenaga Tarik Ternak (Sapi) , di Padang


AspekTeknis
Kecepatan Kerja Alat
Kecepatan kerja alat untuk tiap pengolahan pada pengolahan tipe II
berbeda. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan lama waktu pengolahan untuk
jarak tertentu dan perbedaan alat yang digunakan walaupun sama-sama
menggunakan tenaga tarik ternak (sapi). Perbedaan keadaan lahan pada tiap-tiap
pengolahan juga mempengaruhi waktu pengolahan. Pada pengolahan I masih
terdapat jerami, sedangkan pengolahan ke II lahan sudah bersih. Kecepatan kerja
untuk masing-masing pengolahan pada tipe II dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II dan Pengolahan III
pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

Kecepatan Kerja Aktual (m/s)


Pengolahan I Pengolahan II Pengolahan III

Ulangan (Bajak tarik ternak) (Bajak tarik ternak) (Garu sisir tarik
ternak)
1 0,2380 0,4000 0,3448
2 0,2325 0,3846 0,3703
3 0,2500 0,3571 0,3571
Rata-rata 0,2399 0,3797 0,3571
18

Kapasitas Kerja Teoritis


Kapasitas kerja teoritis untuk tiap pengolahan juga berbeda. Hal ini karena
perbedaan kecepatan kerja dari masing-masing alat yang digunakan untuk tiap
pengolahan. Kapasitas kerja teoritis (Kkt) berbanding lurus dengan kecepatan
kerja dan lebar kerja alat. Kapasitas kerja teoritis pengolahan tanah sawah tipe II
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang

Kapasitas Kerja Teoritis (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II Pengolahan III
Ulangan (Bajak tarik ternak) (Bajak tarik ternak) (Garu sisir tarik
ternak)
1 0,010281 0,017280 0,124128
2 0,010044 0,016614 0,133308
3 0,010800 0,015426 0,135036
Rata-rata 0,010363 0,016403 0,135036

Kapasitas Kerja Efektif


Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan yang didapat berbeda. Hal
ini disebabkan karena perbedaan waktu total pengolahan untuk luas lahan yang
sama. Perbedaan waktu total pengolahan disebabkan karena perbedaan kondisi
lahan, pada pengolahan I lahan masih banyak ditumbuhi jerami sehingga waktu
pengolahan menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan pengolahan II.
Kapasitas kerja efektif berbanding terbalik dengan waktu total pengolahan.
Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan pada pengolahan tipe II dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe II, di Padang

Kapasitas Kerja Efektif (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II Pengolahan III
Ulangan (Bajak tarik ternak) (Bajak tarik ternak) (Garu sisir tarik
ternak)
1 0,016949 0,039370 0,037735
2 0,016393 0,040650 0,046948
3 0,017953 0,034482 0,041841
Rata-rata 0,017065 0,038022 0,041841

Aspek Ekonomis
Biaya Tetap
Biaya tetap untuk pengolahan tanah sawah tipe II diperoleh Rp
1.429.000/tahun, yang diperoleh dari biaya penyusutan Rp 1.116.000/tahun dan
bunga modal Rp 313.000/tahun. Biaya tetap untuk tiap pengolahan sama karena
19

alat yang digunakan sama-sama menggunakan tenaga tarik ternak (sapi),


sedangkan parameter alat (bajak singkal dan garu) pada bajak tenaga tarik ternak
tidak akan berpengaruh terhadap harga alat, sehingga harga alat adalah tetap.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap untuk pengolahan tanah sawah tipe II diperoleh adalah
Rp 11.116/jam. Biaya ini diperoleh dari biaya pemeliharaan alat sebesar Rp
1.116/jam dan upah operator sebesar Rp 10.000/jam. Biaya tidak tetap untuk tiap
pengolahan pada pengolahan tipe II ini adalah sama, karena sama-sama
menggunakan alat dengan tenaga tarik ternak (sapi).
Biaya Pokok
Biaya pokok untuk masing-masing pengolahan pada pengolahan tanah
sawah tipe II ini berbeda. Hal disebabkan oleh perbedaan lama waktu pengolahan
dan alat yang digunakan juga berbeda, sehingga kapasitas kerja alat juga berbeda.
Biaya pokok pengolahan tanah pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat
pada Tabel 21.

Tabel 21. Biaya Pokok Pengolahan Tanah pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II,
di Padang

Biaya Pokok Pengolahan Tanah Tipe II (Rp/ha)


Pengolahan I Pengolahan II Pengolahan III Total
(Bajak tenaga (Bajak tenaga (Garu Sisir tenaga
Ulanga
ternak) ternak) ternak)
n
1 824.473,42 354.940,30 370.142,77 1.549.556,07
2 852.437,02 343.763,83 297.648,46 1.493.849,31
3 778.365,73 405.254,92 333.978,63 1.517.599,28
Rata-rata 818.869,03 367.524,06 333.978,63 1.520.371,72

Pengolahan Tipe III


Pada pengolahan tanah sawah tipe III yaitu dengan menggunakan hand
tractor dengan tekstur tanah liat berdebu (sity clay) . Pengolahan tanah sawah tipe
III terdiri dari 2 kali pengolahan yaitu pengolahan I dan pengolahan II. Untuk
pengolahan tanah sawah I dengan menggunakan hand tractor implement bajak
singkal, dengan lebar mata bajak 30 cm untuk lebih jelas dapat dilihat pada
20

Gambar 9, sedangkan untuk pengolahan tanah II dengan menggunakan hand


tractor implement gelebeg, yang mempunyai lebar alat 100 cm.

Gambar 9. Hand traktor dengan Implement Bajak Singkal, di Padang


Aspek Teknis
Kecepatan Kerja Aktual
Kecepatan kerja teoritis dari masing-masing alat pada tiap pengolahan
adalah berbeda. Hal ini karena perbedaan kondisi lahan yang diolah dan lebar
kerja alat, sehingga waktu pengolahan juga berbeda. Pada hand tractor dengan
bajak singkal waktu pengolahan untuk jarak 10 m lebih lama jika dibandingkan
dengan hand tractor gelebeg pada pengolahan tanah II. Kecepatan kerja teoritis
pada hand tractor berbeda dengan kecepatan aktualnya, yang disebabkan karena
adanya slip pada roda pada kecepatan aktual. Slip roda memperlambat kecepatan
kerja alat di lapangan. Kecepatan kerja teoritis pengolahan I dan pengolahan II
pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Kecepatan Kerja Aktual Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

Kecepatan Kerja Aktual (m/s)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(hand tractor + bajak (hand tractor + gelebeg)
singkal)
1 0,588 0,769
2 0,714 0,833
3 0,769 0,909
Rata-rata 0,682 0,833

Slip Roda
Slip roda pada hand tractor mempengaruhi kecepatan kerja alat di
lapangan yaitu dapat memperlambat kecepatan kerja. Kecepatan kerja teoritis alat
21

menjadi lebih besar dari kecepatan aktualnya (kecepatan kerja alat di lapangan).
Slip roda untuk masing-masing pengolahan lahan berbeda, ini disebabkan oleh
perbedaan kondisi lahan yang diolah untuk tiap pengolahan. Slip roda pada
pengolahan I lebih besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23. Slip Roda Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe III, di Padang

Slip Roda Traktor (%)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(hand tractor + bajak singkal) (hand tractor + gelebeg)
1 20,38 20,38
2 20,38 11,54
3 27,62 20,38
Rata-rata 22,96 17,58

Kapasitas Kerja Teoritis


Kapasitas kerja teoritis pada tiap pengolahan berbeda. Kapasitas kerja
teoritis bajak singkal lebih besar dari kapasitas kerja teoritis gelebeg. Hal ini
karena perbedaan lama waktu pengolahan, sehingga kecepatan kerja alat akan
berbeda. Semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja teoritis alat akan
semakin kecil (kapasitas kerja teoritis berbanding terbalik dengan waktu
pengolahan pada kecepatan kerja). Kapasitas kerja teoritis pengolahan I dan
pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Kapasitas Kerja Teoritis Pengolahan I dan Pengolahan II pada


Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

Kapasitas Kerja Teoritis (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II
(hand tractor + bajak singkal) (hand tractor + gelebeg)
Ulangan
1 0,0798 0,0814
2 0,0968 0,1017
3 0,1147 0,1220
Rata-rata 0,0956 0,1088

Kapasitas Kerja Efektif


Kapasitas kerja efektif untuk tipe pengolahan pada pengolahan tanah
sawah tipe III berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu total
pengolahan, penyebabnya karena perbedaan kondisi lahan yang masih berjerami
pada pengolahan I. Pada hand tractor dengan implement bajak singkal, waktu
total pengolahannya lebih besar jika dibandingkan dengan hand tractor dengan
implement gelebeg, sehingga kapasitas kerja efektif bajak singkal lebih kecil dari
gelebeg (kapasitas kerja efektif berbanding terbalik dengan waktu total
22

pengolahan). Kapasitas kerja efektif pengolahan I dan pengolahan II pada


pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada
Pengolahan Tanah Sawah Tipe III, di Padang

Kapasitas Kerja Efektif (Ha/jam)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(hand tractor + bajak singkal) (hand tractor + gelebeg)
1 0,0385 0,0581
2 0,0450 0,0625
3 0,0389 0,0609
Rata-rata 0,0405 0,0604

Efisiensi Kerja Alat


Efisiensi kerja tiap alat pada pengolahan tanah sawah tipe III berbeda.
Efisiensi kerja bajak singkal lebih besar dari efisiensi kerja gelebeg, ini
disebabkan karena kapasitas kerja alat yang berbeda dan lebar kerja juga berbeda.
Efisiensi gelebeg lebih besar dari pada bajak singkal karena lebar kerja gelebeg
lebih besar yaitu 100 cm sedangkan lebar kerja bajak singkal 30 cm. Efisiensi
setiap ulangan juga berbeda karena kecepatan kerja tiap ulangan dan waktu total
pengolahan tidak persis sama, sehingga didapat hasil yang jauh berbeda antara
bajak singkal dan gelebeg. Efisiensi kerja alat pengolahan I dan pengolahan II
pada pengolahan tanah sawah tipe III dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Efisiensi Kerja Alat Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe III, di Padang

Efisiensi Kerja Alat (%)


Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(hand tractor + bajak singkal) (hand tractor + gelebeg)
1 48,25 21,41
2 46,46 18,43
3 33,91 14,97
Rata-rata 42,36 16,66

Biaya Tetap
Biaya tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh Rp
3.525.000/tahun. Biaya ini adalah sama untuk pengolahan I dan pengolahan II.
Biaya tetap diperoleh dari biaya penyusutan alat Rp 2.700.000/tahun dan biaya
bunga modal Rp 825.000/tahun.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh
Rp 18.060/jam. Biaya tidak tetap ini sama untuk tiap pengolahan karena
pengolahan sama-sama menggunakan hand tractor, yang menggunakan 2 orang
operator. Biaya tidak tetap diperoleh dari biaya pemeliharaan alat Rp 2.700/jam,
biaya operator Rp 12.500/jam, biaya bahan bakar Rp 2.500/jam, biaya oli Rp
225/jam dan biaya gemuk “grease” sebesar Rp 135/jam.
23

Biaya Pokok
Biaya pokok untuk pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah
tipe III juga berbeda. Perbedaan biaya pokok ini disebabkan karena perbedaan
kapasitas kerja efektif alat. Semakin kecil kapasitas kerja efektif alat maka biaya
pokok pengolahan akan semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan
kapasitas kerja efektif). Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada
pengolahan tanah sawah tipe III disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe II, di Padang

Biaya Pengolahan Tanah Tipe III (Rp/ha)


Pengolahan I Pengolahan II Total
(hand tractor + (hand tractor +
Ulangan
bajak singkal) gelebeg)
1 560.649,35 371.514,63 932.163,98
2 479.666,67 345.360,00 825.026,67
3 554.884,32 354.433,49 909.317,81
Rata-rata 532.962,96 357.367,55 890.330,51

Biaya Pokok Tiap Tipe Pengolahan Tanah Sawah


Biaya pokok tiap tipe pengolahan tanah adalah berbeda. Perbedaan biaya
pokok tiap tipe pengolahan tanah sawah disebabkan karena perbedaan kapasitas
kerja efektif alat dan jam kerja alat per tahun. Semakin kecil biaya pokok
pengolahan maka semakin efektif alat itu untuk digunakan. Pada pengolahan
tanah sawah tipe I nilai biaya pokoknya lebih besar dari biaya pokok pada tipe II
dan tipe III. Biaya pokok terendah adalah pada pengolahan tanah sawah tipe III.
Biaya pokok diperoleh dengan memperhitungkan jam kerja alat per tahun.
Untuk pengolahan tipe I jam kerja per tahunnya adalah 700 jam yaitu 7 jam per
haridan tipe II jam kerja per tahunnya adalah 500 jam, hal ini karena jam kerja per
hari adalah 5 jam. Hand tractor mempunyai jam kerja 8 jam per hari, sehingga
jam kerja per tahun adalah 1.000 jam. Biaya pokok untuk masing-masing tipe
pengolahan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Biaya Pokok Rata-Rata Masing-Masing Tipe Pengolahan Tanah Sawah,
di Padang

Tipe Alat pengolah Biaya pokok


pengolahan (Rp/ha)
I Cangkul + cangkul 2.079.511,63
II Bajak singkal + bajak singkal + garu sisir 1.520.371,72
III Hand tractor implement bajak singkal + 890.330,51
hand tractor implement gelebeg
24

Biaya pokok yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan di Solok
dengan di Kelurahan Kapalo Koto berbeda jauh karena disebabkan oleh beberapa
hal seperti upah tenaga kerja yang berbeda jauh dan perbedaan jam kerja pertahun.
Upah tenaga kerja di Kabupaten Solok Rp 20.000/hari, sedangkan di Kelurahan
Kapalo Koto Rp 50.000/hari. Jam kerja pertahun di Kabupaten Solok pada
pengolahan tipe I adalah 2.100 jam/tahun, pengolahan tanah tipe II 2.100
jam/tahun dan pengolahan tipe III 2.400 jam/tahun. Sedangkan jam kerja di
Kelurahan Kapalo Koto pada pengolahan tipe I 700 jam/tahun, pengolahan tipe II
500 jam/tahun dan pengolahan tipe III 1.000 jam/tahun. Karena perbedaan
tersebut maka biaya pokok yang didapat juga berbeda jauh.
Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat
per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang
diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per
tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada
Tabel 29.
Tabel 29. Biaya Pokok Berdasarkan Jam Kerja per Tahun, di Padang
Jam kerja Biaya pokok (Rp/ha)
Tipe I Tipe II Tipe III
per tahun
(jam)
500 2.080.682,36 1.520.371,72 1.035.728,48
600 2.079.999,68 1.468.546,64 987.262,49
700 2.079.512,05 1.431.528,73 952.643,93
800 2.079.146,33 1.403.765,29 926.680,00
900 2.078.861,88 1.382.171,50 906.485,84
1000 2.078.634,32 1.364.896,47 890.330,51
1100 2.078.448,13 1.350.762,36 877.112,52
1200 2.078.292,98 1.338.983,93 866.097,52
1300 2.078.161,69 1.329.017,57 856.777,14

Hasil data pada Tabel 17 di atas diplotkan pada grafik, seperti yang terlihat
pada Gambar 10.
25

2500000

2000000

Biaya Pokok(Rp/ha)
1500000 pengolahan I
pengolahan II
1000000 pengolahan III

500000

0
500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300

Jam Kerja Pertahun(jam/tahun)

Gambar 10. Biaya Pokok Pengolahan Tanah Sawah pada Beberapa Tipe
Pengolahan Tanah, di Padang

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa biaya pokok pengolahan akan


berubah disetiap perubahan jam kerja per tahun. Biaya pokok pengolahan tanah
sawah dengan menggunakan hand tractor lebih murah jika dibandingkan dengan
pengolahan dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak.
Perbedaan biaya pengolahan ini disebabkan oleh waktu pengolahan untuk
luas lahan yang sama. Jika semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja
efektifnya akan semakin kecil, sehingga menyebabkan biaya pengolahan semakin
besar. Biaya pengolahan berbanding lurus dengan waktu total pengolahan lahan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
(1) Biaya pokok pengolahan tanah sawah di Solok, yaitu : tipe I sebesar Rp
650.868,00/ha, tipe II Rp 387.056,90/ha dan tipe III sebesar Rp
268.301,34/ha.
(2) Biaya pokok pengolahan dengan menggunakan traktor di Solok, lebih
murah jika dibanding dengan menggunakan alat pengolah tanah sawah
lainnya.
(3) Biaya pokok pengolahan tanah sawah di Padang, berbeda untuk masing-
masing tipe pengolahan. Nilai biaya pokok tipe I yaitu dengan
menggunakan cangkul adalah Rp 2.079.511,63/ha, lebih besar jika
dibandingkan dengan tipe II dengan menggunakan bajak yang ditarik
dengan tenaga ternak biaya pokoknya adalah Rp 1.520.371,72/ha dan tipe
III yang menggunakan hand tractor biaya pokoknya adalah Rp
890.330,51/ha.
(4) Biaya pokok paling murah di Padang, dari ketiga tipe pengolahan tanah
tersebut adalah pengolahan tanah dengan menggunakan hand tractor dan
yang paling mahal adalah pengolahan tanah dengan menggunakan
cangkul.
26

Saran
(1) Untuk mengolah tanah sawah hingga pada kondisi siap tanam sebaiknya
digunakan hand tractor, karena dengan hand tractor nilai biaya pokok
pengolahan lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan cangkul dan
bajak tenaga tarik ternak.
(2) Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya sebelum melakukan pengolahan,
jerami di lahan dibersihkan terlebih dahulu supaya slip roda hand tractor lebih
kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Charmyn. 2006. Alat dan Mesin Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Irwanto. A. Kohar. 1983. Economic Engineering. Jurusan Keteknikan Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003 dalam
Bidang Teknik dan Pertanian. Edisi I Cetakan I, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Santosa. 2007. Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Syafriddin, I. Berd, dan D. Amir. 1983. Evaluasi Penggunaan Traktor Kecil di
Sumatera Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

****** Catatan : Makalah ini telah diseminarkan pada Seminar Nasional 2010
Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA) ”Revitalisasi Mekanisasi Pertaian
dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi”
di Purwokerto, Jawa Tengah, pada Tanggal 9 - 11 Juli 2010
***************

You might also like