Professional Documents
Culture Documents
(The Study of Soil Tillage Cost in Wet Land Area with Several Soil Tillage
Equipment in Solok and Padang, West Sumatra)
Santosa1), Isril Berd1), Mislaini R.1), Yosi Yulita2), dan Risna Ermita2)
ABSTRACT
ABSTRAK
sehingga dapat dihitung biaya pokok dari pengolahan tanah sawah dengan alat
pengolahan yang berbeda. Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh biaya pokok
pengolahan tanah sawah yaitu : tipe I sebesar Rp 650.868,00/ha, tipe II Rp
387.056,90/ha dan tipe III sebesar Rp 268.301,34/ha. Dari hasil yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa biaya pokok pengolahan dengan menggunakan traktor
lebih murah jika dibanding dengan menggunakan alat pengolah tanah sawah
lainnya, jadi disarankan pada petani sebaiknya menggunakan traktor untuk
mengolah tanah sawah karena biayanya lebih ekonomis.
Kata Kunci : Alat dan Mesin Pengolah Tanah, Biaya Pengolahan Tanah
PENDAHULUAN
Penduduk Kabupaten Solok Sumatera Barat umumnya bermata
pencaharian dari sektor pertanian dengan luas sawah 4,7 % dari total luas daerah
Kabupaten Solok yaitu ±25.500 Ha. Sebagian besar beras di Sumatera Barat
dihasilkan di daerah tersebut, hal inilah yang mengantarkan Solok sebagai sentra
peroduksi beras di Sumatera Barat. Beras yang dihasilkan di Solok cenderung
lebih diminati konsumen karena mempunyai kualitas yang bagus, hal ini dapat
dilihat dari rasa dan warna beras yang dihasilkan.
Sistem pengolahan tanah di Kabupaten Solok masih bervariasi,
masyarakat masih menggunakan cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan
untuk mengolah tanah dan akhir-akhir ini sudah mulai dioperasikan traktor untuk
mengolah lahan.
Pengolahan tanah sawah sebelum pertanaman dimaksudkan untuk
memberikan tempat yang baik bagi benih untuk berkecambah dan tumbuh dengan
baik serta menciptakan suatu keadaan tanah yang dipandang dari segi sifat
fisiknya cukup baik untuk pertumbuhan dari akar tanaman. Tujuan dari
pengolahan tanah adalah untuk menggemburkan tanah sehingga memungkinkan
penyerapan air dan perembesan ke dalam tanah dan memungkinkan akar tanaman
merembes ke dalam tanah dan mengontrol tumbuhnya siangan.
Penggunaan cangkul di Kabupaten Solok Sumatera Barat masih umum di
kalangan masyarakat. Biasanya cangkul digunakan untuk mengolah tanah apabila
luas lahan itu sempit dan sulit dilakukan pengolahan dengan bajak tenaga hewan
dan traktor, sedangkan untuk lahan yang luas, petani menggunakan bajak dengan
sumber tenaga hewan serta traktor untuk mengolah tanah. Namun penggunaan
cangkul juga karena hal kepemilikan alat oleh petani itu sendiri, mereka
beranggapan lebih efisien pengolahan tanah jika dilakukan sendiri karena tidak
akan mengeluarkan biaya pengolahan yang banyak jika dibandingkan dengan
menyewa traktor atau alat lain untuk mengolah tanah.
Penggunaan bajak tenaga hewan biasanya dilakukan petani atas
pertimbangan biaya yang murah karena sebagian mereka langsung mempunyai
alat tersebut untuk pengolah tanah sawah, sehingga untuk pengerjaan lahan sawah
dilakukan petani itu sendiri, tetapi bagi petani yang tidak memiliki alat bajak ini
akan disewa operator yang langsung sebagai pemilik bajak untuk proses
pengolahan tanah sawah, namun kekurangan yang mereka dapat dari perlakuan itu
adalah untuk mengolah lahan sawah memerlukan waktu yang relatif lama (tidak
efisien dari segi waktu), sehingga apabila diperhitungkan dari segi ekonomis
maka tidak efisien, dengan arti kata biaya yang dikeluarkan pun akan banyak.
3
Bagi masyarakat yang bertindak tanggap terhadap keefisienan waktu petani akan
memilih pengolahan tanah sawah dengan menggunakan traktor, yaitu dengan
menyewa jasa alat pertanian.
Dari ketiga alat pengolah tanah yaitu cangkul, bajak tenaga hewan, dan
traktor akan timbul permasalahan di Kabupaten Solok, yang masih melakukan
sistem pertanian tradisional tersebut tentang keefisienan alat jika dipandang dari
segi ekonomi yaitu menyangkut biaya pokok pengolahan tanah. Masyarakat
sendiri belum mengetahui secara pasti dari keefektifan alat dalam hal biaya pokok
yang murah untuk pengolahan tanah sawah dengan menggunakan cangkul, bajak,
atau traktor untuk mengolah tanah, karena walaupun pengolahan dilakukan sendiri
oleh petani itu juga diperhitungkan secara ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) mengetahui kapasitas kerja alat
pengolah tanah dengan cangkul, bajak hewan, dan traktor, dan (2) untuk
mengetahui biaya pokok pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul, bajak
dengan sumber tenaga hewan, serta traktor.
METODE
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret
2008, yang bertempat di salah satu lahan petani di Kecamatan Bukit Sundi,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dan di Kecamatan Pauh Kota Padang pada
bulan April sampai dengan Mei 2009.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan serta alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan
untuk diolah, cangkul, bajak dengan sumber tenaga hewan, traktor, buku, pena,
kalkulator, komputer, meteran, dan sebagainya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan langsung ke lapangan yaitu pengamatan terhadap
masing-masing alat pengolah tanah hingga lahan siap untuk ditanam. Pengamatan
dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk berbagai tipe pengolahan tanah yaitu
dengan ukuran lahan ditetapkan 10 m x 10 m. Penelitian ini juga dilengkapi
dengan kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat petani.
Kondisi lahan dengan pengolahan dari ketiga tipe adalah sama yaitu
berupa lahan siap panen yang belum diolah, sehingga dilakukan 2 tahap
pengolahan yaitu pengolahan tanah satu dan pengolahan tanah dua sedangkan
untuk tipe III dilakukan pengolahan tanah tambahan. Ketiga tipe pengolahan
tanah tersebut adalah : (1) Tipe I yaitu pengolahan tanah I dengan cangkul dan
pengolahan tanah II dengan cangkul, (2) Tipe II yaitu pengolahan tanah I dengan
bajak singkal tenaga tarik ternak dan pengolahan tanah II dengan bajak garu
tenaga tarik ternak serta alat perata tenaga tarik ternak, dan (3) Tipe III yaitu
pengolahan tanah I dengan traktor bajak singkal dan pengolahan tanah II traktor
alat gelebeg.
Pengamatan
Pengamatan untuk aspek teknis yaitu menentukan kapasitas kerja alat
secara teoritis dan efektif dari masing-masing alat yang digunakan untuk
mengolah tanah sawah. Pengamatan secara ekonomis yaitu menentukan biaya
pokok pengolahan tanah sawah dengan memvariasikan jam kerja per tahun dan
memvariasikan luas lahan yang diolah.
4
Kapasitas kerja efektif pengolahan tanah sawah tipe I disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe I , di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja efektif (Ha/jam)
I Cangkul 0,0082284
II Cangkul 0,0165950
Aspek Ekonomis
Biaya pokok pengolahan tanah tipe I disajikan pada Tabel 2.
Pengolahan Tipe II
Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak.
Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak,
dengan lebar mata bajak 23 cm, bentuk alat dapat dilihat pada Gambar 2.
Pengolahan tanah II dengan garu yang menyerupai sisir yang ditarik dengan
tenaga ternak, alat ini mempunyai lebar 70 cm. Pada pengolahan tanah II ini
dilengkapai dengan alat perata yang terbuat dari bambu dengan panjang 150 cm,
bentuk alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Sebagaimana yang diutarakan
oleh Chatib (2006), bahwa salah satu jenis alat pengolahan tanah kedua adalah
garu jenis garu paku (spike tooth harrow).
8
Kapasitas kerja teoritis untuk tiap pengolahan tanah tipe II disajikan pada
Tabel 4.
Kapasitas kerja efektif untuk tiap pengolahan tanah sawah tipe II disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kapasitas Kerja Efektif Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Kapasitas kerja efektif (ha/jam)
I Bajak singkal tarik ternak 0,018825
II Garu tarik ternak 0,039138
Alat perata tarik ternak 0,138900
Aspek Ekonomis
Biaya pokok untuk masing-masing pengolahan pada pengolahan tanah
sawah tipe II ini disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe II, di Solok
Pengolahan Alat pengolah Biaya pokok (Rp/ha)
I Bajak singkal tarik ternak 239.438,00
II Garu tarik ternak 115.167,56
Alat perata tarik ternak 32.450,88
Biaya pokok pengolahan tipe II 387.056,90
Slip Roda
Slip roda pada traktor mempengaruhi kecepatan kerja alat di lapangan
yaitunya dapat memperlambat kecepatan kerja. Slip roda pada pengolahan I lebih
besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.
11
Aspek Ekonomis
Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah sawah tipe
III disajikan pada Tabel 13.
12
Tabel 13. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe III, di Solok
Untuk pengolahan tipe I dan tipe II jam kerja per tahunnya adalah sama
yaitu 2.100 jam, hal ini karena jam kerja per hari adalah 7 jam. Berbeda dengan
traktor yang mempunyai jam kerja 8 jam per hari, sehingga jam kerja per tahun
adalah 2.400 jam. Biaya pokok untuk masing-masing tipe pengolahan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya Pokok Masing-Masing Tipe Pengolahan Tanah Sawah, di Solok
Tipe Alat Pengolah Tanah Biaya Pokok (Rp/ha)
Pengolahan
I Cangkul + cangkul 650.868,00
II Bajak singkal + garu dan alat perata 387.056,90
tenaga tarik ternak
III Traktor implement bajak singkal + 268.301,34
traktor implement gelebeg
Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat
per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang
diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per
tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada
Gambar 6.
13
800000
700000
600000
Biaya pokok (Rp/ha)
500000
400000
300000
200000
100000
0
500 700 900 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 2700 2900
Jam kerja per tahun (jam)
Biaya pokok Rp/ha) Tipe I
Biaya pokok Rp/ha) Tipe II
Biaya pokok Rp/ha) Tipe III
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa biaya pokok pengolahan akan berubah
di setiap perubahan jam kerja per tahun. Biaya pokok pengolahan tanah sawah
dengan menggunakan traktor lebih murah jika dibandingkan dengan pengolahan
dengan menggunakan cangkul dan bajak tenaga tarik ternak.
Perbedaan biaya pengolahan ini disebabkan oleh waktu pengolahan untuk
luas lahan yang sama. Jika semakin lama waktu pengolahan maka kapasitas kerja
efektifnya akan semakin kecil, sehingga menyebabkan biaya pengolahan semakin
besar. Biaya pengolahan berbanding lurus dengan waktu total pengolahan lahan.
Pembahasan Kuisioner
Dari 50 orang respoden tentang status kepemilikan lahan dapat
disimpulkan bahwa masyarakat sudah bertindak sebagai petani pemilik yaitu
sebanyak 46 % dan mengusahakan sendiri sebanyak 22 %, selebihnya adalah
mengupahkan dan ada juga petani yang belum jelas tentang status kepemilikan
tanah yang digarap. Pada umumnya petani masih bertindak sebagai petani
keluarga yaitu 82 % dan yang lainnya sudah bertindak sebagai petani komersial,
dengan luas lahan kurang dari satu ha (62 %). Status lahan pada umumnya
diperoleh dari lahan milik kaum yang turun-temurun yaitu sekitar 78 %.
Kebanyakan petani hanya memiliki cangkul sebagai peralatan pertanian
yaitu 86 % dan ada juga yang memilki bajak tenaga tarik ternak dan traktor untuk
mengolah lahan. Untuk cara pengolahan tanah sawah masih secara manual yaitu
sekitar 34 % dan hanya 28 % petani yang menerapkan cara pertanian semi
mekanis, dengan status alat masih disewa untuk traktor sebagai alat pengolah
mekanis.
14
B. Penelitian di Padang
Pengolahan Tanah Sawah Tipe I
Pengolahan tipe I yaitu dengan menggunakan cangkul untuk pengolahan
tanah I dan pengolahan tanah II, gambar alat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
7.
Cangkul ini mempunyai panjang mata cangkul 21 cm, lebar mata cangkul
15 cm, dan tebal 2 mm, sedangkan panjang tangkai yaitu 72 cm.
Aspek Teknis
Kecepatan Kerja
Kecepatan kerja untuk tiap pengolahan adalah berbeda. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan lama waktu pengolahan untuk jarak tertentu. Pada penelitian ini
digunakan jarak 10 meter dengan beberapa kali ulangan untuk pengukuran waktu
pada jarak yang sama. Pada pengolahan I waktu pengolahan lebih lama karena
lahan masih terdapat jerami jika dibandingkan dengan pengolahan II. Kecepatan
kerja untuk pengolahan tipe I dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan
Tanah Sawah Tipe I, di Padang
Kecepatan Kerja Aktual (m/s)
Pengolahan I Pengolahan II
Ulangan
(cangkul) (cangkul)
1 0,0555 0,0847
2 0,0704 0,0893
3 0,0613 0,0961
Rata-rata 0,0619 0,0898
Aspek Ekonomis
Biaya Tetap
Biaya tetap yang diperoleh adalah Rp 7.050/tahun. Biaya ini adalah sama
untuk pengolahan I dan pengolahan II, karena alat yang digunakan sama yaitu
cangkul. Biaya ini diperoleh dari hasil perhitungan biaya penyusutan alat sebesar
Rp 5.400/tahun dan bunga modal Rp 1.650/tahun.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap adalah sebesar Rp 7.148,26/jam. Biaya ini diperoleh dari
biaya pemeliharaan alat Rp 5,40/jam dan upah operator sebesar Rp 7.142,86/jam.
Biaya tidak tetap untuk pengolahan I dan pengolahan II sama karena alat yang
digunakan sama yaitu cangkul.
Biaya Pokok
Biaya pokok yang diperoleh untuk masing-masing pengolahan tanah
berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan kapasitas kerja efektif alat.
Semakin besar kapasitas kerja efektif maka biaya pokok yang diperoleh akan
semakin kecil. Biaya pokok berbanding terbalik dengan kapasitas kerja efektif.
Biaya pokok masing-masing pengolahan pada pengolahan tipe I dapat dilihat pada
Tabel 18.
Tabel 18. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe I, di Padang
Pengolahan Tipe II
Pengolahan tanah sawah tipe II yaitu menggunakan tenaga tarik ternak
(sapi). Pengolahan tanah I dengan menggunakan bajak singkal tenaga tarik ternak
(sapi), dengan lebar mata bajak 12 cm. Pengolahan tanah II masih dengan bajak
singkal yang ditarik dengan tenaga ternak (sapi). Pada pengolahan tanah III
dengan menggunakan garu sisir yang panjangnya 100 cm, bentuk alat lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 19. Kecepatan Kerja Pengolahan I dan Pengolahan II dan Pengolahan III
pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II, di Padang
Ulangan (Bajak tarik ternak) (Bajak tarik ternak) (Garu sisir tarik
ternak)
1 0,2380 0,4000 0,3448
2 0,2325 0,3846 0,3703
3 0,2500 0,3571 0,3571
Rata-rata 0,2399 0,3797 0,3571
18
Aspek Ekonomis
Biaya Tetap
Biaya tetap untuk pengolahan tanah sawah tipe II diperoleh Rp
1.429.000/tahun, yang diperoleh dari biaya penyusutan Rp 1.116.000/tahun dan
bunga modal Rp 313.000/tahun. Biaya tetap untuk tiap pengolahan sama karena
19
Tabel 21. Biaya Pokok Pengolahan Tanah pada Pengolahan Tanah Sawah Tipe II,
di Padang
Slip Roda
Slip roda pada hand tractor mempengaruhi kecepatan kerja alat di
lapangan yaitu dapat memperlambat kecepatan kerja. Kecepatan kerja teoritis alat
21
menjadi lebih besar dari kecepatan aktualnya (kecepatan kerja alat di lapangan).
Slip roda untuk masing-masing pengolahan lahan berbeda, ini disebabkan oleh
perbedaan kondisi lahan yang diolah untuk tiap pengolahan. Slip roda pada
pengolahan I lebih besar dari slip roda pada pengolahan II. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23. Slip Roda Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe III, di Padang
Biaya Tetap
Biaya tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh Rp
3.525.000/tahun. Biaya ini adalah sama untuk pengolahan I dan pengolahan II.
Biaya tetap diperoleh dari biaya penyusutan alat Rp 2.700.000/tahun dan biaya
bunga modal Rp 825.000/tahun.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap pada pengolahan tanah sawah tipe III diperoleh
Rp 18.060/jam. Biaya tidak tetap ini sama untuk tiap pengolahan karena
pengolahan sama-sama menggunakan hand tractor, yang menggunakan 2 orang
operator. Biaya tidak tetap diperoleh dari biaya pemeliharaan alat Rp 2.700/jam,
biaya operator Rp 12.500/jam, biaya bahan bakar Rp 2.500/jam, biaya oli Rp
225/jam dan biaya gemuk “grease” sebesar Rp 135/jam.
23
Biaya Pokok
Biaya pokok untuk pengolahan I dan pengolahan II pada pengolahan tanah
tipe III juga berbeda. Perbedaan biaya pokok ini disebabkan karena perbedaan
kapasitas kerja efektif alat. Semakin kecil kapasitas kerja efektif alat maka biaya
pokok pengolahan akan semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan
kapasitas kerja efektif). Biaya pokok pengolahan I dan pengolahan II pada
pengolahan tanah sawah tipe III disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27. Biaya Pokok Pengolahan I dan Pengolahan II pada Pengolahan Tanah
Sawah Tipe II, di Padang
Biaya pokok yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan di Solok
dengan di Kelurahan Kapalo Koto berbeda jauh karena disebabkan oleh beberapa
hal seperti upah tenaga kerja yang berbeda jauh dan perbedaan jam kerja pertahun.
Upah tenaga kerja di Kabupaten Solok Rp 20.000/hari, sedangkan di Kelurahan
Kapalo Koto Rp 50.000/hari. Jam kerja pertahun di Kabupaten Solok pada
pengolahan tipe I adalah 2.100 jam/tahun, pengolahan tanah tipe II 2.100
jam/tahun dan pengolahan tipe III 2.400 jam/tahun. Sedangkan jam kerja di
Kelurahan Kapalo Koto pada pengolahan tipe I 700 jam/tahun, pengolahan tipe II
500 jam/tahun dan pengolahan tipe III 1.000 jam/tahun. Karena perbedaan
tersebut maka biaya pokok yang didapat juga berbeda jauh.
Biaya pokok pengolahan tanah berubah seiring perubahan jam kerja alat
per tahun. Semakin kecil jam kerja alat per tahun maka nilai biaya pokok yang
diperoleh semakin besar (biaya pokok berbanding terbalik dengan jam kerja per
tahun). Nilai biaya pokok untuk variasi jam kerja per tahun dapat dilihat pada
Tabel 29.
Tabel 29. Biaya Pokok Berdasarkan Jam Kerja per Tahun, di Padang
Jam kerja Biaya pokok (Rp/ha)
Tipe I Tipe II Tipe III
per tahun
(jam)
500 2.080.682,36 1.520.371,72 1.035.728,48
600 2.079.999,68 1.468.546,64 987.262,49
700 2.079.512,05 1.431.528,73 952.643,93
800 2.079.146,33 1.403.765,29 926.680,00
900 2.078.861,88 1.382.171,50 906.485,84
1000 2.078.634,32 1.364.896,47 890.330,51
1100 2.078.448,13 1.350.762,36 877.112,52
1200 2.078.292,98 1.338.983,93 866.097,52
1300 2.078.161,69 1.329.017,57 856.777,14
Hasil data pada Tabel 17 di atas diplotkan pada grafik, seperti yang terlihat
pada Gambar 10.
25
2500000
2000000
Biaya Pokok(Rp/ha)
1500000 pengolahan I
pengolahan II
1000000 pengolahan III
500000
0
500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300
Gambar 10. Biaya Pokok Pengolahan Tanah Sawah pada Beberapa Tipe
Pengolahan Tanah, di Padang
Saran
(1) Untuk mengolah tanah sawah hingga pada kondisi siap tanam sebaiknya
digunakan hand tractor, karena dengan hand tractor nilai biaya pokok
pengolahan lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan cangkul dan
bajak tenaga tarik ternak.
(2) Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya sebelum melakukan pengolahan,
jerami di lahan dibersihkan terlebih dahulu supaya slip roda hand tractor lebih
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Charmyn. 2006. Alat dan Mesin Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Irwanto. A. Kohar. 1983. Economic Engineering. Jurusan Keteknikan Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Santosa. 2005. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003 dalam
Bidang Teknik dan Pertanian. Edisi I Cetakan I, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Santosa. 2007. Sistem Manajemen Mekanisasi Pertanian. Jurusan Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Syafriddin, I. Berd, dan D. Amir. 1983. Evaluasi Penggunaan Traktor Kecil di
Sumatera Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
****** Catatan : Makalah ini telah diseminarkan pada Seminar Nasional 2010
Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA) ”Revitalisasi Mekanisasi Pertaian
dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi”
di Purwokerto, Jawa Tengah, pada Tanggal 9 - 11 Juli 2010
***************