Professional Documents
Culture Documents
Yanki. Yanki adalah sebutan untuk anak liar yang mengecat putih rambutnya dan
kebut-kebutan di jalan raya. Shoko mengikuti jejak kakaknya, Maki, dengan kabur
dari rumah dan meninggalkan sekolah. Dia menjadi terbiasa mabuk dengan cara
Yanki yang dua tahun lebih tua darinya. Shoko berpikir bahwa kehilangan
keperawanan adalah semacam ritual menjadi “dewasa”. Dia menjalani ritual tersebut
dengan tanpa perasaan apapun dan sama sekali tidak memberi kesenangan apapun
baginya. Shoko – seperti halnya Maki – mulai terjebak dengan kehidupan khas Yanki.
Minggat dari rumah, ditemukan, diseret pulang, dan dipukuli ayah. Ia akan menunggu
nakal. Setelah keluar dari sekolah anak nakal, Shoko tidak bermaksud untuk berubah
sedikit pun. Ia kembali terjerumus dalam dunia Yanki. Sementara itu, kehidupan
berantakan setelah kelaurga calon istrinya mengetahui latar belakang keluarga Daiki.
Lebih buruk lagi, ayahnya menjadi penjamin pinjaman salah satu kenalannya.
Dengan begitu, keluarganya terjerumus ke neraka utang. Bunga utang itu sampai
mencapai lima puluh persen per sepuluh hari. Setiap hari hingga musim dingin
menjalaninya masih dengan alasan agar dikatakan “dewasa”. Hampir saja dia kembali
menjadi korban pelecehan seksual akibat kecanduan narkoba. Sayangnya, hal buruk
itu belum akan berakhir. Maejima – seorang rentenir yang telah banyak meminjami
Shoko dalam lingkaran narkoba dan seks. Shoko terjebak dalam lingkaran setan
Shoko mencoba untuk bekerja di bar. Di sana ia berkenalan dengan Shin, seorang
seorang simpanan atau gundik. Shoko mendapat hadiah ulang tahun sebuah
apartemen dari Shin. Meski begitu Shoko tidak bisa lepas begitu saja dari Maejima.
terus berusaha menemui Shoko. Adapun Shoko tidak pernah bisa menolak Maejima,
padahal hubungannya dengan Maejima tidak pernah baik. Selain menjadi budak seks
dan narkoba, Shoko juga selalu diperlakukan tidak manusiawi. Dia mengalami
kekerasan hampir setiap saat ia bertemu dengan Maejima. Terlebih saat itu Shoko
sedang hidup bersama Shin. Shoko disiksa terus - menerus, dan pada saat yang
bersamaan Maejima juga selalu mengulang kata-kata yang sama, “Aku cinta
keadaan sekarat akibat kecanduan narkoba oleh Maejima di hotel mesum yang biasa
mereka tinggali.
keluarganya resmi disita oleh lembaga kepailitan. Keluarganya terlantar dan pindah
ke rumah yang sangat kecil. hal ini sangat menyedihkan bagi Shoko. Niatnya untuk
pulang itu tidak disukai oleh Maejima. Maejima memukul wajahnya, menendang
Pada saat jarum suntik dicabut, wajah Shoko berkeringat dan tubuhnya terasa lengket.
menenangkannya, tapi tak ada gunanya. Shoko pingsan dan tidak bisa bernafas.
Melihat Shoko yang menderita seperti itu, Maejima malah kabur. Dua hari kemudian
halusinasi terus-menerus. Akhirnya setelah tiga hari halusinasi itu berakhir, dan nafsu
makannya kembali.
hotel mesum, dia meninggal dunia akibat pendarahan paru-paru. Setelah terbebas dari
Saat itu tahun 1987 adalah puncak buble era yaitu masa melambungnya
perekonomian Jepang dan uang mengalir dengan lancar. Karenanya, para pelanggan
Shin malah mengalami kebangkrutan sehingga dia tidak bisa lagi mengirimi Shoko
uang. Namun, Shoko tetap mencintainya meski Shin sedang bangkrut. Sementara itu,
Orang tuanya dan Na-Chan pindah ke kontrakan kecil, dan kakak laki-lakinya pindah
Ayahnya bekerja sebagai buruh kasar, sedangkan ibunya menjadi pegawai kebersihan
di hotel mesum.
namun Shoko tidak berminat untuk memiliki ikatan dengannya sebab masih terikat
pada Shin. Kemudian, sekali lagi Shoko berkenalan dengan seorang lelaki yang
mengaku masih bujangan, bernama Ito. Malangnya, ternyata Ito berbohong padanya.
Ito telah beristri. Namun, Shoko terlalu mudah memaafkan, sehingga sekali lagi dia
Suatu ketika, Shoko mengalami kejadian buruk lagi dengan Ito. Shoko
mengalami kekerasan oleh Ito, dan kekerasan itu semakin menjadi-jadi. Seperti
halnya Maejima di masa lalunya, Ito pun selalu mengatakan bahwa dia mencintai dan
meminta maaf pada Shoko setiap ia selesai menyiksanya. Tentu saja Shoko tidak
mudah percaya lagi. Shoko sampai harus masuk rumah sakit akibat kekerasan Ito.
Perubahan itu bermula dengan keputusan untuk mentato tubuhnya. Tato itu
benar-benar meyakinkan Shoko untuk tidak lagi menerima begitu saja perlakuan
pun berubah. Ia tidak lagi bekerja tanpa tujuan. Ia menjadi bergairah dalam bekerja
empat tahun lebih tua darinya. Pertemuan dengan Taka ini berlanjut dengan
sangat lancar, dan Taka diterima dengan baik oleh keluarga Shoko. Suatu ketika, Ito –
mantan kekasihnya – tiba-tiba menyerang ke rumah Shoko saat Taka tidak di rumah.
rumah sakit. Taka yang mengetahui kejadian ini mengejar Ito dan menghabisinya.
sipil. Rumah tangga Shoko dengan Taka dimulai dalam keadaan miskin papa. Tahun-
tahun berikutnya, orang tua Shoko meninggal dunia. Namun efek atas kematian
Sedangkan pada saat kematian ayahnya, Shoko merasa terpacu untuk menata
hidupnya supaya lebih baik lagi. Shoko juga harus menanggung hidup berat karena
harus menanggung utang Maki, akibat kebiasaan judi mantan suaminya Itchan. Shoko
juga terpaksa harus bercerai dengan Taka. Hal itu ia lakukan demi kebahagiaan Taka
karena mereka berdua tidak pernah lagi berhubungan intim sejak ibunya meninggal
dunia.
untuk menikah dengan sorang pria baik-baik. Karirnya sebagai hostes pada saat itu
sedang memuncak. Demikianlah, memoar seorang putri yakuza. Kisah ini hanyalah
satu potret kecil dari kehidupan kelam keluarga yakuza di Jepang. Otobiografi Shoko
Tendo mengungkapkan dengan jelas bahwa dunia yakuza tidak bisa dipahami dengan
sederhana.
pada sikap merendahkan dan mengucilkan kehidupan yakuza. Demikian juga ketika
mencoba memahami kehidupan seorang remaja putri yang terjebak dalam dunia
Yanki, narkoba dan seks. Kenyataannya, Shoko sendiri tidak bisa dikatakan
menikmati kehidupan itu dengan benar. Banyak kesalahan persepsi yang fatal dalam
memahami dunianya.
menjadi sangat akut dan menyebabkan para remaja menjalani hidup yang semakin
suram. Ketika terjebak dalam perbudakan seks dan narkoba pun, lagi-lagi seorang
remaja putri lebih tepat disebut sebagai korban. Karenanya, menyalahkan korban
menjadi kurang tepat. Shoko tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk menepis semua
penyiksaan tersebut. Secara fisik mereka lemah di hadapan kaum laki-laki. Proses
terbebasnya mereka dari semua jebakan itu tidak terjadi dengan mudah. Dibutuhkan
keberuntungan yang cukup besar untuk menarik keluar mereka dari dunia hitam itu.
Orangtuaku selalu bersikap lembut, tetapi mereka tak bias dibantah dalam
urusan tata karma. Bahkan, pembantu kami pun dilarang memanjakan kami. Kami
tidak dibolehkan menonton televisi selagi makan, lalu selesai makan, kami harus
membersihkan sendiri piring kami. Meskipun dididik dalam tata krama kuno, aku
menyukainya.
Beberapa hari setelah itu, ayah terlilit perkara dan dijebloskan ke dalam
penjara. Kami tidak pernah punya urusan dengan tetangga kiri-kanan sejak kami
menjijikkan. Inilah pengalaman pertama kami dilecehkan, tetapi itu bukan yang
terakhir.
telingaku, “ Shoko-chan, tahukah kamu bahwa kakakmu yang paling tua bukan kakak
kakak lelakiku. Aku hanya tidak paham kenapa seseorang harus menyampaikan
kepada anak kecil hal semacam itu. Dan, anak-anak di sekitar rumah segera saja
meniru kelakuan orang tua mereka. Di sekolah, aku dipanggil “yakuza kecil” dan
Analisis
Dari cuplikan di atas dapat ditarik analisis bahwa tokoh utama yaitu Shoko
Tendo adalah orang yang menyukai keteraturan dan tata krama karena dia menyukai
aturan yang dibuat oleh orang tuanya. Shoko Tendo juga memiliki hati yang tulus dan
ikhlas dalam menerima anggota keluarganya walaupun dia tahu bahwa kakak lelaki
nya bukan saudara kandung. Shoko Tendo justru menyalahkan orang yang
menyampaikan hal ini kepadanya karena dia tidak senang kejelekan anggota
Dari cuplikan di atas kelihatan sekali bagaimana Shoko merasa tidak nyaman
dengan lingkungan tetangganya. Ini terlihat dari cuplikan ‘ tetapi tiba-tiba setiap
kepribadian Super ego menjadi lebih dominan karena tokoh dapat membedakan yang
Penindasan dan masa kecil Shoko Tendo yang suram dimulai dari hal ini dan
sekolah. Dan apabila dihubungkan dengan sistim kepribadian yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud, bahwa dalam diri seseorang terdapat tiga system kepribadian yang
disebut Id, Ego, dan Super Ego. Dan dalam hal ini, sruktur Id tercermin dalam tokoh
Shoko Tendo karena tokoh merasa tidak nyaman, merasa tertindas terabaikan serta
sangat lama sekali. Dengan cara mencari tempat dan orang - orang yang dapat
menerima keberadaannya apa adanya walaupun tidak jelas apakah lingkungan itu
Namun, akibatnya, karena aku tidak pernah bercerita kepada siapa pun,
penindasan yang ditujukan kepadaku menjadi rutin. Pakaian dan sepatu senamku
sehingga rasanya aku tidak pernah ada. Yang paling banyak menindas dan
melecehkan aku adalah anak-anak pintar yang orang tuanya memiliki pekerjaan
terhormat.
Cara mereka menyakitiku sungguh licik dan cerdik sehingga guru-guru tidak
mengetahuinya, kecuali aku melakukan perlawanan. Aku sadar, tak ada gunanya
menceritakan kepada siapa pun; itu hanya akan membuat urusan makin runyam. Para
penggangguku akan melakukan segala cara agar tidak ketahuan di lain waktu. Tetapi,
peduli setan dengan apa yang mereka lakukan padaku, aku tidak pernah menangis
waktu makan dan istirahat dengan menggambar apa saja dan mengabaikan segala
“Apa salahnya menjadi yakuza?’ balasku; satu-satunya yang membuatku tak tahan
adalah mendengar orang tuaku dilecehkan. Dan, sekalipun menjadi puteri yakuza
tidak berarti aku terus diperlakukan sebagai sampah, aku memutuskan untuk tidak
Aku tidak bereaksi. Sebanyak apapun ia memintaku, aku hanya duduk membatu.
“Aku tahu kau anak kepala bajingan. Kau sama sekali dengan ayahmu. Pasti
ayahku. Aku tidak tahan lagi. Hanya satu hal yang aku tahu, apa pun yang aku
Analisis
masih di sekolah dasar. Shoko Tendo terlahir sebagai anak dari seorang Yakuza,
seorang mafia Jepang. Ia memiliki dua orang kakak dan seorang adik. Serta seorang
ibu yang lemah lembut dan sangat baik, khas yamato nadeshiko (wanita sempurna ala
Jepang). Dengan kehidupan mewah, aman, dan tenteram karena hasil dari bisnis yang
dimiliki ayahnya. Ia bahkan dengan memelihara seekor anjing dan kucing, serta ikan
berlanjut dan bahkan menjadi lebih rutin. Tokoh masih merasa terabaikan dan hanya
memiliki teman pensil dan buku catatan saja. Tokoh tidak berani mengadukan hal ini
kepada guru atau mungkin juga pihak yang berwajib Karena dia tidak memiliki
ayahnya yang yakuza dihina oleh temannya dan juga opsir penjara membuat tokoh
menjadi emosi karena tokoh tidak dapat menerima kenyataan orang tuanya juga
dilecehkan.
berpura-pura atau tidak menjadi diri sendiri demi mendapatkan teman karena tokoh
tugasnya Ego selalu berpegang pada prinsip kenyataan atau reality principle.
Culikan (hal. 8)
Ibu sungguh istimewa bagiku. Aku anak yang sakit-sakitan, dan karenanya ia
selalu mencemaskan keadaanku dan tidak pernah jauh dariku. Tetapi ini juga berarti
bahwa aku selalu dihantui rasa takut ia akan meninggalkanku selama-lamanya. Suatu
ketika, saat aku terbaring sakit di tempat tidur, aku membuka mata dan tidak
Aku berlari ke jalanan tanpa alas kaki untuk mencarinya. Akhirnya aku
Aku tidak bisa menjelaskan ketakutanku. Selama aku sakit, ibu selalu
membawakan makanan untukku ke tempat tidur. Aku tidak pernah bisa tahu betapa
Analisis
Dari cuplikan di atas sangatlah jelas bahwa tokoh sangat menyayangi ibu dan
demikian juga hal nya dengan ibu yang juga sangat menyayangi tokoh Shoko. Tokoh
hanya mempercayai dan sangat nyaman bersama ibu dan sangat takut sekali
kehilangan ibu suatu saat. Dalam hal ini sistim kepribadian Id lebih dominan.
Adanya dorongan-dorongan hati yang cemas dan takut akan kehilangan akan
sosok ibu dari hidupnya membuat tokoh segera mencari ibu kemana-mana demi
memuaskan rasa puas dan tenang jika sudah bertemu dan dekat dengan sang ibu. Id
melaksanakan dorongan hati agar tercapai rasa senang dan puas jika sudah terpenuhi.
payudaraku. Aku bisa melihat tato di lengannya menyembul dari balik lengan
bajunya. Aku mencoba menendang dan memukul untuk membebaskan diri dari
Beberapa hari kemudian, mizuguchi ditangkap karena kasus obat terlarang. Sejak itu,
Aku tahu bahwa ayah bekerja keras untuk kami. Namun, saat aku merangkak
ke kasurku di malam hari, yang terpikir olehku adalah hanyalah bagaimana ia pulang
ke rumah dalam keadaan mabuk dan membantingi apa saja. Dalam kegelapan malam,
akan muncul paras muka mengerikan yang membuat aku dihantui perasaan takut.
Saat ibu membaringkan tubuhnya ke tempat tidur dan tidur di kasur sebelahku, diam-
diam aku selalu memperhatikan wajahnya. Saat itulah, aku baru merasa tenang dan
bias memejamkan mata. Pada hari-hari itu, aku tidak pernah bias tidur nyenyak dan
terang saja, aku tidak yakin akan bias menangkap pelajaran dengan baik.
menyelinap di kepalaku. Tangan Yuya merambat turun dari payudaraku, dan aku tak
merupakan pertama kali anggota geng yang lebih tua mengadili aku dan ini pun
mungkin bukan yang terakhir. Karena itu, aku tak paham kenapa tiba - tiba aku
Analisis
Dari cuplikan di atas dapat ditarik analisis bahwa dengan pengalaman pertama
tokoh hampir diperkosa oleh anak buah yakuza dari ayahnya pada waktu umur Shoko
Tendo masih sangat muda, tokoh mengalami trauma sehingga ia tidak dapat
mempercayai orang dewasa lagi. Seperti dikatakan Freud, trauma memang tidak
muncul secara spontan. Neurosis traumatik dengan jelas menunjukkan bahwa fiksasi
yang sangat berkesan pada perasaan terdalam para pasien. Tokoh juga mengalami
trauma dengan sang ayah karena sebagai anak yang masih muda sekali tokoh sudah
melihat di depan mata kepala sendiri sang ayah pulang ke rumah dalam keadaan
mabuk bersama hostes-hostes. Selain itu sang ayah juga apabila mengamuk akan
melempari apa saja kepada siapa saja yang di rumah, bahkan sering melakukan
Inilah juga awal ketenangan tokoh utama berada di rumah sendiri menjadi
tidak ada. Pada awalnya kehidupan sebagai seorang anak yakuza tidak menjadi
kata pembelaan seperti yang disebutkan di awal. Tetapi ketika ia memasuki kelas
empat sekolah dasar, tibalah saat ayahnya dibebaskan. Adalah saat yang seharusnya
Namun sebaliknya, setelah keluar dari penjara, tingkah sang ayah malas
berbalik menjadi pemarah dan pemabuk. Ayahnya menjadi suka memukuli ibunya.
Membuat Na-chan, adik Shoko selalu dirundung ketakutan. Sedangkan Shoko selalu
geng yanki bahwa dia sudah dewasa dengan cara berhubungan badan tapi pada saat
tangan Yuya, sang pacar sudah mulai beraksi membuka baju nya, tokoh tiba-tiba
teringat saat pertama dia diperkosa dan ia menjadi ketakutan, tetapi ia takut
menunjukkannya pada Yuya. Dan bahkan dari cuplikan di atas Shoko lebih takut dan
merasa seram dan gemetar ketika dia juga mendengar suara orang yang
menyelamatkan dia dari pemerkosaan antar geng mengucapkan hal yang sama ketika
Bahkan dia lebih takut daripada perkelahian antar geng yanki yang bisa
…namun, tak ada celah untuk menghindar. Setiap aturan dibuat kecuali
menaatinya. Bagi orang sepertiku, yang bertindak semaunya sendiri, ini merupakan
dikatakan ayah di pengadilan itu adalah benar. Kita harus bertanggung jawab atas
perbuatan kita sendiri. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, maka inilah yang
terjadi. Hanya aku satu-satunya orang d antara semua peserta perkelahian yang
dijebloskan ke sekolah anak nakal, tetapi itu oke-oke saja. Jika mereka membebaskan
aku begitu saja dari rumah tahanan, pastilah aku tidak pulang ke rumah, aku akan
keluyuran lagi bersama teman-teman. Jadi, ini hanyalah soal waktu, sebab cepat atau
Sepanjang waktu itu, aku sering memikirkan air mata ibu yang menetes di
punggung tanganku di ruang sidang, dan betapa sedihnya orangtuaku saat melihat aku
dibawa petugas. Aku memahami kepedihan yang kutimpakan pada setiap orang,
terbuka untukku. Mereka berdiri di ambang pintu, tidak terucap sepatah kata pun,
hanya sorot mata mereka yang memintaku mengikuti mereka. Ketika membalikkan
badan tanpa menginjakkan kaki di rumah sama sekali, aku merasa mata kedua
orangtuaku mengebor punggungku. Hatiku merasa berat, tetapi aku belum cukup
Analisis
Dari cuplikan di atas tokoh utama, yaitu Shoko Tendo setelah mengalami
tinggal di rumah tahanan anak-anak nakal, dimana ruangan nya sangat sempit dan
pengap, dengan makanan yang jauh dari layak, dan bertemu dengan orang-orang
perbuatannya sendiri. Apalagi setelah melihat dan menyadari dia telah membuat
Namun, walaupun dia sudah menyadari arti kebebasannya setelah pulang dari
penjara, Shoko masih belum bisa melawan godaan hatinya untuk bergabung dan
sendiri akan menjadi anak yang baik, tetapi semua nya terkalahkan oleh kesenangan
yang akan dia dapat. Dalam sistim kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud, Super Ego Shoko Tendo dikalahkan oleh Id yang selalu lebih banyak
Hal ini jelas terlihat dari ungkapan “…hatiku merasa berat, tetapi aku masih belum
penampilanku. Ngobrol dengan nyonya tua ini saat kami berjalan-jalan di taman kecil
Analisis
Shoko Tendo sebagai anak yang masih kecil membutuhkan kawan yang bisa
menerima dirinya apa adanya tanpa mencela dan menghakimi penampilan dan latar-
belakang keluarganya. Apabila diteliti lebih lanjut lagi sebenarnya Tokoh sedang
mencari suatu perlindungan (rasa aman), ia sedang mencari sahabat yang benar-benar
dirinya tanpa menghakimi penampilan dan latar-belakang dirinya seperti yang biasa
Cuplikan (hal.48)
Suatu hari, aku pergi membeli soda kalengan dari otak mesin dan melihat
sebuah dompet tergeletak di lantai dekatku. Aku memeriksa isinya dan menemukan
uang tunai dalam jumlah besar: 180 yen. Ketika aku masih kecil, orang tuaku biasa
mmeberiku uang saku untuk membeli pensil dan alat-alat sekolah, tetapi sejak aku
menjadi Yanki mereka tidak memberiku apa-apa lagi. Uang itu besar sekali
jumlahnya, dan aku ingin sekali menyimpannya. Namun, aku merasa bahwa Tuhan
sedang mengawasiku di suatu tempat, maka aku menyerahkan uang itu ke ruang
perawat. Segera setelah itu, aku sedang duduk bersama ayah di kafetaria, telah
ditemukakan sejumlah uang di dekat mesin penjualan makanan. Tak lama kemudian,
seorang perawat mendekati kami sambil mendorong kursi roda. Di kursi itu, duduk
seorang lelaki berbalut piyama, kira-kira seusia ayah. Lelaki itu tampak tercengang
melihat bahwa seorang yanki sepertiku mengembalikan dompet yang berisi banyak
uang.
Analisis
dapatnya karena berhubunan keluarga mereka juga dalam keadaan krisis, apalagi
ayahnya juga sakit, juga Shoko ingin memakai uang itu untuk membeli beberapa
kebutuhannya, tetapi hati nurani Shoko masih berbicara dan memngingatkan dirinya
menginginkan uang itu. Hal ini terlihat jelas dalam ungkapan “Namun, aku merasa
Tuhan mengawasiku di suatu tempat, maka aku mengembalikan uang itu kepada
perawat”, selain itu Shoko juga berfikir pemiliknya pasti sedang terbaring sakit di
rumah sakit ini juga sama halnya seperti ayahnya dan pasti membutuhkan uang ini
kemudian membakar rumah gadis itu. Ia juga meyakini bahwa pori-pori kulitnya
menekan bintik-bintik di kulitnya, yang biasa muncul pada para pecandu, sampai
depan dengan kaki telanjang dan mengancung-ancungkan pisau, tetapi begitulah, tak
Aku tidak mau mendengar itu, aku tidak mau melihat itu, aku tidak mau tidak
tahu tentang itu. Aku tidak mau mereka tahu mengenai aku. Aku tidak mau menjadi
membelit rumahku. Kapan pun aku diam di rumah, melihat ibuku terisak-isak saat
penagih utang menggedor pintu, dan Na-chan memelukku ketakutan, aku akan
dari kenyataan.
Gadis kecil yang selalu diganggu di sekolah, anak-anak naïf yang hampir
diperkosa Mizuguchi, anak patuh yang selalu membantu ibu membersihkan lantai
setelah ayah mengamuk, anak-anak yang selalu berhati-hati agar tidak membuat ayah
marah, itu semua bukan aku yang sebenarnya. Aku terbiasa memikirkan segala
peristiwa di masa anak-anakku seolah-olah semua terjadi pada orang lain. Lebih
menentramkan begitu. Berkali-kali, aku menciptakan diriku yang baru, dan tidak
mungkin lagi mengatakan siapa Shoko sebenarnya. Aku bisa memisahkan hati dan
pikranku dari tubuh kemudian melenyapkan diriku dalam pesona yang kudapat dari
Maejima dan amfetamin. Namun, setiap kali kencan yang dilandasi bubuk putih
dengan maejima berkhir dan segala pesona menghilang, yang tersisa adalah
mesum, tetapi tiba-tiba aku kepayahan saat aku terbenam ke tempat yang lebih suram
dan menakutkan.
Analisis
masalah, tetapi malah menghindari masalah dengan cara lemah terhadap diri sendiri
dan menuruti nafsu-nafsu untuk memakai narkoba dan menuruti kemauan Maejima
dilakukannya adalah bukan keinginan dan hanya karena keadaan terpaksa, tetapi
kelihatan jelas bahwa tokoh berusaha membohongi diri sendiri dan merasa tidak
berdaya. Id tokoh merasa sangat bersalah terhadap Ego dan Super Ego. Hal ini
menyingkirkan penderitaan yang membelit rumahku. Kapan pun aku diam di rumah,
melihat ibuku terisak-isak saat penagih utang menggedor pintu, dan Na-chan
Cuplikan (hal.80)
Seks yang kulakukan dengan Shin terasa hangat dan penuh kasih. Bercinta
denganya merupakan satu-satunya saat aku merasa memiliki hubungan yang sama
seperti obat, uang, dan pengkhianatan terhadap orang tuaku. Ketika aku bersetubuh
dalam keadaan teller, keinginan, kebutuhan, atau perhatianku hanya berpusat pada
kenikmatan fisik yang kudapat dari pengaruh obat. Lebih tepatnya, aku tidak bisa
bersetubuh dengan Maejima dengan keadaan tidak teller. Shin adalah satu-satunya
orang yang kukenal, yang sanggup benar-benar mencintai orang seberantakan diriku.
Namun, ia akan segera pulang kembali kepada istrinya di rumahnya setelah kami
Malam itu, aku bermimpi aneh tentang kakek. Aku tidak bisa melihat
wajahnya dengan jelas, tetapi aku yakin itu dia. Ia berdiri di tengah kabut biru di
puncak bukit, mengenakan kimono putih. Ia menunjukkan wajah sedih dan berseru,
“Shoko, Shoko,” dan memberi isyarat agar aku datang kepadanya. Aku tersentak
bangun. Apakah kakek begitu cemas karena aku memakai obat dan tidur dengan
kepadaku bahwa jika aku terus begitu, aku mungkin akan menyusulnya? Dadaku
terasa sesak , dan aku tidak bisa bernapas. “Kakek, aku minta maaf,” aku berbisik.
Namun hatiku yang terombang-ambing antara Shin dan Maejima, remuk berkeping-
Kini, aku tidak mungkin menyentuh pohon itu dan memberi makan ikan-ikan
lagi. Aku tidak akan pernah kembali lagi ke rumah tempat kami duduk, tertawa-tawa,
dan makan bersama. Rasanya, seolah rumah itu roboh di depan mata kami. Aku
beruntung aku sudah memiliki tempat untuk ditinggali, tetapi hal ini tetap saja
menjadi pukulan keras. Kenyataanya, peristiwa inilah yang kelak menyadarkan arti
Analisis
makna yang jelas dari suatu mimpi itu (makna lahiriah) dengan arti yang terpendam
atau tersirat. Pada permukaannya, mimpi kelihatan seperti sesuatu yang mustahil.
Bila kita kaji secara lebih rinci dan cermat, mungkin kita melihat satu logikadalam
merupakan sisa-sisa dari pengalaman sehari-hari yang dialami seseorang. Tetapi bila
kita meneliti isi mimpi itu, terdapat satu tema pokok yang kelihatan berbeda dari
pengalaman hidup sehari-hari. Ini sebenarnya terjadi akibat desakan hati yang
mewujudkan mimpi itu. Ini kerapkali merupakan desakan larangan, sesuatu yang
tidak dapat dimengerti secara sadar. Walaupun di dalam mimpi, hal ini biasanya
tersembunyi di balik suatu fenomena yang lebih dapat diterima. Namun demikian, ia
tetap hadir, yakni sebagai harapan yang tertekan, yang disempurnakan lewat mimpi.
meninggalkan dan menjauhi semua hal-hal atau perbuatan yang dilakukanya yang
dirasakannya sebagai dosa yang berat yang selalu membelenggu hidupnya. Dia
merasa akan dihukum oleh Tuhan yang dipercayainya dengan segera meninggal
dunia dan menyusul kakeknya yang sudah meninggal dunia. Kakek bagi tokoh adalah
orang yang sangat dia sayangi karena kakeknya juga sangat menyayangi tokoh
Aku selalu ingin menjadi orang nomor satu, tetapi selalu hanya menjadi
nomor dua. Para lelaki dalam kehidupanku selalu menyatakan cinta kepadaku, tetapi
aku tak pernah merasa aku cukup baik bagi mereka. Karena kurangnya kepercayaan
mereka memegang kendali, dan begitulah aku terseret setiap saat untuk menjalin
hubungan dengan para lelaki beristri. Aku tidak pernah menggugat kebiadaban. Yah,
cukup sudah bagiku, tak ada lagi sikap lembek. Inilah saatnya membuat langkah baru.
Aku mengangguk pasti, membuat janji, dan meninggalkan salon tato itu.
Ketika aku tiba di rumah, aku mandi dan mengamati lekat-lekat punggungku di
cermin kamar mandi. Tato ini hanya akan menjadi milikku dan bukan orang lain. Itu
bukan semata-maa aku akan mengakhiri hubungan dengan ito, itu karena aku akan
Ketika aku melihat tato indah itu, perasaanku dipenuhi oleh suka cita yang tak
Analisis
4.1. Kesimpulan
2. Novel yang menjadi bahasan skripsi ini adalah merupakan karya sastra non fiksi
yang juga merupakan pengalaman langsung atau kisah nyata dari kehidupan tokoh
utama. Sehingga tokoh atau penokohan dalam karya sastra ini bukan hasil rekaan atau
imajiner pengarang.
3. Unsur psikologis merupakan unsur yang mendukung novel yakuza moon ini,
karena dengan adanya beban psikologis yang ditampilkan oleh pengarang dalam
novel ini, dan dengan banyak konflik dan masalah yang dihadapi tokoh utama
membuat novel ini menjadi lebih menarik dan berhasil membuat pembaca terhanyut
dan terharu, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan tokoh utama dalam
menjalani kehidupannya.
4. Peranan orang tua sangat besar dalam perkembangan psikologis anak dan
psikologis anak yang sehat sangat berpengaruh terhadap cara pandang ke depannya
Freud adalah tokoh yang memiliki kepribadian Id lebih dominan daripada Super Ego
dan Ego makanya ia selalu lemah dan tidak bisa menghadapi masalahnya.
4.2. Saran
1. Karena tokoh utama yaitu Shoko Tendo , sebagai puteri bos yakuza selalu
tempat dan orang yang dapat menerima dirinya dan mencoba mencari jati diri
untuk mendapatkan kenyamanan batin, meskipun pada akhirnya hal ini yang
benar. Sebaiknya sebagai orang tua kita tidak boleh asal menghukum atau
menghakimi sang anak yang dalam masalah. Supaya itu tidak menambah
beban psikologis bagi anak. Kita harus dapat melihat dan memahami factor-
faktor kenapa anak melakukan kesalahan. Orang tua harus membuat status
memiliki teman atau tetangga yang kebetulan merupakan dari latar keluarga
bermasalah atau kurang dapat diterima dalam masyarakat, kita tidak boleh
melecehkan atau merendahkan mereka karena hal itu dapat membuat mereka