Professional Documents
Culture Documents
Secara umum geomorfologi wilayah Kota Banda Aceh terletak di atas formasi
batuan vulkanis tertier (sekitar Gunung Seulawah dan Pulau Breueh), formasi
batuan sedimen, formasi endapan batu (disepanjang Kr. Aceh), formasi batuan
kapur (dibagian timur), formasi batuan vulkanis tua terlipat (dibagian selatan),
formasi batuan sedimen terlipat dan formasi batuan dalam.
Geomorfologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi
menjadi:
Daerah pedataran di pesisir Kota Banda Aceh secara umum terbentuk dari
endapan sistem marin yang merupakan satuan unit yang berasal dari bahan
endapan (aluvial) marin yang terdiri dari pasir, lumpur dan krikil. Kelompok ini
dijumpai di dataran pantai yang memanjang sejajar dengan garis pantai dan
berupa jalur-jalur beting pasir resen dan subresen. Beting pasir resen berada
paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru yang berupa
endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen dibentuk oleh bahan-bahan
yang berupa endapan pasir tua, endapan sungai, dan bahan-bahan
aluvial/koluvial dari daerah sekitarnya.
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh pada tahun 2003 menurut jenis kelamin
pada setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.2.
Laki-laki Perempuan
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh Tahun 2008, berdasarkan data dari BPS-
Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2009, adalah 217.918 Jiwa. Sex Rasio antara
jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan adalah
106.89, hal ini berarti jumlah penduduk l;laki-laki lebih besar dari pada jumlah
penduduk perempuan.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kota Banda Aceh
Tahun 2008
Jenis Kelamin
No Kecamatan Sex Rasio/
Laki-laki/ Perempuan Jumlah/
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kota Banda Aceh dan
persebarannya pada setiap kecamatan pada masa sebelum terjadinya
tsunami, dapat dilihat pada Tabel 2.4 Berikut
Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Banda Aceh berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh BPS, berjumlah 239.146 Jiwa (jumlah ini masih terhitung
sebelum terjadinya bencana Tsunami). Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk
dari tahun 2001 hingga 2003 adalah sebesar 2,4% per-tahun. Lebih jelasnya
pertumbuhan jumlah penduduk ini dapat dilihat pada Gambar. 2.3. Selain itu
juga dapat diketahui kecamatan yang mengalami konsentrasi penduduk
terbesar.
Dimana ;
Pt = Po (1 + r)t
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 10
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 11
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Dari hasil proyeksi tersebut diperoleh jumlah penduduk di Kota Banda Aceh
hingga tahun 2029 yaitu sebanyak 482.131 jiwa. Jumlah ini telah
mempertimbangkan faktor pertumbuhan alamiah, migrasi, dan perkembangan
sosial-ekonomi masyarakat. Proyeksi jumlah penduduk ini akan dijadikan
sebagai dasar untuk mengalokasikan sistem aktivitas penduduk, kebutuhan
jumlah prasarana dan sarana dimasa yang akan datang.
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2003 adalah sebanyak 230.828 jiwa,
dimana jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kuta Alam
sebanyak 47.538 jiwa jiwa dan yang paling rendah jumlahnya terdapat di
Kecamatan Lueng Bata dengan jumlah 16.708 jiwa. Rata-rata kepadatan
penduduk Kota Banda Aceh (2007) setelah bencana tsunami mencapai 38
jiwa/ha, dengan wilayah yang paling tinggi kepadatannya adalah Kecamatan
Baiturrahman yaitu sebesar 72 jiwa/Ha dan yang paling rendah kepadatannya
adalah Kecamatan Syiah Kuala sebesar 20 jiwa/Ha.
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 12
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 13
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 14
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
memang tidak terkena dampak yang besar akibat bencana Tsunami, bahkan
ketiga wilayah Kecamatan tersebut makin meningkatnya kepadatan
penduduk. Pada tahun 2007 wilayah Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan
Syiah Kuala menjadi wilayah yang tingkat kepadatannya tertinggi yaitu 82
jiwa/ha hingga 84 jiwa/ha.
Prosentase
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(%)
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 15
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Sarana pendidikan yang dimiliki oleh Kota Banda Aceh sampai pada tingkat
pendidikan menengah pertama cukup memadai. Setiap kecamatan memiliki
fasilitas pendidikan dari tingkat pendidikan kanak-kanak sampai dengan
tingkat pendidikan menengah pertama. Untuk sarana pendidikan tingkat
menengah atas, semua kecamatan memiliki paling tidak satu sekolah kecuali
Kecamatan Banda Raya dan Kecamatan Ulee Kareng.
1 Meuraxa 1 9 4 3 -
2 Jaya Baru 8 8 2 - -
3 Banda Raya 7 6 2 3 3
4 Baiturrahaman 12 14 6 4 2
5 Lueng Bata 7 4 3 2 -
6 Kuta Alam 18 15 8 10 2
7 Kuta Raja 5 6 1 1 -
8 Syiah Kuala 12 12 1 1 -
9 Ulee Kareng 6 6 1 - -
Jumlah Universitas dan Perguruan Tinggi yang ada di Kota Banda Aceh adalah
27 Universitas/Perguruan Tinggi.
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 16
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Jumlah murid sekolah di Kota Banda Aceh tahun 2008, berdasarkan data
Banda Aceh Dalam angka tahun 2009 adalah seperti pada tabel 2.11 berikut:
Tabel 2.12 Jumlah Murid Sekolah Kota Banda Aceh Tahun 2008
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 17
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Banyaknya Tenaga Kerja Industri Kecil Formal dan Non Formal di Kota Banda
Aceh tahun 2008 adalah sebesar 7.164 tenaga kerja, dengan rincian 3.435
tenaga kerja di bidang formal dan 3.729 tenaga di bidang non formal. Tenaga
kerja didominasi pada “Sektor Kimia dan Bahan Bangunan”, yaitu sebesar
42,07% atau sebesar 3.014 tenaga kerja.
Tabel 2.13 Banyaknya Tenaga Kerja Industri Kecil Formal dan Non
Formal di Kota Banda Aceh Tahun 2008
2 Sektor Sandang
1,23 17.21
535 698 3
3 Sektor Kimia dan Bahan 1,469 1,545 3,01
Bangunan 4 42.07
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kota Banda Aceh pada tahun 2008 mengalami
penurunan sebesar 903 pegawai, yaitu dari total 7.483 pegawai pada tahun
2007 menjadi 6.580 pegawai pada tahun 2008. Secara lebih rinci dapat dilihat
pada tabel 2.14 berikut:
2007
5,027 2,456 7,483
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 18
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengetahui jumlah keluarga atau
jumlah penduduk miskin Kota Banda Aceh adalah dengan mengetahui Data
Jumlah atau banyaknya penyaluran beras untuk keluarga miskin di Kota Banda
Aceh.
Berdasarkan data “Banda Aceh Dalam Angka tahun 2009”, diketahui bahwa
jumlah beras yang telah disalurkan untuk keluarga miskin (raskin) di Kota
Banda Aceh adalah sebesar 1.269.770 Kg. Setiap penduduk miskin di Kota
Banda Aceh mendapat 15Kg (Sumber: BPM Kota Banda Aceh) , maka jumlah
penduduk miskin di Kota Banda Aceh adalah 84.651 Jiwa atau sekitar 38,85%
dari total jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2008 (217.918 Jiwa).
Apabila rata-rata jumlah penduduk per keluarga adalah 4 orang, maka jumlah
keluarga miskin di Kota Banda Aceh pada tahun 2008 sebesar 21.163 KK, atau
38,85% dari total 54.480 KK di Kota Banda Aceh tahun 2008.
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 19
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember
2004 yang lalu telah menghancurkan sebagian besar sarana dan prasarana
publik di Kota Banda Aceh. Kondisi jaringan jalan sebelum tsunami, total
panjang jalan sekitar 664,02 km yang terdiri dari jalan Nasional 11,72 km,
jalan Provinsi 27,41 km, jalan Kota 339,39 km dan jalan Desa sekitar 285,5
km. Berdasarkan fungsinya, jalan tersebut terdiri dari jalan arteri 36.20 km,
jalan kolektor 49,06 km, jalan lokal 293,26 km dan panjang jalan Lingkungan
sekitar 285,50 km. Pasca tsunami beberapa ruas jalan tersebut mengalami
kerusakan berat, ringan dan sedang
Kota Banda Aceh terletak pada ketinggian rata-rata minus 0,4 meter sampai
dengan 4,0 meter diatas permukaan laut. Kondisi topografi yang relatif datar
menyebabkan sistem drainase di wilayah Kota Banda Aceh tidak semua area
dapat mengalirkan air secara gravitasi dan harus dibantu dengan pompa.
Infrastruktur jaringan drainase yang ada belum lengkap dan tidak berfungsi
dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya genangan bila turun hujan
lebat.
Studi pemetaan sanitasi menemukan bahwa 19% kebutuhan air bersih untuk
konsumsi masyarakat diambil dari PDAM, 46% diambil dari dari sumur dan
36% diambil dari penyedia air bersih. Jenis sumur yang biasa digunakan
adalah sumur dangkal dari susunan buis beton berkedalaman antara 3 hingga
5 meter bergantung lokasi. Semakin dekat ke tepi laut maka semakin dangkal
kedalaman sumur.
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 20
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Adanya interusi air laut, khusus untuk daerah yang dekat dengan pantai dan
rawa, menyebabkan air sumur masyarakat tercemar dan tidak bisa berfungsi
dengan baik. Sebagian wilayah Kota Banda Aceh adalah bekas rawa, sehingga
kualitas air sumur sangat buruk (payau).
Sistem penyediaan air bersih di Kota Banda Aceh dibagun sejak tahun 1974
dan mulai beroperasi tahun 1979. Sistem penyediaan air minum masyarakat
Kota Banda Aceh dilayani oleh PDAM Tirta Daroy. Untuk memenuhi kebutuhan
air baku, Kota Banda Aceh mempunyai potensi sumber air yang dapat
dipergunakan, yaitu Sungai Krueng Aceh yang mempunyai debit minimal
10,38 m³/ detik atau 10.000 liter/detik pada musim kemarau panjang.
Terdapat dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini
beroperasi di Kota Banda Aceh, yaitu IPA Lambaro dengan kapasitas terpasang
435 liter/detik dan IPA Siron ber-kapasitas 20 liter/detik. Lokasi intake kedua
IPA tersebut adalah di Sungai Krueng Aceh.
Berdasarkan data tahun 2008, pada tahun 2007 debit Sungai Krueng Aceh
177,88 m³/detik atau dengan rata-rata per-bulan sebesar 14,82 m³/detik,
sehingga sungai Krueng Aceh sebagai sumber air baku yang potensial bagi
penyediaan air bersih Kota Banda Aceh dan perlu dijaga dengan baik, karena
air permukaan sangat rawan terhadap pengaruh pencemaran.
Upaya-upaya untuk tetap menjaga kuantitas air dan kualitas air yang baik
harus dilaksanakan dengan strategi yang jelas dan program kegiatan yang
baik, antara lain dengan:
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 21
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh bertanggung jawab dalam
pengelolaan persampahan di Kota Banda Aceh. Pola pengelolaan sampah
pada saat ini dilakukan dengan kegiatan:
Pewadahan sampah
Pengumpulan sampah
Pemindahan sampah
Pengangkutan sampah
Pengolahan sampah
Pembuangan akhir sampah
Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Banda Aceh sebagai tempat
proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Desa Gampong
Jawa yang berjarak 3 km dari pusat kota. Hingga saat ini landfill Gampong
Jawa telah memiliki lahan seluas 21 ha, yang telah difungsikan sebagai landfill
seluas 12 ha, dan yang belum difungsikan seluas 9 ha.
Timbulan sampah yang akan dihasilkan di Kota Banda Aceh berasal dari
kawasan perumahan (domestik), industri, kawasan komersial, wisata dan
fasilitas umum lainnya. Timbulan sampah yang dikelola adalah timbulan
sampah non B-3 (Bahan Beracun dan Beracun/Hazardous Waste).
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 22
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Rencana lokasi TPA sampah hingga tahun 2029 adalah di Blang Bintang, hal
ini mengacu pada hasil penelitian yang tertuang dalam Dokumen Urgent
Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City oleh JICA
dan RTRW Metropolitan Banda Aceh JICA (Additional Study), yang menjelaskan
bahwa lokasi TPA Gampong Jawa hanya akan berumur 2 tahun, sehingga
diperlukan alternative pencarian lokasi TPA baru. Dari hasil kesepakatan antar
Pemerintah Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi Aceh maka
alternative lokasi TPA Baru adalah di Desa Data Makmur, Kecamatan Blang
Bintang, Kabupaten Aceh Besar. TPA baru ini akan digunakan bersama dengan
Kabupaten Aceh Besar dan akan dikelola oleh Tim Sekretariat Bersama
(Sekber) Pengelolaan Sampah Terpadu Aceh, TPA ini akan menempati lahan
seluas 200 Ha, yang merupakan eks lahan Inhutani.
Sungai Krueng Aceh yang mengalir melalui Kota Banda Aceh dengan beberapa
anak sungainya seperti Krueng Daroy, krueng Doy dan Krueng Neng
merupakan saluran drainase alam yang menjadi outlet dari saluran-saluran
drainase yang ada. Sehingga aliran air hujan yang mengalir disaluran-saluran
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 23
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Berdasarkan kondisi topografi dan hidrologi Kota Banda Aceh yang terdiri dari
8 sungai, maka sistem Drainase Kota Banda Aceh dibagi menjadi 8 zona agar
aliran air hujan dapat lebih cepat dialirkan ke sungai yang terdekat. Adapun
sungai-sungai yang membatasi ke 8 zona tersebut adalah sebagai berikut :
Berdasarkan kondisi fisik Kota Banda Aceh, prinsip dasar dalam penyusunan
Rencana drainase Kota Banda Aceh adalah (Sumber: Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2006-2026):
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 24
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Kondisi prasarana drainase dan pengendalian banjir Kota Banda Aceh dapat
kita lihat seperti pada tabel berikut:
1.500 M
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 25
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Pengaruh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan Kota Banda Aceh sekitar 60% (3.681,60 Ha) khususnya
pada kawasan pantai. Sebelum terjadinya tsunami, perkembangan kota
cenderung terfokus pada aspek kuantitatif daripada aspek kualitatif yang
belum mencerminkan jati diri masyarakat serta lingkungan yang diwakilinya.
Bangunan-bangunan berdiri tanpa mengikuti mengikuti kaidah dan arsitektur
bangunan dan penataan lingkungan sekitarnya.
Pasca tsunami laju pembangunan fisik kota cenderung terkesan kurang teratur
khususnya terhadap kawasan pinggiran sungai, kawasan pantai/pesisir,
kawasan pusat kota, kawasan bagian Timur dan Selatan kota, dan ruang
terbuka hijau yang terdapat pada kawasan pesisir pantai dan pinggiran sungai
yang merupakan kawasan hijau yang berfungsi sebagai sempadan dan
penyangga intrusi air asin yang masuk ke daratan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah Rencana Teknik dan
Program Tata Bangunan dan Lingkungan, serta Pedoman Pengendalian
Pembangunan, sebagai salah satu pengendalian pemanfaatan ruang yang
diberlakukan secara khusus pada bangunan atau kelompok bagunan tertentu
pada suatu kawasan (Urban Building Design and Development Guidlines).
a. Mewujudkan ruang kota yang tertib, indah, rapi, teratur, serasi, dan
bernuansa budaya Aceh, modern, dan Islami serta berwawasan
lingkungan.
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 26
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
Kondisi Perumahan dan Permukiman Kota Banda Aceh pasca tsumani sangat
memprihatinkan dimana 60 % bagian kota rusak berat, disamping itu masih
terdapat kawasan perumahan yang tergolong relatif baik yaitu Komplek
Perumahan Dolog, Gampong Pineung, Gampong Ie Masen Kaye Adang,
Kelurahan Bandar Baru, Perumahan Bank di Gampong Geuceum Kayee Jato,
Perumahan Gampong Lamgugob dengan sistem lingkungan perumahan
tertata rapi dengan sanitasi yang teratur, namun masih ada daerah-daerah
terkesan kumuh seperti Kelurahan Peuniti.
Pembangunan di bidang perumahan yang di lakukan oleh BRR dan NGO pada
tahun 2005 dan tahun 2006 meningkat pesat sebanyak 17.538 unit. Perbaikan
sarana dan prasarana kumuh dilaksanakan melalui kegiatan pembenahan
lingkungan bidang drainase yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui
program Peningkatan Perumahan dan Permukiman (P2P).
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 27
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
(Unit) (Unit)
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 28
RPIJM Kota Banda Aceh 2010-2014
B a b I I - G a m b a r a n U m u m K o t a B a n d a A c e h | 29