You are on page 1of 7

Pengaruh Panjang Terhadap Konstanta Resistansi

Hasil Pengamatan

No
Nama Bahan A (m2) l (m) R (Ω) ρ (Ω m)
.
0,2 1,9 5,9 x 10-6
1 Nikelin Pipih Lebar 6,25 x 10-7 0,3 2,5 5,2 x 10-6
0,4 2,9 4,5 x 10-6
0,2 3,7 5,55 x 10-6
2 Nikelin Pipih 3 x 10-7 0,3 4,8 4,8 x 10-6
0,4 5,8 4,35 x 10-6
0,2 3,3 1,25 x 10-6
3 Nikelin 0,7 x 10-7 0,3 4,5 1,167 x 10-6
0,4 5,7 1,05 x 10-6
0,2 1,0 3,5 x 10-6
4 Kuningan 7 x 10-7 0,3 1,2 2,8 x 10-6
0,4 1,5 2,625 x 10-6
0,2 0,3 3,4 x 10-6
5 Seng 22,68 x 10-7 0,3 0,4 3,02 x 10-6
0,4 0,6 3,4 x 10-6
0,2 0,6 2,796 x 10-6
6 Tembaga 9,32 x 10-7 0,3 0,7 2,17 x 10-6
0,4 0,8 1,86 x 10-6

Pembahasan
Dengan panjang dari bahan yang semakin bertambah, dan dari hasil pengukuran
resistansi menggunakan avometer, didapatkan bahwa resistansi bernilai semakin besar
mengikuti panjang dari bahan yang semakin bertambah. Dan dalam menghitung
konstanta resistansi, dalam hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
perubahan panjang dan perubahan resistansi mempengaruhi nilai dari konstanta resistansi
dari bahan tersebut, yang berarti dalam hasil praktikum ini, nilai konstanta resistansi bisa
berubah meskipun pada jenis yang sama. Sedangkan dalam teori, seharusnya nilai
konstanta resistansi suatu bahan bernilai tetap, tidak bergantung pada panjang dan
resistansi bahan tersebut, dikarenakan seperti pengertian kontanta resistansi bahwa
konstanta resistansi merupakan suatu ketetapan yang dimiliki suatu bahan dalam
menghambat arus listrik. Dan ketetapan adalah suatu nilai yang tidak dapat diubah dan
selalu bernilai konstan.

Dengan kata lain, panjang dari bahan hanya mempengaruhi nilai resistansi. Semakin
bertambah panjang bahan, maka semakin besar pula nilai resistansinya. Seharusnya, nilai
resistansi dibagi panjang untuk panjang 0,2 m harus sama dengan nilai resistansi dibagi
panjang untuk panjang 0,3 m, demikian juga dengan panjang 0,4 m untuk menghasilkan
nilai konstanta resistansi yang sama. Dalam bentuk rumus:
R1 A R1
ρ1 l1 l1
= = sehingga ρ 1=ρ 2= ρ3
ρ2 R 2 A R 2
l2 l2
R1 R2 R3
= =
l1 l 2 l 3
Dimana : 𝜌1 = Konstanta resistansi saat panjangnya l1 (0,2 m) dengan R1
𝜌2 = Konstanta resistansi saat panjangnya l2 (0,3 m) dengan R2
𝜌3 = Konstanta resistansi saat panjangnya l3 (0,4 m) dengan R3

Jika resistansi yang didapat tidak tepat, maka perbandingan konstanta resistansi tidak
sama antara satu dengan yang lain. Ketidaktepatan ini bisa disebabkan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Keadaan dari bahan yang diukur berkarat, sehingga menyebabkan bertambahnya nilai
resistansi yang didapat. Dan jika dimasukkan ke dalam rumus konstanta resistansi,
akan menghasilkan nilai konstanta resistansi yang berbeda dari perhitungan
sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan membersihkan karat tersebut.
2. Ketelitian avometer dalam mengukur resistansi bahan. Dalam hal ini, kabel dari
penjepit bisa jadi sudah aus sehingga mempengaruhi pengukuran resistansi.
Dalam bentuk rumus:
R1 R2 R3
𝜌1 ≠ 𝜌2 ≠ 𝜌3 sehingga ≠ ≠
l1 l 2 l 3
Ketidaktepatan dalam mengukur resistansi dikarenakan faktor-faktor yang telah
dijelaskan sebelumnya. Meskipun resistansi bertambah seiring bertambahnya panjang,
akan tetapi bila perbandingannya tidak sama seperti resistansi dan panjang sebelumnya,
maka konstanta resistansi yang dihasilkan tidak bernilai sama.

Kesimpulan
1. Panjang tidak mempengaruhi nilai konstanta resistansi, melainkan mempengaruhi
nilai resistansinya. Hanya saja panjang menjadi faktor pembanding dengan resistansi
untuk mengetahui perbandingan konstanta resistansi yang lain.
2. Nilai konstanta resistansi seharusnya bernilai tetap. Namun, konstanta resistansi bisa
bernilai berbeda jika bahan yang diuji memiliki kendala seperti karat, sehingga
mempengaruhi nilai resistansi.

Lampiran
1. Nikelin Pipih Lebar
a. A = 6,25 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 1,9 Ω
RA 1,9× 6,25× 10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=5,9× 10−6 Ωm

b. A = 6,25 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 2,5 Ω


RA 2,5× 6,25× 10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=5,2× 10−6 Ωm

c. A = 6,25 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 2,9 Ω


RA 2,9× 6,25× 10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=4,5 ×10−6 Ωm

2. Nikelin Pipih
a. A = 3 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 3,7 Ω
RA 3,7× 3 ×10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=5,55× 10−6 Ωm

b. A = 3 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 4,8 Ω


RA 4,8 ×3 ×10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=4,8 ×10−6 Ωm

c. A = 3 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 5,8 Ω


RA 5,8× 3× 10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=4,35 ×10−6 Ωm

3. Nikelin
a. A = 0,7 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 3,3 Ω
RA 3,3× 0,7 ×10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=1,25× 10−6 Ωm
b. A = 0,7 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 4,5 Ω
RA 4,5 ×0,7 × 10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=1,167× 10−6 Ωm

c. A = 0,7 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 5,7 Ω


RA 5,7× 0,7 ×10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=1,05× 10−6 Ωm

4. Kuningan
a. A = 7 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 1,0 Ω
RA 1,0× 7 ×10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=3,5× 10−6 Ωm

b. A = 7 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 1,2 Ω


RA 1,2×7 × 10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=2,8× 10−6 Ωm

c. A = 7 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 1,5 Ω


RA 1,5× 7 ×10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=2,625× 10−6 Ωm

5. Seng
a. A = 22,68 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 0,3 Ω
RA 0,3× 22,68 ×10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=3,4 ×10−6 Ωm

b. A = 22,68 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 0,4 Ω


RA 0,4 ×22,68 ×10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=3,02× 10−6 Ωm
c. A = 22,68 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 0,6 Ω
RA 0,6 ×22,68 ×10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=3,4 ×10−6 Ωm

6. Tembaga
a. A = 9,32 x 10-7 m2 ; l = 0,2 m ; R = 0,6 Ω
RA 0,6 ×9,32 ×10−7
ρ= ¿
l 0,2
ρ=2,796 ×10−6 Ωm

b. A = 9,32 x 10-7 m2 ; l = 0,3 m ; R = 0,7 Ω


RA 0,7 ×9,32 ×10−7
ρ= ¿
l 0,3
ρ=2,17 ×10−6 Ωm

c. A = 9,32 x 10-7 m2 ; l = 0,4 m ; R = 0,8 Ω


RA 0,8× 9,32 ×10−7
ρ= ¿
l 0,4
ρ=1,86× 10−6 Ωm

You might also like