You are on page 1of 30

1.

Rangkaian Electric Dasar

Apabila Switch ditekan lampu nyala dan apabila Switch dilepas lampu mati.

2. Rangkaian Paralel

Switch S1 atau Switch S2 ditekan lampu nyala dan jika keduanya terlepas lampu mati.

3. Rangkaian Seri
Untuk menghidupkan lampu harus menekan dua buah tombol S1 dan S2. Jika salah satu dilepas,
lampu mati.

4. Gabungan antara seri dan paralel

Jika S1 ditekan atau S2 ditekan atau S3 ditekan lampu nyala.......


Jika S1 dan S2 ditekan atau S2 dan S3 ditekan atau S1 dan S3 ditekan maka lampu nyala
Dan jika S1, S2 dan S3 ditekan secara bersamaan, maka lampu tidak akan nyala.
5. Rangkaian Dasar Elektropneumatik
Merupakan gabungan antara rangkaian elektrik dan rangkaian penumatik

Jika Switch/Pushbutton ditekan, maka solenoid akan aktif dan Silinder maju.
Jika switch dilepas, silinder akan mundur.

6. Kontrol menggunakan relay

Prinsip kerja sama seperti dengan latihan 5, perbedaannya adalah Switch pushbutton disini
untuk mengaktifkan relay. Sedangkan solenoid akan aktif apabila relay aktif.
7.Rangkaian Latching

Rangkaian latching atau rangkaian pengunci apabila S1 ditekan solenoid aktif dan apabila S2
ditekan solenoid akan mati.
Pada saat S1 dilepas solenoid masih aktif karena aliran arus dikunci melalui kontak
K1 pada relay. Pada saat S2 ditekan arus yang masuk ke koil akan terputus sehingga relay akan
mati.

8. Rangkaian dengan katup 5/2 double solenoid


S1 ditekan Silinder maju dan S2 ditekan silinder mundur

9. Rangkaian dengan katup 5/2 double solenoid dengan kontrol tidak langsung

Prinsip kerja seperti latihan no.8, hanya saja pada rangkaian ini menggunakan dua buah relay.
Relay 1 untuk mengontrol solenoid 1 dan relay 2 untuk mengontrol solenoid 2.

9. Gerakan silinder secara kontinue


Apabila latching pushbutton diaktifkan, maka silinder akan maju mundur secara kontinue. Dan
apabila latching pushbutton dinonaktifkan, silinder akan kembali keposisi semula

PNEUMATIC DASAR

1. Direct Actuation untuk Single Acting Cylinder


Apabila katup 3/2 NC dengan pushbutton ditekan, maka single acting cylinder akan maju.
Dan apabila pushbutton dilepas, silinder akan mundur.

2. Indirect Actuation untuk Single Acting Cylinder

Cara kerjanya sama seperti latihan pertama. Yang membedakan adalah pada latihan 1
pushbutton langsung digunakan untuk memajukan single acting cylinder, sedangkan untuk
latihan yang kedua, pushbutton hanya memberi sinyal pada katup 3/2 NC single pilot agar
slinder maju.

3. Direct Actuation untuk Double Acting Cylinder


Apabila pushbutton 1 ditekan, maka silinder maju dan apabila pushbutton 2 ditekan silinder
mundur.

4. Indirect Actuation untuk Double Acting Cylinder

Cara kerja hampir sama dengan latihan sebelumnya...... Yang membedakan adalah
pushbutton 1 digunakan untuk memberi sinyal agar silinder maju dan pushbutton 2
digunakan untuk memberi sinyal agar silinder mundur. Pada rangkaian ini menggunakan
tambahan katup 5/2 (5/2 way directional control valves) untuk membuat kontrol secara
tidak langsung.
Posisi silinder pada saat berhenti, baik didepan maupun dibelakang kondisinya sangat kuat,
berbeda dengan kontrol secara langsung.

5. Aplikasi Shutle Valve dalam rangkaian Pneumatik

Untuk membuat Double Acting Cylinder bisa maju ada dua pilihan pushbutton. Pushbutton 1
atau 2. Apabila dua-duanya dilepas, silinder akan mundur.

6. Aplikasi Dual Pressure Valve (AND function) dalam rangkaian Pneumatik


Untuk membuat Double Acting Cylinder maju, syaratnya dua buah pushbutton harus ditekan
bersama-sama. Salah satu pushbutton dilepas, silinder akan kembali keposisi semula.

7. Kombinasi shutle valve dan dual pressure valve

Untuk membuat silinder maju ada dua pilihan, silinder satu atau silinder dua. Apabila
silinder berada diujung penuh dan pushbutton tiga ditekan silinder mundur.
Kecepatan maju mundur silinder bisa diatur.
8. Gerakan Silinder secara kontinue (continue cycle)

Apabila katup 3/2 dengan selector switch diaktifkan, maka double acting cylinder bergerak
maju mundur secara continue. Dan apabila selector switch di matikan, silinder akan kembali
ke posisi semula.

Posting ini akan menampilkan simulasi sistem PLC dan belajar PLC Studio Animasi simulasi menggunakan
perangkat lunak. Semua grafic dikembangkan oleh diri selama sesi laboratorium PLC menggunakan
perangkat lunak Studio Animasi ini. Animasi Studio adalah software yang digunakan untuk melaksanakan
operasi PLC melalui sistem (pneumatik, listrik) di mana studio animasi memberi kesempatan kepada
siswa untuk melihat sistem PLC dan mempelajarinya dalam simulasi.
Gambar 1 menunjukkan diagram tangga dan koneksi PLC sebagai reprehensive oleh sistem pneumatik.
Yang merupakan input di IN0, IN1, dan IN2 (push button) dan output telah di OUT1 (solenoida) diagram
tangga yang......
menggunakan penundaan penghitung counter di mana penundaan penghitung counter akan
menghitung mundur dalam sepuluh kali sebelum yang sekarang dapat melalui sistem. Countdown
menunda memiliki 3 input yang IN0 (Countdown), IN1 (Reset), dan IN2 (Set).
Di mana Gambar 2 menunjukkan sistem diatur ketika tombol IN2 didorong. Ini memberikan solenoida
dan mengaktifkan 3 / 2 cara di DCV katup yang memungkinkan mangkuk penyedot untuk menyedot
(vakum di).
Di mana Gambar 3 menunjukkan sistem di-reset ketika IN1 menekan tombol ditekan. Berhenti solenoida
dan menonaktifkan 3 / 2 cara di mana DCV katup katup akan pergi ke posisi awal dan membuat sistem
pneumatik off.
Gambar 4 menunjukkan penundaan counter akan menghitung mundur dalam sepuluh kali sebelum
sistem akan lepas daripada mengatur ulang headset.

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, Animasi Studio adalah software yang digunakan untuk
melaksanakan operasi PLC melalui sistem (pneumatik, listrik). Posting ini menunjukkan program lain PLC
menggunakan diagram tangga di Animasi Studio. Penerapan operasi ini digunakan untuk counter
penundaan operasi. Selama sesi lab untuk percobaan ini, Studio Animasi Software perpustakaan adalah
tombol yang menggunakan simbol dengan tag yang diberikan. mudah untuk digunakan dan mengerti
selama kita tahu penggunaan simbol melalui sistem yang harus kita gunakan. lain adalah, hubungan
antara anak tangga dan PLC modul di software ini pasti benar untuk menghindari setiap kegagalan.
Gambar 1 menunjukkan diagram tangga dan koneksi PLC. Yang merupakan input pada IN0 (push button)
dan output telah di OUT0 (cahaya) diagram tangga yang menggunakan counter penundaan di mana
penundaan counter akan menghitung mundur dalam sepuluh kali sebelum saat ini dapat masuk melalui
sistem.
Di mana Gambar 2 menunjukkan saat ini tidak bisa melalui penundaan counter karena memiliki 9 lebih
kali untuk mengaktifkan.

Gambar 3 yang menunjukkan bahwa lampu menyala (warna kuning ketika penundaan counter mencapai
nol (0) nilai. Yang berarti, setelah saklar di aktifkan IN0 adalah 9 kali, cahaya akan berubah ON.

SYSTEM PENDUKUNG PADA JENSET

Dalam pengoperasiannya, suatu instalasi GenSet memerlukan sistem pendukung agar dapat bekerja
dengan baik dan tanpa mengalami gangguan. Secara umum sistem-sistem pendukung tersebut dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sistem Pelumasan
2. Sistem Bahan Bakar
3. Sistem Pendinginan

1. Sistem Pelumasan

Untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang bergerak dan untuk membuang panas, maka
semua bearing dan dinding dalam dari tabung-tabung silinder diberi minyak pelumas.
Cara Kerja Sistem Pelumasan

Minyak tersebut dihisap dari bak minyak 1 oleh pompa minyak 2 dan disalurkan dengan tekanan ke
saluran-saluran pembagi setelah terlebih dahulu melewati sistem pendingin dan saringan minyak
pelumas. Dari saluran-saluran pembagi ini, minyak pelumas tersebut disalurkan sampai pada tempat
kedudukan bearing-bearing dari poros engkol, poros jungkat dan ayunan-ayunan. Saluran yang lain
memberi minyak pelumas kepada sprayer atau nozzle penyemperot yang menyemprotkannya ke
dinding dalam dari piston sebagai pendingin. Minyak pelumas yang memercik dari bearing utama dan
bearing ujung besar (bearing putar) melumasi dinding dalam dari tabung- tabung silinder.
Minyak pelumas yang mengalir dari tempat-tempat pelumasan kemudian kembali kedalam bak minyak
lagi melalui saluran kembali dan kemudian dihisap oleh pompa minyak untuk disalurkan kembali dan
begitu seterusnya.

Gambar 1. Sistem Pelumasan


1. Bak minyak
2. Pompa pelumas
3. Pompa minyak pendingin
4. Pipa hisap
5. Pendingin minyak pelumas
6. Bypass-untuk pendingin
7. Saringan minyak pelumas
8. Katup by-pass untuk saringan
9. Pipa pembagi
10. Bearing poros engkol (lager duduk)
11. Bearing ujung besar (lager putar)
12. Bearing poros-bubungan
13. Sprayer atau nozzle penyemprot untuk pendinginan piston
14. Piston
15. Pengetuk tangkai
16. Tangkai penolak
17. Ayunan
18. Pemadat udara (sistem Turbine gas)
19. Pipa ke pipa penyemprot
20. Saluran pengembalian

2. Sistem Bahan Bakar

Mesin dapat berputar karena sekali tiap dua putaran disemprotkan bahan bakar ke dalam ruang silinder,
sesaat sebelum, piston mencapai titik mati atasnya (T.M.A.). Untuk itu oleh pompa penyemperot bahan
bakar 1 ditekankan sejumlah bahan bakar yang sebelumnya telah dibersihkan oleh saringan-bahan bakar
5, pada alat pemasok bahan bakar atau injektor 7 yang terpasang dikepala silinder. Karena melewati
injektor tersebut maka bahan bakar masuk kedalam ruang silinder dalam keadaan terbagi dengan
bagian-bagian yang sangat kecil (biasa juga disebut dengan proses pengkabutan)
Didalam udara yang panas akibat pemadatan itu bahan bakar yang sudah dalam keadaan bintik-bintik
halus (kabut) tersebut segera terbakar. Pompa bahan bakar 2 mengantar bahan bakar dari tangki harian
8 ke pompa penyemprot bahan bakar. Bahan bakar yang kelebihan yang keluar dari injektor dan pompa
penyemperot dikembalikan kepada tanki harian melalui pipa pengembalian bahan bakar.

Gambar 2. Sistem bahan bakar


1. Pompa penyemperot bahan bakar
2. Pompa bahan bakar
3. Pompa tangan untuk bahan bakar
4. Saringan bahar/bakar penyarinnan pendahuluan
5. Saringan bahan bakar/penyaringan akhir
6. Penutup bahan bakar otomatis
7. Injektor
8. Tanki
9. Pipa pengembalian bahan bakar
10. Pipa bahan bakar tekanan tinggi
11. Pipa peluap.

3. Sistem Pendinginan

Hanya sebagian dari energi yang terkandung dalam bahan bakar yang diberikan pada mesin dapat
diubah menjadi tenaga mekanik sedang sebagian lagi tersisa sebagai panas. Panas yang tersisa tersebut
akan diserap oleh bahan pendingin yang ada pada dinding-dinding bagian tabung silinder yang
membentuk ruang pembakaran, demikian pula bagian-bagian dari kepala silinder didinginkan dengan
air. Sedangkan untuk piston didinginkan dengan minyak pelumas dan panas yang diresap oleh minyak
pendingin itu kemudian disalurkan melewati alat pendingin minyak, dimana panas tersebut diresap oleh
bahan pendingin.

Pada mesin diesel dengan pemadat udara tekanan tinggi, udara yang telah dipadatken oleh
turbocharger tersebut kemudian didinginkan oleh air didalam pendingin udara (intercooler),
Pendinginan sirkulasi dengan radiator bersirip dan kipas (pendinginan dengan sirkuit)

Cara Kerja Sistem Pendingin

Pompa-pompa air 1 dan 2 memompa air kebagian-bagian mesin yarg memerlukan pendinginan dan
kealat pendingin udara (intercooler) 3. Dari situ air pendingin kemudian melewati radiator dan kembali
kepada pompa-pompa 1 dan 2. Didalam radiator terjadi pemindahan panas dari air pendingin ke udara
yang melewati celah-celah radiator oleh dorongan kipas angin. Pada saat Genset baru dijalankan dan
suhu dari bahan pendingin masih terlalu rendah, maka oleh thermostat 5, air pendingin tersebut dipaksa
melalui jalan potong atau bypass 6 kembali kepompa. Dengan demikian maka air akan lebih cepat
mencapai suhu yang diperlukan untuk operasi. Bila suhu tersebut telah tercapai maka air pendingin akan
melalui jalan sirkulasi yang sebenarnya secara otomatis.
Gambar 3. Sistem pendinginan (sistem sirkulasi dengan 2 Sirkuit)
1. Pompa air untuk pendingin mesin
2. Pompa air untuk pendinginan intercooler
3. Inter cooler (Alat pendingin udara yang telah dipanaskan)
4. Radiator
5. Thermostat
6. Bypass (jalan potong)
7. Saluran pengembalian lewat radiator
8. Kipas.

Susunan Konstruksi Pada Generator

Gambar 4. Sistem konstruksi Generator


1. Stator
2. Rotor
3. Exciter Rotor
4. Exciter Stator
5. N.D.E. Bracket
6. Cover N.D.E
7. Bearing ‘O’ Ring N.D.E
8. Bearing N.D.E
9. Bearing Circlip N.D.E
10. D.E.Bracket?Engine Adaptor
11. D.E.Screen
12. Coupling Disc
13. Coupling Bolt
14. Foot
15. Frame Cover Bottom
16. Frame Cover Top
17. Air Inlert Cover
18. Terminal Box Lid
19. Endpanel D.E
20. Endpanel N.D.E
21. AVR
22. Side Panel
23. AVR Mounting Bracket
24. Main Rectifier Assembly – Forward
25. Main Rectifier Assembly – Reverse
26. Varistor
27. Dioda Forward Polarity
28. Dioda Reverse Polarity
29. Lifting Lug D.E
30. Lifting Lug N.D.E
31. Frame to Endbracket Adaptor Ring
32. Main Terminal Panel
33. Terminal Link
34. Edging Strip
35. Fan
36. Foot Mounting Spacer
37. Cap Screw
38. AVR Access Cover
39. AVR Anti Vibration Mounting Assembly
40. Auxiliary Terminal Assembly

METODE PARALEL GENERATOR SINKRON

Metode Paralel Generator Sinkron

Bila suatu generator mendapatkan pembebanan yang melebihi dari kapasitasnya, maka dapat
mengakibatkan generator tersebut tidak bekerja atau bahkan akan mengalami kerusakan. Untuk
mengatasi kebutuhan listrik atau beban yang terus meningkat tersebut, bisa diatasi dengan menjalankan
generator lain yang kemudian dioperasikan secara paralel dengan generator yang telah bekerja
sebelumnya, pada satu jaringan listrik yang sama. Keuntungan dari menggabungkan 2 generator atau
lebih dalam suatu jaringan listrik adalah bila salah satu generator tiba-tiba mengalami gangguan, maka
generator tersebut dapat dihentikan serta beban dialihkan pada generator lain, sehingga pemutusan
listrik secara total bisa dihindari.

Cara Memparalel Generator


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memparalel dua buah generator atau lebih ialah:
• Polaritas dari generator harus sama dan tidak bertentangan setiap saat terhadap satu sama lainnya.
• Nilai efektif arus bolak-balik dari tegangan harus sama.
• Tegangan Generator yang diparalelkan mempunyai bentuk gelombang yang sama.
• Frekuensi kedua generator atau frekuensi generator dengan jala-jala harus sama.
• Urutan fasa dari kedua generator harus sama.

penjelasan mengenai syarat-syarat diatas dapat dibaca pada artikel di sini, sini dan sini.

Kerja Paralel Generator

Ada beberapa cara untuk memparalelkan generator dengan mengacu pada syarat-syarat diatas, yaitu :
a. Lampu Cahaya berputar dan Volt-meter
b. Voltmeter, Frekuensi Meter, dan Synchroscope.
c. Cara Otomatis

Lampu Cahaya Berputar dan Volt-meter

Dengan rangkaian pada gambar 1, pilih lampu dengan tegangan kerja dua kali tegangan fasa-netral
generator atau gunakan dua lampu yang dihubungkan secara seri. Dalam keadaan saklar S terbuka
operasikan generator, kemudian lihat urutan nyala lampu. Urutan lampu akan berubah menurut urutan
L1 - L2 - L3 - L1 - L2 - L3.
Gambar 1. Rangkaian Paralel Generator.

Perhatikan Gambar 2a, pada keadaan ini L1 paling terang, L2 terang, dan L3 redup. Perhatikan Gambar
2b, pada keadaan ini:
• L2 paling terang
• L1 terang
• L3 terang

Perhatikan gambar 2c, pada keadaan ini,


• L1 dan L2 sama terang
• L3 Gelap dan Voltmeter=0 V

Pada saat kondisi ini maka generator dapat diparalelkan dengan jala-jala (generator lain).
Gambar 2a,b dan c. Rangkaian Lampu Berputar.

Voltmeter, Frekuensi Meter dan Synchroscope

Pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator paralel generator banyak yang
menggunakan alat Synchroscope, gambar 3. Penggunaan alat ini dilengkapi dengan Voltmeter untuk
memonitor kesamaan tegangan dan Frekuensi meter untuk kesamaan frekuensi.

Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum penunjuk berputar berlawanan arah
jarum jam, berarti frekuensi generator lebih rendah dan bila searah jarum jam berarti frekuensi
generator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam dan menunjuk pada kedudukan vertikal, berarti beda
fasa generator dan jala-jala telah 0 (Nol) dan selisih frekuensi telah 0 (Nol), maka pada kondisi ini saklar
dimasukkan (ON). Alat synchroscope tidak bisa menunjukkan urutan fasa jala-jala, sehingga untuk
memparalelkan perlu dipakai indikator urutan fasa jala-jala.

Paralel Otomatis

Paralel generator secara otomatis biasanya menggunakan alat yang secara otomatis memonitor
perbedaan fasa, tegangan, frekuensi, dan urutan fasa. Apabila semua kondisi telah tercapai alat
memberi suatu sinyal bahwa saklar untuk paralel dapat dimasukkan.
RELAY CONTRUCTION

Arus listrik melalui konduktor akan menghasilkan medan magnet tegak lurus terhadap arah aliran
elektron. Jika konduktor yang dibungkus ke dalam sebuah bentuk kumparan, medan magnet yang
dihasilkan akan berorientasi sepanjang kumparan. Semakin besar arus, semakin besar kekuatan medan
magnet, semua faktor lainnya sama:
Induktor bereaksi terhadap perubahan dalam arus karena energi yang tersimpan dalam medan magnet
ini. Ketika kita membangun sebuah transformator dari dua kumparan induktor di sekitar inti besi yang
umum, kita menggunakan bidang ini untuk mentransfer energi dari satu kumparan ke yang lain. Namun,
ada lebih sederhana dan lebih langsung gunakan untuk medan elektromagnetik dari aplikasi yang kami
telah melihat dengan induktor dan transformer. Medan magnet yang dihasilkan oleh gulungan kawat
yang membawa arus dapat digunakan untuk mengerahkan kekuatan mekanis pada setiap objek
magnetik, seperti kita dapat menggunakan magnet permanen magnet untuk menarik benda-benda,
kecuali bahwa magnet ini (dibentuk oleh kumparan) dapat diaktifkan atau menonaktifkan dengan
beralih saat ini atau menonaktifkan melalui kumparan.

Jika kita menempatkan sebuah benda magnetis di dekat sebuah kumparan tersebut untuk tujuan
membuat objek bergerak ketika kita memberikan energi pada coil dengan arus listrik, kita memiliki apa
yang disebut solenoida. Objek magnetik yang dapat bergerak disebut angker, dan sebagian besar
armatures dapat dipindahkan dengan baik arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) energi kumparan.
Polaritas medan magnet tidak relevan untuk tujuan menarik besi angker. Solenoida dapat digunakan
untuk mengunci pintu terbuka elektrik, membuka atau menutup katup, anggota badan robot bergerak,
dan bahkan mekanisme actuate saklar listrik. Namun, jika solenoida digunakan untuk actuate satu set
kontak saklar, kita memiliki perangkat sangat berguna layak namanya sendiri: relay.

Relay ini sangat berguna ketika kita memiliki kebutuhan untuk mengendalikan jumlah besar saat ini
dan / atau tegangan dengan sinyal listrik kecil. Kumparan relay yang menghasilkan medan magnet
mungkin hanya mengkonsumsi sepersekian watt kekuasaan, sementara kontak tertutup atau dibuka
oleh medan magnet yang mungkin dapat melakukan ratusan kali jumlah daya untuk beban. Akibatnya,
sebuah relay berfungsi sebagai biner (on atau off) penguat.

Seperti halnya dengan transistor, relay kemampuan untuk mengendalikan satu sinyal listrik dengan
menemukan aplikasi lain dalam pembangunan fungsi logika. Topik ini akan dibahas secara lebih rinci
dalam pelajaran lain. Untuk saat ini, relay "penguatan" kemampuan akan dieksplorasi.
In the above schematic, the relay's coil is energized by the low-voltage (12 VDC) source, while the single-
pole, single-throw (SPST) contact interrupts the high-voltage (480 VAC) circuit. It is quite likely that the
current required to energize the relay coil will be hundreds of times less than the current rating of the
contact. Typical relay coil currents are well below 1 amp, while typical contact ratings for industrial
relays are at least 10 amps.

One relay coil/armature assembly may be used to actuate more than one set of contacts. Those contacts
may be normally-open, normally-closed, or any combination of the two. As with switches, the "normal"
state of a relay's contacts is that state when the coil is de-energized, just as you would find the relay
sitting on a shelf, not connected to any circuit.

Relay contacts may be open-air pads of metal alloy, mercury tubes, or even magnetic reeds, just as with
other types of switches. The choice of contacts in a relay depends on the same factors which dictate
contact choice in other types of switches. Open-air contacts are the best for high-current applications,
but their tendency to corrode and spark may cause problems in some industrial environments. Mercury
and reed contacts are sparkless and won't corrode, but they tend to be limited in current-carrying
capacity.

Shown here are three small relays (about two inches in height, each), installed on a panel as part of an
electrical control system at a municipal water treatment plant:
Unit relay yang ditampilkan di sini disebut "oktal-base," karena mereka konektor ke dalam soket yang
cocok, sambungan listrik dijamin melalui delapan logam pin pada relay bawah. Terminal sekrup
sambungan yang Anda lihat dalam foto di mana kabel terhubung ke relay sebenarnya bagian dari soket
perakitan, di mana masing-masing relay terhubung. Jenis konstruksi ini mudah memfasilitasi
penghapusan dan penggantian relay (s) dalam hal terjadi kegagalan.

Selain dari kemampuan untuk memungkinkan sinyal listrik yang relatif kecil untuk mengalihkan sinyal
listrik yang relatif besar, relay juga menawarkan listrik isolasi antara kumparan dan kontak sirkuit. Ini
berarti bahwa rangkaian kumparan dan kontak sirkuit (s) are elektrik terisolasi dari satu sama lain. Salah
satu rangkaian mungkin DC dan AC yang lain (seperti pada contoh rangkaian yang ditunjukkan
sebelumnya), dan / atau mereka mungkin berada di level tegangan sama sekali berbeda, di seberang
koneksi atau dari koneksi ke ground.

Meskipun pada dasarnya relay biner perangkat, baik yang sepenuhnya atau benar-benar off, ada operasi
kondisi di mana negara mereka mungkin tidak tentu, sama seperti gerbang logika semikonduktor. Agar
sebuah relay untuk secara positif "menarik" yang angker untuk actuate kontak (s), harus ada jumlah
minimum tertentu arus melalui kumparan. Jumlah minimum ini disebut pull-in current, dan itu adalah
analog dengan tegangan input minimum yang memerlukan sebuah gerbang logika untuk menjamin
"high" negara (biasanya 2 Volts untuk TTL, 3.5 Volt untuk CMOS). Setelah angker ditarik lebih dekat
dengan pusat kumparan Namun, dibutuhkan kurang fluks medan magnet (kurang kumparan saat ini)
untuk tahan di sana. Oleh karena itu, kumparan arus harus turun di bawah nilai secara signifikan lebih
rendah daripada pull-in current sebelum angker "tetes keluar" ke posisi pegas dan kontak kembali
keadaan normal. Tingkat sekarang ini disebut drop-out saat ini, dan itu adalah analog dengan tegangan
input maksimum bahwa suatu masukan gerbang logika akan memungkinkan untuk menjamin "rendah"
negara (biasanya 0,8 Volts untuk TTL, 1.5 Volt untuk CMOS).

The histeresis, atau perbedaan antara tarik-in dan drop-out arus, menghasilkan operasi yang mirip
dengan memicu Schmitt gerbang logika. Pull-in dan drop-out arus (dan tegangan) sangat bervariasi dari
relay ke relay, dan ditentukan oleh produsen.

* TINJAUAN:
* Sebuah solenoida adalah sebuah alat yang menghasilkan gerakan mekanis dari energization dari
kumparan elektromagnet. Bagian yang bergerak solenoida disebut angker.
* Sebuah relay adalah solenoida dibentuk untuk kontak saklar actuate ketika kumparan diberi energi.
* Pull-in current adalah jumlah minimum yang diperlukan untuk kumparan arus actuate solenoid atau
relay dari "normal" (de-energized) posisi.
* Drop-out arus kumparan maksimum yang saat ini di bawah suatu energi estafet akan kembali ke
"normal" negara.

PARALLEL TRANSPORMER

Pasokan Redondancy sering suatu keharusan; perlindungan koordinasi tidak mudah untuk menguasai:
kasus paralel MV / LV transformer.
Kasus ini khas untuk rumah sakit dan bahkan gedung perkantoran di mana kontinuitas layanan high.In
kendala adalah kenyataan, paralel MV / LV transformator digunakan untuk dua alasan:

* Redundansi adalah wajib bagi instalasi kesinambungan pasokan,


* Kendala pada ukuran fisik transformer.

Untuk memastikan tingkat maksimal kesinambungan pasokan perhatian tertentu harus melampirkan
untuk perlindungan LV koordinasi di tingkat trafo.

Kasus sirkuit pendek di A


Operasi perlindungan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
* CB3 dan CB1 harus beroperasi untuk menghilangkan hubungan pendek arus dan CB2 harus tetap
tertutup.
Ini memerlukan beberapa kendala spesifik di CB1, CB2 dan pengaturan CB3:
* 3 perlindungan ini akan beroperasi dengan pengaturan arus yang sama,
* Solusi chronometric terdiri dalam menggunakan cascading antara CB3 dan CB1/CB2.

Solusi yang diusulkan terdiri dalam menetapkan CB1 dan CB2 penundaan ke nilai atas daripada CB3
penundaan singkat.
Dalam kasus untuk sirkuit pendek di Sebuah urutan operasi adalah:
* CB3 pembukaan,
* CB1 pembukaan.

Kasus hubungan pendek dalam B


Operasi perlindungan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
* Hanya CB4 harus beroperasi.

Masalahnya adalah bahwa dalam beberapa kasus penilaian terhadap CB4 mungkin lebih besar atau
dekat dengan rating CB1 dan CB2. Meskipun meja selektivitas breaker pemutus arus yang diberikan oleh
produsen tidak memberikan solusi, pemutus selektivitas dapat dibuat berkat kenyataan bahwa CB1 dan
CB2 melihat setengah dari arus sirkuit pendek dibandingkan dengan CB4.
Ini adalah usulan saya mendesain perlindungan yang baik koordinasi dalam hal ini paralel MV / LV
transformer

You might also like