You are on page 1of 13

BAB II

URAIAN PROSES DAN DIAGRAM ALIR

KUALITATIF

Biodiesel didefinisikan sebagai metil/etil ester yang diproduksi dari minyak

tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan

bakar di dalam mesin diesel (Tambun, 2007). Teknologi produksi methyl ester

dari minyak dan lemak telah banyak diterapkan. Untuk memperoleh perancangan

pabrik biodiesel yang optimal terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi dari proses

yang ada.

2.1 Jenis-Jenis Proses

Biodiesel umumnya diproduksi dari refined vegetable oil (minyak murni)

melalui proses transesterifikasi. Pada dasarnya, proses ini bertujuan untuk

mengubah trigliserida menjadi asam lemak metil ester (fatty acid methyil ester

atau FAME). Kandungan asam lemak bebas (FFA) bahan baku merupakan salah

satu faktor penentu jenis proses pembuatan biodiesel, sehingga terdapat proses

pembuatan biodiesel dengan satu tahap dan dua tahap.

2.1.1 Proses satu tahap

Proses satu tahap merupakan proses pengolahan langsung minyak dengan

reaksi transesterifikasi. Minyak yang dapat langsung diolah dengan proses satu

II-1
tahap ini harus mempunyai kadar FFA rendah yaitu kurang dari 2% (Hambali,

dkk., 2007).

Transesterifikasi merupakan proses substitusi dari kelompok alkoxy

(kelompok alkyl yang berikatan dengan oksigen; R-O- ) terhadap senyawa ester

dengan alkohol lainnya. Reaksi ini sering ditambahkan dengan katalis basa atau

asam.

Transesterifikasi dari minyak nabati telah ditemukan pada tahun 1853 oleh

ilmuwan E. Duffy and J. Patrick, beberapa tahun sebelum mesin diesel pertama

berfungsi sempurna. Pada tahun 1990, Prancis mengeluarkan produksi lokal dari

bahan bakar biodiesel melalui reaksi transesterifikasi dari minyak lobak

(dicampurkan dengan 5% bahan bakar diesel biasa dan 30% bahan bakar diesel)

yang digunakan untuk transportasi umum (www.wikipedia.org).

Proses transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari

trigliserida dalam bentuk ester dengan bantuan monovalen alkohol seperti

methanol dan ethanol. Proses transesterifikasi dapat dilakukan dengan bantuan

katalis homogen, dimana katalis tersebut larut dalam alkohol. Kemudian larutan

ini ditambahkan ke dalam minyak atau lemak, biasanya tanpa pelarut tambahan.

Katalis yang biasa digunakan dalam alkoholisis trigliserida adalah zat yang

bersifat basa (NaOH, KOH, Na- dan K- metoksida). Katalis yang sering

digunakan dalam industri adalah Natrium dan Kalium hidroksida karena dapat

dioperasikan pada kondisi temperatur rendah. Reaksi ini dijaga pada titik didih

alkohol (sekitar 60 - 70oC) dan tekanan atmosferik (www.pcra.org).

II-2
Alkohol yang digunakan adalah yang berantai pendek, seperti metanol atau

etanol, karena semakin panjang rantai karbon, reaksi akan semakin lambat.

Dengan kadar metanol 98 %, metanol dibuat excess (berlebih) untuk memastikan

konversi total dari minyak atau lemak menjadi ester dan untuk menggeser reaksi

ke kanan (www.journeytoforever.com ; www.svlele.com).

Metode transesterifikasi berkatalis basa dapat mencapai konversi 98%

dengan waktu reaksi 16 - 32 menit pada suhu 50 - 600C dan tekanan atmosfer bila

digunakan katalis NaOH ( 0,2 % dari berat minyak ). Bahan baku minyak

anhydrous diperlukan pada metode ini. Ma et al., (1998) menyarankan kandungan

asam lemak bebas dalam minyak serendah mungkin (< 0,5% w/w). Fuege dan

Grose (1949) menekankan kandungan moisture minyak < 0,06% w/w dan tidak

mengandung asam lemak bebas. Akan terjadi penurunan yield ester jika reaktan

yang digunakan tidak memenuhi kedua persyaratan tersebut di atas (Freedman et

al., 1984). Adanya sedikit kandungan asam lemak bebas dan moisture dalam

reaktan akan menyebabkan terbentuknya sabun, menurunkan yield ester dan

mempersulit pemisahan ester dan gliserol. Kehadiran asam lemak bebas dalam

minyak juga akan mengkonsumsi katalis sehingga menurunkan efisiensi katalis.

Transesterifikasi berkatalis basa akan efisien jika bahan baku minyak

berkemurnian tinggi sehingga proses ini tidak sesuai untuk minyak atau lemak

berkandungan asam lemak bebas tinggi.

Proses transesterifikasi dengan katalis alkali, seperti natrium atau kalium

hidroksida memberikan keuntungan tambahan, yaitu prosesnya dapat dioperasikan

pada kondisi temperatur rendah. Reaksi ini merupakan reaksi setimbang deengan

II-3
kalor reaksi kecil. Penggeseran reaksi ke kanan biasanya dilakukan dengan

mengunakan alkohol berlebih atau mengambil salah satu produk dari campuran

(Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 2003).

Keuntungan lain proses transesterifikasi berkatalis basa dari segi ekonomi,

yaitu:

• Penggunaan suhu (kurang dari 150°C) dan tekanan (20 psi) yang

relatif rendah.

• Yield yang dihasilkan tinggi (98 – 99 %) dengan lebih sedikit

reaksi sampingan dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi.

• Proses pengubahan menjadi methyl esther terjadi secara

langsung tanpa melalui tahapan-tahapan perantara.

• Tidak membutuhkan bahan khusus yang langka untuk proses

pembuatannya.

Reaksi transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol adalah sebagai

berikut:
O O

R1 CH3 O C R1 H2C OH
H2C O C
O O
Catalyst
HC O C R2 3 CH3 oH CH3 O C R2 HC OH

O O
H2C OH
H2C O C R3 CH3 O C R3

Triglyserida Methanol Fatty acid methyl esters Glyserol

Gambar 2.1 Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan alkohol

(Ma et al., 1999).

II-4
Uraian proses transesterifikasi dapat digambarkan pada blok diagram

berikut ini:

metanol Trigliserida (ester) Katalis basa

Pengolahan pendahuluan

Reaktor Transesterifikasi

Dekantasi

Metil ester Gliserol

pemurnian

Biodiesel

Gambar 2.2 Diagram uraian proses transesterifikasi dari trigliserida

2.1.2 Proses dua tahap

Proses dua tahap dipilih jika proses satu tahap tidak dapat dilakukan dengan

alasan-alasan sebagai berikut:

− Proses satu tahap dapat tidak efisien karena terbentuknya sabun.

− Sabun terbentuk selama transesterifikasi dengan katalis basa, ketika ion Na+

bergabung dengan adanya asam lemak bebas (free fatty acids) yang mungkin

ada dalam bahan baku.

− Sabun akan mengurangi hasil (yield) karena sabun mengikatkan methyl ester

dengan air. Ikatan ester dapat dibersihkan dalam pencucian, tetapi pemisahan

air akan lebih sulit dan meningkatkan konsumsi air.

− Proses esterifikasi dengan katalis asam sebelum transesterifikasi dengan

katalis basa akan mengeliminasi sebagian besar asam lemak bebas.

II-5
Transesterifikasi merupakan metode yang saat ini paling umum digunakan

untuk memproduksi biodiesel dari refined fatty oil. Metode ini bisa menghasilkan

biodiesel (FAME) hingga 98% dari bahan baku minyak tumbuhan. Bila bahan baku

yang digunakan adalah minyak mentah yang mengandung kadar asam lemak bebas

(free fatty acid - FFA) tinggi, yakni lebih dari 2%, maka perlu dilakukan proses

praesterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas hingga kurang dari 2%

melalui dua tahap proses yaitu pra-esterifikasi asam lemak dan transesterifikasi.

(Hambali, dkk., 2007)

2.1.2.1 Esterifikasi asam lemak

Methyl ester dapat disintesis dengan menggunakan proses esterifikasi antara

alkohol dan asam lemak dalam bentuk free fatty acid (Solomon,1996). Pada

esterifikasi ini menggunakan katalis yang bersifat asam, yang biasa di pakai

adalah H2SO4, HCL, Na- atau K- bisulfat, resin penukar kation asam kuat dalam

bentuk H. Dalam esterifikasi, alkohol bertindak sebagai reagen nukleofilik.

Reaksi ini dimulai dengan minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang mengandung

FFA (Free Fatty Acid) dicampur dengan methanol dan dipanaskan sampai suhu reaksi.

Campuran tersebut kemudian diumpankan ke bagian esterifikasi yang terdiri dari sebuah

reaktor yang terisi dengan katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut :

R-CO-OH + R’O-H R-CO-OR’ + H2O


Free Fatty Acid Alkohol Ester Air

Gambar 2.3 Reaksi esterifikasi asam lemak dengan alkohol

Reaksi esterifikasi asam lemak jauh lebih terbatasi kesetimbangan dan

sekalipun sudah dibantu katalis, berlangsung lebih lambat dari pada reaksi

II-6
alkoholisis trigliserida. Reaksi ini juga akan berlangsung makin lambat dengan

makin besarnya molekul alkohol (metanol, etanol, propanol, dan seterusnya).

Reaksi esterifikasi dilakukan pada temperatur di sekitar titik didih metanol. Untuk

menghasilkan derajat esterifikasi yang sempurna, selain reaktan metanol harus

dipasok dalam jumlah yang banyak (berlebih), air yang merupakan produk reaksi

juga harus disingkirkan, umumnya dengan menggunakan desikan seperti CaCl2,

CaSO4, dan molecular sieve.

Esterifikasi asam lemak bebas (FFA) dengan katalisator asam sulfat dapat

berlangsung pada suhu 60oC dan tekanan1 atm. Reaksi esterifikasi ini terjadi

secara lambat dan reversibel (Gerpen,2004).

Uraian proses esterifikasi dapat digambarkan pada blok diagram berikut ini:

metanol Asam lemak Katalis asam

Pengolahan pendahuluan

Reaktor esterifikasi

Dekantasi

Metil ester Air

pemurnian

Biodiesel

Gambar 2.4 Diagram uraian proses esterifikasi langsung asam lemak

Metode transesterifikasi berkatalis asam misalnya H2S04 (1% dari berat

minyak) berlangsung pada suhu kamar dengan lebih dari 300 menit reaksi dengan

konversi 50% kecuali jika dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi. Penelitian

II-7
sebelumnya mengetahui bahwa transesterifikasi berkatalis asam dapat digunakan

pada bahan baku minyak bermutu rendah atau memiliki kandungan asam lemak

bebas tinggi (Aksoy et al., 1998 dan Yi-Hsu Ju, 2002).

2.1.2.2 Transesterifikasi

Proses esterifikasi dilanjutkan dengan proses esterifikasi alkalin

(transesterifikasi) terhadap produk tahap pertama di atas dengan menggunakan

katalis alkalin, dimana prosesnya sama dengan proses transesterifikasi pada satu

tahap yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.2 Seleksi Proses

Seleksi proses pembuatan biodesel dari CPO (Crude Palm Oil) berdasarkan

kandungan bahan baku yang terkandung dalam CPO. Dimana proses yang biasa

digunakan dalam pembuatan biodiesel ada dua yaitu : proses satu tahap

(transesterifikasi trigliserida dengan katalis basa kuat) dan proses dua tahap

(esterifikasi asam lemak/FFA) dengan katalis asam kuat dan transesterifikasi dari

trigliserida dengan katalis basa kuat).

Kandungan dari CPO yang digunakan dalam prarancangan pabrik ini

adalah trigliserida sebesar 94% dan FFA sebesar 6%. Berdasarkan kandungan

pada bahan baku tersebut, dimana kadar asam lemak bebasnya (FFA) > 2%, maka

dalam prarancangan pabrik biodiesel dari CPO ini menggunakan proses dua

tahap, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.

2.3 Uraian Proses

II-8
Proses pembuatan Biodiesel dari CPO dapat diuraikan menjadi dua

rangkaian proses utama, yaitu :

2.3.1 Proses esterifikasi asam lemak

Pada proses esterifikasi ini, CPO dan metanol sebelum dimasukkan ke

dalam Reaktor Esterifikasi (R-210), maka terlebih dahulu masuk Mixer 1 (M-

110), dengan perbandingan mol metanol dengan mol FFA dalam CPO adalah 20 :

1. Selanjutnya, campuran CPO dan metanol dipanaskan dalam Heater 1 hingga

temperaturnya mencapai 600C, kemudian dialirkan kedalam Reaktor Esterifikasi

(R-210) dan temperatur dipertahankan pada 600C dengan tekanan atmosfer. H2SO4

ditambahkan dalam Reaktor Esterifikasi (R-210) sebagai katalis sebanyak 2% wt

minyak. Pada proses esterifikasi, FFA bereaksi dengan metanol membentuk

methyl ester (biodiesel) dan air. Sementara trigliserida dimanfaatkan untuk proses

selanjutnya yaitu proses transesterifikasi. Jadi produk utama yang dihasilkan dari

proses esterifikasi adalah biodiesel. Sedangkan komponen lainnya yang keluar

dari reaktor esterifikasi adalah trigliserida, metanol, air, dan H 2SO4. Kemudian,

campuran dalam Reaktor Esterifikasi ini akan diumpankan kedalam Reaktor

Transesterifikasi 1 (R-310).

2.3.2 Proses transesterifikasi

Tahap ini diawali oleh pencampuran metanol dengan katalis NaOH di dalam

Mixer 2 (M-120). Pencampuran pada konsentrasi 0,02% wt katalis terhadap

massa trigliserida. Sedangkan rasio molar antara alkohol terhadap trigliserida

yang diperlukan untuk reaksi transesterifikasi sebesar 12 : 1 (Gerpen, dkk., 2004).

II-9
Setelah tercapai keadaan yang homogen, maka proses dilanjutkan ke Reaktor

Transesterifikasi 1 (R-310).

1. Reaktor Transesterifikasi 1 (R-310)

Campuran yang keluar dari reaktor esterifikasi selanjutnya dimasukkan ke

dalam Reaktor Transesterifikasi 1 (R-310). Reaktor transesterifikasi beroperasi

secara kontinyu.

Pada Reaktor Transesterifikasi 1, trigliserida akan bereaksi dengan

campuran metanol dan katalis NaOH, yang dijaga pada temperatur 600C dan

tekanan atmosfer untuk menghasilkan yield sebesar 90%. Pengadukan dijaga

dengan kecepatan konstan 190 rpm. Keberadaan pengaduk sangat penting untuk

memastikan terjadinya reaksi transesterifikasi secara menyeluruh di dalam

campuran. Reaksi ini menghasilkan dua lapisan fase, yaitu fase methyl ester

(produk utama) dan fase gliserol (produk samping). Reaksi yang terjadi adalah

sebagai berikut :

NaOH
C3H5(OOCR)3 + 3 CH3OH → 3 RCOOCH3 + C3H5(OH)3
TGS methanol Methyl ester Gliserol

Gambar 2.5 Reaksi Transesterifikasi Trigliserida dengan Metanol

Methanol dengan konsentrasi yang ditambahkan pada reaksi tersebut di atas

dikondisikan dalam keadaan berlebih sebesar 100% berdasarkan stoikiometri

untuk lebih mempercepat laju reaksi yang terjadi. Setelah biodiesel dan gliserol

terbentuk, maka dilanjutkan dengan penetralan katalis basa NaOH dan katalis

asam H2SO4 sehingga terbentuk garam natrium sulfat.

II-10
Selanjutnya hasil dari Reaktor Transesterifikasi 1 dipisahkan dengan

Dekanter 1 (H-312) berdasarkan perbedaan densitasnya. Di dalam Dekanter 1

terbentuk 3 fase, yaitu fase methyl ester yang masih mengandung trigliserida yang

tidak bereaksi, fase gliserol, dan fase uap metanol. Fase methyl ester setelah dari

Dekanter 1 yang masih mengandung gliserol selanjutnya dipompakan ke Reaktor

Transesterifikasi 2 (R-320) untuk mereaksikan sisa trigliserida yang tidak

bereaksi. Sedangkan fase gliserol dialirkan ke tangki penyimpan gliserol dan fase

uap metanol menuju Methanol Recovery (MR).

2. Reaktor transesterifikasi 2 (R-320)

Sisa trigliserida dari produk Reaktor Transesterifikasi 1 direaksikan dalam

Reaktor Transesterifikasi 2 dengan campuran metanol dan katalis NaOH dari

Mixer 2 (M-120). Reaksi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada Reaktor

Transesterifikasi 1. Metanol dan katalis yang ditambahkan dalam reaksi

dikondisikan sama dengan pada Reaktor Transesterifikasi 1. Pada Reaktor

Transesterikasi 2 juga menghasilkan yield sebesar 90%. Pada akhirnya reaksi

menghasilkan yield total rata-rata sebesar 99% (Sheehan, 1998).

2.3.3 Proses pemisahan dan pemurnian

Fase methyl ester yang dihasilkan serta fase gliserol yang terbentuk

dipisahkan dengan Dekanter 2 (H-323) berdasarkan perbedaan densitasnya.

Proses ini dipakai karena perbedaan densitas yang cukup tinggi antara gliserol

(s.g. = 1,261) dan biodiesel. (s.g. = 0,88). Di dalam Dekanter 2 terbentuk 3 fase,

II-11
yaitu fase methyl ester pada lapisan atas, fase gliserol pada lapisan bawah, dan

fase uap metanol.. Fase methyl ester dari pemisahan ini dikenal sebagai crude

biodiesel, karena masih mengandung zat-zat pengotor, seperti sisa metanol,

garam, dan gliserol.

 Proses pencucian methyl ester

Methyl ester dari Dekanter 2 dipompa menuju Ester Washing Tank/Tangki

Pencuci (H-330). Dalam washing tank, methyl ester dicuci dengan penambahan

air 70oC sebanyak 10% dari massa bahan masuk untuk memisahkan gliserol,

metanol, dan komponen lain yang larut dalam air. Air pencuci dimasukkan dari

bagian bawah kolom dan produk methyl ester juga dimasukkan dari bagian bawah

kolom. Secara keseluruhan, proses pencucian ini dilakukan secara kontinyu. Air

hasil dari proses pencucian ini akan keluar dari bagian bawah kolom, sedangkan

produk methyl ester yang telah melalui proses pencucian dipompakan ke Dekanter

3 (H-333) untuk dipisahkan dari fase gliserol dan fase uap metanol. Methyl ester

dari Dekanter 3 masih mengandung air dari air pencuci pada washing tank.

 Proses drying methyl ester

Methyl ester dari dekanter dipompa menuju Heater 2 (E-341). Suhu

keluaran methyl ester dari heater sekitar 93oC. Methyl ester dari Heater 2

kemudian diproses dalam Vacuum Dryer (Q-340) dengan kondisi operasi vakum

(70 mmHg, 93oC). Kondisi vakum dimaksudkan untuk memurnikan minyak tanpa

merusaknya, karena penguapan air pada kondisi tekanan atmosfer dan temperatur

tinggi dapat menyebabkan oksidasi pada minyak. Air yang teruapkan pada vacum

dryer sebanyak 99,9% sehingga produk methyl ester masih mengandung 0,1%

II-12
air. Secara garis besar dianggap tidak ada produk ester yang hilang dalam proses

pemurnian ini. Produk biodiesel yang dihasilkan ini pada akhirnya hanya akan

memiliki kandungan trigliserida sekitar 1 wt% (Sheehan, 1998). Produk methyl

ester (biodiesel) yang dihasilkan dari proses ini selanjutnya dipompa ke tangki

penyimpanan biodiesel (F-350).

II-13

You might also like